Anda di halaman 1dari 49

0

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN


IBU HAMIL TRIMESTER III DI RBM INDAH
TAHUN 2020

SKRIPSI

Disusun oleh:
ERMIDA GINTING
1901032087

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2020
BAB I
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang tumbuh normal di

dalam rahim ibu. Kehamilan terbagi dalam tiga trimester, dimana trimester ke satu

berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga

ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).(1)

Selama masa kehamilan terjadi penambahan hormon estrogen sebanyak

sembilan kali lipat dan progesteron sebanyak dua puluh kali lipat yang dihasilkan

sepanjang siklus menstruasi normal. Adanya perubahan hormonal ini

menyebabkan emosi ibu hamil selama kehamilan cenderung berubah-ubah,

sehingga tanpa ada sebab yang jelas seorang ibu hamil merasa sedih, mudah

tersinggung, marah atau justru sebaliknya merasa sangat bahagia. Perubahan

hormonal sangat bergantung terhadap kenyamanan seorang ibu hamil selama

masa kehamilan hingga menuju kepersalianan nantinya. Terlebih saat masa

kehamilan menginjak usia trimester ketiga, ibu hamil mengalami perubahan emosi

yang dapat mempengaruhi diri seperti muncul rasa takut dan kecemasan berlebih

saat menanti persalinan.(1)

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian

dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari

kehadiran bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar

dengan kehadiran seorang bayi. Kewaspadaan yang timbul saat trimester ketiga

1
2

tersebut menyebabkan kecemasan pada ibu hamil hingga masa persalinan yang

akan dijalaninya nanti. Dimasa pada periode ini ibu hamil merasa cemas terhadap

berbagai hal seperti normal atau tidak normal bayinya lahir, nyeri yang akan

dirasakan, dan sebagainya. Dengan semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama

pada kehamilan pertama, wajar jika timbul perasaan cemas atau takut karena

kehamilan merupakan pengalaman yang baru. (2)

Kecemasan yang terjadi pada ibu hamil tersebut dapat memberikan dampat

negatif terhadap ibu dan bayi yang dikandung. Ibu hamil dengan tingkat

kecemasan yang tinggi memiliki resiko melahirkan bayi prematur bahkan

keguguran. Selain berdampak pada proses persalinan, kecemasan pada ibu hamil

juga dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Kecemasan yang terjadi

pada ibu hamil ini jika terjadi terus menerus dan berlebihan maka dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi yang dapat menuju kepada keadaan

preeklamsia bahkan eklamsia tingkat terparah dari kecemasan yang dialami dan

dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi. Kecemasan sebelum persalinan

ini masih menjadi masalah bagi ibu hamil terutama di Indonesia. Angka Kematian

Ibu (AKI) masih tinggi di Indonesia, walaupun beberapa tahun belakangan tahun

2017 angka tersebut menurun di beberapa provinsi, salah satu penyebabnya adalah

kecemasan dengan tingkat terparah. (3)

Di bidang kesehatan, AKI merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan dan menjadi salah satu komponen indeks

pembangunan maupun indeks kualitas hidup. Menurut Ketua Komite Ilmiah

International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health


3

(ICIFPRH), Meiwita Budhiharsana, hingga tahun 2019 AKI Indonesia masih tetap

tinggi, yaitu 305 per 100.000 kelahiran hidup. Padahal, target AKI Indonesia pada

tahun 2015 adalah 102 per 100.000 kelahiran hidup. Kepala Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, dalam acara

Nairobi Summit dalam rangka ICPD 25 (International Conference on Population

and Development ke25) yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 November

2019 menyatakan bahwa tingginya AKI merupakan salah satu tantangan yang

harus dihadapi Indonesia sehingga menjadi salah satu komitmen prioritas

nasional, yaitu mengakhiri kematian ibu saat hamil dan melahirkan. AKI saat ini

masih jauh dari target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable

Development Goals (SDGs) yakni 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2030, target ini merupakan target AKI Indonesia. (4)

Sedangkan dibeberapa provinsi terjadi penurunan AKI yang cukup

signifikan, seperti di Sumatera Utara. AKI di Provinsi Sumatera Utara di tahun

2019 sebanyak 179 dari 302.555 kelahiran hidup atau 59,16 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini menurun dibandingkan AKI tahun 2018 yang mencapai 186 dari

305.935 kelahiran hidup atau 60,79 per 100.000 kelahiran. Angka itu juga jauh

bisa ditekan dari target kinerja AKI tahun 2019 pada Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RJPMD) Provinsi Sumatera Utara yang ditetapkan

sebesar 80,1 per 100.000 kelahiran hidup. (5)

Permenkes No 97 Tahun 2014 salah satunya mengatur tentang pelayanan

kesehatan pada masa hamil. Pada Bab II Pasal 12 ayat 1 dijelaskan bahwa tujuan

dari pelayanan kesehatan masa hamil adalah untuk memenuhi hak setiap ibu hamil
4

dalam memperolah pelayanan kesehatan yang berkualitas, sehingga kehamilan

dapat dijalani dengan sehat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas. Satu

hal yang disayangkan yaitu pelayanan masa kehamilan yang diberikan belum

mencakup semua kebutuhan ibu hamil. Dalam pelaksanaannya, pelayanan yang

diberikan hanya terfokus pada kesehatan fisik ibu hamil saja, sehingga rasa cemas,

khawatir, dan stress yang terjadi yang secara tidak langsung memberikn pengaruh

yang buruk pada keadaan janin dan ibu.(6)

Kecemasan menstimulasi sistem sarafsimpatis yang kemudian akan mening

katkan kadar norepinefrin dalam darah. Akan lebih sering terbangun karena

kurangnya waktu tidur yang disebabkan oleh peningkatan kadar norepineprin.

Kualitas tidur ibu hamil yang buruk dapat membahayakan ibu hamil dan bayi yang

dikandungnya. University of California melakukan penelitian dan didapatkan wanita

yang tidur <6 jam/malam cenderung akan melewati persalinan yang lebih lama dan

pada primigravida 4,5 kali lebih beresiko untuk menjalani persalinan Caesar,

ketidaknyamanan selama persalinan, meningkatkan nyeri, preeklamsia dan depresi

setelah melahirkan. Demikian pula pada bayi, hal tersebut menyebabkan berat lahir

rendah dan kelahiran premature.(7)

Dinas Kesehatan Sumut telah melakukan berbagai upaya meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, diantaranya dengan

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesungguhan dari tenaga kesehatan

terkait, dengan harapan akan terjadi peningkatan kualitas layanan di tingkat

pertama sampai rujukan tertinggi. (8)

Dilihat dari perbedaan angka yang cukup signifikan diatas dapat

menunjukkan bahwa usaha Indonesia untuk menurunkan AKI sampai saat ini
5

sangat terus diupayakan untuk membaik baik dengan mengedukasi tenaga

kesehatan terkait sehingga dapat memberikan dukungan berupa pengertian dan

penjelasan secara baik kepada para ibu hamil. Karena dengan memberikan

dukungan yang baik akan membuat kecemasan dan ketakutan ibu hamil menurun

bahkan membuat ibu hamil percaya akan kemampuan yang mereka miliki agar

proses persalinan lancar. (9)

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan

(inpartu) dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada

serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Persalinan dapat berjalan dengan baik apabila keadaan psikologis ibu

baik pula. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami dan orang-orang yang

dicintainya cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar

dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa didampingi oleh suami atau orang-

orang yang dicintainya. Ini menunjukkan bahwa dukungan mental berdampak

positif bagi keadaan psikis ibu. Selain dukungan suami, kompetensi yang dimiliki

tenaga kesehatan sangat bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan

mencegah kematian maternal neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang

baik diharapkan kesalahan maupun malpraktek dalam memberikan asuhan tidak

terjadi. Dengan memastikan proses persalinan akan berjalan lancar dan dukungan

dari berbagai pihak yang berperan besar dalam kehidupan ibu hamil dapat
6

menurunkan kecemasan dan mengolah kecemasan ibu agar semua upaya yang

telah dilalui hingga masa persalianan datang dapat dilalui dengan baik dan lancar.

Untuk mencegah terjadinya kecemasan berlebihan pada ibu hamil maka

harus mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kecemasan kepada ibu

hamil terutama di trimester ketiga kehamilannya. Berdasakan uraian diatas, maka

dilakukanlah penelitian dengan judul, “Faktor yang Berhubungan dengan

Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di RBM Indah Tahun 2020”.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dirumuskan suatu masalah yaitu faktor

yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil trimester III di RBM Indah tahun

2020.

3.1 Tujuan Penelitian

3.1.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil

trimester III di RBM Indah tahun 2020.

3.1.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan usia dengan kecemasan ibu hamil trimester III di

RBM Indah tahun 2020.

b. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kecemasan ibu hamil trimester III

di RBM Indah tahun 2020.

c. Mengetahui hubungan dukungan suami dan keluarga sebelumnya dengan

kecemasan ibu hamil trimester III di RBM Indah tahun 2020.


7

d. Mengetahui hubungan dukungan tenaga medis sebelumnya dengan

kecemasan ibu hamil trimester III di RBM Indah tahun 2020.

4.1 Manfaat Penelitian

4.1.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pustaka tentang faktor yang

berhubungan dengan kecemasan ibu hamil trimester III dan sebagai wacana dalam

asuhan persalinan yang merupakan bagian dari ilmu keperawatan meternitas.

4.1.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu Hamil

Penelitian ini dapat menjadi salah satu motivasi bagi ibu hamil agar dapat

mengontrol kecemasan saat berada pada trimester III dan terus meningkatkan

kesehatan psikologis, semangat ibu hamil menjelang kelahiran.

b. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi tentang faktor yang

berhubungan dengan kecemasan ibu hamil trimester III dalam menghadapi

persalinan. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dalam tindakan asuhan

keperawatan pada ibu hamil trimester III yang mengalami kecemasan dalam

menghadapi persalinan.

c. Bagi Rumah Bersalin Mandiri

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi Rumah Bersalin

Mandiri mengenai faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil

trimester III sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam


8

meningkatkan pelayanan dalam program antenatal care pada ibu hamil

dengan memberikan pendidikan kesehatan khususnya dalam menghadapi

persalinan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu


9

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merlis Simon tentang

Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam

Menghadapi Persalinan Di RSUD La Temmamala Kabupaten Soppeng. Hasil

penelitian didapatkan kecemasan ibu hamil untuk variabel pengetahuan diperoleh

niali p = 0,006 < α 0,05 dan untuk variabel dukungan keluarga diperoleh p =

0,002 < α 0,05. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kecemasan ibu

hamil trimester III dalam menghadapi persalinan.(9)

Nurfaizah Alza melakukan penelitian tentang Faktor Yang Mempengaruhi

Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Tahun 2017. Hasil ini menunjukkan bahwa

faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu hamil trimester III adalah

dukungan suami dengan p value 0,048 (p < 0,05) sedangkan usia ibu, tingkat

pendidikan, pekerjaan, graviditas dan latihan fisik tidak berpengaruh dengan

kecemasan ibu hamil trimester III dengan p > 0,05. Simpulan faktor yang

berpengaruh terhadap kecemasan ibu hamil trimester III adalah dukungan suami.

(10)

Dewi Hanifah dalam penelitiannya yang berjudul Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhi Kecemasan Antenatal Tahun 2019. Hasil penelitian menunjukkan

Ibu hamil yang berpartisipasi mengisi kuesioner adalah 144 dari 160 (Respon

Rate 90,62%). Ibu hamil yang mengalami kecemasan antenatal sebanyak 38 orang

(26,4%) dan yang tidak mengalami kecemasan antenatal sebanyak 106 orang

(73,6%). Faktor yang berhubungan dengan kecemasan antenatal diantaranya


9
paritas (p=0,003), status obstetri (p=0,000), usia kehamilan (p=0,001), dukungan
10

keluarga (p=0,000) dan perilaku kesehatan (p=0,000). Simpulan penelitian ini

bahwa kecemasan merupakan gangguan mental yang sering terjadi pada ibu

hamil, sehingga pentingnya memahami faktor-faktor yang terkait dengan

kecemasan antenatal agar dapat merencanakan asuhan kebidanan yang tepat serta

mengembangkan intervensi secara holistik.(3)

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Konsep Dasar Kehamilan

Bagian ini merupakan tinjuan pustaka yang akan membahas tentang

konsep dasar kehamilan yang menjadi sumber dasar untuk memahami

pembahasan setelahnya.(1)

1. Pengertian Kehamilan

Beberapa pengertian tentang kehamilan sebagai berikut :

1) Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan

sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan

dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga

lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu

atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

2) Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai

0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan

kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu.


11

Dari penegrtian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

kehamilan merupakan masa perkembangan janin yang berlangsung dalam jangka

waktu normal yaitu 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).(1)

2. Perubahan Fisiologis pada Wanita Hamil

Berikut ini beberapa perubahan fisiologis yang dialami oleh wanita

selama masa kehamilannya, yaitu:

1) Perubahan Sistem Reproduksi

a. Vagina dan Vulva

Vagina sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi atau

penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormon esterogen yang

menyebabkan warna kebiruan pada vagina. Perubahan pada dinding

vagina meliputi peningkatan ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan

penyambung, dan hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot

polos yang merenggang, akibat perenggangan ini vagina menjadi lebih

lunak. Respon lain pengaruh hormonal adalah seksresi sel-sel vagina

meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat sangat asam

karena adanya peningkatan PH asam sekitar 31 (5,2 – 6). Keasaman ini

berguna untuk mengontrol pertumbuhan bakteri patogen/ bakteri penyebab

penyakit.(1)

b. Uterus/ Rahim

Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ rahim sebagai ruang untuk

menyimpan calon bayi yang sedang tumbuh. Perubahan ini disebabkan

antara lain:
12

Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;

 Hipertrofi dan hiperplasia (pertumbuhan dan perkembangan jaringan

abnormal) yang meyebabkan otot-otot rahim menjadi lebih besar,

lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan

janin;

 Perkembangan desidua atau sel-sel selaput lendir rahim selama hamil.

