Program pengurangan atau penyusutan arsip atau kegiatan disposal merupakan usaha
untuk mendapatkan efisiensi dan efektivitas dari berbagai arsip, seperti ruang dan peralatan,
tenaga kerja serta pemanfaatan arsip / rekod itu sendiri. Dasar dari program penyusutan dan
pengurangan arsip / rekod adalah seleksi berdasarkan nilai guna yang terkandung dalam arsip
/ rekod.
Program seleksi dan penilaian arsip / rekod, dirancang dan dikembangkan oleh institusi
berdasarkan identifikasi dan survey atas rekod – rekod yang jumlahnya mulai meningkat dan
menunjukkan penurunan kegunaannya bagi unit pencipta arsip dalam lingkungan institusi yang
bersangkutan. Akhir dari program penilaian ( appraisal ) adalah tersedianya jadwal retensi
arsip, yaitu yang memuat keterangan berapa lama arsip disimpan dan kapan harus dimusnahkan
atau kapan arsip harus segera dipindahkan dari unit kerja / pengolah / pencipta ke unit
kearsipan.
Seleksi arsip ( Archival selection ) adalah proses yang dilakukan oleh seorang petugas
kearsipan meliputi mengidentifikasi, menilai dan menambah arsip yang benilai guna kelanjutan
untuk memenuhi kebijakan tertulis tentang lembaga / institusi dan atau tujuan akuisisi yang
lain.
Proses seleksi harus berkaitan dengan program kebijakan akuisisi dalam setiap lembaga
/ institusi.
Akuisisi ( acquistition ) adalah proses untuk memperoleh arsip dari berbagai sumber
dengan transfer, sumbangan, atau penggantian pembelian atau suatu badan arsip yang
diadakan.
Accession merupakan transfer baik secara fisik dan secara hokum dari kegiatan bahan
– bahan yang sudah di dokumentasikan, atau proses transfer bahan – bahan ke unit
kearsipan atau pusat arsip dalam kegiatan penambahan arsip.
Appraisal adalah proses evaluasi actual atau potensi akuisisi untuk menentukan, bila
arsip – arsipnya memiliki nilai guna penelitian jangka panjang untuk menjamin
kebutuhan preservasi oleh lembaga kearsipan ( pusat arsip ).
Appraisal arsip berbeda dari appraisal untuk mengembangkan dokumen keuangan. Appraisal
merupakan proses evaluasi kegiatan – kegiatan bisnis, pertanggungjawaban organisasi dan
harapan masyarakat karena nilai guna berkelanjutan.
C. LANDASAN HUKUM
Di Indonesia landasan hukum yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah Surat
Edaran Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia serta Peraturan Pemerintah. Landasan
hokum yang menaungi kegiatan tersebut di Negara Indonesia adalah :
Kebijakan akuisisi merupakan pedoman atau kerangka kerja dalam penilaian arsip. Dengan
menggunakan kebijakan akuisisi, arsiparis akan konsisten dalam penilaian dan mengerti
kelemahan serta kelebihan koleksi yang dimiliki oleh satu repository.
TEORI PENILAIAN
A. PENDEKATAN TRADISIONAL
Dalam seleksi untuk tujuan preservasi ( pengawetan ) sudah jelas adalah nilai guna
administrasi ( termasuk illegal dan finansial ), manajer rekod kemungkinan juga akan
menyeleksi mayoritas rekod yang kadang – kadang dicari arsip sebagai arsip. Tujuan utama
pendekatan Gridd adalah untuk mencari satu cara mengubah beban administrasi penilaian dari
petugas arsip ke petugas administrasi.
Pendekatan tradisional oleh Hilary Jenkinson, penilaian tidak diberikan kepada petugas
arsip, dan tidak juga kepada peneliti. Dengan kata lain bahwa mereka tidak harus terlibat dalam
proses penilaian. Penilaian harus dikerjakan dan dilakukan oleh petugas administrasiseorang
diri, yang bertanggung jawab hanya kepada kebutuhan administrasi mereka saja.
Prinsip pendekatan Amerika oleh T.R. Schelenberg hamper sama dengan Jenksinson
bahwa ada dua nilai pada rekod, yaitu nilai primer dan sekunder. Nilai primer adalah satu,
yaitu petugas administrasi mempunyai kepentingan ketika tercipta rekod, sedangkan nilai guna
sekunder adalah, seperti nilai penelitian yang kebetulan, kemungkinan akan nyata.
Penilaian arsip utama adalah nilai sekunder. Dalam model Schelenberg, sekarang
dibagi lagi dalam dua kategori, yaitu nilai kebuktian ( evidential ) dan nilai informasi (
informational ). Nilai kebuktian adalah rekod – rekod yang memberikan bukti sebagai asalnya,
yaitu pengembangan dalam menjalankan organisasi itu sendiri : walaupun rekod dari nilai
kebuktian adalah satu yang muncul ketika sejarah organisasi itu sendiri akan dipelajari.
