Anda di halaman 1dari 155

PEMILIHAN / SELEKSI OBAT OLEH KOMITE FARMASI DAN

TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0001/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pemilihan / seleksi obat oleh Komite Farmasi dan Terapi adalah
prosedur untuk memilih, menyeleksi dan menetapkan suatu
standar perbekalan farmasi khususnya obat yang baik dari segi
mutu, harga, maupun ketersediaannya memenuhi syarat untuk
digunakan di rumah sakit
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
pemilihan obat-obat yang akan masuk dalam daftar
Formularium Rumah Sakit
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Komite farmasi dan terapi harus mengadakan rapat secara
teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali
2. Dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi tersebut diputuskan
kapan akan dilakukan Revisi Formularium Rumah Sakit.
Revisi formularium Rumah Sakit dilakukan sedikitnya satu
tahun sekali jika ada obat yang dirasa penting untuk
ditambahkan atau dihilangkan dari formularium tersebut
3. Sebelum dilakukan revisi, Komite Farmasi dan Terapi
meminta usulan secara tertulis dari Komite Medis apakah
ada obat-obat baru yang perlu dimasukkan dalam revisi
formularium
4. Apabila ada usulan obat baru, maka Komite Farmasi dan
Terapi mengumpulkan data mengenai mutu, harga dan
ketersediaan obat tersebut
5. Setelah data tersebut diperoleh maka Komite Farmasi dan
Terapi akan mengadakan rapat untuk membahas dan
mengkaji apakah obat tersebut memenuhi standar untuk
dimasukkan dalam revisi formularium rumah sakit

1. Komite Medis
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Farmasi
3. Komite Farmasi dan Terapi

1
PENENTUAN METODE KONSUMSI OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0002/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan kebutuhan
obat dengan menganalisa data pemakaian obat pada tahun
sebelumnya
TUJUAN Untuk mencukupi perbekalan farmasi yang dibutuhkan Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

KEBIJAKAN Perbekalan farmasi yang direncanakan adalah yang termasuk


dalam formularium nasional, formularium rumah sakit, pola
penyakit dan sisa stok pada saat itu
PROSEDUR 1. Dibuat urutan pemakaian obat berdasarkan data pemakaian
obat tahun lalu, dari yang terbesar sampai yang terkecil.
2. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing
obat, dengan cara mengalikan jumlah pemakaian obat dengan
harga obat.
3. Koreksi data tersebut dengan menggunakan metode analisa
nilai ABC, yaitu sebagai berikut :
- Golongan A jika obat tersebut memiliki nilai ± 80%,
sedangkan jumlah obat ≤ 20 %
- Golongan B jika obat tersebut mempunyai nilai ± 15 %,
dengan jumlah obat sekitar 10 % – 80 %
- Golongan C jika obat tersebut mempunyai nilai ± 5 %,
dengan jumlah obat 80 % – 100 %
4. Data yang diperoleh dari analisa ABC tersebut, dianalisa lagi
dengan menggunakan pendekatan dari aspek terapi yaitu
menggunakan metode VEN (Vital, Esensial, Non-Esensial).
5. Apabila dari analisa tersebut obat dengan jumlah pemakaian
kecil termasuk obat yang Non-esensial maka dapat dikurangi
jumlahnya atau dihilangkan dari daftar perencanaan
kebutuhan perbekalan farmasi. Atau sebaliknya jika obat
dengan jumlah pemakaian kecil termasuk kategori obat Vital /
Esensial maka akan tetap dimasukkan dalam daftar
perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik

2
PERENCANAAN VOLUME KEBUTUHAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0003/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses perencanaan
kebutuhan obat untuk memperkirakan jumlah obat yang akan
diadakan dalam satu tahun.
TUJUAN Untuk mencukupi perbekalan farmasi yang dibutuhkan Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.

KEBIJAKAN Perbekalan farmasi yang direncanakan adalah yang termasuk


dalam formularium nasional, formularium rumah sakit, pola
penyakit dan sisa stok pada saat itu
PROSEDUR 1. Dari daftar nama obat yang telah ditentukan melalui
metode konsumsi obat, dihitung jumlah perkiraan
pemakaian dalam setahun.
2. Perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi dilakukan
dengan mempertimbangkan :
- Data pemakaian riil obat pada periode yang lalu
- Sisa stok
- Anggaran yang tersedia
- Pola Penyakit, untuk pola penyakit diminta data tahun
lalu dari bagian rekam medis yaitu data 10 penyakit
dengan diagnosa terbanyak
3. Obat-obatan yang termasuk dalam terapi untuk 10
penyakit dengan diagnosa terbanyak, maka dalam
perencanaan ditambahkan 10%.
4. Perencanaan tersebut akan diserahkan kepada bidang
penunjang medik untuk dikaji apakah sudah sesuai atau
tidak dengan kondisi yang ada.
5. Apabila sudah disetujui oleh bidang penunjang medik,
perencanaan tersebut diteruskan kepada direktur/wakil
direktur pelayanan medik.
6. Jika perencanaan tersebut sudah disetujui direktur/wakil
direktur pelayanan medik, maka instalasi farmasi akan
membuat permintaan untuk pengadaan obat secara rutin
3 bulan sekali ke Panitia Pengadaan Rumah Sakit.
7. Obat yang diterima oleh Panitia Penerima Hasil
Pekerjaan adalah obat yang kadaluarsanya minimal 2
tahun dari tanggal obat diterima oleh Panitia Penerima.
Kecuali untuk obat-obat emergensi, atau obat-obat yang
sebelumnya dipakai dalam jumlah sedikit namun ternyata di
tahun berjalan pemakaiannya meningkat, maka permintaan
untuk pengadaan obat dapat dilakukan setiap hari untuk
kebutuhan 3 bulan.
Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik

3
PERENCANAAN PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0004/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur perhitungan kebutuhan obat/alat kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan perbekalan farmasi di rumah
sakit
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya kekosongan atau kekurangan
obat/alat kesehatan di instalasi farmasi
2. Mendapatkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang
tepat dan sesuai kebutuhan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan
PROSEDUR 1. Kepala Instalasi Farmasi membuat data pemakaian barang
selama 3 bulan terakhir yang mengacu kepada Formularium
Rumah Sakit yang sudah ditetapkan berdasarkan standar
terapi dengan memperhatikan jumlah kunjungan, pola
penyakit, dan buffer stock
2. Apoteker menghitung pemakaian rata-rata barang selama 3
bulan tersebut dan melihat data jumlah barang yang tersisa
3. Setelah data diperoleh maka apoteker membuat rencana
pembelian perbekalan farmasi untuk kebutuhan 3 bulan
4. Rencana pembelian perbekalan farmasi yang telah dibuat
akan diteruskan kepada Panitia Pengadaan Rumah Sakit
untuk dikelola dan diadakan
5. Setiap seminggu sekali Kepala Instalasi Farmasi akan
memeriksa data stok perbekalan farmasi dalam Sistem
Informasi Farmasi agar dapat diketahui jumlah perbekalan
farmasi yang telah menipis
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
4. Rawat Inap

4
PENGADAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0005/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pembelian perbekalan farmasi
mulai dari pemilihan, perencanaan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran

TUJUAN Untuk mencukupi perbekalan farmasi yang dibutuhkan Rumah


Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

KEBIJAKAN Perbekalan farmasi yang direncanakan adalah yang termasuk


dalam formularium nasional, formularium rumah sakit, pola
penyakit dan sisa stok pada saat itu
PROSEDUR 1. Stok opname dilakukan secara serentak setiap 3 bulan sekali
2. Apabila dari hasil stok opname diperoleh data stok obat yang
telah mencapai stok minimum (stok minimum = stok obat
satu bulan) maka Instalasi Farmasi perlu membuat
permintaan pengadaan perbekalan farmasi kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit
3. Perencanaan disusun oleh Kepala Inst Farmasi berdasarkan
kepada :
 Standar (Formularium Nasional, Formularium
Rumah Sakit)
 Sisa Stok Gudang
 Pola Penyakit
 Anggaran yang tersedia
4. Perencanaan tersebut diteruskan ke Kepala Bidang Penunjang
Medik. Apabila perencanaan disetujui Kepala Bidang
Penunjang Medik kemudian diteruskan kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit
5. Panitia Pengadaan mengolah perencanaan tersebut, untuk
kemudian dibuatkan surat pesanan yang ditandatangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab Instalasi Farmasi, Panitia
Pengadaan dan diketahui / disetujui oleh Direktur
6. Surat pesanan yang telah disetujui oleh Direktur, diberikan
Panitia Pengadaan kepada rekanan
7. Rekanan menyerahkan barang yang dipesan, dilengkapi
dengan kuitansi, faktur pembelian dan persyaratan
administrasi lainnya kepada Panitia Penerima Barang

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik
4. Rawat Inap

5
PERMINTAAN PERBEKALAN FARMASI
DAN BAHAN HABIS PAKAI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0006/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu proses pelayanan permintaan perbekalan farmasi dan
bahan habis pakai diruangan sesuai dengan permintaan
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan proses pelayanan permintaan
perbekalan farmasi dan bahan habis pakai dimasing-masing
ruangan sehingga stok diruangan dalam jumlah yang wajar
serta tidak terjadi kekosongan atau penumpukan barang
diruangan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas ruangan mengecek perbekalan farmasi dan
bahan habis pakai yang akan diorder ke farmasi
2. Petugas ruangan menuliskan permintaan ke instalasi
farmasi dalam form permintaan ruangan
3. Permintaan tersebut ditandatangani oleh Kepala
Ruangan kemudian disetujui oleh Ka. Sub bagian umum
dan perlengkapan dengan mengetahui Ka. Bidang
4. Petugas farmasi melayani permintaan ruangan
disesuaikan dengan stok yang tersedia difarmasi dan
ruangan. Farmasi dapat mengurangi mengurangi jumlah
permintaan ruangan apabila stok diruangan dianggap
masih cukup
5. Apabila barang yang disiapkan sudah selesai, petugas
ruangan dan petugas farmasi yang menyiapkan,
menuliskan nama dan tanda tangan pada form
permintaan
6. Perbekalan farmasi dan bahan habis pakai dibawa oleh
petugas ruangan masing-masing

1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT
2. Rawat jalan
3. IGD
4. Radiologi
5. Fisioterapi
6. Laboratorium

6
PEMBELIAN OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0007/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Tata cara dalam pemesanan obat psikotropik

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah kebijakan


mengenai pemesanan obat psikotropik
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi mengecek stok minimal obat psikotropik
2. Petugas farmasi menentukan jumlah obat psikotropik
yang akan dipesan berdasarkan stok yang ada
3. Petugas farmasi mengajukan permintaan kepada
Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi
4. Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi membuat
surat pesanan khusus psikotropik
5. Surat pesanan khusus psikotropik harus ditanda tangani
oleh Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi
6. Apoteker memberikan surat pesanan kepada panitia
pengadaan untuk dilakukan pemesanan ke distributor
terkait
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit

7
PEMBELIAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0008/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Tata cara dalam pemesanan obat narkotika

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah kebijakan


mengenai pemesanan obat narkotika
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi mengecek stok minimal obat narkotika
2. Petugas farmasi menentukan jumlah obat narkotika yang
akan dipesan berdasarkan stok yang ada
3. Petugas farmasi mengajukan permintaan kepada Apoteker
penanggung jawab instalasi farmasi
4. Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi membuat
surat pesanan khusus narkotika
5. Surat pesanan khusus narkotika harus ditanda tangani oleh
Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi
6. Apoteker memberikan surat pesanan kepada panitia
pengadaan untuk dilakukan pemesanan ke distributor terkait
(PT. Kimia Farma)
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit

8
PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI

Instalasi Farmasi

No. Dokumen: No. Revisi: Halaman:


RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0009/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
Tanggal Terbit: DIREKTUR,

STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian

TUJUAN
Sebagai acuan dalam penerimaan perbekalan farmasi di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan

KEBIJAKAN
Perbekalan farmasi yang diterima adalah obat dan BMHP
yang telah dipesan berdasarkan Surat Pesanan (SP) yang
telah disetujui oleh Panitia pengadaan dan direktur

PROSEDUR
1. Perbekalan farmasi yang telah dipesan diserahkan
rekanan ke gudang dan diperiksa oleh Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan
2. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan melakukan pemeriksaan
BMHP dan obat – obatan berdasarkan jumlah, spesifikasi
khusus sesuai dengan surat pesanan dan surat pengantar
barang. Selanjutnya membuat berita acara pemeriksaan
barang yang ditandatangani oleh Direktur
3. Instalasi Farmasi akan menyimpan barang di gudang
sesuai dengan cara penyimpanannya dan disimpan
secara FIFO dan FEFO

1. Rekanan/ PBF
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan
3. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan

9
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0010/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam penyimpanan sediaan
farmasi yang sesuai standar, mulai dari penerimaan perbekalan
farmasi, pengelompokan dan penyimpanan sampai dengan
barang didistribusikan
TUJUAN Untuk menata dan menyimpan sediaan farmasi sehingga
memudahkan dalam pengawasan, pengambilan dengan tetap
menjamin mutu sediaan farmasi
KEBIJAKAN - Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi yang dikirim distributor diterima oleh
Petugas Gudang Farmasi
2. Setelah diterima, perbekalan farmasi disimpan di Gudang
dan disimpan/disusun sesuai abjad, First In First Out, First
Expired First Out, dikelompokkan sesuai bentuk sediaan,
stabilitas dan suhu penyimpanan.
3. Ruang Penyimpanan dengan kondisi umum untuk
menyimpan : obat jadi, obat produksi, bahan baku obat, dan
alat kesehatan (temperatur ruangan penyimpanan dengan
kondisi umum dipelihara pada suhu 15-25oC)
- Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya di
bawah 30o disimpan pada suhu 15-25oC
- Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya ˂
- 25oC disimpan pada suhu 15-25oC
- Temperatur ruangan dimana terdapat emergensi kit
dipelihara antara 15-25oC
Untuk memelihara temperatur ruang penyimpanan pada
suhu 15-25oC, maka ruang penyimpanan harus diberi Air
Conditioner yang sesuai dengan kapasitas ruangan
sehingga suhu yang diinginkan dapat dicapai.
4. Sediaan Farmasi yang petunjuk penyimpanannya 2 – 8 oC
disimpan dalam lemari pendingin/kulkas khusus obat
5. Sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya 25-30 oC
disimpan dalam lemari kayu tertutup.
6. Ruang Penyimpanan dengan kondisi khusus untuk
menyimpan : obat termolabil, bahan laboratorium dan
reagensia, sediaan farmasi yang mudah terbakar,
obat/bahan obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
- Obat termolabil yang petunjuk penyimpanannya 2-8 oC
disimpan di dalam lemari pendingin.
7. Kelembaban relatif untuk penyimpanan perbekalan farmasi :
50-60%
Unit Terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3. IGD

10
PEMANTAUAN KELEMBABAN UDARA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0011/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan kelembaban
tempat penyimpanan perbekalan farmasi.
TUJUAN Untuk memantau kelembaban tempat penyimpanan perbekalan
farmasi dan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai
hal-hal yang perlu diperbaiki agar mutu obat tetap terjamin.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi disimpan pada kondisi penyimpanan
umum dan khusus, sesuai dengan stabilitas masing-
masing produk.
2. Ruangan yang memiliki stok obat dan bahan medis habis
pakai seperti gudang, instalasi farmasi, IGD, ruang rawat
inap, rawat jalan harus mengisi blanko pemantauan suhu
serta kelembaban udara dan dicatat setiap pagi (pukul
08.00 WIB) dan siang hari (pukul 13.30 WIB) sesuai
dengan yang tertera pada hygrotermometer.
3. Untuk mejamin kesinambungan pencatatan kelembaban
udara, maka ruangan/unit/instalasi yang memiliki stok obat
dan bahan medis habis pakai harus membuat jadwal
petugas yang akan mengisi blanko pemantauan
kelembaban tersebut secara bergiliran.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Gudang Obat

11
PEMANTAUAN SUHU PERBEKALAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0012/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan suhu penyimpanan
sediaan farmasi.
TUJUAN Untuk memantau suhu tempat penyimpanan sediaan farmasi dan
dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai hal-hal yang perlu
diperbaiki agar mutu obat tetap terjamin.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi disimpan pada kondisi penyimpanan yang
sesuai dengan stabilitas masing-masing produk.
2. Untuk sediaan farmasi yang petunjuk penyimpanannya pada
suhu ruang (seperti sediaan tablet, sirup, injeksi) maka disimpan
pada ruangan yang dilengkapi dengan air conditioner dan
termometer ruangan.
3. Untuk sediaan farmasi yang harus disimpan di dalam lemari
pendingin (insulin flexpen, vaksin, serum dll) maka di setiap
lemari pendingin yang merupakan tempat penyimpanan obat
harus dipasang alat pemantau suhu.
4. Ruangan yang memiliki stok obat dan bahan medis habis pakai
seperti gudang, instalasi farmasi, IGD, ruang rawat inap, rawat
jalan harus mengisi blanko pemantauan suhu setiap pagi (pukul
08.00 WIB) dan siang hari (pukul 13.30 WIB) sesuai dengan
yang tertera pada hygrotermometer.
5. Untuk mejamin kesinambungan pencatatan suhu maka
ruangan/unit/instalasi yang memiliki stok obat harus membuat
jadwal petugas yang akan mengisi blanko pemantauan suhu
tersebut secara bergiliran.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan
5. Gudang Obat

12
PEMANTAUAN/MONITORING PENGGUNAAN OBAT BARU DAN
KTD
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0013/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam pemantauan efek samping yang
tidak diinginkan dari obat-obatan yang baru digunakan di rumah
sakit.
TUJUAN Untuk memantau efek samping obat-obatan yang baru digunakan di
rumah sakit dan dapat dijadikan bahan untuk mengevaluasi daftar
obat rumah sakit.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Form monitoring penggunaan obat baru disediakan di IGD,
rawat inap, rawat jalan dan instalasi farmasi
2. Siapa saja yang menemukan (dokter, perawat, farmasis) efek
samping dari obat-obatan yang baru digunakan di rumah
sakit, harus melaporkannya kepada DPJP, kemudian mengisi
Form Monitoring Penggunaan Obat Baru dan KTD
3. Kemudian kejadian tersebut dilaporkan kepada Komite
Farmasi dan Terapi melalui Sekretaris Komite Farmasi dan
Terapi (Ka. Instalasi Farmasi)
4. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan melaporkannya
kepada Ketua Komite Farmasi Terapi dan kepada Pusat
MESO Nasional
5. Laporan tersebut akan dijadikan sebagai bahan evaluasi
dalam rapat rutin Komite Farmasi dan Terapi sebagai bahan
pertimbangan apakah obat tersebut akan dikeluarkan atau
tidak dari Daftar Obat Rumah Sakit berdasarkan kesepakatan
dalam rapat

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Rawat Inap
4. Rawat Jalan

13
PEMANTAUAN DAN PENGUMPULAN DATA INSIDEN
MEDICATION ERROR
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0014/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah upaya untuk mencatat kejadian kesalahan dalam proses
pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung
jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen dan seharusnya
kejadian tersebut dapat dicegah
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam Pemantauan dan
Pengumpulan data insiden medication error di rumah sakit

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA


/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Menentukan definisi kejadian medication error yang harus
dilaporkan dan menetapkan alat pemantauan harian.
2. Melakukan pengumpulan data insiden medication error harian
3. Menghitung data insiden medication error setiap akhir bulan
dengan parameter perhitungan :
Numerator x 100%
Denominator
Numerator adalah : total insiden dalam periode waktu tertentu
Denominator : total hari rawat pada periode waktu tertentu

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Inap
3. Rawat jalan
4. IGD

14
PENYIMPANAN OBAT SUPAYA TERLINDUNG DARI
KEHILANGAN DAN PENCURIAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0015/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F,M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah suatu prosedur dan sistem yang ditetapkan rumah sakit
untuk mencegah obat dari kemungkinan kehilangan dan pencurian
TUJUAN 1. Untuk menjamin sediaan farmasi di RS Ernaldi bahar
tersimpan di tempat yang aman, terhindar dari kerusakan,
kehilangan dan pencurian
2. Mempertahankan kualitas sediaan farmasi di rumah sakit
selama penyimpanan
3. Mengatur sediaan farmasi supaya pencarian lebih mudah dan
cepat
4. Pengawasan stok lebih mudah
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Penyimpanan obat di instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar
dilengkapi dengan kartu stok manual, sistem
inventory/persediaan secara elektronik/komputerisasi,
access door, teralis, dan cctv
2. Sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan pada
rak/lemari yang sesuai dengan suhu penyimpanan
masing-masing produk, penggolongan obat berdasarkan
efek farmakologi, bentuk sediaan dan alfabet
3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
harus mengikuti prinsip penyimpanan FEFO dan FIFO
4. Untuk obat narkotik dan psikotropik disimpan dalam lemari
khusus dengan double pintu/kunci
5. Kunci lemari psikotropik dan narkotik disimpan oleh
apoteker penanggung jawab atau apoteker lain yang
ditunjuk oleh apoteker penanggung jawab
6. Lemari penyimpanan obat narkotik dan psikotropik harus
segera ditutup setiap kali petugas selesai mengambil obat
7. Stok opname dilakukan setiap 3 bulan sekali dan stok
random seminggu sekali

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

15
PENYUSUNAN LAPORAN OBAT PSIKOTROPIKA
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0016/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyusunan Laporan Obat Psikotropika adalah suatu tata cara
untuk membuat laporan obat-obat psikotropika yang dipakai di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pembuatan
laporan obat psikotropika di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal bulan Kepala Instalasi Farmasi akan
mengambil data pemakaian obat-obat psikotropika dari
Sistem Informasi Farmasi.
2. Berdasarkan data tersebut kepala instalasi farmasi akan
melakukan verifikasi data pemakaian obat-obat
psikotropika, kemudian memeriksa kesesuaian stok akhir
dengan stok fisik obat.
3. Data tersebut akan diinput ke Aplikasi SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) melalui
sipnap.kemkes.go.id
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PENYUSUNAN LAPORAN OBAT NARKOTIKA


Instalasi Farmasi
16
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0017/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyusunan Laporan Obat Narkotika adalah suatu tata cara untuk
membuat laporan obat-obat psikotropika yang dipakai di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pembuatan
laporan obat narkotika di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal bulan Kepala Instalasi Farmasi akan
mengambil data pemakaian obat-obat narkotika dari Sistem
Informasi Farmasi.
2. Berdasarkan data tersebut kepala instalasi farmasi akan
melakukan verifikasi data pemakaian obat-obat narkotika,
kemudian memeriksa kesesuaian stok akhir dengan stok
fisik obat
3. Data tersebut akan diinput ke Aplikasi SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) melalui
sipnap.kemkes.go.id

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

PERUBAHAN HARGA PERBEKALAN FARMASI


Instalasi Farmasi

17
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0018/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Perubahan harga perbekalan farmasi disebabkan kenaikan atau
penurunan harga perbekalan farmasi dari distributor farmasi
TUJUAN Untuk menyesuaikan harga perbekalan farmasi di rumah sakit
dengan distributor obat agar tidak terjadi kerugian
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar sudah menggunakan
Sistem Informasi Farmasi
2. Sstem Informasi Farmasi tersebut telah diprogram sehingga
apabila terjadi perubahan harga perbekalan farmasi maka
harga jual perbekalan farmasi akan otomatis menyesuaikan
dengan harga terakhir dari faktur pembelian yang diinput
oleh petugas

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

PENYUSUNAN LAPORAN OBAT GENERIK


Instalasi Farmasi

18
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0019/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyusunan Laporan Obat Generik adalah suatu tata cara untuk
membuat laporan obat-obat generik yang dipakai di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pembuatan
laporan obat generik di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal bulan Kepala Instalasi Farmasi akan mengambil
data pemakaian obat-obat generik dari Sistem Informasi
Farmasi.
2. Data tersebut akan dibuat sesuai abjad dan diolah dalam
bentuk excel, sehingga diperoleh data pemakaian obat
generik bulan sebelumnya baik untuk pasien JKN,
Jamkesda, pasien Umum/Bayar rawat inap dan rawat jalan.
3. Laporan tersebut akan diteruskan ke Bidang Penunjang
Medik sebagai salah satu bagian dari Laporan Bulanan
Instalasi Farmasi.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Bidang Penunjang Medik

PENYUSUNAN OBAT NON ORAL DAN NON INJEKSI


Instalasi Farmasi

19
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0020/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu kegiatan penyusunan obat non oral dan non injeksi yang
sesuai dengan peraturan kefarmasian
TUJUAN Memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari penggunaan
yang tidak bertanggung jawab, menjaga ketersediaan,
memudahkan pencarian dan pengawasan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Obat non oral dan non injeksi dipisahkan dari obat lain dan
dismpan pada kondisi yang sesuai dengan stabilitas
masing-masing produk
2. Disusun berdasarkan alfabetis, bentuk sediaan, kelas
terapi dan sistem FIFO dan FEFO

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

20
21
REVIEW TAHUNAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0021/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses manajemen pengelolaan
obat di rumah sakit, sehingga diketahui kendala dan permasalahan
yang terjadi pada tahap perencanaan dan pengadaan obat tahun
sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi perencanaan dan pengadaan obat tahun
sebelumnya.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal tahun maka Panitia pengadaan obat tahun
sebelumnya, Instalasi Farmasi dan bagian Keuangan
Rumah Sakit akan mengadakan review untuk mengevaluasi
perencanaan dan pengadaan obat tahun sebelumnya.
2. Kepala Instalasi Farmasi bertindak sebagai notulen.
3. Panitia Pengadaan Rumah Sakit akan menyampaikan
kendala-kendala yang dialami, begitu pula dengan Instalasi
Farmasi dan Keuangan.
4. Segala kendala/masalah yang dibahas dalam review
tersebut baik yang sudah ada solusinya maupun yang belum
terselesaikan, akan dicatat dan dilaporkan kepada Direktur
Rumah Sakit menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan
dalam kegiatan-kegiatan yang akan datang.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bagian Keuangan Rumah Sakit

22
REVIEW TAHUNAN PENGELOLAAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0022/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu tahapan dalam proses manajemen pengelolaan
obat di rumah sakit, sehingga diketahui kendala dan permasalahan
yang terjadi pada tahun sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi pengelolaan obat tahun sebelumnya.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap awal tahun maka Kepala Instalasi Farmasi akan
membuat review tahunan untuk mengevaluasi pengelolaan
obat tahun sebelumnya.
2. Hasil review tersebut akan dibuat dalam bentuk laporan dan
dilaporkan kepada Bidang Penunjang Medik.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik

23
PENGAMANAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI PADA
GUDANG OBAT INDUK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0023/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk
melindungi obat/perbekalan farmasi dari kehilangan/pencurian.
Gudang Obat Induk adalah gudang yang letaknya berdekatan
dengan gudang induk dan menyimpan stok obat/perbekalan
farmasi dalam jumlah besar (stok obat untuk ± 3 bulan).
TUJUAN Mencegah terjadinya kehilangan/pencurian obat/perbekalan
farmasi.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Untuk melindungi obat/perbekalan farmasi pada Gudang Obat
Induk dari kehilangan pencurian maka gudang obat induk
dilengkapi dengan Kartu Stok Manual, Sistem
Inventory/Persediaan secara elektronik/komputerisasi, Access
Door, CCTV, dan teralis.
2. Access door hanya dapat dibuka oleh petugas gudang farmasi.
3. Kunci teralis hanya dimiliki oleh petugas gudang farmasi,
sehingga tidak dapat dibuka selain petugas gudang farmasi.
4. Pada saat stok opname gudang obat yang dilakukan oleh
petugas gudang farmasi akan disaksikan oleh bendaharawan
barang rumah sakit dan hasil stok opname gudang akan
dilaporkan kepada Direktur, Kepala Bidang Penunjang Medis
dan Kepala Instalasi Farmasi.
5. Pada saat petugas gudang farmasi mengambil obat, maka
akan disaksikan oleh petugas farmasi lainnya dan petugas
gudang induk.
6. Petugas farmasi yang menerima obat/perbekalan farmasi akan
menyesuaikan antara permintaan obat dengan jumlah dan jenis
obat yang dikeluarkan dari gudang obat oleh petugas gudang
farmasi.
7. Setelah diperiksa dan jumlah serta jenisnya sesuai, maka akan
dilakukan serah terima petugas farmasi yang menerima obat
akan menandatangani permintaan obat.
8. Bila petugas gudang farmasi berhalangan hadir maka kartu
akses door dan kunci teralis pintu gudang obat diserahkan pada
Penanggung Jawab Perbekalan Farmasi.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik

24
PENGAMANAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI PADA
INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0024/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk
melindungi obat/perbekalan farmasi dari kehilangan/pencurian di
Instalasi Farmasi.

