Anda di halaman 1dari 7

Kode Dok.

: F-LAA-SPS-002-08

SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

Buku Soal
Ujian Tengah Semester
Sekolah Pascasarjana
Periode November – Februari
Tahun 2021/2022

Mata Kuliah : Manajemen Stratejik


Hari, tgl. : Rabu, 22 Desember 2021
Waktu : 18.30-10
Dosen Penguji : Prof. Dr. Haryono Umar, AK, MSc, CA
Catatan: 1. ......................................
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

SEKOLAH PASCA SARJANA - MAGISTER AKUNTANSI


Ujian Tengah Semester
Nama : Indra Irawan, SE
NIM : 2126000063
Dosen : Prof Haryono Umar
Mata Kuliah Hari Rabu : Strategi Pemasaran

Keterangan:
1. ……………………………………………………………………………….

SOAL

KOMPAS.com - Isu PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk bakal dinyatakan pailit semakin
santer. Kondisi tersebut tak terlepas dari utang BUMN maskapai penerbangan ini yang
sudah menggunung.  Belum lagi, kondisi keuangan semakin berdarah-darah akibat pandemi
Covid-19 yang berimbas pada perjalanan udara menjadi terbatas dan jumlah penumpang
anjlok drastis. Garuda sejauh ini sudah melakukan PHK hingga pengembalian pesawat pada
lessor. Maskapai flag carrier ini juga tengah menghadapi sidang gugatan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang bisa berujung status pailit. Manajemen Garuda
Indonesia sendiri menyebut saat ini perseroan masih melakukan berbagai upaya pemulihan
kinerja, termasuk upaya restrukturisasi utang. Baca juga: Kenapa PNS Selalu Naik Garuda
saat Perjalanan Dinas? Garuda terlilit utang Garuda Indonesia diketahui beberapa kali
melakukan penundaan pembayaran utang yang sudah jatuh tempo kepada para krediturnya.
Utang akan semakin membengkak karena di sisi lain perhitungan bunga terus berjalan.   Tak
hanya itu, Garuda Indonesia menyebut sudah menambah penasihat keuangan Guggenheim
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

Securities, LLC untuk mengevaluasi alternative strategis perusahaan menghadapi tantangan


akibat pandemi. Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email
Gunggenheim akan bekerja sama dengan penasihat Garuda yang sudah ada yakni PT
Mandiri Sekuritas, Cleary Gottlieb Steen &Hamilton LLP dan Assegaf Hamzah & Partners.
Baca juga: Garuda Dikabarkan Bakal Pailit, Manajemen Buka Suara Pada Juni 2021 lalu
saja, Garuda Indonesia tercatat sempat memiliki utang 4,9 miliar dolar AS atau setara Rp 70
triliun. Angka tersebut meningkat sekitar Rp 1 triliun setiap bulan karena terus menunda
pembayaran kepada pemasok. Perusahaan memiliki arus kas negatif dan utang minus Rp 41
triliun. Tumpukan utang tersebut disebabkan pendapatan perusahaan yang tidak bisa
menutupi pengeluaran operasional. Lihat Foto Pesawat Garuda Indonesia Boeing 373-800
NG dengan desain masker di bagian depan pesawat, saat diparkir di lapangan udara di
Tangerang, Banten, Senin (12/10/2020). Pemasangan ''masker'' di pesawat tersebut digelar
untuk mendukung kampanye Gerakan 'Ayo Pakai Masker' dalam rangka penanggulangan
pandemi Covid-19.(AFP/ADEK BERRY) Berdasarkan pendapatan Mei 2021 Garuda
Indonesia hanya memperoleh sekitar 56 juta dolar AS dan pada saat bersamaan masih
harus membayar sewa pesawat 56 juta dolar AS, perawatan pesawat 20 juta dolar AS,
bahan bakar avtur 20 juta dolar AS, dan gaji pegawai 20 juta dolar AS. Sementara jika
berdasarkan data laporan keuangan terakhir yang dirilis Garuda Indonesia pada kuartal III
2020, BUMN penerbangan itu mempunyai utang sebesar Rp 98,79 triliun yang terdiri dari
utang jangka pendek Rp 32,51 triliun dan utang jangka panjang sebesar Rp 66,28 triliun.
Baca juga: Sejarah Indosat: BUMN yang Dijual ke Singapura di Era Megawati Sebelum
pandemi Covid-19, perseroan sempat membukukan keuntungan hampir mencapai Rp 100
miliar pada 2019. Namun, pandemi yang melanda Indonesia pada awal 2020 hingga
sekarang telah memukul keuangan perusahaan. Pada kuartal III 2019, Garuda Indonesia
membukukan laba bersih sebanyak Rp 1,73 triliun, lalu merugi hingga Rp 15,19 triliun pada
kuartal III 2020 akibat dampak pandemi. Pendapatan Garuda Indonesia tercatat turun dari
awalnya Rp 50,26 triliun pada kuartal III 2019 menjadi hanya Rp 16,04 triliun pada kuartal III
2020. Perseroan lantas menawarkan program pensiun dini untuk para karyawan hingga 19
Juni 2021 mendatang demi menyelamatkan keuangan perusahaan yang tertekan akibat rugi
dan utang. Sejauh ini, sudah ada lebih dari 100 karyawan yang mengajukan pensiun dini.
Baca juga: BPK Khawatirkan Bengkaknya Utang Pemerintah di Era Jokowi Selain pensiun
dini, sejumlah aksi yang turut dilakukan Garuda Indonesia di antaranya memaksimalkan
kerja sama dengan mitra usaha guna mendorong peningkatan pendapatan. Sementara itu
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

