Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS METODE PEMBERKASAN ARSIP DINAMIS AKTIF DI BAGIAN UMUM DAN

KEPEGAWAIAN BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh : Tri bhekti Nihayati*) Sri Ati

Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275 (10pt Normal Italic)

Abstrak
Skripsi ini berfokus pada pemberkasan dalam kegiatan kearsipan, yang sangat berperan penting dalam
memudahkan temu kembali arsip pada Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pemberkasan arsip dinamis aktif, prosedur temu kembali serta
kendala dalam pemberkasan arsip dinamis aktif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif dan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan
wawancara. Informan dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling yang terdiri atas tiga
informan, yaitu arsiparis , calon arsiparis dan satu informan kunci yag menjabat sebagai kepala Bagian Umum
dan Kepegawaian BARPUS Jateng. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan analisis data
kualitatif, yaitu terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode pemberkasan yang digunakan di Bagian Umum dan Kepegawaian
Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah yaitu dengan metode klasifikasi. Arsip diberkaskan
berdasarkan nomor klasifikasi yang didalamnya terdapat keterangan subjek untuk memudahkan dalam
penempatan dan pengambilan arsip. Pencarian arsip sudah menggunakan elektronik namun untuk pengambilan
arsipnya masih dengan cara manual mengambil di filing cabinet. Prosedur pemberkasan arsip dimulai dari
pengecekan surat, pemberian kode klasifikasi sementara serta input data ke komputer, disposisi surat oleh
pimpinan, setelah didisposisi, pengecekan kode klasifikasi, lalu dilakukan penyimpanan. Kendala yang dialami
dalam pemberkasan arsip di Badan Arsip dan Perpustakaan Jawa Tengah yaitu kurangnya filling cabinet serta
kurangnya sumber daya manusia dalam menangani arsip.
Kata kunci: Pemberkasan arsip, Arsip Dinamis Aktif, BARPUS Jateng.

Abstract
This thesis focuses on the activities of archival filing, that have very important role in facilitating retrieval of
archives at Library and Archive Agency of Central Java province. The purpose of this study was to determine
the method of active records filing, retrieval procedure and obstacles in filing records active. This study used a
qualitative research design with descriptive research and case study approach. Data collection techniques using
observation and interviews. Informants in this study got by purposive sampling consisted of three informants.
They were the archivist, a candidate archivist and one key informant who was served as chief of general affair
and personal department. Analysis of the data in this study conducted using data qualitative analysis, which
consists of data collection, data reduction, data presentation and conclusion. The results showed that the filing
method used in the Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah is by the method of classification. All
of the Archives were archived by classification metode number in which there is information about the subject
to facilitate the placement and retrieval of archives. In searching the archive hd been using electronic archives
but to capture them using manual manner which use take in filing cabinet. Archival filing procedures started
from checking a letter, giving the classification code as well as input data to the computer, the letter disposition
by the chife of general affair and personal departmen. After being disposed, checking the classification code,
and storing. For the borrowing procedure consists of four stages. Obstacles experienced in filing records at
Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah, namely the lack of filling cabinet as well as the lack of
human resources who expert in active archive.
Keywords: archive arrangement, active-dynamic archive, BARPUS Jateng

---------------------------------------------------------
*) Penulis Korespondensi
e-mail : tribhekti@gmail.com
1. Pendahuluan peneliti metode pemberkasan arsip di BARPUS
Arsip berperan penting dalam kelancaran menggunakan metode pemberkasan klasifikasi,
kegiatan suatu instansi yaitu membantu dicatat dalam kartu kendali bukan lagi pada buku
memperlancar adminstrasi instansi yang agenda. Pemberkasan arsip yang dilakukan di
bersangkutan. Oleh karena itu arsip seharusnya BARPUS berlandaskan pada azaz disentralisasi.
