Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung pemegang saham
sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya-biaya ini
dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai akibat penyalahgunaan
wewenang (wrong-doing), ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk
mencegah terjadinya hal tersebut.
Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai dampak dari pengelolaan
perusahaan yang baik tadi menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya
yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring dengan turunnya tingkat resiko
perusahaan.
Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat meningkatkan citra perusahaan
tersebut kepada publik luas dalam jangka panjang.
Faktor Eksternal
Yang dimakud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Di antaranya:
Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat.
Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul partisipasi aktif berbagai kalangan
masyarakat untuk mendukung aplikasi serta sosialisasi GCG secara sukarela.
Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan implementasi GCG
terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti korupsi yang berkembang di lingkungan
publik di mana perusahaan beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan
perluasan peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan publik sangat
mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam implementasi GCG.
Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
Di sisi lain, pajak merupakan hal penting lain dalam perekonomian suatu negara.
Penerimaan pajak yang tinggi dapat membantu menyediakan barang-barang dan jasa publik yang
tidak dapat disediakan oleh sektor swasta. Sarana dan prasarana umum seperti jalan, jembatan,
rumah sakit, sekolah memiliki peranan besar dalam kemajuan perekonomian suatu negara,
termasuk Indonesia. Sarana dan prasarana seperti ini harus disediakan oleh negara yang dananya
berasal dari masyarakat, baik individu maupun perusahaan, dalam bentuk pajak. Dengan
demikian, kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak menjadi hal yang penting untuk
diwujudkan.
Kepatuhan Pajak
Direktorat Jenderal Pajak bertugas untuk memastikan bahwa Wajib Pajak patuh kepada
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan pajak adalah salah satu sarana yang bisa
dilakukan untuk melakukan pengawasan tersebut. Dalam kenyataannya, kepatuhan Wajib Pajak
ini masih jauh dari yang diharapkan. Keterbatasan Direktorat Jenderal Pajak serta kesadaran
Wajib Pajak nampaknya menjadi penyebab masih rendahnya kepatuhan pajak ini. Wajib Pajak
yang patuh secara formal belum tentu patuh secara material.
Salah satu asas penting dalam penerapan GCG adalah asas transparansi. Apabila
perusahaan menerapkan asas ini, maka perusahaan akan menyediakan informasi bukan hanya
yang diwajibkan oleh ketentuan, tetapi juga informasi-informasi relevan lain yang dibutuhkan
oleh pemegang saham dan pemangku kepentinga. Dengan transparansi dan keterbukaan maka
pihak luar perusahaan dapat mengakses informasi penting persusahaan, termasuk informasi
perpajakan. Keputusan perusahaan terkait dengan kewajiban perpajakan perusahaan sebenarnya
memiliki dua dimensi. Keputusan untuk tidak patuh kepada ketentuan perpajakan memang
memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melakukan penghematan dan juga
memperbaiki kinerja perusahaan. Tapi di sisi lain, ketidakpatuhan terhadap ketentuan perpajakan
juga memunculkan risiko bagi perusahaan, dan juga pemegang saham. Bentuk risiko adalah
adanya kemungkinan perusahaan dikenakan sanksi, baik sanksi administrasi ataupun sanksi
pidana sesuai dengan jenis pelanggarannya. Belum lagi adanya risiko menurunkan reputasi
perusahaan yang mungkin saja mengancam keberlangsungan (sustainability) perusahaan.
Keputusan manajemen perusahaan untuk tidak patuh ini bisa terjadi karena manajemen
dikompensasi berdasarkan kinerja laba. Manajemen juga mungkin saja memiliki pandangan
jangka pendek sehingga melakukan keputusan ini. Pemegang saham di pihak lain, tentu saja
lebih memandang dalam jangka panjang. Keputusan manajemen yang penuh risiko ini tidak akan
dikehendaki oleh pemegang saham. Prinsip keterbukaan dan transparansi memungkinkan
pemegang saham dapat mengetahui keputusan manajemen dengan segera. Melalui mekanisme
RUPS misalnya, pemegang saham dapat mengendalikan perilaku manajemen yang lebih
mementingkan self interest. Dengan demikian, prinsip transparansi dalam penerapan GCG akan
membuat perusahaan lebih patuh terhadap ketentuan pajak.
Dengan demikian, penerapan asas akuntabilitas dan responsibilitas juga akan mendorong
manajemen perusahaan untuk lebih mematuhi peraturan pajak. Dengan akuntabilitas, keputusan
manajemen akan dipertanggungjawabkan, termasuk keputusan untuk mematuhi atau tidak
peraturan pajak. Jika manajemen menerapkan asas responsibiltas, maka manajemen akan
mematuhi peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan perundang-undangan perpajakan.
Penerapan asas independensi manajemen akan mengambil keputusan secara objektif dan
bebas dari konflik kepentingan. Manajemen akan mengambil keputusan sesuai dengan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan, bukan kepentingan manajemen.
Mengingat bahwa keputusan untuk mematuhi atau tidak ketentuan pajak lebih merupakan
kepentingan sendiri manajemen, bukan pemegang saham, maka prinsip independensi akan
mendorong perusahaan untuk patuh pada ketentuan pajak.
Asas terakhir dalam penerapan GCG adalah asas kewajaran dan kesetaraan. Dalam
melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan (fairness). Dalam
melaksanakan asas ini perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama kepada pemangku
kepentingan dan pemegang saham untuk memberikan masukan-masukan kepada perusahaan
demi kepentingan keberlangsungan perusahaan. Pemegang saham dan pemangku kepentingan
seperti karyawan, mitra bisnis dan masyarakat tentu menginginkan perusahaan memiliki
keberlangsungan, bukan hanya kinerja keuangan jangka pendek. Aktivitas untuk mengelak atau
menghindari pajak adalah aktivitas berisiko yang engancam keberlangsungan perusahaan.
Dengan demikian, penerapan asas kewajaran dan kesetaraan juga pada hakikatnya dapat
mendorong perusahaan untuk mematuhi pajak.
Daftar Pustaka
Wahyudi, Dudi. Dampak Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kepatuhan Pajak
Perusahaan. [online] http://www.bppk.kemenkeu.go.id Diakses tanggal 25 Mei 2017