Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Manajemen Pelaporan Keberlanjutan

Kode MK - Seksi : MAP 608 - A


Nama Dosen : DR. Endang Sulistyaningsih, S.E. MSc.
Hari, Tanggal : Sabtu, 15 April 2023
Anggota kelompok :
● Jessica Jeanette Joysiana 2021-0002-0055/12021004087
● Feronia Keysia 2021-0002-0058/12021004090

Jawaban:
1. Corporate Sustainability Model
Berikut merupakan corporate sustainability model yang seharusnya dimiliki oleh sebuah
perusahaan:

Dari kasus yang disebutkan, pelanggaran yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia
meliputi:
● Mengakui utang sebagai pendapatan
● Direktur Utama Emirsyah Satar menerima suap dan melakukan korupsi
● Direktur Utama Ari Askhara menyelundupkan kendaraan mewah
● Direktur Teknik dan Pengelolaan Armada Hadinoto Soedigno menjadi tersangka
kasus korupsi
Dalam kaitannya dengan Corporate Sustainability Model, pelanggaran tersebut
terjadi dalam aspek-aspek berikut:
● Inputs internal
Inputs internal terdiri dari visi, misi, strategi, struktur, sistem, dan prosedur yang
dilakukan oleh internal perusahaan itu sendiri. Dalam kasus kesalahan laporan
keuangan dengan mengakui utang sebagai pendapatan, hal ini tentu menandakan
telah terjadi kekeliruan dalam prosedur yang dijalankan oleh PT Garuda
Indonesia. Bahwa kesalahan tersebut bisa bertahan sampai laporan keuangan final
yang ditunjukkan dengan adanya laba yang signifikan, berarti dapat disimpulkan
bahwa terjadi kesalahan dan pelanggaran etika bisnis di dalam prosedur
penyusunan laporan keuangan perusahaan. Penyusunan laporan keuangan
perusahaan tentu melibatkan banyak pihak dan telah menembus prosedur
persetujuan yang berlapis-lapis. Ketidaksetujuan baru dinyatakan di akhir oleh
dua komisaris Garuda, artinya dalam lapisan prosedur-prosedur sebelumnya,
semua pihak menyetujui kekeliruan ini. Hal ini menandakan bahwa terdapat
banyak hal yang masih harus diperbaiki dari inputs internal PT Garuda Indonesia,
khususnya dalam hal prosedur penyusunan laporan keuangan perusahaan.
Prosedur penyusunan laporan keuangan perusahaan hendaknya dapat dilakukan
dengan lebih cermat dan transparan, terlebih karena tentu laporan keuangan
perusahaan berisi transaksi-transaksi dari berbagai macam pihak. Seharusnya
dilakukan double check kembali dengan pihak-pihak yang bertransaksi dan dilihat
kembali perjanjian kerja sama yang dilakukan. Tentu dinyatakan jelas bahwa dana
tersebut merupakan utang, bukan pendapatan.
● Sustainability performance
Terdapat 9 prinsip dari sustainability performance, yaitu:

Terkait dengan kasus suap dan korupsi yang dilakukan oleh Direktur Utama
Emirsyah Satar dan Direktur Teknik dan Pengelolaan Armada Hadinoto Soedigno serta
kasus penyelundupan barang mewah oleh Direktur Teknik dan Pengelolaan Armada
Hadinoto Soedigno, kasus tersebut sudah melanggar prinsip sustainability performance,
khususnya prinsip ethics (kasus suap, korupsi, dan penyelundupan kendaraan mewah
tentu sudah melanggar kode etika bisnis perusahaan), governance (dengan melakukan
suap, korupsi, dan penyelundupan kendaraan mewah, para direksi tersebut tidak
memperhatikan kepentingan dari stakeholder lainnya dan hanya mementingkan
kepentingan pribadi semata), dan transparency (tindakan suap, korupsi, dan
penyelundupan kendaraan mewah bertentangan dengan prinsip transparansi karena
menutupi sebuah fakta/tindakan yang keliru). Seharusnya kesembilan prinsip di atas
dapat dilaksanakan dengan baik agar tercipta kinerja perusahaan yang sustainable.