diperlakukan dengan baik di setiap instansi, agar Jadi disetiap sub bagian akan menyimpan arsip
tidak rusak atau bahkan hilang. Jika arsip rusak mereka di ruang kerja mereka. Meski sudah
atau hilang maka catatan riwayat kegiatan instansi dipermudah dengan penggunaan sistem yang
tersebut juga hilang. bagus, namun dalam kenyataannya pada saat
Arsip sangat bernilai untuk kegiatan sehari-hari melakukan pengelompokan berkas masih ada yang
dalam suatu instansi antar lain mempunyai nilai salah, tidak sesuai dengan klasifikasinya. Sehingga
kebuktian yang dapat dijadikan bukti asal usul, membuat arsip salah tempat penyimpanannya,
struktur, fungsi, garis haluan dan operasi badan begitu juga setelah arsip dipinjam.
korporasi atau perorangan yang menciptakan rekod. Berdasarkan latar belakang diatas dapat
Nilai administratif baik dalam pelaksanaan dirumuskan masalah yang dihadapi yaitu
kegiatan administrasi saat ini maupun yang akan baagaimana metode pemberkasan arsip dinamis
datang, nilai hukum , nilai informasional untuk aktif, serta kendala apa yang dihadapi dalam
rujukan atau penelitian yang berasal dari informasi kegiatan pemberkasan arsip Badan Umum dan
yang termuat dalam arsip, serta nilai historis nilai Kepegawaian di Badan Arsip dan Perpustakaan
yang muncul karena usianya yang luar biasa, dan Provinsi Jawa Tengah. Arsip dinamis aktif menurut
ada hubungannya dengan peristiwa bersejarah atau Sulistyo-Basuki (2003: 17) artinya arsip dinamis
seseorang. (Sulistyo-Basuki, 2005: 21-22) yang digunakan secara ajeg. Association of Records
Bentuk arsip bermacam-macam, ada yang Managers and Administrators memberi batasan
berbentuk kertas, audio visual dan arsip mikro. Ada sebagai arsip dinamis yang digunakan sedikit-
beberapa pembagian arsip salah satunya dikitnya 10 kali setahun.
berdasarkan frekuensi penggunaannya, arsip dibagi Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini
menjadi arsip dinamis aktif dan arsip dinamis yaitu untuk menganalisis metode pemberkasan
inaktif. yang digunakan untuk memberkaskan arsip
Berdasarkan PERKA ANRI nomor 18 tahun dinamis aktif, serta untuk mengetahui kendala apa
2011 arsip dinamis didefinisikan sebagai arsip yang yang dihadapi dalam proses pemberkasan arsip
digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta Bagian Umum dan Kepegawaian di Badan Arsip
arsip dan disimpan dalam jangka waktu tertentu. dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah.
Lebih spesifik lagi yaitu arsip dinamis aktif Pengertian pemberkasan menurut Perka ANRI
merupakan arsip yang frekuensi penggunannya nomor 18 tahun 2011 tentng tata cara pembuatan
tinggi dan/atau terus menerus. daftar, pemberkasan dan pelaporan, serta
Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah penyerahan arsip terjaga adalah suatu tekni atau
Nomor 109 Tahun 2003 tentang Pedoman cara pengaturan dan penyimpanan arsip secara
Pengurusan Surat di Lingkungan Pemerintah logis dan sistematis.
