Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENYUSUTAN ARSIP DALAM UPAYA PENYELAMATAN

ARSIP BERNILAI GUNA DI


KEJAKSAAN TINGGI JAWA TENGAH
Wynda Priastuti*), Ary Setyadi
Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prf. Soedarto, SH, Kampus Undip
Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Analisis Penyusutan Arsip dalam Upaya Penyelamatan Arsip Bernilai Guna di
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses penyusutan
arsip dalam upaya penyelamatan arsip bernilai guna di Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah. Jenis penelitian
yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode purposive sampling digunakan
untuk memperoleh Informan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menujukkan bahwa Kejaksaan
Tinggi Jawa Tengah belum melakukan seluruh proses penyusutan arsip. Kegiatan penyerahan arsip statis
belum pernah dilakukan dan belum ada JRA atau jadwal retensi arsip sebagai pedoman baku penilaian
arsip dalam penentuan jangka simpan arsip aktif, inaktif dan nasib akhir arsip. Penyelamatan yang
dilakukan mencakup arsip bernilai guna primer bagi kepentingan pencipta arsip seperti arsip keuangan,
arsip kegiatan administratif, berkas proyek pembangunan kantor serta arsip bernilai guna sekunder bagi
kepentingan pihak di luar instansi ataupun masyarakat umum seperti berkas perkara, statistik perkara dan
arsip foto dari peristiwa yang memiliki nilai sejarah. Kendala yang dihadapi adalah penilaian arsip yang
tidak terstruktur karena belum adanya acuan berupa JRA.

Kata kunci: penyusutan, arsip, nilai guna, Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah

ABSTRACT

This thesis entitled "Analysis of Archive Depreciation in order to Rescue Valuable Archive in Central
Java Provincial High Prosecutor Office". The purpose of this study is to determine the depreciation of
archives in order to rescue the valuable archive in Central Java Provincial High Prosecutor Office. This
research is qualitative research with case study approach. Informant in this research obtained by
purposive sampling method. Data collection methods used were observation, interview, and
documentation study. The results of this study indicate that the High Court of Central Java has not done
the whole process of archives depreciation. Static archive submission activities have not been performed
and there is no JRA or archive retention schedule as a standard for archive assessment in determining the
term of active, inactive and final fate of archives. The rescued archives include primary value archives
for the benefit of archive creator such as financial archives, administrative file, office building project
files and secondary value archives for public or outsider parties such as case files, case reports and
statistics and photo archives of historical events. Constraints that remain a problem is the unstructured
archive appraisal because there is no guidance in the form of JRA (JRA) as a special guide to archives
depreciation.

Keywords: disposal, archives, archive value, central java high prosecutor.

Penulis Korespondensi.
*)

E-mail: priastutiwynda@gmail.com
1. Pendahuluan
lingkungan kejaksaan yang mencakup kegiatan
penciptaan arsip, penggunaan arsip, pemeliharaan
Arsip merupakan bukti dan rekaman dari
arsip, serta penyusutan arsip.
kegiatan atau transaksi sebuah instansi, mulai dari
Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
kegiatan terdepan sampai kepada kegiatan-kegiatan
penyusutan arsip di lingkungan Kejaksaan Tinggi
pengambilan keputusan. Arsip bukan hanya
Jawa Tengah adalah belum dilaksanakannya semua
kumpulan kertas dan dokumen, tapi lebih dari itu.
tahap penyusutan arsip serta belum adanya Jadwal
Arsip memiliki nilai guna dan informasi yang dapat
Retensi Arsip (JRA) sebagai pedoman penilaian
disebar luaskan. Arsip dapat menjadi salah satu aspek
arsip. JRA umumnya digunakan sebagai pedoman
yang menunjang kelancaran kegiatan operasional
khusus dalam menentukan retensi atau masa simpan
bagi sebuah instansi.
arsip saat aktif, inaktif serta nasib akhir arsip. Tidak
Peranan Arsip antara lain sebagai pusat
adanya JRA ini menyebabkan kegiatan penilaian
ingatan, sumber informasi serta alat pengawasan bagi
dalam penentuan retensi arsip tidak dapat
organisasi atau instansi. Arsip juga dapat bermanfaat
dilaksanakan dengan baik.
untuk bahan penelitian, dan sebagai bahan untuk
Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk
pengambilan keputusan untuk pimpinan organisasi,
mengobservasi dan memaparkannya dalam bentuk
atau penyusunan program pengembangan lembaga
skripsi. Hal yang menjadi pokok pembahasan dalam
tersebut (Sugiarto dan Wahyono, 2005:10).
penelitian ini adalah kegiatan penyusutan arsip dan
Volume arsip sebagai rekaman kegiatan akan
apa saja kendala yang mungkin muncul dalam
selalu bertambah seiring dengan perkembangan
penyusutan arsip dalam upaya penyelamatan arsip
instansi. Semakin banyak arsip yang tercipta maka
bernilai guna. Berdasarkan latar belakang di atas,
penanganan arsip juga akan menghadapi berbagai
peneliti menetapkan judul skripsi ini adalah “Analisis
persoalan dari berbagai aspek, seperti ruang
Penyusutan Arsip dalam Upaya Penyelamatan Arsip
penyimpanan, pemeliharaan, perawatan, tenaga kerja,
Bernilai Guna di Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah”.
hingga penemuan kembali arsip.
Mengingat arti penting arsip dan volume arsip
a. Pengertian Arsip
yang akan terus bertambah maka perlu adanya
Istilah arsip seperti diungkapkan oleh
manajeman pengelolaan arsip yang sistematis,
Mulyono (2011: 2) dapat berarti warkat yang
efektif, dan efisien. Pola dasar unit kearsipan di
disimpan yang wujudnya dapat berupa selembar
sebuah instansi harus dibuat atas landasan yang kuat
surat, kuitansi, data statistik, film, kaset, cd, dan
dan pemikiran yang matang serta terperinci secara
sebagainya. Dari segi lain arsip dapat diartikan
jelas agar unit kearsipan tidak mengalami stagnasi
sebagai tempat untuk menyimpan catatan, dokumen
dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Landasan
dan atau bukti-bukti kegiatan yang telah
ini penting diterapkan untuk menjamin pelaksanaan
dilaksanakan.
tugas kearsipan yang lebih efektif dan dapat
Pengertian arsip menurut Undang Undang
berkembang sesuai perkembangan ilmu pengetahuan,
Nomor 43 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :
teknologi serta mengikuti perkembangan instansi
“Arsip adalah rekaman kegiatan atau
(Abubakar, 1997: 26).
peristiwa dalam berbagai bentuk dan media
Penyusutan arsip merupakan salah satu
sesuai dengan perkembangan teknologi
tahapan dalam manajeman Kearsipan yang berperan
informasi dan komunikasi yang dibuat dan
dalam mengontrol tingkat akumulasi arsip.