Bila rekod mengandung informasi tentang subjekeksternal langsung ke pekerjaan dari
unit pencipta, berarti mempunyai nilai informasi. Nilai ini harus merupakan substansial : rekod
harus mempunyai kontribusi secara subtantif untuk penelitian dalam segala bidang.
Baik Jenksinson maupun Schelenberg melakukan penilaian berdasarkan analisis
dengan mempelajari dari bahan – bahan dokumentasi actual atas keputusan yang sudah dibuat.
Pendekatan ini dapat dikatakan reaktif : tidak ada satu yang dinamakan untuk diputuskan
sampai rekod – rekod yang sudah lama diproduksi dan sudah tidak digunakan untuk saat ini
sepenuhnya.
Menurut Ham (1993 : 25 ) manajemen rekod adalah penerapan teknis – teknis yang dirancang
mencapai efisiensi dan ekonomi dalam penciptaan, penggunaan, dan pemusnahan rekod.
Manajemen rekod didasarkan pada bahwa rekod mempunyai tahap daur hidup, yaitu :
penciptaan, administrative aktif atau untuk kegunaan perkantoran, semi atau inaktif
penyimpanan dan pemusnahan, baik melalui penghancuran atau preservasi dalam unit arsip.
Alat kontrol rekod adalah inventaris, analisis dan pemusnahan. Inventaris rekod adalah dasar
persyaratan untuk menciptakan manajemen rekod. Inventaris bertujuan untuk dapat mengerti
system dokumentasi institusi yang ada yaitu akan terlihat tentang rekod yang ada dan rekod
yang sedang diciptakan.
Peranan manajemen rekod dalam penilaian akan memberikan informasi tentang kriteria yang
harus diperhatikan. Penilaian merupakan proses penentuan nilai guna dan kemudian
pemusnahan rekodnya, berdasarkan atas penggunaan administrasi, illegal (hukum), dan
keuangan saat sekarang, nilai kebuktian dan informasional atau penelitian, nilai penataannya
dan nilai hubungannya dengan rekod lain.
Konsentrasi program manajemen rekod berkaitan dengan daur hidup rekod atau informasi,
yang merupakan konsep sederhana yang merupakan representasi nyata bahwa terciptanya
rekod adalah karena untuk tujuan tertentu, mempunyai masa atau waktu tertentu dalam
penggunaannya pada unit pencipta ( unit pengolah ) dan kemudian bias saja rekod
dimusnahkan atau disimpan permanen. Alasan yang disebutkan di atas merupakan arah
kebijakan institusi untuk mencapai efisiensi dan ekonomis.
Komponen yang harus dicakup dalam inventaris rekod adalah nama dan alamat institusi,
jumlah rekod, kurun waktu yang dicakup, penataan yang sudah dilakukan, jenis rekod, judul
masalah/topic rekod, tempat menyimpan dan komponen lain yang menunjang untuk kegiatan
inventaris rekod.
Pada tahap pemeliharaan dan penggunaan arsip umumnya digunakan untuk rujukan atau acuan
kegiatan organisasi yang akan datang. Maka pada tahap ini, arsip direvisi, diatur, diorganisasi,
ditata dan diatur kembali.
Pada tahap istirahat arsip benar-benar hanya akan memenuhi tempat penyimpanan saja. Karena
pada siklus ini arsip seharusnya sudah ditentukan masa simpan untuk berapa l
Penilaian nilai guna arsip untuk Negara kita adalah diatur dalam Surat Edaran Ka. ANRI
No. 1 Tahun 1983 tentang Penentuan Nilai Guna Arsip. Nilai Guna Arsip merupakan factor
yang sangat menentukan dalam kegiatan penyusutan arsip dan mutlak perlu dilaksanakan
dalam tata kearsipan. Penentuan nilai guna merupakan kegiatan untuk memilah arsip-arsip ke
dalam dua kategori, yaitu :
Nilai guna arsip didefinisikan (dalam Surat Edaran Kepala Arsip Nasional Republik
Indonesia (SE Ka ANRI) No.2/1983 ialah nilai guna yang didasarkan pada kegunaan bagi
kepentingan pengguna arsip. Menurut Schellenberg nilai guna dapat dikategorikan ke dalam
nilai guna primer dan nilai guna sekunder. Nilai guna primer adalah arsip yang diperlukan dan
digunakan oleh pencipta arsip. Sedangkan nilai guna sekunder adalah arsip lebih digunakan
oleh diluar pencipta arsip, seperti untuk kepentingan sejarah, penelusuran asal-usul
(genealogy).
