Disusun Oleh:
Nama – NIM
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
C. Retensi Dokumen......................................................................................10
D. Penyeleksian Arsip....................................................................................11
E. Penyusutan Arsip......................................................................................11
A. Kesimpulan................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dokumen berupa arsip merupakan rekaman kegiatan atau peristiwa
dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga negara,
pemerintahan daerah, badan swasta, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan dalam
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Dokumen kearsipan juga dikatakan sebagai salah satu sumber informasi
manajemen. Oleh karena itu, arsip merupakan sesuatu yang penting dalam
kegiatan administrasi maupun pelaksanaan tugas suatu lembaga.
Mengingat arti penting arsip maka perlu adanya sistem pengelolaan yang
sistematis, efektif, dan efisien.
Arti penting arsip bukan menjadi alasan untuk menyimpan seluruh
arsip yang dimiliki oleh suatu instansi. Hanya yang benar-benar memiliki
nilai guna yang tinggi perlu untuk disimpan secara permanen. Arsip yang
nilai gunanya tinggi perlu untuk disimpan secara permanen, sedangkan
untuk arsip yang tidak memiliki nilai guna yang tinggi, apabila telah habis
retensi perlu untuk dilakukan pemusnahan. Walaupun demikian bukan
berarti untuk memusnahkan arsip yang tidak bernilai guna dapat dilakukan
dengan sembarang, tetapi pemusnahan harus melalui mekanisme yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Hasibuan, 2012).
Pekerjaan atau kegiatan yang berkaitan dengan pengurusan arsip
disebut manajemen kearsipan. Manajemen kearsipan adalah pekerjaan
pengurusan arsip yang meliputi penciptaan, pencatatan, pendistribusian,
penyimpanan, pemeliharaan dan pengamanan, pengawasan, pemindahan
dan pemusnahan. Pekerjaan tersebut meliputi siklus hidup arsip (life cycle
of archive). Manajemen kearsipan (record management) memiliki fungsi
untuk menjaga keseimbangan arsip dalam segi penciptaan, lalu lintas
dokumen, pencatatan, penerusan, pendistribusian, pemakaian,
penyimpanan, pemeliharaan, pemindahan dan pemusnahan arsip.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemusnahan dokumen?
2. Bagaimana tata cara pemusnahan dokumen sesuai dengan prosedur?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian pemusnahan dokumen.
2. Unruk memahami tata cara pemusnahan dokumen sesuai prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dokumen Arsip
Istilah arsip seperti diungkapkan oleh Mulyono (2011: 2) dapat berarti
warkat yang disimpan yang wujudnya dapat berupa selembar surat, kuitansi, data
statistik, film, kaset, cd, dan sebagainya. Dari segi lain arsip dapat diartikan
sebagai tempat untuk menyimpan catatan, dokumentasi yang telah dilaksanakan.
Pengertian arsip menurut Undang Undang Nomor 43 Tahun 2009 adalah
sebagai berikut: “
Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi yang dibuat dan diterima oleh lembaga
negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan,
organisasi politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.”
Arsip memiliki daur hidup atau dapat disebut sebagai siklus hidup arsip
yakni merupakan tahapan mulai dari penciptaan arsip hingga pemusnahan arsip.
Martono (1997: 10) mengemukakan bahwa pada dasarnya, ada tiga tahapan yang
dilalui arsip dalam hidupnya. Ketiga tahapan tersebut ialah penciptaan (records
creation), tahap penggunaan dan pemeliharaan (use and maintenance) dan tahap
istirahat (retirement). Pendapat lainnya mengenai tahap kehidupan arsip
dikemukakan oleh Sedarmayanti (2008: 44) yang membagi siklus atau sering
disebut lingkaran hidup kearsipan (life span of records) menjadi tujuh yaitu:
1. Tahap penciptaan arsip
Tahap ini merupakan tahap awal dari proses kehidupan arsip.
Dengan bentuk pembuatan konsep, daftar, formulir dan sebagainya.
2. Tahap pengurusan dan pengendalian,
Tahap ini merupakan tahap dimana surat masuk atau keluar dicatat
sesuai sistem yang telah ditentukan. Setelah itu surat-surat tersebut
diarahkan atau dikendalikan guna pemrosesan lebih lanjut.
3. Tahap referensi
Pada tahap ini surat-surat yang telah dicatat digunakan dalam
proses kegiatan administrasi sehari-hari. Setelah surat tersebut
diklarifikasikan dan diindeks, maka kemudian surat disimpan berdasarkan
sistem tertentu.
4. Tahap penyusutan
Tahap ini merupakan kegiatan pengurangan arsip suatu badan
swasta atau lembaga negara.
5. Tahap pemusnahan
Pemusnahan terhadap arsip yang tidak memiliki nilai guna dapat
dilakukan oleh Lembaga-lembaga Negara/ Badan Swasta.
6. Tahap penyimpanan di Unit Kearsipan
Arsip yang memasuki masa inaktif didaftar, kemudian dipindah
penyimpanannya pada unit kearsipan di kantor masing-masing atau sesuai
peraturan yang berlaku.
7. Tahap penyerahan ke lembaga kearsipan ANRI/ Lembaga Kearsipan
Daerah.
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam lingkaran hidup
kearsipan.
D. Penyeleksian Arsip
Seleksi arsip yang dilakukan dalam tahap ini berdasarkan pada Jadwal
Retensi Arsip. Arsip yang telah di seleksi ini akan dipisahkan untuk dilakukan
penyusutan arsip. Arsip-arsip yang sudah diusulkan musnah serta arsip yang masa
retensinya sudah habis akan dibuatkan daftar pemusnahan atau yang biasa dikenal
dengan Daftar Pertelaan Arsip (DPA). Sedangkan arsip-arsip yang masih
memiliki nilai guna atau masih memiliki masa retensi akan disimpan kembali di
pusat arsip instansi dan untuk arsip yang menjadi arsip penting (statis)
dipindahkan ke Arsip Nasional (ANRI).
E. Penyusutan Arsip
Peningkatan jumlah arsip akan menimbulkan permasalahan jika tidak
diimbangi dengan kebijakan pengurangan atau penyusutan arsip. Menurut
Laksmi, dkk (2007: 233) penyusutan adalah suatu tindakan yang diambil
berkenaan dengan habisnya masa simpan arsip yang telah ditentukan oleh
perundang- undangan, peraturan, atau prosedur administratif.
Penyusutan arsip tidak terlepas dari suatu kenyataan bahwa setiap organisasi
berjalan selalu melaksanakan kegiatan administrasi. Kegiatan administrasi ini
menghasilkan arsip yang pada hakikatnya adalah catatan/rekaman informasi suatu
kegiatan. Seiring dengan berjalannya organisasi tersebut volume arsip akan
semakin bertambah yang berakibat menumpuknya arsip apabila tidak dilakukan
pengelolaan. Menumpuknya arsip ini akan menimbulkan permasalahan, antara
lain: (Azmi, 2016 )
1. Ruang penyimpanan
Suatu pemandangan yang sering ditemui adalah arsip menumpuk
di mana-mana, seperti di sudut ruangan, bawah tangga, kolong meja kerja
ataupun dalam gudang penyimpanan bercampur dengan barang-barang
kantor lainnya. Kondisi ini akan menarik dan muncul di permukaan ketika
arsip yang diperlukan tidak dapat ditemukan dan mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi.
Di sini baru disadari bahwa arsip memiliki anti penting dalam
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi. Oleh
karena itu, arsip yang menumpuk tersebut perlu dilakukan pengelolaan
agar dapat dimanfaatkan informasinya dalam berbagai kepentingan dinas.
Salah satu penanganan terhadap menumpuknya arsip adalah penyediaan
ruang penyimpanan.
Arsip yang tersebar di mana-mana tersebut dalam satu unit perlu
disimpan dalam satu ruangan tersendiri sehingga akan memudahkan dalam
mengorganisasikan arsip. Namun, semakin lama arsip dalam satu ruangan
ini pun akan semakin bertambah volumenya dan tidak tertampung lagi
dalam satu ruangan tersebut sehingga memerlukan ruang penyimpanan
lagi. Gambaran seperti inilah yang akan terjadi apabila tidak dilakukan
penyusutan terhadap arsip.
2. Penyediaan tenaga pengelola
Untuk mengatasi penumpukan arsip sehingga dapat dimanfaatkan
informasinya diperlukan penataan arsip. Dalam melaksanakan penataan
arsip diperlukan tenaga pelaksana apa pun namanya (Arsiparis/non-
Arsiparis). Penyediaan tenaga pengelola ini bukan masalah yang sederhana
karena menyangkut kebijakan keuangan maupun pembinaannya. Semakin
menumpuk arsip dalam suatu organisasi akan memerlukan tenaga
pengelola semakin banyak. Untuk mengatasi permasalahan mengenai
tenaga pengelola ini, sebaiknya tidak menunggu arsip harus menumpuk
banyak, tetapi secara terprogram dilakukan penyusutan arsip.
3. Penyediaan Peralatan
Arsip dengan volume banyak secara otomatis memerlukan
peralatan untuk penataan maupun penyimpanan yang banyak pula.
Kebutuhan peralatan kearsipan untuk satu ruang penyimpanan arsip tentu
berbeda dengan dua ruang penyimpan yang memerlukan peralatan lebih
banyak. Hal yang lebih tidak efisien lagi adalah arsip yang disimpan
tersebut sudah tidak memiliki nilai guna bagi organisasi tersebut artinya
bahwa kondisi yang terjadi tersebut merupakan pemborosan. Pemborosan
terhadap peralatan kearsipan ini dapat ditekan dengan melakukan
penyusutan arsip sehingga arsip yang disimpan adalah arsip yang benar-
benar masih bernilai guna bagi kepentingan organisasi dan kepentingan
umum.
4. Biaya Pemeliharaan dan Perawatan
Arsip-arsip dalam suatu organisasi pada hakikatnya disimpan
untuk digunakan. Tidak ubahnya seperti manusia bahwa arsip pun perlu
dilakukan pemeliharaan dan perawatan. Pemeliharaan dan perawatan arsip
meliputi penyiangan arsip, yakni memisahkan antara duplikasi dan
nonarsip yang tidak berguna dengan arsip yang masih harus disimpan,
perawatan fisik arsip, seperti fumigasi, sirkulasi udara yang memadai,
suhu udara yang konstan, laminasi dan sebagainya, serta pengamanan
terhadap informasinya seperti tersedianya tempat penyimpanan arsip yang
representatif, tenaga pengelola yang diberi kewenangan khusus, yang
semuanya ini memerlukan pembiayaan. Volume arsip yang semakin
banyak akan memerlukan biaya pemeliharaan dan perawatan yang
semakin tinggi.
Dari pengertian yang diberikan oleh para ahli, organisasi profesi dan
peraturan perundang-undangan, secara umum dapat disarikan tujuan penyusutan
arsip adalah: (Magetsari, 2008)
3.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel Jurnal
Aliyah, F. N., & Suliyati, T. (2016). Implementasi Perka Bkn Nomor 18 Tahun
2011 Dalam Pengelolaan Personal Records Oleh Staf Sub Bidang
Informasi Data Kepegawaian di Badan Kepegawaian Daerah Kota
Semarang. Jurnal Ilmu Perpustakaan.
Amalia, F., & Jumino. (2016). Evaluasi Penyusutan Arsip di Gedung Penyusutan
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Berdasarkan Teori Basir
Barthos. Jurnal Ilmu Perpustakaan.
Firdaus, K. L., & Husna, J. (2017). Analisis Pengelolaan Arsip Inaktif Formulir
Setoran Donasi di Pos Keadilan Peduli Umat Human Initiative (PKPU HI)
Jawa Tengah. Jurnal Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro, 79.
Peraturan Perundang-Undangan