TUJUAN Mencegah terjadinya kehilangan/pencurian obat/perbekalan


farmasi.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Untuk melindungi obat/perbekalan farmasi dari kehilangan atau
pencurian maka Instalasi Farmasi dilengkapi dengan Kartu Stok
Manual, Sistem Inventory/Persediaan secara elektronik
/komputerisasi, Access Door, CCTV, dan teralis.
2. Access door hanya dapat dibuka oleh petugas farmasi
2. Kunci teralis instalasi farmasi hanya dipegang oleh Penanggung
Jawab Perbekalan Farmasi.
3. Seluruh obat psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari
obat yang memiliki kunci. Setiap selesai pelayanan maka
semua obat disimpan dalam lemari tersebut, kemudian lemari
dikunci.
4. Kunci lemari obat disimpan oleh Apoteker Penanggung Jawab
Instalasi Farmasi di ruang Kepala Instalasi Farmasi.
5. Setiap selesai mengambil obat dari lemari psikotropika maka
pintu lemari harus segera ditutup oleh petugas farmasi yang
bertugas mengambil obat, sehingga petugas lain yang sedang
tidak bertugas mengambil obat tidak dapat mengakses obat-
obat tersebut.
6. Kunci ruangan kepala instalasi farmasi hanya dimiliki oleh
Kepala Instalasi Farmasi.
7. Bila Kepala Instalasi Farmasi berhalangan hadir maka kunci
ruangan Kepala Instalasi farmasi diserahkan kepada Apoteker
Penanggung Jawab Pelayanan.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik

25
PENULISAN RESEP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0025/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker penanggung jawab instalasi farmasi/apotek untuk
menyediakan dan menyerahkan obat atau bahan medis habis
pakai kepada pasien sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam penulisan resep

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menuliskan resep sesuai indikasi masing-masing
pasien. Resep harus bisa terbaca jelas, tidak boleh
menggunakan singkatan, tidak boleh menggunakan sistem
penulisan dosis singkatan dan hanya boleh menggunakan
istilah yang lazim
2. Dokter yang menulis resep adalah dokter yang memiliki STR
dan SIP
3. Dokter hanya dapat menuliskan resep sesuai dengan
kewenangan klinis masing-masing
4. Sebelum menulis resep dokter harus menanyakan apakah
pasien memiliki riwayat alergi obat. Dan apabila ada ditulis
dalam status pasien sehingga terdokumentasi dan dapat
dibaca penulis resep lain
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi
2. Komite medis

26
PENCATATAN RIWAYAT ALERGI OBAT PASIEN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0026/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pencatatan riwayat alergi obat adalah suatu prosedur skrinning
alergi pada pasien
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pencatatan
riwayat alergi pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Sebelum pasien diperiksa, maka perawat wajib
menanyakan ada atau tidaknya alergi obat pasien dan
mengisi kolom alergi obat pada resep.
2. Jika ada alergi obat, maka perawat akan melingkari
pilihan “Ya” dan dituliskan nama obat tersebut sesuai
hasil wawancara dengan pasien.
3. Jika tidak ada alergi, maka perawat akan melingkari
pilihan “Tidak”

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat
5. Bidang Keperawatan

PENGGUNAAN TALLMAN LETTERING


27
Instalasi Farmasi

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman
445.1/0027/09.3.4/
1 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan Oleh :
DIREKTUR,
Tanggal terbit :
STANDAR ROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. Yumidiansi F, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 19660615 199603 2 001
PENGERTIAN Metode penulisan nama obat dengan menggunakan kapitalisasi
sebagian huruf nama obat untuk menekankan perbedaan obat,
terutama nama obat. Membantu membedakan obat : nama, rupa,
dan ucapan sama ( NORUM ) atau look alike, sound alike ( LASA )
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah meningkatkan keamanan
penggunaan obat dan mengurangi kemungkinan kesalahan
medikasi terkait nama obat, kesalahan baca nama obat dan tulisan
nama obat yang ambigu atau kurang terbaca di Rumah Sakit
ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
no. 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang Kebijakan Sasaran
Keselamatan Pasien Pada RS. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan.
PROSEDUR Persiapan :
Daftar obat TAALman Lettering sesuai standar ISMP atau daftar
obat NORUM/LASA Rumah Sakit ernaldi Bahar Provinsi Sumatera
Selatan dan daftar Obat Kewaspadaan Tinggi ( High Alert ) Rumah
Sakit ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan.
Pelaksanaan :
1. Mendapatkan nama obat yang diperlukan.
2. Memeriksa nama obat di daftar obat TALLman Lettering ISMP
atau daftar obat NORUM/LASA Rumah Sakit ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan dan daftar Obat Kewaspadaan
Tinggi ( High Alert ) Rumah Sakit ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
3. Menuliskan nama obat pada resep, rekam medis, kartu stok
obat, label, atau untuk keperluan lain dengan penulisan nama
obat tersebut dengan menggunakan kapitalisasi sebagaian
huruf pada nama obat, seperti
R/ amp. CefTRIAXone no. I
∫ omni. 12.h.imm.
Ketentuan cara penulisan nama obat sesuai pilihan daftar
diatas harus diutamakan sebagai standar nama obat
NORUM/LASA dan Obat Kewaspadaan Tinggi.
4. Pada kondisi tidak memungkinkan untuk segera memeriksa
nama obat sesuai dengan pilihan daftar obat yang
disediakan diatas, TALLman Lettering tetap dapat digunakan
meskipun terdapat sedikit perbedaan dari standar penulisan
daftar nama obat diatas, misalnya,
R/ Amp. CefriAXONE no. I
∫ omni. 12.h.imm.dengan tujuan yang sama yaitu untuk
menekankan perbedaan nama obat yang ditulis dengan
nama obat lain.

28
PENGGUNAAN TALLMAN LETTERING
Instalasi Farmasi

No. Dokumen :
No. Revisi : Halaman
445.1/0027/09.3.4/
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 1 2-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017

Ditetapkan Oleh :
DIREKTUR,
Tanggal terbit :
STANDAR ROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. Yumidiansi F, M.Kes
Pembina Tingkat I
NIP. 196606151996032001
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Rawat Jalan

29
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
BAHAR
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.

TUJUAN 1. Memastikan obat yang diresepkan sesuai dengan instruksi dokter.


2. Menghindari terjadinya medication error dalam terapi obat pasien.
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien.
4. Klarifikasi kewajaran jumlah obat yang diresepkan dan frekuensi
resep untuk obat golongan psikotropika dan obat-obat tertentu yang
sering disalahgunakan

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.ERBA/2016


tentang Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

PROSEDUR 1. Bila dokter berada di RS Ernaldi Bahar, temui dokter di tempat


dokter berada. Bila dokter tidak dapat ditemui, hubungi dokter
melalui telepon internal maupun eksternal RS Ernaldi Bahar.
2. Setelah telepon tersambung ucapkan "Selamat pagi / siang / sore
/ malam dari Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar, dengan ………….
(sebut nama) bisa bicara dengan dokter ……… (sebut nama dokter).
3. Apabila Instalasi Farmasi melakukan konfirmasi tentang
peresepan obat yang tidak terbaca atau tidak jelas, maka sampaikan
kepada dokter "Dokter, kami mau menanyakan tentang resep dokter
atas nama …………. (sebut nama pasien / rawat jalan atau rawat
inap), ada resep obat yang tidak terbaca atau tidak jelas yaitu ..
……….... (sebutkan nama obat keseluruhan dalam resep dan
pastikan kepada dokter tentang hal-hal yang berkaitan dengan obat
yang tidak terbaca, baik dosis aturan pakai, bentuk sediaan, jumlah
obat, maupun cara penggunaan)
4. Apabila dokter yang dituju tidak menjawab telepon yang sedang
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER

30
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.

TUJUAN 1. Memastikan obat yang diresepkan sesuai dengan instruksi dokter.


2. Menghindari terjadinya medication error dalam terapi obat pasien.
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien.
4. Klarifikasi kewajaran jumlah obat yang diresepkan dan frekuensi
resep untuk obat golongan psikotropika dan obat-obat tertentu yang
sering disalahgunakan

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.ERBA/2016


tentang Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 2-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
BAHAR
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

disambungkan :
a. Pelayanan resep ditunda sampai dokter dapat dihubungi
Konfirmasi kepada pasien apabila dokter telah dapat dihubungi.
b. Bila dokter tidak dapat dihubungi sedangkan obat tersebut
diperlukan segera (cito), maka konsultasikan masalah tersebut
kepada atasan (Kepala lnstalasi Farmasi / Kepala Bidang
Penunjang Medis / / /Kepala Jaga).
2. Setelah selesai melakukan konfirmasi, akhiri pembicaraan dengan
mengucapkan "Terima kasih" kemudian tutup telepon dan letakkan

31
KONFIRMASI RESEP KEPADA DOKTER
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0028/09.3.4/ 2 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN 1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien
sesuai peraturan yang berlaku.
2. Konfirmasi resep kepada dokter adalah kegiatan menghubungi
dokter baik secara langsung atau melalui telepon kepada dokter
yang sedang praktik maupun yang tidak praktik di RS Ernaldi Bahar
untuk menanyakan resep yang tidak lengkap, tidak terbaca atau
tidak jelas.
3. Medication Error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang
dapat dicegah.

TUJUAN 1. Memastikan obat yang diresepkan sesuai dengan instruksi dokter.


2. Menghindari terjadinya medication error dalam terapi obat pasien.
3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien.
4. Klarifikasi kewajaran jumlah obat yang diresepkan dan frekuensi
resep untuk obat golongan psikotropika dan obat-obat tertentu yang
sering disalahgunakan

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.ERBA/2016


tentang Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

kembali gagang telepon pada tempat semula.


3. Untuk konfirmasi resep dari instalasi rawat jalan, IGD, dapat
dilakukan secara langsung kepada dokter penulis resep
4. Apabila pada saat apoteker melakukan verifikasi resep yang berasal
dari instalasi rawat jalan dan di dalamnya terdapat obat golongan
psikotropika dan obat-obat tertentu, ditemukan kejanggalan pada
kewajaran jumlah obat yang diresepkan ataupun frekuensi resep
maka apoteker wajib melakukan klarifikasi kepada dokter penulis
resep.
5. Apabila setelah diingatkan tetapi dokter penulis resep tetap pada
pendiriannya, maka apoteker wajib untuk meminta paraf dokter
sebagai bukti bahwa verifikasi dan klarifikasi telah dilakukan sesuai
prosedur.

UNIT TERKAIT 1. Bidang Penunjang Medis


2. Bidang Pelayanan Medis
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Instalasi Rawat Inap

32
PENULISAN ETIKET RAWAT JALAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :

445.1/0029/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan penulisan etiket rawat jalan yang berisi
aturan pakai, cara pemakaian dan waktu pemberian
TUJUAN 1. Etiket yang dibuat harus sesuai dengan obat yang
diserahkan kepada pasien
2. Menghindari kesalahan penggunaan obat oleh pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien membawa resep ke loket penerimaan resep
2. Petugas farmasi menerima resep dan mengecek resep
meliputi identitas pasien, nama obat, bentuk sediaan,
dosis, aturan pakai dan jumlah obat
3. Setelah melakukan pengecekan,petugas farmasi
menginput resep ke system
4. Petugas farmasi melakukan pencetakan etiket.
Label/etiket obat harus mencantumkan :
- Bagian atas nama Rumah Sakit Ernaldi Bahar, alamat
dan no.telp. Rumah Sakit beserta tanggal penyiapan
resep, jam, nama pasien, no.rekam medis dan
tanggal lahir pasien
- Dibawah nama pasien tercantum nama obat,
dosis/konsentrasi obat
- Pada bagian paling bawah tercantum jumlah obat dan
Expired date
- Label/etiket harus memuat cara pemakaian dan
waktu pemberian
- Etiket dicetak harus sesuai dengan penggunaan
sediaan (warna biru untuk pemakaian luar dan warna
putih untuk sediaan yang digunakan secara oral)

33
- Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT - Rawat Jalan

PENULISAN ETIKET RAWAT INAP


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0030/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan penulisan etiket rawat inap baik yang
menggunakan system distribusi Unit Dose Dispensing maupun
resep individu, yang berisi aturan pakai, cara pemakaian dan
waktu pemberian
TUJUAN 1. Etiket yang dibuat harus sesuai dengan obat yang
diserahkan kepada perawat
2. Menghindari kesalahan penggunaan obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.

34
PROSEDUR 1. Perawat ruangan rawat inap membawa resep dari dokter
ke depo farmasi
2. Petugas farmasi bagian UDD menerima resep dan
mengecek resep meliputi identitas pasien, nama obat,
bentuk sediaan, dosis, aturan pakai dan jumlah obat.
Apabila sudah sesuai, petugas UDD mencatat di form
CPO (Catatan Pemberian Obat) untuk masing-masing
pasien
3. Petugas UDD menginput resep ke system
4. Petugas UDD melakukan pencetakan etiket.
Label/etiket obat harus memuat keterangan sbb :
PENDELEGASIAN
- Bagian atas nama PEKERJAAN
Rumah Sakit DARI APOTEKER
Ernaldi Bahar, alamat
KEPADA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
dan no.telp. Rumah Sakit beserta tanggal penyiapan
Instalasi
resep, jam, nama Farmasi
pasien, no.rekam medis dan tanggal
No.lahir
Dokumen
pasien No. Revisi : Halaman :
445.1/0031/09.3.4/ 1 1-1
- Dibawah nama pasien tercantum nama obat,
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR dosis/konsentrasi obat
PROVINSI SUMATERA SELATAN - Pada bagian paling bawah tercantum jumlah obat dan
Expired date Ditetapkan oleh :
- Label/etiket harus memuat cara DIREKTUR,
pemakaian dan waktu
STANDAR PROSEDUR pemberian
Tanggal Terbit
OPERASIONAL Etiket dicetak
09 -September 2017 harus sesuai dengan penggunaan
dr. YUMIDIANSI.
sediaan (warna biru untuk F, M.Kes
pemakaian luar dan warna
putih untuk sediaan yang Pembina
digunakanTingkat
secara1oral)
UNIT TERKAIT NIP.196606151996032001
- Instalasi Farmasi
PENGERTIAN Pendelegasian pekerjaan farmasi klinis dari apoteker
- Rawat Inap
kepada tenaga teknis kefarmasian (S1 Farmasi) adalah
suatu pelimpahan wewenang dari apoteker kepada tenaga
teknis kefarmasian yang telah dilatih oleh apoteker untuk
mengerjakan beberapa pekerjaan farmasi klinis.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
pendelegasian pekerjaan kefarmasian ke keperawatan.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dikarenakan keterbatasan tenaga apoteker di
instalasi farmasi, maka ada beberapa pekerjaan
farmasi klinis dilimpahkan pengerjaannya kepada
tenaga teknis kefarmasian (S1 Farmasi) yang telah
dilatih, yaitu sebagai berikut :
- Telaah Resep
- Pengisian lembar rekonsiliasi pada saat pasien
akan masuk dirawat inap
- Pemberian edukasi mengenai cara minum obat
kepada pasien IGD dan pasien rawat jalan

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

35
PENERIMAAN OBAT PRIBADI PASIEN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0033/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penerimaan obat-obatan yang dibawa atau dibeli sendiri oleh
pasien dari luar RS pada saat sebelum pasien mengalami
opname
TUJUAN Untuk menjamin pelayanan pengobatan yang aman untuk
pasien di RS.Ernaldi Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi (Apoteker/TTK) menanyakan kepada
pasien atau keluarganya mengenai obat-obatan yang
biasa dikonsumsi pasien selama dirumah
2. Apabila ada obat-obatan yang dikonsumsi pasien
selama di rumah, maka petugas farmasi akan mencatat
obat tersebut pada form rekonsiliasi dalam status
pasien
3. Petugas farmasi memeriksa kondisi obat-obatan yang
dibawa pasien (tanggal kadaluarsa, kondisi kemasan),
setelah itu petugas farmasi berkonsultasi kepada dokter
apakah obat tersebut akan diteruskan untuk dikonsumsi
pasien atau tidak.
4. Apabila obat pribadi pasien tersebut setelah diperiksa
oleh Apoteker ternyata berinteraksi dengan obat lain
yang bersumber dari rumah sakit, Apoteker akan
memberikan saran/ rekomendasi/ informasi pada DPJP
(dokter penanggung jawab pelayanan) mengenai
interaksi tersebut
5. DPJP akan memutuskan dan menulis diform rekam
medis apakah setelah interaksi tersebut diketahui, obat
pasien pribadi tersebut akan tetap diteruskan atau tidak

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat


2. Rawat Inap

36
PENGISIAN LEMBAR REKONSILIASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0034/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pengisian lembar rekonsiliasi pasien adalah suatu proses
untuk mendata riwayat obat-obat yang telah dikonsumsi
pasien sebelum pasien dirawat di rumah sakit (maksimum 3
bulan sebelum pasien dirawat)
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah bagi petugas farmasi untuk
mengisi lembar rekonsiliasi dalam status pasien
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi (Apoteker/TTK) menanyakan kepada
pasien atau keluarganya mengenai obat-obatan yang
biasa dikonsumsi pasien selama dirumah
2. Apabila ada obat-obatan yang dikonsumsi pasien
selama di rumah, maka petugas farmasi akan mencatat
obat tersebut pada form rekonsiliasi dalam status
pasien
3. Petugas farmasi memeriksa kondisi obat-obatan yang
dibawa pasien (tanggal kadaluarsa, kondisi kemasan),
setelah itu petugas farmasi berkonsultasi kepada dokter
apakah obat tersebut akan diteruskan untuk dikonsumsi
pasien atau tidak.
4. Apabila obat pribadi pasien tersebut setelah diperiksa
oleh Apoteker ternyata berinteraksi dengan obat lain
yang bersumber dari rumah sakit, Apoteker akan
memberikan saran/ rekomendasi/ informasi pada DPJP
(dokter penanggung jawab pelayanan) mengenai
interaksi tersebut
5. DPJP akan memutuskan dan menulis diform rekam
medis apakah setelah interaksi tersebut diketahui, obat
pasien pribadi tersebut akan tetap diteruskan atau tidak

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat


2. Rawat Inap

TELAAH RESEP
37
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0035/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam mengkaji resep mulai dari
persyaratan administratif, farmasetis dan persyaratan klinis
TUJUAN Untuk memeriksa kesesuaian resep dengan persyaratan
administrasi, farmasetis dan persyaratan klinis
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setelah petugas farmasi (apoteker/TTK S1 Farmasi)
menerima resep dari pasien/keluarga pasien, maka petugas
farmasi (apoteker/TTK S1 Farmasi) akan melakukan
pengkajian resep dengan menggunakan form telaah resep
yang ada pada resep
2. Telaah resep dilakukan untuk resep rawat jalan dan rawat inap
3. Proses telaah resep sebelum penyaluran meliputi elemen
a) Ketepatan dari obat, dosis, frekuensi dan rute
pemberian
b) Duplikasi terapi
c) Alergi atau reaksi sensitivitas yang sesungguhnya
maupun yang potensial
d) Interaksi antara obat dengan obat-obat lain, ataupun
dengan makanan
e) Berat badan pasien dan informasi fisiologis lain dari
pasien
f) Kontra indikasi lain
4. Petugas farmasi akan melingkari pilihan “Ya” dan “Tidak” pada
form telaah resep dan mengisi kolom interaksi obat bila dalam
satu resep terdapat obat-obat yang berinteraksi (ringan,
sedang, serius)
5. Telaah resep yang dilakukan oleh TTK S1 Farmasi tetap
berada di bawah pengawasan/supervisi Kepala Instalasi
Farmasi
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

38
PELAYANAN RESEP

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0036/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,


PENGERTIAN
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku
TUJUAN Menjaga agar obat yang diberikan tepat pasien, tepat obat, tepat
dosis dan terjamin mutu dan keamanannya.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor :


445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
1. Setiap tahap dalam pengerjaan resep, mulai dari pembuatan
PROSEDUR
etiket, pengambilan obat, pengemasan obat, peracikan obat
(jika racikan) dan penyerahan obat kepada pasien dilakukan
oleh petugas yang berbeda sehingga dapat saling cross
check.
2. Resep yang telah diberi etiket, dimasukkan ke dalam wadah
keranjang kemudian diteruskan ke ruang pelayanan resep
3. Petugas farmasi yang bertugas mengambil obat memeriksa
kesesuaian identitas pasien/nomor MR, aturan pakai antara
yang tertulis diresep dan etiket
4. Setelah diperiksa dan tidak ada kesalahan, maka petugas
mengambil obat sesuai dengan jumlah dan dosis yang tertulis
pada resep
5. Obat yang telah disiapkan diletakkan pada rak yang telah
disediakan
6. Petugas farmasi yang bertugas mengemas obat, mengambil
resep dan obat yang tadi telah disiapkan kemudian
memeriksa kesesuaian obat yang telah disiapkan dengan
resep
7. Setelah diperiksa dan tidak ada kesalahan, maka petugas
mengemas obat tersebut dan menempel etiket pada masing-
masing plastik obat
8. Obat yang telah dikemas diserahkan pada petugas
penyerahan di bagian depan.
9. Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas bagian
penyerahan obat memeriksa kembali dengan prinsip 7 Benar
10. Obat diserahkan kepada pasien dengan sebelumnya
meminta kartu berobat pasien dan mencocokkan antara
nomor MR pada kartu berobat dan resep pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

39
PELAYANAN RESEP PASIEN UMUM

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0037/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
PENGERTIAN
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
TUJUAN Memberikan sediaan farmasi yang terjamin mutunya, sesuai
dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor


tentang Pelayanan Resep Pasien Umum di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar

PROSEDUR 1. Resep diterima oleh petugas farmasi


2. Resep ditelaah oleh petugas farmasi mengenai persyaratan
administrasi, farmasetis dan klinis
3. Dilakukan kendali obat oleh petugas farmasi :
- Untuk pasien Umum/bayar, rumah sakit memiliki
Formularium rumah sakit yang mengatur baik nama
generik maupun nama dagang obat yang digunakan di
rumah sakit. Dokter dapat menulis sesuai dengan
formularium rumah sakit.
- Pasien Umum/bayar dari Instalasi Gawat Darurat namun
oleh dokter dinyatakan belum indikasi rawat inap,
diberikan obat untuk 3 hari (domisili dalam kota), domisili
luar kota 7 hari
- Apabila dokter memerlukan perbekalan farmasi/obat di
luar formularium rumah sakit, maka dokter dapat
mengajukan usulan melalui Instalasi Farmasi dengan
mengisi Form Usulan Obat Baru yang ditujukan kepada
Ketua Komite Farmasi dan Terapi.

UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis


2. Bidang Keperawatan
3. Instalasi Farmasi

40
PELAYANAN RESEP PASIEN JAMKESDA

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0038/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
PENGERTIAN
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku.
TUJUAN Memberikan sediaan farmasi yang terjamin mutunya, sesuai
dengan kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan Pemerintah Daerah untuk pasien Jamsoskes

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor


tentang Kebijakan Pelayanan Resep Pasien Jamsoskes di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar

PROSEDUR 1. Resep diterima oleh petugas farmasi


2. Resep ditelaah oleh petugas farmasi mengenai persyaratan
administrasi, farmasetis dan klinis
3. Rumah Sakit memiliki kebijakan mengenai daftar obat untuk
pasien Jamkesda (sesuai Surat Edaran Direktur RS Ernaldi
Bahar Nomor : 800 / 3983 / RS. ERBA / 2016 tanggal 26 Juli
2016)
4. Dilakukan kendali obat oleh petugas farmasi, yaitu sbb :
- Pasien Rawat jalan Jamkesda diberikan obat 14 hari
(domisili dalam kota), domisili luar kota 30 hari
- Pasien pulang dari rawat inap diberikan obat untuk 7 hari
(domisili dalam kota), domisili luar kota 14 hari
- Pasien Jamkesda dari Instalasi Gawat Darurat namun
oleh dokter dinyatakan belum indikasi rawat inap,
diberikan obat untuk 3 hari (domisili dalam kota), domisili
luar kota 7 hari
- Apabila dokter memerlukan obat di luar daftar tersebut,
maka dokter dapat membuat nota dinas ditujukan ke
Direktur/Wakil Direktur melalui bidang pelayanan medik.
Jika nota tersebut disetujui oleh Direktur/Wadir Pelayanan
Medik Rumah Sakit, maka instalasi farmasi akan
memberikan obat tersebut kepada pasien yang dimaksud.
UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis
2. Bidang Keperawatan
3. Instalasi Farmasi

PELAYANAN RESEP PASIEN JKN

Instalasi Farmasi
41
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0040/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
PENGERTIAN
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
TUJUAN Memberikan sediaan farmasi yang terjamin mutunya, sesuai dengan
kebutuhan pasien dan sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan
Kemenkes untuk pasien JKN

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor


tentang Kebijakan Pelayanan Resep Pasien JKN di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar

PROSEDUR 1. Resep diterima oleh petugas farmasi


2. Resep ditelaah oleh petugas farmasi mengenai persyaratan
administrasi, farmasetis dan klinis
3. Dilakukan kendali obat oleh petugas farmasi :
b. Untuk pasien JKN Rawat Jalan dengan diagnosa kronis (jiwa
maupun non jiwa) obat diberikan untuk 30 hari sesuai daftar
obat untuk pasien JKN yang ada dalam Formularium
Nasional dan mengenai batasan jumlah obat sesuai dengan
Pedoman Penerapan Formularium Nasional yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan.
Klaim biaya obat untuk penyakit kronis dilakukan dengan 2
cara :
- 7 hari pertama masuk dalam paket ina cbg’s
- 23 hari diklaim tersendiri ke BPJS, yang proses pengerjaan
klaimnya dilakukan oleh instalasi farmasi
- Apabila dokter menuliskan obat selain yang terdapat dalam
Formularium Nasional untuk pasien JKN dengan diagnosa
kronis maka petugas farmasi melakukan konfirmasi ke dokter
penulis resep untuk terapi pengganti yang masuk dalam
Formularium Nasional.
c. Untuk pasien JKN Rawat Jalan dengan diagnosa non kronis,
obat diberikan maksimal untuk 7 hari dengan biaya obat
maksimum 40% dari tarif klaim ina cbg’s (sesuai Surat
Edaran Direktur RS Ernaldi Bahar Nomor : 445/4090/RS.
ERBA/2016)
d. Untuk pasien JKN Rawat Inap diberikan obat sesuai dengan
Formularium Nasional dengan jumlah peresepan maksimal
sesuai yang tercantum dalam Pedoman Penerapan
Formularium Nasional.