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan
Pelaksanaan penyusutan arsip baik pemindahan,
daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
pemusnahan serta penyerahan merupakan suatu
organisasi politik, organisasi
kegiatan yang tidak mudah untuk dilaksanakan.
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam
Umumnya kurangnya tenaga kearsipan yang tidak
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat,
memadai untuk melakukan penyusutan arsip menjadi
berbangsa, dan bernegara.”
kendala utama, juga rendahnya kesadaran para
pegawai akan pentingnya arsip. Tidak jarang arsip-
b. Daur Hidup Arsip
arsip “musnah” secara tidak prosedural (Jumiyati,
Daur hidup arsip dapat disebut pula siklus
2010).
hidup arsip merupakan tahapan mulai dari penciptaan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah merupakan
arsip hingga pemusnahan arsip. Martono (1997: 10)
lembaga negara pelaksana kekuasaan negara,
mengemukakan bahwa pada dasarnya, ada tiga
khususnya di bidang penuntutan dan berwenang
tahapan yang dilalui arsip dalam hidupnya. Ketiga
dalam penegakan hukum. Dalam melaksanakan
tahapan tersebut ialah penciptaan (records creation),
tugasnya di bidang kearsipan Kejaksaan Tinggi Jawa
tahap penggunaan dan pemeliharaan (use and
Tengah menggunakan pedoman dari Surat Keputusan
maintenance) dan tahap istirahat (retirement).
Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor: KEP-
Pendapat lainnya mengenai tahap kehidupan
080/J.A/5/1975 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
arsip dikemukakan oleh Sedarmayanti (2008: 44)
Kearsipan dalam Lingkungan Kejaksaan. Peraturan
yang membagi siklus atau sering disebut lingkaran
ini menjelaskan tentang pengelolaan arsip di
hidup kearsipan (life span of records) menjadi tujuh
(jadwal retensi arsip) secara teratur dan tetap,
yaitu :
pelaksanaannya diatur oleh masing-masing lembaga
1. Tahap penciptaan arsip, merupakan tahap awal
negara dan badan pemerintahan yang bersangkutan
dari proses kehidupan arsip. Bentuknya berupa
(Laksmi, dkk, 2007: 234).
konsep, daftar, formulir dan sebagainya.
Pemusnahan arsip menurut Sedarmayanti
2. Tahap pengurusan dan pengendalian, yaitu
(2015: 128) merupakan tindakan atau kegiatan
tahap dimana surat masuk/ keluar dicatat
menghancurkan secara fisik arsip yang sudah
sesuai sistem yang telah ditentukan. Setelah itu
berakhir fungsinya, serta tidak memiliki nilai guna.
surat-surat tersebut diarahkan atau
Penghancuran arsip perlu dillakukan secara
dikendalikan guna pemrosesan lebih lanjut.
keseluruhan sehingga isi informasi ataupun bentuk
3. Tahap referensi, yaitu surat-surat tersebut
fisiknya tidak dapat dikenali lagi. Metode
digunakan dalam proses kegiatan administrasi
pemusnahan arsip menurut Sulistyo-Basuki (2003:
sehari-hari. Setelah surat tersebut
320) meliputi metode pencacahan, pembakaran,
diklarifikasikan dan diindeks, maka kemudian
pemusnahan kimiawi, dan pembuburan.
surat disimpan berdasarkan sistem tertentu.
Kegiatan penyusutan arsip yang ketiga adalah
4. Tahap penyusutan adalah kegiatan
penyerahan arsip, yaitu menyerahkan arsip bernilai
pengurangan arsip.
guna sekunder baik nilai informasional ataupun
5. Tahap pemusnahan, pemusnahan terhadap
sebagai bahan pertanggung jawaban yang sudah tidak
arsip yang tidak memiliki nilai guna dapat
diperlukan lagi untuk penyelenggaraan administrasi
dilakukan oleh Lembaga-lembaga Negara/
sehari-hari pada instansi. Arsip ini merupakan jenis
Badan Swasta.
arsip statis dan akan diserahkan pada lembaga
6. Tahap penyimpanan di Unit Kearsipan, Arsip
kearsipan baik kepada Arsip Nasional Republik
yang memasuki masa inaktif didaftar,
Indonesia (ANRI) ataupun lembaga kearsipan daerah.
kemudian dipindah penyimpanannya pada unit
Menurut Perka ANRI No 37 Tahun 2016
kearsipan di kantor masing-masing atau sesuai
tentang Pedoman Penyusutan Arsip, arsip yang
peraturan yang berlaku.
diserahkan oleh pencipta arsip kepada lembaga
7. Tahap penyerahan ke lembaga kearsipan
kearsipan meliputi arsip yang:
ANRI/ Lembaga Kearsipan Daerah. Tahap ini
1. memiliki nilai guna kesejarahan;
merupakan tahap terakhir dalam lingkaran
2. telah habis retensinya; dan/atau
hidup kearsipan.
3. berketerangan dipermanenkan sesuai JRA
Pencipta Arsip.
c. Penyusutan Arsip
Peningkatan jumlah arsip akan menimbulkan
d. Penilaian Arsip
permasalahan jika tidak diimbangi dengan kebijakan
Penilaian arsip atau appraisal merupakan
pengurangan atau penyusutan arsip. Menurut Laksmi,
proses menilai aktivitas badan korporasi guna
dkk (2007: 233) penyusutan adalah suatu tindakan
menentukan arsip dinamis mana yang perlu disimpan
yang diambil berkenaan dengan habisnya masa
dan berapa lama arsip dinamis tersebut perlu
simpan arsip yang telah ditentukan oleh perundang-
disimpan guna memenuhi kebutuhan badan
undangan, peraturan, atau prosedur administratif.
korporasi, persyaratan pertanggung jawaban badan
Menurut Basir Barthos (2007: 101),
korporasi, serta harapan komunitas (Sulistyo-Basuki,
penyusutan arsip adalah kegiatan pengurangan arsip
2003).
dengan cara :
Penilaian arsip dilakukan oleh tim/ panitia
1. Memindahkan arsip inaktif dari Unit
penilai arsip untuk menentukan arsip dinyatakan
Pengolah ke Unit Kearsipan dalam
musnah dalam JRA dan sudah tidak digunakan oleh
lingkungan lembaga-lembaga Negara atau
pemilik ataupun pihak lain. Appraisal didasarkan
Badan-badan Pemerintahan masing-masing.
pada nilai guna yang terkandung dalam arsip.
