Anda di halaman 1dari 5

LATSAR CPNS

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA


TAHUN 2019

BENCHMARKING (BM)
NILAI-NILAI
BERAKHLAK

TUGAS KELOMPOK III


ANGKATAN XII
GOLONGAN II

DITULIS OLEH
ADE LITA PUTRI, A.MD.KOM
DHEA ANANDA NABELLA, A.MD
HIRDY RUHASITA WIJASENA, A.MD
RUT HERMAWATI, A.MD
ANALISIS KASUS

I. IDENTIFIKASI KASUS

Pada 6 Desember 2020, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai
tersangka kasus dugaan suap bantuan sosial penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah
Jabodetabek tahun 2020.
Penetapan tersangka Juliari saat itu merupakan tindak lanjut atas operasi tangkap tangan yang
dilakukan KPK pada Jumat, 5 Desember 2020. Usai ditetapkan sebagai tersangka, pada malam
harinya Juliari menyerahkan diri ke KPK.
Selain Juliari, KPK juga menetapkan Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian I M dan
Harry Sidabuke sebagai tersangka selalu pemberi suap. Menurut KPK, kasus ini bermula dari
adanya program pengadaan bansos penanganan Covid-19 berupa paket sembako di Kemensos tahun
2020 dengan nilai sekitar Rp 5,9 Triliun dengan total 272 kontrak dan dilaksanakan dengan 2 periode.
Juliari sebagai menteri sosial saat itu menunjuk Matheus dan Adi sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukkan langsung para rekanan
dan diduga disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus disetorkan para
rekanan kepada Kemensos melalui Matheus. Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati oleh
Matheus dan Adi sebesar Rp 10.000 per paket sembako dari nilai Rp 300.000 per paket bansos.
Pada Mei sampai November 2020, Matheus dan Adi membuat kontrak pekerjaan dengan
beberapa suplier sebagai rekanan yang di antaranya Ardian I M dan Harry Sidabuke dan juga PT RPI
yang diduga milik Matheus. Penunjukkan PT RPI sebagai salah satu rekanan tersebut diduga
diketahui Juliari dan disetujui oleh Adi. Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama
diduga diterima fee Rp 12 miliar yang pembagiannya diberikan secara tunai oleh Matheus kepada
Juliari melalui Adi. Dari jumlah itu, diduga total suap yang diterima oleh Juliari sebesar Rp 8,2 miliar.
Uang tersebut selanjutnya dikelola Eko dan Shelvy N selaku orang kepercayaan Juliari untuk
digunakan membayar berbagai keperluan pribadi Juliari.
Kemudian pada periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari
Oktober sampai Desember 2020 sekitar Rp 8,8 miliar.
Sehingga, total uang suap yang diterima oleh Juliari menurut KPK adalah sebesar Rp 17 miliar.
Seluruh uang tersebut diduga digunakan oleh Juliari untuk keperluan pribadi.
2. TOKOH YANG TERLIBAT

Adapun tokoh- tokoh yang terlibat dalam kasus ini adalah:

JULIARI PETER BATUBARA

Mantan Mentri Sosial;

MATHEUS JOKO SANTOSO

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam


pelaksanaan proyek bansos covid 19;;

ADI WAHYONO

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam


pelaksanaan proyek bansos covid 19;

ARDIAN I M

Rekanan Suplier paket bansos sembako;

HARRY SIDABUKKE

Rekanan Suplier paket bansos sembako;

KOMISARIS JENDERAL POLISI


DRS. FIRLI BAHURI, M.SI.
Menjabat sebagai Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi periode 2019–
2023;
3. ANALISIS PENERAPAN NILAI BERAHLAK

Analisis penerapan nilai- nilai berahlak di terapkan oleh Firli Bahuri selaku Ketua KPK
dengan melakukan;
a. Berorientasi Pelayanan : Bapak Firli Bahuri memberikan konferensi pers terhadap wartawan
untuk memenuhi klarifikasi sebagai pemenuhan kebutuhan informasi terhadap masyarakat
mengenai Korupsi Dana Bansos yang dilakakukan oleh beberapa lihak diantaranya Mensos RI;
b. Akuntabel : Bapak Firli Bahuri mempertanggung jawabkan pekerjaannya sebagai ketua KPK
untuk memberantas korupsi dikalangan pejabat yang berwenang;
c. Kompeten : Bapak Firli Bahuri selaku ketua KPK beliau turut serta membantu bawahannya
dalam proses penangkapan para tersangka kasus bansos dengan performa terbaik ;
d. Harmonis : Bapak Firli Bahuri menjalin komunikasi yang baik diantara anggota KPK dan para
tersangka sehingga karena saling kooperatif dalam jalannya proses penangkapan sangat mudah
dan cepat dengan didukung lingkungan yang memadai;
e. Loyal : Bapak Firli Bahuri Beliau menjaga prifasi tersangka dengan tidak menyebutkan nama
secara lengkap meskipun demikan masyarakat telah mengetahui siapa yg melakukan korupsi dan
beliau loyal pada pak presiden dengan melaksanakan OTT;
f. Adaptif : Karna beliau menyesuaikan diri jadi pemimpin kpk yang sebelumnya menjabat sebagai
seorang jendral di kepolisian
g. Kolaboratif : Adanya kerjasama dari KPK yang diketuai oleh Bapak Firli Bahuri dan pihak
penegak hukum mulai dari Kepolisian, kejaksaan dan kehakiman untuk mengusut masalah
adanya dugaan korupsi

4. ANALISIS PELANGGARAN NILAI BERAHLAK

Analisis pelanggaran dari nilai- nilai berahlak oleh Juliari Batubara selaku Mentri Sosial yang
melakukan korupsi bantuan sosial, adapun nilai- nilai yang dilanggar yakni;
a. Tidak Berorientasi Pelayanan : Juliari Batubara yang kala itu menjabat sebagai Mentri
Sosial tidak memberikan pelayanan yang baik/ prima bagi masyarakat yang terkena dampak
dari pandemi covid 19, dengan mengurangi nilai dari paket sembako yang di peruntukan
untuk masyarakat.
b. Tidak Akuntabel : Tidak Akuntabel beliau tidak bertanggung jawab atas amanah yang
diberikan presiden RI untuk mengelola mengatur jalannya proses bantuan sosial di saat
pandemi
c. Tidak Kompeten : beliau sebagai pimpinan turut serta melakukan korupsi dengan menerima
potongan uang bantuan dari tender yang dimenangkan yang seharysnya tidak dilakukan oleh
seroang pimpinan yang kompeten. Beliau tidak melakukan perbuatan yang beliau tahu
dilarang oleh peraturan perundang undangan
d. Tidak Harmonis : Beliau tidak membangun keharmonisan antara pimpinan dengan tender
yang kalah sehingga dimungkinkan tender yang kalah melaporkan dugaan korupsi
e. Tidak Loyal : kepada pemerintah dan masyarakat justru beliau mengambil untung dari
bantuan sosial bukan malah memberikan kualitas terbaik
f. Tidak Adaptif : Dikarenakan beliau tidak antusias dalam pemberian bantuan sosial terhadap
masyarakt miskin dalam arti beliau tidak mendukung program pemerintah berjalan dengan
baik dan beliau juga tidak menyeseuaikan diri sebagai pimpinan sebagai menteri sosial yang
seharusnya dapat mengawal pemberian bantuan
g. Tidak Kolaboratif : Karena tidak adanya kerjasama yang baik baik dari tingkatan atas
hingga bawahan sehingga banyak orang yang dirugikan dalam korupsi bansos
5. Dampak Tidak Diterapkannya Nilai-Nilai Dasar PNS
Dampak dari tidak diterapkannya nilai – nilai dasar PNS dari kasus di atas yaitu :

a. Negara mengalami kerugian yg dia imbulkan ditengah lemahnya ekonomi akibat covid-19.
b. Makin berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah.
c. Menimbulkan gejolak dimasyarakat karena bansos yang dikurangi.
d. Masyarakat tidak dapat menikmati apa yang menjadi hak nya yang seharusnya diberikan oleh
pemerintah.
6. Gagasan Alternatif Pemecahan Masalah

a. Dengan adanya masalah diatas untuk memecahkan masalah tersebut dapat memperketat
setiap proyek pemerintahan dengan cara menyeleksi setiap tender yang melakukan kerja
sama, sehingga menekan kasus serupa terulang kembali.
b. Membuat laporan keuangan yang transparan.

7. Konsekuensi Penerapan dari Alternatif Pemecahan Masalah

Dari gagasan masalah yang diciptakan atau di buat, terdapat beberapa konsekuensi dari alternatif
pemecahan masalah tersebut, seperti :
a. Jika pemerintah memperketat kerjasama dan menyeleksi proposal kerjasama bisnis ataupun
investor maka kemungkinan para investor tersebut akan mendapat sedikit keuntungan
mengenai proyek pembangunan / proyek kerja.
b. Konsekuensinya ada banyak data laporan yang dibaca masyarakat dan tidak semua data dapat
dibaca(dipahami) masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai