0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
157 tayangan6 halaman
Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan yang parah akibat pandemi Covid-19. Maskapai ini menghadapi penurunan pendapatan hingga 80% dan mengalami kerugian hingga US$1,07 miliar. Untuk menekan biaya, Garuda melakukan pemutusan hubungan kerja secara sukarela melalui program pensiun dini dan mengurangi jumlah karyawan hingga 20%.
Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan yang parah akibat pandemi Covid-19. Maskapai ini menghadapi penurunan pendapatan hingga 80% dan mengalami kerugian hingga US$1,07 miliar. Untuk menekan biaya, Garuda melakukan pemutusan hubungan kerja secara sukarela melalui program pensiun dini dan mengurangi jumlah karyawan hingga 20%.
Garuda Indonesia mengalami kesulitan keuangan yang parah akibat pandemi Covid-19. Maskapai ini menghadapi penurunan pendapatan hingga 80% dan mengalami kerugian hingga US$1,07 miliar. Untuk menekan biaya, Garuda melakukan pemutusan hubungan kerja secara sukarela melalui program pensiun dini dan mengurangi jumlah karyawan hingga 20%.
Maskapai Penerbangan, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) sangat
terpukul dengan adanya Pandemi Covid-19. Pandemi ini menyebabkan Garuda Indonesia mengalami penurunan kinerja akibat permintaan masyarakat saat ini. VP Corporate Secretary Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Mitra Piranti menggungkapkan, hingga Agustus 2020, terdapat penurunan pada trafik yang diangkut oleh Perseroan baik untuk penumpang maupun kargo dengan persentase sebesar 72% dan 50% dibandingkan dengan tahun lalu. "Disamping itu, Perseroan juga mengalami penurunan produksi domestik sebesar 55% dan internasional sebesar 88% dari tahun lalu."ucapnya. Dalam keterangan tertulisnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Mitra juga menjelaskan bahwa dari sebanyak 7.878 karyawan Garuda Indonesia baik tetap maupun kontrak hampir seluruhnya terkena dampak. Sekitar 146 karyawan terkena PHK dan sekitar 5.989 lainnya juga terkena dampak dengan status lainnya semisal pemotongan gaji, penyesuaian shift/hari/jam kerja. Beberapa strategi secara terus-menerus diterapkan oleh Garuda Indonesia untuk tetap bertahan dalam pasar penerbangan ini, diantaranya adalah stretagi mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan Perseroan. Perusahaan mengontrol semua aspek yakni aspek keuangan dan aspek operasional. "Dalam menjaga likuiditas serta merespon dampak COVID-19 yang terjadi saat ini, perusahaan telah melakukan upaya optimalisasi operasional guna menyelaraskan supply dengan market demand melalui beberapa langkah insiatif,"tuturnya. Sementara dari sisi operasional, Mitra mengaku bahwa pendapatan penumpang berkontribusi lebih dari 80% dari total pendapatan Garuda Indonesia, "dengan adanya penurunan trafik yang cukup siginifikan, maka dibutuhkan strategi untuk mengantisipasi turunnya demand dari penerbangan berjadwal melalui insiatif efisiensi serta optimalisasi lini bisnis charter dan kargo,"imbuhnya. Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyebutkan, pesawat yang beroperasional selama masa pandemi Covid-19 hanya 53 unit atau 37,3% dari total armada maskapai flag carrier itu, yakni 142 pesawat. Adapun 142 pesawat tersebut rinciannya adalah sewa 136 unit dan 6 pesawat milik Garuda Indonesia. Selama pandemi armada yang dioperasikan hanya 53 pesawat untuk mendukung operasional, sementara jumlah pesawat yang sedang dalam reparasi atau maintenance sebanyak 36 unit. Menurut manajemen Garuda Indonesia, penggunaan armada pesawat selama masa pandemi disesuaikan dengan kondisi pasar dan permintaan layanan penerbangan, khususnya berkaitan dengan diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat. Antara lain melalui penyesuaian/pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang. Disamping itu, penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi juga turut memperhatikan tingkat isian dari angkutan kargo. Terkait sejumlah pesawat yang statusnya direlokasi atau grounded, pihak Garuda Indonesia tengah bernegosiasi dengan pihak lessor atau penyewa pesawat. Dengan harapan, pesawat yang disewa oleh Garuda Indonesia bisa dioperasionalkan kembali. "Perseroan saat ini terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded, di mana pendekatan yang ditempuh adalah untuk kembali dapat mengoperasikan atau melakukan early termination atau pengembalian pesawat, tentunya hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan armada sesuai demand layanan penerbangan pada era new normal. Sebagai informasi, Garuda Indonesia telah mengembalikan sejumlah armada ke perusahaan penyewa pesawat. Baru-baru ini, ada dua pesawat B737-800 NG yang dikembalikan. Hal itu tak lepas dari persoalan krisis keuangan yang dialami maskapai ini. Pengembalian itu pun membuat kode panggilan atau call sign pada pesawat tersebut berubah dari dari PK untuk Indonesia menjadi VQ untuk Bermuda. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, percepatan pengembalian pesawat dilakukan setelah adanya kesepakatan bersama antara Garuda Indonesia dan pihak lessor pesawat. Salah satu syaratnya adalah dengan melakukan perubahan kode registrasi pada pesawat terkait. Tidak hanya negosiasi dalam menurunkan tarif sewa, emiten ini juga berupaya untuk mengembalikan pesawat yang tidak sesuai dengan spesifikasi. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan, sewa pesawat merupakan salah satu komponen terbesar biaya yang harus dikeluarkan. Sebelum memasuki pandemi Covid-19 yakni pada tahun 2018 Garuda masih menanggung rugi hingga US$ 231,13 juta. Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2020, Garuda Indonesia mencetak rugi bersih sebesar US$ 1,07 miliar. Posisi tersebut berbanding terbalik ketimbang catatan pada kuartal ketiga 2019 yang mana GIAA meraup laba bersih US$ 122,42 juta. Saat ini, GIAA tengah fokus untuk meningkatkan pendapatan dari semua lini baik itu penumpang, kargo, dan lainnya. Selain terus mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, pihak Garuda Indonesia harus meningkatkan pendapatan dari bisnis angkutan kargo. Berdasarkan catatan Garuda Indonesia berhasil meningkatkan pertumbuhan kargo sebesar 12,2% pada November 2020 dari Oktober 2020 lalu menjadi 24.600 ton angkutan kargo. Emiten BUMN juga terus memperkuat jaringan penerbangan kargo internasional dalam mendukung sistem logistik nasional khususnya terkait komoditas ekspor unggulan Indonesia. Namun, upaya untuk merambah penerbangan kargo tidak cukup menolong keuangan perusahaan. Dimana Garuda Indonesia masih mengalami kerugian. Garuda akhirnya melakukan sejumlah efisiensi, termasuk memangkas jumlah karyawan. Irfan mengatakan perusahaan telah mengurangi lebih dari 20% karyawan sejak pandemi Covid-19. Pengurangan dilakukan dalam skema pensiun dini dan percepatan masa kontrak. Jumlah karyawan GIAA yang semula 7.878 orang per 31 Desember 2019 menyusut menjadi 5.400 orang pada Juni 2021. Jumlah itu masih akan berkurang karena Garuda tengah membuka opsi pensiun dini tahap kedua yang akan berlangsung Juli 2021 nanti. Manajemen GIAA mengklaim ada ratusan karyawan yang sudah mendaftarkan diri