Provinsi Jawa Tengah (2003: 16) ada beberapa
tahap surat untuk bisa dijadikan arsip yaitu: 2. Metodologi Penelitian
penerimaan surat, pencatatan surat, pengendalian
surat, pengarahan surat, pengiriman surat, 2.1 Desain dan Jenis Metode Penelitian
penyimpanan berkas KKSM (kartu kendali surat Desain penelitian yang digunakan dalam
masuk). penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian
Pemberkasan arsip dilakukan untuk semua jenis kualitatif menurut Craswell yang dikutip oleh
arsip, baik arsip aktif, inaktif maupun statis. Tujuan Hardiansyah (2012: 8) dalam bukunya yang
dilakukannya penyimpanan arsip adalah agar tidak berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif: untuk
terjadi arsip yang beserakan dimana-mana, lebih ilmu sosial” adalah suatu proses penelitian ilmiah
rapi tempatnya, dan yang terpenting adalah akan yang lebih dimaksudkan untuk memahami
lebih mudah dalam melakukan temu kembalinya. masalah-masalah manusia dalam konteks sosial
Menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan
“Manajemen Arsip Dinamis” menyebutkan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan
beberapa metode pemberkasan arsip diantaranya yang terperinci dari para sumber informasi, serta
yaitu: sistem Abjad, sistem alfanumerik, sistem dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya
klasifikasi, sistem numerik, sistem kronologi, intervensi apa pun dari peneliti.
sistem warna, sistem klasifikasi uniform (seragam).
Sistem pemberkasan bertujuan untuk membuat
berkas yang disimpan menjadi rapi dan teratur, agar
proses temu kembali arsip menjadi mudah, cepat
dan efisien. Berdasarkan observasi yang dilakukan
Metode penelitian yang digunakan dalam sejawat atau pembimbing amat diperlukan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. penyampelan semacam ini (Endraswara, 2006 :
115).
1. Menurut Mukhtar dalam bukunya yang berjudul Peneliti menggunakan sampel purposive
“ Metode Praktis Penelitian Deskriptif sampling beralasan karena sampel yang diambil
Kualitatif”, penelitian deskriptif kualitatif langsung dari pegawai di bagian Umum dan
adalah upaya untuk mendeskripsikan seluruh Kepegawaian, mengetahui kegiatan pemberkasan
gejala atau keadaan yang ada, yaitu keadaan yang ada di bagian Umum dan Kepegawaian.
gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan. Menurut Sulistyo-Basuki (2006: 2.4 Lokasi Penelitian
112-115) ada 6 kategori yang merupakan Penelitian ini dilaksanakan di Badan Arsip dan
penelitian deskriptif yaitu: penelitian survei, Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah yang
penelitian studi kasus, kajian kausal-komparatif, beralamatkan di Jl. Dr. Setiabudi No. 201 c Srondol
kajian korelasi, kajian pengembangan, kajian Semarang. Telp. (024)7473746, 7473800, 7474170.
kecenderungan/arah gejala (trend studies) dan Fak (024)7473800.
penelitian bandingan. Dalam penelitan ini,
peneliti memilih satu kategori penelitian 2.5 Teknik Pengumpulan Data
deskriptif yang dikemukakan oleh Sulistyo- Teknik pengumpulan data perlu dilakukan
Basuki yaitu studi kasus. Penelitian studi kasus dengan tujuan agar mendapatkan data-data yang
adalah kajian mendalam tentang peristiwa, sesuai dalam penelitian. Penelitian ini
lingkungan, dan situasi tertentu yang menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
memungkinkan mengungkapkan atau memahai berikut:
suatu hal (Sulistyo-Basuki, 2006: 113).
Penelitian menganalisis metode pemberkasan
arsip dinamis aktif di Bagian Umum dan 1. Observasi
Kepegawaian Badan Arsip dan Perpustakaan Menurut Haris Hardiansyah (2012: 131) obsevasi
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan pada adalah adanya perilaku yang tampak dan adanya
pendapat Sulistyo-Basuki (2003: 108, 109, 111, tujuan yang ingin dicapai. Perilaku yang tampak
119, 120) dalam bukunya yang berjudul dapat berupa perilaku yang dapat dilihat langsung
“Manajemen Arsip dinamis” metode oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan
pemberkasan arsip diantaranya adalah: sistem dapat diukur. Dalam penelitian ini, observasi
abjad, sistem alfanumerik, sistem klasifikasi, dilakukan di Bagian Tata Usaha Badan Arsip dan
sistem numeric, sistem kronologi, sistem warna, Perpusakaan Propinsi Jawa Tengah pada bulan
sistem klasifikasi uniform (seragam). Desember 2015.

