Anda di halaman 1dari 89

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

hamil normal adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari

bulan ketujuh sampai 9 bulan. Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun

emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam keluarga (Saifuddin, 2015).

Menurut Mayangsari dkk (2019) perubahan secara fisik pada ibu hamil

seperti perubahan bentuk tubuh dengan badan yang semakin membesar,

munculnya jerawat di wajah atau kulit muka yang mengelupas. Perubahan

psikologis yang terjadi pada ibu hamil antara lain disebabkan karena rasa cemas

menjelang kelahiran, konsentrasi tentang perubahan hubungan dengan pasangan,

serta rasa cemas pada masalah keuangan. Pada saat yang sama, juga akan

merasakan kegelisahan pada kelahiran bayi dan permulaan dari fase baru dalam

hidup calon ibu.

Dalam suatu kehamilan pasti akan memasuki bulan-bulan mendekati

persalinan, pada bulan-bulan terakhir menjelang persalinan tersebut, ibu hamil

akan mengalami perubahan emosi yang berubah-ubah dan kadang pula tidak

dapat dikontrolnya. Hal itu disebabkan oleh adanya perasaan khawatir, cemas,

1
2

takut, bimbang, pemikiran negatif terhadap kondisi kehamilannya dan kecemasan

akan tugas-tugasnya kelak sebagai ibu (Pieter & Lubis, 2015)

Menurut Rahmawati (2017) rasa cemas yang dialami oleh ibu hamil itu

disebabkan karena meningkatnya hormon progesteron. Selain membuat ibu hamil

merasa cemas, peningkatan hormon itu juga menyebabkan gangguan perasaan

dan membuat ibu hamil cepat lelah.

Hormon yang meningkat selama kehamilan adalah hormon adrenalin.

Hormon adrenalin dapat menimbulkan disregulasi biokimia tubuh sehingga

muncul ketegangan fisik pada ibu hamil seperti mudah marah, gelisah, tidak

mampu memusatkan pikiran, ragu-ragu bahkan mungkin ingin lari dari kenyataan

hidup (Hasim, 2016). Menurut Pieter & Lubis (2015) ibu hamil akan mengalami

bentuk-bentuk perubahan psikis yaitu perubahan emosional, cenderung malas,

sensitif, gampang cemburu, minta perhatian lebih, perasaan tidak nyaman,

depresi, stress, dan mengalami kecemasan.

Kecemasan pada ibu hamil dapat muncul karena masa panjang saat

menanti kelahiran penuh ketidakpastian dan juga bayangan tentang hal-hal yang

menakutkan saat proses persalinan. Ketakutan ini sering dirasakan pada

kehamilan pertama atau primigravida terutama dalam menghadapi persalinan

(Hasim, 2016). Beban psikologi pada seorang wanita hamil, lebih banyak terjadi

pada umur kehamilan trimester III dibandingkan pada trimester I dan trimester II

(Hasim, 2016). Pada keadaan beban psikologi berat yang dialami oleh wanita

hamil, seringkali bisa mempengaruhi kehidupan janin intrauterin dan kelainan

yang timbul tergantung waktu terjadinya beban psikologis tersebut, bila gangguan
3

itu mulai timbul pada kehamilan muda bisa mempengaruhi terhadap pertumbuhan

janin intra uterin sehingga menyebabkan pertumbuhan janin terhambat atau intra

uterin growth restircition (IUGR), sampai gangguan denyut jantung janin bila

kehamilan tersebut sudah mendekati untuk melahirkan (Hasim, 2016).

Data WHO (2015) menunjukan sekitar 5% wanita tidak hamil mengalami

kecemasan, 8-10% selama kehamilan, dan meningkat menjadi 13% ketika

menjelang persalinan. Berdasarkan target Sustainable Development Goals (SDGs)

tahun 2015-2030 didapatkan 15.000 dari sekitar 4,5 juta wanita melahirkan

menyatakan adanya rasa takut dan kecemasan .Di negara berkembang

diperkirakan mencapai 100 ribu sampai 1.000 lebih per kelahiran yang

menyatakan adanya perasaan cemas, sedangkan di Negara maju berkisar 7-15 per

100 ribu kelahiran hidup yang menyatakan adanya perasaan cemas pada saat

menghadapi persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sendiri masih

sangat tinggi jika di bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 jumlah AKI di

Indonesia sebanyak 305/100.000 KH. Sedangkan Propinsi Kepulauan Riau

tercatat 10,7% ibu mengalami tingkat kecemasan dikarenakan kehamilan dan

persalinan (Direktorat Kesehatan Keluarga, 2016).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota

Tanjungpinang Tahun 2020 terdapat 4203 ibu hamil yang tersebar di Empat

Kecamatan. Kecamatan Tanjungpinang Timur dengan jumlah ibu hamil terbanyak

yaitu 1836 ibu hamil ( Data Skunder Kota Tanjungpinang, 2020).


4

Menurut D’souza & Nairy (2015), prevalensi tertinggi Pregnancy Specific

Anxiety (PSA) terjadi pada trimester III kehamilan. Didapatkan 71% tingkat

derajat kecemasan yang parah terjadi selama trimester III. Trimester III

merupakan puncak dari perubahan psikologis ibu hamil. Ibu hamil yang

merasakan kecemasan terutama pada ibu yang baru pertama kali hamil dan

menjelang proses persalinan. Mulai padausia kehamilan 28 minggu akan terjadi

peningkatan kecemasan ibu sehingga ibu mudah lelah, mulai timbul kekhawatiran

tentang penilaian pasangan, persalinan, keadaan fisik bayi, dan keselamatan

dirinya.

Akan tetapi, kecemasan akan berdampak negatif pada ibu hamil sejak

masa kehamilan hingga persalinan, seperti janin yang gelisah sehingga

menghambat pertumbuhannya, melemahkan kontraksi otot rahim dan lain-lain.

Dampak tersebut dapat membahayakan ibu dan janin (Hasim, 2016). Sebuah

penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa ibu hamil dengan tingkat kecemasan

yang tinggi memiliki resiko melahirkan bayi prematur bahkan keguguran.

Wanita hamil dianjurkan melakukan olahraga ringan selama hamil agar

ibu dan janin lebih sehat dan berkurangnya masalah-masalah yang timbul pada

kehamilannnya. Salah satu olahraga ringan yang dapat dilakukan ibu hamil ialah

senam hamil. Bila dicermati lebih lanjut, sebenarnya dalam gerakan senam hamil

terkandung efek relaksasi yang bermanfaat menstabilkan kecemasan dan

mengurangi rasa takut dengan cara relaksasi fisik dan mental, serta mendapatkan

informasi yang mempersiapkan mereka untuk mengalami apa yang akan terjadi

selama persalinan dan kelahiran (Inka Puty Larasati & Arief, 2012).
5

Senam hamil merupakan suatu gerakan tubuh berbentuk latihan-latihan

dengan aturan, sistematika, dan prinsip-prinsip gerakan khusus yang disesuaikan

dengan kondisi ibu hamil, bertujuan agar ibu hamil siap mental dan jasmani

dalam menghadapi proses persalinan. (Mulyani & Mawarti, 2020).

Psikoedukasi merupakan pengembangan dan pemberian informasi dalam

bentuk pendidikan masyarakat sebagai informasi yang berkaitan dengan psikologi

sederhana atau informasi lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikososial

masyarakat. Pemberian informasi ini bisa mempergunakan berbagai media dan

pendekatan. Psikoedukasi bukan merupakan pengobatan, namun merupakan suatu

terapi yang dirancang untuk menjadi bagian dari rencana perawatan secara

holistik. Melalui psikoedukasi, pengetahuan mengenai diagnosis penyakit, kondisi

pasien prognosis dan lain-lain dapat ditingkatkan. Terapi psikoedukasi

mengandung unsur peningkatan pengetahuan, pengenalan dan pengajaran teknik

mengatasi gejala-gejala penyimpangan perilaku serta peningkatan dukungan bagi

pasien (Rachmaniah, 2015).

Menurut Jones dalam Chaerani & Rahayu (2019), pemberian psikoedukasi

mengenai perubahan-perubahan yang dialami selama hidup dan bersikap terbuka

dengan orang lain, serta penggunaan koping yang efektif dapat membantu

mengurangi kecemasan, membuat perasaan menjadi lebih baik, dan dapat

membantu memecahkan masalah yang dihadapi, mengurangi depresi dan

menumbuhkan rasa percaya diri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hariyanto (2015) dengan judul :

Pengaruh Senam Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Di
6

Praktik Bidan Mandiri Kabupaten Boyolali”, hasil penelitian menunjukkan bahwa

Perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil dengan umur kehamilan lebih dari 32

minggu di Praktik Bidan Mandiri Kabupaten Boyolali antara kelompok kontrol

dan perlakuan diperoleh nilai rata-rata penurunan kecemasan pada kelompok

kontrol sebesar 0,20, sedangkan nilai rata-rata penurunan tingkat kecemasan pada

kelompok perlakuan adalah sebesar 2,60

Berdasarkan data di Puskesmas Melayu Kota Piring dari data sasaran

program pembangunan Kota Tanjungpinang tahun 2020, sasaran ibu hamil

November 2020 adalah sebanyak 468 ibu hamil yang tersebar di dua Kelurahan.

Sedangkan jumlah K4 sampai dengan November 2020 sebanyak 30 orang.

Berdasarkan data di Puskesmas Melayu Kota Piring, terdapat dua kelompok kelas

ibu hamil, hanya 20 orang ibu hamil saja yang mengikuti kelas ibu hamil (Data

Sekunder Melayu Kota Piring, 2020). Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan peneliti pada 10 orang ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas

Melayu Kota Piring, 7 ibu menyatakan bahwa belum pernah mengikuti senam

hamil dan merasa takut akan mengahdapi proses persalinannya, sedangkan 3

orang menyatakan pernah mengikuti senam hamil dan merasa biasa saja

menghadapi proses persalinan nanti .

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Efektivitas Senam Hamil Dan Psikoedukasi Terhadap

Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu

Kota Piring Tahun 2020”.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti merumuskan masalah yang akan

diteliti yaitu: “Apakah ada Efektivitas Senam Hamil Dan Psikoedukasi Terhadap

Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu

Kota Piring Tahun 2020?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Diketahuinya efektivitas senam hamil dan psikoedukasi terhadap

kecemasan pada ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring Tahun 2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Diketahuinya distribusi kecemasan ibu hamil sebelum dilakukan senam

hamil pada ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring.

B. Diketahuinya distribusi kecemasan ibu hamil sebelum diberikan

psikoedukasi pada ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring

C. Diketahuinya distribusi kecemasan ibu hamil sesudah dilakukan senam

hamil pada ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring.


8

D. Diketahuinya distribusi kecemasan ibu hamil sesudah diberikan

psikoedukasi pada ibu hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring.

E. Diketahuinya efektifitas senam hamil terhadap kecemasan pada ibu

hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring

Tahun 2020

F. Diketahuinya efektifitas psikoedukasi terhadap kecemasan pada ibu

hamil primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring

Tahun 2020

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan

yang bermanfaat untuk mengatasi kecemasan pada ibu hamil primigravida yang

sering terjadi pada ibu hamil.

1.4.2.Manfaat Bagi Fasiltas Kesehatan

Sebagai masukan bagi institusi pelayanan khususnya Puskesmas dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan dan memberikan pelayanan yang

berkualitas.

1.4.3.Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian dapat memberikan informasi, motivasi dan dorongan

kepada masyarakat khususnya ibu hamil untuk mengetahui dan memahami


9

pentingnya senam hamil dan psikoedukasi terhadap mengatasi kecemasan ibu

hamil primigravida yang sering tejadi pada ibu hamil.

1.4.4. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

A. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

kebidanan, khususnya pengetahuan tentang senam hamil dan

psikoedukasi dalam menurunkan kecemasan pada ibu hamil primigravida.

B. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebaagi dokumentasi, menambah

informasi atau referensi dan bahan masukan untuk institusi dalam usaha

meningkatkan kwalitas proses belajar mengajar mengenai senam hamil,

dan manfaat senam hamil dalam menurunkan kecemasan pada ibu hamil

primigravida

C. Sebagai tambahan referensi bagi perpustakaan UNIBA.

D. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca selanjutnya.

1.4.5. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapakan dapat menjadi informasi ilmiah bagi mahasiswa dan dapat

dikembangkan dikemudian untuk diteliti lebih lanjut


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi

Kehamilan Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang

wanita terdapat hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa).Kehamilan

merupakan suatu proses yang alamiah dan fisiologis (Yanti, 2015).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-

14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan

trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yanti, 2015).

2.1.2 Tanda – tanda Kehamilan

Menurut Padila (2015) tanda – tanda kehamilan dibagi menjadi 3 :

A. Tanda – tanda Presumtif (dugaan) hamil

1. Ameneora (tidak dapat haid)

2. Mual dan muntah (nausea dan emesis)

3. Mengidam
11

4. Tidak tahan suatu bau

5. Pingsan

6. Tidak ada selera makan

7. Lelah / Letih

8. Payudara tegang
10
9. Sering buang air kecil

10. Konstipasi sering

11. Pigmenrasi kulit

B. Tanda –tanda tidak pasti / kemungkinan kehamilan

1. Perut membesar

2. Uterus membesar

3. Tanda Chadwick, vulva dan vagina kebiruaan

4. Kontraksi – kontraksi kecil uterus

5. Test kehamilan

C. Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )

1. Gerakan janin

2. Denyut jantung janin

3. Terlihat badanya gambaran janin melalui USG

2.1.3 Perubahan Fisiologis Kehamilan

Menurut Manuaba, IBG (2015) dengan terjadinya kehamilan maka seluruh

sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat

menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam


12

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, estrogen, dan

progesteron yang menyebabkan perubahan pada bagian-bagian tubuh di bawai ini :

A. Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30

gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000

gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi

menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin.

Perubahan isthsmus uteri (rahim) menyebabkan isthmus menjadi lebih

panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari

dapat saling sentuh. Perlunakan isthmus disebut tanda Hegar.Hubungan antara

besarnya rahim dan usia kehamilan penting untuk diketahui karena

kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti hamil kembar, hamil mola

hidatidosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba lebih besar. Sebagai

gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Pada usia kehamilan 16 minggu, kavum uteri seluruhnya diisi oleh amnion,

di mana desidua kapsularis dan deidua parietalis telah menjadi satu. Tinggi

rahim adalah setengah dari jarak simpisis dan pusat. Plasenta telah terbentuk

seluruhnya.

2. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari di bawah

pusat sedangkan pada usia 24 minggu tepat di tepi pusat.


13

3. Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari di atas

pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus.

4. Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah jarak

prosesus xifoideus dan pusat.

5. Pada usia kehamilan 36 minggu tinggi fundus uteri sekitar satu jari di bawah

prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas panggul.

6. Pada usia kehamilan 40 minggu fundus uteri turun setinggi tiga jari di bawah

prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala jan telah masuk pintu atas

panggul.

Panjang fundus uteri pada usia kehamilan 28 minggu adalah 25 cm,

pada usia kehamilan 32 minggu panjangnya 27 cm, dan umur hamil 36 minggu

panjangnya 30 cm. Regangan dinding rahim karena besarnya pertumbuhan dan

perkembangan janin menyebabkan isthmus uteri makin tertarik ke atas dan

menipai di segmen bawah rahim (SBR). Pertumbuhan rahim ternyata tidak sama

ke semua arah, tetapi terjadi pertumbuhan yang cepat di daerah implantasi

plasenta, sehingga rahim bentuknya tidak sama. Bentuk rahim yang tidak sama

disebut tanda Piskaseck.

Perubahan konsentrasi hormonal yang mempengaruhi rahim, yaitu

esterogen dan progesteron menyebabkan progesteron mengalami penurunan dan

menimbulkan kontraksi rahim yang disebut Braxton Hicks. Terjadinya Braxton

Hicks, tidak dirasakan nyeri dan terjadi bersamaan di seluruh rahim. Kontraksi

Brakton Hicks akan berlanjut menjadi kontraksi untuk persalinan. Bersamaan

dengan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, diikuti oleh makin

besarnya aliran darah menuju rahim dari arteri uterina dan arteri ovarika.
14

Otot rahim mempunyai susunan istimewa yaitu longitudinal, sirkuler,

dan oblika sehinnga keseluruhannya membuat anyaman yang dapat menutup

pembuluh darah dengan sempurna. Meningkatnya pembuluh darah menuju

rahim mempengaruhi serviks yang akan mengalami perlunaakan. Serviks hanya

memiliki sekitar 10% jaringan otot. Pada saat persalinan, terjadi pembukaan

serviks secara pasif, karena kuatnya kontraksi otot rahim. Segera setelah

persalinan, serviks yang sedikit mempunyai otot, akan melipat dan terjadi

pengecilan dengan pasif. Serviks yang sedikit mempunyai otot, tetap terbuka,

tanpa mekanisme sfingter, sehingga memberikan kesempatan untuk

mengeluarkan lokhea. Pada pemeriksaan postpartum, serviks multipara

mempunyai dua bibir, bibir atas dan bibir bawah

B. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh esterogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan

(tanda Chadwicks)

C. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta

yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari

kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin

yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis anterior.

D. Sistem sirkulasi darah

Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi

ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembulu - pembulu darah yang


15

membesar pula, mamma dan alat-alat lain yang memang berfungsi berlebihan

dalam kehamilan. Seperti yang sudah dikemukakan, volume darah ibu dalam

kehamilan bertambah secara fisiologik dengan adanya pencairan darah yang

disebut hidremia. Volume darah akan bertambah banyak, kira – kira 25%,

dengan puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang

meninggi sebnyak kira –kira 30%. Akibat hemodilusi tersebut, yang mulai jelas

timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang mempunyai penyakit jantung dapat

jatuh dalam keadaan dekompensasi kordis.

E. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak

dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen,

progesteron dan somatomamotrofin. Fungsi hormon mempersiapkan

payudara untuk pemberian ASI dijabarkan sebagai berikut:

1. Esterogen, berfungsi:

a. Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

b. Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara

tampak makin membesar.

c. Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam

menyebabkan rasa sakit pada payudara

2. Progesteron, berfungsi:

a. Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

b. Meningkatkan jumlah sel asinus.


16

c. Somatomamotrofin, berfungsi:

1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan

laktoglobulin.

2) Penimbunan lemak di sekitar alveolus payudara.

3) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

F. Dinding perut

Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robeknya serabut elastis di bawah kulit, sehingga tibul strie gravidarum. Bila

terjadi peregangan yang hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan

ganda, dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba

bertambah pigmentasinya disebut linea nigra.

G. Sistem pernapasan

Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek napas. Hal

ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah diafragma akibat pembesaran

rahim. Kapasitas vital paru meningkat sedikit selama hamil. Seorang wanita

hamil selalu bernapas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah pernapasan

dada (thoracic breathing).

H. Saluran pencernaan

Salivasi meningkat dan pada trimester pertama, mengeluh mual dan

muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaanmelemah sehingga motilitas dan

makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resorpsi makanan

baik, namun akan menimbulkan obstipasi. Gejala muntah (emesis


17

gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi

(morning sickness).

I. Tulang dan gigi

Persendian panggul akan terasa lebih longgar,karena ligamen-

ligamen melunak (softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang

persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan

kalsium janin, kalsium pada tulang- tulang panjang ibu akan diambil untuk

memenuhi kebutuhan tadi. Apabila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan

kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang

disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya higiene yang buruk pada rongga

mulut.

J. Kulit

Pada daerah kulit tertentu terjadi hiperpigmentasi:

1. Muka: disebut masker kehamilan (choasma gravidarum),

2. Payudara: puting susu dan areola payudara,

3. Perut: linea nigra striae,

4. Vulva.

K. Kelenjar endokrin

1. Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.

2. Kelenjar hipofise: dapat membesar terutama lobus anterior.

3. Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh.

L. Metabolisme dalam kehamilan


18

Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi, sistem

endokrin juga meningg, dan tampak lebih jelas kelenjar gondoknya

( glandula tiroidea). BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya

ditemukan pada triwulan terakir. Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh

terutama dari pembakaran hidrat arang, khususnya sesudah kehamilan 20

minggu ke atas akan tetapi pula dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk

mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-hari. Asuhan antenatal

adalah upaya preventiv program pelayanan kesehatan obstetrik untuk

optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan.

2.1.4 Perubahan Psikologi

Menurut Marmi (2015) trimester ketiga ini sering disebut periode

penantian penuh dengan kewaspadaan. Ibu mulai menyadari kehadiran bayi

sebagai makhluk terpisah, sehingga ia tidak sabar menantikan kelahiran sang

bayi. Dalam trimester ini merupakan waktu persiapan yang aktif menantikan

kelahiran bayinya. Hal ini membuat ibu berjaga-jaga dan menunggu tanda

gejala persalinan. Sejumlah ketakutan muncul dalam trimester ini yaitu merasa

cemas dengan kehidupan bayinya dan dirinya sendiri, seperti apakah bayinya

nanti akan keluar abnormal, terkait dengan persalinan dan pelahiran (nyeri,

kehilangan kendali dan hal-hal lain yang tidak diketahui) apakah ibu akan

menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena

perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami

cedera akibat tendangan bayi.


19

Menurut Romaulli (2015), perubahan psikologis yang terjadi pada

kehamilan trimester III adalah sebagai berikut :

A. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak

menarik.

B. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

C. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul saat melahirkan, khawatir

akan keselamatannya.

D. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang

mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

E. Merasa sedih karena terpisah dengan bayinya.

F. Merasa kehilangan perhatian.

G. Perasaan sudah terluka (sensitif).

H. Libido menurun.

2.2. Persalinan

2.2.1 Definisi

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan

bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan adalah persalinan yang terjadi pada

kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai onset yang

spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat

awitanya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin

(tunggal) dengan presentase verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian
20

anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artificial (seperti forsep), tidak

mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), dan mencakup pelahiran

plasenta yang normal (Sari, 2014).

Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara

spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama

proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang

kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah

persalinan ibu maupun bayi berada di dalam kondisi sehat (Sari, 2014).

2.2.2 Jenis – Jenis Persalinan

Menurut Sari (2015) jenis-jenis persalinan adalah

A. Jenis persalinan berdasarkan bentuk terjadinya

1. Persalinan spontan

Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

kekuatan ibunya sendiri dan melalui jalan lahir. Persalinan normal disebut

juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala

dengan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan

alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung

kurang dari 24 jam.

2. Persalinan buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau

dilakukan operasi sectio caesarea.

3. Persalinan anjuran
21

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya

pemberian Pitocin dan prostaglandin.

B. Jenis persalinan menurut Lama kehamilan dan berat janin

1. Abortus

Abortus merupakan terputusnya kehamilan, fetus belum sanggup

hidup diluar uterus, berat janin 400-1000 gram, umur kehamilan kurang

dari 28 minggu.

2. Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu sampai 28 minggu

atau bayi dengan berat badan antara 500-999 gram.

3. Partus prematurus

Persalinan yang terjadi dalam kurun waktu antara 28 minggu-36

minggu dengan berat janin kurang dari 1000-2499 gram.

4. Persalinan aterm

Persalinan yang terjadi antara umur kehamilan 37 minggu sampai

42 minggu dengan berat janin diatas 2500 gram.

5. Partus serotinus atau postmaturus

Postmaturus merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu

sebelum terjadinya persalinan.

6. Partus presipitatus

Persalinan yang berlangsung cepat kurang dari 3 jam.


22

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

A. Penumpang (passenger)

Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang

perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi,

letak, sikap, dan posisi janin, sedangkan yang perlu diperhatikan pada

plasenta adalah letak, besar dan luasnya.

B. Jalan Lahir (Passage)

Jalan lahir terbagi atas dua, yakni jalan lahir dan jalan lahir lunak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan

bentuk tulang panggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan lahir

lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar

panggul, vagina, dan introitus vagina.

C. Kekuatan (power)

Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:

1. Kekuatan primer (kontraksi involunter)

Kontraksi yang berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan

dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang

digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain

frekuensi, durasi, dan intensitas kontaksi. Kekuatan primer ini

mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga

janin turun.

2. Kontraksi sekunder (Kontraksi Volunter)


23

Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen itu

berkontaraksi dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga

menimbulkan tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada

semua sisi dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan

sekunder tidak memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi

serviks lengkap, Kekuatan ini mencakup penting dalam usaha untuk

mendorong keluar dari uterus dan vagina.

3. Posisi (Positioning)

Posisi ibu dapat memengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi

persalinan. Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk

menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki

sirkulasi. Posisi tegak (contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan

jongkok) memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah

memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Selain itu,

posisi ini dianggap dapat mengurangi kejadian penekanan tali pusat.

4. Respon psikologi (Psychology Response)

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :

a. Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan.

b. Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan.

c. Saudara kandung bayi selama persalinan.

2.2.4 Tanda-Tanda Persalinan

Tanda persalinan dibagi menjadi 2 fase yaitu, tanda bahwa persalinan

sudah dekat dan tanda timbulnya persalinan (inpartu).


24

A. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

1. Terjadi lightening

Menjelang minggu 36 kehamilan, tanda pada primigravida adalah

terjadinya penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk

pinggul atas panggul yang disebabkan kontraksi Braxton Hicks

ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya

berat janin dimana kepala kearah dibawah. Masuknya bayi kepintu atas

panggul menyebabkan ibu merasakan :

a. Ringan dibagian atas perut, dan rasa sesaknya berkurang

b. Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal

c. Kesulitan berjalan

d. Sering buang air kecil

2. Terjadinya his permulaan

Pada sewaktu umur kehamilan masih muda, yaitu sejak trimester

pertama kehamilan uterus akan terus mengalami kontraksi ringan. Pada

trimester kedua dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual atau

disebut Braxton Hicks. Dengan semakin tuanya kehamilan, pengeluaran

estrogen dan progesteron semakin berkurang, sehingga oksitosin dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering, yang dikenal sebagai his palsu,

dengan sifat sebagai berikut :

a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah

b. Datangnya tidak teratur

c. Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda


25

d. Durasinya pendek

e. Tidak bertambah bila beraktivitas

B. Tanda-tanda timbulnya persalinan (inpartu)

1. Terjadinya his persalinan

His adalah kontraksi yang dapat diraba menimbulkan rasa nyeri

diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim

yang dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornus uteri.

2. Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan

pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu

serviks membuka.

3. Terkadang disertai ketuban pecah

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibatnya pecahnya

selaput ketuban menjelang persalinan.

4. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis sevikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his (Nuraisah, 2015)

2.2.5 Tahapan Persalinan

A. Kala I (Kala Pembukaan)


26

Kala I disebut juga sebagai kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses pembukaan

serviks akibat his dibagi menjadi 2 fase,yaitu :

1. Fase Laten

Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2. Fase Aktif, dibagi menjadi 3 fase lagi,yaitu:

a. Fase Akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm tadi menjadi 4

cm.

b. Fase Dilatasi Maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat, dari 4 sampai menjadi 9cm.

c. Fase Deselerasi, Pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

B. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi kuat, cepat,dan lebih

lama kira kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk keruang

panggul sehingga terjadilah tekanan tekanan pada otot-otot dasar panggul

yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan

pada rektum, ibu merasa mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum

menegang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala,

diikuti oleh seluruh badan janin.

C. Kala III (Kala Pengeluaran Uri)


27

Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar, uterus teraba

keras dan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua

kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his

pelepasan dan pengeluaran uri dan waktu 5-10 menit, seluruh plasenta

terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan

sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

D. Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir

lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap bahaya pendarahan

postpartum (Sari, 2015).

2.3 Kecemasan

2.3.1 Definisi

Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang menekan.

Namun dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan

seseorang ketakutan yang tidak rasional terhadap situasi hal. Kecemasan

berbeda dengan phobia, karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan

dapat menyerang siapa saja,setiap saat dengan atau tanpa alasan apapun

(Sondakh & Yuliani, 2017).

Menurut Kaplan, kecemasan merupakan respons terhadap situasi

tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
28

perkembangan, perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Seringkali kecemasan juga ditandai dengan perasaan tegang, mudah gugup,

kewaspadaan berlebih, dan terkadang menyebabkan keringat pada telapak

tangan. Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai

dengan perasaan ketakutan dan kekhawatiran yang mendalam dan

berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (reality testing

ability/RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami

keretakan kepribadian/ Splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi

masih dalam batas-batas normal (Mintarsih, 2017).

2.3.2 Tanda dan Gejala Kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau dikemukakan oleh

seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang di rasakan

oleh individu tersebut (Mintarsih, 2017). Keluhan yang sering dikemukakan

oleh seseorang saat mengalami kecemasan secara umum, antara lain sebagai

berikut:

A. Gejala Psikologi : pernyataan cemas/khawatir, firasat buruk, takut akan

pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, tidak tenang, gelisah

dan mudah terkejut.

B. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

C. Gangguan konsentrasi daya ingat.


29

D. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak

nafas, gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan

terasa dingin dan lembab dan lain sebagainya.

2.3.3 Jenis-jenis Kecemasan

Terdapat jenis-jenis kecemasan yang telah di ungkapkan oleh Freud

dalam hal kecemasan yaitu kecemasan realistik, kecemasan neurotik, dan

kecemasan moral. Hal ini juga dijelaskan oleh Freud dalam Julianti (2018)

yaitu :

A. Kecemasan Realistik

Kecemasan realistik yaitu kecemasan atau ketakutan yang realistis atau

takut akan bahaya-bahaya di dunia luar, kecemasan realis ini merupakan

kecemasan paling pokok di antara jenis kecemasan yang lainnya, kecemasan

realis menjadi penyebab munculnya kecemasan neurotik dan kecemasan

moral.

B. Kecemasan Neurotik

Kecemasan Neurotik adalah ketakutan terhadap hukuman yang akan

diterima oleh dirinya dari orang tua atau figure penguasa lainnya jika reaksi

yang dilakukan oleh dirinya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh orang

lain.

C. Kecemasan Moral

Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul ketika seseorang

melanggar norma- norma yang ada. Hal ini juga dipengaruhi oleh

pengalaman yang telah dialami masa lampau dimana seseorang pernah


30

mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan melanggar kode

moral, dan mungkin akan mendapatkan hubungan lagi.

2.3.4 Tingkat Kecemasan

Menurut Videbeeck (2008) dalam Priharyanti (2018), ada 4 tingkat

kecemasan yang dialami oleh individu yaitu:

A. Kecemasan Ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari, individu

masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat

memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara

efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon fisiologis

ditandai dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala

ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.Respon kognitif

merupakan lapang persepsi luas, mampu menerima rangsangan yang

komplek, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif.

Respon perilaku dan emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, suara kadang-kadang meningkat.

B. Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietes ini mempersempit lapang persepsi

individu. Dengan demikian, individu mengalami tindak perhatian yang

selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika di arahkan untuk

melakukannya.
31

1. Respon fisiologis : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah

meningkat, mulut kering, diare, gelisah.

2. Respon kognitif : lapang persepsi menyempit, rangsangan luar tidak

mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

3. Respon perilaku dan emosi : meremas tangan, bicara banyak dan lebih

cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

C. Kecemasan Berat

Kecemasan ini sangat mengurangi persepsi individu. Cenderung

berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir tentang hal

lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu

tersebut memerlukan banyak arahan atau perintah untuk berfokus pada

daerah lain.

1. Respon fisiologis : Nafas pendek, nadi dam tekanan darah meningkat,

berkeringat, ketegangan dan sakit kepala.

2. Respon kognitif : Lapang persepsi amat sempit, tidak mampu

menyelesaikan masalah.

3. Respon perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat

D. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu

melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang

terjadi pada keadaan ini adalah susah bernafas, dilatasi pupil, palpitasi,

pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap


32

perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan

delusi. Panik mempunyai karakteristik :

1. Respon fisiologis : Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,

pucat, hipotensi serta rendahnya koordinasi motorik.

2. Respon kognitif : Gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi

terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidak mampuan

memahami situasi.

3. Respon perilaku dan emosi : Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan,

berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik

tidak menentu), perasaan terancam serta dapat berbuat sesuatu yang

membahayakan diri sendiri atau orang lain.

2.3.5 Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Menurut Hawari (2018) Untuk mengetahui sejauh mana derajat

kecemasan seseorang apakah ringan,sedang, berat atau berat sekali seseorang

menggunakan alat ukur (istrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating

Scale for Anxiety (HRS-A). Masing-masing soal diberi nilai antara 0-3

(Mintarsih, 2017).

0 = Tidak ada gejala

1 = Gejala Ringan

2 = Gejala Sedang

3 = Gejala Berat

Masing-masing soal dijumlahkan dan diketahui derajat kecemasan

seseorang (Mintarsih, 2017).


33

< 14 = Tidak Cemas

14-20 = Kecemasan Ringan

21-27 = Kecemasan Sedang

28-41 = Kecemasan Berat

Adapun hal yg dinilai dalam alat ukur HARS adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Gambaran Tingkat Kecemasan
Gejala Kecemasan Nilai Angka Score
1. Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3
a. Cemas
b. Firasat buruk
c. Takut akan pikiran sendiri
d. Mudah tersinggung
2. Ketegangan 0 1 2 3
a. Merasa tegang
b. Lesu
c. Tidak bisa istirahat tenang
d. Mudah menangis
e. Mudah terkejut
f. Gemetar
g. Gelisah
3. Ketakutan 0 1 2 3
a. Pada gelap
b. Pada orang asing
c. Di tinggal sendiri
d. Pada binatang besar
e. Pada keramaian lalu lintas
f. Pada kerumunan orang banyak
4. Gangguan tidur 0 1 2 3
a. Sukar masuk tidur
b. Terbangun malam hari
c. Tidur tidak nyenyak
d. Bangun dengan lesu
e. Banyak mimpi-mimpi
f. Mimpi buruk
g. Mimpi menakutkan
5. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3
a. Sukar konsentrasi
34

b. Daya ingat menurun


c. Daya ingat buruk
6. Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3
a. Hilangnya minat
b. Berkurangnya kesenangan pada hobi
c. Sedih
d. Bangun dini hari
e. Perasaan berubah ubah sepanjang hari
7. Gejala somatik/fisik (otot) 0 1 2 3
a. Sakit dan nyeri di otot-otot
b. Kaku
c. Kedutan otot
d. Gigi gemerutuk
e. Suara tidak stabil
8. Gejala somatic /fisik (sensorik) 0 1 2 3
a. Tinitus (telinga berdenging)
b. Penglihatan kabur
c. Muka merah atau pucat
d. Merasa lemas
e. Perasaan ditusuk-tusuk
9. Gejala kardiovaskuler 0 1 2 3
a. Takikardia (denyut jantung cepat)
b. Berdebar-debar
c. Nyeri di dada
d. Denyut nadi mengeras
e. Rasa lesu/ lemas seperti mau pingsan
f. Detak jantung menghilang (berhenti sekejap)
10. Gejala respiratoryi (pernafasan) 0 1 2 3
a. Rasa tertekan atau sempit di dada
b. Rasa tercekik
c. Sering menarik nafas
d. Nafas pendek/sesak
11. Gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3
a. Sulit menelan
b. Perut melilit
c. Gangguan pencernaan
d. Nyeri sebelum dan sesudah makan
e. Perasaan terbakar di perut
f. Rasa penuh atau kembung
g. Mual
h. Muntah
i. Buang air besar lembek
j. Sukar buang air besar (konstipasi)
k. Kehilangan berat badan
12. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) 0 1 2 3
a. Sering buang air kecil
b. Tidak dapat menahan air seni
c. Tidak datang bulan
d. Darah haid berlebihan
35

e. Darah haid amat sedikit


f. Masa haid berkepanjangan
g. Masa haid amat pendek
h. Haid beberapa kali dalam sebulan
i. Menjadi dingin (frigid)
j. Ejakulasi dini
k. Ereksi melemah
l. Ereksi hilang
m. Impotensi (khusus pria)
13. Gejala autonom 0 1 2 3
a. Mulut kering
b. Muka merah
c. Mudah berkeringat
d. Kepala pusing
e. Kepala terasa berat
f. Kepala terasa sakit
g. Bulu-bulu berdiri
14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3
a. Gelisah
b. Tidak tenang
c. Jari gemetar
d. Kerut kening
e. Muka tegang
f. Otot tegang/mengeras
g. Nafas pendek dan cepat
h. Muka merah

2.3.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian

besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa

atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan.

Menurut Ramaiah (2011) dalam Asrori (2015) ada beberapa faktor yang

menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:

A. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir

individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena

adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan


36

keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja sehingga individu tersebut

merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

B. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan

keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika

dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat

lama.

C. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti

misalnya kehamilan semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit.

Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim

muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

Menurut Carpenito (2018), faktor yang mempengaruhi kecemasan

yaitu:

1. Situasional ( personal, lingkungan )

Lingkungan pembelajaran klinik sangat berpengaruh dalam outcome

mahasiswa saat di lingkungan pekerjaan. Eksplorasi lingkungan

pembelajaran mencerminkan area klinik yang sebenarnya dan dapat

memberikan kepada pengajar dalam proses pembelajaran (Papastavrou et al,

2017). Dalam suatu study penelitian pada 645 mahasiswa disimpulkan

bahwa lingkungan pembelajaran dan suasana lingkungan merupakan faktor

penting dalam proses pembelajaran (Papastavrou et al, 2017). Keefektifan


37

suatu pembelajaran pada mahasiswa di pengaruhi pula oleh dukungan

fasilitas untuk menjadi bagian dari suatu tim. Jika lingkungan tidak

terstruktur dengan baik, hal ini dapat membuat mahasiswa mudah terancam

dan mengalami kecemasan (Papastavrou et al, 2017).

Faktor lingkungan fisik merupakan faktor dimana pengajaran

dilakukan sehingga membuat proses belajar menjadi menyenangkan atau

menjadi suatu pengalaman yang menyulitkan. Dalam hal ini, harus memilih

lingkungan yang membantu untuk memfokuskan diri pada tugas

pembelajaran. Jumlah peserta yang diajar, kebutuhan untuk ketenangan,

temperatur ruangan, pencahayaan, kebisingan, ventilasi udara, dan perabot

ruangan sangat penting ketika memilih tempat (Patricia A. Potter, 2015).

2. Maturasional

Seseorang dikatakan mencapai maturitas ketika mereka sudah

mencapai keseimbangan pertumbuhan fisiologis, psikososial dan kognitif.

Individu yang matur merasa nyaman dengan kemampuan, pengetahuan dan

respon yang telah mereka kembangkan selama bertahun-tahun (Patricia A.

Potter, 2015). Orang-orang yang matang terbuka untuk menerima saran dan

kritik yang membangun tanpa kehilangan kepercayaan diri. Mereka

mempertimbangkan masukan dan rekomendasi orang lain ketika membuat

keputusan tetapi tidak terlalu terpengaruh atau terintimidasi dengan orang

lain. Perkembangan setiap orang, bagaimanapun merupakan sebuah proses

yang unik. Perubahan itu dialami oleh dewasa awal termasuk proses alami

maturasi.
38

Menurut Iqbal, Lilis dan Joko (2015) tidak semua kecemasan dapat

dikatakn bersifat patologis ada juga kecemasan yang bersifat normal. Faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu :

a. Faktor Internal

1. Usia. Permintaan bantuan dari sekeliling menurun dengan

bertambahnya usia, pertolongan diminta bila ada kebutuhan akan

kenyamanan, reassurance, dan nasehat-nasehat. Mula – mula yang

dicari adalah keluarga dan teman – teman dan bila dibutuhkan lebih

lanjut biasanya individu akan berpaling kepada organisasi social

(social resource/network) dimana organisasi menduduki nomor satu

dalam urutan.

2. Pengalaman. Individu yang mempunyai modal kemampuan

pengalaman menghadapi stress dan punya cara menghadapinya akan

cenderung lebih menganggap stress yang berapapun sebagai masalah

yang bias diselesaikan. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang

berharga dan belajar dari pengalaman dapat meningkatkan

keterampilan menghadapi stress.

3. Aset Fisik. Orang dengan asset fisik yang besar, kuat dan garang akan

menggunakan aset ini untuk menghalau stres yang datang meng-

ganggu.

b. Faktor Eksternal

1. Pengetahuan. Seseorang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan

kemampuan intelektual akan dapat meningkatkan kemampuan dan rasa


39

percaya diri dalam menghadapi stres mengikuti berbagai kegiatan

untuk meningkatkan kemampuan diri akan banyak menolong individu

tersebut.

2. Pendidikan. Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak

mampu untuk menghadapi stress. Semakin tinggi pendidikan

seseorang akan mudah dan semakin mampu menghadapi stress yang

ada.

3. Finansial/Material. Aset berupa harta yang melimpah tidak akan

menyebabkan individu tersebut mengalami stress berupa kekacauan

finansial, bila hal ini terjadi dibandingkan orang lain yang aset

finansialnya terbatas.

4. Keluarga. Lingkungan kecil dimulai dari lingkungan keluarga peran

pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam memberi dukungan. Istri

dan anak yang penuh pengertian serta dapat mengimbangi kesulitan

yang dihadapi suami akan dapat memberikan bumper kepada kondisi

stress yang dialami.

5. Obat. Dalam bidang psikiatri dikenal obat-obatan yang tergolong

dalam kelompok antiansietas. Obat-obat ini mempunyai khasiat

mengatasi ansietas sehingga penderitanya cukup tenang.

6. Dukungan Sosial Budaya. Dukungan social dan sumber-sumber

masyarakat serta lingkungan sekitar individu akan sangat membantu

seseorang dalam menghadapi stressor, pemecahan masalah bersama-


40

sama dan tukar pendapat dengan orang di sekitarnya akan membuat

situasi individu lebih siap menghadapi stress yang akan datang.

2.4 Senam Hamil

2.4.1 Definisi senam hamil

Senam hamil merupakan suatu gerakan tubuh berbentuk latihan-latihan

dengan aturan, sistematika, dan prinsip-prinsip gerakan khusus yang

disesuaikan dengan kondisi ibu hamil, bertujuan agar ibu hamil siap mental dan

jasmani dalam menghadapi proses persalinan (Mulyani & Mawarti, 2020).

Senam hamil bukan merupakan keharusan. Namun, dengan melakukan

senam hamil akan banyak memberikan manfaat dalam membantu kelancaran

proses persalinan antara lain dapat melatih pernapasan dan relaksasi,

menguatkan otot-otot panggul dan perut, serta melatih cara mengedan yang

benar. Kesiapan ini merupakan bekal penting bagi calon ibu saat persalinan

(Kurnia Widya Wati dkk, 2018).

2.4.2 Manfaat senam hamil

Bila dicermati lebih lanjut, sebenarnya dalam gerakan senam hamil

terkandung efek relaksasi yang dapat menstabilkan kecemasan dan mengurangi

rasa takut dengan cara relaksasi fisik dan mental, serta mendapatkan informasi

yang mempersiapkan mereka untuk mengalami apa yang akan terjadi salama

persalinan dan kelahiran (Humaera, 2019).

Senam hamil yang teratur dapat mengurangi ketidaknyamanan dan

keluhan- keluhan ibu dalam menghadapi kehamilan, seperti; nyeri punggung,


41

mual, kejang tungkai, konstipasi, sesak nafas, serta kecemasan (Maryunani,

2016). Senam hamil juga berguna melancarkan sirkulasi darah, nafsu makan

bertambah, pencernaan menjadi lebih baik, dan tidur menjadi lebih nyenyak

(Sulistyawati, 2016).

Sedangkan menurut Kurnia Widya Wati dkk (2018), manfaat senam

hamil secara teratur dan terukur ialah sebagai berikut:

A. Memperbaiki sirkulasi darah

B. Mengurangi pembengkakan

C. Memperbaiki keseimbangan otot

D. Mengurangi resiko gangguan gastrointerstinal, termasuk sembelit

E. Mengurangi kejang kaki/kram

F. Menguatkan otot perut

G. Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan

2.4.3 Syarat-Syarat Melakukan Senam Hamil

Menurut Sari dkk (2015) Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan

untuk melakukan senam hamil yaitu :

A. Telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau

bidan

1. Latihan harus dilakukan secara teratur dalam suasana yang tenang

2. Berpakaian cukup longgar

3. Menggunakan kasur atau matras

4. Latihan dilakukan secara teratur dan disiplin


42

5. Sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah

pimpinan instruktur senam hamil

Indivara (2015) menjelaskan ada beberapa kontra indikasi senam hamil

yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Kontra Indikasi Absolut atau Mutlak

Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit jantung, penyakit

paru, serviks inkompeten, kehamilan kembar, riwayat perdarahan

pervaginam pada trimester II dan III, kelainan letak plasenta, seperti plasenta

previa, preeklamsi maupun hipertensi.

b. Kontra Indikasi Relatif

Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung tidak

teratur, paru bronchitis kronis, riwayat diabetes mellitus, obesitas, terlalu

kurus, penyakit dengan riwayat operasi tulang ortopedi dan perokok berat.

Dalam beberapa kondisi senam hamil harus dihentikan. Ada beberapa tanda

dan gejala senam hamil harus dihentikan, antara lain:

1) Timbul rasa nyeri, terutama nyeri dada, nyeri kepala dan nyeri pada

persendian

2) Kontraksi rahim yang lebih sering (interval kurang dari 20 menit)

3) Perdarahan pervaginam, keluarnya cairan ketuban

4) Nafas pendek yang berlebihan

5) Denyut jantung yang meningkat (lebih dari 140 kali per menit)

6) Mual dan muntah yang menetap

7) Kesulitan berjalan
43

8) Pembengkakan yang menyeluruh

9) Aktifitas janin yang berkurang

2.4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Untuk Senam Hamil

A. Usia Kehamilan

Senam hamil pada kehamilan normal dapat dimulai pada kehamilan

kurang lebih 16-38 minggu (Kurnia Widya Wati dkk., 2018). Pada sumber

lain dikatakan senam hamil biasanya bisa mulai diberikan setelah keluhan-

keluhan yang biasa timbul pada periode kehamilan muda seperti mual

sampai muntah, tidak ada perdarahan dalam kehamilan atau kehamilan

sudah memasuki mid trimester, yaitu sekitar usia 20 minggu kehamilan,

karena pada usia kehamilan ini plasenta telah terbentuk sempurna sehingga

kemungkinan untuk terjadinya ancaman keguguran lebih kecil. (Kurnia

Widya Wati dkk., 2018).

B. Pendidikan dan pengetahuan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu mempengaruhi

keikutsertaan ibu dalam senam hamil. Semakin tinggi pengetahuan ibu hamil

tentang senam hamil, maka makin tinggi pula minat ibu dalam melakukan

senam hamil (Kurnia Widya Wati dkk., 2018).

C. Status kesehatan ibu

Ibu yang dapat melakukan senam hamil adalah ibu dengan status

kesehatan yang baik dan memenuhi syarat untuk senam hamil. Maka dari itu,

sebelum melaksanakan senam hamil ibu terlebih dahulu diperiksa


44

kesehatannya, apakah ibu memiliki kondisi yang kontraindikasi dengan

senam hamil atau tidak (Kurnia Widya Wati dkk., 2018).

D. Status Sosial

Peneliatian Widiantari (2015) menunjukkan hasil bahwa terdapat

hubungan antara dukungan sosial suami dan keikutserataan ibu dalam

mengikuti kelas ibu hamil. Dukungan sosial suami merupakan faktor yang

paling berperan untuk berpartisipasi. Dukungan tersebut berupa dukungan

instrumental, dukungan emosional, dukungan informational, dan dukungan

ekonomi bagi ibu untuk mengikuti senam hamil.

2.4.5 Gerakan-gerakan senam hamil

Gerakan-gerakan pada senam hamil memiliki ciri khas nya sendiri.

Adapun gerakan-gerakan tersebut menurut Wagey ( 2011) dalam Aliyah (2016)

adalah:

A. Pemanasan dan pendinginan

1. Pengaturan pernapasan

Sambil jalan ditempat tarik nafas dari hidung dan keluarkan lewat

mulut. Saat menarik nafas, tangan angkat ke atas, waktu membuang nafas

tangan di turunkan.

2. Peregangan Leher

Tetap jalan di tempat, pegang perut dengan kedua tangan, tunduk

tegakkan kepala miring ke kanan dan ke kiri serta tengok kanan kiri.

3. Memutar bahu kebelakang


45

Dengan posisi mengangkang dan lutut sedikit di tekuk atau sambil

duduk, bahu di putar kebelakang bergantian kanan dan kiri.

4. Peregangan otot samping

Dengan panggul kekanan dan ke kiri, regang otot samping sambil

menarik satu tangan bergantian. Pada saat peregangan dipertahankan

beberapa detik.

5. Peregangan lengan, punggung dan pinggang

Dengan posisi membungkuk kita lempar- tarik lengan ke depan dan

selanjutnya ke bawah untuk meregang pinggang.

6. Peregangan kencang panggul

Dengan satu kaki jinjit miring bergantian, rasakan peregangan

panggul dan tarik dubur maupun perut bagian bawah ke dalam.

7. Ayunkan tungkai kedepan di sertai ayunan tangan.

B. Latihan pernafasan

1. Pernafasan perut

Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua

lengan di samping badan dan rileks, letakkan tangan kiri di atas perut.

Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung dan

tangan kiri terangkat. Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan

nafaslewat mulut. Ulangi dengan frekuensi 8 kali per menit. Teknik

pernafasan ini di ginakan untuk mempercepat relaksasi, mengatasi stress

dan mengatasi nyeri his palsu maupun his permulaan kala 1.

2. Pernafasan Dada dalam


46

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua

lengan di samping badan dan relaks, letakkan tangan di atas dada. Tarik

nafas dalam melalui hidung dengan mengembangkan dada sehingga

tangan kanan terangkat. Tahan 1 sanpai 2 detik, dan hembuskan nafas

lewat celah bibir sehingga tangan kanan turun mengikuti surutnya badan.

Frekuensi yang di anjurkan 8 kali permenit. Teknik pernafasan ini

menggantikan pernafasan perut apabila nyeri his kala 1 sudah cukup

3. Pernafasan dada cepat

Dengan sikap berbaring terlentang, kedua lutut di tekuk, kedua

lengan di samping badan dan relaks tarik nafas cepat melalui hidung dan

hembuskan cepat melalui mulut, mulailah dengan frekuensi 30 kali per

menit yang makin lama makin di percepathingga 60 kaliper menit,

perlambat lagi sedikit demi sedikit hingga kembali menjadi 30 kali per

menit.

4. Pernafasan kombinasi perut dan dada

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua

lengan di samping dada dan rileks, katubkan kedua tangan pada batas

antara dada dan perut. Lakukan pernafasan perut selama 30 detik. Teknik

pernafasan ini digunakan untuk mengatasi nyeri his pertengahan kala 1.

5. Pernafasan kombinasi perut dada dalam, dan dada cepat

Dengan sikap berbaring terlentang kedua lutut ditekuk, kedua

lengan di samping dada dan rileks. Lakukan pernafasan perut selama 15


47

detik, lanjutkan dengan pernafasan dada dalam 15 detik, kemudian

pernafasan dada cepat yang makin lama makin dipercepat untuk

kemudian diperlambat dan dilanjutkan pernafasan dada dalam dan di

akhiri pernafasan perut. Teknik pernafasan ini digunakan untuk mengatasi

keinginan mengejan yang belum boleh dilakukan.

C. Latihan penguatan dan peregangan otot

1. Penguatan otot leher

Satu tangan menyangga kepala, yang lain berkacak pinggang.

Dorongkan kepala ketangan dan dorongkan tangan ke kepala. Lakukan

bergantian dengan sisi yang lain

2. Penguatan otot bahu

Tekuk satu tangan di atas bahu, dengan tangan lain lurus ke

samping, lakukan gerakan ngeper baik pada tangan maupun kaki.Laku

kan bergantian antara tangan kanan dan kiri.

3. Penguatan otot lengan depan

Tekuk kedua lengan didepan badan bersama-sama, sambil angkat

dan tekuk kaki bergantian ke atas.

4. Penguatan otot

Kaitkan kedua lengan lurus di belakang badan, gerakkan naik turun

dengan posisi kaki berdiri tegak.

5. Penguatan otot perut


48

Dengan posisi kaki mengangkang dan lutut sedikit di tekuk,

gerakkan satu tangan lurus dan atas sampai kedepan badan bersamaan

dengan mengkontraksikan otot perut maupun otot dasar panggul.

6. Penguatan otot kaki

Ambil posisi duduk dengan kedua tangan menyangga dibelakang

badan, luruskan kaki kedepan kebelakang bergantian dan teruskan dengan

kedua kaki bersama-sama. Variasikan gerakan ini dengan gerakkan kaki

ke samping maupun memutar.

7. Penguatan otot samping panggul

Dengan posisi duduk seperti latihan senam, tarik satu tungkai

menyilang tungkai yang lain, tarik kembali sehingga lurus dan ulangi

gerakkan ini dengan posisi duduk seperti latihan senam, tarik satu tungkai

menyilang tungkai yang lain, tarik kembali sehingga lurus dan ulangi

gerakkan ini beberapa kali, bergantian kanan dan kiri.

8. Penguatan otot dasar panggul

Dengan posisi duduk bersila, tekan lutut dengan kedua tangan,

bungkukkan badan.

9. Penguatn otot bahu

Dengan posisi duduk bersilang letakkan kedua tangan di atas bahu.

Putar siku ke depan atas, belakang dan bawah berulang kali.

10. Penguatan otot lengan

Dengan posisi merangkak, julurkan satu lengan ke depan setinggi

bahu. Lakukan gerakkan ini bergantian kanan dan kiri.


49

11. Penguatan otot punggung

Dengan posisi merangkak naik turunkan punggung secara perlahan

dan berulang kali.

12. Penguatan otot panggul

Dengan posisi merangkak, goyangkan panggul kekanan dan kekiri

dengan gerakkan ngeper. Ulangi gerakkan ini beberapa kali.

13. Penguatan otot lengan

Dengan posisi merangkak ayunkan badan ke depan dan ke

belakang, kemudian tahan pada posisi panggul di atas tumit beberapa

saat.

14. Penguatan otot belikat

Dengan posisitidur telentang kaitkan kedua tangan di belakang

kepala. Tekan kedua lengan ke lantai tahan beberapa detik, kemudian

kendorkan. Ulangi gerakkan ini beberapa kali.

15. Penguatan otot tubuh bagian atas

Dengan posisi tidur telentang dan kedua lutut ditekuk angkat

pamggul sampai badan lurus membentuk segitiga antara kedua tungkai

bawah dengan lantai.

16. Penguatan otot perut bagian atas

Dengan posisi tidur telentang tarik kedua kaki mendekati perut,

angkat kepala dan tahan beberapasaat untuk kemudian dikendorkan

kembali. Pada saat mengankat kapala nafas harus ditahan.

17. Penguatan otot panggul dan perut bagian bawah


50

Dengan posisi tidur telentang tekuk kedua lutut dan kemudian

gerakkan kedua lutut bersama-sama ke arah lantai, kemudian ke posisi

semula dan gerakkan kedua lutut ke arah yang lain. Ulangi gerakkan ini

beberapa kali.

D. Latihan relaksasi

1. Relaksasi otot muka

Kerutkan otot muka, tahan 1 sampai 2 detik, kemudian lepaskan

sehingga betul-betul terasa relaks. Ulangi latihan ini beberapa kali. Posisi

tidur telentang, lutut di tekuk.

2. Relaksasi lengan-lengan

Dengan posisi tidur terlentang angkat lengan bawah 90 dari lantai.

Genggam tangan dan kerutkan lengan kuat-kuat pertahankan 1-2 detik,

dan lepaskan kembali. Ulangi beberapa kali.

3. Relaksasiotot perut dan dasar panggul

Dengan posisi terlentang atau miring, kerutkan otot perut, tahan 1-2

detik, lalu lepaskan. Ulangi beberapa kali, tarik juga dan perut bawah ke

dalam.

4. Relaksasi kaki dan tungkai

Dengan posisi tidur terlentang atau miring luruskan ujung kaki

menghadap kebawah tahan beberapa detik kemudian lepaskan.

5. Relaksasi seluruh tubuh


51

Dengan posisi tidur terlentang atau miring, kontraksikan seluruh

otot dan ambil nafas teratur, relaks. Bayangkan sesuatu yang

menyenangkan dan nikmatilah relaksnya tubuh.

2.5 Psikoedukasi

2.5.1 Definisi

Psikoedukasi adalah intervensi yang sistematik, terstruktur untuk

mentransferkan pengetahuan tentang penyakit dan penangannya,

mengintegrasikan aspek emosional dan motivasi untuk memungkinkan pasien

mengatasi penyakitnya dan meningkatkan kepatuhan pengobatan dan

efektifitasnya. Psikoedukasi merupakan komponen yang penting dari

penanganan gangguan medis dan kejiwaan, terutama gangguan mental yang

berhubungan dengan kurangnya wawasan. Konten dari psikoedukasi adalah

etiologi dari suatu penyakit, proses terapi, efek samping dari obat, strategi

koping, edukasi keluarga, dan pelatihan keterampilan hidup (Ekhtiari dkk,

2017).

Psikoedukasi dapat dilaksanakan diberbagai tempat pada berbagai

kelompok atau rumah tangga. Tindakan psikoedukasi memiliki media berupa

catatan seperti poster, booklet, leaflet, video dan berupa eksplorasi yang

diperlukan. Proses pemberian psikoedukasi sangat diperlukan kehadiran

keluarga sebagai kunci keberhasilan intervensi (Chaerani & Rahayu, 2019).

2.5.2 Model Psikoedukasi


52

Terdapat tiga macam model psikoedukasi antara lain (Chaerani &

Rahayu, 2019) :

A. Model skills deficit atau life skills

Skills deficit model atau model kurang terampil adalah kerangka pikir

yang menyatakan bahwa seseorang akan mewujudkan atau menampilkan

penguasaan keterampilan social yang buruk karena tidak memiliki respon

spesifik tertentu dalam khasanah responnya, atau sebenarnya memiliki

namun gagal menggunakan atau menerapkan semestinya. Maka bentuk

intervensi yang dapat dilakukan adalah mengajarkan secara langsung jenis

atau bentuk keterampilan yang dibutuhkan.

Arah dan corak psikoedukasi menjadi semakin tajam berkat pengaruh

gerakan konseling kelompok yang bernuansa perkembangan. Dan gerakan

ini, skill deficit model dipertajam atau diberi spirit baru menjadi apa yang

kemudian dikenal sebagai life skill model. Jenis keterampilan yang sering

kali deficit sehingga menimbulkan kesulitan dalam manjalankan tugas

kehidupan sehari-hari bagi seseorang adalah life skills atau aneka ragam

ketrampilan hidup.

Life skills dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang diperlukan

oleh setiap orang agar mampu mengalami perkembangan pribadai secara

optimis yaitu tumbuh menjadi pribadi terbaik dengan memanfaatkan semua

potensi dan tertera yang dimiliki, dan dengan begitu akan menjadikannya

mampu hidup bermasyarakat dengan baik.

B. Model Tugas Perkembangan


53

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada atau sekitar

masa tertentu dalam kehidupan seseorang, bila dicapai secara berhasil akan

membawa pada kebahagian dan keberhasilan mencapai tugas-tugas

berikutnya, namun jika gagal akan membawa ketidakbahagiaan bagi yang

bersangkutan, penolakan oleh masyarakat serta kesulitan dalam mencapai

tugas-tugas berikutnya.

Konsep tugas perkembangan memiliki dua sifat bagi penyelenggara

program psikoedukasi. Pertama membantu, menemukan dan merumuskan

tujuan psiokoedukasi. Kedua, menunjukkan saat yang tepat dalam

memberikan psikoedukasi.

C. Model ragam bantuan

Ragam bantuan merupakan istilah untuk membedakan jenis-jenis

psikoedukasi berdasarkan bidang kehidupan tertentu atau aspek

perkembangan tertentu yang dijadikan fokus atau materi psikoedukasi. Tiga

bidang psikoedukasi yang dimaksud adalah bidang pribadi-sosial, bidang

akademik, bidang karir.

2.5.3 Tujuan psikoedukasi

Tujuan dari psikoedukasi ini adalah menambah pengetahuan bagi

individu dan keluarga sehingga diharapkan dapat menurunkan tingkat

kecemasan dan meningkatkan fungsi keluarga Julien (2015) . Intervensi

psikoedukasi diharapkan dapat meningkatkan pencapaian pengetahuan

individu tentang penyakit, mengajarkan bagaimana teknik pengajaran dalam


54

upaya membantu mereka melindungi individu dengan mengetahui gejala-

gejala perilaku dan mendukung individu.

2.5.4 Tahapan Dalam Psikoedukasi Keluarga

Menurut Julien (2015) pelaksanaan terapi psikoedukasi keluarga terdiri

dari 5 sesi:

A. Sesi 1: pengkajian masalah keluarga

Sesi pertama terapis dalam keluarga bersama-sama mengidentifikasi

masalah yang timbul di keluarga karena memiliki klien yang sakit. Terapi ini

mengikutsertakan seluruh anggota keluarga yang terpengaruh dan terlibat

dalam perawatan pasien terutama caregiver. Hal yang perlu diidentifikasi

adalah makna sakit bagi keluarga dan dampaknya pada orang tua, anak,

saudara kandung, dan pasangan.

B. Sesi 2: Perawatan klien oleh keluarga

Sesi kedua ini berfokus pada edukasi mengenai masalah yang dialami

oleh klien. Edukasi yang diberikan kepada keluarga terkait dengan diagnosa

medis dan diagnosa keperawatan yang dialami klien.

C. Sesi 3: Manajemen stress oleh keluarga

Sesi 3 ini adalah sesi untuk membantu mengatasi masalah masing-

masing individu keluarga yang muncul karena merawat pasien. Stres akan

terjadi terutama pada caregiver yang setiap saat berinteraksi dengan klien.

Kegiatan pada sesi 3 ini, terapis mengajarkan cara-cara memanajemen stress

pada seluruh anggota keluarga, terutama caregiver.

D. Sesi 4: Manajemen beban keluarga


55

Kegiatan pada sesi 4 ini terapis bersama dengan seluruh anggota

keluarga, membicarakan mengenai masalah yang muncul karena anggota

keluarga sakit dan mencari pemecahan masalah bersama. Sesi ini sangat

memerlukan kontribusi dari seluruh anggota keluarga untuk memecahkan

masalah yang dirasakan keluarga.

E. Sesi 5 : Pemberdayaan komunitas membantu keluarga

Sesi 5 ini membahas mengenai pemberdayaan sumber diluar

keluarga, yaitu komunitas untuk membantu permasalahan dikeluarga.

Sumber dukungan yang sebelumnya ada dapat hilang atau terbatas karena

kebutuhan untuk merawat anggota keluarga yang sakit. Semua aspek dari

beban subjektif dapat membatasi akses pada sistem dukungan social.

Keluarga seperti ini menerlukan bantuan untuk membangun dengan

sosialnya

2.5.6 Program psikoedukasi

Program psikoedukasi adalah suatu rangkain kegiatan psikoedukasi untuk

membantu klien sasaran/ partisipan mengembangkan satu atau serangkaian

keterampilan hidup tertentu (Chaerani & Rahayu, 2019). Program psikoedukasi

dapat dikembangkan dengan menggunakan modul psikoedukasi yang tersusun

atas komponen:

A. Topik. Komponen ini menjelaskan jenis keterampilan hidup yang akan

diberikan dalam modul psikoedukasi. Topik biasanya akan digunakan

sebagai judul.
56

B. Tujuan. Komponen ini menjelaskan secara lebih spesifik jenis-jenis

keterampilan hidup yang akan menjadi tujuan modul, serta hasil yang

diharapkan akan tercapai oleh peserta pada akhir kegiatan.

C. Waktu. Komponen ini menjelaskan waktu yang akan diperlukan dalam

melaksanakan modul dari kegiatan dari awal sampai evaluasi. Waktu

dituliskan jam atau menit.

D. Tata ruang. Komponen ini menjelaskan pengaturan isi ruangan, kondisi

ruangan, perabot serta perlengkapan dalam pelaksanaan modul psikoedukasi.

E. Materi. Komponen ini menjelaskan secara konseptual jenis-jenis

keterampilan hidup menjadi tujuan modul dan disajikan berupa handouts,

booklet, rekaman pidato,atau media lain yang disertai penjelasan lisan oleh

fasilitator.

F. Prosedur. Komponen ini menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang harus

dilakukan oleh para peserta dan fasilitator dalam rangka mencapai tujuan.

G. Media. Media dapat berupa:

1. Handouts/ booklet yang berisi paparan materi

2. Lembar kerja pribadi maupun kelompok

3. Slide-film, rekaman audio seperti pidato, music

4. Gambar, Koran bekas, majalah bekas

5. OHP, laptop, computer dan reviewer

6. Alat tulis

H. Evaluasi. Evaluasi hasil serta kinerja. Evaluasi hasil mempertanggung

jawabkan hasil penyelenggaraan modul psikoedukasi yang telah


57

dilaksanakan. Sedangkan evaluasi kinerja mempertanggung jawabkan

proses pelaksanaan mosul psikoedukasi yang telah dilaksanakan terkait

kinerja fasilitator.

I. Sumber. Komponen ini memuat berbagai sumber pustaka yang digunakan

sebagai sumber acuan dalam penyusunan modul.

2.6 Tinjauan Teori Hubungan antara Senam hamil, Psikoedukasi dan

kecemasan

Teori Reva Rubin mengatakan selama periode kehamilan hampir semua

ibu mengalami kecemasan. Tingkat kecemasan berbeda-beda tergantung

persepsi ibu terhadap kehamilannya.

Kecemasan yang dialami ibu hamil adalah seputaran kehamilan, masa

persalinan dan perannya menjadi seorang ibu. Ibu hamil juga akan menularkan

efek fisik emosinya pada janin. Jika kecemasannya meningkat, akan

mempengaruhi janinnya. Peningkatan kimiawi dan kadar hormon yang

ditimbulkan oleh rasa cemas tersebut akan bersirkulasi dalam tubuh dan

menembus plasenta hingga mencapai janin. Pada trimester III bentuk

kecemasan ibu yaitu keraguan dalam bersalin secara normal, ketakutan tidak

mampu menahan rasa sakit saat persalinan, kesehatan bayi setelah lahir,

kelancaran persalinan, keadaan ibu setelah persalinan, persalinan yang tidak

sesuai keinginan, tidak langsung ketemu bayi pasca persalinan, dan perhatian

yang kurang dari orang lain, misalnya suami. Informasi tentang pengalaman

persalinan juga yang menakutkan akan menambah kecemasan pada ibu hamil.
58

Komplikasi dalam kehamilan akibat beban psikologis dapat dikurangi maupun

dihilangkan dengan memberikan pengobatan dan aktivitas olahraga selama

kehamilan (Aryani, 2017).

Senam hamil merupakan bentuk aktivitas fisik yang bermanfaat karena

mengembangkan otot tubuh, meningkatkan elastis otot panggul dan ligamentum

serta menurunkan kejadian perdarahan selama dan sesudah bersalin serta dapat

menurunkan kejadian fetal distress. Senam juga merupakan bentuk metode

koping yang dapat menghindarkan terjadinya stress fisik akibat kehamilan,

seperti mengurangi kram kaki, dan punggung, meningkatkan kamampuan ibu

untuk adaptasi dengan adanya perubahan pada tubuhnya. Oleh karena itu

American College of Obtetricans and Gynecologist (ACOG)

merekomendasikan senam hamil sebagai upaya preventif pada ibu hamil agar

proses kehamilan dan persalinan berjalan alamiah dan mengurangi krisis akibat

persalinan (Siswanto dkk., 2019).

Semakin sering ibu hamil melakukan senam semakin berkurang tingkat

kecemasannya dalam menghadapi persalinan dan sebaliknya jika tidak pernah

melakukan senam hamil maka kecemasan ibu hamil akan meningkat. Pada

latihan senam hamil terdapat teknik relaksasi yang dapat mengurangi kecemasan,

saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja adalah system

saraf parasimpatik. Jika system saraf simpatis meningkatkan rangsangan atau

memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta menimbulkan

penyempitan pembuluh darah tepi (pheriperal) dan oleh sistem saraf pembesaran

pembuluh darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf parasimpatis menstimulasi


59

turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem saraf simpatis maka relaksasi

dapat menekan rasa tegang dan cemas (Humaera, 2019).

2.7 Penelitian Terkait

Menurut Penelitian Yang Dilakukan Nila (2017) dengan Judul “Efektitas

Senam Hamil Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester 2 Dan 3 Di

Desa Margaluyu Wilayah Kerja Puskesmas Kasemen”.Hasil uji t dependent

diperoleh nilai signifikan p = 0.000. Kesimpulannnya menunjukkan bahwa ada

pengaruh tingkat kecemasan sebelum dan setelah pemberian senam hamil.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Widya (2020) dengan judul“Efektitas

Senam Hamil Terhadap Kecemasan Ibu Hamil di Puskesmas Tiron” Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dari 30 responden kelompok senam tidak ada

yang mengalami kecemasan, sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa senam)

terdapat 1 responden (3,33%) mengalami kecemasan berat. Hasil analisa

diperoleh nilai p = 0,154 yang artinya tidak ada efek yang signifikan senam

hamil terhadap tingkat kecemasan pada kehamilan.

Penelitian yang dilakukan Janatin (2016) “Pengaruh Pemberian Senam

Hamil Terhadap Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur Ibu Hamil di Puskesmas

Samata Kabupaten Gowa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan

bermakna tingkat kecemasan sebelum dan setelah pemberian senam hamil

(p=0.000) dan ada perbedaan bermakna kualitas tidur sebelum dan setelah

pemberian senam hamil (p= 0.001). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
60

tidak ada hubungan bermakna antara tingkat kecemasan dan kualitas tidur ibu

hamil (p=0.051).

Penelitian yang dilakukan Farida (2016) dengan judul “Senam Hamil

Berpengaruh terhadap Tingkat Kecemasan pada Primigravida Trimester III di

RSIA Sakina Idaman Sleman D. I Yogyakarta. Analisis bivariat menggunakan t-

test dan regresi linier untuk analisis multivariat. Hasil penelitian bahwa rata-rata

tingkat kecemasan pada kelompok yang diberi senam hamil lebih rendah-4,3±3,8

dibandingkan kelompok kontrol 0,8±1,2. Hasil uji t-test p-value 0,00001<0,05.

Variabel luar tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap penurunan tingkat

kecemasan dengan nilai p>0,05.

2.8 Kerangka Teori

Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah:

Ibu Hamil

Cara Ukur Kecemasan :


Kecemasan
1. SenamHamil 1. Ringan
2. Psikoedukasi Kecemasan
2. Sedang
3. Berat
3. Relaksasi
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Senam Hamil
dan Psikoedukasi

1. Usia Kehamilan
2. Pendidikan dan
Pengetahuan
3. Status Kesehatan Ibu
4. Status Sosial
61

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Mulyani & Mawarti (2020), Priharyanti (2018) dan
Ekhtiari dkk, 2017).
Keterangan

Diteliti Tidak diteliti

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasy eksperimental design. Desain penelitian

ini adalah one grup pretest-posttest desain. Hal pertama yang dilakukan pada

penelitian ini adalah memberikan pretest (O1) pada subjek untuk mengetahui

kecemasan sebelum perlakuan. Selanjutnya di berikan treatment (X) berupa

kecemasan pada subjek. Kemudian dilakukan posttest (O2) pada subjek untuk

mengetahui kecemasan setelah perlakuan. Hasil dari O1 dan O2 lalu di


62

bandingkan untuk melihat perbandingan pretest dan posttest pada subjek

(Siswanto dkk, 2017).

Pretest Treatment Posttest

O1 X O2

Bagan 3.1 Desain penelitian

Keterangan :

O1 : Hasil Pengukuran Sebelum Diberi Perlakuan

O2 : Hasil Pengukuran Sesudah Diberi Perlakuan

X : Perlakuan

3.2 Kerangka Konsep


61
Kerangka konsep pada dasarnya merupakan formulasi atau simplikasi

dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh

sebab itu kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan

variabel yang 1 dengan yang lain (Notoadmojo, 2018).

Kecemasan setelah
Kecemasan sebelum Senam Hamil dan
diberikan senam hamil
diberikan senam hamil dan Psikoedukasi dan psikoedukasi
psikoedukasi

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

3.3 Definisi Operasional


63

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Variabel Definisi Alat Cara Hasil ukur Skala


O operasional Ukur Ukur
1 Independen
Senam Hamil Latihan Lembar Observasi Responden Nominal
untuk Observasi melakukan
kesehatan gerakan
fisik maupun senam hamil
psikis 30 kali
dengan permenit
aturan yang
tepat bagi ibu
hamil

2 Psikoedukasi Psikoedukasi Lembar Observasi Responden Nominal


adalah suatu Observasi sudah
bentuk diberikan
pendidikan psikoedukasi
ataupun selama 15
pelatihan menit
terhadap
seseorang
dengan
gangguan
psikiatri
yang
bertujuan
untuk proses
treatment
dan
rehabilitasi.
3 Dependen
Kecemasan Perasaan Kuesioner Angket Skor Interval
ibu hamil takut atau responden
khawatir < 14 = Tidak
akan sesuatu Cemas
hal yang di 14-20 =
pikirkan dan Kecemasan
dapat Ringan
membebani 21-27 =
atau menjadi Kecemasan
tekanan Sedang
64

secara 28-41 =
psikologi Kecemasan
Berat

3.4 Hipotesis Penelitian

Ha = Ada efektivitas senam hamil terhadap kecemasan pada ibu hamil

primigravida Di Puskesmas Melayu Kota Piring Tahun 2020.

H0 = Tidak ada efektivitas psikoedukasi terhadap kecemasan pada ibu hamil


primigravida

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Wilayah Kerja Puskesmas Melayu kota

Piring. Penelitian dilakukan pada bulan 27 Desember 2020 sampai dengan 27

Januari 2021

3.6 Populasi Penelitian dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2017). Populasi penelitian

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu kota Piring. Data

menunjukkan jumlah K4 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu kota

Piring tahun 2020 sebanyak 371 orang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
65

(Sugiyono, 2016) Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida

trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu kota Piring dengan jumlah

30 orang yaitu 15 orang diberikan senam hamil dan 15 orang diberikan

psikoedukasi . Teknik pengambilan sampling adalah Teknik pengambilan

sampel menggunakan teknik Pengambilan sampel menggunakan tehnik

purposive sampling yaitu tehnik menentukan sampel penelitian dengan

beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh

nantinya bisa lebih representatif (Sugiyono, 2016).

Kriteria Inklusi dalam penelitian adalah:

A. Kehamilan primigravida

B. Usia kehamilan trimester III 7-9 bulan

C. Tidak mengalami penyakit penyerta

Kriteria Ekslusi dalam penelitian adalah:

A. Grande Multi

B. Ibu yang mempunyai penyakit penyerta

C. Perokok berat atau mengkonsumsi alkohol

D. Memiliki penyakit bawaan

3.7 Alur Penelitian

Ibu hamil Primigravida

Memilih sampel
sesuai dengan kriteria
Sampel
66

Informed Consent

Setuju Tidak Setuju

Pre Test dengan mengukur Stop


kecemasan

Psikoedukasi
Senam Hamil

Dilakukan Post Test


Dilakukan Post Test Kecemasan
Kecemasan

Analisa
Data

Bagan 3.3 Alur Penelitian

3.8 Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengolahan Data

Seluruh data yang dikumpulkan diolah melalui proses dengan tahap

sebagai berikut (Sugiyono, 2016) :

a) Editing

Editing atau pemeriksaan adalah pengecekan atau penelitian kembali

data yang telah dikumpulkan untuk mengetahui dan menilai kesesuaian dan

relevansi data yang dikumpulkan untuk bisa diproses lebih lanjut. Hal yang
67

perlu diperhatikan dalam editing ini adalah kelengkapan pengisian kuesioner,

keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban, dan relevansi jawaban.

b) Coding

Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk memudahkan

pengelompokan dan klasifikasi. Klasifikasi dilakukan dengan cara menandai

masing-masing jawaban dengan kode berupa angka. Kode 1 untuk

kecemasan ringan, kode 2 untuk kecemasan sedang dan kode 3 kecemasan

berat. Seangkan untuk senam hamil dan psikoedukasi kodenya 1 jika

dilakukan Data yang terkumpul selanjutnya di edit untuk mempermudah

pelaksanaan pengolahan berikutnya.

c) Tabulating dan komputerisasi

Untuk mempermudah, data di masukkan kedalam bentuk tabel -tabel

distribusi frekuensi. Data yang di kumpulkan di analisa secara deskriptif

dengan melihat persentase data yang terkumpul dan hasilnya disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi

d) Entry

Setelah master table di edit dan di berikan kode, data di masukkan ke

dalam program atau “software” yaitu paket program SPSS for window

e) Cleaning/pembersihan data

Setelah data selesai dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan data

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.


68

3.8.2 Analisis Data

Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden

yang dikumpulkan. Teknik analisa data dalam penelitian kuantitatif

menggunakan statistik (Sugiyono, 2016). Analisa data terdiri dari :

A. Analisis Univariat

Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari

tiap variabel (Sugiyono, 2016). Analisa univariat pada penelitian ini adalah

Tingkat nyeri dengan variabel : pre senam hamil dan psikoedukasi dan post

senam hamil dan psikoedukasi.

B. Analisis Bivariat

a) Uji Normalitas

Untuk mengetahui pengaruh intensitas nyeri dengan uji independent

t test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Sebelum melakukan uji t

dilakukan uji normalitas data dengan uji Kolmogrov-smirnov dengan nilai

signifikansi uji p-value ≥0,05. Sedangkan jika responden kurang dari 30

normalitas data menggunakan uji Sapiro-Wilk Analisis data dilakukan

dengan menggunakan program komputer SPSS 25 (Sugiyono, 2016).

b) Uji Hipotesis

Menurut Sugiyono (2016) apabila peneliti telah mengumpulkan dan

mengolah data, bahan penguji hipotesis tentu akan sampai kepada suatu

kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam

menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternative


69

(Ha) diubah menjadi hipotesis nol (H0). Teknik pengujian yang digunakan

adalah Independen t-test menggunakan SPSS 25 dengan nilai kesalahan α

0,05.

Analisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah

peneliti ingin menguji signifikansi kompransi data dua sampel yang datanya

berupa interval atau ratio maka peneliti menggunakan uji paired sample t-

test. Persyaratan sebelum melakukan uji paired sample t-test adalah uji

normalitas. Pada penelitian ini data yang diharapkan adalah data yang

berdistribusi normal, jika data tidak berdistribusi normal penggunaan uji

hipotesis akan dirubah dengan menggunakan metode statistika

nonparametrik, sedangkan uji yang digunakan sebagai pengganti uji t-test

adalah uji wilcoxon

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi

Puskesmas Melayu Kota Piring merupakan salah satu dari 7 puskesmas

yang ada di wilayah kota Tanjungpinang. Berdasarkan letak geografisnya

Puskesmas Melayu Kota Piring terletak di Kelurahan Melayu Kota Piring


70

Kecamatan Tanjungpinang Timur yang merupakan kawasan dataran rendah,

pesisir pantai, dan rawa serta hutan bakau.

Jenis-jenis pelayanan puskesmas Melayu kota Piring meliputi Rekam

Medis, Badan Pelayanan Umum (BPU), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Klinik

Psikologi, UnitGawat Darurat (UGD), Klinik Gigi, Laboratorium, Farmasi,

Klinik Gizi dan Sanitasi. Puskesmas Melayu Kota Piring memiliki dua

Puskesmas Pembantu terletak di Kelurahan Melayu Kota Piring dan Kelurahan

Kampung Bulang serta dua Pos Kesehatan Kelurahan, di Kelurahan Melayu Kota

Piring dan di Kelurahan Kampung Bulang, dan satu Pos Penimbangan sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan strata pertama yang dapat diaskes oleh

masyarakat.

Pelayanan ANC dibuka setiap pagi jam 08.00-12.00 dan siang 13.00-

15.00 WIB. Sedangkan untuk kelas ibu hamil diadakan setiap rabu minggu ketiga

tiap bulannya. Selain itu puskesmas juga menyelengarakan kegiatan kesehatan

ibu dan anak. Pada bab ini, peneliti akan memaparkan secara lengkap hasil dari

penelitian tersebut berdasarkan data yang telah peneliti dapatkan dan peneliti

olah. Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu kelompok yaitu yang
69
berjumlah 30 responden terdiri dari 15 orang diberikan senam hamil dan 15

orang diberikan psikoedukasi dengan menggunakan aplikasi IBM SPSS 25.

4.2. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada efektivitas senam

hamil dan psikoedukasi terhadap kecemasan pada ibu hamil primigravida di


71

wilayah kerja Puskesmas Melayu Kota Piring Tahun 2020 dengan menggunakan

lembar observasi senam hamil dan psikoedukasi. Data yang diperoleh disajikan

dalam bentuk tabel dan penelitian tersebut diperoleh dengan hasil sebagai berikut

Tabel 4. 1
Uji Normalitas Rata-Rata Kecemasan Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Senam Hamil dan Psikoedukasi Pada Ibu Hamil Primigravida
di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel N Mean Std.Deviasi Asimp.Sig

Sebelum 15 22,9 6,821 0,62


Senam Hamil

Sesudah 15 10,6 5,099


Senam Hamil
Sebelum 15 27,9 8,163 0,200
Psikoedukasi

Sesudah 15 14,1 7,328


Psikoedukasi

Berdasarkan tabel 4.1 uji normalitas data yang dilakukan peneliti

menggunakan metode One Sample Kolmogrov Smirnov test didapatkan nilai

Asymp.Sig (2-tailed) adalah 0,62 dan 0,200 daiatas nilai signifikan 0,05 atau

Asymp.Sig (2-tailed)>0,05 yang diuji terdistribusi normal, dengan demikian

dapat dilanjutkan dengan uji t-test

4.2.1 Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran setiap variabel

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dari variabel-variabel

yang diteliti baik variabel independen maupun variabel dependen

Tabel 4.2
72

Distribusi Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Sebelum Dilakukan


Senam Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel Mean N SD

Kecemasan Sebelum Senam 22,9 15 6,821


Hamil

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dijelaskan bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi senam hamil adalah

22,9 dengan standar deviasi 6,821.

Tabel 4.3
Distribusi Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Sebelum Diberikan
Psikoedukasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel Mean N SD

Kecemasan Sebelum 29,0 15 6,928


Psikoedukasi

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dijelaskan bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi psikoedukasi adalah

29,00 dengan standar deviasi 6,928.

Tabel 4.4
Distribusi Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Sesudah Dilakukan
Senam Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel Mean N SD

Kecemasan Sesudah Senam 10,6 15 5,099


Hamil
73

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dijelaskan bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sesudah intervensi senam hamil adalah

10,6 dengan standar deviasi 5,099.

Tabel 4.5
Distribusi Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Sesudah Diberikan
Psikoedukasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel Mean N SD

Kecemasan Sesudah Psikoedukasi 19,07 15 3,305

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dijelaskan bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sesudah intervensi psikoedukasi adalah

19,07 dengan standar deviasi 3,305.

4.2.2 Analisa Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variaabel

yaitu variable independen dan dependen. Selanjutnya untuk melihat adanya

hubungan kedua variabel tersebut digunakan uji t-test dengan p<0,05

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Efektifitas Senam Hamil Terhadap Kecemasan Pada
Ibu Hamil Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel N Mean Std.Deviasi p value

Sebelum 15 22,9 6,821 0,000


Senam Hamil
74

Sesudah 15 10,6 5,099


Senam Hamil

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka didapatkan nilai rata-rata kecemasan

sebelum dilakukan senam hamil adalah 10,6 maka diperoleh p-value sebesar

0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau p value <0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat pengaruh senam hamil

terhadap kecemasan pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas Melayu

Kota Piring Tahun 2020.

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Efektifitas Psikoedukasi Terhadap Kecemasan Pada Ibu
Hamil Sebelum dan Sesudah Dilakukan Senam Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Melayu Kota Piring
Tahun 2020
Variabel N Mean Std.Deviasi p value

Sebelum 15 29,00 6,928 0,000


Psikoedukasi

Sesudah 15 19,07 3,305


Psikoedukasi

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, maka didapatkan nilai rata-rata kecemasan

sesudah diberikan psikoedukasi adalah 19,07 maka diperoleh p-value sebesar

0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau p value <0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat pengaruh psikoedukasi

terhadap kecemasan pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas Melayu

Kota Piring Tahun 2020.

4.3 Pembahasan
75

4.3.1 Kecemasan Sebelum Dilakukan Senam Hamil

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi senam hamil adalah

22,9 dengan standar deviasi 6,821.

Kecemasan adalah reaksi normal terhadap situasi yang menekan. Namun

dalam beberapa kasus, menjadi berlebihan dan dapat menyebabkan seseorang

ketakutan yang tidak rasional terhadap situasi hal. Kecemasan berbeda dengan

phobia, karena tidak spesifik untuk situasi tertentu. Kecemasan dapat

menyerang siapa saja,setiap saat dengan atau tanpa alasan apapun (Sondakh &

Yuliani, 2017).

Kecemasan pada kehamilan trimester III seorang ibu mempunyai persepsi

yang berbeda-beda tentang proses persalinan. Pada trimester III kecemasan

mulai meningkat akibat persepsi persalinan yang menghilangkan rasa sakit dan

resiko pada status kesehatan dan semakin meningkat sampai persalinan

(Monchtar, 2015). Pada ibu hamil primigravida trimester ketiga, kecemasan

yang dialami berkaitan dengan persalinan dan kesiapan diri dan keluarga.

(Maimunah, 2015). Kecemasan juga dapat muncul akibat perasaan

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dalam kehamilan, serta munculnya

dugaan bahwa melahirkan akan menghambat aktivitas sehari-hari. (Rosyidah,

2017).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nila (2017) dengan

Judul “Efektitas Senam Hamil Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

Trimester 2 Dan 3 Di Desa Margaluyu Wilayah Kerja Puskesmas


76

Kasemen”.Hasil uji t dependent diperoleh nilai signifikan p = 0.000.

Kesimpulannnya menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat kecemasan

sebelum dan setelah pemberian senam hamil

Berdasarkan data diatas, dalam hal ini ibu primigravida lebih

memungkinkan untuk mengalami kecemasan dalam kehamilan karena belum

adanya pengalaman hamil maka hal tersebut membantu ibu dalam menangani

hal-hal yang terjadi yang dapat meningkatkan kecemasan seperti ketakutan

akan adanya perubahan-perubahan fisik dan mental selama hamil.

4.3.2 Kecemasan Sebelum Dilakukan Psikoedukasi

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi psikoedukasi adalah

29,00 dengan standar deviasi 6,928.

Menurut Hawari (2015), tanda dan gejala kecemasan pada setiap orang

bervariasi. Keluhan yang sering dikemukakan oleh responden dalam penelitian

ini, saat mengalami kecemasan secara umum antara lain gejala psikologis,

gangguan pola tidur, gangguan konsentrasi, dan gangguan somatik. Kecemasan

dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku

dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping

sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 2015).

Pemberian konseling dan edukasi merupakan salah satu intervensi yang

dapat diberikan kepada ibu, yaitu dengan membantu memecahkan masalah

yang dialami saat itu melalui pengkajian simptoma biologis dan psikologis.

Menurut Winkell (2015) dalam buku Elisabeth dan Endang. Konseling


77

merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha

membantu klien secara tatap muka langsung dengan tujuan agar klien dapat

mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah

khusus maka masalah yang dhadapi oleh klien dapat teratasi semuanya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eti (2019) tentang

Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III

Dalam Menghadapi Persalinan. Hasil penelitian dijelaskan bahwa tingkat

kecemasan ibu hamil trimester III pada kelompok intervensi dengan nilai rata-

rata 22.00, nilai minimum 6 dan nilai maksimum 37 sedangkan pada kelompok

control nilai rata-rata kecemasan 24.29, nilai minimum 2 dan nilai maksimum

41.

Berdasarkan data diatas, konseling dapat mempengaruhi kecemasan.

Dengan adanya konseling ibu lebih memahami tentang kehamilan dan tanda

bahaya yang ada pada kehamilan. Sebagian besar responden mengatakan bahwa

setiap ibu hamil pasti akan mengalami kecemasan dikarenakan proses adaptasi

yang terjadi semasa kehamilan dan mempersiapkan perubahan peran menjadi

seorang ibu, namun mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik dengan

mengikuti anjuran. Melihat fenomena hasil penelitian, bahwa pada dasarnya

manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun

negatif. Dalam hal ini orang tua yang mengalami kecemasan dalam menghadapi

persalinan, dapat bertindak secara tepat maupun kurang tepat, misalnya adanya

dukungan suami untuk memberikan yang terbaik bagi istrinya, namun ada juga

yang hanya pasrah pada keadaan dimana suaminya tidak dapat mendampingi
78

4.3.3 Kecemasan Sesudah Dilakukan Senam Hamil

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sesudah intervensi senam hamil adalah

10,6 dengan standar deviasi 5,099. Dalam hal ini peneliti melakukan intervensi

gerakan latihan pernafasan sehingga menjadi rileks.

Senam hamil sangat bermanfaat untuk mengurangi stress atau

kecemasan saat kehamilan. Namun, senam hamil bukanlah penyembuhan ajaib

yang dapat membebaskan seseorang dari segala bentuk stress, namun senam

hamil dapat memperkecil pengaruh stress terhadap individu. Manfaat olahraga

sendiri ditemukan dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi gejala

depresi, dan juga menunjukkan sebagai antrdepresan dan psikoterapi dalam

jangka panjang (Kurnia Widya Wati dkk, 2018).

Semakin seorang ibu melakukan senam hamil maka kecemasan

menghadapi persalinan semakin menurun. Penelitan ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Diana Hartaty, yang berjudul Hubungan

Keikutsertaan Senam Hamil Dengan Kecemasan Primigravida Dalam

Menghadapi Persalinan di Puskesmas Kecamatan Wilayah Barat Tahun 2016,

jenis penelitian dengan menggunakan uji T test dan alat pengumpulan data yang

digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu primigravida yaitu

menggunakan kuesioner kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

(9)

Hal ini sesuai dengan teori senam hamil dapat melatih ibu hamil

beradaptasi lebih baik dengan kehamilannya, melatih dan mempersiapkan ibu


79

hamil untuk mengahdapi kelahiran bayinya, mencagah varises yaitu pelebaran

pembuluh darah balik (vena) secara segmental yang tidak jarang terjadi pada

ibu hamil, penguatan otot otot dasar panggul dan tungkai, penguluran dan

pelemasan otot otot dan ligament, meningkatkan system pernapasan, latihan

pernapasan, latihan mengejan, menambah gerakan sendi panggul, relaksasi

mengurangi rasa was-was atau gelisah dan mencegah gangguan fisik yang

diakibatkan oleh gangguan mental atau psikologis (Manuaba, 2015).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida

(2016) tentang “ Senam Hamil terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida

Trimester II Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pada kelompok tidak senam

0,8 artinya kenaikan kecemasan pada kelompok tidak senam hamil. Rata-rata

kecemasan sesudah senam hamil menjadi turun 18,9.

Berdasarkan data diatas, selama periode kehamilan hampir seluruh ibu

hamil memiliki rasa cemas dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang

akan dihadapi. Ibu hamil yang tidak memiliki persiapan untuk melahirkan akan

mengalami rasa cemas yang berlebihan dan merasa takut jika terjadi hal yang

berbahaya pada janin dan dirinya maka ini akan mempengaruhi proses dalam

menghadapi persalinan. Dengan diberikannya senam hamil menambah

pengetahuan ibu sehingga dapat memahami dalam mengahadapi proses

persalinan.

4.3.4 Kecemasan Sesudah Dilakukan Psikoedukasi


80

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 15 ibu hamil

primigravida skor rata-rata kecemasan sesudah intervensi psikoedukasi adalah

19,07 dengan standar deviasi 3,305.

Menurut Kartini Kartono (2015), pada setiap wanita hamil, ketakutan

melahirkan diperkuat dengan rasa takut konkret, seperti ketakutan anak lahir

cacatatau keadaan patologis, takut bayinya akan bernasib buruk karena dosa-

dosanya dimasa silam, ketakutan akan beban hidup menjadi berat, munculnya

elemen-elemen takut yang sangat mendalam dan perasaan takut kehilangan

bayinya yang diperkuat oleh rasa berdosa atau bersalah,dukungan yang penuh

dari anggota keluarga penting artinya bagi seorang Ibu bersalin terutama

dukungan suami sehingga memberikan support moril terhadap Ibu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eti (2019) tentang

Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III

Dalam Menghadapi Persalinan. Penurunan pada tingkat kecemasan ibu hamil

trimester III pada kelompok intervensi pada pengukuran pertama (pretest)

dengan nilai rata-rata 23.15 menjadi rata-rata 12.91, disini terjadi penurunan

setelah mendapatkan intervensi sebanyak 10.24.

Berdasarkan data diatas, dari hasil observasi dilapangan setelah

dilakukannya psikoedukasi tingkat kecemasan ibu menurun dikarenakan sudah

tidak mengalami gelisah, takut hal buruk terjadi saat melahirkan dikarenakan

sudah mengetahui apa tujuan dilakukannya psikoedukasi. Psikoedukasi yang

diberikan kepada ibu hamil primigravida memberikan dampak positif dimana

ibu menjadi tidak cemas dalam menghadapi proses persalinan dikarenakan


81

sudah mengetahui apa yang akan dipersiapkan menjelang kelahiran serta

keluhan keluhan yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan

kedepannya.

4.3.5 Efektivitas Senam Hamil Terhadap Kecemasan Pada Ibu Hamil


Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring Tahun
2020

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka didapatkan nilai rata-rata kecemasan

sesudah dilakukan senam hamil adalah 10,6 maka diperoleh p-value sebesar

0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau p value <0,05 dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat pengaruh senam hamil

terhadap kecemasan pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas Melayu

Kota Piring Tahun 2020. Kecemasan pada kehamilan dapat diatasi dengan

melakukan senam hamil. Senam hamil bermanfaat dalam proses persalinan, salah

satunya yaitu melatih dan menguasai teknik pernafasan yang berperan sangat

penting selama kehamilan dan proses persalinan. Kegunaan dari latihan dasar

pernafasan yaitu melatih ketenangan, mempercepat sirkulasi darah serta

mencukupi kebutuhan oksigen bagi ibu dan janinnya

Senam hamil merupakan bentuk aktivitas fisik yang bermanfaat karena

mengembangkan otot tubuh, meningkatkan elastis otot panggul dan ligamentum

serta menurunkan kejadian perdarahan selama dan sesudah bersalin serta dapat

menurunkan kejadian fetal distress. Senam juga merupakan bentuk metode

koping yang dapat menghindarkan terjadinya stress fisik akibat kehamilan,

seperti mengurangi kram kaki, dan punggung, meningkatkan kamampuan ibu


82

untuk adaptasi dengan adanya perubahan pada tubuhnya. Oleh karena itu

American College of Obtetricans and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan

senam hamil sebagai upaya preventif pada ibu hamil agar proses kehamilan dan

persalinan berjalan alamiah dan mengurangi krisis akibat persalinan (Siswanto

dkk., 2019).

Semakin sering ibu hamil melakukan senam semakin berkurang timgkat

kecemasannya dalam menghadapi persalinan dan sebaliknya jika tidak pernah

melakukan senam hamil maka kecemasan ibu hamil akan meningkat. Pada

latihan senam hamil terdapat teknik relaksasi yang dapat mengurangi

kecemasan, saat individu mengalami ketegangan dan kecemasan yang bekerja

adalah system saraf parasimpatik. Jika system saraf simpatis meningkatkan

rangsangan atau memacu meningkatnya denyut jantung dan pernafasan, serta

menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi (pheriperal) dan oleh sistem

saraf pembesaran pembuluh darah pusat, maka sebaliknya sistem saraf

parasimpatis menstimulasi turunnya semua fungsi yang dinaikkan oleh sistem

saraf simpatis maka relaksasi dapat menekan rasa tegang dan cemas (Humaera,

2019).

Manuaba (2015) mengatakan bahwa melalui senam hamil dapat

melonggarkan persendian yang berhubungan dengan persalinan, dapat

memperbaiki kedudukan janin, meningkatkan kepercayaan diri menghadapi

persalinan, memperoleh pengetahuan dan kemampuan mengatur.

Tiga komponen inti dari senam hamil adalah latihan pernafasan ,latihan

penguatan dan peregangan otot serta latihan relaksasi. Saat ibu hmil melakukan
83

latihan pernafasan khususnya pernafasan dalam, mereka merasakan napasnya

menjadi lebih teratur, ringan, tidak tergesa-gesa dan panjang. Latihan

pernafasan akan membuka lebih banyak ruangan yang dapat di pakai dalam

paru-paru sehingga kapasitas total paru-paru akan meningkat dan volume residu

paru-paru akan menurun, serta melatih otot-otot sekeliling paru-paru untuk

bekerja dengan baik. Di samping itu, latihan penguatan dan peregangan otot

juga berkurangnya ketegangan dan ibu hamil. Zinbarg dalam Widyawati

menyatakan bahwa dengan melakukan relaksasi otot, individu akan menjadi

lebih mampu mendeteksi peningkatan ketegangan pada tubuh selama aktivitas

sehari-harinya, di gunakan sebagai isyarat untuk menerapkan latihan relaksasi.

Di akhir program senam hamil, terdapat latihan relaksasi yang menggabungkan

antara relaksasi otot dan relaksasi pernafasan. Pada latihan ini, ibu hamil

melakukannya sambil membayangkan keadaan bayi dalam perut baik-baik saja.

Pengaruh dari relaksasi dengan membayangkan sesuatu yang menyenangkan,

dapat membuat tubuh menjadi rileks. Secara keseluruhan, senam hamil

membawa efek relaksasi pada tubuh ibu hami, baik bersifat relaksasi pernafasan

maupun relaksasi otot. Jika ibu hamil merasa rileks, maka ia telah melakukan

sesuatu yang bermanfaat bagi bayinya (Widyawati, 2015).

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani &

Handayani (2018) dengan judul “ Senam Hamil Dan Ketidaknyamanan Ibu

Hamil Trimester Ketiga”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh senam hamil terhadap ketidaknyamanan nyeri pinggang (p=;0,003) ,

nyeri punggung (p=0,003), bengkak pada kaki (0,025) dan kram pada kaki
84

(0,003). Saran yang disampaikan perlu adanya program senam hamil yang rutin

dilakukan oleh ibu hamil dalam rangka menjaga kehamilan dan mempersiapkan

proses persalinan

Berdasarkan data diatas, sebenarnya senam hamil terkandung efek

relaksasi yang dapat menstabilkan kecemasan dan mengurangi rasa takut

dengan cara relaksasi fisik dan mental, serta mendapatkan informasi yang

mempersiapkan mereka untuk mengalami apa yang terjadi selama persalinan

dan kelahiran. Rasa cemas atau gelisah selama kehamilan hampir selalu

dirasakan oleh ibu hamil dan merupakan suatu proses penyesuaian yang normal

terhadap perubahan fisik dan psikologis yang terjadi selama kehamilan sampai

proses persalinan. Tingkat kecemasan yang dialami ibu sangat bervariasi dalam

menjalani kehamilan dan menghadapi persalinan yaitu ringan, sedang, berat

4.3.6 Efektivitas Psikoedukasi Terhadap Kecemasan Pada Ibu Hamil


Primigravida Di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring Tahun
2020
Berdasarkan hasil penelitian nilai rata-rata kecemasan sesudah

diberikan psikoedukasi adalah 19,07 maka diperoleh p-value sebesar 0,000

yang berarti lebih kecil dari 0,05 atau p value <0,05 dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa H0 ditolak artinya terdapat pengaruh psikoedukasi

terhadap kecemasan pada ibu primigravida di wilayah kerja Puskesmas

Melayu Kota Piring Tahun 2020.

Psikoedukasi dapat meningkatkan kemampuan kognitif karena

mengandung unsur untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil trimester III

tentang kecemasan, tanda tanda bahaya kehamilan yang dapat membantu ibu
85

hamil untuk mengetahui bagaimana cara untuk menurunkan kecemasan

sehingga persalinan bisa lancar dan aman. Program pendidikan mempunyai,

kelebihan dan kekurangan. Pada psikoedukasi kelebihannya lebih intensif

dalam menggali permasalahan, ditambah dengan tukar pendapat dan

bersosialisasi antara ibu hamil trimester III dengan profesi kesehatan

berdasarkan pada kebutuhannya serta memberi kesempatan untuk

mengungkapkan permasalahannya masing-masing.

Psikologis ibu hamil diartikan sebagai periode krisis, saat terjadinya

gangguan dan perubahan identitas peran. Definisi krisis merupakan

ketidakseimbangan psikologi yang disebabkan oleh situasi atau tahap

perkembangan. Awal perubahan psikologi ibu hamil yaitu periode syok.

Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.

Rasa takut mulai muncul pada trimester ketiga. Wanita hamil mulai merasa

cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri seperti, apakah

bayinya akan lahir abnormal, terkait persalinan dan kelahiran (nyeri,

kehilangan kendali, dan hal-hal lain yang tidak diketahui), apakah ia akan

menyadari bahwa akan bersalin atau bayinya tidak mampu keluar, atau organ

vitalnya akan mengalami cedera (Susanti, 2015.)

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Eti (2020) Terdapat

pengaruh yang bermakna pada tingkat kecemasan ibu hamil trimester III

dalam menghadapi persalinan yang mendapatkan perlakuan dalam bentuk

psikoedukasi dibandingkan kelompok control yang tidak mendapatkan


86

perlakuan dengan nilai p-value 0.047. Peningkatan pengetahuan melalui

psikoedukasi dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Berdasarkan data diatas, psikoedukasi terhadap pencegahan depresi

pascasalin mengatakan bahwa intervensi psikoedukasi efektif mencegah

terjadinya depresi pascasalin dan factor dominan yang berpengaruh pada

efektifitas intervensi psikoedukasi adalah dukungan keluarga dan

kesimpulannya mengatakan bahwa intervensi psikoedukasi efektif secara

bermakna mencegah terjadinya komplikasi kehamilan terutama apabila

terdapat dukungan keluarga

4.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui adanya beberapa

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal

atau dapat dikatakan belum sempurna antara dalam melaksanakan penelitian ini,

peneliti mengakui adanya beberapa kelemahan dan kekurangan sehingga

memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau dapat dikatakan belum sempurna

antara lain :

A. Lokasi penelitian yang dilakukan hanya pada satu tempat khusus

(Puskesmas). Hal ini berpengaruh pada sampel yang kemungkinan tidak

mewakili populasi umum, dimana ibu hamil yang memeriksakan diri di

Puskesmas kebanyakan ibu rumah tangga.

B. Waktu penelitian yang relatif pendek sehingga peneliti hanya melakukan

penelitian pada responden ibu hamil trimester III saja.


87

C. Saat penelitian berjalan terjadi pandemi wabah Covid 19 sehingga sulit

mengumpulkan ibu hamil

BAB V

PENUTUP
88

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 orang

responden, dapat disimpulkan bahwa:

A. Distribusi tingkat kecemasan responden sebelum perlakuan senam hamil

adalah skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi senam hamil adalah 22,9

dengan standar deviasi 6,821.

B. Distribusi tingkat kecemasan responden sebelum perlakuan psikoedukasi

adalah skor rata-rata kecemasan sebelum intervensi psikoedukasi adalah

29,00 dengan standar deviasi 6,928

C. Distribusi tingkat kecemasan sesudah perlakuan senam hamil adalah skor

rata-rata kecemasan sesudah intervensi senam hamil adalah 10,6 dengan

standar deviasi 5,099

D. Distribusi tingkat kecemasan sesudah perlakuan psikoedukasi adalah skor

rata-rata kecemasan sesudah intervensi psikoedukasi adalah 19,07 dengan

standar deviasi 3,305

E. Distribusi Efektfitas senam hamil terhadap kecemasan pada ibu hamil

primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring dengan nilai p

value = 0,000<0,05

F. Distribusi Efektivitas psikoedukasi terhadap kecemasan pada ibu hamil

primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Melayu Kota Piring dengan nilai p


87
value = 0,000<0,05

5.2 Saran
89

A. Responden

Diharapkan dapat mengikuti kelas ibu hamil dan psikoedukasi yang diadakan

oleh Puskesmas diwilayahnya dan meningkatkan keaktifannya dalam mengikuti

pelaksanaan kelas ibu hamil dan psikoedukasi yaitu sebanyak 4 kali pertemuan

selama masa kehamilan.

B. Bagi Puskesmas Melayu Kota Piring

Diharapkan Bidan Puskesmas dapat memberikan perhatian lebih terhadap

program kelas ibu hamil dan psikoedukasi di wilayah kerjanya.

C. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti diharapkan bisa menerapkan lebih dalam lagi untuk melakukan

metode-metode lain yakni melakukan senam hamil dan psikoedukasi pada ibu

hamil trimester I dan II dikarenakan adanya pengelompokan gerakan senam hamil

sesuai dengan tingkatan trimester usia kehamilan sehingga keluhan keluhan yang

dirasakan ibu hamil dapat diminimalkan secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai