1. Jelaskan Konsep, Pengertian, dan Tujuan Penyusutan Arsip serta jelaskan Pengertian
dan Jenis Organisasi!
Jawab:
Konsep Penyusutan Arsip
Konsep menurut Lawang (1985) merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu.
Konsep itu menyatu dengan manusia karena tanpa konsep manusia tidak dapat berpikir.
Dengan dasar suatu konsep manusia dapat berkomunikasi, berpikir, berinteraksi, dan
berhubungan dengan alam. Dengan demikian, apa gunanya konsep jika dikaitkan
dengan kehidupan manusia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan
lingkungan ilmiah. Berdasarkan fungsinya konsep menurut Lawang (1985) meliputi
beberapa hal berikut:
1. Kognitif
Kognitif merupakan istilah latin, yakni dari kata "cogeoscere" yang berarti mengetahui,
menyadari, menyerap Kognitif itu berkaitan dengan pikiran, pengertian, dan
pemahaman manusia tentang sesuatu. Bilamana konsep itu mempunyai fungsi
kognitif berarti dengan konsep itu orang akan menjadi lebih tahu, lebih mengerti, lebih
kenal, lebih paham tentang sesuatu yang ditujukan oleh konsep tersebut.
2. Evaluatif
Evaluatif berasal dari istilah Inggris, yaitu evaluate, yang mempunyai arti menilai.
Dalam contoh di atas terkait dengan "konsep" surat itu mempunyai fungsi untuk
mengevaluasi apakah isi informasinya sudah sesuai dengan berita yang akan dikirim.
3. Pragmatik
Dengan pengertian mengenai suatu konsep orang akan dapat merujuk lebih cepat
dan tepat isi informasinya serta lebih relevan benda yang dimaksudkan oleh konsep
tersebut. Fungsi pragmatik hanya mungkin dilakukan apabila arti dari suatu konsep
yang dimaksud berlaku sama untuk semua orang.
4. Komunikatif
Diartikan bahwa supaya setiap orang dapat berkomunikasi maka orang-orang yang
berkomunikasi tersebut harus mempunyai pengertian yang sama mengenai satu
konsep, berlaku umum, dan sama dari waktu ke waktu. Demikian pula konsep harus
benar-benar jelas sehingga mudah dikomunikasikan, dan dapat ditunjukkan suatu
konsep yang sama seperti kenyataannya.
Dengan demikian, bila dihubungkan dengan konsep dasar dalam penyusutan arsip
merupakan ramuan dasar untuk memahami dan mendalami penyusutan arsip melalui
suatu definisi atau merumuskan pengertian yang telah disepakati oleh para ilmuwan,
organisasi profesi, dan peraturan perundang-undangan Melalui konsep dasar
penyusutan arsip ini diharapkan setiap orang akan dapat lebih tahu, lebih mengerti dan
lebih mengenal, lebih paham, serta dapat menilai, mengidentifikasikan mengenai
penyusutan arsip sehingga setiap orang dapat lebih cepat, lebih tepat, dan lebih relevan
menjelaskan penyusutan arsip untuk diterapkan atau dikomunikasikan dengan orang lain
Untuk lebih jelasnya, beberapa pakar kearsipan, organisasi profesi, dan peraturan
perundang-undangan kearsipan mengemukakan pengertian penyusutan (disposal) arsip
berikut ini. Pena (1989) mengemukakan penyusutan arsip dilakukan, melalui (1)
mengurangi arsip yang habis masa retensinya, (2) menentukan arsip yang harus
disimpan untuk sementara waktu. (3) menyimpan arsip yang mempunyai nilai guna
permanen. Selanjutnya, Ham (1993) mengemukakan bahwa penyusutan arsip adalah
pemusnahan (destroying) arsip yang tidak mempunyai nila guna hukum, administratif
ataupun fiskal. Namun, tidak semua arsip (dokumen) musnah, sebagian kecil (arsip yang
mempunyai nilai guna historis, riset) disimpan permanen. Selanjutnya, Kennedy (1998)
mengemukakan penyusutan arsip, yaitu suatu proses yang berkaitan dengan
implementasi keputusan penilaian yang meliputi menyimpan, memusnahkan, migrasi
falib media), transfer (pemindahan) arsip. Sedangkan ARMA (Association of Records
Manager and Administrator), sebuah organisasi profesi kearsipan berpusat di Amerika