2.2 Objek dan Subjek Penelitian 2. Wawancara


Menurut Mukhtar (2013: 88) objek penelitian Menurut Moleong (2005) dalam (Hardiansyah,
dikatakan sebagai situasi sosial, yaitu lokasi atau Haris, 2012: 118) wawancara adalah percakapan
tempat yang ditetapkan untuk melakukan dengan maksud tertentu. Perckapan dilakukan oleh
penelitian. Objek dari penelitian ini adalah bagian dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
Umum dan Kepegawaian Badan Arsip dan mengajukan pertanyaan dan terwawancara
Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah. Sedangkan (intervieweer) yang memberikan jawaban atas
subjek penelitian adalah orang yang berada dalam pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti
situasi sosial yang ditetapkan sebagai pemberi mewawancarai informan mengenai metode
informasi dalam sebuah penelitian atau dikenal penyimpanan arsip dinamis aktif.
dengan informan. Subjek dari penelitian adalah
sistem penyimpanan arsip dinamis aktif. 2.6 Sumber Data
1. Data Primer
2.3 Pemilihan Informan Data primer adalah data yang dihimpun
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan langsung oleh seorang peneliti umumnya dari hasil
informasi data yang berkaitan dengan objek observasi terhadap situasi sosial dan atau diperoleh
penelitian, maka peneliti memilih cara untuk dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui
menentukan informan yaitu dengan menggunakan proses wawancara (Mukhtar, 2013: 100).
teknik purposive sampling. Sampel/ informan Data primer yang digunakan dalam penelitian ini
purposive sampling artinya sampel yang bertujuan. adalah hasil observasi dan wawancara terhadap
Penyampelan disesuaikan dengan gagasan, asumsi, pegawai Bagian Umum dan Kepegawaian di Badan
sasaran, tujuan, manfaat yang hendak dicapai oleh Arsip dan Perpustakaan Propinsi Jawa Tengah.
peneliti. Peneliti dapat mengambil sampel sesuai
“kehendaknya”, yang kadang-kadang asal mudah 2. Data Sekunder
dijangkau. Oleh karena itu, pertimbangan teman
Menurut Mukhtar (2013: 100) data sekunder berisi tentang uraian dari seluruh subkategorisasi
adalah data yang diperoleh secara tidak langsung tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan
oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber pengkodean yang sudah terselesaikan disertai
tangan kedua atau ketiga. Data sekunder dikenal dengan quote verbatim wawancara. Kesimpulan
juga sebagai data-data pendukung atau pelengkap dalam analisis data kualitatif menjurus kepeda
data utama yang dapat digunakan oleh peneliti. jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan
Jenis data sekunder dapat berupa gambar-gambar, sebelumnya dan mengungkap “what” dan “how”
dokumentasi, garfik, manuskrif, tulisan-tulisan dari temuan penelitian tersebut.
tangan dan berbagai dokumentasi lainnya. Data
sekunder dapat juga berupa data peneliti sendiri 2.8 Triangulasi Data
yang berupa dokumentatif yang dihimpun dari Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan
situasi sosial. kebenaran data sebagai pembanding terhadap data
yang telah diperoleh (Thohirin, 2012: 76). Menurut
Thohirin (2012: 76) triangulasi penelitian dapat
2.7 Analisis Data mencakupi: a) triangulasi dengan sumber dilakukan
1. Pengumpulan data dengan membandingkan dan meninjau kembali
Pada tahap awal peneltian kualitatif yaitu data dan hasil pemerhatian dengan hasil
pengumpulan data. Pada tahap ini peneliti telah wawancara; b) triangulasi dengan metode
melakukan wawancara, observasi, dan lain dilakukan dengan membandingkan data dan
sebagainya dan hasil dari aktifitas tersebut adalah meninjau kembali informasi dari pengamatan dan
data. Pada saat subjek melakukan pendekatan dan wawancara; c) triangulasi dengan teori dilakukan
menjalin hubungan dengan subjek penelitian, dengan membandingkan data hasil pengamatan dan
dengan responden penelitian, melakukan observasi, wawancara dengan teori-teori yang terkait.