PELAYANAN RESEP PASIEN JKN

Instalasi Farmasi

42
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0040/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI


BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
- Pasien pulang dari rawat inap diberikan obat untuk 7 hari
PROSEDUR
(domisili dalam kota), domisili luar kota 14 hari
- Pasien JKN dari Instalasi Gawat Darurat namun oleh
dokter dinyatakan belum indikasi rawat inap, diberikan
obat untuk 3 hari (domisili dalam kota), domisili luar kota
7 hari
- Apabila pasien JKN rawat inap ataupun rawat jalan
memerlukan tindakan, maka biaya tindakan termasuk
dalam paket ina cbg’s
UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis
2. Bidang Keperawatan

PELAYANAN RESEP RACIKAN KAPSUL/PUYER

Instalasi Farmasi

43
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0041/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Resep racikan adalah resep yang terdiri dari beberapa jenis obat
PENGERTIAN
jadi ataupun bahan obat yang digerus dan dicampur menjadi satu
formulasi, kemudian dikemas ulang menjadi sediaan lain baik
sediaan oral maupun sediaan topikal.
TUJUAN 1. Menjaga kualitas dan kesterilan obat yang akan diberikan
kepada pasien
2. Dapat mempersiapkan obat racikan dengan baik dan benar

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor


tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
1. Siapkan alat sebagai berikut :
PROSEDUR
a). Baki
b). Blender obat
c). Kertas perkamen
d). Obat yang akan diracik dan bahan obat (jika ada)
e). Kapas alkohol
f). Kapsul kosong
g). Papan Kapsul
h). Sudip
i). Etiket Obat
2. Cuci tangan sesuai SPO cuci tangan biasa
3. Cocokkan obat yang akan disiapkan sesuai dengan SPO Metode
Pemberian Obat 7 (tujuh) Benar
4. Jika racikan menggunakan bahan baku obat, maka timbang
bahan baku obat sesuai dengan yang diminta
5. Cara kerja :
 Pakai APD (Alat Pelindung Diri)
 Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquadest
kemudian alkohol 70%)
 Tutup permukaan meja kerja dengan alas, siapkan seluruh
peralatan
 Seka seluruh alat kesehatan, papan kapsul dan wadah obat
sebelum digunakan dengan alkohol 70 %
 Buka obat jadi dari kemasan dan letakkan di atas baki yang
telah dibersihkan dan diberi alas
 Masukkan obat jadi/bahan obat ke dalam blender obat,
kemudian digerus menggunakan blender hingga homogen
 Setelah diketahui massa serbuk, siapkan kapsul kosong yang
sesuai dan pasang badan kapsul ke dalam papan kapsul dan
diberi alas

PELAYANAN RESEP RACIKAN KAPSUL/PUYER

Instalasi Farmasi

44
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0041/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PROSEDUR  Serbuk yang ada dalam blender obat dituang perlahan dan
diratakan di atas papan kapsul dengan menggunakan sudip
 Setelah serbuk diisi secara merata ke dalam kapsul,
pasang tutup kapsul
 Keluarkan kapsul dari papan kapsul
 Bersihkan kapsul dengan menggunakan tisu
 Untuk puyer, massa serbuk obat dibagi merata (secara
visual) ke atas kertas perkamen, kemudian bungkus
menjadi sediaan puyer
 Masukkan kapsul/puyer ke dalam plastik obat, beri etiket
dan kemas
 Seka seluruh alat kesehatan, papan kapsul, dan wadah
obat setelah digunakan dengan alkohol 70 %
 Buang seluruh bahan yang terkontaminasi ke dalam
kantong tertutup
 Bersihkan area kerja (dengan aquadest dan alkohol 70%)
 Buang seluruh tisu ke dalam kantong tertutup, tempatkan
dalam kantong buangan
5. Bereskan alat-alat, kemudian cuci tangan sesuai SPO cuci
tangan biasa.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PELAYANAN RESEP RACIKAN SALEP

Instalasi Farmasi

45
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0042/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Resep racikan adalah resep yang terdiri dari beberapa jenis obat
PENGERTIAN
jadi ataupun bahan obat yang digerus dan dicampur menjadi satu
formulasi, kemudian dikemas ulang menjadi sediaan lain baik
sediaan oral maupun sediaan topikal.
TUJUAN 1. Menjaga kualitas dan kesterilan obat yang akan diberikan
kepada pasien
2. Dapat mempersiapkan obat racikan salep dengan baik dan
benar

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor


tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
1. Siapkan alat sebagai berikut :
PROSEDUR
a). Baki
b). Obat yang akan diracik dan bahan obat (jika ada)
c). Kapas alkohol
d). Pot Obat
e). Batang Pengaduk
f). Etiket Obat
2. Cuci tangan sesuai SPO cuci tangan biasa
3. Cocokkan obat yang akan disiapkan sesuai dengan SPO
Metode Pemberian Obat 7 (tujuh) Benar
4. Jika racikan menggunakan bahan baku obat, maka timbang
bahan baku obat sesuai dengan yang diminta
5. Cara kerja :
 Pakai APD (Alat Pelindung Diri)
 Bersihkan meja kerja dengan benar (dengan aquadest
kemudian alkohol 70%)
 Tutup permukaan meja kerja dengan alas, siapkan seluruh
peralatan
 Seka seluruh alat kesehatan, pot obat, batang pengaduk
sebelum digunakan dengan alkohol 70 %
 Masukkan salep dan bahan baku obat yang diminta ke
dalam pot obat
 Aduk hingga homogen dengan menggunakan batang
pengaduk
 Setelah homogen, tutup pot obat
 Beri etiket obat pada pot obat, kemudian kemas
 Seka seluruh alat kesehatan, pot obat, batang pengaduk
setelah digunakan dengan alkohol 70 %
 Buang seluruh bahan yang terkontaminasi ke dalam

PELAYANAN RESEP RACIKAN SALEP

Instalasi Farmasi
46
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0042/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PROSEDUR  kantong tertutup


 Bersihkan area kerja (dengan aquadest dan alkohol 70%)
 Buang seluruh tisu ke dalam kantong tertutup, tempatkan
dalam kantong buangan
6. Bereskan alat-alat, kemudian cuci tangan sesuai SPO cuci
tangan biasa.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PEMBERIAN EDUKASI MENGENAI OBAT KEPADA PASIEN


RAWAT JALAN
Instalasi Farmasi

47
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0043/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Merupakan proses kegiatan dalam memberikan edukasi
PENGERTIAN
mengenai obat kepada pasien baik dalam bentuk ceramah (lisan)
ataupun tulisan (leaflet/brosur)
TUJUAN Untuk memberi penjelasan kepada pasien mengenai aturan
minum obat dan mengenai obat yang dikonsumsi pasien

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor :


445/1848/RS.ERBA/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Instalasi
Farmasi RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
1. Petugas Farmasi memeriksa obat/perbekalan farmasi yang
PROSEDUR
akan diserahkan kepada pasien
2. Petugas farmasi mengidentifikasi pasien dengan mencocokkan
nama pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir dan alamat
pasien
3. Petugas farmasi memberi penjelasan mengenai aturan minum
obat kepada pasien atau memberi leaflet/brosur yang berisi
informasi mengenai obat kepada pasien/keluarga pasien
Catatan :
- Apoteker dapat memberi penjelasan mengenai indikasi
obat, efek samping, interaksi obat, cara pakai, waktu minum
obat dan aturan minum obat kepada pasien
- Tenaga Teknis Kefarmasian hanya dapat memberikan
penjelasan mengenai cara pakai, waktu minum obat dan
aturan minum obat kepada pasien.

UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis


2. Bidang Keperawatan
3. Instalasi Farmasi

48
KONSELING OBAT

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0044/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Proses mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien
yang berkaitan dengan pengobatan yang diterima oleh pasien
atau keluarga pasien
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan kegiatan konseling
kepada pasien atau keluarga pasien
2. Agar pasien dapat memahami dan mengerti pengobatan
yang sedang dijalani sehingga tujuan terapi dapat
tercapai
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Apoteker memperkenalkan diri dan membuka dialog
dengan pasien
2. Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dari
konseling
3. Menanyakan identitas pasien dan menggali riwayat
pengobatan serta riwayat penyakit pasien
4. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengemukakan permasalahannya
5. Menanyakan three prime question, yaitu :
- Bagaimana penjelasan dokter tentang obat anda
- Bagaimana penjelasan dokter tentang tata cara
pakai obat anda
- Bagaimana penjelasan dokter tentang harapan
setelah meminum/ memakai obat anda
6. Menentukan permasalahan pasien
7. Membantu pasien untuk menyelesaikan permasalah
pasien
8. Apoteker sebaiknya menggunakan alat peraga atau
gambar agar pasien lebih cepat memahami informasi
yang diberikan ( untuk penggunaan alat khusus)
9. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek
pemahaman pasien atas informasi yang telah diberikan
10. Mendokumentasikan kegiatan konseling
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan

PELAYANAN INFORMASI OBAT

49
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0045/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen,
akurat, tidak bias terkini dan komprehensif kepada dokter,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar Rumah Sakit
TUJUAN 1. Agar dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya
mendapatkan informasi yang akurat dan terkini
mengenai obat
2. Menunjang penggunaan obat yang rasional
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan
PROSEDUR A. Layanan informasi obat yang bersifat pasif
1. Petugas dapat menerima pertanyaan baik secara
langsung, tertulis maupun lewat telpon kemudian
mencatat apa yang ditanyakan beserta tanggal dan
jam menerima pertanyaan
2. Petugas penerima pertanyaan harus menggali latar
belakang dari pertanyaan, asal penanya ( ruangan )
dan nomor yang dapat dihubungi
3. Petugas yang menerima pertanyaan dapat
memberikan jawaban secara langsung apabila
jawaban pertanyaan sudah diketahui
4. Apabila pertanyaan belum dapat dijawab secara
langsung, maka petugas penerima meminta waktu
untu mencarikan jawaban
5. Setelah menemukan jawaban pertanyaan, petugas
akan segera menghubungi penanya, catat tanggal dan
jam menjawab pertanyaan
B. Layanan informasi obat yang bersifat aktif
1. Apoteker akan menganalisa kebutuhan informasi obat
di Rumah Sakit untuk pasien maupun tenaga
kesehatan lainnya
2. Berdasarkan hasil analisa tersebut maka Apoteker
akan menentukan topik informasi yang akan diberikan
3. Apoteker akan memberikan informasi baik berupa
leaflet, brosur

PELAYANAN INFORMASI OBAT


Instalasi Farmasi

50
No. Dokumen No. Revisi Halaman
445.1/0045/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR 4. Informasi yang telah dibuat disebarkan/disampaikan
kepada pihak yang dituju

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan
4. IGD
5. Dokter Spesialis/Dokter Umum

PENGARSIPAN RESEP

51
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0046/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL 09 September 2017 DIREKTUR,

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu cara pengumpulan dan penyimpanan resep sehingga
teratur dan mudah dalam pencariannya apabila diperlukan.
Resep disimpan berdasarkan tanggal, bulan dan tahun transaksi
dilakukan
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam pengarsipan
resep
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi yang telah terjadwal menyusun resep
setiap harinya akan memisahkan resep rawat jalan dan
resep rawat inap serta dikelompokkan sesuai dengan jenis
pelayanan (Jamkesda, JKN, Umum)
2. Resep perhari dibundel menjadi satu oleh petugas farmasi
dan diletakkan pada lemari penyimpanan resep
3. Resep harian dipisahkan berdasarkan resep rawat jalan
dan resep rawat inap, diurutkan berdasarkan tanggal
resep
4. Resep harian selama satu bulan dikumpulkan menjadi
satu oleh petugas farmasi dan di simpan di lemari resep
5. Arsip resep harus disimpan selama 5 tahun sesuai
peraturan kefarmasian
6. Setelah 5 tahun resep dapat dimusnahkan
7. Pemusnahan resep harus menyertakan berita acara
pemusnahan resep (form bukti acara terlampir) dan
diketahui oleh kepala Bidang Penunjang Medik

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PENGELOLAAN RESEP DAN PEMUSNAHANNYA

52
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0047/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu cara pengelolaan resep dan pemusnahannya

TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk melakukan pengelolaan resep


dan pemusnahannya
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.

1. Resep harian selama satu bulan diletakkan di lemari


PROSEDUR
penyimpanan resep
2. Resep yang telah disimpan sekurang-kurangnya selama
lima tahun dapat dimusnahkan
3. Pemusnahan resep harus menyertakan berita acara
pemusnahan yang diketahui Kepala Bidang Penunjang
Medik, dokumentasi dan disaksikan oleh apoteker serta
TTK

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PENGISIAN KARTU STOK


53
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0048/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu kegiatan pencatatan mutasi perbekalan farmasi

TUJUAN 1. Sebagai dokumen kendali dalam penerimaan,


pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa
2. Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Obat disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis
2. Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan
rapi
3. Instalasi Farmasi RS. Ernaldi Bahar melakukan
pencatatan stok barang dengan menggunakan sistem
komputerisasi dan kartu stok manual
4. Kartu stok diletakkan bersamaan atau berdekatan
dengan obat bersangkutan
5. Lakukan pencatatan secara rutin setiap penerimaan dan
pengeluaran obat/bahan habis pakai
6. Setiap terjadi mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluarsa) langsung dientri didalam
sistem informasi farmasi
7. Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap
akhir bulan untuk memeriksa kesesuaian antara kartu
stok manual, stok komputer dengan keadaan fisik

UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi

54
PENGEMBALIAN PERBEKALAN FARMASI
PASIEN RAWAT JALAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0049/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur dan tata cara pengembalian perbekalan farmasi
dari pasien rawat inap yang sudah tidak digunakan lagi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengembalian
perbekalan farmasi dari pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien/keluarga pasien membawa perbekalan farmasi yang
akan diretur dikarenakan pada hari sebelumnya terjadi
kekosongan obat dan pasien mendapat obat yang
komposisinya sama namun dengan nama dagang yang
berbeda, tetapi pasien tidak cocok mengkonsumsi obat
dengan nama dagang yang berbeda
2. Petugas farmasi menerima dan mengecek barang yang akan
diretur yang meliputi jenis barang, jumlah barang, kondisi
barang dan tanggal kadaluarsa
3. Bila cocok dan benar, barang diterima dari pasien/keluarga
pasien dan petugas farmasi akan melakukan void barang
yang diretur
4. Petugas farmasi mengembalikan barang yang diretur ke
tempat penyimpanan masing-masing, dan mencatatnya di
kartu stok
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat jalan

PENGEMBALIAN PERBEKALAN FARMASI


PASIEN RAWAT INAP
Instalasi Farmasi

55
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0050/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur dan tata cara pengembalian perbekalan farmasi
dari pasien rawat inap yang sudah tidak digunakan lagi
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pengembalian
perbekalan farmasi dari pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perawat membawa perbekalan farmasi dari pasien yang
akan diretur
2. Petugas farmasi menerima dan mengecek barang yang
diretur yang meliputi jenis barang, jumlah barang, kondisi
barang dan tanggal kadaluarsa
3. Bila cocok dan benar, barang diterima dari perawat dan
petugas farmasi akan melakukan void barang yang diretur
4. Petugas farmasi mengembalikan barang yang diretur ke
tempat penyimpanan masing-masing dan mencatatnya di
kartu stok

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat inap

56
PENGEMASAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0051/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
OPERASIONAL
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN Suatu metode yang dilakukan untuk memberikan kenyamanan,


idntifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap suatu sediaan
obat sampai dikonsumsi
TUJUAN 1. Melindungi obat dari kerusakan, sehingga lebih mudah
disimpan dan dibawa agar obat tidak tercecer
2. Sebagai identitas terhadap informasi obat melalui label
yang terdapat pada kemasan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Obat yang telah diambil dan disiapkan oleh petugas
kemudian dikemas oleh petugas pengemas dalam plastik
obat
2. Tempel etiket/aturan pakai obat di plastik obat
3. Satukan masing-masing plastik yang berisi obat sesuai
dengan resep pasien menggunakan staples

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT

STOCK OPNAME DI RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN


Instalasi Farmasi

57
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0052/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
OPERASIONAL
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN Suatu prosedur yang mengatur mengenai pelaksanaan


pemeriksaan jumlah dan masa kadaluarsa perbekalan farmasi
yang meliputi tata cara, waktu, penanggung jawab dan
pelaporan data.
TUJUAN 1. Untuk mencegah pemberian obat yang telah kadaluarsa
kepada pasien
2. Untuk meminimalisir kerugian RS yang diakibatkan obat
hilang, rusak dan kadaluarsa
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Masing-masing kepala ruangan melakukan stock opname
tiga bulan sekali di masing-masing ruangan (rawat inap,
IGD dan rawat jalan)
2. Kepala ruangan mencatat perbekalan farmasi yang rusak
maupun kadaluarsa
3. Kepala ruangan rawat inap dan rawat jalan membuat
laporan stock opname dan dilaporkan kepada Kepala
Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3. Rawat Jalan
4. IGD
5. Elektromedik

STOCK OPNAME DI INSTALASI FARMASI


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0053/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

58
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Prosedur Operasional yang mengatur mengenai pelaksanaan
pemeriksaan jumlah dan masa kadaluarsa perbekalan farmasi
yang meliputi tata cara, waktu, penanggung jawab dan
pelaporan data
TUJUAN 1. Menyesuaikan antara data fisik barang dengan kartu
stock, dan jumlah stok yang terdapat di komputer
2. Untuk mencegah pemberian obat yang telah kadaluarsa
ke pasien
3. Untuk meminimalisir kerugian RS yang diakibatkan oleh
obat hilang, rusak dan kadaluarsa
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Jadwal stock opname ditetapkan tiap tiga bulan sekali
2. Seminggu sebelum stock opname dilakukan, masing-
masing koordinator farmasi mengirimkan internal memo
kepada ruang keperawatan, IGD, laboratorium,
fisioterapi, radiologi, rawat jalan/inap
3. Pada saat stock opname dimulai, petugas ruangan
melakukan perhitungan bersama dan menulis jumlah fisik
pada form stock opname
4. Apabila pada saat stock opname ditemukan perbekalan
farmasi yang rusak, kadaluarsa/ waktu kadaluarsa kurang
dari 6 bulan, perbekalan tersebut tetap dihitung kemudian
dipisahkan untuk dilaporkan ke koordinator masing-
masing ruangan
5. Apabila ada transaksi perbekalan farmasi saat stock
opname, petugas yang mengambil barang mencatat
nama sediaan dan jumlah di kertas terpisah dan
memberikannya kepada petugas yang menghitung
sediaan tersebut agar stok yang terpakai dapat dikurangi
6. Setelah stock opname selesai dilakukan, masing-masing
STOCK OPNAME DI INSTALASI FARMASI
koordinator ruangan membuat
Instalasi Farmasilaporan stock opname dan
melakukan
No. Dokumen penyesuaianNo. perbekalan
Revisi : farmasi
Halaman dikomputer
:
yang harus ditanda
445.1/0053/09.3.4/ tangani1oleh kepala instalasi
1-2 farmasi
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Instalasi Gawat Darurat
3. Rawat Jalan
4. Rawat Inap
5. 59
Fisioterapi
6. Radiologi
7. Laboratorium
PERMINTAAN OBAT/PERBEKALAN FARMASI DARI INSTALASI
FARMASI KE GUDANG OBAT INDUK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0054/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang ditetapkan rumah sakit untuk
menjaga kesinambungan stok obat di instalasi farmasi

TUJUAN Merupakan langkah-langkah yang harus diambil oleh instalasi


farmasi untuk menjaga kesinambungan stok obat di instalasi
farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Setiap hari Penanggung Jawab Perbekalan Farmasi akan
mendata keperluan obat-obat untuk dibuatkan
permintaannya ke gudang obat induk.
2. Setelah diperoleh datanya, Penanggung Jawab Perbekalan
Farmasi akan membuat form permintaan obat/perbekalan
farmasi rangkap 2 (arsip farmasi dan arsip gudang obat) ke
gudang obat induk.
3. Permintaan obat tersebut ditandatangani Kepala Instalasi
Farmasi dan staf gudang farmasi.
4. Setelah ditandatangani kepala instalasi farmasi maka
permintaan tersebut dibawa ke gudang oleh petugas farmasi
dan permintaan obat dilayani oleh petugas gudang farmasi.
5. Pada saat serah terima obat, petugas gudang farmasi dan
petugas farmasi yang menerima obat/perbekalan farmasi
akan menandatangani form tersebut.
60
6. Setelah serah terima yang disaksikan oleh petugas gudang,
maka petugas gudang farmasi akan meminta tanda tangan
Bendaharawan Barang Rumah Sakit.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
3. Gudang Induk

PENGISIAN KEMBALI PERBEKALAN FARMASI EMERGENSI

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0055/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Standar Prosedur Tanggal Terbit : Ditetapkan oleh :
Operasional DIREKTUR,
09 September 2017

dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Pengecekan penyimpanan perbekalan farmasi emergensi
dalam kit emergensi adalah: kegiatan pengecekan perbekalan
farmasi emergensi di instalasi/ruang yang memiliki persediaan
perbekalan farmasi emergensi
2. Petugas yang melakukan pengecekan penyimpanan
perbekalan farmasi emergensi adalah Petugas di unit terkait
dan petugas farmasi
TUJUAN 1. Agar dapat menjamin ketersediaan dan keamanan
penyimpanan perbekalan farmasi emergensi
2. Agar perbekalan farmasi emergensi dapat selalu tersedia saat
dibutuhkan.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 tentang Penyimpanan Perbekalan Farmasi
Emergensi Di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Lakukan Pengecekan kit emergensi apakah masih terkunci
atau tidak, serta lakukan pengecekan tanggal kadaluarsa yang
tertera pada formulir/list KIT/trolley emergensi, setiap petugas
unit terkait dan setiap bulan oleh petugas farmasi (kecuali IGD
dilakukan setiap minggu).
2. Jika hasil temuan kit emergensi dalam keadaan terkunci maka
pengecekan rutin dianggap selesai, lakukan Pencatatan hasil
pengecekan pada Buku Serah Terima Kit Emergensi unit
terkait (Lampiran).
3. Jika hasil temuan kit emergensi dalam keadaan terbuka, maka:
a. lakukan Pengecekan pada Buku Serah Terima kit
emergensi meliputi nama pasien, nama dan jumlah
perbekalan farmasi yang ditemukan Petugas unit terkait
segera melakukan permintaan perbekalan farmasi
61
emergensi yang telah digunakan kepada instalasi farmasi.
b. Lakukan pengecekan terhadap kelengkapan perbekalan
farmasi emergensi sesuai daftar kondisi fisik (rusak atau
tidak), dan tanggal kadaluarsa, dan segera lakukan
penggantian jika ditemukan perbekalan farmasi emergensi
yang rusak/kadaluarsa sesuai dengan item dan jumlah
perbekalan farmasi emergensi yang sudah ditetapkan.
4. Hitung jumlah masing-masing item perbekalan farmasi
emergensi sesuai dengan daftar perbekalan farmasi emergensi
di unit terkait berdasarkan nama, jumlah dan tanggal
kadaluarsa perbekalan farmasi emergensi.
5. Petugas farmasi atau apoteker akan mengisi kembali
perbekalan farmasi emergensi dan mengunci kembali kit
emergensi.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Inap

PERLINDUNGAN PASIEN TERHADAP OBAT KADALUARSA


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0056/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeteksi
secara awal obat yang sudah mendekati batas kadaluarsa.
TUJUAN Untuk menjaga keselamatan pasien terhadap obat yang
kadaluarsa.

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Deteksi awal obat/perbekalan farmasi yang mendekati
kadaluarsa dapat diketahui melalui beberapa cara, yaitu :
- Setiap menerima barang dari distributor atau melakukan
mutasi obat, maka petugas farmasi yang menginput
faktur akan mengisi data tanggal kadaluarsa obat.
Sistem Informasi Farmasi akan memberi peringatan
dengan memunculkan data obat/perbekalan farmasi
yang akan kadaluarsa dalam waktu 3 (tiga) bulan
berikutnya.
- Stok opname dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pada saat
stok opname maka petugas farmasi akan melakukan
pemeriksaan obat/perbekalan farmasi yang menjelang
kadaluarsa (≤ 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa)
2. Obat/perbekalan farmasi yang menjelang kadaluarsa baik yang
diketahui melalui Sistem informasi farmasi maupun dari hasil
stok opname, akan dipisahkan oleh Petugas farmasi dan diberi
label.
3. Petugas farmasi akan mencatat data tersebut dan
menghubungi distributor yang bersangkutan, apakah
perbekalan farmasi tersebut dapat ditukar atau tidak sesuai
62
dengan MOU dengan masing-masing distributor.
4. Jika obat/perbekalan farmasi tersebut tidak dapat ditukar, maka
petugas farmasi akan melaporkannya kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
5. Kepala Instalasi Farmasi akan membuat laporan obat-obat
yang tidak dapat ditukar tersebut kepada Kepala Bidang
Penunjang Medik.
6. Setelah diketahui oleh Kepala Bidang Penunjang Medik, maka
Kepala Instalasi Farmasi akan membuat berita acara serah
terima obat-obat tersebut dengan IPSRS dan Berita acara
pemusnahannya.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik
3. IPSRS

PENGELOLAAN OBAT YANG KADALUARSA


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0057/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu upaya untuk menjaga kualitas sediaan farmasi yang
digunakan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk melakukan pengelolaan sediaan
farmasi yang kadaluarsa

KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


nomor : 445/1848/RS.ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Instalasi farmasi melakukan stock opname setiap 3 bulan
sekali
2. Sediaan farmasi yang rusak/kadaluarsa akan dipisahkan
dan dikeluarkan dari stok (baik stok manual maupun sistem
informasi) serta dilaporkan kepada Kepala Instalasi Farmasi
dan Kepala Bidang Penunjang Medik
3. Sediaan farmasi yang rusak maupun kadaluarsa akan
diserahkan kepada Instalasi Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana (IPSRS) untuk dimusnahkan
4. Pemusnahan sediaan farmasi yang kadaluarsa oleh IPSRS
harus disertai dengan dokumentasi sebagai bukti, berita
acara dan saksi-saksi. Apabila di antara sediaan farmasi
yang dimusnahkan terdapat obat golongan psikotropika atau
narkotika maka harus ada saksi dari Dinas Kesehatan Kota
atau Petugas BPOM.