Nilai guna primer yang diberikan oleh SE Ka ANRI adalah nilai arsip yang di dasarkan
pada kegunaan arsip bagi kepentingan lembaga/instansi pencipta arsip. Nilai guna primer
adalah dasar dari arsip yang digunakan dalam penciptaannya, yaitu :
Dalam SE Ka ANRI juga disinggung tentang nilai guna primer yang meliputi :
Nilai guna sekunder merupakan nilai arsip yang didasarkan pada kegunaan arsip bagi
kepentingan lembaga/instansi lain dan/atau kepentingan umum di luar lembaga/instansi
pencipta arsip dan kegunaannya sebagai bahan bukti dan bahan pertanggungjawaban nasional.
Nilai sekunder meliputi : nilai guna kebaktian dan nilai guna informasional. Nilai guna
kebuktian memberikan keterangan tentang fakta yang dapat menjelaskan tentang bagaimana
lembaga/instansi itu diciptakan, dikembangkan, diatur, dan fungsi dari kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan serta hasil atau akibat kegiatannya itu. Nilai guna informasional ditentukan oleh
isi atau informasi yang terkandung dalam arsip bagi kegunaan berbagai kepentingan penelitian
dan kesejahteraan tanpa dikaitkan dengan lembaga/instansi penciptanya, yaitu informasi
mengenai orang, tempat, benda, fenomena, masalah dan sejenisnya.
B. Kriteria Lainnya
Faktor-faktor lain yang dapat atau mungkin dapat diperhatikan dalam menentukan nilai
guna arsip adalah :
1. Duplikasi
Mengidentifikasi apakah jenis arsip yang sama mempunyai duplikasi atau arsip yang
sama diciptakan dalam kopi atau salinan yang tersebar di berbagai unit kerja atau unit
pengolah.
2. Accessibility
Keteraksesan rekod yang bersangkutan.
3. Reliability dan completeness (kehandalan dan kelengkapan arsip yang bersangkutan)
Hubungan antara arsip yang satu dengan arsip lainnya.
4. Cost of retention
Biaya pemeliharaan (biaya penyimpanan) menjadi bahan pertimbangankarena dengan
menyimpan arsip-arsip yang tidak mempunyai nilai guna akan menghamburkan biaya
dari segala aspek.
Adanya batasan – batasan sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga atau institusi menurut
Schellenberg berdasarkan :
Proses Penilaian
Kebijakan akuisisi merupakan dasar dari proses seleksi adalah kebijakan akuisisi dari
repository. Karena kebijakan ini mengandung 4 elemen kelebihan, yaitu :
A. Tujuan penilaian
Tujuan penilaian adalah untuk menentukan kegunaan arsip bagi pengguna masa sekarang,
ataupun masa yang akan datang. Bila arsip atau rekod akan diperlukan untuk masa dating maka
arsip tersebut mempunyai nilai guna yang berkelanjutan.
Tujuan penilaian adalah juga sebagai dasar seleksi untuk memenuhi kebijakan akuisisi
lembaga/instansi yang sudah ditentukan karena kebijakan akuisisi merupakan tingkat awal
dalam penilaian (first level of appraisal).
Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan dan prosedur penilaian sebagai berikut :
1. Menentukan grup arsip yang sesuai untuk pendekatan kegiatan tunggal.
2. Melakukan beberapa penelitian pada lembaga atau instansi dan target arsipnya.
3. Membuat rencana kerja.
4. Mendiskusikan dengan orang bertanggung jawab.
5. Mempelajari beberapa arsip dan menilai arsipnya untuk menentukan kriteria penilaian.
6. Membuat kelas disposal.
7. Penilaian terhadap arsip yang disimpan permanen.
8. Melengkapi dokumentasi appraisal.
9. Diterapkan pada daerah lain.
10. Laporan untuk review.
Formulir Kewenangan
Appraisal adalah proses evaluasi kegiatan bisnis untuk menentukan yang mana rekod-
rekod dibutuhkan untuk diperoleh dan berapa lama rekod-rekod akan disimpan, untuk
memenuhi kebutuhan bisnis, kebutuhan akuntabilitas organisasi dan harapan masyarakat.
Proses penilaian dapat menentukan berapa lama dan rekod apa saja yang dapat
dimusnahkan atau akan menjadi arsip. Sehingga jadwal retensi rekod dapat merupakan jadwal
kewenangan, yaitu daftaryang memuat rekod series organisasi dengan penunjukan untuk
bagaimana rekod dimusnahkan sesudah diciptakan dan digunakan.
Ada 3 kemungkinan yang dapat menjadi program pengurangan atau penyusutan arsip,
yaitu :
Dengan melihat kemungkinan dalam program penyusutan rekod atau arsip maka
diperlukan formulir kewenangan atau semacam berita acara untuk melakukan penyusutan
arsip. Formulir ini akan memberikan bukti bahwa unit-unit pencipta atau pengolah mana yang
sudah melakukan kegiatan penyusutan arsip. Formulir kewenangan memberikan informasi
pula siapa yang berwenang atau menjadi saksi pada saat melakuka pemusnahan atau transfer
arsip.