2. Pelajaran dari kasus Garuda tentang Leadership dan Strategy


Dari kasus Garuda ini, hal yang dapat dijadikan pelajaran adalah bahwa dengan
terkuaknya kasus laporan keuangan yang dimanipulasi dan diketahui oleh 2 komisaris
Garuda tersebut, kasus lainnya yang merupakan korupsi dan suap juga dapat terungkap.
Dengan adanya laporan keuangan, stakeholders dapat melihat ketidaksesuaian yang
terdapat dalam laporan keuangan dengan realita yang ada. Meskipun memang tujuan
Garuda adalah untuk membuat perusahaannya terlihat tidak mengalami kerugian, sebagai
maskapai yang berada di bawah naungan pemerintah ini seharusnya tidak menutupi jika
memang ada permasalahan dalam keuangan perusahaan, sesuai dengan peraturan
pemerintah yang menyatakan bahwa setiap maskapai wajib untuk melaporkan Laporan
Keuangan Tahunan kepada Menteri Perhubungan.
Kepemimpinan yang sebelumnya buruk dengan terlibatnya jajaran direksi dalam
kasus korupsi maupun suap ini juga dapat menjadi pelajaran untuk memilih pemimpin
yang memiliki integritas serta komitmen tinggi terhadap tujuan perusahaan. Karena
dengan begitu, kepemimpinan yang ada dalam perusahaan akan membawa perusahaan
mencapai tujuan keberlanjutan jangka panjang dan berdampak baik bagi semua
stakeholders terkait.
Terkait dengan strategi perusahaan, dampak kasus ini pada Sustainability Report
tahun 2019 adalah adanya pengembangan strategi dalam Program Anti Korupsi dan
Program Pengendalian Gratifikasi dimana setiap anggota Garuda Indonesia wajib
menandatangani Pakta Integritas sebagai komitmen dalam penerapan tata kelola
perusahaan yang baik. Hal ini dapat menjadi ketetapan bahwa Good Corporate
Governance bukan hanya wajib diterapkan dan dilakukan oleh level staff saja namun juga
oleh semua jajaran manajemen hingga komisaris, agar kedepannya perusahaan dapat
terus melakukan strategi keberlanjutan.

3. Tantangan dalam pembuatan laporan perusahaan


a. Belum ada kesepakatan mengenai definisi resmi dari sustainability accounting
dan sustainability reporting/disclosure. Ada yang mengartikannya sebagai
melaporkan kegiatan ekonomi perusahaan dan dampaknya terhadap lingkungan
sosial dan lingkungan alam, ada yang mengartikannya sebagai pelaporan dampak
yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan sosial dan lingkungan
alam tanpa mempertimbgnkan ekonomi, dan lain sebagainya. Apalagi sekarang
juga sudah muncul istilah ESG. Tanpa adanya tolak ukur definisi yang pasti, akan
sulit untuk melakukan pelaporan keuangan dan keberlanjutan yang sesuai
b. Metodologi yang lemah. Praktik sustainability reporting di Indonesia masih
bersifat sukarela, belum diwajibkan bagi seluruh perusahaan. Hal ini dapat
menyebabkan metodologi pelaporan khususnya konversi data kualitatif menjadi
kuantitatif menjadi sulit.
c. Kesulitan untuk melakukan identifikasi serta menganalisa permasalahan atau isu
mengenai keberlanjutan dalam perusahaan. Manajemen menghadapi tantangan
untuk dapat menarik benang merah antara analisis strategi dan manajemen dengan
informasi manajemen, akunting, dan laporan keberlanjutan perusahaan.
d. Kompleksitas dari kesepakatan dalam kebutuhan keberlanjutan perusahaan yang
mengakibatkan fokus laporan keberlanjutan biasanya sering berubah-ubah. Hal ini
seringkali menimbulkan masalah baik dalam pengukuran maupun efektivitas
komunikasi antar manajemen.
e. Laporan keberlanjutan harus didukung oleh sistem informasi manajemen yang
berhubungan dengan masalah atau isu keberlanjutan, dimana menjadi tantangan
bagi manajemen untuk membuat dan melakukan identifikasi prioritas dalam
laporan keberlanjutan dan bagaimana cara untuk mengkomunikasikan
pemahaman mengenai keberlanjutan perusahaan sebagai kumpulan tujuan-tujuan
yang saling berhubungan.

Anda mungkin juga menyukai