63
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik
3. IPSRS

PERSEDIAAN / STOK OBAT DI DISTRIBUTOR KOSONG


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0058/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur yang harus diambil apabila stok
obat / persediaan obat di distributor kosong.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam mengatasi
kekosongan obat.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Panitia Pengadaan memesan perbekalan farmasi ke
distributor.
2. Perbekalan farmasi yang dipesan ternyata kosong sampai
dengan jangka waktu tertentu.
3. Panitia Pengadaan menginformasikan kepada kepala
instalasi farmasi bahwa perbekalan farmasi yang diminta
kosong sampai dengan waktu yang telah diberitahukan
oleh distributor.
4. Kepala instalasi farmasi menginformasikan kepada Ketua
Komite Medik bahwa perbekalan farmasi tersebut kosong
dari distributor, dan memberi saran substitusi kepada
Ketua Komite Medik.
5. Ketua Komite Medik akan mensosialisasikan kepada
komite medik baik melalui media sosial atau dalam rapat
bahwa ada perbekalan farmasi yang persediaan / stoknya
kosong dari distributor, dan menganjurkan saran
64
substitusinya kepada anggota komite medis.

1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
4. Fungsional Medis
5. Apotek rekanan

PENANGANAN KETIDAKTERSEDIAAN STOK OBAT


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0059/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur untuk memperoleh obat apabila
pada suatu saat tertentu (khususnya dalam kasus emergensi)
stok obat yang dibutuhkan sedang tidak tersedia di rumah sakit
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam mengatasi
kekosongan obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan

65
PROSEDUR 1. Rumah Sakit Ernaldi Bahar memiliki perjanjian kerjasama
(MOU) dengan apotek terdekat di luar rumah sakit.
Sebelum memulai kerjasama dengan apotek tersebut,
pihak rumah sakit harus sudah terlebih dahulu memeriksa
kelengkapan syarat, administrasi dan legalitas apotek
tersebut. Setelah diperiksa dan tidak ditemukan masalah,
maka antara pihak apotek dan rumah sakit harus sudah
sepakat mengenai tata cara pembayaran (kredit atau
tunai pada saat mengambil obat), waktu pelayanan
apotek, dan sebagainya. Kesepakatan tersebut
dituangkan dalam MOU.
2. Manajemen rumah sakit harus menentukan petugas
rumah sakit yang akan mengambil obat ke apotek
tersebut apabila sewaktu-waktu diperlukan.
3. Jika pada suatu saat stok obat yang masuk dalam
Formularium Nasional atau Formularium Rumah Sakit
kosong, sedangkan obat tersebut sangat dibutuhkan
pasien terutama untuk pasien rawat inap maka petugas
yang ditetapkan oleh rumah sakit dapat mengambil obat
tersebut pada apotek rekanan yang telah ditunjuk tadi.
4. Obat yang diambil ke apotek rekanan sudah harus
sampai kepada pasien yang membutuhkan dalam waktu
< 30 menit
5. Untuk pasien rawat jalan jika ada stok obat yang kosong
maka solusi yang akan diambil adalah sebagai berikut:
- Pasien umum/bayar dapat ditawarkan untuk menebus
obat tersebut di apotek luar rumah sakit dengan
disertai penjelasan bahwa stoknya di rumah sakit
pada saat ini sedang kosong. Namun, jika pasien
tidak bersedia maka pihak rumah sakit harus
mengambil obat ke apotek rekanan yang telah
ditunjuk
- Pasien Jaminan (JKN, Jamsoskes), maka petugas

PENANGANAN KETIDAKTERSEDIAAN STOK OBAT


Instalasi Farmasi

No. Dokumen
No. Revisi : Halaman :
445.1/0059/09.3.4/
1 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR farmasi akan menghubungi dokter penulis resep dan
menawarkan saran obat substitusi yang komposisi sama
atau kelas terapi sama dan dijamin oleh institusi penjamin
pasien tersebut

66
1. Rawat Inap
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi
4. Fungsional Medis
5. Apotek rekanan

ALUR PERSETUJUAN DAN PENGADAAN OBAT YANG


DIBUTUHKAN TAPI TIDAK TERMASUK DALAM
FORMULARIUM RUMAH SAKIT ATAU FORMULARIUM
NASIONAL
Instalasi Farmasi
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
PROVINSI SUMATERA SELATAN 445.1/0060/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Sesuai Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 bahwa Pengadaan
obat dan perbekalan farmasi harus berpedoman pada
Formularium Nasional dan Formularium Rumah Sakit
2. Apabila penulis resep membutuhkan obat/perbekalan farmasi
di luar daftar tersebut, maka ada prosedur yang harus
dijalankan agar obat tersebut dapat diadakan di rumah sakit

67
TUJUAN Menjadi pedoman langkah dalam pengajuan untuk mendapat
persetujuan obat yang tidak masuk daftar obat rumah sakit untuk
diadakan di rumah sakit
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Alur Proses Persetujuan dan Pengadaan
Obat Yang Tidak Termasuk Dalam Daftar Obat Rumah Sakit di
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang.

PROSEDUR 1. Penulis Resep membuat nota dinas mengenai obat yang


dibutuhkan beserta alasannya.
2. Nota dinas disetujui oleh Ketua Komite Medik
3. Nota dinas diserahkan ke Bidang Pelayanan Medik dan diacc
Kepala Bidang Pelayanan Medik
4. Diteruskan Ke Direktur/Wakil Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan Rumah Sakit untuk mendapat persetujuan
Direktur/Wakil Direktur.
5. Setelah mendapat persetujuan direktur/ wakil direktur, nota
dinas diteruskan ke Bagian Penunjang Medik
6. Dari Bidang Penunjang Medik diteruskan ke Instalasi Farmasi
untuk kemudian dimasukkan dalam Permintaan Pengadaan
Perbekalan Farmasi
7. Permintaan Pengadaan diteruskan ke Panitia Pengadaan
Rumah Sakit untuk diadakan di rumah sakit

UNIT TERKAIT 1. Direktur


2. Bidang Pelayanan Medis
3. Bidang Penunjang Medis
4. Komite Medik

ALUR MENDAPATKAN OBAT PADA SAAT FARMASI TUTUP


ATAU PERSEDIAAN OBAT TERKUNCI

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.1/0061/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Rumah sakit memiliki persediaan perbekalan farmasi di ruangan.
Ada kalanya pada saat perbekalan farmasi dibutuhkan di ruang
rawat inap, namun kunci emergensi kit rusak, atau pada saat
perbekalan farmasi tersebut diminta ke farmasi, instalasi farmasi
tutup.
TUJUAN Menjadi pedoman dalam langkah-langkah yang harus diambil
apabila terjadi persediaan obat ruangan terkunci atau farmasi
dalam keadaan tutup
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Alur Proses Mendapatkan Obat Saat
Farmasi Tutup atau Persediaan Obat Terkunci
PROSEDUR 1. Permintaan obat/perbekalan farmasi dari DPJD ruangan
2. Diberikan ke perawat ruangan

68
3. Perbekalan farmasi tersebut ada dalam emergensi kit,
namun kunci rusak sehingga emergensi kit tidak dapat
dibuka
4. Perawat menghubungi Depo Farmasi IGD yang melayani 24
Jam untuk menanyakan apakah perbekalan farmasi tersebut
tersedia di Depo Farmasi IGD
5. Jika tersedia di Depo Farmasi IGD, maka perawat akan
mengambil ke Depo Farmasi IGD
6. Jika petugas farmasi Depo IGD sedang tidak di tempat atau
perbekalan farmasi yang dibutuhkan tidak tersedia di Depo
Farmasi IGD, maka perawat akan menghubungi petugas
yang sudah ditetapkan rumah sakit untuk mengambil
perbekalan farmasi tersebut ke apotek rekanan. Waktu yang
dibutuhkan oleh petugas untuk mengambil obat ke apotek
rekanan adalah 30 menit.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap

DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI KE INSTALASI


RAWAT INAP

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0062/09.3.4/ 2 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran perbekalan
farmasi baik obat ataupun bahan medis habis pakai dari
Instalasi Farmasi ke ruangan rawat inap

TUJUAN Sebagai acuan dalam pelaksanaan penyaluran perbekalan


farmasi ke ruangan / unit / instalasi lain di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Provinsi Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perawat ruangan menyerahkan resep dari dokter ruangan
kepada petugas rawat inap farmasi
2. Petugas farmasi menelaah resep (memeriksa
kelengkapan administrasi dan rasionalitas resep)
3. Petugas farmasi memeriksa riwayat pemberian obat

69
pasien melalui Sistem Informasi Farmasi
4. Setelah diperiksa, petugas farmasi menginput resep
tersebut ke dalam SIRS Farmasi
5. Setelah diinput, petugas farmasi menyiapkan obat / BMHP
dengan sistem Unit Dose. Kemudian dilakukan
pengecekan sebelum diserahkan kepada perawat ruangan
6. Perawat ruangan mengecek dan menerima obat / BMHP,
kemudian perawat yang menerima obat membubuhkan
tanda tangan pada Formulir Catatan Pemberian Obat
(CPO)
UNIT TERKAIT 1. Rawat inap
2. Instalasi Farmasi

PENANGANAN DAN PENYIMPANAN BAHAN BERBAHAYA


DAN CAIRAN YANG MUDAH TERBAKAR

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0063/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar disimpan ditempat
khusus, jauh dari sumber api yang dilengkapi dengan tabung
pemadam kebakaran, spill kit serta dilengkapi dengan MSDS
(Material Safety Data Sheet).
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk menjaga
keamanan penyimpanan bahan berbahaya dan mudah terbakar.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.

70
PROSEDUR 1. Bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar diterima
disimpan ke ruang khusus untuk bahan berbahaya.
2. Dicatat dan disusun secara teratur agar mudah dikontrol dan
mudah pengambilannya.
3. Pengeluaran berdasarkan permintaan dari pelayanan
farmasi.
4. Setidaknya satu minggu sekali petugas harus mengecek alat
pengaman dari bahan berbahaya tersebut.
5. Tabung pemadam kebakaran setidaknya satu bulan sekali
dicek ulang dan diperiksa kadaluarsanya.
6. Ruang penyimpanan harus selalu dikunci dan kunci disimpan
oleh petugas yang ditunjuk.
7. Setiap petugas yang masuk ke dalam ruang penyimpanan
bahan berbahaya dan cairan mudah terbakar harus memakai
APD (masker, sarung tangan)

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi ruang penyimpanan sediaan farmasi


2. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
3. Instalasi K3

DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI KE INSTALASI


RAWAT JALAN

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0064/09.3.4/ 1 1-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Pendistribusian adalah kegiatan penyaluran perbekalan farmasi
baik obat ataupun bahan medis habis pakai dari Instalasi
Farmasi ke pasien rawat jalan

TUJUAN Sebagai acuan dalam pelaksanaan penyaluran perbekalan


farmasi ke pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien / keluarga pasien menyerahkan resep dari dokter
71
poliklinik rawat jalan kepada petugas farmasi
2. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan administrasi
dan melakukan telaah resep
3. Setelah resep ditelaah petugas farmasi maka :
a. Untuk pasien tanpa jaminan (umum / bayar) :
- Resep diinput ke dalam SIRS Farmasi. Setelah diinput
petugas farmasi akan mencetak nota rincian harga obat
dan menyerahkan nota beserta resep kepada pasien /
keluarga pasien. Setelah itu pasien / keluarga pasien
menuju loket dan melakukan pembayaran di kasir.
- Kemudian pasien / keluarga pasien kembali ke
farmasi dan menyerahkan resep kepada petugas
farmasi, diberi nomor antri oleh petugas farmasi.
- Resep pasien umum / bayar hanya akan dilayani jika
sudah dibubuhkan cap lunas dari kasir dan pasien /
keluarga pasien harus menunjukkan kuitansi
pembayaran yang dicetak oleh kasir
b. Untuk pasien dengan jaminan (JKN, Asuransi
Perusahaan) :
- Pasien / keluarga pasien diberi nomor antri oleh
petugas farmasi
- Petugas farmasi memberikan kode jumlah obat yang
dapat diberikan kepada pasien sesuai dengan aturan
untuk pasien JKN dan Pasien Asuransi Perusahaan
- Resep diinput oleh petugas farmasi ke dalam SIRS
Farmasi
4. Petugas farmasi menginput aturan minum obat
5. Kemudian petugas farmasi mencetak label yang berisi
keterangan lengkap mengenai identitas pasien (nama

DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI KE INSTALASI RAWAT


JALAN

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0064/09.3.4/ 1 1-2
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR pasien, nomor rekam medis, tanggal lahir pasien), nama
obat, dosis, jumlah, tanggal kadaluarsa, aturan minum
obat, asal klinik, nama dokter, tanggal resep
6. Resep yang telah diinput akan dilayani / disiapkan oleh
petugas farmasi
7. Petugas farmasi menyerahkan obat atau bahan medis
habis pakai kepada pasien / keluarga pasien disertai
dengan penjelasan mengenai aturan pakai
CATATAN :
- Untuk obat jadi (non racikan) standar waktu tunggu
mulai dari aturan pakai obat selesai dibuat sampai
dengan obat siap diserahkan kepada pasien /
keluarga pasien adalan ≤ 30 menit

72
- Untuk obat racikan standar waktu tunggu mulai dari
aturan pakai obat selesai dibuat sampai dengan obat
siap diserahkan kepada pasien / keluarga pasien
adalah ≤ 60 menit

1. Loket pembayaran
UNIT TERKAIT 2. Poliklinik Rawat Jalan
3. Instalasi Farmasi

PENARIKAN KEMBALI (RECALL) PERBEKALAN FARMASI

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.1/0065/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN Penarikan kembali perbekalan farmasi adalah proses penarikan


kembali perbekalan farmasi dari seluruh instalasi di Rumah Sakit
ke Distributor Farmasi (PBF) melalui Instalasi Farmasi

TUJUAN 1. Menjamin ketersediaan perbekalan farmasi yang bermutu.


2. Menjamin keamanan penggunaan perbekalan farmasi oleh
pasien.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor :


445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan Perbekalan Farmasi
Recall di Rumah Sakit Ernaldi Bahar

PROSEDUR 1. Jika ada informasi/edaran dari industri farmasi, institusi

73
PENARIKAN KEMBALI (RECALL) PERBEKALAN FARMASI

No. Dokumen No. Revisi : Halaman :


445.1/0065/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

pemerintahan, atau distributor farmasi bahwa perbekalan


farmasi dengan spesifikasi tertentu harus ditarik dari peredaran
berdasarkan alasan tertentu, instalasi farmasi segera
melakukan pengecekkan ketersediaan perbekalan farmasi
tersebut diseluruh instalasi/unit pelayanan rumah sakit.
2. Kepala Instalasi Farmasi menginformasikan kepada Kepala
Bidang Penunjang Medis agar dapat mengeluarkan memo
pemberitahuan mengenai penarikan perbekalan farmasi
tersebut dan diedarkan ke seluruh instalasi rumah sakit.
3. Setelah memo diedarkan dalam waktu 1 x 24 jam seluruh
perbekalan farmasi yang akan ditarik tersebut sudah
dikembalikan ke Instalasi Farmasi.
4. Setelah perbekalan farmasi yang ditarik berada dibawah
pengawasan Instalasi Farmasi, selanjutnya Kepala Instalasi
Farmasi membuat pengajuan retur perbekalan farmasi dengan
menggunakan Formulir Penarikan Kembali (Recall) Perbekalan
Farmasi (terlampir).
5. Perbekalan farmasi yang ditarik kembali dikembalikan ke
Distributor Farmasi dalam waktu 3 x 24 jam

UNIT TERKAIT 1. Bidang Penunjang Medis


2. Bidang Keperawatan
3. Bidang Pelayanan Medis
4. Bidang Keuangan

PENARIKAN OBAT DARI INSTALASI RAWAT JALAN DAN


INSTALASI RAWAT INAP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0066/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
74
PENGERTIAN Penarikan obat dari instalasi rawat jalan dan instalasi rawat inap
adalah prosedur yang harus dijalankan untuk mengontrol
sekaligus menarik perbekalan farmasi khususnya obat yang
sudah tidak memenuhi standar untuk digunakan baik di instalasi
rawat jalan maupun rawat inap
TUJUAN Sebagai langkah–langkah untuk melakukan pengelolaan
sediaan farmasi expired atau rusak yang ada di unit-unit yang
ada di instalasi farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Unit layanan setiap akhir bulan melakukan kontrol stok
sediaan farmasi yang expired datenya kurang 3 bulan
dicatat nama, jumlah dan expired datenya kemudian
dilaporkan ke tempat penyimpanan sediaan farmasi
untuk dilakukan upaya pengembalian ke distributor
sesuai kebijakan distributor dan apabila sediaan tersebut
tidak dapat dikembalikan kedistributor maka sediaan
farmasi yang expired atau rusak dikumpulkan dan
diserahkan ke unit pengelolaan sediaan farmasi pada
awal bulan expired datenya.
2. Masing-masing unit layanan mengembalikan sediaan
farmasi ke tempat pengelolaan dan penyimpanan
sediaan farmasi dengan mengisi blanko pengambilan
sediaan farmasi yang expired atau rusak (rangkap 2),
diisi nama dan ditandatangani oleh koordinator unit
masing-masing. Satu lembar untuk arsip di unit layanan
dan satu lembar untuk disimpan ditempat pengolalaan
sediaan farmasi.
3. Sediaan farmasi ang expired atau rusak kemudian
disimpan di ruangan terpisah untuk menunggu proses
pemusnahan kemudian dibukukan untuk waktu satu
tahun.
4. Sediaan farmasi yang expired/rusak dilaporkan ke kepala
instalasi farmasi untuk dilaporkan ke direktur RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap

PELAYANAN OBAT UNIT DOSE DISPENSING (UDD)


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0067/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

75
PENGERTIAN Prosedur tata cara pelayanan obat pasien rawat inap dengan
system unit dose dispensing (UDD)
TUJUAN Untuk memastikan proses pelayanan obat dilaksanakan
dengan baik, tepat, sesuai dengan resep dan mengurangi
adanya retur obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Perawat ruangan rawat inap membawa resep dari
dokter ke Instalasi farmasi
2. Petugas farmasi menelaah resep dan mengecek
kesesuaian obat, seperti : nama obat, bentuk sediaan,
jumlah, dosis dan aturan pakai. Apabila sudah sesuai
petugas UDD mencatat di form CPO (Catatan
Pemberian Obat) untuk masing-masing pasien
3. Petugas UDD menginput ke system sesuai resep yang
ada
4. Petugas UDD menyiapkan obat berdasarkan form CPO
untuk sekali pemberian
5. Petugas UDD mengantarkan obat ke masing-masing
ruangan rawat inap dan melakukan serah terima obat
kepada perawat dengan mencocokkan antara obat yang
disiapkan dengan form CPO
6. Bila sudah selesai petugas UDD dan perawat
menuliskan nama dan paraf di form CPO
7. Bila terapi obat tidak dilanjutkan atau pasien akan
pulang, maka perawat ruangan akan menginformasikan
kepada petugas farmasi dan petugas farmasi akan
menyiapkan obat sesuai dengan resep untuk pasien
pulang.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

PENYERAHAN RESEP KE INSTALASI FARMASI


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0068/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penyerahan Resep ke Instalasi Farmasi adalah penyerahan
resep yang telah ditulis dokter untuk terapi pasien kepada
76
instalasi farmasi baik dari rawat jalan, rawat inap ataupun
rawat darurat
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyerahan
dan penerimaan resep di instalasi farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pasien diperiksa oleh dokter yang bertugas baik di rawat
darurat, rawat jalan maupun rawat inap
2. Terapi yang diperlukan pasien ditulis dokter dalam
blanko resep
3. Resep diserahkan kepada petugas farmasi untuk
selanjutnya diberi nomor urut, ditelaah, diinput, dan
dilayani sesuai dengan nomor urut resep
4. Resep yang dilayani oleh instalasi farmasi hanya resep
yang berasal dari dokter yang bertugas di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat
2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Komite Medik

PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI PASIEN RAWAT


JALAN

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN Penyerahan perbekalan farmasi pasien rawat jalan adalah


kegiatan menyerahkan perbekalan farmasi oleh petugas farmasi
kepada pasien rawat jalan.
77
PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI PASIEN RAWAT
JALAN

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

TUJUAN 1. Menjamin pasien mendapatkan perbekalan farmasi yang


bermutu
2. Menjamin pasien mendapatkan informasi yang tepat tentang
perbekalan farmasi yang diterimanya

KEBIJAKAN 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 35/


MENKES/2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek, Bab III, butir 1.2.4 : Bahwa sebelum obat diserahkan
pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian obat dengan resep.
2. Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor :
445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar.

PROSEDUR 1. Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, lakukan


pencocokan identitas pasien (nama pasien, nomor rekam
medis dan tanggal lahir) pada resep, etiket dan bukti transaksi
2. Cocokan identitas dokter (nama dokter) pada resep, label
etiket dan bukti transaksi
3. Cocokan perbekalan farmasi (nama obat, alat kesehatan,
bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan, sediaan obat, ukuran
atau nomor alat kesehatan, jumlah perbekalan farmasi) pada
resep, fisik obat, etiket dan bukti transaksi
4. Cocokan aturan pakai pada resep dan etiket
5. Periksa tanggal kadaluarsa pada fisik perbekalan farmasi dan
etiket serta pastikan perbekalan farmasi yang diberikan tidak
kadaluarsa
6. Lakukan konfirmasi ulang nama pasien dan tanggal lahir
pasien / keluarga dengan menanyakan nama dan tanggal
lahir sebelum menyerahkan obat
7. Minta bukti tanda lunas / kuitansi pembayaran kepada
pasien / keluarga (untuk Pasien Umum/Bayar)
8. Lakukan serah terima dengan menjelaskan :
a. Perbekalan farmasi yang diberikan meliputi: nama obat/alat
kesehatan, bentuk sediaan obat, kekuatan sediaan obat,
ukuran/nomor alat kesehatan, jumlah perbekalan farmasi
(sesuai pada resep, fisik obat, etiket dan bukti transaksi)
b.Aturan pakai
c.Tidak kadaluarsa (pada fisik perbekalan farmasi dan etiket)
d.Waktu penggunaan obat dan lama penggunaan obat
c.Cara penggunaan obat, terutama sediaan farmasi tertentu
(inhaler, suppos, sirup kering, dan lain-lain)
e. Cara penyimpanan obat
10. Berikan copy resep (jika ada)
11. Tanyakan pada pasien apakah sudah mengerti dengan
78
PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI PASIEN RAWAT
JALAN

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0069/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
semua penjelasan petugas farmasi
12. Tanyakan pada pasien apakah masih ada pertanyaan,
jelaskan oleh petugas apa yang menjadi pertanyaan pasien
13. Tanyakan nomor telepon, alamat (khusus resep narkotika dan
psikotropika) dan paraf pasien/keluarga pasien, tuliskan
dibelakang resep
14. Kembalikan bukti pembayaran asli kepada pasien / keluarga
pasien serta ucapan terima kasih
15. Berikan tanda di kolom P (Penyerahan) pada Sistem
Informasi Farmasi dan jam sesuai dengan waktu penyerahan
obat kolom J (Jam) oleh petugas farmasi
16. Jadikan satu copy bukti pembayaran, copy bukti transaksi dan
resep asli / copy resep untuk direkap sesuai nomor transaksi
dan hari transaksi.