A. Komponen Jadwal Retensi Rekod
Sesuai dengan PP No.34 tahun 1979 tentang Penyusutan Arsip yang diuraikan bahwa
ada 3 cara untuk melakukan pemusnahan arsip yang tercantum dalam komponen-komponen
jadwal retensi arsip.
Prosedur penyusutan bila organisasi belum memiliki jadwal retensi arsip harus
melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
1. Survey arsip untuk memberikan informasiaal dalam penyusunan jadwal retensi arsip
karena melihat kondisi penyimpanan rekod atau arsip dilapangan;
2. Melakukan identifikasi arsip, baik fisik dan non fisik dengan melihat sejarah organisasi;
3. Pengaturan kembali arsip, dimungkinkan untuk menata arsip sesuai dengan aslinya;
4. Pendeskripsian arsip memberikan keterangan secara intelektual tentang isi informasi yang
dikandung oleh arsip atau rekod;
5. Penyusunan daftar pertelaan arsip sementara, memberikan penataan arsip sesuai dengan
subjek dank ode klasifikasinya;
6. Penyusutan daftar arsip yang disimpan, dimusnahkan atau diserahkan; pelaksanaan
penyusutan.
Proses sosialisasi dapat dilakukandengan pertemuan-pertemuan rutin dalam organisasi
dan praktek-praktek sederhana dalam melakukan survey arsip di lingkungan unit pencipta.
Sosialisasi juga merupakan bentuk untuk kegiatan coba-coba (trial and error) terhadap jadwal
tersebut sehingga mendapat tanggapan dan evaluasi terhadap system atau program penyusutan
yang telah, akan atau suadah dilaksanakan di organisasi.
Ada dua jenis jadwal retensi arsip, yaitu yang dikembangkan oleh individu organisasi,
khususnya untuk rekod-rekodnya dan yang dikembangkan dan diterbitkan untuk penggunaan
antara grup organisasi tertentu. Jenis yang kedua diterapkan jadwal retensi umum (general
disposal schedule) yang dikembangkan oleh pemerintah dengan tanggung jawab legislative
untuk memungkinkan preservasi arsip masyarakat yang mempunyai nilai guna permanen.
Jadwal retensi umum atau general disposal biasanya memberikan petunjuk tentang
rekod series yang bersifat fasilitatif.
A. Pemeriksaan Arsip
1. Ilustrasi Susuan Arsip
Ilustrasi ini dibuat untuk menggambarkan susunan arsip dalam suatu instansi / organisasi
yang terdiri dari beberapa unit kerja yang melaksanakan fungsi fasilitatif / penunjang.
Penentuan contoh dalam ilustrasi ini untuk memudahkan pemahaman karena fungsi
fasilitatif dapat dijumpai di setiap instansi / organisasi.
a. Unit Kerja : Bagian Kepegawaian
b. Unit Kerja : Bagian Keuangan
c. Unit Kerja : Bagian Humas
d. Unit Kerja : Bagian Ortala dan Hukum
2. Jadwal Retensi Arsip
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab terdahulu jadwal retensi arsip adalah daftar
yang berisi setidak-tidaknya uraian tentang arsip dan jangka simpan arsip aktif maupun
inaktif. Disamping itu terdapat kolom keterangan yang menjelaskan nasib akhir arsip
apabila retensi aktif dan inaktifnya sudah selesai.
3. Penyeleksian
Setelah anda berada di suatu unit kerja instansi dan dihadapkan pada susunan berkas arsip
tersedia juga jadwal retensi arsip maka anda dapat menyeleksi arsip di unit kerja tersebut
yang masa retensi aktifnya telah habis sehingga menjadi berfungsi inaktif untuk segera
dipindahkan ke pusat penyimpanan arsip atau record central instansi.
B. Pendaftaran
Setelah diperiksa dan ditentukan sebagai arsip inaktif maka arsip-arsip tersebut harus
didaftar secara lengkap, baik judul seriesnya atau jenis arsipnya, tahun, volume, kondisi,
penataan (system penyimpanan yang digunakan).
1. Penataan Arsip
Penataan arsip dilakukan berdasarkan penataan pada masa aktifnya, dalam hal ini arsip
ditata sesuai kelompok subjeknya. Kemudian kelompok arsip memiliki kesamaan dan
keterkaitan informasi dihimpun dalam satu tempat penyimpanan berkas atau folder dan di
dalamnya arsip ditata berdasarkan urutan waktu atau kronogis yang termuda di urutan terdepan
dan seterusnya.
Di samping itu penataan fisik dan informasi dapat dilakukan dengan :
a. Mengacu pada penataan yang dilakuka secara rutin berdasarkan kapling/blok kelompok
arsip yang telah ditentukan sebelumnya dan tinggal menata dan menyimpannya sebagai
berkas tambahan dengan konsekuensi memberikan dan menyesuaikan identitasnya;atau
b. Mengacu penataan sesuai daftar arsip yang dipindahkan oleh unit kerja bersangkutan dan
tnggal menyusun letak urutan nomor boks sesuai nomor berkas dalam daftar arsip;
c. Kedua cara diatas menerapkan system pelabelan pada tempat penghimpun berkas dan boks
arsip.
3. Pelaksanaan Pemindahan
Pelaksanaan pemindahan arsip inaktif dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi lokasi
pusat arsip suatu instansi. Bila suatu instansi memiliki gedung records center terpisah cukup
jauh dari lokasi kantor, misalnya di pinggir kota maka diperlukan sarana transportasi yang
dipersiapkan dengan baik sehingga proses pengangkutan arsip tidak menimbulkan kerusakan
arsip yang dipindah. Namun, jika lokasinya dalam satu kantor tinggal menyiapkan tenaga
pengangkut sesuai kebutuhan. Waktu pemindahan dapat dilakukan secara periodic sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan.
Panduan Pemusnahan dan Penyerahan Arsip
Cara lain penyusutan arsip dilakukan melalui pemusnahan dan penyerahan arsip.
Pemusnahan arsip adalah kegiatan menghancurkan fisik dan informasi arsip sehingga fisik dan
informasinya tidak dapat dikenali lagi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara antara lain :
Peleburan kertas menjadi bahan kertas lagi (daur ulang), pembakaran seluruh fisik arsip, dan
penimbunan arsip dalam galian tanah.
Pemusnahan arsip berdasarkan jadwal retensi arsip dapat dilakukan secara periodic
sesuai kebutuhan instansi / perusahaan, minimal dilakukan dalam setiap 10 tahun satu sekali.
Arsip yang dimusnahkan adalah arsip yang betul-betul sudah tidak memiliki nilai guna lagi.
Penyerahan arsip dilakukan dari instansi pencipta kepada lembaga kearsipan pusat atau
daerah. Arsip yang diserahkan adalah arsip statis atau permanen yang bernilai guna sekunder
sebagaimana yang telah ditentukan dalam jadwal retensi arsip instansi yang ditetapkan
berdasarkan persetujuan lembaga kearsipan.
Penyerahan arsip dapat dilakukan atas dasar kerjasama antara instansi pencipta arsip
dan lembaga kearsipan, atau inisiatif dari instansi pencipta arsip, atau melalui musyawarah
ganti rugi antara instansi atau perorangan pencipta arsip dan lembaga kearsipan.
A. Pemusnahan Arsip
1. Pemeriksaan
a. Susunan Arsip
b. Jadwal retensi arsip
2. Pendaftaran
Arsip yang telah diperiksa yang diusulkan musnah, harus dibuat datarnya. Sehingga dari
daftar ini diketahui secara jelas informasi tentang arsip yang akan dimusnahkan.
3. Pembentukan Panitia Pemusnahan
Pembentukan panitia pemusnahan dilaksanakan jika arsip yang akan dimusnahkan
memiliki retensi 10 tahun atau lebih. Jika arsip yang akan dimusnahkan memiliki retensi di
bawah 10 tahun, maka tidak perlu dibuat kepanitiaan, cukup dilaksanakan oleh unit yang
secara fungsional bertugas mengelola arsip.
4. Persetujuan atau Pengesahan
Arsip yang memiliki retensi di bawah 10 tahun, kiranya cukup dilaksanakan oleh instansi
pemilik arsip. Kemudian disahkan oleh pimpinan organisasi untuk dilaksanakan
pemusnahan. Namun, untuk arsip yang memiliki retensi 10 tahun ke atas, khususnya untuk
instansi pemerintah harus melalui persetujuan Arsip Nasional RI. Mengapa demikian,
karena arsip yang memiliki retensi 10 tahun ke atas kemungkinan lebih besar memiliki nilai
guna sekunder.
5. Pembuatan Berita Acara
Berita acara pemusnahan arsip merupakan salah satu dokumen pemusnahan arsip yang
sangat penting di samping daftar arsip yang akan dimusnahkan. Kedua jenis dokumen ini
dapat menjadi dasar hukum bahwa pelaksanaan pemusnahan dilakukan secara sah, kecuali
itu juga berfungsi sebagai pengganti arsip yang dimusnahkan.
6. Pelaksanaan Pemusnahan
Pemusnahan arsip dapat dilaksanakan dengan cara dibakar, dicacah atau dibuat bubur
kertas, yang penting fisik dan informasinya tidak dapat dikenali lagi. Kembali dalam
pelaksanaan pemusnahan arsip perlu disaksikan oleh minimal dua orang pejabatdari bidang
hukum atau perundang-undangan atau bidang pengawasan, yang nantinya menandatangani
berita acara sebagai saksi pemusnahan arsip.
B. Penyerahan Arsip
Penyerahan arsip perlu persetujuan lembaga kearsipan untuk dilakukan penilaian kembali
oleh lembaga kearsipan tersebut guna memastikan arsip yang diserahkan adalah arsip yang
benar-benar bernilai sekunder.
Penyerahan arsip berdasarkan jadwal retensi arsip dilakukandengan langkah-langkah yang
meliputi :
1. Pemeriksaan dan Penilaian Arsip
a. Susunan arsip
b. Jadwal retensi arsip
c. Penyeleksian
2. Pendaftaran
Setelah kegiatan pemeriksaan dan penilaian arsip selesai dilaksanakan dan ditentukan
bahwa arsip tersebut dapat diserahkan ke Arsip Nasional maka kegiatan berikutnya adalah
pembuatan daftar arsip yang akan diserahkan.
3. Pembuatan Berita Acara
Berita acara penyerahan arsip perlu untuk dibuat, mengingat bahwa kegiatan penyerahan
arsip terkait dengan pengalihan hak dan wewenang pengelolaan arsip yang bernilai guna
sangat tinggi dan bersifat lestari.
4. Pelaksanaan Penyerahan
Pelaksanaan penyerahan arsip statis dapat dilaksanakan setelah arsip tersebut didaftar dan
dibuat berita acaranya dan fisiknya juga diserahkan kepada pihak Arsip Nasional RI
Survei pada dasarnya adalah kegiatan untuk mengumpulkan data–data tentang sesuatu.
Kegiatan survey arsip merupakan pengumpulan data arsip baik yang berkaitan struktur dan
fungsi organisasi maupun arsipnya itu sendiri.
Fungsi survey adalah untuk mengetahui data tentang arsip apa yang dimiliki organisasi.
A. Langkah-langkah survey
1. Struktur dan fungsi organisasi
Dari struktur organisasi dapat diketahui fungsi fasilitatif dan fungsi substantif dari
Instansi Pusat Pendidikan dan Pelatihan. Fungsi fasilitatif adalah kegiatan penunjang yang
mendukung kelancaran pelaksanaan fungsi substantif, yaitu kepegawaian, keuangan,
organisasi dan ketatalaksanaan, tata usaha dan rumah tangga. Sedangkan fungsi substantive
adalah bina program dan pengembangan diklat dan pelaporan.
2. Arsip
Survei terhadap arsip dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai hal-hal sebagai
berikut :
a. Kondisi arsip
b. Kondisi tempat penyimpanan
c. Media rekam
d. Jumlah
e. Kurun waktu
f. System penataan
Daftar ikhtisar Arsip ini merupakan kompilasi seluruh data arsip dari semua unit kerja
organisasi. Daftar ini memuat keterangan sebagai berikut :
a. Nama Instansi
b. Alamat Instansi
c. Nomor Urut
d. Asal Arsip
e. Kurun Waktu
f. Jumlah
g. Jenis Media Rekam
h. Sistem penataan
i. Keterangan
Akhir kegiatan survey arsip adalah penyusunan proposal pembenahan arsip. Berdasarkan
Daftar Ikhtisar Arsip dapat dilakukan pembuatan perkiraan kebutuhan apa yang diperlukan
dalam pembenahan / penataan arsip.
Arsip tercipta karena adanya kegiatan administrasi dalam rangka pelaksanaan tugas dan
fungsi organisasi.
Pembenahan adalah kegiatan pengaturan arsip kacau, baik secara fisik maupun informasinya
sehingga dapat mencerminkan gambaran pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi secara utuh.
Kegiatan ini menghasilkan suatu Daftar Pertelaan Arsip Sementara (DPAS). Dari DPAS ini
selanjutnya dapat diketahui masih ada atau tidaknya fungsi arsip dalam pelaksanaan kegiatan
instansi melalui penilaian arsip.
A. Pembenahan Arsip
1. Identifikasi Arsip
Identifikasi yang dilakukan terhadap struktur organisasi untuk mengetahui unit kerja dan
fungsi. Selain itu juga penataan arsip harus sesuai dengan system penataan yang pernah
diberlakukan pada tahun arsip yang tercipta. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan prinsip
original order (aturan asli). Dalam kasus ini tidak ada system kearsipan baku (manual) yang
dijadikan dasar penataannya.
3. Pendeskripsian Arsip
Pendeskripsian sebenarnya merupakan kegiatan perekaman informasi setiap series arsip.
Perekaman ini secar umum memiliki standar yang didalamnya minimal memuat 6 hal, yaitu
bentuk rekasi, informasi series, tahun series, tingkat keaslian, kondisi fisik dan jumlah arsip.
Skema pengaturan arsip bias disusun berdasarkan struktur organisasi, fungsi organisasi
atau mengacu klasifikasi arsip sesuai system yang berlaku pada masa aktifnya. Dalam hal ini
akan didasarkan pada fungsi organisasi, yaitu memerhatikan fungsi fasilitatif dan juga fungsi
substantif. Fungsi fasilitatif meliputi kepegawaian, keuangan, kehumasan, organisasi dan
ketatalaksanaan. Sedangkan fungsi substantifnya adalah bina program diklat dan
penyelenggaraan diklat sehingga dapat ditentukan skema pengaturan arsip.
Setelah penomoran definitive kartu deskripsi, penataan dan penomoran definitive pada fisik
arsip sekaligus pengaturan dan pelabelan pada boks selanjutnya penuangan deskripsi kartu
pada Daftar Pertelaan Arsip Sementara.
B. Penilaian Arsip
Penilaian dilakukan setiap series arsip. Tentukan nilai guna primernya, apakah memiliki
nilai guna administrative, keuangan, hukum, ilmiah dan teknologi. Setiap series arsip dapat
memiliki lebih dari satu nilai guna maka dalam menentukan retensinya harus memperhatikan
lama waktu masing-masing nilai guna bagi kepentingan operasional pencipta.
Kepala
Nama Jelas
NIP..............
2. Panitia Penilai Arsip selanjutnya melaksanakan penilaian arsip yang akan dimusnahkan
melalui daftar arsip usul musnah maupun fisik arsip yang akan dimusnahkan. Bukti
atau “hasil” dari pelaksanaan pekerjaan tersebut adalah notulen rapat panitia, dan surat
pertimbangan pemusnahan arsip.
NOTULEN RAPAT
SIDANG RAPAT :
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat Sidang/Rapat :
Acara : 1.
2.
3.
PIMPINAN SIDANG/RAPAT
Ketua Panitia Penilai Arsip
Pencatar :
Peserta Sidang/Rapat :.
(Anggota Panitia Penilai Arsip): 1..
2.
3.dst
Kegiatan Sidang/Rapat : 1.
2.
3. dst
1. Pembukaan :
2. Pembahasan :
3. Keputusan :
Prov/Kab/Kota,
Pimpinan Sidang/Rapat
Nama Jabatan
Nama Jelas
NIP...…..
Contoh Surat Pertimbangan Pemusnahan :
SURAT PERTIMBANGAN
PANITIA PENILAI ARSIP
Provinsi/Kab/Kota, ................
1. N a m a :
(Ketua merangkap
NIP : (Tanda tangan)
anggota)
Jabatan :
2. N a m a :
NIP : (Anggota) (Tanda tangan)
Jabatan :
3. N a m a :
NIP : (Anggota) (Tanda tangan)
Jabatan :
-7-
4. N a m a :
NIP : (Anggota) (Tanda tangan)
Jabatan :
5. Dan seterusnya
3. Berdasarkan Notulen Rapat dan Surat Pertimbangan Pemusnahan Arsip dari PPA,
selanjutnya Pimpinan Instansi membuat surat permohonan persetujuaan pemusnahan
arsip dan dilampiri Daftar Arsip Usul Musnah kepada pejabat yang berwenang yaitu
Gubernur/Bupati/Walikota untuk lingkungan pemerintah daerah untuk arsip yang
retensinya dibawah 10 (sepuluh) tahun. Sedangkan arsip yang retensinya 10 (sepuluh)
tahun atau lebih persetujuan pemusnahan arsip dilingkungan pemerintah daerah
menjadi kewenangan Kepala ANRI.
Contoh surat permohonan persetujuan arsip :
Kepada Yth.
Lampiran : di
Pemusnahan Arsip
Kami laporkan dengan hormat bahwa pada tahun ini kami akan melakukan
pemusnahan arsip yang berdasarkan Jadwal
Retensi Arsip (JRA) dan berdasarkan pertimbangan Paniltia Penilai Arsip sebagaimana
terlampir sudah memenuhi persyaratan untuk dimusnahkan.
Sehubungan hal tersebut, sebagaimana Peraturan ............. Nomor
....................tentang ............... kami mohon persetujuan Bapak .............. untuk memusnahkan
arsip sebagaimana Daftar Arsip terlampir.
Demikian untuk menjadi perhatian dan atas persetujuan Bapak diucapkan terima kasih.
Prov/Kab/Kota,.............
Kepala
Nama Jelas
NIP. ....................
Contoh Daftar Arsip Usul Musnah :
Isi
Tingkat
No ( Uraian Informasi Tahun Jumlah Keterangan
Perkembangan
Arsip )
Prov/Kab/Kota,
Kepala .......................
Nama Jelas
NIP. ....................
Prov/Kab/Kota, .......
Arsip .......................
Gubernur/Bupati/Walikota
(……………………..…….)
KEPALA ...................
Mengingat : .
Undang-Undang Nomor .....................tentang Pembentukan
Daerah;
2. Undang-Undang Nomor ........................tentang Pemerintahan
Daerah
3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan;
5. Dan seterusnya
-12-
MEMUTUSKAN
Menetapkan
kimia
Ditetapkan di : ..........
Kepala
Nama Jelas
NIP. ..............
Isi
Tingkat
No ( Uraian Informasi Tahun Jumlah Keterangan
Perkembangan
Arsip )
Yogyakarta,
Kepala .......................
Nama Jelas
NIP. ....................
Keterangan :
Nomor : menunjuk nomor jenis arsip
Isi : uraian masalah sesuai informasi yang ada dalam arsip
Tahun : menunjuk tahun pembuatan arsip
Jumlah : menunjuk jumlah arsip, misalnya boks, odner
Tingkat Perkembangan : menunjuk pada tingkatan asli,copy, atau turunan.
Keterangan : menunjuk pada informasi tentang arsip, misalnya rusak,
tidak lengkap, berbahasa Belanda.
6. Setelah disusun Surat Ketetapan Pemusnahan selanjutnya pelaksanaan pemusnahan
arsip dengan dibuatkan berita acara pemusnahan arsip. Apabila pemusnahan arsip
dilaksanakan oleh pihak lain maka harus dibuatkan Surat Perjanjian Pelaksanaan
Pemusnahan.
N a m a : ...........................................
NIP : ...........................................
Jabatan : ...........................................
Prov/Kab/Kota,
Kepala .......................
Nama Jelas
NIP. ...................
Saksi-Saksi
1. N a m a :
NIP : (Tanda tangan)
Jabatan :
2. N a m a :
NIP : (Tanda tangan)
Jabatan :
3. N a m a :
NIP : (Tanda tangan)
Jabatan :
4. N a m a :
NIP : (Tanda tangan)
Jabatan :
5. Dan seterusnya
Nomor :
Pada hari ini ........ tanggal ............... bulan ........ tahun ........ kami
yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ....................................
NIP : ....................................
Jabatan : ....................................
Nama : ......................................
NIP : .......................................
Jabatan : ......................................
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KE II;
Berdasarkan kesepakatan bersama antara PIHAK KE I dan PIHAK KE II telah
mengikat perjanjian sebagai berikut :
-16-
Pasal 1
Surat Keputusan ................... Nomor ......................... tentang Pemusnahan
Arsip (Instansi) PIHAK KE I mengijinkan kepada PIHAK KE II untuk
melaksanakan pemusnahan arsip (Instansi) yang telah dilakukan sesuai peraturan yang
berlaku,
Pasal 2
PIHAK KE I bersedia menanggung beban biaya pemusnahan arsip sebagaimana dimaksud
Pasal 1.
Pasal 3
PIHAK KE II tidak berwenang atas kandungan informasi dalam arsip sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 dan bersedia menjaga kerahasiaan informasi baik sebagian maupun
keseluruhan.
Pasal 4
PIHAK KE II melaksanakan pemusnahan arsip sebagaimana dimaksud Pasal 1 secara total
sehingga tidak dikenali lagi baik isi maupun bentuknya dengan cara dilebur.
Pasal 5
PIHAK KE II bersedia dituntut dimuka pengadilan oleh PIHAK KE I dan bersedia
menanggung kerugian yang dikeluarkan oleh PIHAK KE I sebagai akibat tidak
terpenuhinya ketentuan sebagaimana tertuang dalam pasal-pasal perjanjian ini oleh PIHAK
KE II baik sengaja maupun tidak disengaja
sehingga PIHAK KE I merasa dirugikan, sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
Pasal 6
Surat perjanjian dibuat rangkap 3 (tiga) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak, pada
lembar kesatu dan kedua ditempel materai yang masing-masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama
Prov/Kab/Kota,
PIHAK KE II PIHAK KE I
materai
NAMAJELAS NAMAJELAS
NIP………… NIP…………
Saksi-saksi :
1. Nama :
NIP :
(Tanda Tangan)
Jabatan :
2. Nama :
NIP :
(Tanda Tangan)
Jabatan :
3. Nama :
NIP :
(Tanda Tangan)
Jabatan :
4. dst
C. PENUTUP
Memusnahkan arsip pada hakekatnya memusnahkan barang bukti maka harus dilakukan sesuai
dengan kaidah kearsipan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar hasil
pelaksanaan pemusnahan dapat dipertanggungjawabkan. Pemusnahan arsip tanpa
meninggalkan bukti-bukti pemusnahan atau tanpa melahirkan pengganti arsip yang
dimusnahkan maka pemusnahan tersebut ilegal/tidak sah. Pemusnahan arsip dengan sengaja
diluar prosedur yang benar diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama 10 tahun atau
denda paling banyak 500 juta (UU 43/2009 pasal 86)