Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS ISU MANAJEMEN ASN DAN SMART ASN DI UNIT KERJA

NAMA : Deni Mansyah, Amd.Kep

ANGKATAN/KELOMPOK : 2/4

NDH :05

INSTANSI : RSUP Dr Rivai Abdullah Palembang

A. Deskripsi isu
1. Kurangnya kepatuhan pembatasan pengunjung atau penunggu pasien di instalasi
rawat inap Dewasa di RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang
Rumah sakit harus memberikan informasi yang sebenar-benar nya mulai hak
dan kewajiban pasien maupun termasuk tentang jam besuk atau jumlah pembatasan
penunggu pasien. Hal ini diharapkan agar dapat menekan penyebaran covid-19 yang
sedang merebak dan berbahaya dan juga dapat memberikan kesempatan pasien untek
menjalani perawatan dan waktu isitirahat yang cukup guna meningkatkan imunitas
pasien selama berada dirumah sakit.
Dampak yang akan terjadi apabila kepatuhan pembatasan pengunjung atau
penunggu pasien tersebut tidak segera dipecahkan antara lain dapat memicu terjadinya
ketidak nyamanan ruangan untuk isitirahat atau perawatan pasein karena terlalu ramai
sehingga waktu istirhat pasien menjadi teranggu dan ruangan menjadi tidak harmonis.
Data/ fakta : Sekitar 65% pasien tidak bisa cuci tangan dengan benar
2. Kurang optimalnya pemberian edukasi kesehatan pada pasien dan keluarga pasien tentang
pentingnya hand hygiene sebagai upaya pencegahan infeksi nasokomial di instalasi rawat inap
Dewasa di RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang.
Cuci tangan secara rutin merupakan salah satu upaya yang sangat penting untuk
menjaga kebersihan tangan (hand hygiene) dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi, terutama infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di lingkungan rumah sakit.
Seseorangdikatakan mengalami infeksinosokomialjika infeksinya terjadi ketika sedang be
rada atau menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini menjadi sangat penting dan sering kali
di anggap sepele oleh keluarga pasien dan pasien itu sendiri .
Dampak yang akan terjadi apabila isu tersebut tidak segera dipecahkan antara lain
dapat memicu terjadinya infeksi pada petugas, dapat memicu terjadinya penularan silang
infeksi, dan juga dapat memicu turunnya mutu pelayanan rumah sakit.
Data/ fakta : sekitar 25% perawat belum meberikan edukasi kepada pasien baru
masuk ke rawat inap Dewasa

3. Kurang optimalnya komunikasi teurapetik kepada pasien dan keluarga pasien di


instalasi rawat inap Dewasa di RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang.

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk


membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi terapeutik juga
merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya terhadap pasien
dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien. Namun masih ada perawat yang
belum optimal melakukan komunikasi terapeutik baik kepada pasien maupun
keluarga pasien.
Dampak yang mungkin terjadi karena belum optimalnya melakukan komunikasi
terapeutik kepada pasien dan keluarga pasien antara lain : Menurunnya tingkat
kepuasan masyarakat terhadap mutu pelayanan publik di bidang kesehatan. Dan dapat
menambah stress pasien sehingga penyembuhan secara psikologis menjadi terhambat
.
Data/ fakta : masih ada beberapa perawat di instalasi rawat inap dewasa belum
menerapkan komunikasi teraputik dengan baik .

4. Kurang optimalnya penggunaan SIM-rs di instalasi rawat inap Dewasa RSUP


DR.Rivai Abdullah Palembang
Kemampuan adaptif harus menjadi salah satu jati diri aparatur sipil negara
(ASN). Adaptif bermakna erat dengan semangat dan kemampuan berinovasi, kreatif,
serta proaktif menghadapi perubahan. Pelayanan kepada masyarakat yang tadinya
diselenggarakan secara manual, sekarang harus modern. Sehingga dapat
menghasilkan kinerja yang cepat, tapat dan efisien .
Dampak yang mengkin terjadi karena belum optimalnya penggunaan SIM-rs
antara lain : menurun nya kompetensi pegawai yang mana bisa membuat pekerjaan
menjadi lama dan tidak efisien .
Data/fakta : Masih ada beberapaa pegawai di instalasi rawat inap dewasa
belum bisa menggunakan/ mengoperasikan SIMRS di RSUP DR.Rivai Abdullah
Palembang

5. Kurang optimalnya sarana kotak kritik dan saran di di instalasi rawat inap Dewasa RSUP
DR.Rivai Abdullah Palembang
Kotak saran adalah salah satu fasilitas bagi Masyarakat untuk menyampaikan
keluhan, kritik, dan saran. Namun nyatanya kebanyakan masyarakat merasa enggan
untuk menuliskan keluhannya di kotak saran. Padahal, di era digital seperti sekarang
menyampaikan Keluhan, Kritik atau saran jauh lebih baik melalui Kotak Saran yang
tersedia dibandingkan dengan melalui Media sosial.