mengemukakan bahwa penyusutan arsip (disposal), yaitu suatu proses penentuan
pemindahan arsip/dokumen, apakah arsip dipindah ke tempat lain karena masa
simpannya sudah habis atau dimusnahkan
Demikian pula dalam UU No. 43 Tahun 2009 dikemukakan penyusutan arsip adalah
kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit
pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan
penyerahan arsip statis kepada lembaga Kearsipan. Yang dimaksud dengan Lembaga
kearsipan, yaitu lembaga yang memiliki fungsi, tugas, dan tanggung jawab di bidang
pengelolaan arsip statis dan pembinaan kearsipan. Lembaga kearsipan yang ditetapkan
dalam Pasal 16 ayat (3) UU No. 43 Tahun 2009, terdiri atas ANRI, arsip daerah provimi
arsip daerah kabupaten kota, dan arsip perguruan tinggi. Pasal 49 UU No. 43 Tahun
2009 menjelaskan bahwa penyusutan arsip meliputi a) pemindahan arsip inaktif dari unit
pengolah ke unit Kearsipan, b) pemusnahan arsip yang telah habis retensi dan yang
tidak memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
dan e) penyerahan arsip statis oleh pencipta arsip kepada lembaga kearsipan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan (UU No.8 Tahun
1997) secara eksplisit tidak menjelaskan pengertian penyusutan arsip, tetapi secara
implisit mengatur tentang penyusutan arsip/dokumen meliputi pemindahan, penyerahan,
dan pemusnahan dokumen perusahaan yang diberlakukan bagi perusahaan Dalam
Pasal 17 UU No. 8 Tahun 1997 mengemukakan bahwa pemindahan dokumen
perusahaan dari unit pengolah ke unit kearsipan. Selanjutnya. Pasal 11 UU No.3 Tahun
1997 diatur mengenai penyerahan dokumen perusahaan yang mempunyai nilai bagi
kepentingan nasional ke Arsip Nasional RI dan pemusnahan catatan, bukti pembukuan,
dan data pendukung administrasi keuangan wajib disimpan selama 10 tahun terhitung
sejak akhir tahun buku perusahaan, dilaksanakan berdasar keputusan pemimpin
perusahaan (Pasal 19 ayat 1) serta pemusnahan dokumen berdasarkan jadwal retensi
(Pasal 19 ayat 2). Demikian pula terkait dengan pemusnahan dokumen yang telah
dialihmediakan pada Pasal 20 UU No. 8 Tahun 1997 yang dikemukakan bahwa
pemusnahan dokumen perusahaan yang sudah dialihmediakan (ke dalam mikrofilm atau
media lain) dapat segera dilakukan, kecuali ditentukan lain oleh pemimpin perusahaan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan beberapa pengertian penyutan
arsip baik dari beberapa pakar, peraturan perundangan penyusutan arsip merupakan
kegiatan pengurangan arsip yang dilakukan melalui pemindahan arsip inaktif dari unit
pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang sudah tidak bernilai guna dan habis
masa retensinya, serta penyerahan arsip statis ke lembaga kearsipan
3) Berkaitan dengan perawatan fisik arsip, seperti fumigasi, preservasi maupun alih
media, semakin banyak volume arsip yang disimpan maka akan semakin tinggi
biaya yang dikeluarkan organisasi untuk perawatan arsip Berkaitan dengan
pengamanan informasi, perlunya arsiparis yang diberi
4) Kewenangan untuk mengelola arsip, baik terhadap informasinya maupun
fisiknya, semakin banyak volume arsip yang dikelola akan menimbulkan
kesulitan yang relatif lebih besar dalam pengamanan informasi dan fisiknya.
Dari gambaran tersebut di atas, dapat dikemukakan tujuan penyusutan arsip maupun
manfaat apa yang diperoleh apabila setiap organisasi melaksanakan penyusutan
arsip. Menurut Diamond (1983: 22), tujuan penyusutan arsip, yaitu (1) menghindari
biaya tinggi terhadap penyimpanan arsip yang tidak memiliki nilai guna, (2)
memudahkan penemuan kembali arsip (retrievaly secara efisien, (3) mewujudkan
komitmen organisasi untuk melaksanakan aturan jangka simpan arsip setiap jenis
arsip yang diciptakannya sesuai dengan yang tertuang dalam jadwal retensi arsip.