 Ukuran uterus sebelum hamil sekitar 8 x 5 x 3 cm dengan berat 50

gram (Sunarti, 2013). Uterus bertambah berat sekitar 70 sampai 1.100

gram selama kehamilan dengan ukuran uterus saat umur kehamilan

aterm adalah 30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas > 4.000 cc. Pada

perubahan posisi uterus di bulan 32 pertama berbentuk seperti alpukat,

empat bulan berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur.

Pada rahim yang normal/ tidak hamil sebesar telur ayam, umur dua

bulan kehamilan sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan kehamilan

sebesar telur angsa (Kumalasari, Intan. 2015). Dinding-dinding rahim

yang dapat melunak dan elastis menyebabkan fundus uteri dapat

didefleksikan yang disebut dengan Mc.Donald, serta bertambahnya

lunak korpus uteri dan serviks di minggu kedelapan usia kehamilan

yang dikenal dengan tanda Hegar. Perhitungan lain berdasarkan

perubahan tinggi fundus yakin dengan jalan mengukur tinggi fundus

uteri dari simfisis maka diperoleh, usia kehamilan 22-28 minggu : 24-

26 cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30 minggu : 29-30 cm, 32 minggu : 29,5-


13

30 cm, 34 minggu : 30 cm, 36 minggu : 32 cm, 38 minggu : 33 cm, 40

minggu : 37,7 cm.(1)

c. Serviks

Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan massa dan kandungan

air meningkat sehingga serviks mengalami penigkatan vaskularisasi dan

oedem karena meningkatnya 33 suplai darah dan terjadi penumpukan pada

pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak tanda (Goodel) dan

berwarna kebiruan (Chadwic) perubahan ini dapat terjadi pada tiga bulan

pertama usia kehamilan.

d. Ovarium

Sejak kehamilan 16 minggu, fungsi diambil alih oleh plasenta, terutama

fungsi produksi progesteron dan esterogen. Selama kehamilan ovarium

tenang/ beristirahat.

e. Payudara

Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin

dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi

makanan pokok untuk bayi baru lahir. Perubahan yang terlihat

diantaranya:

 Payudara membesar, tegang dan sakit hal ini dikarenakan karena

adanya peningkatan pertumbuhan jaringan alveoli dan suplai darah

yang meningkat akibat oerubahan hormon selama hamil.

 Terjadi pelebaran pembuluh vena dibawah kulit payudara yang

membesar dan terlihat jelas.


14

 Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul

areola mamae sekunder atau warna tampak kehitaman pada puting

susu yang menonjol dan keras.

 Kelenjar Montgomery atau kelenjar lemak di daerah sekitar puting

payudara yang terletak di dalam areola mamame membesar dan dapat

terlihat dari luar. Kelenjar ini mengeluarkan banyak cairan minyak

agar puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi

tempat berkembang biak bakteri.

 Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila di pijat. Mulai kehamilan

16 minggu, cairan yang dikeluarkan bewarna jernih. Pada kehamilan

16 minggu sampai 32 minggu warna cairan agak putih seperti air susu

yang sangat encer. Dari kehamilan 32 minggu sampai anak lahir,

cairan yang keluar lebih kental, berwarna kuning, dan banyak

mengandung lemak. Cairan ini di sebut kolostrum.(1)

2) Perubahan pada Organ-organ Sistem Tubuh Lainnya

a) Sistem respirasi menunjukkan kebutuhan oksigen menigkat sampai 20%,

selain itu diafragma juga terdorok naik ke kranial terjadi hiperventilasi

dangkal akibat kompensasi dada menurun. Volume tidal meningkat,

volume residu paru dan kapasitas vital menurun.

b) Sistem gastrointestinal menunjukkan estrogen dan HCG meningkat

dengan efek samping mual dan muntah, selain itu terjadi juga perubahan

peristaltik dengan gejala sering kembung, konstipasi, lebih sering lapar/

perasaan ingin makan terus.


15

c) Sistem sirkulasi/kardiovaskuler menunjukkan tekanan darah selama

pertengahan pertama masa hamil, tekanan sistolik dan diatolik menurun 5-

10 mmHg. Selama trimester ketiga tekanan darah ibu hamil harus kembali

kenilai tekanan pada trimester pertama (http://repository.unimus.ac.id).

d) Sistem integument menunjukkan Striae gravidarum, Linea nigra, dan

Chloasma.

e) Sistem mukuluskeletal menunjukkan kram otot, sendi-sendi melemah dan

karies gigi.

f) Sistem perkemihan menunjukkan selama kehamilan ginjal bekerja lebih

berat karena menyaring darah yang volumenya meningkat sampai 30%-

50% atau lebih, serta pembesaran uterus yang menekan kandung kemih

menyebabkan sering berkemih.

g) Sistem hematologi menunjukkan terjadi pada volume darah, dimana

volume darah pada atau mendekati akhir kehamilan rata-rata adalah sekitar

45% di atas volume pada keadaan tidak hamil. Derajat peningkatan

volume sangat bervariasi. Peningkatan terjadi pada trimester pertama,

meningkat paling cepat selama trimester kedua, kemudian peningkatan

dengan kecepatan lebih lambat selama trimester ketiga. Selain itu terjadi

peningkatan peptida natriuretik atrium terjadi sebagai respons terhdap diet

tinggi natrium. Perubahan hematokrit dan hemoglobin sedikit menurun

selama kehamilan normal. Akibatnya viskositas darah berkurang.(1)

3. Perubahan Psikologis pada Wanita Hamil

1) Trimester Pertama
16

Kehamilan mengakibatkan banyak perubahan dan adaptasi pada ibu hamil dan

pasangan. Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian,

penyesuaian seorang ibu hamil terhadap kenyataan bahwa dia sedang hamil.

Fase ini sebagian ibu hamil merasa sedih dan ambivalen. Ibu hamil mengalami

kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan depresi terutama hal itu serigng kali

terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan yang tidak direncanakan. Namun,

berbeda dengan ibu hamil yang hamil dengan direncanakan dia akan merasa

senang dengan kehamilannya. (1)

2) Trimester Kedua

Trimester kedua sering dikenal dengan periode kesehatan yang baik, yakni

ketika ibu hamil merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan. Di

trimester kedua ini ibu hamil akan mengalami dua fase, yaitu fase

praquickening dan pasca-quickening. Di masa fase praquickening ibu hamil

akan mengalami lagi dan mengevaluasi kembali semua aspek hubungan yang

dia alami dengan ibunya sendiri. Di trimester kedua sebagian ibu hamil akan

mengalami kemajuan dalam hubungan seksual. Hal itu disebabkan di trimester

kedua relatif terbebas dari segala ketidaknyamanan fisik, kecemasan,

kekhawatiran yang sebelumnya menimbulkan ambivalensi pada ibu hamil kini

mulai mereda dan menuntut kasih 40 sayang dari pasangan maupun dari

keluarganya.

3) Trimester Ketiga

Kehamilan pada trimester ketiga sering disebut sebagai fase penantian dengan

penuh kewaspadaan. Pada periode ini ibu hamil mulai menyadari kehadiran
17

bayi sebagai mahluk yang terpisah sehingga dia menjadi tidak sabar dengan

kehadiran seorang bayi. Ibu hamil kembali merasakan ketidaknyamanan fisik

karena merasa canggung, merasa dirinya tidak menarik lagi. Sehingga

dukungan dari pasangan sangat dibutuhkan. Peningkatan hasrat seksual yang

pada trimester kedua menjadi menurun karena abdomen yang semakin

membesar menjadi halangan dalam berhubungan.

2.2.2. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan atau ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau

takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang

dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas. Ansietas merupakan alat peringatan

internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Menurut Kusumawati

dan Hartono cemas merupakan sebuah emosi dan pengalaman subjektif yang

dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak

berdaya. (11)

Kecemasan sering disebabkan oleh ketidaktahuan akan sesuatu atau

trauma karena memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sebelumnya.

Menjelang hari-hari terakhir sebelum melahirkan, seorang calon ibu sering kali

dilanda kecemasan menghadapi masa persalinan, hal ini dialami oleh calon ibu

yang akan melahirkan bayi pertamanya ataupun yang telah mengalami trauma
18

ketika melahirkan sebelumnya. Saat cemas pikiran akan memunculkan banyak

imaji yang akan memperburuk kecemasan. Ketika ibu merasa sangat cemas

menghadapi persalinan, secara otomatis otak mengatur dan mempersiapkan tubuh

untuk merasa sakit, akibatnya saat persalinan nanti persepsi nyeri semakin

meningkat. Selain itu, cemas yang berlebihan pada ibu hamil juga dapat

menghambat dilatasi servik sehingga semakin memperlama proses persalinan.

(11)

2. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan dibagi menjadi empat, sebagai berikut:

1) Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-

hari. Ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda

dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensoris meningkat dan dapat

membantu memusatkan perhatian untuk belajar menyelesaikan masalah,

berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri.

2) Ansietas sedang, merupakan perasaan yang menganggu bahwa ada sesuatu

yang benar-benar berbeda yang menyebabkan agitasi atau gugup. Hal ini

memungkinkan individu untuk memusatkan perhatian pada hal yang penting

dan mengesampingkan hal lain. Kecemasan tingkat ini mempersempit lahan

persepsi.

3) Ansietas berat, dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang

berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih fokus pada sesuatu

yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lainnya.
19

4) Ansietas sangat berat, merupakan tingkat tertinggi ansietas dimana semua

pemikiran rasional berhenti yang mengakibatkan respon fight, flight, atau

freeze, yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang

atau tidak dapat melakukan apapun. Ansietas sangat berat berhubungan

dengan terperangah, ketakutan dan teror. (12)

3. Gejala Kecemasan

Kecemasan selalu melibatkan komponen psikis (afektif, kognitif, perilaku)

dan biologis (somatik, neurofisiologis). Berikut ini beberapa gejala kecemasan,

yaitu:

1) Perasaan ansietas yaitu melihat kondisi emosi individu yang menunjukkan

perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah

tersinggung.

2) Ketegangan (tension) yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat dengan

tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan gelisah.

3) Ketakutan yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut ditinggal

sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian lalu lintas, dan takut

pada kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan

mimpi yang menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat buruk.

6) Perasaan depresi yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,

sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang berubah-ubah sepanjang hari.
20

7) Gejala somatik (otot) yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku, kedutan otot,

gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

8) Gejala somatik (sensorik) yaitu tinitus (telinga berdengung), penglihatan

kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

9) Gejala kardiovaskular yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung seperti

menghilang/berhenti sekejap.

10) Gejala respiratori yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan tercekik,

sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.

11) Gejala gastrointestinal yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut,

rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, kehilangan

berat badan, dan sulit buang air besar (konstipasi).

12) Gejala urogenital yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan air seni,

amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid), ejakulasi

praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.

13) Gejala otonom yaitu mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing

dan sakit kepala, dan bulu-bulu berdiri/merinding.

14) Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang, jari gemetar,

kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat,

dan muka merah. (12)

Selain pengaruh gejala diatas, kecemasan memengaruhi pikiran, persepsi,

dan pembelajaran. Gejala somatik sangat bervariasi pada masing-masing individu,


21

tetapi pada dasarnya merupakan manifestasi keterlibatan syaraf otonom dan

sistem visceral yaitu sistem urogenital (sering kencing atau sulit kencing), sistem

cardiovasculer (tekanan darah tinggi, berkeringat dingin, sakit kepala, dan lain-

lain), sistem gastrointestinal (diare, kembung, iritasi lambung, dan colon

obstipasi), sistem respiratori (nyeri dada, hidung tersumbat), sistem

musculosceletal (kejang, nyeri otot, dan keluhan mirip rematik). Keluhan-keluhan

tersebut di atas berhubungan dengan kecemasan yang dialami seorang pasien.

Gejala kecemasan diatas sering juga terjadi pada ibu hamil karena saat hamil

kondisi emosional seorang wanita mudah seklai berubah ubah, selain dari

perubahan hormonal, sering juga terjadi kecemasan karena pikiran akan

bagaimana mereka nantinya melalui proses persalinan yang akan dijalani.(12)

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecemasan pada

ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dibagi

menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan tentang persalinan dan perasaan menjelang

persalinan. Selain faktor internal, faktor eksternal juga dibagi menjadi dua jenis,

yaitu informasi dari tenaga kesehatan dan dukungan suami. Kepercayaan pada

faktor internal merupakan tanggapan percaya atau tidak percaya dari ibu hamil

mengenai cerita atau mitos yang didengar dari orang lain atau yang berkembang

di daerah asal atau tempat tinggalnya. Sedangkan, perasaan menjelang persalinan

berkaitan dengan perasaan takut atau tidak takut yang dialami oleh ibu menjelang

persalinan. Informasi dari tenaga kesehatan merupakan faktor eksternal yang


22

penting bagi ibu hamil karena informasi yang diperoleh dapat mempengaruhi

tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan. (12)

Kelengkapan informasi yang diperoleh mengenai keadaan lebih lanjut

mengenai kehamilannya, termasuk adanya penyakit penyerta dalam kehamilan,

membuat ibu hamil lebih siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi saat

persalinan dan ibu tidak terbebani dengan perasaan takut dan cemas. Selain

informasi dari tenaga kesehatan, dukungan suami juga merupakan faktor eksternal

yang penting bagi ibu hamil. Dukungan suami dapat mengurangi kecemasan

sehingga ibu hamil trimester ketiga dapat merasa tenang dan memiliki mental

yang kuat dalam menghadapi persalinan.

Selain faktor internal dan faktor eksternal, terdapat pula faktor biologis

dan faktor psikis yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil. Faktor biologis

meliputi kesehatan dan kekuatan selama kehamilan serta kelancaran dalam

melahirkan bayinya. Sedangkan, faktor psikis seperti kesiapan mental ibu hamil

selama kehamilan hingga kelahiran dimana terdapat perasaan cemas, tegang,

bahagia, dan berbagai macam perasaan lain, serta masalah-masalah seperti

keguguran, penampilan dan kemampuan melahirkan. Secara spesifik, faktor yang

mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil seperti pengambilan keputusan, usia

ibu hamil, kemampuan dan kesiapan keluarga, kesehatan dan pengalaman

mendapat keguguran sebelumnya. Untuk itu dalam pembuatan penelitian ini

penulis akan melakukan pengumpulan data yang membahas beberapa faktor yang

mempengaruhi kecemasan pasa ibu hamil yaitu faktor internal berupa usia ibu
23

hamil dan pengetahuan ibu hamil serta faktor eksternal yaitu berupa dukungan

tenaga kesehatan dan dukungan suami.

Menurut Stuart dan Sundeen, faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah :

1) Usia

Usia mempengaruhi faktor psikologis seseorang, semakin tinggi usia

semakin baik tingkat kematangan emosi seseorang serta kemampuan

dalam menghadapi berbagai persoalan.(11)

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan rendah seseorang akan dapat meyebabkan orang

tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi pendidikannya

maka akan mempengaruhi kemampuan dalam berpikir.

3) Dukungan Keluarga

Pendampingan oleh keluarga saat ibu akan bersalin mempengaruhi tingkat

kecemasan pada ibu. Dukungan keluarga terutama dukungan yang

didapatkan dari suami akan menimbulkan ketenangan batin, perasaan

senang, aman dan nyaman sehingga kecemasan ibu hamil berkurang.

4) Ekonomi

Tingkat ekonomi terbukti sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan

psikologi ibu hamil. Jika kondisi ekonomi baik, maka ibu hamil akan

mendapatkan kesejahteraan fisik dan pesikologis secara baik pula dan

sebaliknya dengan kondisi ekonomi buruk maka ibu hamil tidak mendapat

kesejahteraan fisik dan pesikologis secara baik. Pekerjaan ibu hamil tidak
24

terlalu berat dan tidak terlalu banyak tenaga, dimana ibu bisa menjalaninya

selama kehamilan, pekerjaan bisa membawa dampak positif. Ibu akan focus

kepekerjaanya dan kecemasan ibu dapat teralihkan. Ditempat kerja ibu bisa

mendapatkan pengetahuan tentang kehamilan dari teman kerjanya dan

pekerjaan ibu dapat menambah pendapatan keluarga. Berdasarkan penelitian

Said N, dkk (2015) terdapat responden yang tidak bekerja sebanyak 31 orang

yang mengalami kecemasan 51,6% dan responden yang bekerja sebanyak 9

orang yang mengalami kecemasan 33,3%.

5) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang setiap hari dalam

kehidupannya. Pengalaman dan pendidikan seseorang dari sejak kecil akan

mempengaruhi sikap dan penampilan seseorang. Kesesuaian antara pekerjaan

dalam diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan. Diketahui ibu yang

bekerja lebih aktif dibanding dengan ibu yang tidak bekerja atau ibu yang

bekerja lebih stabil dibanding ibu yang tidak bekerja. Pekerjaan ibu dapat

mempengaruhi kecemasan karena adanya tekanan dari berbagai stersor di

tempat pekerjaan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang

terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang ibu hamil yang bekerja mengalami

gangguan atau penyakit akibat kerja, seperti kondisi lingkungan.

6) Paritas

Pada primigravida, mereka secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi

persalinan. Walaupun persalinan adalah proses alami bagi seorang wanita

untuk menjalaninya, tetapi seringkali ibu hamil tidak dapat menghilangkan


25

rasa khawatir dan takut dalam menghadapi proses persalinan tersebut. Rasa

takut dan cemas berlebihan dengan sendirinya menyebabkan ibu sakit.

Kemudian, perasaan cemas berkepanjangan dapat membuat ibu hamil tidak

bisa berkonsentrasi dengan baik dan hilangnya rasa kepercayaan diri. Bahkan

untuk beberapa ibu penderita cemas berat menghabiskan waktunya dengan

merasakan kecemasan sehingga mengganggu aktivitasnya.(11)

Paritas ibu pada primigravida, kehamilan yang dialaminya merupakan

pengalaman pertama kali, sehingga trimester III dirasakan semakin

mencemaskan karena semakin dekat dengan proses persalinan. Ibu akan

cenderung merasa cemas dengan kehamilannya, merasa gelisah, dan takut

menghadapi persalinan, mengingat ketidaktahuan menjadi faktor penunjang

terjadinya kecemasan. Sendangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya

(multigravida), mungkin kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa

lalu yang pernah dialaminya.

Tingkat Kecemasan menurut Stuart :

1) Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan

menyebabkan seseorang menjadi waspada. Kecemasan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Cemas ringan

dapat ditunjukan dengan:

a. Timbul perasaan berdebar debar, banyak bicara dan bertanya dapat

mengenal tempat, orang dan waktu.

b. Tekanan darah, nadi dan pernafasan normal.


26

c. Pupil mata normal.

d. Perasaan masih relatif terasa aman dan tetap tenang.

e. Penampilan masih tetap tenang dan suara tidak tinggi.

2) Kecemasan Sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal yang

penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang

lebih terarah. Cemas sedang dapat ditunjukan dengan :

a. Mulut kering, anoreksia, badan bergetar, ekspresi wajah ketakutan,

tidak mampu rileks, meremas-remas tangan, posisi badan sering

berubah, banyak bicara dengan volume keras.

b. Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernafasan mulai

meningkat.

3) Cemas Berat

Ketika mengalami kecemasan berat seseorang cenderung untuk

memusatkan pada suatu yang terinci, spesifik dan tidak dapat berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.

(11) Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada area lain. Cemas berat dapat ditunjukan dengan :

a. Nafas pendek, rasa tercekik, pusing, sakit kepala, rasa tertekan, rasa

nyeri dada, mual dan muntah, kondisi motorik berkurang, menyalahkan

orang lain, cepat tersinggung, volume suara keras serta sulit

dimengerti, perilaku diluar kesadaran.


27

b. Tanda vital meningkat, berkeringat banyak, diare, peningkatan

frekuensi buang air, tidak mau melihat lingkungan, wajah tampak

tegang.

4) Panik

Individu sangat kacau atau berbahaya bagi diri maupun orang lain. Tidak

mampu bertindak, berkomunikasi dan berfungsi secara aktif.

2.2.4. Kecemasan Ibu Hamil Dalam Menghadapi Persalinan

Proses persalinan merupakan peristiwa yang melelahkan sekaligus

beresiko. Tidak mengherankan, calon ibu yang akan melahirkan diselimuti

perasaan takut, panik, dan gugup. Ibu menanti kehadiran bayinya sebagai

bagian dari dirinya. Terdapat perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya

tidak lahir tepat pada waktunya. Ibu takut terhadap hidupnya dan bayinya dan

tidak tahu kapan akan melahirkan. Ibu merasa takut akan rasa sakit dan

bahaya yang akan timbul pada saat melahirkan. Menurut Musbikin

kecemasan menjelang persalinan tak kalah hebatnya ibu harus menghadapi

rasa sakit saat bersalin, gangguan saat melahirkan dan aneka kekhawatiran

lainnya. Sikap tenang sangat membantu kelancaran persalinan.(11) Untuk itu,

lakukan persiapan berikut :

a. Memilih tempat bersalin yang memadai


28

Pemilihan tempat bersalin yang baik menyangkut fasilitas penunjang,

seperti perlengkapan alat laboratorium, dokter yang terpercaya, serta

kamar perawatan yang nyaman. Perhatikan juga jarak tempuh dari rumah

menuju tempat bersalin.

b. Pendampingan oleh pasangan

Keberadaan orang terdekat sangat penting. Suami, orangtua, saudara

kandung dan sebagainya bisa memberi dorongan supaya ibu lebih tenang

menjelang persalinan. Dengan begitu beban mental bisa sedikit berkurang.

c. Hindari kisah buruk

Mintalah orang-orang dirumah atau teman anda untuk tidak menceritakan

kisah persalinan yang buruk. Cerita-cerita yang bernada membandingkan

proses persalinan juga kurang bijak karena hanya akan membuat ibu

cemas.

2.2.5. Dampak Kecemasan Ibu Hamil pada Proses Persalinan

Dampak kecemasan yang dialami ibu saat persalinan ibu akan

merasakan nyeri atau rasa sakit yang berlebihan. Rasa takut akan menghalangi

proses persalinan karena ketika tubuh manusia mendapatkan sinyal rasa takut,

tubuh akan mengaktifkan pusat siaga dan pertahanan. Akibatnya rahim hanya

mendapatkan sedikit aliran darah sehingga menghalangi proses persalinan dan

mengakibatkan rasa nyeri serta menyebabkan waktu melahirkan menjadi lebih

panjang.

Ibu akan menjadi lebih lelah, kehilangan kekuatan, pembukaan

menjadi lebih lama. Perasaan takut selama proses persalinan dapat


29

mempengaruhi his dan kelancaran pembukaan, sehingga dapat mengganggu

proses persalinan.

2.2.6. Alat ukur kecemasan

Menurut Max Hamilton dalam Schlaepfer kecemasan dapat diukur

dengan menggunakan alat ukur yang di sebut HARS (Hamilton Anxiety

Rating Scale). Skala ini adalah pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya symptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut

skala HARS ada 14 symptom yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. Setiap item yang di observasi diberi 5 tingkatan skor antara 0

sampai dengan 4.(11)

Skala HARS pertama kali diperkenalkan oleh Max Hamilton tahun

1959 dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan

terutama pada penelitian trial clinic. Skala HARS telah dibuktikan memiliki

validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk melakukan pengukuran

kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97. Berdasarkan

penelitian-penelitian sebelumnya, para peneliti tidak melakukan uji validitas

dan reliabilitas karena instrument ini sudah baku. Menurut Nursalam juga

telah melakukan uji validitas dan reliabilitas HARS. Hasil dari penelitiannya

tersebut didapatkan korelasi dengan HARS (r hitung= 0,57- 0,84) dan (r

table= 0,349). Hasil koefisien reliabilitas dianggap reliable jika r> 0,60. Hal

ini menunjukkan bawah HRS-A cukup valid dan reliable.

Kuisioner skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:


30

1. Perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

2. Ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.

3. Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal

sendiri dan pada binatang besar.

4. Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas dan mimpi buruk.

5. Gangguan keccerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit

konsentrasi.

6. Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi,

sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.

7. Gejala somatik : nyeri pada otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak

stabil dan kedutan otot.

8. Gejala semsorik : perasaan ditusuk- tusuk, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat serta merasa lemah.

9. Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras

dan detak jantung hilang sekejap.

10. Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas panjang dan merasa napas pendek.

11. Gejala gastrointestinal : sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun,

mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan

panas di perut.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,


31

aminorea, erekksilemah atau impotensi.

13. Gejala autonomy : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu

roma berdiri, pusing atau sakit kepala.

14. Perilaku atau sikap : gelisah, jati- jari gemetar, mengkerutkan dahi atau

kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori :

0 = Tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)

1= Ringan (satu dari gejala yang ada)

2 = Sedang (separuh dari gejala yang ada)

3 = Berat (lebih dari setengah gejala yang ada)

4 = Panik (semua gejala ada)

Penentuan tingkat kecemasan menurut Hamilton dalam Schlaepfer

dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1- 14 dengan hasil:

Skor kurang dari 14= tidak ada kecemasan

Skor 14- 20= kecemasan ringan

Skor 21-27= kecemasan sedang

Skor 28-41= kecemasan berat

Skor 42-56= panik.(11)

2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentatif (sementara) mengenai

kemungkinan hasil dari suatu kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis
32

merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan yang

diajukan dalam penelitian.(13) Hipotesis dalam penelitian ini :

1. Ada Hubungan Paritas dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di RBM

Indah Tahun 2020.

2. Ada Hubungan Usia dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III di RBM

Indah Tahun 2020

3. Ada Hubungan Dukungan Suami dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III

di RBM Indah Tahun 2020

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


33

Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian

tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti dalam

melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan

crosssectional. Survei analitik adalah penelitian yang mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi kemudian melakukan analisis

dinamika kolerasi antara fenomena, baik antara faktor risiko (independen) dan

faktor efek (dependen). (14)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana penelitian ini dilaksanakan.

Penelitian ini dilakukan di RBM Indah Tahun 2020.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai September 2020.

3.3. Populasi dan Sampel


33
3.3.1. Populasi
34

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti dalam

penelitian ini. Populasi yang diambil adalah seluruh ibu hamil trimester III di

RBM Indah bulan Juni-Agustus Tahun 2020 berjumlah 34 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Tehnik pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah total populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian berjumlah 34 orang.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variable-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun kerangka konsep

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel independen Variabel Dependen

- Paritas Kecemasan Ibu Hamil


- Usia
Trimester III
- Dukungan Suami

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran


35

3.5.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel dalam penelitian.

1. Paritas adalah jumlah kehamilan dan persalinan yang pernah ibu alami

sampai kehamilan ini

2. Usia adalah usia ibu hamil saat dilakukan wawancara

3. Dukungan suami adalah Sikap, tindakan, perhatian, motivasi serta kasih

sayang yang diberikan suami kepada ibu hamil trimester III

4. Kecemasan ibu hamil trimester III adalah Perasaan takut dan tidak nyaman

yang tidak jelas penyebabnya yang dialami oleh ibu hamil trimester III

3.5.2. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran data adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat

ukur menilai suatu variabel.

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran

Jumlah
Cara dan Jenis
Nama Pertan Skala
Alat Value Skala
Variabel yaan Pengukuran
Ukur Ukur
Independen
Paritas 1 Kuesioner - Satu kali Primigravida(1) Ordinal
- lebih dari satu Multigravida
kali (0)
Usia 1 Kuesioner - - < 20 tahun(1) Ordinal
- 20-35 tahun
(2)
- >35 tahunC
Dukungan 25 Kuesioner Favourable: Kurang Ordinal
Suami a. Selalu skor: 4 mendukung
36

b. Sering skor: 3 jika≤ mean (0)


c. Kadang- Mendukung jika
kadang skor: 2 skor ≥ mean (1)
d. Tidak pernah
skor: 1
Unfavourable:
a. Selalu skor: 1
b. Sering skor: 2
c. Kadang-
kadang skor: 3
d. Tidak pernah: 4
Dependen
Kecemasan 14 Kuesioner a. Skor 0 (tidak a. Tidak ada Ordinal
Ibu Hamil ada gejala) kecemasa:
Trimester III b. Skor 1 (1 gejala skor < 14
dari pilihan b. Kecemasan
yang ada) ringan: skor
c. Skor 2 (kurang 14- 20
dari separuh c. Kecemasan
gejala) sedang: skor
d. Skor 3 21-27
( separuh atau d. Kecemasan
lebih dari berat: skor
gejala yang 28- 41
ada)
e. Skor 4 (semua
gejala yang
ada)

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari sumber pertama, baik individu

ataupun perseorangan atau data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil dokumentasi oleh

pihak lain, misalnya rekam medic, data kunjungan pasien, dan lain-lain.
37

3. Data Tersier

Data tersier merupakan data primer dan sekunder yang telah disusun dan

dipublikasikan oleh Institusi pemerintah, swasta, LSM, dll.

3.6.2. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dengan

menggunakan kuesioner.

2. Data Sekunder merupakan data yang diperoleh oleh peneliti dari tempat

penelitian seperti data responden.

3. Data Tersier merupakan data yang diperoleh dari berbagai referensi yang

sangat valid dan telah dipublikasikan seperti data WHO, jurnal-jurnal, dan

buku-buku yang mendukung penelitian.

3.7. Metode Pengolahan Data

Menurut Muhammad data yang terkumpul diolah dengan cara

komputerisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun obervasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga

pengolahan data memberikan hasil yang valid.

3. Coding
38

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variable-

variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah menjadi nomor 1,

2, 3, dst.

4. Entering

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam

aplikasi SPSS.

5. Data Processing

Setelah dilakukan pengolahan data seperti yang telah diuraikan di atas,

langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data.(15)

3.8. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan progam

komputer.

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan

pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi.

3.8.2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian ini

maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui hubungan


39

(kolerasi) antara variabel bebas (indevendentvariable) dengan variabel terikat

(dependentvariable).

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi-square, pada batas

kemaknaan perhitungan statistik p value(0,05). Apabila hasil penghitungan

menunjukan nilai p< p value(0.05) maka dikatakan (H0) di tolak dan Ha diterima,

artinya kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan.

Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat

dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.(13)

Uji chi square merupakan uji non parametris yang paling banyak

digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi

responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana

chi square dapat digunakan yaitu:

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual

Count (F0) sebesar 0 (Nol).

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja

yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count (“Fh”)

kurang dari 5.

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2x2, misal 2x3, maka jumlah cell

dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.(15)

DAFTAR PUSTAKA
40

1. St FS, St NS. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakatra: Fakultas

Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta; 2017.

2. Murtofingah DI. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu

Hamil Trimester Iii Dalam Menghadapi Persalinan Di Wilayah Puskesmas

Kroya II. 2017;

3. Hanifah D, Utami S. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Antenatal. 2019;5(1):16–23.

4. Susiana S. Angka Kematian Ibu : Faktor Penyebab Dan Upaya

Penanganannya. 2019;

5. Pencawan Y. Sumut Berhasil Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi

[Internet]. media Indonesia. 2019. Available from:

https://mediaindonesia.com/read/detail/280473-sumut-berhasil-tekan-

angka-kematian-ibu-dan-bayi

6. Nahar M. Hubungan Spiritual Support Dengan Kecemasan Dan Adaptasi

Spiritual Ibu Hamil. 2018;

7. Wardani HW, Agustina R. Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu

Hamil Primigravida Trimester III. 2018;6.

8. Lubis K. Angka Kematian Ibu Melahirkan di Sumut Capai 194 Jiwa

[Internet]. Warta Ekonomi.Co.Id. 2018. Available from:

https://www.wartaekonomi.co.id/read174433/angka-kematian-ibu-

melahirkan-di-sumut-capai-194-jiwa.html

9. Simon M. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil

Trimester Iii Dalam Menghadapi Persalinan Di Rsud La Temmamala


41

Kabupaten Soppeng. 2018;12.

10. Alza N. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil trimester

III. J Kebidanan dan Keperawatan. 2017;13.

11. Sari wydia NI. Hubungan Dukungan Suami Dengan Tingkat Kecemasan

Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester Iii Di

Puskesmas Mlati Ii Sleman. 2018.

12. Rahmitha N. Tingkat Kecemasan Pada Ibu Hamil Primigravida Trimester

Ketiga Di Puskesmas Kecamatan Tamalanrea Makassar. 2017;

13. Tris Eryando. Teori dan Aplikasi Pengumpulan Data Kesehatan Termasuk

Biostatistika Dasar. yogyakarta: Rhapa Publishing; 2017.

14. Muhammad I. Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan

Menggunakan Metode Ilmiah. Bandung: Citapustaka Media Perintis; 2016.

15. Iman Muhammad. Pemanfaatan SPSS Dalam Penelitian Bodang Kesehatan

dan Umum. Medan: Citapustaka Media Perintis; 2016.

Lampiran : Surat Permohonan Menjadi Responden


42

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr Wb

Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, sebagai salah satu persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan. Saya yang bertanda tangan dibawaah ini
adalah mahasiswa prodi DIV Kebidanan Institut Kesehatan Helvetia Medan :
Nama : Ermida Ginting
Nim :
Judul : Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Ibu Hamil
Trimester III di RBM Indah Tahun 2020

Dengan segala kerendahan hati, penulis mohon kepada saudari untuk


berkenan menjadi responden dalam penelitian. Partisipasi saudari sangat
dibutuhkan sebagai data penelitian dan semata-mata untuk ilmu pengetahuan,
tidak ada maksud lain. Semua data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya
oleh peneliti.
Dengan kesediaan dan bantuan yang telah saudari berikan, penulis
mengucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Medan, 2020

Peneliti

( Ermida Ginting )
Lampiran : Lembar Kuisioner Dukungan Suami dan Tingkat Kecemasan
43

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN DUKUNGAN SUAMI

Identitas diri:
Nama :
Umur :
Prndidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Berikan tanda (√) pada kolom alternatif jawaban yang sesuai dengan
keadaan suami anda. Tidak ada jawaban yang salah. Semua jawaban benar.

No Dukungan Suami Jawaban


Selalu Sering Kadang- Tidak
kadang pernah
Dukunga Emosional:
1. Suami bersedia mendengarkan
keluhan yang saya rasakan
2. Suami mengerti dengan keadaan
saya yang akan mengalami
persalinan
3. Suami ikut serta memikirkan
masalah yang saya hadapi
4. Suami tidak mempedulikan
kesehatan saya
5. Suami merasa khawatir ketika saya
sedang sakit
6. Suami tidak peduli jika saya
sedang sedih
7. Suami kurang mengerti dengan
keadaan saya yang akan
mengalami persalinan
Dukungan Penilaian
8. Suami tidak memahami keadaan
saya yang sudah tidak sebugar dulu
lagi
9. Suami kurang memberi dukungan
saat tidak mau minum obat
10. Suami memberikan pujian pada
hasil pekerjaan saya
11. Suami memberikan pujian pada
44

saya saat ia telah meminum obat


yang di berikan oleh bidan
12. Suami menghargai pengorbanan
saya yang telah susah payah
mengandung buah hati/ anaknya
13. Suami menerima setiap saran saya
sebagai saran yang baik
14. Suami tidak pernah menghargai
pengorbanan saya yang telah susah
payah mengandung buah hati/
anaknya
Dukungan Instrumental

15. Suami membantu saya


mengerjakan pekerjaan rumah
16. Suami tidak memperhatikan setiap
jenis makanan yang saya konsumsi
17. Suami mengantar saya saat saya
ingin membeli perlengkapan bayi
18. Suami kurang memperhatikan
tentang perlengkapan bayi
19. Suami tidak menyediakan dana
yang di pergunakan untuk priksa
Kehamilan
20. Suami tidak membantu saya
mengerjakan pekerjaan
Dukungan Informasi

21. Suami saya memberikan informasi


kepada saya tentang persalinan dari
buku dan majalah
22. Saya dan suami saya mencari
informasi tentang persalinan di
rumah sakit/ puskesmas
23. Suami saya kurang peduli informasi
tentang tanda- tanda
Persalinan
24. Suami tidak mendampingi saya saat
konsultasi ke petugas kesehatan
untuk memperoleh informasi
tentang kehamilan
dan persalinan
25. Suami kurang menganjurkan saya
untuk memeriksakan kesehatan
ketika saya mengeluh
dengan keshatan saya
45

LEMBAR KUISIONER PENELITIAN KECEMASAN IBU HAMIL


TRIMESTER III
46

Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Silahkan berikan tanda (√) pada kolom isi sesuai dengan yang anda
rasakan saat ini dengan skala penelian:
No Gejala Kecemasan
1. Saya mengalami perasaan cemas dalam menghadapi persalinan diantaranya:
□ cemas terhadap proses persalinan
□ firasat buruk menjalani
□ mudah tersinggung dengan orang lain
□ ketegangan menghadapi persalinan

2. Saya mengalami ketegangan menjelang persalinan:


□ merasa tegang
□ lesu
□ tidak bisa istirahat tenang
□ mudah terkejut
□ mudah menangis
□ gemetar
□ gelisah

3. Saya merasa ketakutan akan menghadapi persalinan ditandai dengan:


□ takut gelap
□ orang asing
□ ditinggal sendiri
□ pada binatang besar
□ pada keramaian lalu lintas
□ kerumunan orang banyak

4. Saya mengalami ganggaun tidur menjelang persalinan seperti:


□ sulit tidur
□ terbangun saat malam hari
□ tidur tidak nyenyak
□ bangun dengan lesu
□ banyak mimpi- mimpi
□ mimpi buruk
5. Saya mengalami gangguan terhadap kecerdasan menjelang persalinan seperti:
□ sukar konsentrasi
□ daya ingat menurun
□ mudah lupa

6. Saya mengalami perasaan depresi menjelang persalinan yang di tandai


dengan:
□ hilangnya minat
47

□ berkurangnya kesenangan pada hobi


□ sedih
□ perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari

7. Saya mengalai gangguan gejala somatik menjelang persalinan seperti:


□ nyeri otot
□ kaku
□ kedutan otot
□ gigi gemerutuk
□ suara tidak stabil

8. Saya mengalai gangguan gejala sensorik menjelang persalinan seperti:


□ telinga berdering
□ penglihatan kabur
□ muka merah atau pucat
□ merasa lemas
□ perasan ditusuk- tusuk

9. Saya mengalami gangguan gejala kardiovaskuler menjelang persalinan


seperti:
□ denyut jantung cepat
□ berdebar- debar
□ nyeri dada
□ denyut nadi cepat
□ rasa lesu

10. Saya mengalami gangguan gejala pernapasan menjelang persalinan seperti:


□ rasa tekanan pada dada
□ rasa tercekik
□ sering menarik nafas panjang
□ merasa napas pendek

11. Saya mengalami gangguan gejala gastrointestinal menjelang persalinan


seperti:
□ sulit menelan makanan
□ berat badan menurun
□ mual muntah
□ nyeri lambung sebelum dan sesudah makan
□ merasa panas di perut
□ sulit buang air besar
48

12. Saya mengalami gangguan gejala uroginetal menjelang persalinan seperti:


□ sering kencing
□ tidak dapat menahan kencing
□ tidak datang haid
□ ekresi melemah

13. Saya mengalami gangguan gejala autonomy menjelang persalinan seperti:


□ mulut kering
□ mudah berkeringat
□ muka merah
□ bulu- bulu berdiri (merinding)
□ pusing atau sakit kepala
14. Saya mengalami gangguan gejala perilaku dan sikap menjelang persalinan
seperti:
□ gelisah
□ gemetar pada jari- jari
□ mengkerutkan dahi
□ muka tegang
□ otot tegang (tonus otot meningkat)
□ napas pendek dan panjang

Anda mungkin juga menyukai