Berbicara soal enggan menyampaikan keluhan, di media Sosial malah public


siapa saja akan dapat melihat dan membaca keluhan yang disampaikan tersebut,
sementara dengan menyampaikan kritik dan atau keluhan melalui kotak saran,
Masyarakat atau siapa saja dapat menulis keluh kesahnya secara leluasa tanpa
diwajibkan untuk menunjukkan identitasnya.

Dengan keberadaan Kotak Saran, semoga dapat ,menjadi alternative bagi


pelanggan/pasien dan keluarga di RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang untuk dapat
menyampaikan Aspirasi, Kritik dan Saran membangun demi meningkatkan kualitas
Pelayanan di RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang
Data/ fakta : Belum adanya kotak kritik dan saran di instalasi rawat inap
dewasa RSUP DR.Rivai Abdullah Palembang

NO Identifikasi Isu Deskripsi keterkaitan dengan managemen dan smart asn


1. Kurangnya kepatuhan Manajemen ASN :
pembatasan pengunjung atau Kurang optimalnya pemberikan informasi edukasi dan

penunggu pasien di instalasi aturan tentang jam besuk juga jumlah maksimal

rawat inap Dewasa RSUP penggu pasien .


SMART ASN :
DR.Rivai Abdullah
Berkolaborasi dengan pihak security rumah sakit bahwa
Palembang ruangan pasien selalu di skrining setiap pergantian shift
dan selalu mengutamankan pelayanan yang ramah dan
harominis
2. Kurang optimalnya pemberian Manajemen ASN :
edukasi kesehatan pada Kurang optimalnya pemberian edukasi kepada pasien

pasien dan keluarga pasien dan keluarga pasien untuk mencuci tangan yang baik dan

tentang pentingnya hand benar guna mencegah infeksi nasokomial dan juga
sebagai upaya preventif pencegahan infeksi.
hygiene sebagai upaya
SMART ASN :
pencegahan infeksi
Memberikan informasi kepada keluarga pasien dengan
nasokomial di instalasi rawat
media edukasi dan penyebaran leaflet pada setiap
inap Dewasa RSUP ruangan agar menjadi warning self bagi pasien dan
DR.Rivai Abdullah keluarga
Palembang
3. Kurang optimalnya komunikasi Manajemen ASN :
terapeutik kepada pasien dan Kurang optimalnya pelayanan yang

keluarga pasien di instalasi professional, senyum, sapa dengan menerapkan


komunikasi terapeutik sehingga terciptanya hubungan
rawat inap Dewasa RSUP
seling percaya antara pasein dan pemberi pelayanan
DR.Rivai Abdullah
Palembang SMART ASN :
Memberikan pelayanan yang ramah, dan penuh rasa
empati, tidak diskriminatif.
Selalu melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan
atasan untuk pengoptimalan penerapan komunikasi
terapeutik dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan keluarga pasien
4. Kurang optimal penggunaan Manajemen ASN :
Kurang optimalnya pemberikan pelatihan SIM-rs oleh
SIM-rs di instalasi rawat inap
nara sumber ahli untuk pengembangan SDM , ini berguna
Dewasa RSUP DR.Rivai
untuk meningkatkan keahlian/skill karyawan yang
Abdullah Palembang
berkaitan dengan pekerjaan agar kualitas performa mereka
meningkat sehingga memberikan manfaat bagi kemajuan
perusahaan atau institusi.

SMART ASN :
Terus berusaha sebaik mungkin untuk bisa berdapatasi
kemajuan teknologi digital dan juga jangan malu untuk
bertanya pada rekan/ partner kerja agar dapat mencapai
target pemahaman yang diinginkan.
5. Kurang optimalnya sarana Manajemen ASN :
kotak kritik dan saran di Belum tersedianya kotak kritik dan saran ini berguna untuk
instalasi rawat inap Dewasa pra sarana media penyampaian aspirasi bagi pelanggan
RSUP DR.Rivai Abdullah demi kemajuan Rumah sakit
Smart ASN :
Palembang
Rapat dan mengevaluasi pengadaan pelayanan untuk
pengadaan kotak kritik dan saran

B. Analisis Isu

Isu-isu yang telah diidentifikasi selanjutnya dianalisis menggunakan metode


analisis APKL untuk menentukan tingkat Aktualitas, Problematik, Khalayak dan
Layak.. Selanjutnya, menentukan skala nilai 1-5. Isu yang memiliki total skor
tertinggi setelah perankingan merupakan isu prioritas.
1. Aktual : Benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di masyarakat.

2. Problematik : Isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga perlu


dicarikan solusinya sesegera mungkin.
3. Khalayak : Isu menyangkut hajat hidup orang banyak.