membuat catatan lapangan, bahkan ketika peneliti
berinteraksi dengan lingkungan sosial subjek dan 3. Hasil Penelitian
informan, itu semua merupakan proses
pengumpulan data yang hasilnya adalah data yang 3.1 Tahapan Pemberkasan Arsip Dinamis Aktif
akan diolah. di Bagian Umum dan Kepegawaian Badan
Arsip dan Pepustakaan Provinsi Jawa Tengah
2. Reduksi Data Pemberkasan asrip adalah serangkaian kegiatan
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pengurusan arsip mulai dari surat datang samapai
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, surat siap untuk disimpan ke dalam kotak file,
pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang folder atau alat lain menurut aturan yang telah
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. direncanakan. Penataan berkas mempunyai tujuan
Reduksi data ini berlangsung secara terus menerus agar arsip yang ada di suatu badan atau organisasi
selama proyek yang berorientasi kualitatif dapat tertata dengan rapi dan akan mempermudah
berlangsung. Selama pengumpulan data berjalan, untuk menemukan kembali arsip.
terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat
ringkasan, mengode, menelusur tema). Reduksi
data ini bahkan berjalan hingga setelah penelitian 3.2 Metode Pemberkasan
dilapangan berakhir dan laporan akhir lengkap Proses pemberkasan pada bagian Umum dan
tersusun (Prastowo, 2011: 242) Kepegawaian Barpus Jateng sudah sistematis
dengan menggunakan pola klasifikasi. Pola
3. Display Data klasifikasi yang digunakan di Badan Arsip dan
Display data adalah mengolah data setengah Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah merupakan
jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan pola klasifikasi yang berasal dari Peraturan
sudah memiliki alur tema yang jelas (yang sudah Gubernur Jawa Tengah Nomor 53 Tahun 2012
disusun alurnya dalam tabel akumulasi tema) ke Tentang Pedoman Klasifikasi Arsip di Lingkungan
dalam matriks kategorisasi sesuai tema-tema Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tanggal 22
tersebut kedalam bentuk yang lebih konkret dan Nopember 2012, di dalamnya disebutkan ada 10
sederhana yang disebut dengan subtema yang klas besar yang digunakan untuk
diakhiri dengan memberikan kode (coding). mengklasifikasikan arsip, yaitu:
000 UMUM
4. Penarikan Kesimpulan 100 PEMERINTAHAN
Penarikan kesimpulan merupakan tahap terakhir 200 POLITIK
dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut 300 KEAMANAN DAN KETERTIBAN
mode interaktif yang dikemukakan oleh Miles & UMUM
Huberman (1984) dalam (Herdiansyah, 2012: 178). 400 KESEJAHTERAAN RAKYAT
Secara esensial kesimpulan dalam rangkaian 500 PEEKONOMIAN
analisis data kualitatif menurut model interaktif
600 PEKERJAAN UMUM DAN Kenyataan pengurusan surat yang ada
KETENAGAKERJAAN bagian Umum dan Kepegawaian BARPUS,
700 PENGAWASAN penulis bandingkan dengan pendapat Barthos
800 KEPEGAWAIAN (1989: 24-32), menyebutkan bahwa tahap
900 KEUANGAN pengurusuan surat adalah:
Dari kelas besar masih diturunan menjadi sub-sub 1. Penyortiran surat
klas yang lebih kecil, misalya pada klas 800 2. Penyortiran selanjutnya
Kepegawaian, 810 Pengadaan, 820 Mutasi, 830 3. Pembukaan sampul (amplop)
Kedudukan, 840 Kesejahteraan Pegawai, 850 Cuti, 4. Pengeluaran surat dari dalam
860 Penilaian, 870 Tata Usaha Kepegawaian, 880 sampul
Pemberhentian, 890 Pendidikan Pegawai. 5. Penelitian surat
Metode pemberkasan arsip yang digunakan di 6. Pembacaan surat
Bagian Umum dan Kepegawaian BARPUS Jateng 7. Penyampaian surat (intern)
yaitu sistem klasifikasi dengan dibantu indek. 8. Pencatatan surat
Sesuai dengan pendapat yang disebutkan oleh 9. Langkah akhir penanganan surat
Sulistyo-Basuki pada poin tiga, yaitu sistem Penulis menyimpulkan bahwa pengurusan surat
alfanumerik merupakan sistem pemberkasan antara teori dan kenyataan dilapangan tidak sesuai.
gabungan antara sistem abjad dengan sistem Berdasarkan teori disebutkan ada penyortiran surat
numerik. Berkas mula-mula disusun menurut angka yaitu pemilahan surat masuk surat penting, dinas,
sebagai nomor klas, baru kemudian disusun rahasia atau biasa. Sedangkangkan di Bagian
menurut subjek atau masalah surat. Umum dan Kepegawaian tidak disebutkan adanya
penyortiran surat melainkan hanya pengecekan
3.3 Azas Pengorganisasian Arsip surat. Lebih tepatnya pada Bagian Umum dan
Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa Kepegawaian tahap pengurusan suratnya kurang
Tengah sudah tepat memilih azas disentralisasi begitu lengkap dengan teori yang di sampaikan
sebagai azas pengorganisasian arsip. Karena oleh Barthos.
BARPUS merupakan suatu organisasi yang besar
dan mempunyai unit kerja yang terpisah-pisah satu 3.5 Jenis Arsip
sama lain. Penggunaan azas ini dapat membantu Jenis arsip yang ada di bagian Umum dan
mempermudah kerja arsiparis, mereka dapat Kepegawaian BARPUS Jateng adalah arsip
dengan cepat dan mudah dalam menemukan arsip tekstual dengan beragam jenis produk yang
yang tersimpan dimasing-masing unit pengolah. disimpan sebagai arsip. Arsip tekstual adalah arsip
Arsip yang disimpan juga lebih sedikit jika yan masih berupa kertas-kertas dan
dibandingkan dengan azas pengorgansasian yang penyimpanannya masih menggunakan sistem yang
tersentral. Meski akan melakukan suatu manual belum menggunakan sistem komputer.
pemborosan untuk suatu organisai yang besar, Namun mulai tahun 2011 BARPUS sudah
menurut keterangan dari slaah satu infoman itu menerapkan aplikasi komputer untuk mengelola
bukan suatu masalah karena sudah ada anggaran arsip di Bagian Umum dan Kepegawaian yang
tersendiri untuk mengadakan peralatan yang disebut SKD (sistem Kearsipan Daerah).
diperlukan untuk menyimpan arsip. Penyimpanan arsip dengan menggunakan aplikasi
ini dengan cara menscan surat lalu dimasukkan
kedalam aplikasi. Seperti input data buku kedalam
3.4 Prosedur Pemberkasan Arsip di Bagian opac perpustakaan, sistem ini juga input data surat
Umum dan Kepegawaian Badan Arsip dan kedalam aplikasi. Data yang dimasukkan berupa,
Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah indeks, kode, nomor urut, isis ringkas surat,
pengirim surat, tanggal, serta nomor surat.
Dalam kegiatan pemberkasan surat di bagian
Umum dan Kepegawaian Badan Arsip dan 3.6 Peralatan Penyimpan Arsip
Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah ada beberapa Peralatan yang digunakan serta fungsi dari
tahapan yang harus dilalui yaitu: alat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan surat 1. Sekat , memiliki fungsi sebagai berikut:
2. Pengecekan surat a. Petunjuk dan pemisah urusan satu
3. Pencatatan surat dalam data base dengan yang lain
dan kartu kendali b. Memperlihatkan hubungan antara
4. Penyampaian surat ke pemimpin masalah, sub masalah dan sub-sub
5. Disposisi surat masalah
6. Pendistribusian surat di Unit c. Untuk membedakan tingkat urusan
Pengolah d. Untuk memudahkan dalam menelusuri
7. Penyimpanan surat di Unit Pengolah berkas-berkas
e. Untuk membedakan berkas satu dengan 3.7.2 Prosedur Peminjaman Arsip
yang lain Prosedur peminjaman arsip berbeda dengan
prosedur peminjaman diperpustakaan. Kalau
hendak meminjam arsip harus melalui
2. Folder, memiliki fungsi sebagai berikut: perantara yaitu pada petugas arsip, karena
a. Untuk menyimpan arsip sehingga dapat arsip yang bersifat rahasia jadi tidak
dihimpun dalam satu wadah, berdaarkan sembarangan orang boleh mencari arsip
kesamaan urusan, masalah atau sendiri. Sesuia dengan prosedur penataan
kesamaan jenis arsip yang ada di bagan Umum dan
b. Pada folder terdapat tab untuk Kepegawaian Barpus Jateng.
mencantumkan judul (indeks) dan atau prosedur peminjaman arsip di bagian Umum
kode klasifikasi dan Kepegawaian di Barpus Jateng yaitu:
3. Filing cabinet, memiliki fungsi sebagai peminjam terlebih dahulu izin kepada kepala
berikut: merupakan tempat untuk bagian unit pengolah dengan menyebutkan
menyimpan arsip dinamis aktif, judul atau subjek/ masalah/ indeks arsip yang
penggunaannya menurut susunan vertikal, hendak dipinjam. Lalu petugas penata arsip
laci-laci filing cabinet dari atas ke bawah. mencarikan arsip yang dikehendaki
4. Map gantung, memiliki fungsi sebagai peminjam. Setelah ketemu arsip yang
tempat penyimpan lembar surat/ file dikehendaki oleh peminjam, arsip dapat
5. Kotak arsip, memiliki fungsi sebagai dibaca di tempat atau difoto kopi. Kalau foto
penyimpan berkas jika dalam filling kopi, peminjam harus meninggalkan identitas
cabinet sudah tidak muat. diri sebagai jaminan selama dia memfoto kopi
arsip. Setelah selesai dipinjam arsip
dikembalikan kepada petugas penata arsip
3.7 Proses Temu Kembali Arsip Dinamis Aktif untuk kemudian disimpan lagi ditempat
di Bagian Umum dan Kepegawaian Badan penyimpanan arsip.
Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa
Tengah 3.8 Kendala dalam Penataan Arsip Dinamis
Aktif
3.7.1 Temu Kembali Arsip Kendala yang dihadapi berkaitan dengan
Temu kembali arsip di bagian Umum dan pemberkasan arsip di bagian Umum dan
Kepegawaian dapat menggunakan dua cara, Kepegawaian yaitu: Kurangnya sarana prasarana,
yaitu secara manual dan secara elektronik. sekat yang digunakan sebagai pemisah antara
Dengan menggunakan dua cara penemuan urusan atau masalah satu dengan masalah yang lain
kembali ini bagian Umum dan Kepagawaian dalam penataan arsip, map gantung yang fungsinya
bisa mencapai waktu kurang dari 3 menit untuk tempat penyimpan lembar surat/ file dan
untuk menemukan arsip ynag dicari. filling cabinet semacam lemari yang seluruhnya
Dengan sistem elektronik alat bantu untuk terdiri dari laci-laci besar yang diperuntukkan
menemukan kembali arsipnya dengan menyimpan dokumen/arsip. Selain itu kendala yang
menggunakan aplikasi SKD (Sistem dihadapi adalah kurangnya SDM yang menangani
Kearsipan Daerah) dengan cara memasukkan arsip, satu orang bisa mengerjakan banyak
keyword pada kolom pencarian, misal dengan pekerjaan arsip.
