TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0001/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pemilihan / seleksi obat oleh Komite Farmasi dan Terapi adalah
prosedur untuk memilih, menyeleksi dan menetapkan suatu
standar perbekalan farmasi khususnya obat yang baik dari segi
mutu, harga, maupun ketersediaannya memenuhi syarat untuk
digunakan di rumah sakit
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pemilihan obat-obat yang akan masuk dalam daftar
Formularium Rumah Sakit
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Komite farmasi dan terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
2. Dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi tersebut diputuskan
kapan akan dilakukan Revisi Formularium Rumah Sakit.
Revisi formularium Rumah Sakit dilakukan sedikitnya satu
tahun sekali jika ada obat yang dirasa penting untuk
ditambahkan atau dihilangkan dari formularium tersebut
3. Sebelum dilakukan revisi, Komite Farmasi dan Terapi
meminta usulan secara tertulis dari Komite Medis apakah
ada obat-obat baru yang perlu dimasukkan dalam revisi
formularium
4. Apabila ada usulan obat baru, maka Komite Farmasi dan
Terapi mengumpulkan data mengenai mutu, harga dan
ketersediaan obat tersebut
5. Setelah data tersebut diperoleh maka Komite Farmasi dan
Terapi akan mengadakan rapat untuk membahas dan
mengkaji apakah obat tersebut memenuhi standar untuk
dimasukkan dalam revisi formularium rumah sakit
1. Komite Medis
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Farmasi
3. Komite Farmasi dan Terapi
1
PENENTUAN METODE KONSUMSI OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0002/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan kebutuhan
obat dengan menganalisa data pemakaian obat pada tahun
sebelumnya
TUJUAN Untuk mencukupi perbekalan farmasi yang dibutuhkan Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
2
PERENCANAAN VOLUME KEBUTUHAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0003/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan
kebutuhan obat untuk memperkirakan jumlah obat yang akan
diadakan dalam satu tahun.
TUJUAN Untuk mencukupi perbekalan farmasi yang dibutuhkan Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
3
PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0004/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur perhitungan kebutuhan obat/alat kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan perbekalan farmasi di rumah
sakit
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya kekosongan atau kekurangan
obat/alat kesehatan di instalasi farmasi
2. Mendapatkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang
tepat dan sesuai kebutuhan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan
PROSEDUR 1. Kepala Instalasi Farmasi membuat data pemakaian barang
selama 3 bulan terakhir yang mengacu kepada Formularium
Rumah Sakit yang sudah ditetapkan berdasarkan standar
terapi dengan memperhatikan jumlah kunjungan, pola
penyakit, dan buffer stock
2. Apoteker menghitung pemakaian rata-rata barang selama 3
bulan tersebut dan melihat data jumlah barang yang tersisa
3. Setelah data diperoleh maka apoteker membuat rencana
pembelian perbekalan farmasi untuk kebutuhan 3 bulan
4. Rencana pembelian perbekalan farmasi yang telah dibuat
akan diteruskan kepada Panitia Pengadaan Rumah Sakit
untuk dikelola dan diadakan
5. Setiap seminggu sekali Kepala Instalasi Farmasi akan
memeriksa data stok perbekalan farmasi dalam Sistem
Informasi Farmasi agar dapat diketahui jumlah perbekalan
farmasi yang telah menipis
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
4. Rawat Inap
4
PENGADAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0005/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pembelian perbekalan farmasi
mulai dari pemilihan, perencanaan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
4. Rawat Inap
5
PERMINTAAN PERBEKALAN FARMASI
DAN BAHAN HABIS PAKAI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0006/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu proses pelayanan permintaan perbekalan farmasi dan
bahan habis pakai diruangan sesuai dengan permintaan
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan proses pelayanan permintaan
perbekalan farmasi dan bahan habis pakai dimasing-masing
ruangan sehingga stok diruangan dalam jumlah yang wajar
serta tidak terjadi kekosongan atau penumpukan barang
diruangan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas ruangan mengecek perbekalan farmasi dan
bahan habis pakai yang akan diorder ke farmasi
2. Petugas ruangan menuliskan permintaan ke instalasi
farmasi dalam form permintaan ruangan
3. Permintaan tersebut ditandatangani oleh Kepala
Ruangan kemudian disetujui oleh Ka. Sub bagian umum
dan perlengkapan dengan mengetahui Ka. Bidang
4. Petugas farmasi melayani permintaan ruangan
disesuaikan dengan stok yang tersedia difarmasi dan
ruangan. Farmasi dapat mengurangi mengurangi jumlah
permintaan ruangan apabila stok diruangan dianggap
masih cukup
5. Apabila barang yang disiapkan sudah selesai, petugas
ruangan dan petugas farmasi yang menyiapkan,
menuliskan nama dan tanda tangan pada form
permintaan
6. Perbekalan farmasi dan bahan habis pakai dibawa oleh
petugas ruangan masing-masing
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Rawat jalan
3. IGD
4. Radiologi
5. Fisioterapi
6. Laboratorium
6
PEMBELIAN OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0007/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Tata cara dalam pemesanan obat psikotropik
7
PEMBELIAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0008/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Tata cara dalam pemesanan obat narkotika
8
PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian
TUJUAN
Sebagai acuan dalam penerimaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan
KEBIJAKAN
Perbekalan farmasi yang diterima adalah obat dan BMHP
yang telah dipesan berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang
telah disetujui oleh Panitia pengadaan dan direktur
PROSEDUR
1. Perbekalan farmasi yang telah dipesan diserahkan
rekanan ke gudang dan diperiksa oleh Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan
2. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan melakukan pemeriksaan
BMHP dan obat – obatan berdasarkan jumlah, spesifikasi
khusus sesuai dengan surat pesanan dan surat pengantar
barang. Selanjutnya membuat berita acara pemeriksaan
barang yang ditandatangani oleh Direktur
3. Instalasi Farmasi akan menyimpan barang di gudang
sesuai dengan cara penyimpanannya dan disimpan
secara FIFO dan FEFO
1. Rekanan/ PBF
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan
3. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan
9
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0010/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam penyimpanan sediaan
farmasi yang sesuai standar, mulai dari penerimaan perbekalan
farmasi, pengelompokan dan penyimpanan sampai dengan
barang didistribusikan
TUJUAN Untuk menata dan menyimpan sediaan farmasi sehingga
memudahkan dalam pengawasan, pengambilan dengan tetap
menjamin mutu sediaan farmasi
KEBIJAKAN - Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi yang dikirim distributor diterima oleh
Petugas Gudang Farmasi
2. Setelah diterima, perbekalan farmasi disimpan di Gudang
dan disimpan/disusun sesuai abjad, First In First Out, First
Expired First Out, dikelompokkan sesuai bentuk sediaan,
stabilitas dan suhu penyimpanan.
3. Ruang Penyimpanan dengan kondisi umum untuk
menyimpan : obat jadi, obat produksi, bahan baku obat, dan
alat kesehatan (temperatur ruangan penyimpanan dengan
kondisi umum dipelihara pada suhu 15-25oC)
- Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya di
bawah 30o disimpan pada suhu 15-25oC
- Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya ˂
- 25oC disimpan pada suhu 15-25oC
- Temperatur ruangan dimana terdapat emergensi kit
dipelihara antara 15-25oC
Untuk memelihara temperatur ruang penyimpanan pada
suhu 15-25oC, maka ruang penyimpanan harus diberi Air
Conditioner yang sesuai dengan kapasitas ruangan
sehingga suhu yang diinginkan dapat dicapai.
4. Sediaan Farmasi yang petunjuk penyimpanannya 2 – 8 oC
disimpan dalam lemari pendingin/kulkas khusus obat
5. Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya 25-30 oC
disimpan dalam lemari kayu tertutup.
6. Ruang Penyimpanan dengan kondisi khusus untuk
menyimpan : obat termolabil, bahan laboratorium dan
reagensia, sediaan farmasi yang mudah terbakar,
obat/bahan obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
- Obat termolabil yang petunjuk penyimpanannya 2-8 oC
disimpan di dalam lemari pendingin.
7. Kelembaban relatif untuk penyimpanan perbekalan farmasi :
50-60%
Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3. IGD
10
PEMANTAUAN KELEMBABAN UDARA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0011/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan kelembaban
tempat penyimpanan perbekalan farmasi.
TUJUAN Untuk memantau kelembaban tempat penyimpanan perbekalan
farmasi dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai
hal-hal yang perlu diperbaiki agar mutu obat tetap terjamin.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi disimpan pada kondisi penyimpanan
umum dan khusus, sesuai dengan stabilitas masing-
masing produk.
2. Ruangan yang memiliki stok obat dan bahan medis habis
pakai seperti gudang, instalasi farmasi, IGD, ruang rawat
inap, rawat jalan harus mengisi blanko pemantauan suhu
serta kelembaban udara dan dicatat setiap pagi (pukul
08.00 WIB) dan siang hari (pukul 13.30 WIB) sesuai
dengan yang tertera pada hygrotermometer.
3. Untuk mejamin kesinambungan pencatatan kelembaban
udara, maka ruangan/unit/instalasi yang memiliki stok obat
dan bahan medis habis pakai harus membuat jadwal
petugas yang akan mengisi blanko pemantauan
kelembaban tersebut secara bergiliran.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Gudang Obat
11
PEMANTAUAN SUHU PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0012/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan suhu penyimpanan
sediaan farmasi.
TUJUAN Untuk memantau suhu tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai hal-hal yang perlu
diperbaiki agar mutu obat tetap terjamin.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi disimpan pada kondisi penyimpanan yang
sesuai dengan stabilitas masing-masing produk.
2. Untuk sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya pada
suhu ruang (seperti sediaan tablet, sirup, injeksi) maka disimpan
pada ruangan yang dilengkapi dengan air conditioner dan
termometer ruangan.
3. Untuk sediaan farmasi yang harus disimpan di dalam lemari
pendingin (insulin flexpen, vaksin, serum dll) maka di setiap
lemari pendingin yang merupakan tempat penyimpanan obat
harus dipasang alat pemantau suhu.
4. Ruangan yang memiliki stok obat dan bahan medis habis pakai
seperti gudang, instalasi farmasi, IGD, ruang rawat inap, rawat
jalan harus mengisi blanko pemantauan suhu setiap pagi (pukul
08.00 WIB) dan siang hari (pukul 13.30 WIB) sesuai dengan
yang tertera pada hygrotermometer.
5. Untuk mejamin kesinambungan pencatatan suhu maka
ruangan/unit/instalasi yang memiliki stok obat harus membuat
jadwal petugas yang akan mengisi blanko pemantauan suhu
tersebut secara bergiliran.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Gudang Obat
12
PEMANTAUAN/MONITORING PENGGUNAAN OBAT BARU DAN
KTD
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0013/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan efek samping yang
tidak diinginkan dari obat-obatan yang baru digunakan di rumah
sakit.
TUJUAN Untuk memantau efek samping obat-obatan yang baru digunakan di
rumah sakit dan dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi daftar
obat rumah sakit.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Form monitoring penggunaan obat baru disediakan di IGD,
rawat inap, rawat jalan dan instalasi farmasi
2. Siapa saja yang menemukan (dokter, perawat, farmasis) efek
samping dari obat-obatan yang baru digunakan di rumah
sakit, harus melaporkannya kepada DPJP, kemudian mengisi
Form Monitoring Penggunaan Obat Baru dan KTD
3. Kemudian kejadian tersebut dilaporkan kepada Komite
Farmasi dan Terapi melalui Sekretaris Komite Farmasi dan
Terapi (Ka. Instalasi Farmasi)
4. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan melaporkannya
kepada Ketua Komite Farmasi Terapi dan kepada Pusat
MESO Nasional
5. Laporan tersebut akan dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam rapat rutin Komite Farmasi dan Terapi sebagai bahan
pertimbangan apakah obat tersebut akan dikeluarkan atau
tidak dari Daftar Obat Rumah Sakit berdasarkan kesepakatan
dalam rapat
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
13
PEMANTAUAN DAN PENGUMPULAN DATA INSIDEN
MEDICATION ERROR
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0014/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah upaya untuk mencatat kejadian kesalahan dalam proses
pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung
jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen dan seharusnya
kejadian tersebut dapat dicegah
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam Pemantauan dan
Pengumpulan data insiden medication error di rumah sakit
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Inap
3. Rawat jalan
4. IGD
14
PENYIMPANAN OBAT SUPAYA TERLINDUNG DARI
KEHILANGAN DAN PENCURIAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0015/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F,M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah suatu prosedur dan sistem yang ditetapkan rumah sakit
untuk mencegah obat dari kemungkinan kehilangan dan pencurian
TUJUAN 1. Untuk menjamin sediaan farmasi di RS Ernaldi bahar
tersimpan di tempat yang aman, terhindar dari kerusakan,
kehilangan dan pencurian
2. Mempertahankan kualitas sediaan farmasi di rumah sakit
selama penyimpanan
3. Mengatur sediaan farmasi supaya pencarian lebih mudah dan
cepat
4. Pengawasan stok lebih mudah
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Penyimpanan obat di instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar
dilengkapi dengan kartu stok manual, sistem
inventory/persediaan secara elektronik/komputerisasi,
access door, teralis, dan cctv
2. Sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan pada
rak/lemari yang sesuai dengan suhu penyimpanan
masing-masing produk, penggolongan obat berdasarkan
efek farmakologi, bentuk sediaan dan alfabet
3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
harus mengikuti prinsip penyimpanan FEFO dan FIFO
4. Untuk obat narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari
khusus dengan double pintu/kunci
5. Kunci lemari psikotropik dan narkotik disimpan oleh
apoteker penanggung jawab atau apoteker lain yang
ditunjuk oleh apoteker penanggung jawab
6. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik harus
segera ditutup setiap kali petugas selesai mengambil obat
7. Stok opname dilakukan setiap 3 bulan sekali dan stok
random seminggu sekali
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
15
PENYUSUNAN LAPORAN OBAT PSIKOTROPIKA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0016/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyusunan Laporan Obat Psikotropika adalah suatu tata cara
untuk membuat laporan obat-obat psikotropika yang dipakai di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pembuatan
laporan obat psikotropika di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal bulan Kepala Instalasi Farmasi akan
mengambil data pemakaian obat-obat psikotropika dari
Sistem Informasi Farmasi.
2. Berdasarkan data tersebut kepala instalasi farmasi akan
melakukan verifikasi data pemakaian obat-obat
psikotropika, kemudian memeriksa kesesuaian stok akhir
dengan stok fisik obat.
3. Data tersebut akan diinput ke Aplikasi SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) melalui
sipnap.kemkes.go.id
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
17
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0018/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Perubahan harga perbekalan farmasi disebabkan kenaikan atau
penurunan harga perbekalan farmasi dari distributor farmasi
TUJUAN Untuk menyesuaikan harga perbekalan farmasi di rumah sakit
dengan distributor obat agar tidak terjadi kerugian
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar sudah menggunakan
Sistem Informasi Farmasi
2. Sstem Informasi Farmasi tersebut telah diprogram sehingga
apabila terjadi perubahan harga perbekalan farmasi maka
harga jual perbekalan farmasi akan otomatis menyesuaikan
dengan harga terakhir dari faktur pembelian yang diinput
oleh petugas
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
18
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0019/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyusunan Laporan Obat Generik adalah suatu tata cara untuk
membuat laporan obat-obat generik yang dipakai di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pembuatan
laporan obat generik di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal bulan Kepala Instalasi Farmasi akan mengambil
data pemakaian obat-obat generik dari Sistem Informasi
Farmasi.
2. Data tersebut akan dibuat sesuai abjad dan diolah dalam
bentuk excel, sehingga diperoleh data pemakaian obat
generik bulan sebelumnya baik untuk pasien JKN,
Jamkesda, pasien Umum/Bayar rawat inap dan rawat jalan.
3. Laporan tersebut akan diteruskan ke Bidang Penunjang
Medik sebagai salah satu bagian dari Laporan Bulanan
Instalasi Farmasi.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Bidang Penunjang Medik
19
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0020/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu kegiatan penyusunan obat non oral dan non injeksi yang
sesuai dengan peraturan kefarmasian
TUJUAN Memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan
yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Obat non oral dan non injeksi dipisahkan dari obat lain dan
dismpan pada kondisi yang sesuai dengan stabilitas
masing-masing produk
2. Disusun berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, kelas
terapi dan sistem FIFO dan FEFO
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
20
21
REVIEW TAHUNAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0021/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses manajemen pengelolaan
obat di rumah sakit, sehingga diketahui kendala dan permasalahan
yang terjadi pada tahap perencanaan dan pengadaan obat tahun
sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi perencanaan dan pengadaan obat tahun
sebelumnya.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bagian Keuangan Rumah Sakit
22
REVIEW TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0022/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses manajemen pengelolaan
obat di rumah sakit, sehingga diketahui kendala dan permasalahan
yang terjadi pada tahun sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi pengelolaan obat tahun sebelumnya.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
23
PENGAMANAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI PADA
GUDANG OBAT INDUK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0023/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk
melindungi obat/perbekalan farmasi dari kehilangan/pencurian.
Gudang Obat Induk adalah gudang yang letaknya berdekatan
dengan gudang induk dan menyimpan stok obat/perbekalan
farmasi dalam jumlah besar (stok obat untuk ± 3 bulan).
TUJUAN Mencegah terjadinya kehilangan/pencurian obat/perbekalan
farmasi.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Untuk melindungi obat/perbekalan farmasi pada Gudang Obat
Induk dari kehilangan pencurian maka gudang obat induk
dilengkapi dengan Kartu Stok Manual, Sistem
Inventory/Persediaan secara elektronik/komputerisasi, Access
Door, CCTV, dan teralis.
2. Access door hanya dapat dibuka oleh petugas gudang farmasi.
3. Kunci teralis hanya dimiliki oleh petugas gudang farmasi,
sehingga tidak dapat dibuka selain petugas gudang farmasi.
4. Pada saat stok opname gudang obat yang dilakukan oleh
petugas gudang farmasi akan disaksikan oleh bendaharawan
barang rumah sakit dan hasil stok opname gudang akan
dilaporkan kepada Direktur, Kepala Bidang Penunjang Medis
dan Kepala Instalasi Farmasi.
5. Pada saat petugas gudang farmasi mengambil obat, maka
akan disaksikan oleh petugas farmasi lainnya dan petugas
gudang induk.
6. Petugas farmasi yang menerima obat/perbekalan farmasi akan
menyesuaikan antara permintaan obat dengan jumlah dan jenis
obat yang dikeluarkan dari gudang obat oleh petugas gudang
farmasi.
7. Setelah diperiksa dan jumlah serta jenisnya sesuai, maka akan
dilakukan serah terima petugas farmasi yang menerima obat
akan menandatangani permintaan obat.
8. Bila petugas gudang farmasi berhalangan hadir maka kartu
akses door dan kunci teralis pintu gudang obat diserahkan pada
Penanggung Jawab Perbekalan Farmasi.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik
24
PENGAMANAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI PADA
INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0024/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk
melindungi obat/perbekalan farmasi dari kehilangan/pencurian di
Instalasi Farmasi.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
25
PENULISAN RESEP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0025/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi/apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat atau bahan medis habis
pakai kepada pasien sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penulisan resep
26
PENCATATAN RIWAYAT ALERGI OBAT PASIEN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0026/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pencatatan riwayat alergi obat adalah suatu prosedur skrinning
alergi pada pasien
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pencatatan
riwayat alergi pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Sebelum pasien diperiksa, maka perawat wajib
menanyakan ada atau tidaknya alergi obat pasien dan
mengisi kolom alergi obat pada resep.
2. Jika ada alergi obat, maka perawat akan melingkari
pilihan “Ya” dan dituliskan nama obat tersebut sesuai
hasil wawancara dengan pasien.
3. Jika tidak ada alergi, maka perawat akan melingkari
pilihan “Tidak”
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Bidang Keperawatan
No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman
445.1/0027/09.3.4/
1 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan Oleh :
DIREKTUR,
Tanggal terbit :
STANDAR ROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. Yumidiansi F, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19660615 199603 2 001
PENGERTIAN Metode penulisan nama obat dengan menggunakan kapitalisasi
sebagian huruf nama obat untuk menekankan perbedaan obat,
terutama nama obat. Membantu membedakan obat : nama, rupa,
dan ucapan sama ( NORUM ) atau look alike, sound alike ( LASA )
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah meningkatkan keamanan
penggunaan obat dan mengurangi kemungkinan kesalahan
medikasi terkait nama obat, kesalahan baca nama obat dan tulisan
nama obat yang ambigu atau kurang terbaca di Rumah Sakit
ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
no. 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang Kebijakan Sasaran
Keselamatan Pasien Pada RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
PROSEDUR Persiapan :
Daftar obat TAALman Lettering sesuai standar ISMP atau daftar
obat NORUM/LASA Rumah Sakit ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan dan daftar Obat Kewaspadaan Tinggi ( High Alert ) Rumah
Sakit ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Pelaksanaan :
1. Mendapatkan nama obat yang diperlukan.
2. Memeriksa nama obat di daftar obat TALLman Lettering ISMP
atau daftar obat NORUM/LASA Rumah Sakit ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan dan daftar Obat Kewaspadaan
Tinggi ( High Alert ) Rumah Sakit ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
3. Menuliskan nama obat pada resep, rekam medis, kartu stok
obat, label, atau untuk keperluan lain dengan penulisan nama
obat tersebut dengan menggunakan kapitalisasi sebagaian
huruf pada nama obat, seperti
R/ amp. CefTRIAXone no. I
∫ omni. 12.h.imm.
Ketentuan cara penulisan nama obat sesuai pilihan daftar
diatas harus diutamakan sebagai standar nama obat
NORUM/LASA dan Obat Kewaspadaan Tinggi.
4. Pada kondisi tidak memungkinkan untuk segera memeriksa
nama obat sesuai dengan pilihan daftar obat yang
disediakan diatas, TALLman Lettering tetap dapat digunakan
meskipun terdapat sedikit perbedaan dari standar penulisan
daftar nama obat diatas, misalnya,
R/ Amp. CefriAXONE no. I
∫ omni. 12.h.imm.dengan tujuan yang sama yaitu untuk
menekankan perbedaan nama obat yang ditulis dengan
nama obat lain.
28
PENGGUNAAN TALLMAN LETTERING
Instalasi Farmasi
No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman
445.1/0027/09.3.4/
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 1 2-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan Oleh :
DIREKTUR,
Tanggal terbit :
STANDAR ROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. Yumidiansi F, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 196606151996032001
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rawat Jalan
29
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
BAHAR
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.
30
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.
disambungkan :
a. Pelayanan resep ditunda sampai dokter dapat dihubungi
Konfirmasi kepada pasien apabila dokter telah dapat dihubungi.
b. Bila dokter tidak dapat dihubungi sedangkan obat tersebut
diperlukan segera (cito), maka konsultasikan masalah tersebut
kepada atasan (Kepala lnstalasi Farmasi / Kepala Bidang
Penunjang Medis / / /Kepala Jaga).
2. Setelah selesai melakukan konfirmasi, akhiri pembicaraan dengan
mengucapkan "Terima kasih" kemudian tutup telepon dan letakkan
31
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.
32
PENULISAN ETIKET RAWAT JALAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0029/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan penulisan etiket rawat jalan yang berisi
aturan pakai, cara pemakaian dan waktu pemberian
TUJUAN 1. Etiket yang dibuat harus sesuai dengan obat yang
diserahkan kepada pasien
2. Menghindari kesalahan penggunaan obat oleh pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien membawa resep ke loket penerimaan resep
2. Petugas farmasi menerima resep dan mengecek resep
meliputi identitas pasien, nama obat, bentuk sediaan,
dosis, aturan pakai dan jumlah obat
3. Setelah melakukan pengecekan,petugas farmasi
menginput resep ke system
4. Petugas farmasi melakukan pencetakan etiket.
Label/etiket obat harus mencantumkan :
- Bagian atas nama Rumah Sakit Ernaldi Bahar, alamat
dan no.telp. Rumah Sakit beserta tanggal penyiapan
resep, jam, nama pasien, no.rekam medis dan
tanggal lahir pasien
- Dibawah nama pasien tercantum nama obat,
dosis/konsentrasi obat
- Pada bagian paling bawah tercantum jumlah obat dan
Expired date
- Label/etiket harus memuat cara pemakaian dan
waktu pemberian
- Etiket dicetak harus sesuai dengan penggunaan
sediaan (warna biru untuk pemakaian luar dan warna
putih untuk sediaan yang digunakan secara oral)
33
- Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT - Rawat Jalan
34
PROSEDUR 1. Perawat ruangan rawat inap membawa resep dari dokter
ke depo farmasi
2. Petugas farmasi bagian UDD menerima resep dan
mengecek resep meliputi identitas pasien, nama obat,
bentuk sediaan, dosis, aturan pakai dan jumlah obat.
Apabila sudah sesuai, petugas UDD mencatat di form
CPO (Catatan Pemberian Obat) untuk masing-masing
pasien
3. Petugas UDD menginput resep ke system
4. Petugas UDD melakukan pencetakan etiket.
Label/etiket obat harus memuat keterangan sbb :
PENDELEGASIAN
- Bagian atas nama PEKERJAAN
Rumah Sakit DARI APOTEKER
Ernaldi Bahar, alamat
KEPADA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
dan no.telp. Rumah Sakit beserta tanggal penyiapan
Instalasi
resep, jam, nama Farmasi
pasien, no.rekam medis dan tanggal
No.lahir
Dokumen
pasien No. Revisi : Halaman :
445.1/0031/09.3.4/ 1 1-1
- Dibawah nama pasien tercantum nama obat,
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR dosis/konsentrasi obat
PROVINSI SUMATERA SELATAN - Pada bagian paling bawah tercantum jumlah obat dan
Expired date Ditetapkan oleh :
- Label/etiket harus memuat cara DIREKTUR,
pemakaian dan waktu
STANDAR PROSEDUR pemberian
Tanggal Terbit
OPERASIONAL Etiket dicetak
09 -September 2017 harus sesuai dengan penggunaan
dr. YUMIDIANSI.
sediaan (warna biru untuk F, M.Kes
pemakaian luar dan warna
putih untuk sediaan yang Pembina
digunakanTingkat
secara1oral)
UNIT TERKAIT NIP.196606151996032001
- Instalasi Farmasi
PENGERTIAN Pendelegasian pekerjaan farmasi klinis dari apoteker
- Rawat Inap
kepada tenaga teknis kefarmasian (S1 Farmasi) adalah
suatu pelimpahan wewenang dari apoteker kepada tenaga
teknis kefarmasian yang telah dilatih oleh apoteker untuk
mengerjakan beberapa pekerjaan farmasi klinis.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pendelegasian pekerjaan kefarmasian ke keperawatan.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dikarenakan keterbatasan tenaga apoteker di
instalasi farmasi, maka ada beberapa pekerjaan
farmasi klinis dilimpahkan pengerjaannya kepada
tenaga teknis kefarmasian (S1 Farmasi) yang telah
dilatih, yaitu sebagai berikut :
- Telaah Resep
- Pengisian lembar rekonsiliasi pada saat pasien
akan masuk dirawat inap
- Pemberian edukasi mengenai cara minum obat
kepada pasien IGD dan pasien rawat jalan
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
35
PENERIMAAN OBAT PRIBADI PASIEN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0033/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penerimaan obat-obatan yang dibawa atau dibeli sendiri oleh
pasien dari luar RS pada saat sebelum pasien mengalami
opname
TUJUAN Untuk menjamin pelayanan pengobatan yang aman untuk
pasien di RS.Ernaldi Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi (Apoteker/TTK) menanyakan kepada
pasien atau keluarganya mengenai obat-obatan yang
biasa dikonsumsi pasien selama dirumah
2. Apabila ada obat-obatan yang dikonsumsi pasien
selama di rumah, maka petugas farmasi akan mencatat
obat tersebut pada form rekonsiliasi dalam status
pasien
3. Petugas farmasi memeriksa kondisi obat-obatan yang
dibawa pasien (tanggal kadaluarsa, kondisi kemasan),
setelah itu petugas farmasi berkonsultasi kepada dokter
apakah obat tersebut akan diteruskan untuk dikonsumsi
pasien atau tidak.
4. Apabila obat pribadi pasien tersebut setelah diperiksa
oleh Apoteker ternyata berinteraksi dengan obat lain
yang bersumber dari rumah sakit, Apoteker akan
memberikan saran/ rekomendasi/ informasi pada DPJP
(dokter penanggung jawab pelayanan) mengenai
interaksi tersebut
5. DPJP akan memutuskan dan menulis diform rekam
medis apakah setelah interaksi tersebut diketahui, obat
pasien pribadi tersebut akan tetap diteruskan atau tidak
36
PENGISIAN LEMBAR REKONSILIASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0034/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pengisian lembar rekonsiliasi pasien adalah suatu proses
untuk mendata riwayat obat-obat yang telah dikonsumsi
pasien sebelum pasien dirawat di rumah sakit (maksimum 3
bulan sebelum pasien dirawat)
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah bagi petugas farmasi untuk
mengisi lembar rekonsiliasi dalam status pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi (Apoteker/TTK) menanyakan kepada
pasien atau keluarganya mengenai obat-obatan yang
biasa dikonsumsi pasien selama dirumah
2. Apabila ada obat-obatan yang dikonsumsi pasien
selama di rumah, maka petugas farmasi akan mencatat
obat tersebut pada form rekonsiliasi dalam status
pasien
3. Petugas farmasi memeriksa kondisi obat-obatan yang
dibawa pasien (tanggal kadaluarsa, kondisi kemasan),
setelah itu petugas farmasi berkonsultasi kepada dokter
apakah obat tersebut akan diteruskan untuk dikonsumsi
pasien atau tidak.
4. Apabila obat pribadi pasien tersebut setelah diperiksa
oleh Apoteker ternyata berinteraksi dengan obat lain
yang bersumber dari rumah sakit, Apoteker akan
memberikan saran/ rekomendasi/ informasi pada DPJP
(dokter penanggung jawab pelayanan) mengenai
interaksi tersebut
5. DPJP akan memutuskan dan menulis diform rekam
medis apakah setelah interaksi tersebut diketahui, obat
pasien pribadi tersebut akan tetap diteruskan atau tidak
TELAAH RESEP
37
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0035/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
38
PELAYANAN RESEP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0036/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
39
PELAYANAN RESEP PASIEN UMUM
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0037/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
40
PELAYANAN RESEP PASIEN JAMKESDA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0038/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
Instalasi Farmasi
41
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0040/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
Instalasi Farmasi
42
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0040/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
Instalasi Farmasi
43
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0041/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
Instalasi Farmasi
44
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0041/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
PROSEDUR Serbuk yang ada dalam blender obat dituang perlahan dan
diratakan di atas papan kapsul dengan menggunakan sudip
Setelah serbuk diisi secara merata ke dalam kapsul,
pasang tutup kapsul
Keluarkan kapsul dari papan kapsul
Bersihkan kapsul dengan menggunakan tisu
Untuk puyer, massa serbuk obat dibagi merata (secara
visual) ke atas kertas perkamen, kemudian bungkus
menjadi sediaan puyer
Masukkan kapsul/puyer ke dalam plastik obat, beri etiket
dan kemas
Seka seluruh alat kesehatan, papan kapsul, dan wadah
obat setelah digunakan dengan alkohol 70 %
Buang seluruh bahan yang terkontaminasi ke dalam
kantong tertutup
Bersihkan area kerja (dengan aquadest dan alkohol 70%)
Buang seluruh tisu ke dalam kantong tertutup, tempatkan
dalam kantong buangan
5. Bereskan alat-alat, kemudian cuci tangan sesuai SPO cuci
tangan biasa.
Instalasi Farmasi
45
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0042/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
Instalasi Farmasi
46
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0042/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
47
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0043/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
48
KONSELING OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0044/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017
49
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0045/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
50
No. Dokumen No. Revisi Halaman
445.1/0045/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
PENGARSIPAN RESEP
51
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0046/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
52
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0047/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi
54
PENGEMBALIAN PERBEKALAN FARMASI
PASIEN RAWAT JALAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0049/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur dan tata cara pengembalian perbekalan farmasi
dari pasien rawat inap yang sudah tidak digunakan lagi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengembalian
perbekalan farmasi dari pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien/keluarga pasien membawa perbekalan farmasi yang
akan diretur dikarenakan pada hari sebelumnya terjadi
kekosongan obat dan pasien mendapat obat yang
komposisinya sama namun dengan nama dagang yang
berbeda, tetapi pasien tidak cocok mengkonsumsi obat
dengan nama dagang yang berbeda
2. Petugas farmasi menerima dan mengecek barang yang akan
diretur yang meliputi jenis barang, jumlah barang, kondisi
barang dan tanggal kadaluarsa
3. Bila cocok dan benar, barang diterima dari pasien/keluarga
pasien dan petugas farmasi akan melakukan void barang
yang diretur
4. Petugas farmasi mengembalikan barang yang diretur ke
tempat penyimpanan masing-masing, dan mencatatnya di
kartu stok
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat jalan
55
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0050/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur dan tata cara pengembalian perbekalan farmasi
dari pasien rawat inap yang sudah tidak digunakan lagi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengembalian
perbekalan farmasi dari pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perawat membawa perbekalan farmasi dari pasien yang
akan diretur
2. Petugas farmasi menerima dan mengecek barang yang
diretur yang meliputi jenis barang, jumlah barang, kondisi
barang dan tanggal kadaluarsa
3. Bila cocok dan benar, barang diterima dari perawat dan
petugas farmasi akan melakukan void barang yang diretur
4. Petugas farmasi mengembalikan barang yang diretur ke
tempat penyimpanan masing-masing dan mencatatnya di
kartu stok
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat inap
56
PENGEMASAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0051/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
57
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0052/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
58
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Prosedur Operasional yang mengatur mengenai pelaksanaan
pemeriksaan jumlah dan masa kadaluarsa perbekalan farmasi
yang meliputi tata cara, waktu, penanggung jawab dan
pelaporan data
TUJUAN 1. Menyesuaikan antara data fisik barang dengan kartu
stock, dan jumlah stok yang terdapat di komputer
2. Untuk mencegah pemberian obat yang telah kadaluarsa
ke pasien
3. Untuk meminimalisir kerugian RS yang diakibatkan oleh
obat hilang, rusak dan kadaluarsa
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Jadwal stock opname ditetapkan tiap tiga bulan sekali
2. Seminggu sebelum stock opname dilakukan, masing-
masing koordinator farmasi mengirimkan internal memo
kepada ruang keperawatan, IGD, laboratorium,
fisioterapi, radiologi, rawat jalan/inap
3. Pada saat stock opname dimulai, petugas ruangan
melakukan perhitungan bersama dan menulis jumlah fisik
pada form stock opname
4. Apabila pada saat stock opname ditemukan perbekalan
farmasi yang rusak, kadaluarsa/ waktu kadaluarsa kurang
dari 6 bulan, perbekalan tersebut tetap dihitung kemudian
dipisahkan untuk dilaporkan ke koordinator masing-
masing ruangan
5. Apabila ada transaksi perbekalan farmasi saat stock
opname, petugas yang mengambil barang mencatat
nama sediaan dan jumlah di kertas terpisah dan
memberikannya kepada petugas yang menghitung
sediaan tersebut agar stok yang terpakai dapat dikurangi
6. Setelah stock opname selesai dilakukan, masing-masing
STOCK OPNAME DI INSTALASI FARMASI
koordinator ruangan membuat
Instalasi Farmasilaporan stock opname dan
melakukan
No. Dokumen penyesuaianNo. perbekalan
Revisi : farmasi
Halaman dikomputer
:
yang harus ditanda
445.1/0053/09.3.4/ tangani1oleh kepala instalasi
1-2 farmasi
RS.ERBA/2017
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
3. Gudang Induk
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0055/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017
63
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
3. IPSRS
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
4. Fungsional Medis
5. Apotek rekanan
65
PROSEDUR 1. Rumah Sakit Ernaldi Bahar memiliki perjanjian kerjasama
(MOU) dengan apotek terdekat di luar rumah sakit.