Demikian Juga Martono (1994:39) mengemukakan tujuan penyusutan arsip adalah
(1) mendapatkan penghematan, (2) pendayagunaan arsip, (3) memudahkan
pengawasan dan pemeliharaan arsip yang masih diperlukan dan bernilai guna
permanen, serta (4) penyelamatan bahan bukti kegiatan organisasi.
Dari pengertian kedua pakar kearsipan tersebut, tujuan penyusutan arsip sebagai
berikut.
1) Penghematan dan efisiensi
Tujuan manajemen arsip adalah efisiensi baik ruang penyimpanan, sumber daya
kearsipan meliputi prasarana dan sarana. SDM kearsipan, informasinya, waktu
pelayanan maupun biaya operasional tanpa mengurangi keharusan untuk
mewujudkan tujuan akhir, yaitu mampu memberikan informasi yang tepat kepada
orang pengguna yang berhak, dalam waktu yang cepat dan dapat ditemukan
dengan tepat, serta digunakan untuk kepentingan yang tepat. Hal ini dapat
terwujud melalui kegiatan penyusutan arsip. Dengan melaksanakan penyusutan
arsip melalui kegiatan pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit
kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak bernilai guna, penyerahan arsip statis ke
lembaga kearsipan maupun melakukan kegiatan alih media arsip maka akan
diperoleh penghematan dan efisiensi yang menyangkut ruang/gedung
penyimpanan, peralatan kearsipan, tenaga pengelola arsip (arsiparis), dan biaya
pemeliharaan serta perawatan arsip
2) Pendayagunaan arsip
Keberadaan arsip pada suatu organisasi karena fungsi organisasi (pemerintah
maupun swasta) berjalan sesuai tujuannya. Arsip ini berfungsi sebagai tulang
punggung manajemen operasional organisasi. Jika dilihat dari penyelenggaraan
Kearsipan dilaksanakan bebaskan, yaitu kepastian hukum, keautentikan dan
keterpercayaan, keutuhan, asal-usul (principle of provenance), aturan asli
(principle of original order), keamanan, dan keselamatan, keprofesionalan,
keresponsifan, keantisipatifan, akuntabilitas, kemanfaatan, aksesibilitas, dan
kepentingan umum. Selanjutnya dari aspek fungsi, terdapat asas-asas dan sikap
dalam setiap pengaturan arsip, yaitu
a. jangan menyimpan arsip yang tidak terkait dengan fungsi organisasi;
b. jangan menyimpan duplikasi arsip:
c. jangan menyimpan arsip yang sudah habis nilai guna dan jangka simpannya.
Tujuan Kearsipan
Oleh karena arsip mempunyai peranan strategis untuk mendukung manajemen
organisasi dan sebagai memori kolektif organisasi serta memori kolektif bangsa maka
seperti diamanatkan Pasal 3 UU No. 43 Tahun 2009 tujuan penyelenggaraan kearsipan
dinyatakan secara tegas dalam, yaitu:
1. menjamin terciptanya arsip dari kegiatan yang dilakukan oleh lembaga negara,
pemerintahan daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, organisasi politik, organisasi
kemasyarakatan, dan perseorangan, serta ANRI sebagai penyelenggara kearsipan
nasional,
2. menjamin ketersediaan arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang
sah,
3. menjamin terwujudnya pengelolaan arsip yang andal dan pemanfaatan arsip sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. menjamin pelindungan kepentingan negara dan hak-hak keperdataan rakyat melalui
pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya,
5. mendinamiskan penyelenggaraan kearsipan nasional sebagai suatu sistem yang
komprehensif dan terpadu,
6. menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti pertanggungjawaban
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
7. menjamin keselamatan aset nasional dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya,
pertahanan, serta keamanan sebagai identitas dan jati diri bangsa; dan
8. meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip
yang autentik dan terpercaya.
Kegiatan penyusutan ini telah diatur pula dan diberlakukan untuk perusahaan yang
ditetapkan dalam UU No. 8 Tahun 1997 tentang dokumen perusahaan bahwa dalam
kegiatan penyusutan arsip meliputi pemindahan, penyerahan, dan pemusnahan
dokumen perusahaan. Dengan demikian, setiap melakukan kegiatan penyusutan arsip
baik pemindahan, pemusnahan, dan penyerahan arsip ke lembaga kearsipan
mengandung konsekuensi hukum. Selain mengatur tentang penyusutan arsip dalam
peraturan perundang-undangan ini dibahas juga aspek hukum alih media. Mengapa
menjadi lingkup bahasan dalam aspek hukum penyusutan arsip? Karena dalam kegiatan
alih media seperti yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 1997 tentang dokumen
perusahaan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, sedangkan efisiensi dalam
penyelenggaraan kearsipan adalah sebagai salah satu tujuan penyusutan arsip. Lebih
relevan lagi karena dalam kegiatan alih media arsip dari media kertas ke media
elektronik ini mengandung konsekuensi hukum yang terkait dengan alat bukti harus
dicermati oleh setiap penyelenggara kearsipan dan juga dalam lingkup proses peradilan
di Indonesia, arsip yang sudah dialihmediakan yang bagaimana yang bisa digunakan
sebagai alat bukti yang sah.
Di samping itu, aspek hukum yang juga signifikan untuk dikemukakan di sini adalah
produk-produk hukum instansi yang dapat berupa implementasi kebijakan peraturan di
bidang kearsipan, seperti pedoman tata naskah dinas, klasifikasi arsip, jadwal retensi
arsip, serta sistem klasifikasi keamanan dan akses arsip, dan lain-lain yang diberlakukan
dengan suatu keputusan pimpinan instansi atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Dalam
konteks aspek hukum penyusutan arsip, yang dibahas meliputi ketentuan yang
diberlakukan di lingkungan organisasi pemerintah dan lingkungan perusahaan
khususnya BUMN dan BUMD.
3. Tuliskan Pengantar Penilaian dan Retensi Rekod serta jelaskan Teori Penilaian!
Jawab:
Pengantar Penilaian dan Retensi Rekod
Penilaian arsip merupakan kegiatan sangat krusial yang dirasakan arsiparis maupun
manajer arsip dalam pengelolaan arsip di lembaganya. Penanganan arsip yang
dilakukan baik di instansi pemerintah, maupun swasta dirasakan masih belum sesuai
dengan ketentuan dan kaidah kearsipan, salah satunya dalam melakukan penilaian arsip
untuk kegiatan penyusutan arsip. Hal ini dapat terlihat masih adanya fenomena di unit
unit pengolah pencipta arsip adanya arsip yang masih bertumpuk tumpuk, ada rasa takut
untuk dilakukan penyusutan
Beberapa pakar bidang kearsipan mengemukakan pengertian penilaian arsip. antara lain
Boles (1991) mengemukakan penilaian arsip adalah kegiatan evaluasi pada arsip
(records) untuk menentukan berapa lama arsip harus disimpan. Penilaian arsip ini
dikatakannya mempunyai kriteria, yaitu nilai administrasi, nilai hukum, nilai kebuktian.
nilai finansial, kebijakan dan hal yang bernilai strategis, milai penelitian, duplikasi,
rehabel dan utuh, aksesibilitas, dan rost benefit Sedangkan Penn dkk. (1992:167)
berpendapat bahwa penilaian arsip (records appraisal) adalah suatu kegiatan
menentukan arsip yang mengandung informasi yang bernilai guna permanen dan harus
disimpan di lembaga kearsipan yang penilaiannya dimulai dari awal penciptaan suatu
arsip (surat) sampai dengan akhir (penyusutan) dari kehidupan arsip (life of circle
records) Demikian pula Ham (1993,51) mengemukakan bahwa penilaian arsip adalah
suatu proses mengevaluasi seberapa jauh arsip tertentu dapat memberi kontribusi
terhadap tujuan kebijakan organisasi: Demikian pula dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 87 Tahun 1999 tentang Tata Cara Penyerahan dan Pemusnahan Dokumen
Perusahaan (PP No. 87 Tahun 1999) dikemukakan bahwa penilaian arsip adalah
kegiatan menentukan nilai guna dokumen perusahaan yang didasarkan pada
kegunaannya bagi kepentingan pengguna dokumen. Selanjutnya, Keputusan Kepala
Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 07 Tahun 2001 tentang Pedoman Penilaian.