4. Layak: Masuk akal, realistis dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalah.

Tabel 1.1 Tehnik penetapan isu dengan metode APKL


Kriteria
No. Identifikasi Isu A P K L Jumlah Prioritas
1. Kurangnya kepatuhan pembatasan
5 5 4 4 18
pengunjung atau penunggu pasien II
2. Kurang optimalnya pemberian
edukasi kesehatan pada pasien
dan keluarga pasien tentang 5 5 5 5 20 I
pentingnya hand hygiene
sebagai upaya
pencegahan infeksi.
3. Kurang optimalnya komunikasi
terapeutik kepada pasien 5 4 4 4 17 III
dan keluarga pasien
4. Kurang optimal penggunaan 5 3 3 3 14 IV
SIM-rs

5. Kurang optimalnya sarana kotak 4 3 3 3 13 V


kritik dan saran
Keterangan

Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya
Berdasarkan hasil penilaian APKL maka yang menjadi 3 prioritas utama yaitu 1.
“Kurang optimalnya pemberian edukasi kesehatan pada pasien dan keluarga pasien tentang
pentingnya hand hygiene sebagai upaya pencegahan infeksi. 2. Kurangnya kepatuhan
pembatasan pengunjung atau penunggu pasien. 3. Kurang optimalnya komunikasi terapeutik
kepada pasien dan keluarga pasien . maka dapat digunakan tehnik pemilihan core isu
dengan menggunkan tehnik USG . yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.2 tehnik penentuan core isu dengan menggunakan metode USG
ISU U S G JUMLAH PRIORITAS
Kurangnya kepatuhan pembatasan 5 5 4 4 18
pengunjung atau penunggu pasien
Kurang optimalnya pemberian
edukasi kesehatan pada pasien
5 5 5 5 20
dan keluarga pasien tentang
pentingnya hand hygiene sebagai
upaya pencegahan infeksi.
Kurang optimalnya komunikasi
terapeutik kepada pasien dan 5 4 4 4 17
keluarga pasien

Berdasarkan table matrik penilaian kualitas isu di atas maka dapat di tentukan isu
yang dapat di bahas oleh penyusun yaitu Kurang optimalnya pemberian edukasi kesehatan
pada pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya hand hygiene sebagai upaya pencegahan
infeksi.

Alat analisis kriteria isu yang digunakan adalah USG (Urgency,


Seriousness, Growth). Kriteria USG meliputi :
1. Urgency
Seberapa mendesak isu itu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti.
2. Seriousness
Seberapa serius isu itu harus dibahas dikaitkan dengan akibat  yang ditimbulkan.
3. Growth
4. Seberapa besar kemungkinan terburuknya isu tersebut jika tidak
segera ditangani sebagaimana mestinya.
Penilaian secaraUSG dilakukan dengan menggunakan nilai dengan rentang 1-5
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya

C. Analisis isu

METODE SDM ( PERAWAT )

Minimnya waktu Upaya edukasi


untuk mengedukasi kesehatan yang
pasien dan keluarga masih minim dari
petugas

Penyampaian secara
verbal tanpa media Kurang optimalnya
pemberian edukasi
kurang efektif kesehatan pada
pasien dan keluarga
pasien tentang
pentingnya hand
hygiene sebagai
upaya pencegahan
Rendahnya Pemahaman infeksi
pasien dan keluarga pasien
terkait dengan resiko
penularan penyakit

Masyarakat yang
kurang agresif dalam Belum ada media
mencari informasi edukasi
kesehatan

PASIEN DAN KELUARGA SARANA EDUKASI


Berdasarkan analisis fishbone di atas, diketahui bahwa akar penyebab dari isu “Kurang
optimalnya pemberian edukasi kesehatan pada pasien dan keluarga pasien tentang
pentingnya hand hygiene sebagai upaya pencegahan infeksi” tersebut adalah belum
optimalnya pemberian edukasi pada pasein dan keluarga pasien tentang pentingnya hand
hygiene sebagai upaya pencegahan infeksi melalui media leaflet dengan penuh tanggung
jawab, professional, dan sesuai kode etik profesi.
Melalui literasi digital menggunakan media pemberian informasi yang lebih menarik dan
mudah dipahami oleh keluarga pasien, sehingga nantinya tercapai optimalisasi pemberian
informasi pada keluarga pasien tentang pentingnya hand hygine sebagai upaya
pencegahan infeksi.
D. Gagasan kreatif penyelesaian core isu
Dengan merujuk pada akar penyebab, maka gagasan kreatif yang akan diakukan untuk
menyelesaikan core isu tersebut adalah dengan Otimalisasi pemberian informasi pada keluarga
pasien tentang pentingnya hand hygiene sebagai upaya pencegahan infeksi nasokomial melalui :
1. media leaflet
2. edukasi
3. penyuluhan tentang pentingnya hand hygiene sebanyak 2 hari sekali sebagai upara
terus mengingatkan pasien dan keluarga atau bisa disebut dengan media Controling .

Anda mungkin juga menyukai