Sebelum memulai kerjasama dengan apotek tersebut,
pihak rumah sakit harus sudah terlebih dahulu memeriksa
kelengkapan syarat, administrasi dan legalitas apotek
tersebut. Setelah diperiksa dan tidak ditemukan masalah,
maka antara pihak apotek dan rumah sakit harus sudah
sepakat mengenai tata cara pembayaran (kredit atau
tunai pada saat mengambil obat), waktu pelayanan
apotek, dan sebagainya. Kesepakatan tersebut
dituangkan dalam MOU.
2. Manajemen rumah sakit harus menentukan petugas
rumah sakit yang akan mengambil obat ke apotek
tersebut apabila sewaktu-waktu diperlukan.
3. Jika pada suatu saat stok obat yang masuk dalam
Formularium Nasional atau Formularium Rumah Sakit
kosong, sedangkan obat tersebut sangat dibutuhkan
pasien terutama untuk pasien rawat inap maka petugas
yang ditetapkan oleh rumah sakit dapat mengambil obat
tersebut pada apotek rekanan yang telah ditunjuk tadi.
4. Obat yang diambil ke apotek rekanan sudah harus
sampai kepada pasien yang membutuhkan dalam waktu
< 30 menit
5. Untuk pasien rawat jalan jika ada stok obat yang kosong
maka solusi yang akan diambil adalah sebagai berikut:
- Pasien umum/bayar dapat ditawarkan untuk menebus
obat tersebut di apotek luar rumah sakit dengan
disertai penjelasan bahwa stoknya di rumah sakit
pada saat ini sedang kosong. Namun, jika pasien
tidak bersedia maka pihak rumah sakit harus
mengambil obat ke apotek rekanan yang telah
ditunjuk
- Pasien Jaminan (JKN, Jamsoskes), maka petugas
No. Dokumen
No. Revisi : Halaman :
445.1/0059/09.3.4/
1 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR farmasi akan menghubungi dokter penulis resep dan
menawarkan saran obat substitusi yang komposisi sama
atau kelas terapi sama dan dijamin oleh institusi penjamin
pasien tersebut
66
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
4. Fungsional Medis
5. Apotek rekanan
67
TUJUAN Menjadi pedoman langkah dalam pengajuan untuk mendapat
persetujuan obat yang tidak masuk daftar obat rumah sakit untuk
diadakan di rumah sakit
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Alur Proses Persetujuan dan Pengadaan
Obat Yang Tidak Termasuk Dalam Daftar Obat Rumah Sakit di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.
68
3. Perbekalan farmasi tersebut ada dalam emergensi kit,
namun kunci rusak sehingga emergensi kit tidak dapat
dibuka
4. Perawat menghubungi Depo Farmasi IGD yang melayani 24
Jam untuk menanyakan apakah perbekalan farmasi tersebut
tersedia di Depo Farmasi IGD
5. Jika tersedia di Depo Farmasi IGD, maka perawat akan
mengambil ke Depo Farmasi IGD
6. Jika petugas farmasi Depo IGD sedang tidak di tempat atau
perbekalan farmasi yang dibutuhkan tidak tersedia di Depo
Farmasi IGD, maka perawat akan menghubungi petugas
yang sudah ditetapkan rumah sakit untuk mengambil
perbekalan farmasi tersebut ke apotek rekanan. Waktu yang
dibutuhkan oleh petugas untuk mengambil obat ke apotek
rekanan adalah 30 menit.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0062/09.3.4/ 2 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran perbekalan
farmasi baik obat ataupun bahan medis habis pakai dari
Instalasi Farmasi ke ruangan rawat inap
69
pasien melalui Sistem Informasi Farmasi
4. Setelah diperiksa, petugas farmasi menginput resep
tersebut ke dalam SIRS Farmasi
5. Setelah diinput, petugas farmasi menyiapkan obat / BMHP
dengan sistem Unit Dose. Kemudian dilakukan
pengecekan sebelum diserahkan kepada perawat ruangan
6. Perawat ruangan mengecek dan menerima obat / BMHP,
kemudian perawat yang menerima obat membubuhkan
tanda tangan pada Formulir Catatan Pemberian Obat
(CPO)
UNIT TERKAIT 1. Rawat inap
2. Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0063/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar disimpan ditempat
khusus, jauh dari sumber api yang dilengkapi dengan tabung
pemadam kebakaran, spill kit serta dilengkapi dengan MSDS
(Material Safety Data Sheet).
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menjaga
keamanan penyimpanan bahan berbahaya dan mudah terbakar.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
70
PROSEDUR 1. Bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar diterima
disimpan ke ruang khusus untuk bahan berbahaya.
2. Dicatat dan disusun secara teratur agar mudah dikontrol dan
mudah pengambilannya.
3. Pengeluaran berdasarkan permintaan dari pelayanan
farmasi.
4. Setidaknya satu minggu sekali petugas harus mengecek alat
pengaman dari bahan berbahaya tersebut.
5. Tabung pemadam kebakaran setidaknya satu bulan sekali
dicek ulang dan diperiksa kadaluarsanya.
6. Ruang penyimpanan harus selalu dikunci dan kunci disimpan
oleh petugas yang ditunjuk.
7. Setiap petugas yang masuk ke dalam ruang penyimpanan
bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar harus memakai
APD (masker, sarung tangan)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0064/09.3.4/ 1 1-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran perbekalan farmasi
baik obat ataupun bahan medis habis pakai dari Instalasi
Farmasi ke pasien rawat jalan
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0064/09.3.4/ 1 1-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir pasien), nama
obat, dosis, jumlah, tanggal kadaluarsa, aturan minum
obat, asal klinik, nama dokter, tanggal resep
6. Resep yang telah diinput akan dilayani / disiapkan oleh
petugas farmasi
7. Petugas farmasi menyerahkan obat atau bahan medis
habis pakai kepada pasien / keluarga pasien disertai
dengan penjelasan mengenai aturan pakai
CATATAN :
- Untuk obat jadi (non racikan) standar waktu tunggu
mulai dari aturan pakai obat selesai dibuat sampai
dengan obat siap diserahkan kepada pasien /
keluarga pasien adalan ≤ 30 menit
72
- Untuk obat racikan standar waktu tunggu mulai dari
aturan pakai obat selesai dibuat sampai dengan obat
siap diserahkan kepada pasien / keluarga pasien
adalah ≤ 60 menit
1. Loket pembayaran
UNIT TERKAIT 2. Poliklinik Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
73
PENARIKAN KEMBALI (RECALL) PERBEKALAN FARMASI
75
PENGERTIAN Prosedur tata cara pelayanan obat pasien rawat inap dengan
system unit dose dispensing (UDD)
TUJUAN Untuk memastikan proses pelayanan obat dilaksanakan
dengan baik, tepat, sesuai dengan resep dan mengurangi
adanya retur obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perawat ruangan rawat inap membawa resep dari
dokter ke Instalasi farmasi
2. Petugas farmasi menelaah resep dan mengecek
kesesuaian obat, seperti : nama obat, bentuk sediaan,
jumlah, dosis dan aturan pakai. Apabila sudah sesuai
petugas UDD mencatat di form CPO (Catatan
Pemberian Obat) untuk masing-masing pasien
3. Petugas UDD menginput ke system sesuai resep yang
ada
4. Petugas UDD menyiapkan obat berdasarkan form CPO
untuk sekali pemberian
5. Petugas UDD mengantarkan obat ke masing-masing
ruangan rawat inap dan melakukan serah terima obat
kepada perawat dengan mencocokkan antara obat yang
disiapkan dengan form CPO
6. Bila sudah selesai petugas UDD dan perawat
menuliskan nama dan paraf di form CPO
7. Bila terapi obat tidak dilanjutkan atau pasien akan
pulang, maka perawat ruangan akan menginformasikan
kepada petugas farmasi dan petugas farmasi akan
menyiapkan obat sesuai dengan resep untuk pasien
pulang.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
semua penjelasan petugas farmasi
12. Tanyakan pada pasien apakah masih ada pertanyaan,
jelaskan oleh petugas apa yang menjadi pertanyaan pasien
13. Tanyakan nomor telepon, alamat (khusus resep narkotika dan
psikotropika) dan paraf pasien/keluarga pasien, tuliskan
dibelakang resep
14. Kembalikan bukti pembayaran asli kepada pasien / keluarga
pasien serta ucapan terima kasih
15. Berikan tanda di kolom P (Penyerahan) pada Sistem
Informasi Farmasi dan jam sesuai dengan waktu penyerahan
obat kolom J (Jam) oleh petugas farmasi
16. Jadikan satu copy bukti pembayaran, copy bukti transaksi dan
resep asli / copy resep untuk direkap sesuai nomor transaksi
dan hari transaksi.
UNIT TERKAIT
1. Bidang Penunjang Medis
2. Instalasi Farmasi
81
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan pemberian
larutan calcium klorida
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan calcium gluconas
2. Agar larutan calcium klorida dapat diberikan secara tepat
dan aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan calsium gluconas
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis dengan lengkap dicatatan integrasi atau di form
daftar pengobatan dosis calcium gluconas yang diberikan
2. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep berapa calcium
gluconas yang akan diberikan
3. Tuliskan dosis, konsentrasi, cara pemberian obat pada protokol
terapi
4. Serahkan ke petugas farmasi
5. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan berkas serta protokol
terapi
6. Cek kesesuaian obat, jumlah, dosis, dan tanggal kadaluarsa
7. Calcium gluconas dapat diberikan langsung atau dengan
pengenceran menggunakan larutan yang kompatibel dengan
calcium gluconas yaitu NaCl 0,9% dan dextrose 5%/Glukosa
5%
8. Konfirmasi ke dokter apabila ada yang tidak sesuai baik cara
pemberian obat atau pelarut yang digunakan
9. Lakukan pencampuran secara aseptis
10. Label calcium gluconas harus mengandung informasi :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan jam pemberian obat
c. Kadaluarsa setelah obat
dicampur : 24 Jam
d. Nama obat serta pelarut yang
digunakan
e. Dosis pemberian
f. Peringatan peyimpanan, jangan
disimpan dalam kulkas, simpan dalam suhu ruangan
11. Petugas farmasi melakukan serah terima dengan perawat
ruangan
82
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
12. Perawat memberikan larutan calcium gluconas ke pasien
melalui infus atau syringe pump setelah melakukan double
cek untuk memastikan ketepatan dosis, rute pemberian,
konsentrasi larutan dan kecepatan pemberian
13. Perawat melakukan observasi kepada pasien apabila
terdapat tanda-tanda interaksi obat, perawat melaporkan ke
DPJP apakah akan diberikan pengobatan yang lain
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan
pemberian larutan MgSO4
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan MgSO4
2. Agar larutan MgSO4 dapat diberikan secara tepat dan
aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan MgSO4
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis resep serta tata cara pemberian MgSO 4 pada
protocol terapi
2. Tentukan jenis pelarut atau larutan infus yang akan
digunakan, MgSO4 kompatibel dengan Dextrose dan NaCl
3. Tentukan konsentrasi larutan MgSO4 yang akan digunakan
sesuai dengan standar jenis vena yang akan digunakan
4. Hitung kecepatan pemberian berdasarkan dosis yang diminta
serta konsentrasi larutan yang akan dibuat
5. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep dosis,
konsentrasi yang akan diinginkan, kecepatan pemberian dan
jenis vena yang akan digunakan
6. Petugas farmasi melakukan verifikasi nama obat, jumlah,
dosis, pelarut yang digunakan, tanggal kadaluarsa obat.