Arsip Bagi Instansi Pemerintah, Badan Usaha, dan Swasta (Kep Ka ANRI No.07 Tahun
2001) dikemukakan bahwa penilaian arsip adalah proses menentukan jangka waktu
simpan dan nasib akhir arsip dilihat dari aspek fungsi dan substansi informasinya serta
karakteristik fisik/nilai teknis pengaturan secara sistematis dalam unit-unit informasi.
Dari beberapa batasan pengertian penilaian arsip tersebut di atas, dapat dikemukakan
bahwa penilaian arsip merupakan proses kegiatan analisis informasi yang terkandung
dalam series (jenis) arsip untuk menentukan nilai guna dan jangka waktu simpan arsip
bagi kepentingan organisasi pencipta dan kepentingan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Retensi Arsip adalah jangka waktu penyimpanan yang wajib dilakukan terhadap suatu
jenis arsip dengan tujuan dengan adanya retensi arsip ini dapat membantu pengelolaan
arsip sehingga dalam penataannya arsip-arsip tersebut tidak menumpuk dan
memudahkan dalam penemuan kembali arsip.
Penilaian dan retensi rekod sangat erat kaitannya karena dalam penentuan retensi suatu
arsip diperlukan pertimbangan-pertimbangan dimana pertimbangan ini merupakan
bentuk dari penilaian sebuah arsip.
Peningkatan mutu penyelenggaraan kearsipan nasional secara berkesinambungan
merupakan bagian dari upaya penyempurnaan menuju manajemen pemerintahan
modern yang transparansi. Tujuan mendasar dari implementasi manajemen arsip adalah
efisiensi dan efektivitas pengelolaan arsip termasuk di dalamnya, yaitu sistem kearsipan,
pemanfaatan sumber daya manusia, prasarana dan sarana, serta kelembagaan
kearsipan dalam menunjang manajemen pemerintahan dan pembangunan. Dengan
demikian, untuk mencapai tujuan tersebut di atas perlu diupayakan pengelolaan arsip
yang lebih baik
Penilaian arsip merupakan kegiatan yang sangat penting dalam daur hidup arsip (life of
circle records) karena penilaian yang dilakukan mulai dari awal penciptaan surat akan
mampu menjamin terpeliharanya informasi yang memiliki nilai guna bagi kelangsungan
hidup organisasi. Kegiatan penilaian arsip yang dilakukan sesuai kaidah Kearsipan dan
ketentuan peraturan di bidang kearsipan maupun yang terkait lainnya akan mampu,
antara lain menjamin keselamatan dan keamanan arsip sebagai bukti memori organisasi
dan pertanggungjawaban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
menjamin keselamatan aset nasional dalam bidang ekonomi. sosial, politik, budaya,
pertahanan keamanan sebagai identitas dan jati diri bangsa, serta dapat meningkatkan
kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan
terpercaya sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009
tentang Kearsipan (UU No. 43 Tahun 2009).
Teori Penilaian
Suatu institusi merancang dan mengembangkan program seleksi dan penilaian arsip
atau rekod yang mengacu kepada identifikasi dan survei atas rekod, dimana jumlahnya
meningkat dan memperlihatkan penurunan manfaatnya bagi unit pencipta arsip dalam
lingkup institusi yang berkaitan. Teori yang bisa digunakan guna melaksanakan penilaian
merupakan definisi dari teori penilaian.