UNIT TERKAIT
1. Bidang Penunjang Medis
2. Instalasi Farmasi

PEMBERIAN INJEKSI KALIUM KLORIDA


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0070/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR PROSEDUR
DIREKTUR,
OPERASIONAL
09 September 2017
79
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan
pemberian larutan Kalium Klorida
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melalukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan Kalium Klorida
2. Agar larutan Kalium Klorida dapat diberikan secara tepat
dan aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan Kalium Klorida
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis resep disertai dengan protokol terapi
2. Tentukan rute pemberian, apakah lewat vena central atau
lewat vena perifer karena berhubungan dengan kepekatan
larutan
3. Tentukan jenis pelarut atau larutan infus yang akan
digunakan, larutan KCl 7,46% kompatibel dengan NaCl
dan Dextrose 5%. Pemakaian KCl 7,46% harus diencerkan
karena jika tidak diencerkan terlebih dahulu maka akan
berakibat fatal.
4. Tentukan konsentrasi larutan KCL yang akan digunakan
sesuai dengan standar jenis vena yang akan digunakan
5. Hitung kecepatan pemberian berdasarkan dosis yang
diminta serta konsentrasi larutan yang akan dibuat
6. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep dosis,
konsentrasi yang akan diinginkan, kecepatan pemberian
dan jenis vena yang akan digunakan
7. Petugas farmasi melakukan verifikasi nama obat, jumlah,
dosis, pelarut yang digunakan, tanggal kadaluarsa obat.
8. Petugas farmasi akan menghubungi dokter apabila ada
ketidaksesuaian, misalnya pelarut yang digunakan tidak
sesuai. Injeksi Kalium Klorida hanya dapat diberikan
apabila nilai Creatinin Clearence < 10 ml/menit
9. Petugas farmasi akan menyiapkan larutan KCL sesuai
yang tertera diresep, sebisa mungkin jangan
menggunakan Dextrose 5% karena dapat menurunkan
kadar KCl, kemudian petugas farmasi memberikan label
yang jelas serta melakukan pengecekan sesuai dengan
prinsip 7 benar sebelum diserahkan kepada perawat
10. Label KCL harus mengandung informasi :

PEMBERIAN INJEKSI KALIUM KLORIDA


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0070/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
STANDAR PROSEDUR
DIREKTUR,
OPERASIONAL 09 September 2017
80
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR - Identitas pasien (Nama, No. RM, Tanggal Lahir/Umur)
- Pelarut yang digunakan
- Konsentrasi larutan
- Tanggal dan jam penyiapan obat
- Dosis pemberian
- Kondisi dan tempat penyimpanan
- Kadaluarsa/expired setelah pencampuran
- Petugas yang menyiapkan dan yang melakukan
pengecekan
11. Petugas farmasi melakukan serah terima dengan perawat
ruangan
12. Perawat memberikan larutan KCL ke pasien melalui infuse
atau syringe pump setelah melakukan double cek untuk
memastikan ketepatan dosis, rute pemberian, konsentrasi
larutan dan kecepatan pemberian.
13. Apabila diberikan lewat vena perifer, dilakukan
pengecekan vena untuk monitoring plebitis
14. Perawat melakukan edukasi pasien untuk segera
melaporkan apabila pasien merasa nyeri atau ada
kebocoran canula di tempat pemberian larutan KCL
15. Apabila ditemukan ada tanda plebitis, pemberian obat
harus dihentikan dan lakukan evaluasi apakah vena
tersebut masih dapat digunakan untuk pemberian KCL
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

PEMBERIAN INJEKSI CALSIUM GLUCONAS


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0071/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

81
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan pemberian
larutan calcium klorida
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan calcium gluconas
2. Agar larutan calcium klorida dapat diberikan secara tepat
dan aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan calsium gluconas
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis dengan lengkap dicatatan integrasi atau di form
daftar pengobatan dosis calcium gluconas yang diberikan
2. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep berapa calcium
gluconas yang akan diberikan
3. Tuliskan dosis, konsentrasi, cara pemberian obat pada protokol
terapi
4. Serahkan ke petugas farmasi
5. Petugas farmasi memeriksa kelengkapan berkas serta protokol
terapi
6. Cek kesesuaian obat, jumlah, dosis, dan tanggal kadaluarsa
7. Calcium gluconas dapat diberikan langsung atau dengan
pengenceran menggunakan larutan yang kompatibel dengan
calcium gluconas yaitu NaCl 0,9% dan dextrose 5%/Glukosa
5%
8. Konfirmasi ke dokter apabila ada yang tidak sesuai baik cara
pemberian obat atau pelarut yang digunakan
9. Lakukan pencampuran secara aseptis
10. Label calcium gluconas harus mengandung informasi :
a. Identitas pasien
b. Tanggal dan jam pemberian obat
c. Kadaluarsa setelah obat
dicampur : 24 Jam
d. Nama obat serta pelarut yang
digunakan
e. Dosis pemberian
f. Peringatan peyimpanan, jangan
disimpan dalam kulkas, simpan dalam suhu ruangan
11. Petugas farmasi melakukan serah terima dengan perawat
ruangan

PEMBERIAN INJEKSI CALSIUM GLUCONAS


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0071/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
09 September 2017

82
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
12. Perawat memberikan larutan calcium gluconas ke pasien
melalui infus atau syringe pump setelah melakukan double
cek untuk memastikan ketepatan dosis, rute pemberian,
konsentrasi larutan dan kecepatan pemberian
13. Perawat melakukan observasi kepada pasien apabila
terdapat tanda-tanda interaksi obat, perawat melaporkan ke
DPJP apakah akan diberikan pengobatan yang lain
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

PEMBERIAN INJEKSI MgSO4


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0072/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
83
DIREKTUR,

OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan
pemberian larutan MgSO4
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan MgSO4
2. Agar larutan MgSO4 dapat diberikan secara tepat dan
aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan MgSO4
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis resep serta tata cara pemberian MgSO 4 pada
protocol terapi
2. Tentukan jenis pelarut atau larutan infus yang akan
digunakan, MgSO4 kompatibel dengan Dextrose dan NaCl
3. Tentukan konsentrasi larutan MgSO4 yang akan digunakan
sesuai dengan standar jenis vena yang akan digunakan
4. Hitung kecepatan pemberian berdasarkan dosis yang diminta
serta konsentrasi larutan yang akan dibuat
5. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep dosis,
konsentrasi yang akan diinginkan, kecepatan pemberian dan
jenis vena yang akan digunakan
6. Petugas farmasi melakukan verifikasi nama obat, jumlah,
dosis, pelarut yang digunakan, tanggal kadaluarsa obat.
Laporkan ke dokter apabila pasien menggunakan obat anti
depressan sebab dapat menurunkan kadar MgSO 4
7. Petugas farmasi akan menyiapkan larutan MgSO4 sesuai
yang tertera diresep dan memberikan label yang jelas serta
melakukan pengecekan sesuai dengan prinsip 7 benar
sebelum diserahkan kepada perawat
8. Label MgSO4 harus mengandung informasi
- Identitas pasien - Pelarut yang digunakan
- Tanggal dan jam penyiapan obat
- Dosis pemberian
- Petugas yang menyiapkan dan yang melakukan pengecekan
- Kondisi dan tempat penyimpanan
- Kadaluarsa/expired setelah pencampuran

PEMBERIAN INJEKSI MgSO4


Instalasi Farmasi

84
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0072/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR 9. Petugas farmasi melakukan serah terima dengan perawat
ruangan
10. Perawat memberikan larutan MgSO4 ke pasien melalui infus
atau syringe pump setelah melakukan double cek untuk
memastikan ketepatan dosis, rute pemberian, konsentrasi
larutan dan kecepatan pemberian
11. Perawat memberikan larutan MgSO4 ke pasien sampai
dengan 24 jam post partum
12. Perawat melakukan observasi kepada pasien apabila
terdapat tanda-tanda kejang atau keracunan seperti: paralvis
total, depresi pernapasan dan atau hipotensi
13. Apabila ditemukan tanda-tanda tersebut perawat melapork ke
DPJP apakah akan diberikan pengobatan yang lain
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

PEMBERIAN INJEKSI NATRIUM BIKARBONAT

85
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0073/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan panduan dalam peresepan, permintaan dan
pemberian larutan Natrium Bikarbonat
TUJUAN 1. Sebagai acuan dalam melakukan peresepan, permintaan
dan pemberian Larutan Natrium Bikarbonat
2. Agar larutan Natrium Bikarbonat dapat diberikan secara
tepat dan aman
3. Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian
larutan Natrium Bikarbonat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dokter menulis resep serta tata cara pemberian Larutan
Injeksi Natrium Bikarbonat pada protokol terapi.
2. Tentukan jenis pelarut atau larutan infus yang akan
digunakan, Natrium Bikarbonat kompatibel dengan
dextrose/glukose dan NaCl
3. Tentukan konsentrasi larutan Natrium Bikarbonat yang
akan digunakan sesuai dengan standar jenis vena yang
akan digunakan
4. Hitung kecepatan pemberian berdasarkan dosis yang
diminta serta konsentrasi larutan yang akan dibuat
5. Untuk pengorderan ke farmasi, tuliskan diresep dosis,
konsentrasi yang akan diinginkan, kecepatan pemberian
dan jenis vena yang akan digunakan
6. Petugas farmasi melakukan verifikasi nama obat, jumlah,
dosis, pelarut yang digunakan, tanggal kadaluarsa obat.
Natrium bikarbonat jangan diberikan bersama-sama
dengan epinefrin injeksi karena dapat membentuk
endapan. Bila diperlukan epinefrin injeksi dan natrium
bikarbonat secara bersamaan, maka berikan pada vena
tubuh yang berbeda (misal epinefrin di vena bagian tubuh
kanan, natrium bikarbonat di vena bagian tubuh kiri)
7. Petugas farmasi akan menyiapkan larutan Natrium
Bikarbonat sesuai yang tertera diresep dan memberikan
label yang jelas serta melakukan pengecekan sesuai
dengan prinsip 7 benar sebelum diserahkan kepada
perawat
8. Label Natrium bikarbonat harus mengandung informasi
- Identitas pasien

86
PEMBERIAN INJEKSI NATRIUM BIKARBONAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0073/09.3.4/ 1 1-2
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR - Pelarut yang digunakan
- Konsentrasi larutan
- Tanggal dan jam penyiapan obat
- Dosis pemberian
- Petugas yang menyiapkan dan yang melakukan
pengecekan
- Kondisi dan tempat penyimpanan
- Kadaluarsa/expired setelah pencampuran
9. Petugas farmasi melakukan serah terima dengan perawat
ruangan
10. Perawat memberikan larutan Natrium Bikarbonat ke
pasien melalui infus atau syringe pump setelah
melakukan double cek untuk memastikan ketepatan
dosis, rute pemberian, konsentrasi larutan dan kecepatan
pemberian
11. Perawat memberikan larutan Natrium Bikarbonat ke
pasien sampai dengan 24 jam post partum
12. Perawat melakukan observasi kepada pasien apabila
terdapat tanda-tanda kejang atau keracunan seperti:
paralisis total, depresi pernapasan dan atau hipotensi
13. Apabila ditemukan tanda-tanda tersebut perawat
melaporkan ke DPJP apakah akan diberikan pengobatan
yang lain

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap

87
PERBANDINGAN PERMINTAAN OBAT PERTAMA DENGAN
DAFTAR OBAT PASIEN SEBELUM DIRAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0074/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Membandingkan permintaan obat pertama dengan daftar obat
pasien sebelum dirawat
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penyerahan
dan penerimaan resep di instalasi farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.

PROSEDUR 1. Petugas farmasi mencatat semua diagnosa dan daftar obat-


obatan yang diberikan kepada pasien sebelum pasien
masuk dirawat
2. Petugas farmasi membandingkan daftar obat pasien yang
diminum sebelum masuk rawat inap dengan order pertama
dari DPJP
3. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan maka petugas
farmasi melakukan konfirmasi kepada DPJP yang
bersangkutan

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Darurat


2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Komite Medik

88
RESEP TIDAK TERBACA / KURANG JELAS
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0075/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses yang dilakukan tenaga farmasi dalam
menindaklanjuti apabila mendapati resep yang tidak terbaca /
kurang jelas.
TUJUAN Untuk mengambil langkah/tindakan bila mendapati resep yang
tidak jelas.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR
1. Petugas farmasi menerima resep dari pasien/keluarga
pasien/perawat ruangan.
2. Petugas farmasi melakukan telaah resep.
3. Petugas farmasi mendapati resep yang menimbulkan
pertanyaan dikarenakan kurang jelas/tidak terbaca
sehingga menyebabkan petugas farmasi tidak mengerti
nama sediaan farmasi yang tertulis pada resep.
4. Petugas farmasi harus menyimpan nomor kontak semua
dokter yang bertugas di Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
5. Petugas farmasi menghubungi penulis resep lewat
telepon untuk melakukan konfirmasi resep yang tidak
terbaca.
6. Pada saat menghubungi dokter, petugas farmasi harus
mencatat dan mengulangi lagi nama obat tersebut
sehingga apa yang dimaksud dokter sama dengan yang
dimaksud oleh petugas farmasi.

UNIT TERKAIT
Instalasi Farmasi

89
PENYERTAAN FORM CATATAN PEMBERIAN OBAT DALAM
STATUS PASIEN SAAT PASIEN
DIPINDAHKAN/DIPULANGKAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0076/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur dalam menyimpan catatan/riwayat
pemberian obat kepada pasien dalam rekam medis pada saat
pasien dipindahkan/dipulangkan
TUJUAN Untuk mendokumentasikan riwayat obat yang telah digunakan
dalam terapi pasien, sehingga dapat dilihat oleh petugas apabila
diperlukan sewaktu-waktu.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR
1. Perawat mengisi Catatan Pemberian Obat
2. Catatan Pemberian obat harus memuat nama obat, dosis,
jumlah obat dan mencakup informasi obat (misal apabila
ada informasi obat digunakan “bila perlu”)
3. Setelah diisi Catatan Pemberian Obat harus dimasukkan
dalam status/rekam medis pasien
4. Apabila pasien pindah ruangan atau pulang, maka Catatan
Pemberian Obat harus disertakan dalam status pasien
sehingga petugas dapat melihat riwayat obat yang telah
digunakan dalam terapi pasien.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Keperawatan

PENGGANTIAN OBAT EMERGENSI


Instalasi Farmasi

90
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0077/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
Tanggal Terbit

09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Tata cara dalam melakukan penggantian obat emergency di
farmasi berdasarkan pemakaian di ruangan
TUJUAN Sebagai acuan dalam melakukan penggantian obat emergency
yang masih bisa digunakan dengan yang tidak layak pakai
karena rusak atau sudah kadaluarsa
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi menerima buku pemakaian dan
penggantian obat emergency dari perawat masing-masing
ruangan
2. Petugas farmasi menuliskan tanggal dan jam buku
diterima pada buku pemakaian dan penggantian obat
emergency
3. Petugas farmasi menginput obat tersebut ke system
sesuai dengan yang tertera pada buku
4. Petugas farmasi menyiapkan obat tersebut
5. Setelah obat disiapkan, petugas farmasi mengisi kembali
obat tersebut di dalam tas emergensi

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
3. IGD

PENGGUNAAN OBAT EMERGENSI


Instalasi Farmasi
91
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0078/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
Tanggal Terbit

09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes


Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Obat emergensi adalah obat Life saving yang diperlukan di
dalam kondisi gawat darurat baik di layanan IGD, rawat jalan
maupun rawat inap

TUJUAN Untuk memenuhi kebutuhan pasien gawat darurat di IGD, rawat


jalan dan ruang rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Obat emergensi digunakan perawat untuk pasien dengan
keadaan darurat berdasarkan instruksi lisan / resep dari
DPJP
2. Obat emergensi yang sudah dipakai akan diganti stoknya
pada keesokan hari dengan menyerahkan resep dan
buku pemakaian obat emergensi ke instalasi farmasi

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT
2. Rawat Inap
3. IGD

CATATAN PEMBERIAN OBAT (CPO)


Instalasi Farmasi

92
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0080/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu kegiatan pencatatan pemberian obat

TUJUAN 1. Sebagai pedoman petugas dalam pemberian obat kepada


pasien diruang perawatan
2. Menghindari kesalahan dalam pemberian obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Dalam menyiapkan obat yang akan diberikan kepada pasien
rawat inap harus berdasarkan Catatan Pemberian Obat.
Catatan Pemberian Obat berisi :
- Nama Pasien, Nomor Rekam Medis, tanggal lahir, foto
pasien
- Ruang perawatan
- Nama obat dan aturan pakai
- Jam pemberian obat
- Paraf perawat
2. Setelah obat pasien disiapkan, maka perawat memberikan
obat kepada pasien dengan berpedoman pada Catatan
Pemberian Obat (CPO)
3. Perawat harus memperhatikan apabila ada obat-obat yang
aturan pemakaiannya “bila perlu”, bila kurang paham
mengenai kapan obat tersebut perlu diminum pasien maka
dapat ditanyakan kepada dokter atau apoteker
4. Setelah obat selesai diberikan, perawat membubuhkan paraf
pada lembar CPO
5. CPO harus dimasukkan dalam rekam medis pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

93
PENULISAN FORMULIR PERMINTAAN ALAT KESEHATAN
DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0081/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Alkes dan Bahan medis habis pakai adalah bahan dan alat
kesehatan yang dipakai dalam menunjang pelayanan kesehatan
dan hanya untuk satu kali pemakaian
TUJUAN Untuk mendapatkan pelayanan alkes dan bahan medis habis
pakai yang cepat dan akurat bagi pasien rawat inap
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Formulir permintaan alkes dan bahan medis habis pakai
diajukan oleh masing-masing ruangan ditandatangani oleh
Kepala Ruangan, Kabid Keperawatan serta Kasubbag
Umum dan Perlengkapan
2. Formulir permintaan yang telah ditandatangani tersebut
diserahkan ke instalasi farmasi
3. Petugas Instalasi farmasi menyiapkan permintaan yang
diajukan
4. Petugas farmasi yang melayani permintaan tersebut
menandatangani formulir permintaan
5. Perawat ruangan mengecek apakah bahan habis pakai
yang diberikan sudah sesuai dengan permintaan
6. Apabila sesuai maka perawat yang menerima
menandatangani permintaan tersebut

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Rawat Inap
3. Bidang Keperawatan
4. Bidang Umum dan Perlengkapan

PEMBERIAN OBAT ORAL PASIEN RAWAT INAP


Instalasi Farmasi
94
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0082/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan pemberian obat oral (melalui mulut)
kepada pasien secara tepat dan aman
TUJUAN Mencegah terjadinya medication error terkait pemberian obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi menerima resep dari perawat ruang rawat
inap
2. Petugas farmasi mengecek kesesuaian obat oral seperti
identitas pasien, nama obat, bentuk sediaan, jumlah, dosis
dan aturan pakai
3. Setelah melakukan pengecekan petugas farmasi menginput
ke system dan mencatat ke catatan pemberian obat (CPO)
farmasi
4. Petugas farmasi menyiapkan obat oral berdasarkan form CPO
farmasi
5. Petugas farmasi mengantarkan obat ke masing-masing ruang
rawat inap dan memberikan delegasi kepada perawat untuk
memberikan obat kepada pasien
6. Petugas farmasi dan perawat menuliskan nama dan paraf di
form CPO farmasi
7. Perawat ruangan yang akan memberikan obat oral ke pasien
harus memperhatikan prinsip 7 benar
8. Sebelum memberikan obat oral kepada pasien, perawat
kembali mengecek kembali nama obat, dosis, waktu, cara
pemberian dan tanggal kadaluarsa obat
9. Perawat mengambil obat sesuai CPO
10. Apabila obat tersebut adalah syrup maka perawat harus
- Memutar obat / bolak-balik agar tercampur rata sebelum
dituangkan
- Menuangkan obat seperlunya ke dalam sendok takar yang
telah tersedia
- Sebelum menutup botol, alangkah baiknya jika mengusap
bagian bibir botol dengan kertas tisue
11. Perawat memberikan obat pada waktu dan cara yang
benar
12. Perawat mencatat obat yang sudah diberikan dalam CPO
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi 2. Rawat Inap

PEMBERIAN LARUTAN KONSENTRAT/HIGH ALERT


Instalasi Farmasi

95
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0083/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
10 November 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Larutan elektrolit konsentrat adalah larutan yang beresiko tinggi
dan dapat membahayakan pasien apabila digunakan dengan
kurang tepat
TUJUAN Untuk mengurangi resiko medication error
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/ 2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Elektrolit konsentrat tidak disimpan di ruang perawatan,
elektrolit konsentrat hanya disimpan di instalasi farmasi dan
Instalasi gawat darurat (di dalam troli emergensi)
2. Pada saat menerima order elektrolit konsentrat, petugas
farmasi memverifikasi obat high alert dan menggaris
bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan
tinta merah
3. Dilakukan pemeriksaan yang kedua kali oleh petugas
farmasi sebelum obat diserahkan kepada perawat
4. Petugas farmasi pertama dan yang kedua membubuhkan
tanda tangan dan nama petugas, nama obat dan jumlah
obat serta dosis di Formulir pemakaian obat high alert
sebagai bukti telah dilakukan double check
5. Obat diserahkan kepada perawat disertai informasi yang
diperlukan, kemudian perawat menandatangani buku serah
terima obat
1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Gawat Darurat

PEMBERIAN OBAT INJEKSI


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0084/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

96
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur kegiatan pemberian obat oral (melalui mulut)
kepada pasien secara tepat dan aman
TUJUAN Mencengah terjadinya medication error terkait pemberian obat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi menerima resep dari perawat ruang
rawat inap
2. Petugas farmasi mengecek kesesuaian obat oral seperti
identitas pasien, nama obat, bentuk sediaan, jumlah,
dosis dan aturan pakai
3. Setelah melakukan pengecekan petugas farmasi
menginput ke system dan mencatat ke catatan
pemberian obat (CPO)
4. Petugas farmasi menyiapkan obat injeksi berdasarkan
form CPO
5. Petugas farmasi mengantarkan obat ke masing-masing
ruang rawat inap dan memberikan delegasi kepada
perawat untuk memberikan obat kepada pasien
6. Petugas farmasi dan perawat menuliskan nama dan
paraf di form CPO
7. Perawat ruangan yang akan memberikan obat oral ke
pasien harus memperhatikan prinsip 7 benar
8. Sebelum memberikan obat injeksi kepada pasien,
perawat kembali mengecek kembali nama pasien, nomor
rekam medis, tanggal lahir pasien, foto, nama obat,
dosis, waktu, cara pemberian dan tanggal kadaluarsa
obat
9. Perawat mengambil obat injeksi dan mengecek
pemberian obat injeksi apakah melalui IV, IM, SC atau IC
10. Perawat memberikan obat pada waktu dan cara yang
benar
11. Mencatat obat yang telah diberikan dan jam pemberian
obat di CPO
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap
3.

97
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0085/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Pencampuran sediaan steril meupakan rangkaian perubahan
PENGERTIAN
bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan
proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan
secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan
TUJUAN 1. Menjaga kualitas dan kesterilan obat yang akan diberikan
kepada pasien
2. Dapat mempersiapkan obat injeksi dengan baik dan benar

KEBIJAKAN Keputusan Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Nomor :


445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi
di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
1. Menyiapkan meja kerja
PROSEDUR
2. Memeriksa kelengkapan dokumen yaitu resep dan protokol
terapi
3.Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima baik nama
obat, dosis, bentuk sediaan, jumlah dan tanggal kadaluarsa
4. Melakukan konfirmasi ulang kepada dokter apabila ada
sesuatu yang kurang/tidak jelas/tidak lengkap
5. Menghitung kesesuaian dosis
6. Memilih jenis pelarut yang sesuai serta volume pelarut
7. Membuat label obat
8. Cara Kerja :
a. Cuci tangan dengan SPO biasa
b. Gunakan Alat Pelindung Diri (APD)
c. Bersihkan meja kerja dengan benar (aquadest kemudian
alkohol/dekontaminasi dan desinfeksi
d. Menyiapkan meja kerja dengan member alas penyerap
cairan/kasa steril serta kantong sampah untuk bekas
obat
c. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol
70%
d. Seka seluruh alat kesehatan dan wadah obat sebelum
digunakan dengan menggunakan alkohol 70%
e. Lakukan pencampuran secara aseptis
f. Buang seluruh bahan yang telah terkontaminasi ke dalam
kantong buangan sampah yang telah disiapkan
sebelumnya
g. Lepaskan APD dan masukan sarung tangan ke kantong
buangan sampah dan tutup
h. Bereskan alat kemudian cuci tangan
i. Beri Label obat

98
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0085/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Pelayanan Medis
3. Bidang Keperawatan

99
PENYERAHAN OBAT PASIEN PULANG
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0086/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur tata cara penyerahan obat kepada pasien
pulang disertai pemberian informasi yang tepat
TUJUAN 1. Untuk memastikan proses penyerahan obat dilaksanakan
dengan baik, cepat dan tepat
2. Agar pasien pulang mendapatkan informasi yang tepat
dalam penggunaan obat dirumah
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar.
PROSEDUR 1. Petugas farmasi bagian rawat inap menerima resep
dari pasien pulang dan dilakukan telaah yang meliputi
nama obat, bentuk sediaan, kekuatan obat, aturan
pakai dan jumlah obat
2. Jika dalam resep tersebut ada yang tidak sesuai,
maka petugas farmasi melakukan konfirmasi kepada
dokter ruangan
3. Petugas farmasi melakukan input obat ke system
4. Petugas farmasi menyiapkan obat-obatan tersebut
berdasarkan resep yang ada
5. Setelah obat disiapkan, petugas farmasi bagian rawat
inap menyerahkan obat tersebut kepada petugas
farmasi bagian penyerahan
6. Petugas farmasi bagian penyerahan mengecek
kesesuaian obat dengan resep
7. Setelah selesai melakukan pengecekan sesuai
dengan prinsip 7 benar, petugas farmasi bagian
penyerahan memanggil nama pasien pulang dan
mencocokkan nama pasien diresep dengan identitas
pasien dengan meminta kartu berobat pasien
8. Petugas farmasi menanyakan alamat disertai nomor
telepon pasien
9. Obat kemudian diserahkan kepada pasien pulang
disertai informasi lain yang terkait penggunaan obat
tersebut
10. Petugas menanyakan ke pasien mengenai kejelasan
informasi yang di dapat dan meminta pasien
mengulangi apabila diperlukan
UNIT TERKAIT - Instalasi Farmasi
- Rawat Inap

100
IDENTIFIKASI OBAT YANG TERMASUK PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT) PADA SEDIAAN FARMASI
DI RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI
SUMATERA SELATAN
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0087/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Kewaspadaan dalam menyiapkan obat yang memiliki resiko
tinggi kepada pasien, yang dapat menyebabkan cedera
serius bila terjadi kesalahan dalam penggunaan obat High
Alert
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam mengidentifikasi dan
dalam menyiapkan obat High Alert di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Rumah Sakit Ernaldi Bahar menetapkan daftar obat-
obat yang termasuk dalam daftar obat High Alert
2. Daftar nama obat tersebut disosialisasikan dan
ditempel pada area-area dimana obat-obat high alert
tersedia. Area-area yang memiliki persediaan obat
high alert :
- Instalasi Farmasi
- Seluruh Ruang Rawat Inap
- Klinik Rawat Jalan Kejiwaan dan Non kejiwaan
- Instalasi Gawat Darurat
- Ambulance
Note :
Untuk memberi tanda bahwa obat tersebut termasuk obat
high alert maka di sekeliling daftar nama obat diberi
tanda garis warna merah dan setiap satuan terkecil
sediaan diberi stiker merah dengan tulisan High Alert.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Rawat Inap
3. Rawat jalan
4. IGD

PENGADAAN OBAT HIGH ALERT


Instalasi Farmasi

101
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0088/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Kegiatan menyusun daftar kebutuhan obat high alert
berdasarkan kebutuhan di rumah sakit
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam menyusun daftar
kebutuhan obat high alert di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Kepala Instalasi farmasi menyusun perencanaan
kebutuhan obat-obat high alert
2. Perencanaan tersebut diajukan kepada Kepala
Bidang Penunjang Medik
3. Setelah perencanaan tersebut disetujui Kepala
Bidang Penunjang Medik, kemudian perencanaan
tersebut diteruskan kepada Panitia Pengadaan
Rumah Sakit
4. Panitia Pengadaan Rumah Sakit membuat Surat
Pesanan (SP) yang ditandatangani Kepala Instalasi
Farmasi, Pejabat Pengadaan, mengetahui Direktur
Rumah Sakit. Surat Pesanan tersebut kemudian
distempel dengan stempel rumah sakit. Panitia
Pengadaan melakukan pemesanan obat pada
Distributor obat (PBF) yang resmi
5. Pemesanan obat menggunakan Surat Pesanan (SP)
rangkap 2, satu lembar diserahkan kepada Salesman
distributor, satu lembar sebagai arsip rumah sakit
6. Untuk pemesanan psikotropika dan narkotika
menggunakan Surat Pesanan khusus
7. Jumlah dan jenis obat yang dipesan sesuai dengan
perencanaan

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit
3. Bidang Penunjang Medik

PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT RAWAT JALAN


Instalasi Farmasi

102
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0089/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017

RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR


PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah tatanan kegiatan pengantaran sediaan obat oleh
apoteker sesuai dengan yang tertulis pada order dokter
kepada pasien rawat jalan.
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah pendistribusian obat kepada
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar.
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Tahap Penerimaan Resep
 Pemeriksaan resep
a. Memeri
ksa keabsahan resep obat high alert yang meliputi nama
dokter, nomor SIP, tanda tangan/paraf dokter
b. Memeri
ksa kelengkapan resep meliputi tanggal resep, nama obat,
umur serta berat badan pasien
c. Menga
nalisa rasionalitas resep meliputi nama obat, dosis, potensi
interaksi, jumlah yang diminta, aturan pakai. Jika kurang
jelas atau ragu-ragu, resep dikonfirmasikan kepada
penulis resep
 Memeriksa ketersediaan obat
a. Untuk
resep racikan, dihitung jumlah obat yang dibutuhkan
b. Jika
obat kosong, pasien ditawarkan obat pilihan lain yang
mempunyai kandungan yang sama dengan nama dagang
berbeda
c. Resep
diberi harga
2. Peracikan resep
a. Resep diperiksa lagi apakah hitungan dosis sudah benar
b. Obat disiapkan dan diracik sesuai dengan permintaan
yang tertulis pada resep. Setelah disiapkan, obat dikemas,
diberi etiket
c. Bila diperlukan buat salinan resep
3. Penyerahan Resep
a. Sebelum diserahkan kepada pasien, dilakukan
pemeriksaan sekali lagi untuk memastikan obat dan etiket
yang diberikan telah sesuai dengan order dokter
b. Obat diserahkan kepada pasien dengan disertai
penjelasan mengenai aturan pakai. Bila perlu berikan
brosur kepada pasien. Resep yang telah dikerjakan diparaf
dan diarsipkan
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

103
PEMBERIAN OBAT HIGH ALERT PADA PASIEN RAWAT
INAP
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0090/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Proses pemberian obat high alert (secara khusus terdaftar
dalam kategori obat mempunyai risiko tinggi) untuk tindakan
terapi (medication) hanya pada pasien yang membutuhkan.
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah pemberian obat High Alert
kepada pasien diruang rawat inap Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Provinsi Sumatera Selatan.
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Instruksi dokter untuk penggunaan obat kategori high alert
dicatat dalam rekam medis pasien
2. Melakukan pengecekan daftar dan stok persediaan
ruangan obat high alert pada tas emergensi/emergensi kit
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Ambil obat high alert dari tempatnya, lakukan pencatatan
stok obat secara benar dan lengkap pada kolom isian
kartu stok obat dan buku pengeluaran obat high alert,
meliputi :
a. Tanggal pengambilan
b. Jumlah yang diambil
c. Nama pasien yang memerlukan
d. Nama dan paraf petugas/perawat yang
mengambil
e. Nama dan paraf petugas/perawat yang
memeriksa
f. Jumlah sisa akhir stok obat
4. Periksa kebenaran obat high alert yang akan digunakan,
dengan prinsip 7 benar, yaitu :
a. Benar pasien
b. Benar obat
c. Benar dosis
d. Benar bentuk sediaan
e. Benar rute pemberian
f. Benar waktu pemberian
g. Benar informasi
5. Bila obat high alert digunakan secara parenteral, lakukan
pencampuran dan penyuntikan dengan teknik aseptis
6. Bila obat digunakan secara oral/sublingual maka pastikan
pasien minum obat secara benar
7. Pencatatan dan pendokumentasian pemberian obat high
alert dalam rekam medis yaitu dalam Catatan Pemberian
Obat pasien
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

104
PENDOKUMENTASIAN OBAT HIGH ALERT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0091/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan rangkaian kegiatan pendokumentasian secara
tertulis tentang penatalaksanaan pendokumentasian obat-
obat high alert yang diterima, disimpan, didistribusikan dan
digunakan di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam mendokumentasikan
obat high alert di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah
Sakit Ernaldi Bahar

PROSEDUR 1. Pada tahap penerimaan barang :


- Periksa keabsahan faktur meliputi nama PBF, alamat
PBF, tanda tangan apoteker penanggung jawab PBF,
dan stempel PBF
- Mencocokkan faktur dengan barang yang dikirim
meliputi nama obat, dosis, bentuk sediaan, nomor
batch sediaan, jumlah dan tanggal kadaluarsa
- Memeriksa kondisi fisik sediaan, seperti kondisi
kemasan, wadah dan tanggal kadaluarsa. Bila rusak
jangan diterima, dikembalikan dan minta diganti
- Obat high alert yang diterima dicatat dalam buku
penerimaan barang masuk, dientri ke dalam sistem
informasi farmasi sesui dengan faktur dan dicatat
sebagai obat masuk dalam kartu stok manual
2. Pada tahap penyimpanan :
- Disusun pada tempat terpisah/lemari khusus obat high
alert yang telah diberi tanda garis merah, obat LASA
diberi stiker LASA dan diberi jarak minimal 1 obat
3. Pada tahap Distribusi (penyaluran) dan dispensing
(penyerahan) :
- Serahkan obat dengan sistem double check, periksa
ulang dan lakukan verifikasi. Isi form audit obat high
alert sebagai bukti double check
- Lakukan pengurangan stok pada kartu stok manual
- Resep dientri pada sistem informasi farmasi
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap

PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT & LASA (NORUM)

105
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0092/09.3.4/ 2 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam penyimpanan sediaan
farmasi yang sesuai standar mulai dari penerimaan
perbekalan farmasi, pengelompokkan, penyimpanan dan
pelabelan obat High Alert
TUJUAN Untuk menata dan menyimpan obat High Alert sehingga
memudahkan pengawasan, pengambilan dengan tetap
menjamin mutu sediaan farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Perbekalan farmasi yang dikirim
distributor diterima oleh petugas gudang farmasi
2. Setelah diterima, obat high alert
disimpan dan disusun sesuai abjad, prinsip FIFO dan
FEFO, bentuk sediaan, stabilitas dan suhu penyimpanan,
3. Obat high alert kategori cairan
konsentrat tinggi dan injeksi disimpan dalam tempat
terpisah dengan akses terbatas hanya dapat diakses oleh
petugas yang berwenang, memudahkan pengawasan oleh
petugas, terkunci dengan menggunakan kunci register dan
terlindung dari cahaya dan diberi label “High Alert”.
4. Di sekeliling tempat penyimpanan
obat High Alert diberi tanda garis merah
5. Obat High Alert kategori obat-obat
LASA/NORUM, diberi label LASA dan pada penyimpanan
diberi jarak minimal 1 obat (tidak boleh berdekatan)
6. Untuk persediaan obat high alert
yang ada di ruang rawat inap disimpan dalam tas
emergensi dan dikunci dengan menggunakan kunci yang
memiliki nomor register
7. Untuk persediaan obat high alert
yang ada di IGD disimpan dalam troli emergensi dan
dikunci dengan menggunakan kunci yang memiliki nomor
register
8. Kunci lemari obat high alert di
instalasi farmasi dan persediaan kunci register disimpan
oleh apoteker penanggung jawab
9. Bila apoteker penanggung jawab
berhalangan hadir, maka kunci diserahkan pada apoteker
lain/TTK.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Rawat Inap, Rawat Jalan
3. IGD

106
PEMBERIAN LABEL OBAT HIGH ALERT & LASA/NORUM
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0093/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah metode pemberian keterangan yang melengkapi
suatu wadah/kemasan barang yang berisi obat yang perlu
diwaspadai
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian label pada
obat yang perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien, mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau adverse outcome,
mencegah terjadinya medication error, dalam pelayanan obat-
obat yang perlu diwaspadai di Rumah Sakit Ernaldi Bahar
Prov Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR a. High Alert
- Segera beri label/stiker “HIGH ALERT” pada setiap
obat high alert untuk cairan konsentrasi tinggi jenis
injeksi, infus tertentu seperti Heparin, Insulin. Baik
yang sudah disiapkan dalam syringe atau container
termasuk kontainer steril.
- Obat High alert diberi label sampai dengan kemasan
satuan terkecil
- Label pada kontainer steril segera dilepas/dibuang
setiap selesai suatu prosedur/tindakan
- Label memuat nama obat, kekuatan obat, jumlah,
tanggal kadaluarsa, waktu kadaluarsa
- Label ditulis dengan tulisan yang jelas
b. LASA/NORUM
- Obat kategori LASA diberi penanda stiker LASA pada
tempat penyimpanan obat
- Obat yang dikemas dalam paket untuk kebutuhan
pasien, kemasan obat tersebut diberi tanda LASA pada
kemasan primer obat

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Rawat Inap, Rawat Jalan
3. IGD

107
PEMBERIAN LABEL BAHAN BAKU OBAT DAN BAHAN
KIMIA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENYIAPKAN OBAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0094/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Adalah metode pemberian keterangan yang melengkapi
suatu wadah/kemasan barang yang berisi bahan baku obat
atau pun bahan kimia yang digunakan untuk menyiapkan
obat
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian label pada
obat yang perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien, mencegah terjadinya
Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau adverse outcome,
dalam pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov
Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR a. Bahan Baku Obat
- Bahan baku obat yang digunakan seperti Sacharum
Lactis, Coffeinum harus diperoleh dari distributor resmi
dan memiliki Sertifikat Analisis (COA)
- Timbangan yang digunakan untuk menimbang bahan
baku obat harus dikalibrasi secara berkala ( 1 tahun
sekali)

b. Bahan Kimia Yang Digunakan Menyiapkan


Obat
- Resep obat yang diracik harus disiapkan di tempat
khusus
- Sebelum digunakan tempat meracik tersebut harus
dibersihkan dengan menggunakan aquadest dan
alkohol 70%
- Apabila bahan kimia/cairan (alkohol 70%, aquadest)
dikeluarkan dari wadah asli, maka tanggal kadaluarsa
bahan tersebut sama dengan tanggal kadaluarsa di
kemasan asli
- Botol semprot aquadest harus diberi label yang
memuat keterangan nama dan tanggal kadaluarsa
- Botol semprot alkohol 70% harus diberi label yang
memuat keterangan nama, tanggal kadaluarsa, dan
sifat bahan kimia tersebut sesuai dengan MSDS

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Rawat Inap

108
PELAYANAN SEDIAAN FARMASI YANG MERUPAKAN
CAIRAN KONSENTRASI TINGGI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0095/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu prosedur pelayanan cairan konsentrasi tinggi yang
memerlukan kewaspadaan tinggi, terdaftar dalam kategori
obat beresiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada
pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan
TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah dalam pemberian obat yang
perlu diwaspadai agar sesuai standar pelayanan farmasi dan
keselamatan pasien, mencegah terjadinya Kejadian Tidak
Diinginkan (KTD) atau adverse outcome, mencegah
terjadinya medication error, dalam pelayanan obat-obat yang
perlu diwaspadai di Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov
Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
PROSEDUR 1. Resep elektrolit konsentrat dikirim ke bagian farmasi untuk
disiapkan
2. Petugas farmasi menyiapkan
elektrolit konsentrat yang sudah dilarutkan dalam cairan
infus dengan volume sesuai dengan resep dokter untuk
sekali pakai
3. Menerapkan teknik aseptik setiap melakukan
rekonstitusi/pencampuran cairan
4. Beri label, nama obat, jumlah, dosis, waktu kadaluarsa
5. Larutan dikirim segera ke ruangan untuk diberi kepada
pasien yang dibutuhkan
6. Tidak direkomendasikan menyimpan larutan yang sudah
dilarutkan
7. Larutan konsntrat disiapkan hanya
untuk sekali pakai

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Inap, Rawat Jalan
3. IGD

109
REVISI FORMULARIUM TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0096/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang dilaksanakan oleh Komite dan
Farmasi Terapi untuk mengevaluasi daftar obat yang beredar di
rumah sakit.
TUJUAN Untuk mengevaluasi masalah-masalah terkait obat yang ada di
rumah sakit, sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.
ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Formularium Terapi direvisi setiap satu tahun sekali.
2. Apabila staf medis ingin mengusulkan obat baru untuk
dimasukkan ke dalam Formularium Rumah Sakit maka dapat
meminta Form usulan Obat Baru pada Ketua atau Sekretaris
Komite Farmasi dan Terapi.
3. Setelah diisi, maka usulan tersebut harus disetujui oleh Ketua
Komite Medik kemudian diteruskan ke Instalasi farmasi untuk
ditandatangani Kepala Instalasi Farmasi.
4. Form yang telah ditandatangani diteruskan kepada Ketua
Komite farmasi dan Terapi.
5. Usulan tersebut akan dibahas dalam rapat rutin Komite
Farmasi dan Terapi.
6. Apabila dari hasil rapat rutin Komite Farmasi dan Terapi
disepakati obat yang perlu ditambah atau dihilangkan dari
formularium rumah sakit, maka akan diadakan revisi
Formularium Terapi.
7. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan membuat notulen
dan draft revisi formularium sesuai kesepakatan rapat.
8. Kemudian sekretaris akan membagikan draft revisi
formularium kepada Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan
Terapi untuk dikoreksi.
9. Apabila selesai dikoreksi oleh Ketua dan Anggota, maka draft
tersebut diajukan kepada direktur untuk meminta persetujuan
Direktur rumah sakit.
10. Setelah disetujui direktur, draft diserahkan kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit untuk dicetak/diperbanyak.
11. Perubahan-perubahan penting akan disosialisasikan oleh
Ketua Komite Medik kepada Komite Medis melalui media
sosial atau rapat Komite Medis.
12. Sebagai dasar untuk pengadaan obat-obat yang baru masuk
dalam formularium rumah sakit, maka Ketua Komite akan
membuat memo internal kepada Kepala Instalasi Farmasi
agar obat tersebut diadakan di instalasi farmasi.
UNIT TERKAIT 1. Komite Farmasi dan Terapi
2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit

110
RAPAT RUTIN KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0097/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh Komite
dan Farmasi Terapi untuk mengevaluasi daftar obat yang beredar di
rumah sakit.
TUJUAN Untuk mengevaluasi masalah-masalah terkait obat yang ada di
rumah sakit, sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.


ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Komite Farmasi dan Terapi mengadakan rapat rutin setiap 2
bulan sekali.
2. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi membuat undangan
rapat, kemudian ditandatangani oleh Ketua Komite Farmasi
dan Terapi.
3. Undangan rapat dibagikan kepada anggota Komite Farmasi
dan Terapi 3 hari sebelum pelaksanaan rapat.
4. Pada saat rapat, Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi
mencatat notulen rapat.
5. Dalam rapat dibahas masalah-masalah yang terkait dengan
obat-obat yang tersedia di rumah sakit, apakah ada laporan
efek samping obat, ketersediaan obat di distributor, harga
obat, dan lain-lain.
6. Setelah rapat, notulen rapat akan diketik kemudian
ditandatangani oleh Sekretaris dan Ketua Komite Farmasi
dan Terapi.
7. Notulen Rapat disimpan sebagai arsip.

UNIT TERKAIT 1. Komite Farmasi dan Terapi

111
STOCK RANDOM INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
1-1
445.1/0098/09.3.4/ 1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu metode dengan mengambil contoh beberapa
jenis obat, kemudian disesuaikan antara stock fisik dan stock di
komputer.
TUJUAN Mengendalikan dan mengawasi mutu dan ketersediaan obat di
instalasi farmasi.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.


ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Kepala Instalasi Farmasi membuat jadwal petugas farmasi
yang akan melakukan stock random setiap satu minggu
sekali.
2. Jenis obat yang akan dijadikan sampling adalah 15 item
obat.
3. Ditulis nama obat yang dijadikan sampling dibuku yang
telah disediakan.
4. Dihitung stock fisik obat.
5. Kemudian stock fisik dicek, apakah stock fisik sesuai
dengan yang ada di komputer dan yang ada di kartu stok
manual.
6. Apabila sesuai maka ditulis “sesuai” pada kolom
keterangan.
7. Apabila tidak sesuai maka ditulis “tidak sesuai” pada kolom
keterangan dan dilaporkan pada Kepala Instalasi farmasi
untuk menjadi bahan evaluasi.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

112
KOMITE FARMASI DAN TERAPI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0099/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan tim yang dibentuk oleh Direktur Rumah Sakit untuk
menyusun dan mengawasi daftar obat (formularium) rumah sakit.
TUJUAN Agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan
dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.

KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.


ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah Wakil Direktur
Pelayanan Medis dan Keperawatan.
2. Wakil Ketua Komite Farmasi dan Terapi adalah Kepala
Bidang Pelayanan Medis.
3. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi adalah Kepala Instalasi
Farmasi.
4. Anggota Komite Farmasi dan Terapi adalah Ketua Komite
Medis, dokter spesialis (perwakilan dari setiap Spesialis),
perwakilan dokter umum dan perwakilan manajemen rumah
sakit.
5. Tugas pokok dan fungsi Komite Farmasi dan Terapi adalah :
- Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat,
penggunaan obat serta evaluasinya
- Mengembangkan formularium yang sudah ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan, termasuk penggunaan obat generik
di Rumah Sakit kemudian merevisi formularium tersebut bila
diperlukan
- Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan
kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai
penggunaan obat di Rumah Sakit sesuai peraturan yang
berlaku
- Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek
samping obat
- Melakukan tinjauan terjadap penggunaan obat di Rumah
Sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan
standar diagnosa dan terapi
- Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat
kepada staf medis dan perawat
- Melaporkan pelaksanaan tugas tersebut di atas secara
berkala kepada Direktur melalui Ketua Komite.

UNIT TERKAIT 1. Komite Farmasi dan Terapi

113
FORMULARIUM TERAPI RUMAH SAKIT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0100/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan daftar obat yang disepakati staf medis (Komite Medik),
disusun oleh Komite Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit.
TUJUAN Menjadi pedoman dan memudahkan para penulis resep dalam
menulis resep sehingga dapat memberikan pelayanan yang prima
kepada pasien.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS.
ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Formularium Rumah Sakit harus tetap mengacu pada
Formularium Nasional.
2. Ketua Komite Medis memberi usulan obat yang akan
dimasukkan dalam Formularium Terapi secara tertulis kepada
Ketua Komite Farmasi Terapi melalui Kepala Instalasi
Farmasi/Sekretaris Komite.
3. Komite Farmasi dan Terapi akan mengadakan rapat untuk
membahas usulan tersebut.
4. Dalam rapat disepakati obat yang akan masuk dalam
formularium berdasarkan pertimbangan terapetik dan
ekonomi dari penggunaan obat.
5. Pada saat rapat, Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi
mencatat notulen rapat.
6. Sekretaris Komite Farmasi dan Terapi akan membuat draft
formularium sesuai kesepakatan rapat.
7. Kemudian sekretaris akan membagikan draft formularium
kepada Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Terapi untuk
dikoreksi.
8. Apabila selesai dikoreksi oleh Ketua dan Anggota, maka draft
tersebut diajukan kepada direktur untuk meminta persetujuan
Direktur rumah sakit.
9. Setelah disetujui direktur, draft diserahkan kepada Panitia
Pengadaan Rumah Sakit untuk dicetak/diperbanyak

1. Komite Farmasi dan Terapi


UNIT TERKAIT 2. Panitia Pengadaan Rumah Sakit

114
RAPAT BULANAN INSTALASI FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0101/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh instalasi
farmasi untuk mengevaluasi kinerja instalasi farmasi bulan
sebelumnya.
TUJUAN Untuk mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan kefarmasian yang telah
dilakukan sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang terjadi
sehingga untuk selanjutnya dapat diperbaiki.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar nomor : 445/1848/RS. ERBA
/ 2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Administrasi farmasi membuat undangan rapat, kemudian
undangan tersebut ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi.
2. Undangan tersebut dibagikan kepada seluruh staf instalasi
farmasi 3 hari sebelum jadwal yang telah ditentukan.
3. Pada saat rapat, administrasi farmasi mencatat notulen rapat.
4. Dalam rapat dibahas masalah-masalah yang terkait dengan
pelayanan instalasi farmasi.
5. Setelah rapat, notulen rapat akan diketik dan ditandatangani
oleh kepala instalasi farmasi.
6. Notulen dibuat rangkap 2, sebagai arsip dan untuk diteruskan
ke Bidang Penunjang Medik.

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Bidang Penunjang Medik

115
PERENCANAAN, PENGADAAN, PENYIMPANAN OAT

Instalasi Farmasi
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0102/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Kegiatan pengelolaan logistik TB di Fasilitas kesehatan yang
dimulai dari perhitungan kebutuhan, permintaan, penyimpanan,
OAT
TUJUAN Memastikan kegiatan tatalaksana pasien TB dikelola secara
baik dan benar mulai dari perencanaan,
pengadaan/permintaan, penyimpanan dan penggunaannya
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit DOTS
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap Program
Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Perhitungan kebutuhan OAT
Pastikan kebutuhan paket OAT dewasa dan maupun OAT
anak tersedia cukup untuk semua pasien yang akan
memulai pengobatan sampai permintaan yang akan datang
a. Bila siklus permintaan tiap triwulan, maka perkiraan
kebutuhan 1 triwulan ditambah cadangan 1 bulan
b. Bila siklus permintaan tiap bulan, maka perkiraan
kebutuhan 1 bulan ditambah cadangan 30%
c. Dalam mengajukan permintaan OAT, gunakan formulir
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO)
2. Permintaan logistik TB
1) Permintaan kebutuhan logistik dilakukan oleh setiap
fasilitas kesehatan menggunakan formulir yang
ditentukan
2) Permintaan kebutuhan ditujukan kepada Dinas
Kesehatan kota Palembang
3. Penyimpanan Logistik TB
a. Pada waktu menerima kiriman OAT dari Instalasi
Farmasi Dinas Kesehatan Kota Palembang, periksalah
terlebih dahulu apakah jenis, jumlah dan tanggal
kadaluarsanya sudah sesuai dengan surat pengantarnya
b. Jika tidak sesuai maka segera informasikan ke Dinas
Kesehatan Kota Palembang untuk ditindak lanjuti
OAT disimpan pada suhu dan kelembaban yang sesuai

116
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Penunjang Medik
3. Klinik TB-DOTS

PENGELOLAAN OAT
YANG KADALUARSA DAN ATAU RUSAK
Instalasi Farmasi
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
445.1/0103/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
Standar Prosedur
Operasional 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penanganan dan pengendalian sediaan OAT di Instalasi
Farmasi yang expired/kadaluarsa dan atau rusak
TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk mengelola OAT yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit
DOTS Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap
Program Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Petugas Poliklinik DOTS setiap akhir bulan melakukan
kontrol stok sediaan OAT yang expired date nya kurang
dari 3 bulan. Dicatat nama, jumlah dan expired date nya
dan dilaporkan ke tempat penyimpanan sediaan farmasi.
OAT yang expired/kadaluarsa dan atau rusak
dikumpulkan dan diserahkan ke unit pengelolaan
sediaan farmasi pada awal bulan expired date nya
2. Petugas Poliklinik DOTS mengembalikan OAT yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak ke tempat
pengelolaan dan penyimpanan sediaan farmasi dengan
mengisi blanko pengambilan sediaan farmasi yang
expired/kadaluarsa dan atau rusak 2 (dua) rangkap, diisi
nama dan ditandatangani ketua Tim DOTS. 1 rangkap
untuk arsip di Poliklinik DOTS dan 1 rangkap untuk
disimpan ditempat pengelolaan sediaan farmasi
3. Sediaan OAT expired/kadaluarsa dan atau rusak
disimpan diruangan terpisah untuk menunggu proses
pemusnahan kemudian dibukukan untuk waktu 1 (satu)
tahun
4. Sediaan OAT expired/kadaluarsa dan atau rusak
dilaporkan ke Kepala Instalasi Farmasi untuk dilaporkan
ke Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel dan
Dinas Kesehatan Kota Palembang

117
UNIT TERKAIT 1. Klinik TB-DOTS
2. Instalasi Farmasi
3. IPSRS

PENGEMASAN OAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0104/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
Standar Prosedur
Operasional 09 September 2017
dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Suatu metode yang dilakukan untuk memberi kenyamanan,
identifikasi, penyajian dan perlindungan terhadap sediaan OAT
sampai obat dikonsumsi
TUJUAN Melindungi obat dari kerusakan, sehingga lebih mudah
disimpan dan dibawa agar obat tidak tercecer
Sebagai informasi obat melalui label/etiket yang terdapat pada
kemasan
KEBIJAKAN 1. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/0719/RSEB/2011 tentang Pendirian Unit DOTS
Rumah Sakit Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
2. Surat Keputusan Direktur RS Ernaldi Bahar Prov. Sumsel
Nomor 445/1003/RS.ERBA/2016 tentang Revisi Struktur
Organisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Satu Atap
Program Pengendalian TB, HIV dan AIDS
PROSEDUR 1. Setelah diagnosa ditegakkan, petugas pengelola TB
segera menyiapkan 1 paket OAT untuk 1 pasien sesuai
kategori pengobatan
2. Setelah paket OAT diterima dari gudang Instalasi Farmasi,
lakukan pengemasan ulang paket obat khusus untuk paket
KDT dan paket anak sesuai dengan dosis dan berat badan
pasien
3. Tulis identitas pasien (nama, alamat, umur, BB, dll) pada
kotak paket OAT
4. Satu paket OAT tidak boleh digunakan oleh pasien lain,
jadi satu kotak paket untuk satu orang pasien
5. Sesuaikan kemasan paket jika terjadi perubahan BB yang
signifikan
3. Untuk pasien rawat inap, pendistribusian OAT dikoordinir
oleh Instalasi Farmasi dimulai dari penyiapan sampai
dengan pengawasan pemakaian OAT di Instalasi Rawat
Inap dengan menggunakan sistem One Day Dose
Dispensing (ODDD) untuk pengobatan selama 1 (satu) hari
atau 24 jam

118
1. Klinik DOTS
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Farmasi
3. Rawat Inap

119
PENGHAPUSAN ATAU PEMUSNAHAN SEDIAAN FARMASI
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0105/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Penghapusan atau pemusnahan sediaan farmasi adalah suatu
langkah dalam penghapusan atau memusnahkan sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penghapusan atau pemusnahan sediaan farmasi yang kadaluarsa
atau rusak di Instalasi Farmasi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Petugas Instalasi Farmasi menginformasikan kepada rekanan
apakah dapat ditukar untuk sediaan farmasi yang mendekati
tanggal kadaluarsanya
2. Petugas Instalasi Farmasi memisahkan sediaan farmasi yang
kadaluarsa atau rusak dari sediaan farmasi lain sebelum
dilakukan pemusnahan.
3. Petugas Instalasi Farmasi menyerahkan daftar sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak ke bagian Pengurus barang Rumah
Sakit.
4. Bagian Pengurus barang Rumah Sakit mencatat dan merekap
semua sediaan farmasi yang diserahkan dan melaporkan kepada
Direktur melalui Bidang Penunjang Medik
5. Setelah mendapat ijin Direktur penghapusan sediaan farmasi
dilaksanakan oleh Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Instalasi Farmasi menyerahkan sediaan farmasi yang kadaluarsa
atau rusak kepada IPSRS untuk memusnahkan sediaan farmasi
yang kadaluarsa atau rusak dengan disaksikan petugas farmasi,
jika ada psikotropika atau narkotika maka pemusnahan harus
disaksikan petugas Dinas Kesehatan atau BPOM.
7. Limbah pemusnahan obat/perbekalan farmasi diserahkan
kepada pihak ke 3 sesuai dengan MOU RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.
UNIT TERKAIT 1. Direktur RS Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan
2. Bidang Penunjang Medik
3. Instalasi Farmasi
4. IPSRS
EVALUASI PENGENDALIAN MUTU SEDIAAN FARMASI

Instalasi Farmasi
120
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0106/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Evaluasi dan pengendalian merupakan suatu langkah yang
mencerminkan kualitas penyimpanan sediaan farmasi yang
bermutu
TUJUAN Menjaga kualitas sediaan farmasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang Kebijakan
Pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pemantauan dengan mengumpulkan semua informasi yang
penting yang berhubungan dengan stok dan kondisi sediaan
farmasi (Expired Date, kerusakan kemasan, perubahan
warna, kejernihan) dan pengendalian lingkungan (suhu,
kebersihan, penataan dll).
2. Penilaian secara berkala untuk menentukan masalah –
masalah yang ada dalam pengelolaan sediaan farmasi dan
berupaya untuk memperbaiki.
3. Melakukan tindakan untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada untuk memperbaiki dan mendokumentasikan.
4. Tindakan yang dilakukan kemudian dievaluasi efektivitasnya
agar dapat diterapkan dalam program jangka panjang.
5. Melakukan umpan balik dengan menginformasikan hasil
tindakan kepada staf yang ada di pengelolaan sediaan
farmasi.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
3. Panitia Penghapusan Barang
4. Unit lain yang terkait

121
PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
DAN KEJADIAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0107/09.3.4/ 1 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
09 September 2017
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Monitoring Efek samping obat (MESO) adalah kegiatan
pemantauan setiap respon yang merugikan atau tidak
diharapkan terhadap obat yang terjadi pada dosis normal dan
digunakan pada manusia untuk tujuan diagnosis dan terapi
TUJUAN Untuk mengetahui Efek samping obat baik obat baru maupun
obat yang sudah ada sebelumnya di RS Ernaldi Bahar. Setiap
respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang ditujukan untuk diagnosis
dan terapi
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
Nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Yang dapat melaporkan Efek Samping obat (ESO) adalah
dokter/dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat,
dan tenaga kesehatan lain
2. Hal yang dilaporkan dalam Monitoring Efek Samping
Obat (MESO) adalah setiap kejadian yang dicurigai
sebagai ESO dan reaksi yang tidak diinginkan yang yang
terjadi pada dosis normal yang ditujukan untuk diagnosis
dan terapi
3. Mengisi formulir Pelaporan Efek Samping Obat dan
ditutup dengan tanda tangan. Nama pelapor tidak harus
dicantumkan.
4. Setiap pengembalian obat ke instalasi farmasi dengan
alasan ESO dari ruang perawatan harus disertai
pengisian formulir pelaporan ESO
5. Pada akhir bulan apoteker akan melaporkan ESO dan
KTD tersebut kepada Ketua Komite Farmasi dan Terapi
serta mengirimkan formulir pelaporan ESO kepada Pusat
MESO Nasional
6. Jawaban sebagai respon dari pusat MESO Nasional
disampaikan kepada pelapor dan diarsipkan oleh
farmasis di Instalasi Farmasi.
7. Pada saat rapat Komite Farmasi dan Terapi maka
dokumen laporan ESO akan dibahas dan menjadi bahan
evaluasi untuk tetap menggunakan obat tersebut atau
tidak
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Inap
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Gawat Darurat

122
PENGELOLAAN OBAT HIGH ALERT LASA / NORUM

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0108/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Obat LASA/Norum adalah obat yang bentuknya terlihat mirip
dan namanya terdengar mirip (LASA =Look-Alike,Sound-Alike)
( NORUM = Nama, Obat, Rupa dan Ucapan Mirip)
TUJUAN 1. Membatasi akses dan mencegah kesalahan pemberian
yang tidak disengaja
2. Menjamin keselamatan pasien terhadap obat yang
diterima
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan pelayanan
Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR 1. Pada tahap penerimaan barang : pisahkan obat yang perlu
diwaspadai dan beri tanda

2. Pada tahap penyimpanan :


a. tempel
sticker HIGH ALERT / LASA pada wadah dan obat tertentu
b. atur letak
obat agar tidak berdekatan

3. Pada tahap distribusi (penyaluran) dan dispensing


(penyerahan) : serahkan obat dengan sistem double check,
periksa ulang dan lakukan verifikasi

1. Instalasi Farmasi
UNIT TERKAIT 2. Rawat Jalan
3. Rawat Inap
4. Instalasi gawat darurat

123
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI YANG MENDEKATI
EXPIRED DATE

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0109/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Pengelolaan sediaan farmasi yang mendekati kadaluarsa
PENGERTIAN adalah suatu upaya untuk menjaga kualitas sediaan farmasi
yang digunakan di RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan
Sebagai langkah-langkah untuk melakukan pengelolaan
TUJUAN sediaan farmasi yang mendekati expired date di RS Ernaldi
Bahar provinsi Sumatera Selatan
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445/1848/RS. ERBA/2016 tentang kebijakan
pelayanan instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan
PROSEDUR 1. Bagian penyimpanan sediaan farmasi membuat
catatan sediaan farmasi yang akan kadaluarsa minimal
3 bulan sebelum expired dan dicatat nama,jumlah dan
expired datenya .
2. Hasil pencatatannya dilaporkan kepada kepala
instalasi farmasi.
3. Kepala instalasi farmasi/Petugas farmasi akan
melaporkan obat-obat yang mendekati expired kepada
distributor masing-masing sediaan farmasi sesuai
dengan kebijakan distributor tersebut dalam menerima
sediaan farmasi yang mendekati expired date.
4. Apabila disepakati penukaran sediaan farmasi yang
mendekati expired date maka sediaan farmasi tersebut
akan diganti oleh distributor dengan expired date yang
lebih panjang, minimal 2 tahun dari waktu penukaran
sediaan tersebut
5. Apabila tidak terjadi kesepakatan maka sediaan
farmasi tersebut akan digunakan dalam pelayanan
sampai batas waktu expired datenya.
6. Sediaan farmasi yang expired akan disampaikan di
ruang terpisah.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi

124
PENYIMPANAN DAN PELAYANAN OBAT PSIKOTROPIKA,
OBAT-OBAT TERTENTU DAN PREKURSOR
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0110/09.3.4/ 3 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
21 November 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
Adalah suatu metode untuk menyimpan dan melayani resep yang
PENGERTIAN mengandung obat golongan psikotropika agar memudahkan
pengawasan, mencegah kehilangan obat dan menjaga kualitas
sediaan farmasi yang digunakan di RS Ernaldi Bahar provinsi
Sumatera Selatan
TUJUAN Sebagai langkah-langkah untuk menyimpan dan melayani resep
yang mengandung golongan psikotropika, OOT dan Prekursor
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang
Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
3. Peraturan Kepala BPOM Nomor 7 Tahun 2016 tentang
Pedoman Obat Obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan
PROSEDUR 1. Instalasi Farmasi, Gudang Penyimpanan obat dilengkapi
dengan access door, kartu stok manual, system inventory
farmasi secara komputerisasi/elektronik, teralis dan CCTV
2. Obat–obat yang termasuk golongan psikotropika disimpan
dalam lemari dari bahan yang kuat (bahan kayu, besi)
dengan dua buah kunci yang berbeda
3. Kunci lemari psikotropika dipegang oleh apoteker
penanggung jawab instalasi farmasi dan koordinator
perbekalan farmasi
4. Apabila pemegang kunci berhalangan hadir, maka pemegang
kunci harus membuat surat kuasa pemegang kunci kepada
petugas yang ditunjuk
5. Untuk Depo Farmasi IGD dikarenakan pelayanan dilakukan
dengan sistem shift, maka setiap pergantian shift harus
dilakukan serah terima kunci lemari obat psikotropika dan
petugas harus melakukan serah terima stok dan pengecekan
stok obat psikotropika, OOT dan prekursor
6. Instalasi farmasi RS Ernaldi Bahar hanya melayani resep
yang berasal dari dokter yang bertugas di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
7. Sebelum resep dilayani, petugas farmasi harus memeriksa
keabsahan dan keaslian resep/copy resep
8. Setelah petugas farmasi selesai mengambil obat maka pintu
lemari obat (lapisan dalam/lapisan pertama) harus ditutup
oleh petugas yang mengambil obat
9. Resep/copy resep yang didalamnya terdapat obat golongan
psikotropika, OOT dan prekursor terlebih dahulu harus
diverifikasi oleh apoteker mengenai kewajaran jumlah yang
diresepkan dan frekuensi resep/kunjungan untuk pasien yang
sama
UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi

125
PEMANTAUAN & REKAPITULASI RESEP TIDAK TERBACA /
KURANG JELAS
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0111/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses yang dilakukan instalasi farmasi dalam
memantau apabila mendapati resep yang tidak terbaca / kurang
jelas.
TUJUAN Untuk memantau bila mendapati resep yang tidak jelas, agar
dapat menjadi bahan evaluasi di kemudian hari
KEBIJAKAN Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit

1. Apabila petugas farmasi mendapati


PROSEDUR resep yang tidak terbaca/kurang jelas maka nama penulis
resep dan tanggal resep dicatat di Lembar Kerja Instalasi
Farmasi
2. Pada akhir bulan maka data resep
yang tidak terbaca akan direkapitulasi oleh petugas instalasi
farmasi dan dilaporkan kepada pihak manajemen rumah sakit
untuk menjadi bahan evaluasi

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

126
VISITE MANDIRI APOTEKER KE RUANG RAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0112/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur dalam menjalankan tugas farmasi
klinis di ruang rawat inap untuk menjalankan pelayanan farmasi
yang berorientasi kepada pasien /patient oriented
TUJUAN Untuk menjalankan tugas farmasi klinis di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan.
PROSEDUR
1. Apoteker melakukan layanan visite ke ruang rawat inap
(sesuai dengan ruangan yang telah ditentukan untuk masing-
masing apoteker) sebanyak 2 kali dalam satu minggu
2. Fasilitas praktik visite apoteker antara lain :
- Formulir Pemantauan Terapi Obat (Contoh Formulir
terlampir) untuk mengumpulkan informasi mengenai
penggunaan obat. Infromasi mengenai obat tersebut
dapat diperoleh antara lain : dari rekam medis,
wawancara dengan pasien/keluarga pasien, Catatan
Pemberian Obat.
- Referensi dapat berupa cetakan atau elektronik, seperti
Drug Information Handbook, aplikasi Medscape
2. Tahapan kegiatan Visite Mandiri antara lain :
- Melakukan hand hygiene baik dengan handwash atau
handrub
- Memperkenalkan diri kepada pasien
- Mendengarkan respon yang disampaikan pasien dan
mengidentifikasi masalah
- Memberikan rekomendasi kepada pasien berkaitan
dengan masalah terkait penggunaan obat, untuk
meningkatkan kepatuhan penggunaan obat oleh pasien
dalam hal aturan pakai, cara pakai,dan hal-hal yang harus
diperhatikan selama menggunakan obat. Rekomendasi
kepada pasien dapat berupa edukasi, konseling, dan
pendampingan cara penggunaan obat.

127
VISITE MANDIRI APOTEKER KE RUANG RAWAT
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0112/09.3.4/ 1 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PROSEDUR
3. Melakukan pemantauan efektivitas dan keamanan terkait
penggunaan obat, dapat dilakukan dengan Metode SOAP
(Subject-Object Assesment Plan) yang dicatat di lembar CPPT
Rekam Medis pasien.
 Subjektif adalah semua keluhan yang dirasakan pasien.
 Objektif adalah hasil pemeriksaan yang dapat diukur, seperti
temperatur, tekanan darah, hasil pemeriksaan laboratorium
(kadar glukosa darah, kreatinin, serum, jumlah leukosit dalam
darah, dll).
 Assesment adalah penilaian penggunaan obat pasien
(identifikasi masalah terkait obat).
 Plan adalah rekomendasi yang diberikan sesuai dengan
assesment yang dilakukan.
4. Memantau hasil rekomendasi dengan mengamati kondisi klinis
pasien terkait dengan efektivitas terapi maupun efek samping
obat
5. Setelah pelaksanaan visite mandiri, apoteker dapat
menyampaikan rekomendasi kepada perawat mengenai
jadwal pemberian dan cara pemberian obat, misalnya : obat
diberikan pada waktu yang telah ditentukan (interval waktu
pemberian sama), pemberian obat sebelum/sesudah makan,
selang waktu pemberian obat untuk mencegah terjadinya
interaksi, stabilitas dan ketercampuran obat suntik, jenis
pelarut yang digunakan, dll. Rekomendasi yang diberikan
apoteker kepada perawat dapat berupa konseling, edukasi,
dan pendampingan cara penyiapan obat
6. Melakukan pemantauan impelementasi rekomendasi
(memantau pelaksanaan rekomendasi, jika tidak terlaksana
apoteker harus menelusuri penyebabnya)

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Keperawatan

PENATALAKSANAAN INTERAKSI OBAT


128
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0113/09.3.4/ 1 1-1
RS.ERBA/2017
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan suatu prosedur dalam penatalaksanaan apabila dalam
suatu resep terdapat obat-obat yang kemungkinan akan
berinteraksi (baik minor/ringan, sedang, berat/serius)
TUJUAN Untuk menjalankan tugas farmasi klinis di Rumah Sakit Ernaldi
Bahar
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan.
PROSEDUR 1. Untuk interaksi obat yang tingkat keseriusannya minor/ringan
dan sedang, penatalaksanaannya dilakukan dengan
memberikan PIO (Pelayanan Informasi Obat) oleh
apoteker/Tenaga Teknis Kefarmasian, yaitu dengan
memberikan edukasi kepada pasien/keluarga pasien agar obat
tidak diminum secara bersamaan, namun diberi jarak kurang
lebih 1 jam. Sehingga dapat meminimalkan interaksi pada site
of action obat.
2. Untuk interaksi obat yang tingkat keseriusannya berat/serius,
penatalaksanaannya dengan memilih obat pengganti yang
tidak berinteraksi atau yang interaksinya tidak bermakna
secara klinis (minor).
Akan tetapi, jika kombinasi obat tersebut merupakan terapi
yang optimal baik dari segi klinis maupun cost, maka terapi
dapat tetap diteruskan dengan monitoring kondisi klinis pasien
dan edukasi kepada pasien.
3. Monitoring kondisi pasien ini dilakukan secara berkala dan
kolaboratif antar profesi kesehatan yaitu dokter, apoteker dan
perawat.
UNIT TERKAIT
1. Instalasi Farmasi
2. Bidang Pelayanan Medis
3. Bidang keperawatan

PEMBERIAN EDUKASI MENGENAI OBAT KEPADA PASIEN


RAWAT INAP
Instalasi Farmasi
129
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0114/09.3.4/ 1 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan proses kegiatan dalam memberikan edukasi
mengenai obat kepada pasien dalam bentuk lisan maupun
tulisan.
TUJUAN Untuk memberikan penjelasan kepada pasien mengenai aturan
minum obat dan mengenai obat yang akan dikonsumsi pasien.
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan
nomor : 445/1848/2016 tentang kebijakan pelayanan Instalasi
Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan.
PROSEDUR
1. Petugas farmasi memeriksa/verifikasi obat/perbekalan farmasi
yang akan diserahkan kepada pasien.
2. Petugas farmasi mengidentifikasi pasien melalui nama, nomor
rekam medis, umur pasien dan alamat pasien.
3. Petugas farmasi memberi penjelasan mengenai aturan minum
obat dan memberi leaflet informasi obat kepada
pasien/keluarga pasien disertai dengan penjelasan.

NOTE :
1. Apoteker dapat memberikan edukasi mengenai waktu minum
obat, cara pakai obat, kemungkinan efek samping obat,
interaksi obat, indikasi obat kepada pasien/keluarga pasien
2. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat memberikan edukasi
mengenai indikasi, nama obat, cara pemberian obat, dan
waktu minum obat kepada pasien/keluarga pasien
3. Perawat hanya dapat memberikan edukasi mengenai nama
obat, cara pemberian obat, dan waktu minum obat kepada
pasien/keluarga pasien

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi

PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN RADIOLOGI DAN


LABORATORIUM

Instalasi Farmasi
RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
445.1/0457/09.3.4/ 0 1-1
RS.ERBA/2017
STANDAR PROSEDUR Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
130
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001

PENGERTIAN Merupakan tata urutan langkah dalam pendistribusian perbekalan


Instalasi Radiologi dan Laboratorium.

TUJUAN Sebagai acuan langkah dalam melaksanakan pendistribusian


perbekalan Radiologi dan Laboratorium sesuai prosedur.

KEBIJAKAN SK Direktur Nomor 445 / 2398 /RS.ERBA/2016


tentang Kebijakan Pelayanan Di Instalasi Radiologi Pada Rumah
Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan

PROSEDUR 1. Distribusi perbekalan Radiologi dan Laboratorium dilakukan


oleh Apoteker atau Asisten Apoteker yang diberikan
kewenangan.
2. Penyerahan perbekalan dilakukan oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker yang diberikan kewenangan.
3. Pada saat pendistribusian petugas Farmasi memeriksa
kesesuaian permintaan dari Radiologi atau Laboratorium
kemudian memeriksa kesesuaian pengeluaran perbekalan
farmasi baik dari jumlah, jenis dan kondisi fisik.
4. Perbekalan disimpan di masing-masing unit.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Radiologi.


2. Instalasi Laboratorium.

PENCAMPURAN OBAT SUNTIK DENGAN TEKNIK ASEPTIK


Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0519/09.3.4/ 0 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2018
PROVINSI SUMATERA SELATAN
STANDAR PROSEDUR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh :
OPERASIONAL DIREKTUR,
131
01 Maret 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN Merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi
semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau
penambahan bahan lain yang dilakukan oleh Apoteker dan
Tenaga Teknis Kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan
dibawah kondisi terkontrol untuk mencegah atau meminimalkan
terjadinya kontaminasi mikroorganisme atau partikel
kontaminan (mempertahankan sterilitas sediaan)
TUJUAN Sebagai pedoman bagi Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian dalam melakukan pencampuran obat suntik
secara aseptis di instalasi Farmasi untuk menghindari infeksi
Nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian obat.
KEBIJAKAN Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 72 Tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, dispensing
sediaan steril harus dilakukan terpusat di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit.
PROSEDUR 1. Dokter menulis permintaan obat suntik untuk pasien di
resep.
2. Dokter menuliskan tata cara pencampuran obat suntik pada
protokol terapi.
3. Untuk pencampuran obat suntik yang langsung dimasukkan
ke intra vena / bolus maka dokter menuliskan :
a. Obat yang digunakan.
b. Volume serta pelarut yang digunakan.
c. Dosis / aturan pakai obat.
4. Untuk pencampuran obat suntik yang dimasukkan ke cairan
infus maka dokter menuliskan:
a. Obat dan cairan infus yang digunakan.
b. Volume obat dan cairan infuse yang digunakan.
c. Cara pencampuran.
d. Aturan pakai / kecepatan tetesan infusan.
5. Resep diserahkan beserta protokol terapi ke perawat.
6. Perawat menyerahkan resep beserta protokol terapi ke
Instalasi Farmasi atau depo farmasi.
7. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian menerima resep dan
protokol terapi dari perawat.
8. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian menelaah resep serta
protokol terapi.
9. Kalau ada yang kurang jelas atau kurang sesuai maka
Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian akan menghubungi
dokter yang nantinya akan dituangkan dalam rekomendasi
yang ada di protokol terapi atas persetujuan dokter.
10. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian membuat
label/etiket obat yang isinya : tanggal resep,nama
pasien,nomor rekam medis, nama obat, aturan pakai,
Kecepatan tetesan (untuk sediaan infuse), suhu
penyimpanan dan beyond use date.
11. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian menyiapkan
peralatan serta obat yang akan digunakan.
12. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian membersihkan meja
yang akan digunakan untuk melakukan pencampuran.
13. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian melakukan Cuci
tangan.
132
14. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian memakai APD.
15. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian melakukan
pencampuran obat suntik dengan menggunakan tehnik
aseptik.
16. Setelah selesai mencampur Apoteker / Tenaga Teknis
Kefarmasian melepas APD.
17. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian membungkus serta
menempel etiket.
18. Apoteker / Tenaga Teknis Kefarmasian memberikan obat
tersebut kepada perawat untuk diperiksa dan dilakukan
tindakan selanjutnya.

1. Komite Medis
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Farmasi
3. Bidang Keperawatan

133
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
AMPUL
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0520/09.3.4/ 0 1-1
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
12 Maret 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Ampul adalah wadah satuan dosis tunggal untuk penggunaan


secara parenteral, yang harus digunakan segera setelah dibuka
PENGERTIAN
dan penggunaannya hanya untuk sekali injeksi

Sebagai acuan dalam pemakaian obat injeksi dengan kemasan


TUJUAN
ampul yang tidak habis dalam sekali pemakaian

KEBIJAKAN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Farmakope


Indonesia Edisi V Tahun 2014

PROSEDUR 1. Resep/Pesanan diterima oleh Petugas Farmasi


2. Petugas Farmasi menyiapkan obat injeksi sesuai resep
3. Obat Injeksi diserahterimakan dari Petugas Farmasi ke
Perawat
4. Perawat menginjeksi pasien sesuai dengan order DPJP,
apabila order dari DPJP hanya dibutuhkan dosis ½ ampul
maka obat yang diinjeksikan perawat kepada pasien hanya ½
ampul
5. Obat injeksi yang masih tersisa ½ ampul dibuang ke dalam
kantong sampah farmasi atau digabungkan dalam sampah
infeksius

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Keperawatan

134
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
VIAL
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0521/09.3.4/ 0 1-1
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
12 Maret 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Vial adalah wadah satuan dosis ganda untuk penggunaan secara


parenteral, yang memungkinkan diambil isinya beberapa kali
PENGERTIAN tanpa mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurnian
sisa zat dalam wadah tersebut.

Sebagai acuan dalam pemakaian obat injeksi dengan kemasan


TUJUAN
vial

KEBIJAKAN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Farmakope


Indonesia Edisi V Tahun 2014

PROSEDUR 1. Resep/Pesanan diterima oleh Petugas Farmasi


2. Petugas Farmasi menyiapkan obat injeksi sesuai Resep
3. Obat Injeksi diserahterimakan dari Petugas Farmasi ke
Perawat
4. Perawat menginjeksi pasien sesuai dengan order DPJP
5. Setelah digunakan, vial diseka/dibersihkan dengan
menggunakan kapas alkohol/alkohol swab, kemudian ditutup
dengan menggunakan parafilm
6. Vial diberi label/etiket yang memuat informasi nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir pasien, nama obat,
konsentrasi/dosis, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal
kadaluarsa (sesuai tanggal kadaluarsa dari pabrikan), suhu
penyimpanan (sesuai dengan kondisi penyimpanan dari
pabrikan), nama petugas yang pertama kali membuka
kemasan vial.
7. Obat disimpan pada kondisi penyimpanan sesuai yang tertera
pada kemasan dari pabrikan
8. Apabila obat masih tersisa sampai dengan pasien pulang,
maka obat dibuang ke dalam kantong sampah farmasi atau
kantong sampah infeksius

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Keperawatan

135
TATA LAKSANA PEMAKAIAN INJEKSI DENGAN KEMASAN
VIAL YANG TELAH DIREKONSTITUSI
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0522/09.3.4/ 0 1-1
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
12 Maret 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Rekonstitusi obat suntik merupakan rangkaian perubahan bentuk


obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses
pelarutan atau penambahan bahan lain yang dilakukan oleh
PENGERTIAN
Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian di sarana pelayanan
kesehatan

Sebagai acuan dalam pemakaian obat injeksi dengan kemasan


TUJUAN
vial yang telah direkonstitusi

KEBIJAKAN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Farmakope


Indonesia Edisi V Tahun 2014

PROSEDUR 1. Resep/Pesanan dan Protokol Terapi diterima oleh Petugas


Farmasi
2. Petugas Farmasi merekonstitusi obat injeksi sesuai order
dokter
3. Apabila ada yang perlu dikonfirmasi, maka Petugas Farmasi
akan menghubungi DPJP
4. Setelah direkonstitusi, obat injeksi diserahterimakan dari
Petugas Farmasi ke Perawat
5. Perawat menginjeksi pasien sesuai dengan order DPJP
6. Setelah digunakan, vial diseka/dibersihkan dengan
menggunakan kapas alkohol/alkohol swab, kemudian ditutup
dengan menggunakan parafilm
7. Obat injeksi disimpan pada kondisi penyimpanan sesuai
dengan yang tertera pada label/etiket
8. Apabila penyimpanan dilakukan di bawah Laminar Air Flow
maka dapat digunakan maksimal 1 x 24 jam dari dilakukannya
pencampuran
9. Apabila penyimpanan tidak dilakukan di bawah Laminar Air
Flow maka hanya dapat digunakan maksimal 1 jam dari
dilakukannya pencampuran

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Farmasi


2. Bidang Keperawatan

136
PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI EMERGENSI

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0079/09.3.4/ 2 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2017
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
PENGERTIAN 1. Perbekalan farmasi emergensi adalah obat dan alat kesehatan
yang penggunaannya harus segera dan bersifat
menyelamatkan jiwa dan hidup pasien (life saving)
2. Petugas farmasi adalah Apoteker atau TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian)
TUJUAN 1. Menjamin perbekalan farmasi selalu tersedia dan siap pakai
pada saat pasien dalam kondisi gawat darurat
2. Memudahkan dokter atau perawat menggunakan perbekalan
farmasi emergensi pada saat diperlukan.
KEBIJAKAN Keputusan Direktur RS. Ernaldi Bahar No. 445/1848/RS.
ERBA/2016 Tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit
Ernaldi Bahar
PROSEDUR 1. Siapkan dan susun perbekalan farmasi yang akan disimpan
dalam kit emergensi, sesuai dengan daftar kit emergensi
yang telah ditetapkan.
2. Emergensi kit (troli/tas) disimpan di tempat yang mudah
diakses, namun akses terbatas hanya untuk petugas yang
berwenang, mudah diawasi oleh petugas, dikunci dengan
menggunakan kunci register dan terlindung dari cahaya
3. Elektrolit konsentrat hanya disimpan di Instalasi Farmasi dan
Instalasi Gawat darurat (dalam troli emergensi)
4. Emergensi kit (tas emergensi) yang berada di ruang
perawatan berisi obat dan bahan medis habis pakai yang
diperlukan sewaktu-waktu dalam kondisi kegawatdaruratan
fisik/non kejiwaan
5. Setelah perbekalan farmasi emergensi digunakan, maka
petugas/perawat ruangan tersebut segera melakukan
permintaan pergantian perbekalan farmasi emergensi yang
ditujukan kepada instalasi farmasi dengan menggunakan
buku permintaan pergantian perbekalan farmasi emergensi,
sesuai dengan jenis dan jumlah perbekalan farmasi
emergensi yang telah digunakan.
6. Setiap pergantian shift, petugas atau perawat penanggung
jawab pada shift tersebut melakukan pengecekan terhadap
kit emergensi apakah masih terkunci atau tidak
7. Jika kit emergensi dalam keadaan tidak terkunci, segera
lakukan pengecekan terhadap kelengkapan kit emergensi
sesuai dengan daftar kit emergensi

PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI EMERGENSI

Instalasi Farmasi

137
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0079/09.3.4/ 2 1-2
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2017
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Standar Prosedur Tanggal Terbit :
Operasional
09 September 2017 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Tingkat 1
NIP.196606151996032001
8. Jika terdapat kekurangan baik jumlah ataupun jenis
perbekalan farmasi emergensi maka kekurangan tersebut
harus ditelusuri penggunaannya
9. Setiap satu bulan sekali petugas instalasi farmasi melakukan
pengecekan terhadap kit emergensi yang ada di ruangan
rawat inap, emergensi kit code blue dan ambulance
10. Setiap hari petugas instalasi farmasi melakukan pengecekan
terhadap kit/troli emergensi yang ada di ruang IGD.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat Inap
4. Instalasi Gawat Darurat

138
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


445.1/0528/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2018

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL 17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Pelaporan efek samping obat adalah pelaporan setiap kejadian


yang dicurigai sebagai efek samping obat, baik efek samping
PENGERTIAN
yang belum diketahui hubungan kausalnya (KTD) maupun yang
sudah pasti merupakan suatu Efek Samping Obat (ESO/ADR)

TUJUAN Sebagai acuan dalam mengisi Form Pelaporan / Monitoring Efek


Samping Obat

Badan POM Republik Indonesia Pedoman Monitoring Efek


KEBIJAKAN Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga Kesehatan Tahun 2012

PROSEDUR 1. Yang dapat melaporkan Efek Samping obat (ESO) adalah


dokter/dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, perawat, dan
tenaga kesehatan lain
2. Hal yang dilaporkan dalam Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) adalah setiap kejadian yang dicurigai sebagai
ESO dan reaksi yang tidak diinginkan yang yang terjadi
pada dosis normal yang ditujukan untuk diagnosis dan
terapi
3. Informasi yang diperlukan dalam pelaporan suatu KTD
atau ESO dengan menggunakan formulir kuning adalah
sebagai berikut :
a.. Kode sumber data : diisi oleh Badan POM
b.. Informasi mengenai penderita :
- Nama
- Nomor RM
- Tanggal lahir
- Suku : diisi informasi nama suku dari pasien, misal
suku Jawa, Batak, dsb
- Berat Badan : diisi angka dari berat badan pasien,
dinyatakan dalam kilogram (kg)
- Pekerjaan : diisi apabila jenis pekerjaan pasien
mengarah kepada kemungkinan adanya hubungan antara
jenis pekerjaan dengan gejala atau manifestasi KTD atau
ESO, contoh : buruh pabrik kimia, pekerja bangunan,
pegawai kantor, dan lain-lain
- Penyakit Utama : diisikan informasi diagnosa penyakit
yang diderita pasien sehingga pasien harus
139
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK SAMPING
OBAT

Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0528/09.3.4/ 0 1-2
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
menggunakan obat yang dicurigai menimbulkan ESO atau KTD
PROSEDUR - Kesudahan Penyakit Utama : diisikan informasi
kesudahan/outcome dari penyakit utama, pada saat pasien
mengeluhkan atau berkonsultasi tentang KTD atau ESO yang
dialaminya. Terdapat pilihan yang tercantum dalam formulir
kuning, agar diberikan tanda (X) sesuai dengan informasi yang
diperoleh. Kesudahan
penyakit utama dapat berupa : sembuh, meninggal, sembuh
dengan gejala sisa, belum sembuh, atau tidak tahu
- Penyakit / kondisi lain yang menyertai : diisi informasi tentang
penyakit / kondisi lain di luar penyakit utama yang sedang dialami
pasien bersamaan dengan waktu mula menggunakan obat dan
kejadian KTD atau ESO. Terdapat pilihan yang tercantum dalam
formulir kuning, agar diberikan tanda (X) sesuai dengan informasi
yang diperoleh, dapat berupa : gangguan ginjal, gangguan hati,
alergi, kondisi medis lainnya, dan lain-lain sebutkan jika di luar
yang tercantum. Informasi ini bermanfaat untuk proses evaluasi
hubungan kausal, untuk memverifikasi kemungkinan adanya
faktor penyebab lain dari terjadinya KTD atau ESO
c. Informasi tentang KTD atau ESO
- Bentuk / manifestasi KTD atau ESO : diisi informasi tentang
diagnosa KTD atau ESO yang dikeluhkan atau dialami pasien
setelah menggunakan obat yang dicurigai.
Bentuk / manifestasi KTD atau ESO dapat dinyatakan dengan
istilah diagnosa KTD atau ESO secara ilmiah atau deskripsi
secara harfiah, misal bintik kemerahan di sekujur tubuh,
bengkak pada kelopak mata, dan lain-lain
- Saat / tanggal mula terjadi : diisi tanggal awal terjadinya KTD atau
ESO, dan juga jarak interval waktu antara pertama kali obat
diberikan sampai terjadinya KTD atau ESO
- Kesudahan KTD atau ESO : diisi informasi kesudahan/outcome
dari KTD/ESO yang dialami oleh pasien, pada saat laporan ini
dibuat. Terdapat pilihan yang tercantum dalam formulir kuning,
agar diberikan tanda (X) sesuai dengan informasi yang
diperoleh. Kesudahan penyakit utama dapat berupa : sembuh,
meninggal, sembuh dengan gejala sisa, belum sembuh, atau
tidak tahu.

140
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT

Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0528/09.3.4/ 0 1-3
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

PROSEDUR - Riwayat ESO yang pernah dialami : diisi informasi tentang


riwayat atau pengalaman ESO yang pernah terjadi pada
pasien di masa lalu, tidak terbatas terkait dengan obat
yang saat ini dicurigai menimbulkan KTD / ESO yang
dikeluhkan, namun juga obat lainnya
d. Obat
- Nama Obat : ditulis semua nama obat yang digunakan
oleh pasien, baik yang diberikan dengan resep maupun
yang digunakan atas inisiatif sendiri, termasuk suplemen,
obat tradisional yang digunakan dalam waktu bersamaan.
Nama obat dapat ditulis dengan nama generik atau nama
dagang. Apabila ditulis nama generik, apabila diketahui
nama pabrik atau industri farmasi dapat ditambahkan.
Apabila ditulis nama dagang, tidak perlu ditulis nama
pabrik atau industri farmasi
- Bentuk sediaan : ditulis bentuk sediaan dari obat yang
digunakan pasien. Contoh : tablet, kapsul, sirup,
suspense, injeksi, dan lain-lain
- Beri tanda (X) untuk obat yang dicurigai : Sejawat Tenaga
Kesehatan dapat membubuhkan tanda (X) pada kolom
obat yang dicurigai menimbulkan KTD/ESO yang
dilaporkan, sesuai informasi produk atau pengetahuan
dan pengalaman sejawat tenaga kesehatan terkait hal
tersebut
- Cara Pemberian : ditulis cara pemberian atau penggunaan
obat oleh pasien. Contoh : oral, rektal, topical, i.v, i.m,
semprot, dan lain-lain
- Dosis / waktu :
dosis : ditulis dosis obat yang digunakan pasien
dinyatakan dalam satuan berat atau volume
waktu : ditulis waktu penggunaan obat oleh pasien,
dinyatakan dalam satuan waktu, seperti jam, hari, dan
lain-lain
- Tanggal mula : ditulis tanggal dari pertama kali pasien
menggunakan obat yang dilaporkan, lengkap dengan
bulan dan tahun (Tgl/Bulan/Tahun)

141
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM PELAPORAN EFEK
SAMPING OBAT

Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
445.1/0528/09.3.4/ 0 1-4
RS.ERBA/2018
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
- Tanggal akhir : ditulis tanggal dari kali terakhir pasien
PROSEDUR menggunakan obat yang dilaporkan atau tanggal
penghentian penggunaan obat, lengkap dengan bulan
dan tahun (Tgl/Bulan/Tahun)
- Indikasi penggunaan : ditulis jenis penyakit atau gejala
penyakit untuk maksud penggunaan masing-masing obat
- Keterangan tambahan : ditulis semua keterangan
tambahan yang kemungkinan ada kaitannya secara
langsung atau tidak langsung dengan gejala KTD/ESO
yang dilaporkan, misal kecepatan timbulnya ESO, reaksi
setelah obat dihentikan, pengobatan yang diberikan untuk
mengatasi ESO
- Data Laboratorium (bila ada) : ditulis hasil uji laboratorium
dinyatakan dalam parameter yang diuji dan hasilnya,
apabila tersedia
- Informasi Pelapor : cukup jelas. Informasi pelapor
diperlukan untuk klarifikasi lebih lanjut dan follow up,
apabila diperlukan

UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis


2. Bidang Keperawatan

142
TATA LAKSANA PENGISIAN FORM ALGORITMA NARANJO
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


445.1/0529/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2018

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Algoritma naranjo adalah suatu metode gabungan kualitatif dan


kuantitatif untuk melakukan analisa kausalitas terkait KTD atau
PENGERTIAN
ESO

Merupakan suatu proses evaluasi yang dilakukan untuk


TUJUAN menentukan atau menilai kemungkinan bahwa perubahan status
klinik pasien sebagai akibat Efek Samping Obat (ESO)

KEBIJAKAN Badan POM Republik Indonesia Pedoman Monitoring Efek


Samping Obat (MESO) Bagi Tenaga Kesehatan Tahun 2012

PROSEDUR 1. Form algoritma naranjo tersedia di setiap unit perawatan


pasien
2. Form ini berwarna kuning diisi oleh tenaga kesehatan
khususnya dokter bila terjadi kasus yang diduga sebagai KTD
atau ESO karena penggunaan obat
3. Pada tabel Algoritma Naranjo berisi skala, maka tenaga
kesehatan (dokter) mengisi skala/skor sesuai dengan hasil
pengamatan KTD/ESO yang terjadi pada pasien yang
teridentifikasi mengalami KTD/ESO
4. Pada akhir pengisian, jumlahkan skor jawaban atas 10
pertanyaan tersebut. Maka akan diperoleh Skala probabilitas
naranjo
5. Pengisian form algoritma naranjo bermanfaat untuk melakukan
evaluasi secara individual pasien untuk dapat memberikan
terapi yang terbaik bagi pasien

UNIT TERKAIT 1. Bidang Pelayanan Medis


2. Bidang Keperawatan

143
144
PENANGANAN KEHILANGAN OBAT / SELISIH STOK
Instalasi Farmasi

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


445.1/0530/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKITERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
RS.ERBA/2018

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit :
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
17 Desember 2018 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001

Merupakan suatu proses untuk menindaklanjuti apabila terjadi


selisih stok antara fisik dengan kartu stok manual dan stok pada
PENGERTIAN
Sistem Informasi Farmasi

Sebagai acuan langkah-langkah yang harus diambil apabila


TUJUAN
terjadi kehilangan obat atau selisih stok pada saat stok opname

Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan


KEBIJAKAN
nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang kebijakan
pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan.

PROSEDUR 1. Instalasi farmasi melakukan stok opname secara keseluruhan


setiap 3 bulan sekali, dan stok random 1 minggu sekali
2. Stok opname obat golongan psikotropika (benzodiazepine,
barbiturat) dan obat-obat tertentu yang sering disalahgunakan
(chlorpromazine, amitriptyline, haloperidol, trihexyphenidil,
tramadol) dilakukan satu minggu sekali
3. Apabila dari hasil stok opname tersebut ditemukan selisih stok
dengan stok fisik, maka akan dilakukan investigasi oleh
koordinator ruangan dan kepala instalasi farmasi
4. Hasil investigasi akan didokumentasikan dalam bentuk Berita
Acara hasil investigasi selisih stok
5. Dokumentasi harus mampu telusur dan dapat diperlihatkan
saat diperlukan
6. Berita Acara hasil investigasi akan dilaporkan ke Bidang
Penunjang Medik untuk diketahui dan ditandatangani oleh
Kasie Laboratorium dan Farmasi serta Kepala Bidang
Penunjang Medik

UNIT TERKAIT 1. Bidang Penunjang Medik

145
PENYIMPANAN DAN PELAYANAN OBAT NARKOTIKA
(METHADONE)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0531/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu metode untuk menyimpan dan melayani resep
PENGERTIAN yang mengandung obat golongan narkotika agar,
memudahkan pengawasan, mencegah kehilangan obat dan
menjaga kualitas sediaan farmasi yang digunakan di RS
Ernaldi Bahar provinsi Sumatera Selatan sehingga pasien
mendapatkan sediaan farmasi yang terjamin mutunya
Sebagai langkah-langkah untuk menyimpan dan melayani
TUJUAN resep yang mengandung golongan narkotika (methadone)
KEBIJAKAN 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015
tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016
tentang Standar Pelayanan farmasi di Rumah Sakit

PROSEDUR 1. Dikarenakan alasan keamanan baik keamanan petugas


maupun keamanan pasien lain yang ada di lingkungan
Rumah Sakit Ernaldi Bahar, juga untuk mempermudah
pengawasan maka pemberian obat terapi rumatan
methadone dilakukan secara desentralisasi di Klinik
Napza Rumah Sakit Ernaldi Bahar
2. Pemberian obat terapi rumatan methadone dilakukan di
Klinik Napza, maka obat terapi rumatan methadone
disimpan di Klinik Napza dengan kondisi penyimpanan
yang sesuai dengan stabilitas untuk menjaga mutu,
memudahkan pengawasan dan mencegah dari
kehilangan
3. Narkotika (methadone) disimpan dalam lemari khusus,
tidak mudah dipindahkan, memiliki 2 (dua) buah kunci
yang berbeda
4. Tempat penyimpanan narkotika (methadone) dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain narkotika
5. Lemari penyimpanan narkotika (methadone)
diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum
6. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker
penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan atau
pegawai lain yang dikuasakan

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Klinik PTRM

146
PENGADAAN DAN PENYEDIAAN DAN PENYIMPANAN
OBAT LIFE SAVING DI IGD

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0532/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Obat Life Saving adalah obat yang diperlukan dalam kondisi
PENGERTIAN emergensi untuk pertolongan hidup yang jumlahnya telah
ditetapkan dan disimpan di Instalasi Gawat Darurat
Pasien dapat diselamatkan dari ancaman kegawatan
TUJUAN
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.

PROSEDUR 1. Obat Life Saving pada Instalasi Gawat Darurat


disimpan di dalam troli emergensi yang dikunci dan
untuk alasan keamanan, selain dengan kunci manual,
troli emergensi juga dikunci menggunakan kunci
register sekali pakai
2. Kunci manual troli emergensi disimpan oleh Kepala
Ruangan IGD
3. Isi troli emergensi tertera pada daftar isi di bagian luar
troli emergensi
4. Setiap pergantian shift maka kunci manual troli
emergensi diserahterimakan pada perawat shift
berikutnya dan dicatat dalam buku serah terima kunci
5. Semua jenis obat yang terdapat dalam troli emergensi
berasal dari instalasi farmasi
6. Setiap hari petugas farmasi akan memeriksa isi troli
emergensi, apabila ada obat yang terpakai, rusak atau
kadaluarsa maka petugas farmasi akan mengganti
obat sesuai dengan jumlah tersebut dan mengganti
kunci register dengan yang baru
7. Obat yang sifatnya life saving dapat langsung
digunakan dokter untuk menolong nyawa pasien
8. Obat-obat dalam troli emergensi disimpan pada suhu
dan kelembaban ruang yang sesuai standar (suhu 15º-
25ºC, dengan kelembaban relatif 50-60%)

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi Gawat Darurat

147
PENANGANAN PASIEN RAWAT INAP YANG MENOLAK
MINUM OBAT ORAL
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0533/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan apabila pasien
PENGERTIAN yang sedang dirawat di rumah sakit menolak minum obat oral
Sebagai langkah-langkah untuk mengatasi apabila pasien
TUJUAN yang sedang dirawat menolak minum obat oral
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.

PROSEDUR 1. Apabila perawat menemukan kasus pasien yang


menolak minum obat oral maka hal pertama yang
harus dilakukan oleh perawat adalah menghubungi
DPJP
2. Kondisi pasien dilaporkan kepada DPJP
3. Bila DPJP tidak dapat dihubungi, lapor ke dokter jaga
IGD
4. Apabila DPJP/dokter jaga IGD menginstruksikan untuk
meracik obat dan racikan tersebut dikemas ulang
dalam sediaan puyer atau kapsul, catat dan konfirmasi
ulang instruksi tersebut kepada DPJP/dokter jaga IGD
5. Perawat menyerahkan obat yang akan diracik beserta
instruksi DPJP kepada petugas farmasi
6. Sebelum order DPJP tersebut dikerjakan oleh petugas
farmasi, maka petugas farmasi harus
menelaah/mengkaji ulang order tersebut (kesesuaian
dosis, aturan minum, jumlah, rute pemberian, waktu
pemberian)
7. Apabila ada yang tidak sesuai maka petugas farmasi
harus melaporkan hal tersebut kepada apoteker
supervisi
8. Apoteker supervisi akan menghubungi DPJP dan
melakukan konfirmasi perihal order tersebut
9. Setelah selesai dikonfirmasi oleh apoteker, maka
resep akan dikerjakan oleh petugas farmasi
10. Obat diserahkan kepada perawat
11. Perawat memberikan obat kepada pasien sesuai
dengan instruksi DPJP

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi Rawat Inap

148
PEMUSNAHAN BAHAN BERACUN
DAN BERBAHAYA (B3)

Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
445.1/0534/09.3.4/ 0 1-1
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR RS.ERBA/2019
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan untuk
PENGERTIAN memusnahkan B3 secara aman sesuai peraturan yang
berlaku
Sebagai langkah-langkah untuk memusnahkan B3 yang
TUJUAN rusak atau kadalursa secara aman sesuai peraturan yang
berlaku
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.

PROSEDUR 1. Petugas Gudang B3 melakukan stok opname setiap


akhir bulan
2. Apabila ada B3 yang rusak atau kadaluarsa maka
petugas gudang akan menginventarisir dan
melaporkannya kepada Kepala Instalasi Farmasi
3. Kepala Instalasi Farmasi akan berkoordinasi dengan
Kepala Instalasi K3RS dan memberikan data B3 yang
rusak atau kadaluarsa
4. Kepala Instalasi K3RS akan menginstruksikan staf
K3RS untuk mengambil B3 yang rusak atau
kadaluarsa dari Gudang B3
5. Petugas Gudang B3 akan melakukan serah terima B3
yang rusak atau kadaluarsa dengan petugas K3RS
yang didokumentasikan dalam bentuk Berita Acara
Serah Terima
6. B3 yang rusak atau kadaluarsa akan dikumpulkan di
TPS B3
7. Pemusnahan B3 dilakukan secara aman sesuai
peraturan yang berlaku oleh pihak ke 3 yang memiliki
MOU dengan Rumah Sakit

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi K3RS

149
TATA LAKSANA PELAYANAN KEFARMASIAN
DALAM KEADAAN DARURAT (BENCANA ALAM,
KEGAGALAN SISTEM)
Instalasi Farmasi
No. Dokumen No. Revisi : Halaman :
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR 445.1/0535/09.3.4/ 0 1-1
PROVINSI SUMATERA SELATAN RS.ERBA/2019

Ditetapkan oleh :
DIREKTUR,
Tanggal Terbit
Standar Prosedur
Operasional
26 Januari 2019 dr. YUMIDIANSI. F, M.Kes
Pembina Utama Muda
NIP.196606151996032001
Adalah suatu prosedur yang harus dijalankan untuk
PENGERTIAN melakukan pelayanan kefarmasian dalam situasi darurat,
misal bencana alam, kegagalan sistem baik listrik maupun
sistem IT
Sebagai langkah-langkah untuk melaksanakan pelayanan
TUJUAN kefarmasian dalam keadaan darurat
KEBIJAKAN Peraturan Direktur RS Ernaldi Bahar provinsi Sumatera
Selatan nomor : 445 / 1848 / RS. ERBA / 2016 tentang
kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi RS Ernaldi Bahar
provinsi Sumatera Selatan.

PROSEDUR 1. Instalasi farmasi akan mencetak daftar harga setiap 1


bulan sekali
2. Apabila terjadi situasi darurat, seperti bencana alam,
kegagalan sistem maka pelayanan kefarmasian akan
dilakukan secara manual
3. Resep manual dibawa oleh pasien/keluarga pasien ke
instalasi farmasi
4. Resep akan ditelaah oleh apoteker
5. Apabila ada yang tidak sesuai, maka apoteker akan
melakukan konfirmasi resep kepada DPJP (baik
langsung maupun via ponsel)
6. Untuk resep umum/bayar, setelah resep ditelaah
apoteker maka resep akan dihargai oleh petugas
farmasi (TTK)
7. Setelah dihargai, pasien/keluarga pasien membayar
ke kasir
8. Resep diberi cap lunas
9. Resep umum/bayar yang telah mendapat tanda lunas
akan dilayani oleh petugas farmasi
10. Setelah selesai dilayani, obat akan diverifikasi oleh
petugas bagian penyerahan obat
11. Obat yang telah diperiksa dan diverifikasi oleh petugas
akan diserahkan kepada pasien/keluarga pasien
disertai dengan KIE mengenai obat

UNIT TERKAIT 1. Instalasi farmasi


2. Instalasi K3RS
3. Instalasi IT

FORMULIR PEMANTAUAN TERAPI OBAT

150
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR Ruangan Rawat :
Jalan Tembus Terminal RT.20 RW.04 Palembang

Nama Pasien :
No. RM :
Jenis Kelamin :
Tanggal Lahir :
Berat Badan :

Riwayat Penyakit Sekarang :

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Riwayat Keluarga :

Riwayat Sosial :

Riwayat Penggunaan Obat :

Hasil Pemeriksaan Fisik :

151
Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal

Tekanan Darah
Temperatur

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :

Pemeriksaan Nilai Normal Tanggal

Hasil Pemeriksaan Diagnostik :

Diagnosa :

Penggunaan Obat Saat Ini :

Nama Obat Regimen Indikasi Tanggal

Nama Obat Regimen Indikasi Tanggal

152
Pemantauan (S.O.A.P)

Tgl Kondisi Klinis Masalah Terkait Rekomendasi Terapi Ttd Keterangan


(S/O) Obat (Assesment) (Plan)

Jl. Tembus Terminal Km.12 No.02 Rt.20 Rw.04 Kel. Alang-Alan Lebar, NRM :
Kec. Alang-AlangLebar, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan. Nama :
Telp. (0711) 5645123, Fax (0711) 5645124 Jenis Kelamin :
Email: rs_ernaldibahar@yahoo.co.id, Website: Tanggal Lahir :
www.rs-ernaldibahar.com (Mohon diisi atau tempelkan stiker jika
153 ada)
FORMULIR PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT
PANITIA FARMASI DAN TERAPI
PASIEN

Nama : Penyakit Utama : Kesudahan (Beri tanda x)


sembuh
meninggal
NRM : sembuh dengan gejala sisa
belum sembuh
Tgl.Lahir : tidak tahu

L / P (Hamil/ tidak Hamil / tidak tahu)

Suku : Penyakit/Kondisi lain yang menyertai :


gangguan
gangguan ginjal
ginjal kondisi
kondisi medis medis lainnya
lainnya
Berat Badan : Kg
gangguan
gangguan hati hati faktor
Faktor industri, industri,pertanian,kimia,
pertanian, kimia, dan lain-lain dan
lain-lain
Pekerjaan : alergi
alergi

REAKSI EFEK SAMPING OBAT (E.S.O)

Saat/tgl mula terjadi : Kesudahan E.S.O (beri tanda X) :


Tanggal :
Bentuk/manifestasi E.S.O yang terjadi :
sembuh
meninggal
sembuh dengan gejala sisa
belum sembuh
tidak tahu
Reaksi E.S.O yang pernah dialami :
Data laboratorium (jika ada) :

Tindakan yang telah dilakukan untuk me Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi reaksi E.S.O :

OBAT
Nama Bentuk Beri tanda X Pemberian
(Nama dagang/Pabrik) Sediaan untuk obat yang Indikasi Penggunaan
dicurigai Rute Dosis/Waktu Tgl.Mulai Tgl.Akhir

Apakah reaksi E.S.O hilang setelah obat dihentikkan ? Apakah reaksi E.S.O yang sama timbul sewaktu obat yang
dicurigai digunakan kembali :
Ya Tidak Tidak Tahu Ya Tidak Tidak Tahu

PELAPOR

Nama : Palembang,

Dokter Perawat Farmasi


Algoritma Naranjo
Asal Ruangan/Poliklinik : ( )
tanda tangan pelapor
Kirimkan Formulir yang sudah diisi kepada : Sekretaris
154 Panitia Farmasi dan Terapi, d/a Instalasi Farmasi
Digunakan untuk menilai kemungkinan bahwa perubahan status klinik pasien sebagai akibat efek samping obat
(ESO).
Cara :
1. Jawablah setiap pertanyaan di bawah ini
2. Tuliskan skor dari setiap jawaban
3. Jumlahkan skor jawaban atas 10 pertanyaan tersebut
4. Jika total nilai adalah :
a. Skor 9 atau lebih : sangat mungkin ESO (highly probable)
b. Skor 5-8 : mungkin ESO (probable)
c. Skor 1-4 : dicurigai ESO (possible)
d. Skor 0 atau kurang : diragukan ESO (doubtful)

Pertanyaan Ya Tidak Tidak Tahu Skor

1. Apakah ada laporan penelitian sebelumnya tentang reaksi ini ? +1 0 0

2. Apakah reaksi muncul setelah obat yang dicurigai diberikan ? +2 -1 0

3. Apakah reaksi ini berkurang saat obat dihentikan atau +1 0 0


antagonis obat spesifik diberikan ?
4. Apakah reaksi muncul kembali saat obat digunakan kembali ? +2 -1 0

5. Apakah ada penyebab alternative (selain obat) yang dapat -1 +2 0


menyebabkan reaksi ini ?
6. Apakah reaksi muncul kembali saat diberikan placebo ? -1 +1 0

7. Apakah obat terdeteksi dalam darah (atau cairan lain) dalam +1 0 0


konsentrasi yang diketahui toksik ?

8. Apakah reaksi lebih berat saat dosis dinaikkan, atau berkurang +1 0 0


saat dosis diturunkan ?
9. Apakah pasien mempunyai reaksi yang mirip pada obat yang +1 0 0
sama atau mirip pada pemaparan sebelumnya ?
10. Apakah reaksi dikonfirmasi dengan suatu bukti obyektif ? +1 0 0

Total skor :

155

Anda mungkin juga menyukai