mengikuti program efisiensi ini. Manajemen menjamin perusahaan akan memenuhi pesangon dan hak-hak lainnya bagi karyawan yang pensiun lebih cepat. Garuda telah menyisihkan anggaran pensiun dari dana operasi secara perlahan-lahan yang selanjutnya pihak manajemen baru membuka pension dini tahap 2. Selain mengurangi karyawan, Garuda sedang mengkaji ulang rute-rute yang tidak profit. Manajemen membuka opsi mengurangi jumlah frekuensi penerbangan domestik, termasuk di rute favorit seperti Bali. Garuda juga membuka opsi menutup penerbangan rute internasional yang merugi. Perusahaan ini akan berfokus pada layanan domestik. Sebab sesuai data sebelum Covid-19, sebanyak 78% penumpang Garuda merupakan pelanggan rute dalam negeri. Keuangan Garuda kian memburuk setelah perusahaan menanggung utang yang menumpuk mencapai US$ 4,5 miliar atau Rp 70 triliun. Utang itu diperkirakan bertambah sampai Rp 1 triliun setiap bulan. Garuda juga merugi sebesar US$ 100 juta sebulan. Karena itu selain mengurangi beban operasional, Garuda tengah menekan masalah keuangan dengan merestrukturisasi utang-utangnya. Serikat pekerja Garuda menilai program pensiun dini yang ditawarkan pihak manajemen merupakan solusi di tengah tekanan kinerja keuangan perusahaan akibat pandemi Covid-19. Sebab, telah disepakati pula untuk tidak ada pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak. Penawaran pensiun dini dikabarkan langsung oleh jajaran direksi perusahaan kepada karyawan melalui pertemuan virtual pada Rabu (19/5/2021). Penawaran ini pun berlaku untuk semua karyawan Garuda Indonesia. Presiden Asosiasi Pilot Garuda Indonesia (APG) Muzaeni mengatakan, sebelum penawaran pensiun dini diberikan kepada karyawan, manajemen perusahaan telah lebih dulu duduk bersama dengan serikat pekerja untuk membicarakan kondisi terkini dan rencana restrukturisasi perusahaan. Karyawan sangat memahami kondisi perusahaan yang berat akibat pandemi hingga akhirnya menawarkan program pensiun dini. Menurutnya, nilai yang ditawarkan perusahaan juga sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang. Berdasarkan informasi mengenai perusahaan penerbangan besar diatas tersebut keputusan pemberhentian karyawan merupakan jalan terakhir yang ditempuh oleh Garuda Indonesia. Berdasarkan materi yang sudah anak-anak terima pada mata kuliah Manajemen SDM dan aplikasinya maka jawablah pertanyaan dibawah ini. 1. Sebagaimana diketahui mempertahankan karyawan yang memiliki potensi dan kinerja tinggi adalah kekuatan bagi perusahaan. Menurut anak-anak bagaimana Garuda Indonesia melakukan penyaringan untuk mengetahui karyawan dengan potensi tinggi tanpa harus mengeluarkan biaya yang tinggi (mengingat keuangan Garuda mengalami defisit)? (bobot 25%). 2. Setelah mengetahui siapa saja karyawan yang memiliki potensi tersebut, bagaimanakah cara Garuda mempertahankannya? Perlu diingat bahwa kesempatan program pensiun dini ini diberikan kepada seluruh karyawan. (bobot 25%). 3. Adanya perluasan usaha Garuda Indonesia dalam penerbangan kargo merupakan suatu hal baru walaupun masih di bidang penerbangan. Apakah pelatihan dan pendidikan diperlukan oleh karyawan Garuda Indonesia untuk merambah penerbangan kargo? Berikan jawaban anak-anak dengan melibatkan segala kondisi yang dialami oleh Garuda Indonesia. (bobot 25%). 4. Menurut anak-anak bagaimana kedudukan dan kekuatan serikat pekerja dalam perusahaan Garuda Indonesia? Apakah serikat pekerja telah mampu menyuarakan kebutuhan dan keluhan dari karyawan? Jelaskan jawaban anak-anak sertai dengan analisis kekuatan serta kelemahan dari serikat pekerja tersebut.