dari pihak pemerintah berencana memangkas jumlah komisaris Garuda Indonesia hingga
mengubah orientasi bisnis perseroan yang semula melayani rute penerbangan internasional
menjadi hanya berfokus pada penerbangan domestik saja. Digugat pailit Garuda Indonesia
juga digugat pailit salah satu lessornya, Aercap Ireland Limited. Aercap mengajukan gugatan
pailit tersebut pada 4 Juni 2021 di Supreme Court negara bagian New South Wales,
Australia. Meski kemudian gugatan tersebut dicabut kembali karena adanya kesepakatan
baru antara Aercap dengan Garuda.  Baca juga: Jadi Kontroversi, Berapa Utang Pemerintah
di Era Jokowi? Penggugat lainnya yang harus dihadapi Garuda yakni dari PT My Indo
Airlines yang merupakan perusahaan penyedia jasa logistik di kawasan Asia.  Dalam kasus
lainnya, Garuda Indonesia harus menerima kekalahan dalam kasus gugatan pembayaran
uang sewa pesawat dengan salah satu perusahaan lessor di Pengadilan Arbitrase
Internasional London (London Court International Arbitration/LCIA).  Direktur Keuangan dan
Manajemen Risiko Garuda Indonesia Prasetio mengatakan, pada 6 September 2021,
perseroan menerima menerima informasi bahwa LCIA telah menjatuhkan putusan arbitrase
pada kasus gugatan dari Lessor Helice dan Atterisage (Goshawk) terhadap Garuda
Indonesia, terkait pembayaran uang sewa (rent) pesawat. Selain terpengaruh pandemi
Covid-19, Menteri BUMN Erick Thohir sempat mengatakan masalah lain yang
mempengaruhi keuangan Garuda Indonesia adalah terkait lessor. Maskapai ini tercatat
bekerja sama dengan 36 lessor.  Baca juga: Garuda Indonesia Belum Masuk Holding BUMN,
Ada Apa? Sebagian lessor tersebut diduga terlibat dalam tindakan koruptif dengan
manajemen lama. Oleh karena itu, pemetaan diperlukan untuk mengetahui lessor yang
bertindak nakal guna dilakukan negosiasi yang tepat. Respon Garuda Merespon kabar pailit,
manajemen Garuda mengaku belum mendapatkan informasi resmi terkait opsi tindak lanjut
pemulihan kinerja perseroan. "Dapat kami pastikan sampai dengan saat ini, perseroan terus
melakukan langkah-langkah strategis akselerasi pemulihan kinerja dengan fokus utama
perbaikan fundamental kinerja perseroan," kata VP Corporate Secretary & Investor Relations
Garuda Indonesia, Mitra Piranti, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia
(BEI). Mitra berujar, Garuda Indonesia terus melakukan pembenahan di berbagai aspek
untuk memperbaiki kinerja agar tidak semakin terjerembab di situasi pandemi seperti
sekarang.  Baca juga: Garuda Indonesia Ekspansi Jaringan Pengiriman Kargo ke Eropa dan
AS "Upaya tersebut turut kami intensifkan melalui berbagai upaya langkah penunjang
perbaikan kinerja, khususnya dari aspek operasional penerbangan," ungkap dia. Meski
begitu, lanjut Mitra, pihak manajemen masih melihat optimisme di masa depan karena
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