2. Memusnahkan arsip sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku. e. Jadwal Retensi Arsip
3. Menyerahkan arsip statis oleh Unit
Jadwal retensi adalah daftar yang memuat
Kearsipan kepada Arsip Nasional.
kebijakan seberapa jauh kelompok arsip dapat
Penyusutan arsip yang dilaksanakan oleh
disimpan atau dimusnahkan. Jadwal retensi arsip
lembaga negara, pemerintahan daerah, perguruan
menunjukkan lamanya arsip disimpan pada unit kerja
tinggi negeri, serta BUMN dan/atau BUMD
sebelum dipindahkan ke record center serta jangka
dilaksanakan berdasarkan JRA dengan
waktu penyimpanan arsip sebelum dimusnahkan atau
memperhatikan kepentingan pencipta arsip serta
diserahkan ke lembaga kearsipan (Sedarmayanti,
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
2015: 128).
Kegiatan penyusutan arsip yang pertama
Menurut International Council Archive (ICA)
adalah pemindahan arsip, yakni pemindahan arsip
tahun 2011 Isi dari jadwal retensi arsip mencakup:
dari unit pengolah ke unit kearsipan atau record
1. Schedule reference, to facilitate cross-
center. Pemindahan arsip berpedoman pada JRA
referencing
2. Identifying details, a title or description of the
disimpan; dan arsip bernilai sementara yang akan
records – this enables the entry in the schedule
dimusnahkan segera atau di kemudian hari. Nilai
to be matched with the records
guna arsip bergantung pada kepentingan dan fungsi
3. Business unit or function, records creator
penggunaannya dan didasarkan pada pengguna arsip.
4. Location or system. to enable the records to be
Nilai guna arsip dibagi menjadi 2 jenis yaitu nilai
found
guna primer dan sekunder.
5. Disposal decision, the retention period and
Nilai guna primer adalah nilai arsip didasarkan
what happens at the end of that period
pada kegunaan arsip bagi kepentingan pencipta arsip.
6. Reason for disposal decision if applicable, e.g.
Nilai guna primer menurut Sulistyo-Basuki (2003:
a specific statutory provision
314) terdiri dari :
7. Notes, for other relevant information such as
1. Nilai Guna Administratif
related records
Nilai guna sebuah seri arsip dinamis tersebut
Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa ada
bagi badan korporasi dalam melakukan tugasnya.
7 unsur pokok yang dapat dicantumkan pada JRA 2. Nilai Guna Fiskal
menurut International Council Archive (ICA), yaitu
Nilai guna arsip dinamis menyangkut
(1)jadwal referensi, (2)detail informasi arsip, dapat penggunaan uang untuk keperluan audit atau
berupa deskripsi arsip dan informasi isi arsip, (3)unit
operasional, untuk menyusun laporan tahunan
pencipta arsip, (4)lokasi atau sistem penyimpanan atau penyelesaian pengisian pajak badan
arsip untuk memudahkan temu kembali, (5)keputusan
korporasi, arsip transaksi, seperti pembelian dan
penyusutan beserta masa retensinya, (6)alasan penjualan, laporan keuangan, dan ringkasan
dilakukannya penyusutan (jika ada), dan (7)catatan
transaksi finansial.
untuk iformasi tambahan. Keputusan penyusutan
3. Nilai Guna Hukum
dalam jadwal retensi arsip berupa pemusnahan arsip,
Nilai guna arsip bagi badan korporasi
pemindahan arsip inaktif ke record center, serta
menyangkut kepentingan hokum, termasuk arsip
penyerahan arsip ke lembaga kearsipan.
dinamis yang berkaitan dengan kepemilikan,
persetujuan, transaksi, kontrak, bukti
f. Tujuan Penyusutan Arsip
menyelesaikan tugas sesuai dengan persyaratan
Pelaksanaan kegiatan penyusutan arsip
hukum.
tentunya memiliki beberapa tujuan, berikut tujuan
4. Nilai Guna Historis
penyusutan arsip menurut beberapa tokoh antara lain:
Nilai guna yang merekam sebuah peristiwa yang
Menurut Sedarmayanti (2008: 128) tujuan
bertautan dengan sebuah kegiatan; disimpan
penyusutan arsip adalah untuk:
bukan karena kepentingan bisnis melainkan
1. Mendayagunakan arsip dinamis sebagai berkas
karena kepentingan historis. Nilai historis sebuah
kerja maupun sebagai referensi.
seri arsip dinamis dikaitkan pula dengan nilai
2. Menghemat ruangan, peralatan dan perlengkapan
arsip pada masa mendatang bagi para pengguna
3. Mempercepat penemuan kembali arsip
menyangkut badan korporasi, lembaga sejenis,
4. Menyelamatkan bahan bukti
dan tokoh-tokoh dalam lembaga.
pertanggungjawaban pemerintah.
Menurut peraturan Kepala ANRI No. 19
Penyusutan mempunyai tujuan sebagai
Tahun 2011 nilai guna sekunder adalah nilai arsip
kegiatan mengurangi jumlah arsip inaktif,
yang didasarkan pada arsip diluar pencipta arsip dan
pemindahan arsip inaktif yang masuk ke skala statis
kegunaannya sebagai bahan bukti
dan pemusnahan arsip yang memang layak
pertanggungjawaban nasional dan memori kolektif
dimusnahkan. Penyusutan juga bertujuan untuk
bangsa. Jadi nilai guna sekunder adalah nilai guna
mempermudahkan pengawasan, pemeliharaan dan
arsip yang didasarkan pada kegunaan bagi
penghematan tempat terhadap arsip yang masih
kepentingan umum diluar pencipta arsip dan
bernilai guna tinggi, serta sebagai wujud manjemen
memiliki nilai kebuktian dan informasional.
yang baik dan tepat dalam lingkungan manajemen
Dua tipe nilai sekunder arsip menurut Martono
kearsipan. Peranan penyusutan juga memberi
(1997: 58) yakni nilai kebuktian (evidentional values)
gambaran manajemen kearsipan berjalan dengan
dan nilai informational (informational values).
semestinya.
1. Nilai Kebuktian
Nilai kebuktian diartikan bahwa arsip
g. Nilai Guna Arsip
mengandung keterangan yang menjelaskan atau
Menurut Sulistyo-Basuki (2003: 314) nilai
memberikan petunjuk tentang bukti keberadaan
guna arsip adalah nilai arsip yang didasarkan pada
suatu organisasi beserta fungsinya (Martono,
kegunaannya bagi kepentingan pengguna arsip, juga
1997: 58).
sebagai dasar menentukan jadwal retensi. Penentuan
2. Nilai Informasional
nilai guna merupakan faktor yang sangat menentukan
Nilai informasional maksudnya adalah nilai
dalam kegiatan penyusutan. Penentuan nilai guna
guna yang berkatan dengan informasi yang
akan memilah arsip dalam beberapa kategori yakni;
terkandung di dalam berkas yang tercipta
arsip bernilai guna permanen yang harus terus
sebagai hasil dari program atau kegiatan suatu
penelitian ini adalah staf pengelola arsip pada Unit
organisasi. (Martono, 1997: 60).
Kearsipan Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Penentuan nilai guna arsip adalah suatu
Objek penelitian adalah objek yang dapat
proses penilaian arsip untuk menentukan jangka
diamati secara mendalam, berupa kegiatan, orang,
waktu penyimpanan atau retensi arsip yang
yang ada pada tempat tertentu, bisa juga berupa
ditentukan berdasarkan pengkajian terhadap isi arsip,
peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan
penataanya, dan hubungannya dengan arsip-arsip
sebagainya (Moleong, 2009: 132). Adapun objek
lainnya (Sedarmayanti, 2008: 129).
penelitian merupakan sesuatu yang diselidiki dalam
penelitian ini, yaitu kegiatan penyusutan arsip
2. Metode Penelitian
sebagai upaya penyelamatan arsip bernilai guna.
Data dalam suatu penelitian merupakan hal
Menurut Sulistyo-Basuki (2006: 37) desain
yang penting, karena tujuan penelitian adalah untuk
penelitian adalah rencana dan struktur kerangka
mengumpulkan data (Sugiyono, 2011: 224). Selain
kerja. Desain penelitian juga dapat berarti rencana
itu tujuan dari penelitian juga untuk menilai kualitas
atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai
data, menganalisis dan mengolah data serta membuat
ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan
kesimpulan dalam bentuk temuan yang diharapkan
(Arikunto, 2010: 90). Dalam penelitian ini peneliti
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
melakukan analisis data sejak awal penelitian
Jenis data yang digunakan peneliti antara lain
bersamaan dengan proses pengumpulan data,
adalah data primer dan sekunder. Data primer
sehingga bersifat terbuka, dan fleksibel sesuai dengan
merupakan sumber-sumber dasar yang merupakan
kondisi lapangan. Penelitian dilakukan pada kegiatan
bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu. Data
penyusutan sebagai upaya penyelamatan arsip
primer diperoleh langsung dari sumbernya, diamati
bernilai guna di Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
dan dicatat untuk pertama kalinya (Nazir, 2005: 50).
Tengah.
Dalam penelitian ini, data primer diperoleh langsung
Desain penelitian ini merupakan penelitian
dari Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah melalui metode
kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian studi
observasi dan wawancara mendalam.
kasus. Peneliti melakukan penelitian kualitatif karena
Data sekunder adalah sumber data yang
penelitian kualitatif bertujuan memahami fenomena
diperoleh dengan cara membaca, mempelajari, dan
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
memahami melalui media lain yang bersumber dari
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll.
literature, buku-buku, serta dokumen perusahaan
(Moleong, 2009: 6). Penelitian deskriptif bertujuan
(Sugiyono, 2011: 139). Data sekunder yang peneliti
untuk memberi gambaran atau deskripsi tentang
gunakan berupa buku, jurnal ilmiah, serta dokumen
suatu keadaan secara objektif.
dan arsip pada instansi Kejaksaan Tinggi Jawa
Desain penelitian deskriptif digunakan untuk
Tengah.
memecahkan atau menjawab permasalahan atau
Sumber data dalam penelitian adalah subjek
fenomena yang dihadapi pada individu atau
darimana data yang diperoleh (Arikunto, 2010: 172).
kelompok tertentu situasi sekarang.
Sumber data dari penelitian adalah data yang
Studi kasus merupakan kajian mendalam
bersumber dari lisan dan tulisan. Data lisan
tentang peristiwa, lingkungan, dan situasi tertentu
didapatkan dari informasi hasil wawancara peneliti
yang memungkinkan mengungkapkan atau
dengan informan, sedangkan sumber data tertulis
memahami suatu hal. Metode studi kas us merupakan
adalah data yang dihasilkan dari buku, jurnal ilmiah,
suatu penelitian yg terinci suatu unit sosial selama
dokumen, dan sebagainya.
kurun waktu tertentu. Metode ini akan melibatkan
Informan penelitian adalah orang yang
kita dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang
pemeriksaan yang menyeluruh terhadap unit sosial
situasi dan kondisi latar belakang penelitian
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode studi
(Moleong, 2009: 97). Informan lebih diidentifikasi,
kasus dan difokuskan pada masalah penelitian
dinilai sebagai individu yang mampu atau diminta
mengenai penyusutan arsip dalam usaha
peneliti untuk memberi uraian, cerita-detail selain
penyelamatan arsip bernilai guna pada Kejaksaan
tentang dirinya dan terutama tentang individu lain,
Tinggi Jawa Tengah Tengah.
situasi dan kondisi atau peristiwa di lokasi penelitian
Menurut Moleong (2009: 132) subjek
(Hamidi, 2008: 76). Pemilihan informan dalam
penelitian dalam penelitian kualitatif adalah orang
penelitian ini menggunakan teknik purposive
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
sampling. Purposive sampling merupakan teknik
tentang situasi dan kondisi latar (lokasi atau tempat)
penentuan informan dengan mengambil informan
penelitian. Jadi subjek penelitian dapat diartikan
hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk
sebagai orang, tempat, atau benda yang diamati
menentukan informan harus memiliki kriteria tertentu
dalam penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah
yang dapat memperkuat alasan pemilihan seseorang
sumber informasi yang dibutuhkan dalam
menjadi subjek penelitian. Oleh karena itu,
pengumpulan data penelitian. Subjek dalam
pertimbangan pemilihan informan pada penelitian ini
memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Informan merupakan pegawai Kejaksaan Tinggi
data dilakukan setelah memperoleh seluruh data
Jawa Tengah yang mengelola arsip atau staf
di lapangan. Peneliti mereduksi catatan yang
yang membantu dalam pengelolaan arsip.
kompleks, rumit, dan belum bermakna agar
2. Informan terlibat langsung dalam kegiatan
memperoleh data yang penting, sesuai dengan
penyusutan arsip.
penelitian yang diteliti. Selanjutnya peneliti
Pengumpulan data merupakan langkah yang
membuat abstraksi dari data primer yang telah
sangat penting dalam melakukan penelitian. Teknik
didapatkan dengan meringkas dan merakngkum
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
data.
ini adalah observasi non-partisipan, wawancara 2. Penyajian Data (Data Display)
terstruktur serta dokumentasi lapangan yang
Penyajian data merupakan kegiatan menyajikan
berdasarkan pada metode pengumpulan data berikut :
sekumpulan informasi yang tersusun yang
1. Observasi
memberi kemungkinan adanya penarikan
Peneliti melakukan observasi non-partisipan,
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
yakni observasi yang menjadikan peneliti
Penyajian yang paling sering dilakukan untuk
sebagai penonton atau penyeleksi terhadap gejala
penelitian kualitatif adalah berupa teks naratif
atau kejadian yang menjadi topik penelitian
(Suprayogo, 2003: 194). Pada penelitian ini
(Emzir, 2012: 40). Observasi ini dilakukan agar
peneliti menyajikan data dengan bentuk teks
dapat mengerti kegiatan kearsipan yang
yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan
berlangsung di Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
dengan mengelompokkan data sesuai dengan
Tengah, khususnya kegiatan penyusutan sebagai
sub-sub pokok bahasan masing-masing.
upaya penyelamatan arsip bernilai guna.
3. Conclusion Drawing/ Verification
2. Wawancara
Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
catatan-catatan yang diperoleh di lapangan
wawancara terstruktur, yakni wawancara dengan
sehingga makna-makna yang muncul dari data
menggunakan daftar pertanyaan yang telah
dapat teruji kebenaran dan kecocokannya
disiapkan sebelumnya. Pertanyaan yang sama
(Sugiyono, 2011: 253). Verifikasi bertujuan
diajukan kepada seluruh informan, dalam
untuk memeriksa keabsahan data yang diteliti
kalimat dan urutan yang seragam (Sulistyo-
dengan melakukan teknik triangulasi.
Basuki, 2006: 171).
Data yang terkumpul melalui teknik
3. Dokumentasi
wawancara akan dicek kredibilitasnya dengan
Dokumentasi menurut Arikunto (2010: 132)
melakukan dokumentasi dan observasi. Uji
yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel
keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus valid
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan
Arikunto (2010: 25) ada dua cara yang dapat
sebagainya.” Dokumentasi disini digunakan
dilakukan oleh peneliti dalam melakukan triangulasi,
untuk bukti nyata telah melakukan penelitian
yaitu triangulasi dengan sumber yang sama tetapi
tentang aktivitas penyusutan arsip dan
dengan cara atau metode yang berbeda, dan
penyelamatan nilai guna arsip yang terjadi pada
triangulasi dengan cara atau metode yang sama tetapi
Kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah yang
dengan sumber data yang berbeda. Dalam penelitian
berupa foto-foto, video, maupun buku. Dokumen
ini peneliti menggunakan triangulasi dengan sumber
tersebut kemudian digunakan sebagai sumber
yang sama tetapi dengan cara atau metode yang
data yang dimanfaatkan untuk menafsirkan hasil
berbeda hingga data yang diperoleh peneliti menjadi
penelitian.
kuat.
Sugiyono (2011: 245) menuturkan “analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara
3. Hasil dan Pembahasan
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
3.1 Penyusutan Arsip
catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya, sehingga
Kegiatan penyusutan pada Kejaksaan Tinggi
mudah dipahami, dan temuannya dapat
Jawa Tengah dilakukan karena volume arsip yang
diinformasikan kepada orang lain.” Pada penelitian
terus meningkat dari waktu ke waktu. Kejaksaan
kualitatif data yang dianalisis bersifat sistematis
Tinggi Jawa Tengah sebagai instansi pemerintah
dikarenakan penelitian ini mengharuskan peneliti
yang menjalankan tugas sebagai alat negara penegak
untuk menganalisis data sejak awal hingga akhir
hukum sebagai penuntut umum tentunya
proses penelitian di lapangan. Menurut model Miles
menghasilkan arsip dalam jumlah yang cukup tinggi.
and Huberman dalam Sugiyono (2011: 253) terdapat
Hal ini diperkuat dengan banyaknya unit kerja pada
tiga aktivitas analisis data kualitatif yaitu :
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah yang memiliki tugas
1. Reduksi Data (Data Reduction)
dan fungsi berbeda-beda dimulai dari bidang pidana
Reduksi data merupakan proses merangkum,
pidana umum, pidana khusus, hingga bidang perdata
memilah hal yang bersifat pokok, memfokuskan
dan tata usaha negara.
pada hal-hal yang penting sesuai dengan tema
Selain karena volume arsip yang terus
dan polanya (Sugiyono, 2011: 253). Reduksi
meningkat, latar belakang dilakukannya penyusutan
di Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah adalah sarana bahwa arsip yang bernilai lebih dari sepuluh tahun
penyimpanan arsip pada unit kerja ataupun unit
(1) menjadi arsip tetap pada Depo Arsip kejaksaan,
kearsipan yang sifatnya terbatas tidak mungkin dapat
atau (2) dialihkan ke lembaga arsip nasional pusat
menampung seluruh arsip yang sudah ada dan arsip
oleh panitia pemusnahan arsip.
yang akan tercipta.
3.2 Persiapan Penyusutan Arsip Kejaksaan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah belum
Tinggi Jawa Tengah
memiliki jadwal retensi arsip (JRA) sebagai pedoman
Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan adalah
baku dalam kegiatan penyusutan arsip. Walaupun
mendaftar dan menilai arsip sebelum melakukan
sudah ada pedoman kegiatan kearsipan pada
penyusutan baik pemindahan arsip maupun
lingkungan kejaksaan pada Surat Keputusan Jaksa
pemusnahan. Khusus pada kegiatan penyusutan akan
Agung No 080. Namun Surat Keputusan tersebut
dibentuk panitia penyusutan arsip terlebih dahulu.
dirasa belum dapat menjadi pedoman baku karena
Panitia pemusnahan ini akan bertanggung jawab
hanya memuat penjenisan arsip tanpa ada keterangan
terhadap kegiatan pemusnahan arsip di lingkungan
masa simpan arsip aktif, masa simpan arsip inaktif
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah. Panitia pemusnahan
dan keterangan yang berisi rekomendasi penetapan
yang dibentuk bertugas untuk menilai arsip pada
suatu jenis arsip yang dimusnahkan, dinilai kembali,
daftar usul musnah apakah akan dimusnahkan atau
atau dipermanenkan yang digunakan sebagai dasar
disimpan kembali.
dalam penyusutan arsip dan penyelamatan arsip.
Pembentukan panitia hanya dilakukan untuk
Terlebih lagi Surat Keputusan Jaksa Agung ini dibuat
kegiatan pemusnahan arsip saja, sedangkan untuk
pada tahun 1975 yang jenis arsipnya disusun
kegiatan pemindahan arsip tidak ada panitia yang
berdasarkan struktur organisasi Kejaksaan pada tahun
dibentuk. Pembentukan panitia penyusutan arsip pada
tersebut dan saat ini struktur organisasi di lingkungan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dilakukan sesuai
kejaksaan sudah jauh sehingga arsip yang dihasilkan
dengan pasal 22b pada SK Jaksa Agung yang
pun berubah.
menyatakan bahwa panitia pemusnahan/ pengalihan
arsip untuk tingkat kejaksaan tinggi terdiri dari paling
Gambar 3.1 Surat Keputusan Jaksa Agung
sedikit 5 (lima) anggota yang diketuai Asisten
Nomor Kep-080/J.A/5/1975
Pengawasan dengan pejabat arsip sebagai sekretaris
dan tidak ada kriteria khusus lainnya.

Gambar 3.2 Daftar Panitia Penghapusan Arsip

Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah baru 3.3 Proses Penyusutan Arsip di Kejaksaan Tinggi
melakukan dua kegiatan penyusutan yakni Jawa Tengah
pemindahan dan pemusnahan. Kegiatan penyerahan Sebelum melakukan kegiatan penyusutan arsip
belum pernah dilakukan oleh Kejaksaan Tinggi Jawa tentunya dibutuhkan penilaian dari masing-masing
Tengah baik kepada lembaga kearsipan tingkat arsip sesuai dengan jenis dan isi informasinya.
provinsi maupun lembaga kearsipan nasional yakni Penilaian arsip atau yang biasa disebut dengan
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI). appraisal merupakan proses menilai aktivitas badan
Arsip statis pada Kejaksaan Tinggi Jawa korporasi guna menentukan arsip mana yang perlu
Tengah disimpan pada depo arsip (record center) disimpan dan berapa lama arsip tersebut perlu
pada unit kearsipan yang sesuai pada pasal 17 nomor disimpan guna memenuhi kebutuhan badan korporasi
8 Surat Keputusan jaksa agung no 080 menyatakan dan persyaratan pertanggung jawaban badan
korporasi (Sulistyo-Basuki, 2003: 313).
Penilaian arsip inaktif yang akan dipindahkan
1. Penyeleksian arsip (memastikan arsip tersebut
ke unit kearsipan diserahkan kepada petugas masing-
sudah memasuki masa inaktif)
masing unit kerja dengan pertimbangan unit kerja 2. Pendaftaran (daftar arsip yg dipindahkan)
lebih mengerti isi informasi dan nilai guna dari arsip
3. Pembuatan Berita Acara
yang mereka hasilkan, serta dapat menilai arsip
4. Pelaksanaan Pemindahan arsip
manakah yang mungkin masih dibutuhkan di masa
depan. Penilaian juga dilakukan dengan koordinasi
Gambar 3.3 Berita Acara Pemindahan Arsip Inaktif
bersama staf dari unit kearsipan. Sedangkan untuk
ke Unit Kearsipan
penilaian pada kegiatan pemusnahan dilakukan oleh
panitia pemusnahan arsip.
Penilaian arsip pada Kejaksaan Tinggi Jawa
Tengah pada umumnya berpedoman pada Surat
Keputusan Jaksa Agung No 080 Pasal 9 yang
menguraikan jangka waktu penyimpanan jenis-jenis
arsip dalam 4 jenis, yaitu:
1. Arsip tidak penting kurang dari 1 tahun;
2. Arsip berguna sekurang-kurangnya 2 tahun,
paling lama 5 tahun;
3. Arsip penting sekurang-kurangnya 10 tahun,
paling lama 20 tahun;
4. Arsip tetap/ abadi untuk selama-lamanya.
3.3.1 Pemindahan Arsip
Pemindahan arsip inaktif dilakukan oleh setiap
unit kerja pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah.
Pemindahan dilakukan dengan penilaian terhadap
arsip, kemudian akan dibuat daftar arsip dari hasil
penilaian tersebut yang akan tercantum dalam berita
acara pemindahan arsip. Barulah kemudian dilakukan
pemindahan arsip inaktif ke unit kearsipan. Prosedur
ini hanya berlaku pada arsip yang mempunyai masa 3.3.2 Pemusnahan Arsip
simpan inaktif, sedangkan arsip yang tidak berguna Setelah dilakukan pemindahan Arsip inaktif
tidak perlu dibuatkan berita acara karena akan dari unit kerja ke unit kearsipan, arsip inaktif akan
langsung dimusnahkan setiap akhir tahun. disimpan pada depo arsip dalam jangka waktu
Kegiatan pemindahan arsip inaktif dari unit tertentu sesuai dengan jenis arsipnya. Setelah masa
pengolah ke unit kearsipan dimulai dari kegiatan simpan arsip inaktif ini habis maka akan dilakukan
penyeleksian untuk memastikan arsip tersebut sudah penliaian kembali untuk menentukan nasib akhir
memasuki masa inaktif. Penyeleksian arsip ini arsip apakah menjadi arsip permanen atau berakhir
dilakukan dengan pedoman Surat Keputusan Jaksa musnah.
Agung Nomor 080 pada jenis arsip yang tercantum. Kegiatan penyusutan pada Kejaksaan Tinggi
Jika arsip tersebut tidak terdaftar pada Surat Jawa Tengah dilakukan oleh unit kearsipan. Arsip-
Keputusan, penilaian akan diserahkan pada masing- arsip pada unit kerja yang tidak memiliki masa
masing unit kerja untuk menentukan jangka simpan simpan inaktif juga akan diserahkan pada unit
arsip. Namun pada umumnya arsip di unit kerja akan kearsipan. Contoh jenis arsip yang tidak memiliki
disimpan selama kurang lebih 2-3 tahun sebelum masa simpan inaktif adalah surat-surat undangan dan
berubah status menjadi arsip inaktif dan diserahkan tembusan-tembusan.
ke unit kearsipan. Arsip yang tidak memiliki masa simpan inaktif
Setelah melakukan penilaian arsip dan ini akan di dipindahkan pada unit kearsipan dan akan
penyeleksian arsip tahap selanjutnya adalah membuat di musnahkan bersama dengan arsip inaktif yang
daftar arsip inaktif serta berita acara untuk arsip yang sudah habis masa simpannya. Pemindahan arsip ini
akan dipindahkan ke unit kearsipan atau record umumnya dilakukan pada akhir tahun menjelang
center. Setelah itu barulah arsip inaktif tersebut dilakukannya pemusnahan oleh unit kearsipan dan
dipindahkan kepada unit kearsipan Kejaksaan Tinggi dilakukan tanpa dilengkapi dengan daftar arsip
Jawa Tengah. Sebelum disimpan pada depo arsip, ataupun berita acara. Hal ini dilakukan karena
unit kearsipan akan memeriksa daftar arsip dan berita informan menganggap arsip tersebut merupakan arsip
acara yang dibuat oleh masing-masing unit kerja. tidak penting dan sudah tidak memiliki nilai guna
Kemudian dilakukan penerimaan arsip dan sehingga tidak perlu dibuatkan daftar arsip dan berita
penyimpanan arsip inaktif pada depo arsip. acaranya.
Kegiatan pemindahan arsip inaktif pada Sejak tahun 2016 pelaksanaan pemusnahan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dapat dijabarkan arsip pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dilakukan
dalam beberapa langkah singkat sebagai berikut : dengan peleburan arsip yang bekerja sama dengan
pihak ketiga yakni pabrik peleburan kertas PT Pura.
Sebelumnya pemusnahan arsip dilakukan dengan
kearsipan untuk bekerja sama dalam mengelola arsip
merajang kertas dengan mesin penghancur kertas
statis. Selain itu pihak kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
atau yang biasa disebut dengan paper shredder.
juga menganggap jika akses untuk arsip statis akan
Namun karena banyaknya volume arsip yang harus
lebih mudah dilakukan jika menyimpan sendiri di
dimusnahkan dan sumber tenaga yang terbatas,
depo arsip mereka.
kegiatan pemusnahan kini dilakukan lewat kerja
3.4 Upaya Penyelamatan Arsip Bernilai Guna di
sama dengan pihak ketiga dari pabrik peleburan
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah
kertas.
Penyelamatan Arsip pada Kejaksaan Tinggi
Jawa Tengah mencakup dari banyak bidang atau unit
Gambar 3.4 Dokumentasi Kegiatan Pemusnahan
kerja yang berbeda-beda. Arsip tersebut juga
Arsip
tentunya memiliki nilai guna yang berbeda beda, baik
nilai guna primer maupun nilai guna sekunder. Jenis
arsip-arsip tersebut antara lain adalah arsip keuangan,
berkas perkara, berkas proyek pembangunan kantor,
laporan tahunan, arsip kepegawaian, hingga arsip
khusus berbentuk foto.
Arsip-arsip yang diselamatkan merupakan
arsip yang memiliki nilai guna baik nilai guna primer
atau pun sekunder. Nilai guna primer, yaitu arsip
yang didasarkan pada kegunaan pelaksanaan tugas
dan fungsi lembaga/instansi pencipta arsip sedangkan
nilai guna sekunder adalah nilai arsip yang
didasarkan pada kegunaan arsip bagi kepentingan
pengguna arsip diluar pencipta arsip dan
kegunaannya sebagai bahan bukti
pertanggungjawaban nasional dan memori kolektif
bangsa.
Arsip bernilai guna yang diselamatkan oleh
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah mencakup arsip
bernilai guna primer dan sekunder. Contoh arsip
bernilai guna primer adalah arsip keuangan yang
Secara garis besar kegiatan pemusnahan arsip bernilai guna fiskal, laporan tahunan yang bernilai
pada Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dapat guna administrasi. Sedangkan arsip bernilai guna
dijabarkan pada langkah-langkah berikut: sekunder antara lain arsip foto dan statistik yang
1. Pembentukan panitia pemusnahan arsip mempunyai nilai guna informasional. Foto dapat
2. Pemeriksaan arsip (memastikan arsip inaktif merekam peristiwa atau kejadian untuk pemberitaan,
tersebut akan berakhir musnah atau disimpan bahan bukti dan pelengkap pemberitaan. Arsip foto
permanen) berfungsi sebagai nilai informasional yang penting
3. Pendaftaran (daftar arsip usul musnah) untuk melengkapi data dalam laporan.
4. Penilaian, persetujuan & pengesahan Manfaat yang dirasakan dari penyelamatan
5. Pembuatan berita acara nilai guna informasi pada Kejaksaan Tinggi Jawa
6. Pelaksanaan pemusnahan arsip Tengah adalah dengan tersedianya (keberadaan) arsip
bernilai guna yang keberadaannya masih dibutuhkan
3.3.3 Penyimpanan Arsip Statis bagi instansi ataupun arsip statis yang sudah tidak
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah belum pernah dipergunakan lagi secara langsung untuk kegiatan
melakukan penyerahan arsip statis kepada lembaga operasional manajemen organisasi pencipta arsip
kearsipan baik lembaga kearsipan provinsi maupun tetapi memiliki nilai guna berkelanjutan berupa
lembaga kearsipan nasional atau ANRI. Oleh karena informasi ataupun kesejarahan.
itu unit kearsipan menyimpanan sendiri arsip statis Arsip bernilai guna tersebut dapat
mereka pada depo arsip. dimanfaatkan oleh berbagai pihak baik dari dalam
Penyerahan arsip statis kepada lembaga instansi (pegawai Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah)
kearsipan baik tingkat provinsi ataupun nasional ataupun pihak di luar instansi (instansi lain ataupun
belum dilakukan karena belum mengerti bagaimana masyarakat umum). Pegawai Kejaksaan Tinggi Jawa
seharusnya kegiatan penyerahan dilakukan dan Tengah umumnya menggunakan arsip tersebut
belum ada kesadaran dari pihak instansi untuk sebagai bahan referensi dalam melaksanakan
melakukan penyerahan arsip statis. Faktor lain yang kegiatan operasional, sedangkan masyarakat umum
menyebabkan belum dilakukannya penyusutan biasanya mencari informasi tentang sebuah perkara
adalah belum adanya koordinasi dari pihak ataupun statistik untuk keperluan informasi ataupun
kejaksaan, baik Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah penelitian. Pihak luar dapat mengakses informasi ini
dengan Kejaksaan Agung dengan pihak lembaga
pada pelayanan informasi publik, tentunya dengan
Penyusutan arsip yang dilakukan pada
mengajukan surat izin terlebih dahulu.
Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah yakni pemindahan
arsip dari unit pengolah ke unit kearsipan dan
Gambar 3.5 Contoh arsip yang diselamatkan: Berkas
pemusnahan arsip yang sudah tidak memiliki nilai
perkara dan arsip foto
guna. Kegiatan penyerahan arsip statis ke lembaga
kearsipan belum pernah dilakukan karena pihak
instansi menganggap akses arsip akan lebih mudah
jika disimpan sendiri.
Kegiatan penilaian arsip pada Kejaksaan
Tinggi Jawa Tengah dilaksanakan oleh unit pencipta
arsip disertai koordinasi dengan unit kearsipan.
Penilaian berpedoman pada Surat Keputusan Jaksa
Agung Republik Indonesia Nomor : KEP-
080/J.A/5/1975 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kearsipan dalam Lingkungan Kejaksaan. Pedoman
ini tidak dapat menjadi acuan yang baku karena tidak
mencakup seluruh jenis arsip yang diciptakan dan
hanya memuat penjenisan arsip tanpa masa retensi
arsip yang jelas dalam masa penyimpanan aktif,
3.5 Kendala Penyusutan dalam Upaya inaktif, dan nasib akhir arsip. Kegiatan penilaian
Penyelamatan Nilai Guna Arsip arsip yang belum tercantum pada SK Jaksa Agung
Berdasarkan pemaparan hasil wawancara dilakukan secara tidak terstruktur karena belum ada
tersebut dan observasi yang dilakukan peneliti dapat pedoman yang baku.
disimpulkan bahwa kendala yang dihadapi Kejaksaan Penyelamatan arsip pada Kejaksaan Tinggi
Tinggi Jawa Tengah terbagi menjadi dua, yakni Jawa Tengah dilakukan pada arsip bernilai guna
kendala internal dan kendala eksternal. primer yang berguna bagi instansi pencipta arsip dan
Kendala internal merupakan kendala atau nilai guna sekunder yang berguna bagi pihak di luar
hambatan yang berasal dari dalam instansi. Kendala instansi ataupun masyarakat umum. Contoh arsip
internal yang dihadapi Kejaksaan Tinggi Jawa bernilai guna primer yang diselamatkan meliputi
Tengah dalam kegiatan penyusutan arsip sebagai arsip laporan keuangan tahunan tahun anggaran 2015,
upaya penyelamatan arsip bernilai guna adalah laporan rancangan dan pertimbangan hukum, laporan
kendala pada sumber daya manusia (SDM) yang tahunan pencapaian kinerja asisten pembinaan, dan
belum sepenuhnya sadar akan pentingnya berkas proyek pembangunan kantor. Sedangkan
pengelolaan arsip yang baik. Khususnya staf dari contoh arsip bernilai guna sekunder meliputi berkas
pengelola arsip belum melaksanakan penilaian dan perkara penggelapan dan penipuan atas nama
penyusutan arsip sesuai jadwal dan ketentuan yang Hermawan Budi Santosa tahun 2000, statistik
berlaku. penanganan perkara tindak pidana korupsi tahap
Kendala eksternal merupakan kendala atau penyelidikan, penyidikan dan penuntutan periode
hambatan yang berasal dari luar instansi. Kendala tahun 2015, Rekapitulasi Penyelesaian Perkara
eksternal yang dihadapi Kejaksaan Tinggi Jawa Penting Tindak Pidana Umum, arsip foto kasus
Tengah dalam kegiatan penyusutan arsip sebagai pengeboman kampung Batik Sari, Semarang tahun
upaya penyelamatan arsip bernilai guna antara lain 1998, dan sebagainya.
sarana yang kurang mumpuni, serta prasarana yang
belum mendukung terciptanya pengelolaan arsip Daftar Pustaka
yang baik.
Belum adanya jadwal retensi arsip (JRA) Abubakar, Hadi. 1997. Cara-cara Pengolahan
sebagai pedoman dalam kegiatan penyusutan arsip. Kearsipan yang Praktis dan Efisien. Jakarta:
Menjadi kendala utama dalam penilaian arsip. Djambatan.
Selama ini belum ada aturan khusus yang mengatur Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
masa simpan arsip pada lingkungan Kejaksaan Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
Tinggi Jawa Tengah sehingga kegiatan penyusutan Cipta.
dilakukan dengan kondisional dengan Arsip Nasional Republik Indonesia. 2011. Peraturan
memperkirakan sendiri nilai guna dan masa simpan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
arsip tersebut. Nomor 19 tentang Pedoman Penilaian
Kriteria dan Jenis Arsip yang Memiliki Nilai
4. Simpulan Guna Sekunder. Jakarta: Arsip Nasional
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang Republik Indonesia.
telah dikemukakan, maka dapat di ambil kesimpulan 2012. Peraturan Kepala Arsip Nasional
sebagai berikut: Republik Indonesia Nomor 20 tentang
Pedoman Pengelolaan Unit Kearsipan pada
Lembaga Negara. Jakarta: Arsip Nasional
Republik Indonesia.
2016. Peraturan Kepala Arsip Nasional
Republik Indonesia Nomor 37 tentang
Pedoman Penyusutan Arsip. Jakarta: Arsip
Nasional Republik Indonesia.
Barthos, Basir. 2007. Manajemen Kearsipan untuk
Lembaga Negara, Swasta, dan Perguruan
Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamidi. 2008. Metode Penelitian Kualitatif:
Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang: Umm Press.
International Council Archive (ICA). 2011. “Guide
for Disposal of Records.”
<https://www.ica.org/sites/default/files/ICA
_guide-for-disposal-records_EN.pdf>
Diakses pada 6 Juli 2017.
Jumiyati, E. 2010. Penyusutan Arsip di Pusat
Teknologi Bahan Bakar Nuklir. Pin
Pengelolaan Instalasi Nuklir, 3(5).
<http://jurnal.batan.go.id/index.php/pin/artic
le/view/2475/2274> Diakses 11 Juni 2017.
Laksmi, dkk. 2008. Manajemen Perkantoran
Modern. Jakarta: Penaku.
Martono, Budi. 1997. Penyusutan dan Pengamanan
Arsip Vital dalam Manajeman Kearsipan.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodelogi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyono, Sularso, dkk. 2011. Manajemen Kearsipan.
Semarang: Unnes Press.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalla
Indonesia.
Pemerintahan Republik Indonesia. 2009. Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang
Kearsipan. Lembaran Negara RI Tahun
2009. Jakarta: Sekretariat Negara.
Sedarmayanti. 2008. Tata Kearsipan dengan
Memanfaatkan Teknologi Modern.
Bandung: Mandar Maju.
Sugiarto, Agus dan Wahyono. 2005. Manajemen
Kearsipan Modern: dari Konvensional ke
Basis Komputer. Yogyakarta: Gava Media.
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sulistyo-Basuki. 2003. Manajemen Arsip Dinamis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2006. Metode Penelitian. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.

Anda mungkin juga menyukai