Cook (1991.4) menciptakan konsep penilaian makro (macro appraisal) dan penilaian
mikro (micro appraisal). Penilaian makro dilakukan dalam rangka kegiatan akuisisi arsip
(penambahan khasanah arsip yang bernilai guna permanen bagi lembaga kearsipan)
Dikatakannya analisis informasi yang dilakukan dalam penilaian makro ini ditekankan
pada latar belakang dan keberadaan organisasi pencipta arsip termasuk cabang, sektor,
atau satuan program yang tercakup dalam submisi Penilaian makro dilakukan melalui
pemahaman dan evaluasi berdasarkan kepentingan fungsi, tugas, proses pengambilan
kebijakan, struktur organisasi, dan aktivitas pencipta arsip
Dalam penilaian makro, juga harus dikembangkan pemahaman yang sama terhadap
seluruh informasi arsip yang terkandung dalam seluruh media arsip yang meliputi sifat
dasar, susunan, ciri khas, proses penciptaan, dan khususnya hubungan keterkaitan
dengan informasi arsip yang lainnya Dalam konsep penilaian makro ini disebut juga
pendekatan pada konteks sosial di mana arsip tercipta. Pertimbangan utama dalam
menetapkan suatu informasi arsip bernilai guna berdasarkan pada tema sosial yang
telah ditentukan, seperti tema lingkungan hidup, pendidikan, pengembangan industri,
pemilu, korupsi, dan sebagainya.
Penilaian dimulai dari fisik arsip (actual records) ke konteks konseptual penciptanya, dari
benda yang dibuat ke tujuan intelektual yang melatarbelakangi, dan dari benda ke
pemikiran. Fisik arsip yang dimaksud di atas, seperti berkas (files), jenis (series) arsip,
data, peta (map), photograph, laporan, dan sebagainya, Fisik arsip ini menggambarkan
produk akhir beberapa proses kegiatan, seperti sistem registrasi, sistem
elektronik, pelaporan statistik, peraturan photograph, dan sebagainya. Penilaian melalui
fisik arsip ini dapat memfokuskan tentang suatu organisasi yang meliputi visi, misi, tugas
dan fungsi, program, dan kegiatan/aktivitas organisasi tersebut. Dengan demikian,
analisis terhadap fisik arsip dapat ditentukan informasi yang bernilai guna permanen
maupun yang bernilai guna sementara yang dapat dimusnahkan kemudian hari setelah
jangka simpannya habis
Semenjak muncul istilah kearsipan di Eropa, teori penilaian mulai dikembangkan. Ada
dua jenis teori penilaian, yaitu:
a) Teori pendekatan tradisional, teori ini lebih mengacu kepada rekod yang berada
pada masa istirahat.
b) Teori pendekatan makro, yang mana dikembangkan guna melaksanakan penilaian
rekod yang mengacu kepada fungsi dari suatu organisasi.
Program pengurangan atau penyusutan arsip atau kegiatan disposal merupakan usaha
untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas dari berbagai arsip, seperti ruang dan
peralatan, tenaga kerja serta pemanfaatan arsip / rekod itu sendiri. Dasar dari program
penyusutan dan pengurangan arsip / rekod adalah seleksi berdasarkan nilai guna yang
terkandung dalam arsip / rekod. Program seleksi dan penilaian arsip / rekod, dirancang
dan dikembangkan oleh institusi berdasarkan identifikasi dan survey atas rekod – rekod
yang jumlahnya mulai meningkat dan menunjukkan penurunan kegunaannya bagi unit
pencipta arsip dalam lingkungan institusi yang bersangkutan. Akhir dari program
penilaian (appraisal adalah tersedianya jadwal retensi arsip, yaitu yang memuat
keterangan berapa lama arsip disimpan dan kapan harus dimusnahkan atau kapan arsip
harus segera dipindahkan dari unit kerja/ pengolah/ pencipta ke unit kearsipan.
Untuk menentukan rekod yang mana yang akan menjadi arsip, dan rekod yang mana
yang akan dibuang adalah memerlukan keterampilan dan pengetahuan tentang isi dan
konteks informasi arsip dengan melakukan penilaian. Pendekatan untuk intitusi arsip
pusat dan arsip lembaga berkonsentrasi pada identifikasi rekod pada tahap awal aktifnya
sebagai bagian strategi informasi di dalam organisasi secara keseluruhan. Kolektif arsip
menerapkan keterampilan penilaian dalam hubungannya dengan strategi akuisisi untuk
meyakinkan koleksi kohesif. Hubungan antara akuisisi dan penilaian adalah sangat
dekat. Penilaian memberikan informasi proses akuisisi secara actual. Seleksi merupakan
langkah awal dari penilaian secara sederhana, yaitu memilah rekod – rekod yang
menjadi prioritas utama dalam unit pencipta dan pusat arsip.