Laporkan ke dokter apabila pasien menggunakan obat anti
depressan sebab dapat menurunkan kadar MgSO 4
7. Petugas farmasi akan menyiapkan larutan MgSO4 sesuai
yang tertera diresep dan memberikan label yang jelas serta
melakukan pengecekan sesuai dengan prinsip 7 benar
sebelum diserahkan kepada perawat
8. Label MgSO4 harus mengandung informasi
- Identitas pasien - Pelarut yang digunakan
- Tanggal dan jam penyiapan obat
- Dosis pemberian
- Petugas yang menyiapkan dan yang melakukan pengecekan
- Kondisi dan tempat penyimpanan
- Kadaluarsa/expired setelah pencampuran
84
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0072/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
85
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0073/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
86
PEMBERIAN INJEKSI NATRIUM BIKARBONAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0073/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
87
PERBANDINGAN PERMINTAAN OBAT PERTAMA DENGAN
DAFTAR OBAT PASIEN SEBELUM DIRAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0074/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Membandingkan permintaan obat pertama dengan daftar obat
pasien sebelum dirawat
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyerahan
dan penerimaan resep di instalasi farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
88
RESEP TIDAK TERBACA / KURANG JELAS
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0075/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses yang dilakukan tenaga farmasi dalam
menindaklanjuti apabila mendapati resep yang tidak terbaca /
kurang jelas.
TUJUAN Untuk mengambil langkah/tindakan bila mendapati resep yang
tidak jelas.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR
1. Petugas farmasi menerima resep dari pasien/keluarga
pasien/perawat ruangan.
2. Petugas farmasi melakukan telaah resep.
3. Petugas farmasi mendapati resep yang menimbulkan
pertanyaan dikarenakan kurang jelas/tidak terbaca
sehingga menyebabkan petugas farmasi tidak mengerti
nama sediaan farmasi yang tertulis pada resep.
4. Petugas farmasi harus menyimpan nomor kontak semua
dokter yang bertugas di Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
5. Petugas farmasi menghubungi penulis resep lewat
telepon untuk melakukan konfirmasi resep yang tidak
terbaca.
6. Pada saat menghubungi dokter, petugas farmasi harus
mencatat dan mengulangi lagi nama obat tersebut
sehingga apa yang dimaksud dokter sama dengan yang
dimaksud oleh petugas farmasi.
UNIT TERKAIT
Instalasi Farmasi
89
PENYERTAAN FORM CATATAN PEMBERIAN OBAT DALAM
STATUS PASIEN SAAT PASIEN
DIPINDAHKAN/DIPULANGKAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0076/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur dalam menyimpan catatan/riwayat
pemberian obat kepada pasien dalam rekam medis pada saat
pasien dipindahkan/dipulangkan
TUJUAN Untuk mendokumentasikan riwayat obat yang telah digunakan
dalam terapi pasien, sehingga dapat dilihat oleh petugas apabila
diperlukan sewaktu-waktu.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR
1. Perawat mengisi Catatan Pemberian Obat
2. Catatan Pemberian obat harus memuat nama obat, dosis,
jumlah obat dan mencakup informasi obat (misal apabila
ada informasi obat digunakan “bila perlu”)
3. Setelah diisi Catatan Pemberian Obat harus dimasukkan
dalam status/rekam medis pasien
4. Apabila pasien pindah ruangan atau pulang, maka Catatan
Pemberian Obat harus disertakan dalam status pasien
sehingga petugas dapat melihat riwayat obat yang telah
digunakan dalam terapi pasien.
90
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0077/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
3. IGD
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
3. IGD
92
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0080/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu kegiatan pencatatan pemberian obat
93
PENULISAN FORMULIR PERMINTAAN ALAT KESEHATAN
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0081/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Alkes dan Bahan medis habis pakai adalah bahan dan alat
kesehatan yang dipakai dalam menunjang pelayanan kesehatan
dan hanya untuk satu kali pemakaian
TUJUAN Untuk mendapatkan pelayanan alkes dan bahan medis habis
pakai yang cepat dan akurat bagi pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Formulir permintaan alkes dan bahan medis habis pakai
diajukan oleh masing-masing ruangan ditandatangani oleh
Kepala Ruangan, Kabid Keperawatan serta Kasubbag
Umum dan Perlengkapan
2. Formulir permintaan yang telah ditandatangani tersebut
diserahkan ke instalasi farmasi
3. Petugas Instalasi farmasi menyiapkan permintaan yang
diajukan
4. Petugas farmasi yang melayani permintaan tersebut
menandatangani formulir permintaan
5. Perawat ruangan mengecek apakah bahan habis pakai
yang diberikan sudah sesuai dengan permintaan
6. Apabila sesuai maka perawat yang menerima
menandatangani permintaan tersebut
95
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0083/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
10 November 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Larutan elektrolit konsentrat adalah larutan yang beresiko tinggi
dan dapat membahayakan pasien apabila digunakan dengan
kurang tepat
TUJUAN Untuk mengurangi resiko medication error
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Elektrolit konsentrat tidak disimpan di ruang perawatan,
elektrolit konsentrat hanya disimpan di instalasi farmasi dan
Instalasi gawat darurat (di dalam troli emergensi)
2. Pada saat menerima order elektrolit konsentrat, petugas
farmasi memverifikasi obat high alert dan menggaris
bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan
tinta merah
3. Dilakukan pemeriksaan yang kedua kali oleh petugas
farmasi sebelum obat diserahkan kepada perawat
4. Petugas farmasi pertama dan yang kedua membubuhkan
tanda tangan dan nama petugas, nama obat dan jumlah
obat serta dosis di Formulir pemakaian obat high alert
sebagai bukti telah dilakukan double check
5. Obat diserahkan kepada perawat disertai informasi yang
diperlukan, kemudian perawat menandatangani buku serah
terima obat
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Gawat Darurat
96
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan pemberian obat oral (melalui mulut)
kepada pasien secara tepat dan aman
TUJUAN Mencengah terjadinya medication error terkait pemberian obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi menerima resep dari perawat ruang
rawat inap
2. Petugas farmasi mengecek kesesuaian obat oral seperti
identitas pasien, nama obat, bentuk sediaan, jumlah,
dosis dan aturan pakai
3. Setelah melakukan pengecekan petugas farmasi
menginput ke system dan mencatat ke catatan
pemberian obat (CPO)
4. Petugas farmasi menyiapkan obat injeksi berdasarkan
form CPO
5. Petugas farmasi mengantarkan obat ke masing-masing
ruang rawat inap dan memberikan delegasi kepada
perawat untuk memberikan obat kepada pasien
6. Petugas farmasi dan perawat menuliskan nama dan
paraf di form CPO
7. Perawat ruangan yang akan memberikan obat oral ke
pasien harus memperhatikan prinsip 7 benar
8. Sebelum memberikan obat injeksi kepada pasien,
perawat kembali mengecek kembali nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir pasien, foto, nama obat,
dosis, waktu, cara pemberian dan tanggal kadaluarsa
obat
9. Perawat mengambil obat injeksi dan mengecek
pemberian obat injeksi apakah melalui IV, IM, SC atau IC
10. Perawat memberikan obat pada waktu dan cara yang
benar
11. Mencatat obat yang telah diberikan dan jam pemberian
obat di CPO
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3.
97
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0085/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Pencampuran sediaan steril meupakan rangkaian perubahan
PENGERTIAN
bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan
proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan
secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan
TUJUAN 1. Menjaga kualitas dan kesterilan obat yang akan diberikan
kepada pasien
2. Dapat mempersiapkan obat injeksi dengan baik dan benar
98
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0085/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
99
PENYERAHAN OBAT PASIEN PULANG
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0086/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur tata cara penyerahan obat kepada pasien
pulang disertai pemberian informasi yang tepat
TUJUAN 1. Untuk memastikan proses penyerahan obat dilaksanakan
dengan baik, cepat dan tepat
2. Agar pasien pulang mendapatkan informasi yang tepat
dalam penggunaan obat dirumah
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi bagian rawat inap menerima resep
dari pasien pulang dan dilakukan telaah yang meliputi
nama obat, bentuk sediaan, kekuatan obat, aturan
pakai dan jumlah obat
2. Jika dalam resep tersebut ada yang tidak sesuai,
maka petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada
dokter ruangan
3. Petugas farmasi melakukan input obat ke system
4. Petugas farmasi menyiapkan obat-obatan tersebut
berdasarkan resep yang ada
5. Setelah obat disiapkan, petugas farmasi bagian rawat
inap menyerahkan obat tersebut kepada petugas
farmasi bagian penyerahan
6. Petugas farmasi bagian penyerahan mengecek
kesesuaian obat dengan resep
7. Setelah selesai melakukan pengecekan sesuai
dengan prinsip 7 benar, petugas farmasi bagian
penyerahan memanggil nama pasien pulang dan
mencocokkan nama pasien diresep dengan identitas
pasien dengan meminta kartu berobat pasien
8. Petugas farmasi menanyakan alamat disertai nomor
telepon pasien
9. Obat kemudian diserahkan kepada pasien pulang
disertai informasi lain yang terkait penggunaan obat
tersebut
10. Petugas menanyakan ke pasien mengenai kejelasan
informasi yang di dapat dan meminta pasien
mengulangi apabila diperlukan
UNIT TERKAIT - Instalasi Farmasi
- Rawat Inap
100
IDENTIFIKASI OBAT YANG TERMASUK PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT) PADA SEDIAAN FARMASI
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0087/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Kewaspadaan dalam menyiapkan obat yang memiliki resiko
tinggi kepada pasien, yang dapat menyebabkan cedera
serius bila terjadi kesalahan dalam penggunaan obat High
Alert
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam mengidentifikasi dan
dalam menyiapkan obat High Alert di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Rumah Sakit Ernaldi Bahar menetapkan daftar obat-
obat yang termasuk dalam daftar obat High Alert
2. Daftar nama obat tersebut disosialisasikan dan
ditempel pada area-area dimana obat-obat high alert
tersedia. Area-area yang memiliki persediaan obat
high alert :
- Instalasi Farmasi
- Seluruh Ruang Rawat Inap
- Klinik Rawat Jalan Kejiwaan dan Non kejiwaan
- Instalasi Gawat Darurat
- Ambulance
Note :
Untuk memberi tanda bahwa obat tersebut termasuk obat
high alert maka di sekeliling daftar nama obat diberi
tanda garis warna merah dan setiap satuan terkecil
sediaan diberi stiker merah dengan tulisan High Alert.
101
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0088/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
102
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0089/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
103
PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT PADA PASIEN RAWAT
INAP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0090/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Proses pemberian obat high alert (secara khusus terdaftar
dalam kategori obat mempunyai risiko tinggi) untuk tindakan
terapi (medication) hanya pada pasien yang membutuhkan.
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah pemberian obat High Alert
kepada pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Instruksi dokter untuk penggunaan obat kategori high alert
dicatat dalam rekam medis pasien
2. Melakukan pengecekan daftar dan stok persediaan
ruangan obat high alert pada tas emergensi/emergensi kit
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Ambil obat high alert dari tempatnya, lakukan pencatatan
stok obat secara benar dan lengkap pada kolom isian
kartu stok obat dan buku pengeluaran obat high alert,
meliputi :
a. Tanggal pengambilan
b. Jumlah yang diambil
c. Nama pasien yang memerlukan
d. Nama dan paraf petugas/perawat yang
mengambil
e. Nama dan paraf petugas/perawat yang
memeriksa
f. Jumlah sisa akhir stok obat
4. Periksa kebenaran obat high alert yang akan digunakan,
dengan prinsip 7 benar, yaitu :
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar bentuk sediaan
e. Benar rute pemberian
f. Benar waktu pemberian
g. Benar informasi
5. Bila obat high alert digunakan secara parenteral, lakukan
pencampuran dan penyuntikan dengan teknik aseptis
6. Bila obat digunakan secara oral/sublingual maka pastikan
pasien minum obat secara benar
7. Pencatatan dan pendokumentasian pemberian obat high
alert dalam rekam medis yaitu dalam Catatan Pemberian
Obat pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
104
PENDOKUMENTASIAN OBAT HIGH ALERT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0091/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan rangkaian kegiatan pendokumentasian secara
tertulis tentang penatalaksanaan pendokumentasian obat-
obat high alert yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam mendokumentasikan
obat high alert di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar
105
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0092/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam penyimpanan sediaan
farmasi yang sesuai standar mulai dari penerimaan
perbekalan farmasi, pengelompokkan, penyimpanan dan
pelabelan obat High Alert
TUJUAN Untuk menata dan menyimpan obat High Alert sehingga
memudahkan pengawasan, pengambilan dengan tetap
menjamin mutu sediaan farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi yang dikirim
distributor diterima oleh petugas gudang farmasi
2. Setelah diterima, obat high alert
disimpan dan disusun sesuai abjad, prinsip FIFO dan
FEFO, bentuk sediaan, stabilitas dan suhu penyimpanan,
3. Obat high alert kategori cairan
konsentrat tinggi dan injeksi disimpan dalam tempat
terpisah dengan akses terbatas hanya dapat diakses oleh
petugas yang berwenang, memudahkan pengawasan oleh
petugas, terkunci dengan menggunakan kunci register dan
terlindung dari cahaya dan diberi label “High Alert”.
4. Di sekeliling tempat penyimpanan
obat High Alert diberi tanda garis merah
5. Obat High Alert kategori obat-obat
LASA/NORUM, diberi label LASA dan pada penyimpanan
diberi jarak minimal 1 obat (tidak boleh berdekatan)
6. Untuk persediaan obat high alert
yang ada di ruang rawat inap disimpan dalam tas
emergensi dan dikunci dengan menggunakan kunci yang
memiliki nomor register
7. Untuk persediaan obat high alert
yang ada di IGD disimpan dalam troli emergensi dan
dikunci dengan menggunakan kunci yang memiliki nomor
register
8. Kunci lemari obat high alert di
instalasi farmasi dan persediaan kunci register disimpan
oleh apoteker penanggung jawab
9. Bila apoteker penanggung jawab
berhalangan hadir, maka kunci diserahkan pada apoteker
lain/TTK.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap, Rawat Jalan
3. IGD
106
PEMBERIAN LABEL OBAT HIGH ALERT & LASA/NORUM
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0093/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah metode pemberian keterangan yang melengkapi
suatu wadah/kemasan barang yang berisi obat yang perlu
diwaspadai
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian label pada
obat yang perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien, mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau adverse outcome,
mencegah terjadinya medication error, dalam pelayanan obat-
obat yang perlu diwaspadai di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Prov Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR a. High Alert
- Segera beri label/stiker “HIGH ALERT” pada setiap
obat high alert untuk cairan konsentrasi tinggi jenis
injeksi, infus tertentu seperti Heparin, Insulin. Baik
yang sudah disiapkan dalam syringe atau container
termasuk kontainer steril.
- Obat High alert diberi label sampai dengan kemasan
satuan terkecil
- Label pada kontainer steril segera dilepas/dibuang
setiap selesai suatu prosedur/tindakan
- Label memuat nama obat, kekuatan obat, jumlah,
tanggal kadaluarsa, waktu kadaluarsa
- Label ditulis dengan tulisan yang jelas
b. LASA/NORUM
- Obat kategori LASA diberi penanda stiker LASA pada
tempat penyimpanan obat
- Obat yang dikemas dalam paket untuk kebutuhan
pasien, kemasan obat tersebut diberi tanda LASA pada
kemasan primer obat
107
PEMBERIAN LABEL BAHAN BAKU OBAT DAN BAHAN
KIMIA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYIAPKAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0094/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah metode pemberian keterangan yang melengkapi
suatu wadah/kemasan barang yang berisi bahan baku obat
atau pun bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan
obat
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian label pada
obat yang perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien, mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau adverse outcome,
dalam pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov
Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR a. Bahan Baku Obat
- Bahan baku obat yang digunakan seperti Sacharum
Lactis, Coffeinum harus diperoleh dari distributor resmi
dan memiliki Sertifikat Analisis (COA)
- Timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan
baku obat harus dikalibrasi secara berkala ( 1 tahun
sekali)
108
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI YANG MERUPAKAN
CAIRAN KONSENTRASI TINGGI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0095/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur pelayanan cairan konsentrasi tinggi yang
memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori
obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada
pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian obat yang
perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan farmasi dan
keselamatan pasien, mencegah terjadinya Kejadian Tidak
Diinginkan (KTD) atau adverse outcome, mencegah
terjadinya medication error, dalam pelayanan obat-obat yang
perlu diwaspadai di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov
Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Resep elektrolit konsentrat dikirim ke bagian farmasi untuk
disiapkan
2. Petugas farmasi menyiapkan
elektrolit konsentrat yang sudah dilarutkan dalam cairan
infus dengan volume sesuai dengan resep dokter untuk
sekali pakai
3. Menerapkan teknik aseptik setiap melakukan
rekonstitusi/pencampuran cairan
4. Beri label, nama obat, jumlah, dosis, waktu kadaluarsa
5. Larutan dikirim segera ke ruangan untuk diberi kepada
pasien yang dibutuhkan
6. Tidak direkomendasikan menyimpan larutan yang sudah
dilarutkan
7. Larutan konsntrat disiapkan hanya
untuk sekali pakai
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Inap, Rawat Jalan
3. IGD
109
REVISI FORMULARIUM TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0096/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite dan
Farmasi Terapi untuk mengevaluasi daftar obat yang beredar di
rumah sakit.
TUJUAN Untuk mengevaluasi masalah-masalah terkait obat yang ada di
rumah sakit, sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.
ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Formularium Terapi direvisi setiap satu tahun sekali.
2. Apabila staf medis ingin mengusulkan obat baru untuk
dimasukkan ke dalam Formularium Rumah Sakit maka dapat
meminta Form usulan Obat Baru pada Ketua atau Sekretaris
Komite Farmasi dan Terapi.
3. Setelah diisi, maka usulan tersebut harus disetujui oleh Ketua
Komite Medik kemudian diteruskan ke Instalasi farmasi untuk
ditandatangani Kepala Instalasi Farmasi.
4. Form yang telah ditandatangani diteruskan kepada Ketua
Komite farmasi dan Terapi.
5. Usulan tersebut akan dibahas dalam rapat rutin Komite
Farmasi dan Terapi.
6. Apabila dari hasil rapat rutin Komite Farmasi dan Terapi
disepakati obat yang perlu ditambah atau dihilangkan dari
formularium rumah sakit, maka akan diadakan revisi
Formularium Terapi.
7. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan membuat notulen
dan draft revisi formularium sesuai kesepakatan rapat.
8. Kemudian sekretaris akan membagikan draft revisi
formularium kepada Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan
Terapi untuk dikoreksi.
9. Apabila selesai dikoreksi oleh Ketua dan Anggota, maka draft
tersebut diajukan kepada direktur untuk meminta persetujuan
Direktur rumah sakit.
10. Setelah disetujui direktur, draft diserahkan kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit untuk dicetak/diperbanyak.
11. Perubahan-perubahan penting akan disosialisasikan oleh
Ketua Komite Medik kepada Komite Medis melalui media
sosial atau rapat Komite Medis.
12. Sebagai dasar untuk pengadaan obat-obat yang baru masuk
dalam formularium rumah sakit, maka Ketua Komite akan
membuat memo internal kepada Kepala Instalasi Farmasi
agar obat tersebut diadakan di instalasi farmasi.
UNIT TERKAIT 1. Komite Farmasi dan Terapi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
110
RAPAT RUTIN KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0097/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh Komite
dan Farmasi Terapi untuk mengevaluasi daftar obat yang beredar di
rumah sakit.
TUJUAN Untuk mengevaluasi masalah-masalah terkait obat yang ada di
rumah sakit, sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.
111
STOCK RANDOM INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
1-1
445.1/0098/09.3.4/ 1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu metode dengan mengambil contoh beberapa
jenis obat, kemudian disesuaikan antara stock fisik dan stock di
komputer.
TUJUAN Mengendalikan dan mengawasi mutu dan ketersediaan obat di
instalasi farmasi.
112
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0099/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan tim yang dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit untuk
menyusun dan mengawasi daftar obat (formularium) rumah sakit.
TUJUAN Agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan
dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
113
FORMULARIUM TERAPI RUMAH SAKIT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0100/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan daftar obat yang disepakati staf medis (Komite Medik),
disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit.
TUJUAN Menjadi pedoman dan memudahkan para penulis resep dalam
menulis resep sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima
kepada pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.
ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Formularium Rumah Sakit harus tetap mengacu pada
Formularium Nasional.
2. Ketua Komite Medis memberi usulan obat yang akan
dimasukkan dalam Formularium Terapi secara tertulis kepada
Ketua Komite Farmasi Terapi melalui Kepala Instalasi
Farmasi/Sekretaris Komite.
3. Komite Farmasi dan Terapi akan mengadakan rapat untuk
membahas usulan tersebut.
4. Dalam rapat disepakati obat yang akan masuk dalam
formularium berdasarkan pertimbangan terapetik dan
ekonomi dari penggunaan obat.
5. Pada saat rapat, Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi
mencatat notulen rapat.
6. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan membuat draft
formularium sesuai kesepakatan rapat.
7. Kemudian sekretaris akan membagikan draft formularium
kepada Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Terapi untuk
dikoreksi.
8. Apabila selesai dikoreksi oleh Ketua dan Anggota, maka draft
tersebut diajukan kepada direktur untuk meminta persetujuan
Direktur rumah sakit.
9. Setelah disetujui direktur, draft diserahkan kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit untuk dicetak/diperbanyak
114
RAPAT BULANAN INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0101/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh instalasi
farmasi untuk mengevaluasi kinerja instalasi farmasi bulan
sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan kefarmasian yang telah
dilakukan sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang terjadi
sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/ 2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Administrasi farmasi membuat undangan rapat, kemudian
undangan tersebut ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
2. Undangan tersebut dibagikan kepada seluruh staf instalasi
farmasi 3 hari sebelum jadwal yang telah ditentukan.
3. Pada saat rapat, administrasi farmasi mencatat notulen rapat.
4. Dalam rapat dibahas masalah-masalah yang terkait dengan
pelayanan instalasi farmasi.
5. Setelah rapat, notulen rapat akan diketik dan ditandatangani
oleh kepala instalasi farmasi.
6. Notulen dibuat rangkap 2, sebagai arsip dan untuk diteruskan
ke Bidang Penunjang Medik.
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
115
PERENCANAAN, PENGADAAN, PENYIMPANAN OAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0102/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Kegiatan pengelolaan logistik TB di Fasilitas kesehatan yang
dimulai dari perhitungan kebutuhan, permintaan, penyimpanan,
OAT
TUJUAN Memastikan kegiatan tatalaksana pasien TB dikelola secara
baik dan benar mulai dari perencanaan,
pengadaan/permintaan, penyimpanan dan penggunaannya
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit DOTS
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap Program
Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Perhitungan kebutuhan OAT
Pastikan kebutuhan paket OAT dewasa dan maupun OAT
anak tersedia cukup untuk semua pasien yang akan
memulai pengobatan sampai permintaan yang akan datang
a. Bila siklus permintaan tiap triwulan, maka perkiraan
kebutuhan 1 triwulan ditambah cadangan 1 bulan
b. Bila siklus permintaan tiap bulan, maka perkiraan
kebutuhan 1 bulan ditambah cadangan 30%
c. Dalam mengajukan permintaan OAT, gunakan formulir
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO)
2. Permintaan logistik TB
1) Permintaan kebutuhan logistik dilakukan oleh setiap
fasilitas kesehatan menggunakan formulir yang
ditentukan
2) Permintaan kebutuhan ditujukan kepada Dinas
Kesehatan kota Palembang
3. Penyimpanan Logistik TB
a. Pada waktu menerima kiriman OAT dari Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Palembang, periksalah
terlebih dahulu apakah jenis, jumlah dan tanggal
kadaluarsanya sudah sesuai dengan surat pengantarnya
b. Jika tidak sesuai maka segera informasikan ke Dinas
Kesehatan Kota Palembang untuk ditindak lanjuti
OAT disimpan pada suhu dan kelembaban yang sesuai
116
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik
3. Klinik TB-DOTS
PENGELOLAAN OAT
YANG KADALUARSA DAN ATAU RUSAK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
445.1/0103/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
Standar Prosedur
Operasional 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penanganan dan pengendalian sediaan OAT di Instalasi
Farmasi yang expired/kadaluarsa dan atau rusak
TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk mengelola OAT yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit
DOTS Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap
Program Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Petugas Poliklinik DOTS setiap akhir bulan melakukan
kontrol stok sediaan OAT yang expired date nya kurang
dari 3 bulan. Dicatat nama, jumlah dan expired date nya
dan dilaporkan ke tempat penyimpanan sediaan farmasi.
OAT yang expired/kadaluarsa dan atau rusak
dikumpulkan dan diserahkan ke unit pengelolaan
sediaan farmasi pada awal bulan expired date nya
2. Petugas Poliklinik DOTS mengembalikan OAT yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak ke tempat
pengelolaan dan penyimpanan sediaan farmasi dengan
mengisi blanko pengambilan sediaan farmasi yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak 2 (dua) rangkap, diisi
nama dan ditandatangani ketua Tim DOTS. 1 rangkap
untuk arsip di Poliklinik DOTS dan 1 rangkap untuk
disimpan ditempat pengelolaan sediaan farmasi
3. Sediaan OAT expired/kadaluarsa dan atau rusak
disimpan diruangan terpisah untuk menunggu proses
pemusnahan kemudian dibukukan untuk waktu 1 (satu)
tahun
4. Sediaan OAT expired/kadaluarsa dan atau rusak
dilaporkan ke Kepala Instalasi Farmasi untuk dilaporkan
ke Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel dan
Dinas Kesehatan Kota Palembang
117
UNIT TERKAIT 1. Klinik TB-DOTS
2. Instalasi Farmasi
3. IPSRS
PENGEMASAN OAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0104/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
Standar Prosedur
Operasional 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu metode yang dilakukan untuk memberi kenyamanan,
identifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap sediaan OAT
sampai obat dikonsumsi
TUJUAN Melindungi obat dari kerusakan, sehingga lebih mudah
disimpan dan dibawa agar obat tidak tercecer
Sebagai informasi obat melalui label/etiket yang terdapat pada
kemasan
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit DOTS
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap
Program Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Setelah diagnosa ditegakkan, petugas pengelola TB
segera menyiapkan 1 paket OAT untuk 1 pasien sesuai
kategori pengobatan
2. Setelah paket OAT diterima dari gudang Instalasi Farmasi,
lakukan pengemasan ulang paket obat khusus untuk paket
KDT dan paket anak sesuai dengan dosis dan berat badan
pasien
3. Tulis identitas pasien (nama, alamat, umur, BB, dll) pada
kotak paket OAT
4. Satu paket OAT tidak boleh digunakan oleh pasien lain,
jadi satu kotak paket untuk satu orang pasien
5. Sesuaikan kemasan paket jika terjadi perubahan BB yang
signifikan
3. Untuk pasien rawat inap, pendistribusian OAT dikoordinir
oleh Instalasi Farmasi dimulai dari penyiapan sampai
dengan pengawasan pemakaian OAT di Instalasi Rawat
Inap dengan menggunakan sistem One Day Dose
Dispensing (ODDD) untuk pengobatan selama 1 (satu) hari
atau 24 jam
118
1. Klinik DOTS
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Farmasi
3. Rawat Inap
119
PENGHAPUSAN ATAU PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0105/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penghapusan atau pemusnahan sediaan farmasi adalah suatu
langkah dalam penghapusan atau memusnahkan sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penghapusan atau pemusnahan sediaan farmasi yang kadaluarsa
atau rusak di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas Instalasi Farmasi menginformasikan kepada rekanan
apakah dapat ditukar untuk sediaan farmasi yang mendekati
tanggal kadaluarsanya
2. Petugas Instalasi Farmasi memisahkan sediaan farmasi yang
kadaluarsa atau rusak dari sediaan farmasi lain sebelum
dilakukan pemusnahan.
3. Petugas Instalasi Farmasi menyerahkan daftar sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak ke bagian Pengurus barang Rumah
Sakit.
4. Bagian Pengurus barang Rumah Sakit mencatat dan merekap
semua sediaan farmasi yang diserahkan dan melaporkan kepada
Direktur melalui Bidang Penunjang Medik
5. Setelah mendapat ijin Direktur penghapusan sediaan farmasi
dilaksanakan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Instalasi Farmasi menyerahkan sediaan farmasi yang kadaluarsa
atau rusak kepada IPSRS untuk memusnahkan sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak dengan disaksikan petugas farmasi,
jika ada psikotropika atau narkotika maka pemusnahan harus
disaksikan petugas Dinas Kesehatan atau BPOM.
7. Limbah pemusnahan obat/perbekalan farmasi diserahkan
kepada pihak ke 3 sesuai dengan MOU RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
UNIT TERKAIT 1. Direktur RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
2. Bidang Penunjang Medik
3. Instalasi Farmasi
4. IPSRS
EVALUASI PENGENDALIAN MUTU SEDIAAN FARMASI
Instalasi Farmasi
120
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0106/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Evaluasi dan pengendalian merupakan suatu langkah yang
mencerminkan kualitas penyimpanan sediaan farmasi yang
bermutu
TUJUAN Menjaga kualitas sediaan farmasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan
Pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pemantauan dengan mengumpulkan semua informasi yang
penting yang berhubungan dengan stok dan kondisi sediaan
farmasi (Expired Date, kerusakan kemasan, perubahan
warna, kejernihan) dan pengendalian lingkungan (suhu,
kebersihan, penataan dll).
2. Penilaian secara berkala untuk menentukan masalah –
masalah yang ada dalam pengelolaan sediaan farmasi dan
berupaya untuk memperbaiki.
3. Melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada untuk memperbaiki dan mendokumentasikan.
4. Tindakan yang dilakukan kemudian dievaluasi efektivitasnya
agar dapat diterapkan dalam program jangka panjang.
5. Melakukan umpan balik dengan menginformasikan hasil
tindakan kepada staf yang ada di pengelolaan sediaan
farmasi.
121
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
DAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0107/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
09 September 2017
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Monitoring Efek samping obat (MESO) adalah kegiatan
pemantauan setiap respon yang merugikan atau tidak
diharapkan terhadap obat yang terjadi pada dosis normal dan
digunakan pada manusia untuk tujuan diagnosis dan terapi
TUJUAN Untuk mengetahui Efek samping obat baik obat baru maupun
obat yang sudah ada sebelumnya di RS Ernaldi Bahar. Setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang ditujukan untuk diagnosis
dan terapi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Yang dapat melaporkan Efek Samping obat (ESO) adalah
dokter/dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat,
dan tenaga kesehatan lain
2. Hal yang dilaporkan dalam Monitoring Efek Samping
Obat (MESO) adalah setiap kejadian yang dicurigai
sebagai ESO dan reaksi yang tidak diinginkan yang yang
terjadi pada dosis normal yang ditujukan untuk diagnosis
dan terapi
3. Mengisi formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan
ditutup dengan tanda tangan. Nama pelapor tidak harus
dicantumkan.
4. Setiap pengembalian obat ke instalasi farmasi dengan
alasan ESO dari ruang perawatan harus disertai
pengisian formulir pelaporan ESO
5. Pada akhir bulan apoteker akan melaporkan ESO dan
KTD tersebut kepada Ketua Komite Farmasi dan Terapi
serta mengirimkan formulir pelaporan ESO kepada Pusat
MESO Nasional
6. Jawaban sebagai respon dari pusat MESO Nasional
disampaikan kepada pelapor dan diarsipkan oleh
farmasis di Instalasi Farmasi.
7. Pada saat rapat Komite Farmasi dan Terapi maka
dokumen laporan ESO akan dibahas dan menjadi bahan
evaluasi untuk tetap menggunakan obat tersebut atau
tidak
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat
122
PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT LASA / NORUM
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0108/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Obat LASA/Norum adalah obat yang bentuknya terlihat mirip
dan namanya terdengar mirip (LASA =Look-Alike,Sound-Alike)
( NORUM = Nama, Obat, Rupa dan Ucapan Mirip)
TUJUAN 1. Membatasi akses dan mencegah kesalahan pemberian
yang tidak disengaja
2. Menjamin keselamatan pasien terhadap obat yang
diterima
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pada tahap penerimaan barang : pisahkan obat yang perlu
diwaspadai dan beri tanda
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Instalasi gawat darurat
123
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI YANG MENDEKATI
EXPIRED DATE
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0109/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Pengelolaan sediaan farmasi yang mendekati kadaluarsa
PENGERTIAN adalah suatu upaya untuk menjaga kualitas sediaan farmasi
yang digunakan di RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan
Sebagai langkah-langkah untuk melakukan pengelolaan
TUJUAN sediaan farmasi yang mendekati expired date di RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Bagian penyimpanan sediaan farmasi membuat
catatan sediaan farmasi yang akan kadaluarsa minimal
3 bulan sebelum expired dan dicatat nama,jumlah dan
expired datenya .
2. Hasil pencatatannya dilaporkan kepada kepala
instalasi farmasi.
3. Kepala instalasi farmasi/Petugas farmasi akan
melaporkan obat-obat yang mendekati expired kepada
distributor masing-masing sediaan farmasi sesuai
dengan kebijakan distributor tersebut dalam menerima
sediaan farmasi yang mendekati expired date.
4. Apabila disepakati penukaran sediaan farmasi yang
mendekati expired date maka sediaan farmasi tersebut
akan diganti oleh distributor dengan expired date yang
lebih panjang, minimal 2 tahun dari waktu penukaran
sediaan tersebut
5. Apabila tidak terjadi kesepakatan maka sediaan
farmasi tersebut akan digunakan dalam pelayanan
sampai batas waktu expired datenya.
6. Sediaan farmasi yang expired akan disampaikan di
ruang terpisah.
124
PENYIMPANAN DAN PELAYANAN OBAT PSIKOTROPIKA,
OBAT-OBAT TERTENTU DAN PREKURSOR
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0110/09.3.4/ 3 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
21 November 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Adalah suatu metode untuk menyimpan dan melayani resep yang
PENGERTIAN mengandung obat golongan psikotropika agar memudahkan
pengawasan, mencegah kehilangan obat dan menjaga kualitas
sediaan farmasi yang digunakan di RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan
TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk menyimpan dan melayani resep
yang mengandung golongan psikotropika, OOT dan Prekursor
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
3. Peraturan Kepala BPOM Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pedoman Obat Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan
PROSEDUR 1. Instalasi Farmasi, Gudang Penyimpanan obat dilengkapi
dengan access door, kartu stok manual, system inventory
farmasi secara komputerisasi/elektronik, teralis dan CCTV
2. Obat–obat yang termasuk golongan psikotropika disimpan
dalam lemari dari bahan yang kuat (bahan kayu, besi)
dengan dua buah kunci yang berbeda
3. Kunci lemari psikotropika dipegang oleh apoteker
penanggung jawab instalasi farmasi dan koordinator
perbekalan farmasi
4. Apabila pemegang kunci berhalangan hadir, maka pemegang
kunci harus membuat surat kuasa pemegang kunci kepada
petugas yang ditunjuk
5. Untuk Depo Farmasi IGD dikarenakan pelayanan dilakukan
dengan sistem shift, maka setiap pergantian shift harus
dilakukan serah terima kunci lemari obat psikotropika dan
petugas harus melakukan serah terima stok dan pengecekan
stok obat psikotropika, OOT dan prekursor
6. Instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar hanya melayani resep
yang berasal dari dokter yang bertugas di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
7. Sebelum resep dilayani, petugas farmasi harus memeriksa
keabsahan dan keaslian resep/copy resep
8. Setelah petugas farmasi selesai mengambil obat maka pintu
lemari obat (lapisan dalam/lapisan pertama) harus ditutup
oleh petugas yang mengambil obat
9. Resep/copy resep yang didalamnya terdapat obat golongan
psikotropika, OOT dan prekursor terlebih dahulu harus
diverifikasi oleh apoteker mengenai kewajaran jumlah yang
diresepkan dan frekuensi resep/kunjungan untuk pasien yang
sama
UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi
125
PEMANTAUAN & REKAPITULASI RESEP TIDAK TERBACA /
KURANG JELAS
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0111/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses yang dilakukan instalasi farmasi dalam
memantau apabila mendapati resep yang tidak terbaca / kurang
jelas.
TUJUAN Untuk memantau bila mendapati resep yang tidak jelas, agar
dapat menjadi bahan evaluasi di kemudian hari
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
126
VISITE MANDIRI APOTEKER KE RUANG RAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0112/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur dalam menjalankan tugas farmasi
klinis di ruang rawat inap untuk menjalankan pelayanan farmasi
yang berorientasi kepada pasien /patient oriented
TUJUAN Untuk menjalankan tugas farmasi klinis di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan.
PROSEDUR
1. Apoteker melakukan layanan visite ke ruang rawat inap
(sesuai dengan ruangan yang telah ditentukan untuk masing-
masing apoteker) sebanyak 2 kali dalam satu minggu
2. Fasilitas praktik visite apoteker antara lain :
- Formulir Pemantauan Terapi Obat (Contoh Formulir
terlampir) untuk mengumpulkan informasi mengenai
penggunaan obat. Infromasi mengenai obat tersebut
dapat diperoleh antara lain : dari rekam medis,
wawancara dengan pasien/keluarga pasien, Catatan
Pemberian Obat.
- Referensi dapat berupa cetakan atau elektronik, seperti
Drug Information Handbook, aplikasi Medscape
2. Tahapan kegiatan Visite Mandiri antara lain :
- Melakukan hand hygiene baik dengan handwash atau
handrub
- Memperkenalkan diri kepada pasien
- Mendengarkan respon yang disampaikan pasien dan
mengidentifikasi masalah
- Memberikan rekomendasi kepada pasien berkaitan
dengan masalah terkait penggunaan obat, untuk
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien
dalam hal aturan pakai, cara pakai,dan hal-hal yang harus
diperhatikan selama menggunakan obat. Rekomendasi
kepada pasien dapat berupa edukasi, konseling, dan
pendampingan cara penggunaan obat.
127
VISITE MANDIRI APOTEKER KE RUANG RAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0112/09.3.4/ 1 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR
3. Melakukan pemantauan efektivitas dan keamanan terkait
penggunaan obat, dapat dilakukan dengan Metode SOAP
(Subject-Object Assesment Plan) yang dicatat di lembar CPPT
Rekam Medis pasien.
Subjektif adalah semua keluhan yang dirasakan pasien.
Objektif adalah hasil pemeriksaan yang dapat diukur, seperti
temperatur, tekanan darah, hasil pemeriksaan laboratorium
(kadar glukosa darah, kreatinin, serum, jumlah leukosit dalam
darah, dll).
Assesment adalah penilaian penggunaan obat pasien
(identifikasi masalah terkait obat).
Plan adalah rekomendasi yang diberikan sesuai dengan
assesment yang dilakukan.
4. Memantau hasil rekomendasi dengan mengamati kondisi klinis
pasien terkait dengan efektivitas terapi maupun efek samping
obat
5. Setelah pelaksanaan visite mandiri, apoteker dapat
menyampaikan rekomendasi kepada perawat mengenai
jadwal pemberian dan cara pemberian obat, misalnya : obat
diberikan pada waktu yang telah ditentukan (interval waktu
pemberian sama), pemberian obat sebelum/sesudah makan,
selang waktu pemberian obat untuk mencegah terjadinya
interaksi, stabilitas dan ketercampuran obat suntik, jenis
pelarut yang digunakan, dll. Rekomendasi yang diberikan
apoteker kepada perawat dapat berupa konseling, edukasi,
dan pendampingan cara penyiapan obat
6. Melakukan pemantauan impelementasi rekomendasi
(memantau pelaksanaan rekomendasi, jika tidak terlaksana
apoteker harus menelusuri penyebabnya)
NOTE :
1. Apoteker dapat memberikan edukasi mengenai waktu minum
obat, cara pakai obat, kemungkinan efek samping obat,
interaksi obat, indikasi obat kepada pasien/keluarga pasien
2. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat memberikan edukasi
mengenai indikasi, nama obat, cara pemberian obat, dan
waktu minum obat kepada pasien/keluarga pasien
3. Perawat hanya dapat memberikan edukasi mengenai nama
obat, cara pemberian obat, dan waktu minum obat kepada
pasien/keluarga pasien
Instalasi Farmasi
RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
445.1/0457/09.3.4/ 0 1-1
RS.ERBA/2017
STANDAR PROSEDUR Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
130
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
1. Komite Medis
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Farmasi
3. Bidang Keperawatan
133
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
AMPUL
Instalasi Farmasi
134
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
VIAL
Instalasi Farmasi
135
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
VIAL YANG TELAH DIREKONSTITUSI
Instalasi Farmasi
136
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI EMERGENSI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0079/09.3.4/ 2 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Perbekalan farmasi emergensi adalah obat dan alat kesehatan
yang penggunaannya harus segera dan bersifat
menyelamatkan jiwa dan hidup pasien (life saving)
2. Petugas farmasi adalah Apoteker atau TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian)
TUJUAN 1. Menjamin perbekalan farmasi selalu tersedia dan siap pakai
pada saat pasien dalam kondisi gawat darurat
2. Memudahkan dokter atau perawat menggunakan perbekalan
farmasi emergensi pada saat diperlukan.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
PROSEDUR 1. Siapkan dan susun perbekalan farmasi yang akan disimpan
dalam kit emergensi, sesuai dengan daftar kit emergensi
yang telah ditetapkan.
2. Emergensi kit (troli/tas) disimpan di tempat yang mudah
diakses, namun akses terbatas hanya untuk petugas yang
berwenang, mudah diawasi oleh petugas, dikunci dengan
menggunakan kunci register dan terlindung dari cahaya
3. Elektrolit konsentrat hanya disimpan di Instalasi Farmasi dan
Instalasi Gawat darurat (dalam troli emergensi)
4. Emergensi kit (tas emergensi) yang berada di ruang
perawatan berisi obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan sewaktu-waktu dalam kondisi kegawatdaruratan
fisik/non kejiwaan
5. Setelah perbekalan farmasi emergensi digunakan, maka
petugas/perawat ruangan tersebut segera melakukan
permintaan pergantian perbekalan farmasi emergensi yang
ditujukan kepada instalasi farmasi dengan menggunakan
buku permintaan pergantian perbekalan farmasi emergensi,
sesuai dengan jenis dan jumlah perbekalan farmasi
emergensi yang telah digunakan.
6. Setiap pergantian shift, petugas atau perawat penanggung
jawab pada shift tersebut melakukan pengecekan terhadap
kit emergensi apakah masih terkunci atau tidak
7. Jika kit emergensi dalam keadaan tidak terkunci, segera
lakukan pengecekan terhadap kelengkapan kit emergensi
sesuai dengan daftar kit emergensi
Instalasi Farmasi
137
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0079/09.3.4/ 2 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
8. Jika terdapat kekurangan baik jumlah ataupun jenis
perbekalan farmasi emergensi maka kekurangan tersebut
harus ditelusuri penggunaannya
9. Setiap satu bulan sekali petugas instalasi farmasi melakukan
pengecekan terhadap kit emergensi yang ada di ruangan
rawat inap, emergensi kit code blue dan ambulance
10. Setiap hari petugas instalasi farmasi melakukan pengecekan
terhadap kit/troli emergensi yang ada di ruang IGD.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
138
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT
Instalasi Farmasi
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Instalasi Farmasi
140
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT
Instalasi Farmasi
141
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT
Instalasi Farmasi
142
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM ALGORITMA NARANJO
Instalasi Farmasi
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
143
144
PENANGANAN KEHILANGAN OBAT / SELISIH STOK
Instalasi Farmasi
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
145
PENYIMPANAN DAN PELAYANAN OBAT NARKOTIKA
(METHADONE)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0531/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu metode untuk menyimpan dan melayani resep
PENGERTIAN yang mengandung obat golongan narkotika agar,
memudahkan pengawasan, mencegah kehilangan obat dan
menjaga kualitas sediaan farmasi yang digunakan di RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan sehingga pasien
mendapatkan sediaan farmasi yang terjamin mutunya
Sebagai langkah-langkah untuk menyimpan dan melayani
TUJUAN resep yang mengandung golongan narkotika (methadone)
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit
146
PENGADAAN DAN PENYEDIAAN DAN PENYIMPANAN
OBAT LIFE SAVING DI IGD
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0532/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Obat Life Saving adalah obat yang diperlukan dalam kondisi
PENGERTIAN emergensi untuk pertolongan hidup yang jumlahnya telah
ditetapkan dan disimpan di Instalasi Gawat Darurat
Pasien dapat diselamatkan dari ancaman kegawatan
TUJUAN
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
147
PENANGANAN PASIEN RAWAT INAP YANG MENOLAK
MINUM OBAT ORAL
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0533/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan apabila pasien
PENGERTIAN yang sedang dirawat di rumah sakit menolak minum obat oral
Sebagai langkah-langkah untuk mengatasi apabila pasien
TUJUAN yang sedang dirawat menolak minum obat oral
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
148
PEMUSNAHAN BAHAN BERACUN
DAN BERBAHAYA (B3)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0534/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan untuk
PENGERTIAN memusnahkan B3 secara aman sesuai peraturan yang
berlaku
Sebagai langkah-langkah untuk memusnahkan B3 yang
TUJUAN rusak atau kadalursa secara aman sesuai peraturan yang
berlaku
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
149
TATA LAKSANA PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM KEADAAN DARURAT (BENCANA ALAM,
KEGAGALAN SISTEM)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0535/09.3.4/ 0 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2019
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan untuk
PENGERTIAN melakukan pelayanan kefarmasian dalam situasi darurat,
misal bencana alam, kegagalan sistem baik listrik maupun
sistem IT
Sebagai langkah-langkah untuk melaksanakan pelayanan
TUJUAN kefarmasian dalam keadaan darurat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
150
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR Ruangan Rawat :
Jalan Tembus Terminal RT.20 RW.04 Palembang
Nama Pasien :
No. RM :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Berat Badan :
Riwayat Keluarga :
Riwayat Sosial :
151
Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal
Tekanan Darah
Temperatur
Diagnosa :
152
Pemantauan (S.O.A.P)
Jl. Tembus Terminal Km.12 No.02 Rt.20 Rw.04 Kel. Alang-Alan Lebar, NRM :
Kec. Alang-AlangLebar, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Nama :
Telp. (0711) 5645123, Fax (0711) 5645124 Jenis Kelamin :
Email: rs_ernaldibahar@yahoo.co.id, Website: Tanggal Lahir :
www.rs-ernaldibahar.com (Mohon diisi atau tempelkan stiker jika
153 ada)
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
PASIEN
Tindakan yang telah dilakukan untuk me Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi E.S.O :
OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian
(Nama dagang/Pabrik) Sediaan untuk obat yang Indikasi Penggunaan
dicurigai Rute Dosis/Waktu Tgl.Mulai Tgl.Akhir
Apakah reaksi E.S.O hilang setelah obat dihentikkan ? Apakah reaksi E.S.O yang sama timbul sewaktu obat yang
dicurigai digunakan kembali :
Ya Tidak Tidak Tahu Ya Tidak Tidak Tahu
PELAPOR
Nama : Palembang,
Total skor :
155