Anda di halaman 1dari 9

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“GOOD CORPORATE GOVERNANCE”

Disusun oleh:

Nama : Efani Gustia

NPM : 022115308

7-H Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
Mata Kuliah : Etika Bisnis dan Profesi
2018
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan sebuah
perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud ataupraktik korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan para
investor, yang mengakibatkantidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan
tersebut. artinya,bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak menerapkan Corporate
Governance dengan baik. Oleh karena itu, undang-undang ini menjadi acuan awal dalam
penjabaran dan penciptaan GCG di berbagai negara. Good Corporate Governance
dimaksudkan agar tata kelola perusahaan baik sehingga bisa meminimalisir praktek-prakter
kecurangan.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah berkembang dari
sesuatu yang relative tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat dominan.
Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam pemerintahan suatu negara,
sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis
dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang
dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan
aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis
tersebut; disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk.
Dalam corporate governance selalu ada dua hal yang perlu diperhatikan. Apakah aturan atau
sistem tata-kelola sudah ada secara jelas, lengkap, dan tertulis ? Apakah aturan dan sistem yang
sudah jelas tersebut dilaksanakan dengan konsisten atau tidak ? Kedua hal tersebutlah yang
menentukan apakah sudah ada good corporate governance dalam suatu perusaan.

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

Pada awalnya, istilah “Corporate Governance” pertama kali dikenalkan oleh


Cadbury Committee di Inggris tahun 1922 yang menggunakan istilah dimaksud dalam
laporannya yang dikenal dengan Cadbury Report (dalam sukrisno Agoes, 2006). Berikut
disajikan beberapa definisi “Corporate Governance” dari beberapa sumber, diantaranya:

1. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI-2006)


FCGI tidak membuat definisi sendiri, namun mengadopsi definisi Cadbury
Committee of United Kingdom dan menerjemahkan “Seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antar pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, kreditur, pemerintah,
karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan
dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.

2. Sukrisno Agoes (2006)


Tata kelola perusahaan yang baik sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan
peran dewan komisaris, para direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya.
Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya.

3. Organization for Economics Cooperation and Development (OECD)


(dalam Tjager dkk, 2004)
The structure through which shareholders, directors, managers, set of the board
objectives of the company, the means of attaining those objectives and monitoring
performance. [Suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manager,
seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang akan digunakan dalam
mencapai tujuan dan memantau kinerja.

4. Wahyudi Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes, 2006)


Mekanisme adninistratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen
perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok kepentingan
(stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai
aturan (prosedur) dan sistem insentif sebagai kerangka kerja (framework) yang diperlukan
untuk mencapai tujuan perusahaan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut, serta
pemantauan atas kinerja yang dihasilkan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, pada intinya konsep GCG mengandung pengertian
yang berintikan 4 point, yaitu:
1. Wadah
Organisasi (perusahaan, sosial, pemerintahan).
2. Model
Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-
nilai yang meladasi praktik bisnis yang sehat.
3. Tujuan
a. Meningkatkan kinerja organisasi,
b. Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan,
c. Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam
pengelolaan organisasi,
d. Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan.
4. Mekanisme
Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang,
dan tanggung jawab :
a. Dalam arti sempit
Antar pemilik atau pemegang saham, dewan komisaris dan direksi.
b. Dalam arti luas
Antar seluruh pemangku kepentingan.

2.3 Prinsip GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Good Corporate Governance merupakan gabungan prinsip-prinsip dasar dalam membangun


suatu tatanan etika kerja dan kerjasama agar tercapai rasa kebersamaan, keadilan, optimasi
dan harmonisasi hubungan sehingga dapat menuju kepada tingkat perkembangan yang
penuh dalam suatu organisasi atau badan usaha.
Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Vision
Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada adanya visi &
strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari seluruh anggota dalam proses
pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengembangan supaya semua pihak akan
merasa memiliki dan tanggungjawab dalam kemajuan organisasi atau usahanya.
2. Participation
Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan suatu organisasi atau
badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-pihak terkait dan relevan melalui sistem
yang terbuka dan dengan jaminan adanya hak berasosiasi dan penyampaian pendapat.
3. Equality
Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan member dan menyediakan peluang
yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait bagi peningkatan kesejahter aan melalui
usaha bersama di dalam etika usaha yang baik.
4. Professional
Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in alearned
vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan pekerjaan)”. Dalam konteks ini
professional lebih dikaitkan dengan peningkatan kapasitas kompetensi dan juga moral
sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.
5. Supervision
Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau organisasi
sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan efisien, serta untuk
meminimalkan potensi kesalahan atau penyimpangan yang mungkin timbul.
6. Effective & Efficient
Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil,
sedangkan efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun
yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha harus bersifat
efektif dan efisien.
7. Transparent
Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun kepercayaan
yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola dengan masyarakat atau
anggotanya melalui ketersediaan informasi yang mudah diakses, lengkap dan up to date.
8. Accountability/Accountable
Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam meningkatkan
tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan dalam menjawab kepentingan
publik atau anggota.

9. Fairness
Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai aturan hukum harus
ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun, untuk siapapun dan oleh pihak
manapun.
10. Honest
Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau badan usaha harus
dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-jujuran pada akhirnya akan selalu
terbongkar dan merusak tatanan usaha dan kemitraan yang telah dan sedang dibangun.
Tanpa kejujuran mustahil dapat dibangun trust dan long term partnership.
11. Responsibility & Social Responsibility
Institusi dan proses pelayanan bagi kepentingan semua pihak terkait harus dijalankan dalam
kerangka waktu yang jelas dan sistematis. Sebagai warga suatu organisasi, badan usaha
dan/atau masyarakat, semua pihak terkait mempunyai tanggungjawab masing-masing dalam
menjalankan tugasnya dan juga harus memberi pertanggungjawaban kepada publik,
sehingga di dalam suatu tatanan atau komunitas dapat terjadi saling mempercayai,
membantu, membangun dan mengingatkan agar terjalin hubungan yang harmonis dan
sinergis.

2.4 Manfaat GCG

Penerapan konsep GCG merupakan salah satu upaya untuk memulihkan kepercayaan
terhadap investor dan institusi terkait di pasar modal. Menurut Tjager dkk (2003) mengatakan
bahwa paling tidak ada lima alasan mengapa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
1. Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company menunjukkan bahwa
para investor institusional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia
yang telah menerapkan GCG.
2. Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara terjadinya krisis
financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal menuntut
perusahaan untuk menerapkan GCG.
4. Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi dasar
bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan lanskap bisnis yang kini telah
banyak berubah.
5. Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Mas Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan Good
Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan dapat memberikan
manfaat antara lain:
6. Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham
akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
7. Mengurangi biaya modal (Cost of Capital).
8. Meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka panjang.
9. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan terhadap
keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan.

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep ini
menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate
Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen
tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas
rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan.
Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan
Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh
kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate
Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa
korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum
menjalankan governansi.
DAFTAR PUSTAKA

Arafat, Wilson, Mohamad Fajri MP, Smart Strategy for 360 degree GCG (Good Corporate
Governance) (October 2009). Skyrocketing Publisher. ISBN 978-979-18098-1-8
Arafat, Wilson, How To Implement GCG Effectively (July 2008). Skyrocketing Publisher.
Becht, Marco, Patrick Bolton, Ailsa Röell, Corporate Governance and Control (October 2002;
updated August 2004). ECGI - Finance Working Paper No. 02/2002.

Anda mungkin juga menyukai