industri pariwisata mulai menggeliat. Sehingga diharapkan kinerja perseroan bisa membaik.
Lihat Foto Desain masker pada badan pesawat Garuda Indonesia(Garuda Indonesia) Ia
melanjutkan, selain menghadapi PKPU, Garuda Indonesia juga terus berkomunikasi dengan
Kementerian BUMN sebagai pemegang saham mayoritas terkait rencana restrukturisasi
utang.  "Di samping itu, negosiasi dan komunikasi dengan para kreditur secara
berkesinambungan dijalankan oleh perseroan guna mencapai penyelesaian terbaik dan
restrukturisasi yang optimal guna dapat memperbaiki fundamental kinerja perseroan ke
depannya," beber Mitra.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Nasib Garuda di Ujung Tanduk", Klik untuk
baca: https://money.kompas.com/read/2021/10/21/084528126/nasib-garuda-di-ujung-tanduk?page=all.
Penulis : Muhammad Idris

Editor : Muhammad Idris

Ditanyakan:
1. Jelaskan dari kaca mata stratejik, bagaimana potensi penyelamatan perusahaan?
2. Jelaskan apakah PT Garuda mengalami marketing myopia atau competitor myopia?
3. Terkait dengan kasus tersebut, strategi apa yang seharusnya diterapkan perusahaa
n apakah low cost, differentiation ataukah fokus???
4. Apakah mungkin perusahaan dapat menjadi cost leadership???
5. Jelaskan strategi integration yang mungkin dapat diterapkan perusahaan???

Good Luck
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

Disetujui,
Kaprodi Magister Manajemen/Akuntansi,

1. Beberapa langkah potensi untuk penyelamatan perusahaan yaitu :

 Merestrukturisasi organisasi, merampingkan struktur organisasi, biaya, dan mereview kembali


aset yang ada
 Mengoptimalisasikan sumber daya yang tersedia yaitu SDM dan operasi pesawat
 Melakukan analisis strategi untuk memahami keunggulan kompetitif dengan mengidentifikasikan
seluruh aktivitas perusahaan agar dapat menurunkan biaya dan memahami hubungan
perusahaan dengan pemasok serta semua kegiatan internal perusahaan dengan tujuan untuk
mengurangi biaya-biaya yang tidak perlu.
 Meningkatkan strategi marketing atau promosi
 Melakukan kegiatan untuk penawaran dan image sehingga memberikan nilai yang berbeda
didalam pemikiran konsumen yang diikuti oleh proses review terhadat rute penerbangan dan
penetapan harga tiket
 Mengambil langkah-langkah stratgeis yang inovatif
 Meningkatkan produk quality, services dan safety

2. PT Garuda mengalami marketing myopia dikarenakan konsep pemasaran yang semata-mata


berfokus pada kebutuhan perusahaan dalam jangka pendek, tetapi melupakan prediksi
perubahan market share dimasa yang akan datang, perusahaan bukannya menentukan
kebutuhan dan keinginan pelanggan melainkan memfokuskan pada strategi keuntungan
perusahaan.

3. Strategi yang seharusnya diterapkan oleh PT. Garuda adalah low cost, merupаkаn model
penerbаngаn yаng unik dengаn menerаpkаn strаtegi penurunаn biаyа operаsionаl (operаting
cost) dаn efisiensi cost di semuа lini.

4. PT Garuda dapat menjadi coast leadership dikarenakan masalah keuangan yang menyelimuti
Garuda sehingga, solusi yang harus mereka ambil dengan menekan biaya sembari menjaga
fasilitas, sebagaimana maksud dari cost leadership
Kode Dok.: F-LAA-SPS-002-08

5. Strategi integration yang mungkin dapat diterapkan perusahaan dengan cara mengurangi biaya
dan meningkatkan efisiensi dengan mengurangi biaya disegala dini dan melakukan pemeetaan
ulang dan membenahi lessor mencari

Anda mungkin juga menyukai