memasukkan tanggal masuk surat, asal surat,
subjek, atau nomor surat. Kalau hasilnya 4 Simpulan
sudah keluar, maka dapat diketahui dimana 1. Metode pemberkasan yang digunakan di
letak arsip yang sedang dicari, dengan begitu Bagian Umum dan Kepegawaian Badan Arsip
dapat dengan mudah untuk menemukan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah yaitu
arsipnya. Temu kembali arsip juga ada dengan metode klasifikasi. Arsip diberkaskan
batasan waktu yang menjadi patokan untuk berdasarkan nomor klasifikasi yang didalamnya
menemukan arsip yaitu maksimal 3 menit terdapat keterangan subjek untuk memudahkan
(wawancara dengan Bapak Widhi Setyawan) dalam penempatan dan pengambilan arsip.
Berbeda dengan perpustakaan, arsip tidak bisa Metode ini sesuai dengan salah satu teori yang
dipinjam oleh semua orang karena sifat arsip disampaikan oleh Sulistyo-Basuki. Pencarian
yang bersifat rahasia. Sama seperti arsip arsip sudah menggunakan elektronik namun
dinamis aktif yang ada di bagian Umum dan untuk pengambilan arsipnya masih dengan cara
Kepegawaian BARPUS Jateng, yang tidak manual mengambil di filing cabinet.
boleh dipinjam oleh sembarangan orang, 2. Kendala yang dihadapi berkaitan dengan
melainkan hanya boleh dipinjam oleh unit pemberkasan arsip di bagian Umum dan
pengolah terkait. Kepegawaian yaitu seperti sarana dan prasarana
yang kurang memadai, ini bisa dilihat dari
Filling cabinet yang masih sedikit jumlahnya, Mulyono, Sularso, Partono, Agung Kuswantoro.
sehingga arsip harus disimpan di box arsip atau 2011. Manajemen Kearsipan.
kotak arsip, padahal box arsip berfungsi untuk Semarang. Unnes Press
menyimpan arsip inaktif. Kendala lain yang
dihadapi adalah kurangnya jumlah SDM dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik
menangani arsip, satu arsiparis harus Indosenia Nomor 18 Tahun 2011.
mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus, Tata Cara Pembuatan Daftar,
sehingga pengelolaan dan layanan menjadi Pemberkasan Dan Pelaporan, Serta
terhambat dan butuh waktu lama. Penyerahan Arsip Terjaga. Jakarta. –

Daftar Pustaka Sugono, Dendy. 2013. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT.
Abubakar, Hadi.1996. Pola Kearsipan Modern: Gramedia Pustaka Utama
Sistem Kartu Kendali. Jakarta:
Djambatan Sukoco, Badri Munir. Manajemen Administrasi
Perkantoran Modern. Jakarta:
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Erlangga
Penelitian Kebudayaa: Ideologi,
Epistimologi, dan Aplikasi. Sulistyo-Basuki. 2003. Manajemen Arsip Dinamis.
Yogyakarta: Pustaka Widyatama Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 109. --------------------. 2005. Kamus Istilah Kearsipan.
2003. Tentang Pedoman Pengurusan Jakarta: Kanisius
Surat di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah. Semarang:- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43.
2009. Tentang Kearsipan. Jakarta:-
Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Widjaja. 1986. Administrasi Kearsipan: Suatu
Data Sekunder. Jakarta: Rajawali Pers Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Mukhtar. 2013. Metode Praktis Penelitian


Deskriptif Kualitatif. REFERENSI:
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai