Kelas/Kelompok : A/IV (Peserta latsar CPNS Kota Palu Ang. CXIV Tahun 2022)
Anggota Kelompok :
1. dr. Yunita
2. drg. Niartanty Nirmala Saleh
3. Hardiyanti, S.Gz .
4. Ni Made Pina Antari, S.KM
5. Tia Septi Inggriani, S.KM
Mata Pelatihan : Agenda II BerAKHLAK
Pemateri : Agustinah, SH., M.Si.
Penyelenggara Pelatihan : BPSDM Sulawesi Tengah
KASUS KORUPSI DANA BANTUAN SOSIAL COVID-19
Bapak mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara adalah seorang politikus Indonesia
dari partai PDIP. Ia pernah menjabat sebagai anggota DPR dalam dua periode masa
jabatan untuk daerah pemilihan Jawa Tengah, dimana ia berada dalam Komisi VI yang
menangani Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, UKM dan BUMN. Dari
pengalaman inilah yang membuktikan bapak mantan Menteri yang terjerat kasus korupsi
ini sangat ahli dibidangnya sehingga terpilih menjadi Menteri Sosial. Namun
kompetensinya disalahgunakan dengan memanfaatkan jabatan untuk melakukan tindak
pidana korupsi proyek bansos covid-19.
d) Harmonis
Menteri Sosial Juliari tidak melaksanakan tugasnya dengan baik dimana tidak
mempedulikan keadaan orang lain, padahal ia sudah tahu pada saat itu Indonesia sedang
dilanda Covid-19 yang membuat masyarakat hilang pekerjaan, dan ekonomi sosial
masyarakat sedang hancur tetapi sang mantan Menteri Sosial ini tega melakukan hal
tersebut.
e) Loyal
Dengan melakukan korupsi, Menteri Sosial Juliari sudah melanggar hampir semua nilai-
nilai Pancasila. Sila pertama, yaitu nilai ketuhanan untuk berbuat baik kepada sesama
manusia. Sila kedua, tindakan korupsi juga melanggar hak orang lain. Sila ketiga,
tindakan korupsi perlahan-lahan dapat memudarkan kepercayaan yang diberikan
masyarakat kepada pemerintah. Sila kelima, masyarakat bersusah payah untuk
memenuhi kewajiban membayar pajak di tengah masa pandemi yang sulit, sedangkan para
koruptor dengan mudahnya melakukan penyelewengan dana yang menyebabkan adanya
ketimpangan sosial antara koruptor dengan masyarakat.
f) Adaptif
Pada kasus ini, bentuk kurangnya penerapan nilai adaptif yaitu tidak dilakukan update
data secara berkala terkait perubahan yang ada sehingga berdampak pada sasaran yang
tidak tepat.
g) Kolaboratif
Dalam kasus ini, nilai kolaboratif berupa bentuk penyelewengan kerja sama yang hanya
menguntungkan pihak tertentu, dilakukan oleh mantan Menteri Sosial Juliari bersama 3
vendor dalam pengadaan bansos.
2
2. Dampak Tidak diterapkan Nilai-Nilai Dasar PNS (BerAKHLAK
a) Berorientasi Pelayanan
Menteri sosial tidak dapat memenuhi kebutuhan rakyat, sehingga rakyat yang semula
percaya pada pemerintah, menjadi tidak percaya atas kebijakan yang diucapkan
pemerintah.
b) Akuntabel
Dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut karena tidak menerapkan nilai akuntabel
adalah merugikan keuangan negara bahkan perekonomian masyarakat.
c) Kompeten
Dampak yang ditimbulkan akibat tidak menerapkan nilai kompeten dari kasus tersebut
yaitu mantan Menteri Sosial tersebut tidak menggunakan kompetensinya dengan baik,
malah menyalahgunakan kompetensinya untuk kepentingan pribadi. Kompetensi yang
dimaksud berupa jabatannya sebagai seorang Menteri social sehingga bisa mengambil
keuntungan pribadi dari proyek bantuan bansos covid-19. Beliau bersama dengan
rekannya menyalahgunakan anggaran menjadi tidak sesuai target yang ditetapkan,
akibatnya beliau tidak menjalankan tugas dengan kualitas terbaiknya sebagai seorang
Menteri Sosial.
d) Harmonis
Dampak tidak diterapkannya nilai harmonis pada kasus tersebut adalah penyalahgunaan
wewenang oleh pejabat karena lebih mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan nasib
masyarakat yang lebih membutuhkan bansos tersebut.
e) Loyal
Dampak yang ditimbulkan dari kasus tersebut karena tidak menerapkan nilai loyal adalah
masyarakat tidak mendapatkan haknya secara adil atas apa yang seharusnya menjadi
milik mereka dalam hal ini adalah penerimaan bansos dimana terjadi ketimpangan sosial
antara pejabat dengan masyarakat.
f) Adaptif
Dampak tidak diterapkannya nilai adaptif yaitu besarnya peluang korupsi, yang
merugikan bangsa dan masyarakat, serta penyaluran bansos tidak tepat sasaran.
g) Kolaboratif
Dampak tidak diterapkannya nilai kolaboratif yaitu penyaluran bansos tidak berjalan
dengan efektif dan efisien, serta dapat memberatkan beberapa pihak dalam
pelaksanaannya.
3
C. GAGASAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
1. Melakukan pembaharuan data dan mengecek keakuratan data penerima bansos agar
datanya bisa sinkron antara kementerian dan lembaga begitu juga dengan data
pemerintah pusat dan daerah.
2. Pembersihan data ganda, melakukan pencocokkan data dengan Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang dimili setiap individu
3. Kemensos harus bekerjasama dengan KPK, OJK, Polri, Kejaksaan Agung, Badan
Pemeriksa Keuangan, BPKP, dan Bank Indonesia untuk pengawasan agar tidak terjadi
penyelewengan bansos.
4. Penyaluran bansos sebaiknya dilakukan melalui transaksi elektronik sehingga tidak ada
lagi pencairan secara tunai.
5. Dapat melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala pada setiap kegiatan yang ada
6. Menindak dengan tegas bagi pejabat yang melakukan korupsi dengan memberikan
hukuman yang seberat-beratnya.
7. Melakukan perbaikan sistem yang ada di Kementrian/lembaga penyalur program bansos
seperti pengadaan yang dilakukan secara terbuka, penentuan HPS (Harga Perkiraan
Sendiri) yang dikalkulasikan dengan tetap mengacu pada harga pasar, publikasi data
pengadaan dan informasi mengenai rekanan yang menjadi pemasok dalam penyediaan
paket sembako.