Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada pasangan yang baru menikah berita tentang kehamilan merupakan

berita yang sangat menggembirakan (Hasim, 2018). Ibu saat hamil secara aktif

mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan. Walaupun persalinan

adalah sebuah proses alami bagi seorang ibu untuk menjalaninya, tetapi

seringkali ibu hamil tidak dapat menghilangkan rasa khawatir dan takut dalam

menghadapi proses persalinan tersebut. Rasa takut dan cemas berlebihan

dengan sendirinya menyebabkan ibu sakit (Heriani, 2016).

Selama kehamilan ibu hamil banyak mengalami perubahan dari segi fisik

maupun psikologis, Perubahan psikologis bagi ibu hamil yang salah satunya

adalah kecemasan (Anggraeni, Ganti, & Nurvita, 2018). Kecemasan adalah

gangguan dalam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, perilaku dapat terganggu

tetapi masih dalam batas normal (Sukmadewi, 2016).

Adapun perubahan psikis pada ibu trimester pertama yaitu timbul sifat rasa

kecewa, penolakan, cemas dan rasa sedih. Pada trimester ke dua kehidupan

psikologi ibu tampak lebih tenang dan mulai dapat beradaptasi, dan pada

trimester tiga, perubahan psikologi ibu terkesan lebih kompleks dan

meningkat kembali dibanding trimester sebelumnya, dan ini tidak lain

1
2

dikarenakan kondisi kehamilan yang semakin membesar (Janiwarty & Pieter,

2012) .

Data WHO (2013) menunjukkan kecemasan ibu yang mengalami

kehamilan dibagi menjadi wanita tidak hamil, masa kehamilan, dan paska

persalinan. Kurang lebih kecemasan dialami oleh wanita tidak hamil sebanyak

5%, selama masa kehamilan 15,6% dan pada ibu paska persalinan 19,8%.

Beberapa negara berkembang di dunia beresiko tinggi terjadinya gangguan

psikologis pada ibu hamil, diantaranya Ethiopia, Nigeria, Senegal, Afrika

Selatan, Uganda, dan Zimbabwe. Sebanyak 81% wanita di United Kingdom

pernah mengalami gangguan psikologis pada kehamilan. Sedangkan di

Perancis sebanyak 7,9% ibu primigravida mengalami kecemasan selama

hamil, 11,8% mengalami depresi selama hamil, dan 13,2% mengalami

kecemasan dan depresi. Menurut Depkes RI, Angka kejadian kecemasan pada

ibu hamil di Indonesia mencapai 373.000, sebanyak 107.000 atau 28,7%

diantaranya kecemasan terjadi pada ibu hamil menjelang proses persalinan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan di Jawa Timur didapatkan hasil

sebanyak 73,5% ibu hamil mengalami kecemasan pada akhir kehamilan

(Dinkes Jatim, 2012). Berdasarkan data studi pendahuluan di RSU Dr.

Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tahun 2019 dengan jumlah pasien ibu

hamil sebanyak 222 pasien.

Ibu hamil yang tidak mempunyai persiapan untuk melahirkan akan lebih

cemas dan memperlihatkan ketakutan dalam suatu periaku diam hingga

menangis. Sekalipun peristiwa kelahiran sebagai fenomenal fisiologis yang

normal, kenyataannya proses persalinan berdampak terhadap perdarahan,


3

kesakitan luar biasa serta bisa menimbulkan ketakutan bahkan kematian baik

ibu ataupun bayinya (Janiwarty & Pieter, 2012) .

Kehamilan merupakan peristiwa penting bagi wanita, dimana seorang

wanita akan mengalami perubahan dalam dirinya baik perubahan fisiologis

maupun perubahan psikologis. Setiap wanita membayangkan tentang seperti

apa proses persalinan dan menjadi seorang ibu, persepsi ini mempengaruhi

bagaimana seorang ibu merespon kehamilannya. Kondisi psikologis wanita

terutama ibu hamil pertama timbul perasaan takut, cemas, dalam menghadapi

proses penerimaan kehamilan dan persalinan (Bobak & Jensen, 2010).

Pada trimester III, kecemasan menjelang persalinan akan muncul.

Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan normal, cara mengejan,

apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat,

akan semakin sering muncul dalam benak ibu hamil. Rasa nyeri pada waktu

persalinan sudah sejak dahulu menjadi pokok pembicaraan para wanita

(Hasuki, 2010). Oleh karena itu, banyak calon ibu yang menghadapi proses

persalinan dengan perasaan takut dan cemas (Maramis, 2010). Menjelang

persalinan banyak hal mengkhawatirkan yang muncul dalam pikiran ibu,

seperti takut bayinya terlahir dengan cacat, takut operasi, takut persalinannya

lama dan sebagainya. Bagi ibu primigravida, selain tidak lepas dari rasa takut,

ibu juga tidak mengetahui hal apa saja yang akan terjadi pada persalinanya

(Amalia, 2009).

Upaya mengurangi kecemasan dapat dilakukan dengan intervensi

keperawatan melalui pemberian pendidikan kesehatan (Setyaningsih, 2012;


4

Moorhead et al., 2013; Bulechek et al., 2013). Mengajarkan pasien untuk

berolahraga ringan merupakan salah satu contoh pemberian pendidikan

kesehatan. Wanita hamil dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan selama

hamil agar kandunganya sehat serta mengurangi masalah-masalah yang biasa

timbul saat kehamilan. Salah satu olahraga ringan pilihan yang bisa diambil

oleh ibu hamil adalah senam yoga (Depkes RI,2009). Senam yoga merupakan

kesatuan antara tubuh, pikiran dan jiwa, (Sindhu, P. 2009). Sebagai bentuk

rileksasi sebelum melahirkan dan mengurangi kecemasan, gerakan yoga yang

lembut dan santai dapat membuat ibu hamil melenturkan persendian dan

menenangkan pikiran terutama dalam trimester II dan III, yoga bisa dilakukan

ibu saat dirumah atau dengan mengikuti kelas yoga untuk ibu hamil, didalam

setiap gerakan yoga ada manfaat tersendiri untuk ibu dan janin seperti untuk

memperkuat tubuh selama kehamilam, mencegah sakit punggung, melatih

pernapasan, dan meningkatkan tidur akibat kecemasan menghadapi persalinan.

Senam hamil yoga memiliki lima cara yaitu latihan fisik yoga, pernapasan

(pranayama), positions (mudra), meditasi dan deep relaksasi yang dapat

digunakan untuk mendapatkan manfaat selama kehamilan dan kelahiran anak

secara alami dan dapat membantu dalam memastikan bayi yang sehat (Indriati,

2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Keperawatan Ansietas Pada

Klien Antepartum di Ruang Gayatri RS Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto”.


5

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

penulis dapat merumuskan masalah “Asuhan Keperawatan dengan masalah

keperawatan Ansietas pada klien Antepartum di ruang Gayatri RS Wahidin

Sudiro Husodo Mojokerto?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis Karya Tulis mampu melaporkan proses pemberian asuhan

keperawatan yang komperehensif dengan prenatal yoga untuk menurunkan

kecemasan pada ibu hamil di ruang Gayatri RSU Wahidin Sudirohusodo

kota Mojokerto

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan

2. Merumuskan diagnosa keperawatan dan prioritas masalah

3. Menyusun intervensi keperawatan secara rasional

4. Melaksanakan tindakan keperawatan bagi klien Anteprtum dengan

Ansietas

5. Mengevaluasi tindakan keperawatan


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian dapat di gunakan untuk mengembangkan dan

memperluas wawasan dibidang pelayanan dan sebagai data dasar bagi

pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat

kecemasan yang di alami oleh klien antepartum.

1.4.2 Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman belajar dan menambah ilmu pengetahuan dalam

bidang penelitian sehingga dapat dijadikan acuan dalam penelitian

selanjutnya dan sebagai pengalaman yang nyata.

1.4.3 Bagi Institusi

1. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan sebagai

data dasar dalam guna peningkatan pelayanan dalam melakukan

intervensi pada klien khususnya bagi yang mengalami kecemasan

dalam mengahadapi persalinan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dan sebagai

bahan referensi bagi peserta didik di intitusi pendidikan Akper

Kosgoro Mojokerto tentang tingkat kecemasan pada klien antepartum.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kehamilan


2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses yang terjadi antara perpaduan
sel sperma dan ovum sehingga terjadi konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu dihitung dari
haid pertama haid terakhir (HPHT) (Dian, 2018).
Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membawa embrio
atau fetus didalam tubuhnya. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai
partus kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari
(43 minggu) (Jannah, 2014).
Berdasarkan beberapa definisi kehamilan diatas dapat disimpulkan
bahwa kehamilan adalah proses fertilisasi sel telur dan sel sperma,
dilanjutkan dengan nidasi, implantasi sampai bayi lahir.
2.1.2 Perubahan fisiologis pada kehamilan.
Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), perubahan fisik selama masa
kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Trimester Pertama (1-12 minggu)
Perubahan fisik pada trimester pertama adalah mual atau muntah
saat pagi hari (morning sickness) dan bila rasa mual
berkepanjangan disebut hiperemesis gravidarum, kembung
selama masa kehamilan, ibu-ibu hamil seringkali mengalami perut
kembung akibat dari sembelit atau perubahan hormonal, sakit
kepala atau pusing akibat adanya kecemasan, merasa lelah, sakit
gigi, perilaku meludah, sering buang air kecil, sesak nafas dan
kram perut.
2) Trimester Kedua (13-27 minggu)
Perubahan fisik trimester kedua ditandai dengan meningkatnya
jumlah frekuensi buang air kecil, mual di pagi hari mulai

7
8

berkurang, nafsu makan meningkat, pengeluaran cairan vagina


secara perlahan-lahan meningkat, bentuk payudara, perut, dan
pinggang semakin membesar, libido hubungan seksual semakin
naik dan meningkatnya jumlah kelenjar keringat, rasa sakit pada
perut, bengkak pada kaki dan tumit, terkadang terasa panas pada
bagian dada, kram pada kaki, denyut jantung semakin meningkat,
konstipasi atau sembelit, munculnya varices, sakit pinggang, gatal
gatal dan tanda bergaris yang terjadi pada perut atau strie.
3) Trimester Ketiga (28-40 minggu)
Ciri-ciri perubahan fisik periode trimester tiga ialah kaki
bertambah semakin bengkak dan kaki terasa semakin nyeri, buang
air kecil meningkat sekitar 5 menit sekali, suhu tubuh ibu
meningkat sehingga sering kepanasan, rahim sering berkontraksi
ringan (braxton hick contraction), pada bulan kedelapan payudara
akan mengeluarkan kolostrum dan pada bulan-bulan terakhir
vagina akan mengeluarkan cairan yang kental, rasa nyeri
punggung dan sesak nafas sehingga kesulitan mendapatkan posisi
tidur yang nyaman, dan uterus terus tumbuh tinggi ke paru-paru.
2.1.3 Perubahan psikologis pada kehamilan
Perubahan psikologis pada ibu hamil dibagi tiap trimester (Jannah,
2014)
1) Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan
hamil. Akibat dari peningkatan hormon estrogen dan progesteron
pada tubuh ibu hamil, banyak ibu hamil yang merasakan
kekecewaan, penolakan, kecemasan, kekhawatiran, dan
kesedihan. Akan timbul kebingungan tentang kehamilannya
terkait efek kehamilan yang akan terjadi pada hidupnya, tanggung
jawab baru atau tambahan yang akan dipikul, kecemasannya
tentang kemampuan dirinya untuk menjadi seorang ibu, dan
penerimaan kehamilannya oleh orang lain. Kebingungan ini akan
9

berakhir pada saat dia menerima kehamilannya, dan penerimaan


terjadi pada akhir trimester pertama. Pada trimester ini seorang
ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan
bahwa dirinya memang hamil. Perubahan pada hasrat untuk
melakukan hubungan seksual kebanyakan mengalami penurunan
libido, ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti fisik, emosi,
masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita. Maka
ibu hamil perlu diberi kasih sayang dan perhatian yang lebih dari
biasanya.
2) Trimester II
Pada trimester ini ibu hamil sudah bisa menerima kehamilannya
dan mulai dapat menggunakan energy dan pikirannya secara lebih
konstruktif. Mulai merasakan kehadiran bayinya dari gerakan
yang ditimbulkan sang bayi. Trimester kedua dibagi menjadi 2
fase yaitu prequickening dan postquickening. Akhir dari trimester
pertama dan selama prequickening wanita tersebut akan terus
melengkapi dan mengevaluasi segala aspek yang
menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Sebagai pembelajaran
menjadi seorang ibu. Hubungan sosial wanita akan meningkat
dengan wanita hamil lainnya atau yang baru menjadi ibu.
Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran
dan persiapan untuk peran yang baru. Quickening mungkin
menyerang wanita untuk memikirkan bayinya sebagai individu
yang merupakan bagian dari dirinya. Kesadaran yang baru ini
memulai perubahan dalam memusatkan dirinya ke bayi.
Kesadaran yang baru ini memulai perubahan dalam memusatkan
dirinya Perhatian ditujukan pada kesehatan bayi dan kehadiran
didalam keluarga.
3) Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada
periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari
dirinya dan tidak sabar ingin cepat melihat bayinya. Kegelisahan
10

terjadi jika bayinya tidak lahir tepat pada waktunya. Perhatiannya


terpusat pada kelahiran bayi, maka wanita mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua. Wanita mungkin
khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan tahu
kapan dia melahirkan. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak
nyaman timbul kembali karena karena perubahan body image
yaitu merasa dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan dukungan
dari suami dan keluarga. Wanita juga mengalami proses berduka
seperti kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki
selama kehamilan, terpisahnya bayi dari bagian tubuhnya, dan
merasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong. Perasaan
mudah terluka juga terjadi karena merasa canggung, jelek, tidak
rapi, dia membutuhkan perhatian yang yang lebih besar dari
pasangannya.
2.1.4 Kategori Ibu hamil
Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), kategori ibu hamil dibagi
menjadi empat kelompok, diantaranya :
1) Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable).
2) Nullipara
Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
bayi yang viable untuk pertama kali.
3) Multigravida atau pleuripara
Multigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang viable (yang dapat hidup) untuk beberapa kali.
4) Grandemultigravida
Grandemultigravida adalah wanita yang telah hamil lebih dari 5
kali.
11

2.1.5 Kecemasan Pada Kehamilan


Menurut Wulandari (2008), bahwa pada usia kandungan tujuh bulan
ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring
dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Ibu hamil pertama
lebih sering mempunyai pikiran yang mengganggu, sebagai
pengembangan reaksi kecemasan terhadap cerita yang diperolehnya.
Semua orang selalu mengatakan bahwa melahirkan itu sakit sekali.
Oleh karena itu, muncul ketakutan-ketakutan pada ibu hamil pertama
yang belum memiliki pengalaman bersalin. Adanya pikiran pikiran
seperti melahirkan yang akan selalu diikuti dengan nyeri kemudian
akan menyebabkan peningkatan kerja sistem syaraf simpatetik.
Adanya peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin atau
epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh,
sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari
proses fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari. Ibu hamil
menjadi mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu
memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari
kenyataan hidup (Pieter dan Lubis, 2013).
Bagi ibu hamil kecemasan sering muncul, kecemasan tersebut
beraneka ragam tergantung dari individu tersebut. Kecemasan yang
terjadi pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu usia ibu
hamil, dukungan Suami, dukungan keluarga, tingkat persiapan
personal ibu, pengalaman traumatis ibu dan tingkat aktifitas ibu
(Pieter dan Lubis, 2013).
Menurut Maimunah (2011), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi ibu hamil antara lain faktor biologis yang meliputi
kesehatan, kekuatan selama kehamilan serta kelancaran dalam
melahirkan bayinya dan faktor psikis meliputi kesiapan mental ibu
hamil selama sedang keadaan cemas, tegang, bahagia dan berbagai
macam perasaan seperti masalah keguguran, penampilan, maupun,
masalah kemampuan melahirkan.
12

Menurut Janiwarty dan Pieter (2013), faktor-faktor yang


mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi persalinan adalah :
1) Takut mati
Sekalipun peristiwa kelahiran itu adalah fenomena fisiologis yang
normal, namun tidak terlepas dari risiko-risiko dan bahaya kematian.
Bahkan, pada proses kelahiran yang normal sekalipun senantiasa
disertai perdarahan dan kesakitan-kesakitan yang hebat. Peristiwa
inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan, khususnya takut mati,
baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang akan dilahirkan.
2) Trauma Kelahiran
Berkaitan dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat
melahirkan bayinya dan trauma kelahiran. Trauma kelahiran ini
berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim ibunya.
3) Perasaan Bersalah
Wanita banyak melakukan identifikasi terhadap ibunya dalam semua
aktivitas reproduksinya. Jika identifikasi ini menjadi salah dan wanita
tersebut banyak mengembangkan mekanisme rasa bersalah dan rasa
berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat dirinya
menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia.
4) Ketakutan riil
Pada setiap wanita hamil, kecemasan untuk melahirkan bayinya bisa
diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainnya. Seperti takut bayi yang
dilahirkan cacat atau lahir dalam kondisi patologis dan takut apabila
bayinya akan bernasib buruk akibat dosa yang dilakukan ibu di masa
lalu, takut apabila beban hidupnya akan menjadi semakin berat oleh
lahirnya bayi dan takut kehilangan bayinya yang sering muncul sejak
masa kehamilan sampai waktu melahirkan bayinya.
13

2.2 Konsep Kecemasan


2.2.1 Definisi cemas
Cemas adalah ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yang
timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui
(Idrus, 2015). Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya.
Kecemasan (ansietas) berbeda dengan rasa takut, yang merupakan
penilaian intelektual terhadap bahaya. kecemasan (ansietas) adalah
respon emosional terhadap penilaian tersebut (Hastuti & Arumsari,
2015). Kecemasan dapat diartikan sebagai kondisi normal untuk
merespon tuntutan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Pada kondisi
seimbang, tubuh akan segera beradaptasi menghilangkan kecemasan
dan mengembalikan kenyamanan tersebut dengan mekanisme koping
adaptif (Evangelista, Widodo, & Widiani, 2016). Kesimpulan yang
dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah
rasa tak aman atau khawatir pada situasi tertentu yang dapat
mengancam diri, tetapi sumbernya tidak diketahui dengan jelas.
2.2.2 Tingkat kecemasan
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas
yang dialami, dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap
ansietas. Menurut Peplau (dalam Videbeck, 2008) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan
panik.
1) Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda
dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat
dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar,
menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan, dan
melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2008), respons dari
ansietas ringan adalah sebagai berikut :
14

a) Respons fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan,


rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian, rajin
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, percaya
diri, perasaan gagal sedikit, waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat
pembelajaran optimal
c) Respons emosional : perilaku reflek, sedikit tidak sadar,
aktivitas menyendiri, tenang
2) Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau
agitasi. Menurut Videbeck (2008), respons dari ansietas sedang
adalah sebagai berikut :
a) Respon fisik : ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital
meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-
mandir, meremas tangan, suara berubah : bergetar, nada suara
tinggi, kewaspadaan dan ketegangan menigkat, sering
berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b) Respons kognitif : lapang persepsi menurun, tidak perhatian
secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang
perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan, konsentrasi
menurun
c) Respons emosional : tidak nyaman, mudah tersinggung,
kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira
3) Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Menurut Videbeck
(2008), respons dari ansietas berat adalah sebagai berikut :
a) Respons fisik : ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak
mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat,
nada suara tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan,
rahang menegang, mengertakan gigi, mondar mandir, berteriak,
gemetar
15

b) Respons kognitif : lapang persepsi terbatas, proses berpikir


terpecah-pecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk,
tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya
memerhatikan ancaman, preokupasi dengan pikiran sendiri,
egosentris
c) Respons emosional : sangat cemas, agitasi, takut, bingung,
merasa tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas
4) Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang,
karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun
meskipun dengan perintah. Menurut Videbeck (2008), respons dari
panik adalah sebagai berikut:
a) Respons fisik : ketegangan otot sangat berat, agitasi motorik
kasar, pupil dilatasi, tanda-tanda vital meningkat kemudian
menurun, tidak dapat tidur, hormon stress dan neurotransmiter
berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga
b) Respons kognitif : persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis
dan terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan
masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit
memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi
mungkin terjadi
c) Respon emosional : merasa terbebani, merasa tidak mampu,
tidak berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,
sangat takut, mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut,
lelah
2.2.3 Skala kecemasan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).
Menurut hawari (2004) untuk mengetahui sejauh mana derajat
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali,
orang menggunakan alat ukur yang di kenal dengan nama HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale) ada 14 macam yaitu:
16

1) Perasaan Cemas, terdiri dari: firasat buruk, takut akan pikiran


sendiri, mudah tensinggung.
2) Ketegangan, diantaranya : merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah
terganggu dan lesu.
3) Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila
tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.
4) Gangguan tidur : sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak pulas dan mimpi buruk.
5) Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan
sulit konsentrasi.
6) Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan
pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
7) Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi,
suara tidak stabil dan kedutan otot.
8) Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat serta merasa lemah.
9) Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi
mengeras dan detak jantung hilang sekejap.
10) Gejala penapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering
menarik napas panjang dan merasa napas pendek.
11) Gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan
menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah
makan, perasaan panas di perut.
12) Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
aminorea, ereksi lemah atau impotensi.
13) Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah,
bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.
14) Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar,
mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, napas pendek dan cepat.
Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai
dengan kategori:
17

0 = tidak ada gejala sama sekali


1 = Satu dari gejala yang ada
2 = Sedang/ separuh dari gejala yang ada
3 = berat/lebih dari ½ gejala yang ada
4 = sangat berat semua gejala ada
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor
dan item 1-14 dengan hasil:
1. Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan.
2. Skor 7 – 14 = kecemasan ringan.
3. Skur 15 – 27 = kecemasan sedang.
4. Skor lebih dari 27 = kecemasan berat.
2.2.4 Tanda dan Gejala
Ada beberapa tanda dan gejala kecemasan (Annisa, 2016), antara
lain :
Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya:
1) Peningkatan ritme kerja pernapasan paru-paru, detak jantung,
pembuluh darah, gerakan peristaltic lambung, kandung kemih, dan
kelenjar keringan pada ibu. Gejala sesak nafas, kenaikan suhu
badan, mual-mual, terasa ingin bunga air kecil dan berkeringat,
kgelisahan, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
pening atau pingsan, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi
dingin, merasa lemas atau mati rasa, leher atau punggung terasa
kaku, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa memerah,
diare, dan merasa sensitif atau mudah marah (Mahmudah, 2010).
2) Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya:
Perilaku menghindar, perilaku melekat dan dependen, dan perilaku
terguncang (Muhtasor, 2013).
3) Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:
Khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan atau
aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, ketakutan akan ketidakmampuan untuk
18

mengatasi masalah, dan khawatir terhadap hal-hal yang sepele.


tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, bahkan
kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup (Handayani, 2015).
2.2.5 Etiologi
Faktor yang mempengaruhi kecemasan dibedakan menjadi dua
(Budi, 2017), yaitu:
1) Faktor prediposisi yang menyangkut tentang teori kecemasan:
a) Teori Psikoanalitik menjelaskan tentang konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian diantaranya Id dan
Ego. Id mempunyai dorongan naluri dan impuls primitive
seseorang, sedangkan Ego mencerminkan hati nurani seseorang
dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Fungsi
kecemasan dalam ego adalah mengingatkan ego bahwa adanya
bahaya yang akan datang.
b) Teori interpersonal menjelaskan kecemasan merupakan
perwujudan penolakan dari individu yang menimbulkan
perasaan takut. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kecemasan. Individu dengan harga diri yang
rendah akan mudah mengalami kecemasan.
c) Teori perilaku menjelaskan kecemasan timbul karena adanya
stimulus lingkungan spesifik, pola berpikir yang salah, atau
tidak produktif dapat menyebabkan perilaku maladaptif.
Penilaian yang berlebihan terhadap adanya bahaya dalam
situasi tertentu dan menilai rendah kemampuan dirinya untuk
mengatasi ancaman merupakan penyebab kecemasan pada
seseorang.
d) Teori biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor
khusus yang dapat meningkatkan neuroregulator inhibisi yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berkaitan
dengan kecemasan. Gangguan fisik dan penurunan kemampuan
19

individu untuk mengatasi stressor merupakan penyerta dari


kecemasan.
2) Faktor presipitasi
a) Faktor eksternal
(1) Ancaman integritas fisik
(a) Internal meliputi meliputi kegagalan mekanisme
fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan
biologis normal (misalnya: hamil).
(b) meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal (Rafli, Amelia, Desy,
Herni, 2017).
(2) Ancaman sistem diri
(a) Internal, berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga
dapat mengancam harga diri, perubahan status dan
peran, sosial budaya, hubungan dengan pasangan, dan
kurangnya dukungan keluarga.
(b) Eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial
budaya (Rafli, Amelia, Desy, Herni, 2017).
b) Faktor internal
(1) Usia
Gangguan kecemasan lebih mudah dialami oleh seseorang
yang mempunyai usia lebih muda dibandingkan individu
dengan usia yang lebih tua.
(2) Stressor
Mendefinisikan stressor merupakan tuntutan adaptasi
terhadap individu yang disebabkan oleh perubahan keadaan
dalam kehidupan. Sifat stressor dapat berubah secara tiba-
tiba dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi
kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.
20

(3) Lingkungan
Individu yang berada di lingkungan asing lebih mudah
mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati.
(4) Jenis kelamin
Wanita lebih sering mengalami kecemasan daripada pria.
Wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan pria. Hal ini dikarenakan bahwa wanita lebih
peka dengan emosinya, yang pada akhirnya mempengaruhi
perasaan cemasnya.
(5) Pendidikan
Kemampuan berpikir individu dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
individu semakin mudah berpikir rasional dan menangkap
informasi baru. Kemampuan analisis akan mempermudah
individu dalam menguraikan masalah baru.
(6) Paritas (status kehamilan) Sebagaimana dalam sebuah
penelitian disampaikan bahwa ibu secara aktif akan
mempersiapkan diri untuk menghadapi persalinan, tetapi
seringkali ibu tidak dapat menghilangkan rasa khawatir dan
takut dalam proses persalinan. Paritas ibu primigravida,
kehamilan pertamakali yang dialaminya merupakan
pengalaman pertama sehingga ibu akan cenderung merasa
cemas dengan kehamilannya (Hasim, 2018)
c) Akibat kecemasan
Kecemasan selama kehamilan yang tidak ditangani secara
serius akan membawa dampak fisik dan psikis pada ibu
ataupun janinnya, Dampak dari kecemasan tersebut dapat
membuat kontraksi otot rahim ibu terganggu pada saat akan
melahirkan, berlanjutnya masalah psikologis ibu hingga
setelah persalinan, dan kondisi psikologis bayi yang juga dapat
21

mengalami gangguan, serta interaksi ibu dan anak tidak


terjalin dengan baik (Fk & Andalas, 2016).
Dampak kecemasan yang lain menurut penelitian adalah
meningkatkan nyeri saat persalinan, otot-otot menjadi tegang
dan ibu cepat lelah, sehingga beresiko pada persalinan
memanjang. Komplikasi fatal yang dapat terjadi dari hal
tersebut adalah kematian ibu (Asmara et al., 2017)
22

2.2.6 PATHWAY

Kehamilan

Trimester I (1- Trimester II Trimester III


13 minggu) (14-26
v minggu) (27-40 minggu)

Peningkatan Pembesaran perubahan Perubahan


progesteron uterus fisiologis pada psikologis
abdomen

Tonus otot Penekanan Diafragma Menekan daerah Persiapan


menurun kandung kemih tertekan punggung dan melahirkan
pinggang

HCL lambung Daya tamping Ekspansi dada Kurang


meningkat urine menurun tidak maksimal Nyeri akut pengetahuan

Mual dan Frekuensi Ketidakefektifan


muntah berkemih pola nafas Ansietas
meningkat

Resiko defisit Resiko Gangguan pola


volume cairan pemenuhan eliminasi
nutrisi kurang
dari kebutuhan Resiko infeksi
tubuh saluran kemih

Gambar 2.1 Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Masalah Ansietas Pada


Klien Antepartum di Ruang Gayatri RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Kota
Mojokerto
23

2.3 Konsep Prenatal Yoga

1) Pengertian
Secara etimologi, kata yoga diturunkan dari kata yuj (sansekerta),
yoke (Inggris), yang berarti “penyatuan”. Yoga berarti penyatuan
kesadaran manusia dengan sesuatu yang lebih luhur, trasenden, lebih
kekal dan ilahi. Menurut Panini, Yoga diturunkan dari akar sansekerta
yuj yang memiliki tiga arti yang berbeda, yakni: Penyerapan
(Samadhi, yujyate), menghubungkan (yunakti), dan pengendalian
(yojyanti). Namun makna kunci yang biasa dipakai adalah “meditasi”
(dhyana) dan penyatuan (yukti) (Matius, 2010).
Prenatal Yoga adalah program yoga khusus untuk kehamilan
dengan teknik dan intensitas yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
fisik dan psikis ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Program ini
menekankan pada teknik - teknik postur yoga, olah napas, rileksasi,
teknik - teknik visualisasi dan meditasi yang berguna sebagai media
self help yang akan memberi kenyamanan, ketentraman, sekaligus
memperkuat diri saat menjalani kehamilan. Dengan kata lain, program
ini akan membantu mempersiapkan calon ibu secara fisik, mental, dan
spiritual untuk menghadapi masa persalinan (Lalvani, 2009). Prenatal
yoga sebagai bentuk persiapan kelahiran bisa sangat membantu dalam
mempersiapkan proses persalinan karena mengajarkan ibu untuk
menerima isyarat dari dalam tubuhnya dan memaksimalkan potensi
alaminya (Aprillia, 2014).
2) Tujuan
Prenatal yoga atau yoga selama hamil adalah salah satu modifikasi
hatha yoga yang disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Tujuan
prenatal yoga adalah mempersiapkan ibu hamil secara fisik, mental,
dan spiritual untuk menghadapi proses persalinan (Pratignyo, 2014)
3) Syarat Prenatal Yoga
Menurut Anggraeni (2010), ada beberapa syarat yang harus di
perhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti prenatal yoga, yaitu:
telah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau
24

bidan, latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai lebih dari 23


minggu, latihan dilakukan secara teratur dan disipllin, dalam batas
kemampuan fisik ibu. Sedangkan menurut Canadian Sciety for
Exercise Physiology (CESP), prinsip pelaksanaan prenatal yoga yang
aman yaitu:
a) Frequency, prenatal yoga dilakukan 2-4 kali dalam seminggu.
b) Intensity, diukur dengan melihat denyut jantung ibu disesuikan
dengan umur. Intensitas ini bisa juga diobservasi melalui “Talk
Test”. Jika ibu berbicara dengan nafas terengah-engah maka
intensitas yoga harus diturunkan
c) Time, durasi yoga dimulai dari 15 menit, kemudian dinaikkan 2
menit perminggu hingga di pertahankan pada durasi 30 menit. setiap
kegiatan senam disertai dengan pemanasan dan pendinginan
masing-masing 5-10 menit.
d) Tipe, pemilihan jenis gerakan harus beresiko minimal dan tidak
membahayakan.
4) Elemen Prenatal Yoga
Ada 3 elemen utama yang diperhatikan dalam melakukan prenatal
yoga. Menurut Pratignyo (2014), yaitu :
a) Bernafas dengan penuh kesadaran. Sesi prenatal yoga mengajarkan
teknik untuk bernapas dengan benar. Ada teknik napas alami,
napas perut, napas penuh, bahkan napas untuk mengurangi nyeri
saat kontraksi melahirkan.
b) Postur dan gerakan selama prenatal yoga, yang berfokus pada
latihan otot dasar panggul, panggul, pinggul, paha, dan punggung.
Gerakan gerakan yang dilakukan pada prenatal yoga bukanlah
gerakan yang rumit, sehingga mudah untuk mengikutinya.
Instruktur juga akan senantiasa membantu kita mendapatkan postur
yang tepat.
c) Relaksasi dan meditasi. Setiap sesi latihan prenatal yoga, diakhiri
dengan 5-10 menit relaksasi. Waktu ini sangat tepat untuk
membuat kita merasa rileks, tenang, dan damai
25

5) Manfaat Senam Yoga


Beberapa manfaat gentle prenatal yoga menurut Aprillia (2014) antara
lain:
a) Manfaat Fisik
(1) Dengan melakukan yoga, otot-otot menjadi lebih kenyal dan
elastis, sendi akan lebih mudah bergerak.
(2) Gerakan-gerakan yoga dapat meminimalkan bahkan
menghilangkan ketidaknyamanan yang sering dirasakan selama
masa kehamilan, seperti heartburn, nyeri di pinggul atau tulang
rusuk, kram di kaki atau sakit kepala.
(3) Postur-postur yoga yang membantu memperlancar suplai
oksigen, nutrisi dan vitamin dari makanan ke janin.
(4) Postur yoga pada masa kehamilan sebagian besar sama dengan
postur yang ada dalam proses persalinan.
(5) Yoga membantu mempersiapkn kelahiran, fokus di napas dan
kesadaran tubuh, mengurangi kecemasan dan mengajarkan
pada ibu hamil untuk beradaptasi dengan situasi baru.
(6) Menguatkan otot punggung, membuatnya lebih kuat untuk
menyangga beban kehamilan dan menghindarkan dari cedera
punggung atau sakit pinggang. Melatih otot-otot dasar panggul
dan perineum yang berfungsi sebagai otot kelahiran, untuk kuat
menyangga beban kehamilan dan juga menyangga kandung
kemih serta usus besar. Semakin elastis otot dasar panggul,
semakin mudah menjalani proses kelahiran dan semakin cepat
pula proses pemulihan pasca melahirkan.
(7) Membantu mengurangi/mengatasi ketidaknyamanan fisik
selama kehamilan seperti morning sickness, sakit punggung,
sakit pinggang, weak bladder, heartburn, dan
konstipasi/sembelit.
(8) Meningkatkan kualitas tidur ibu hamil. Banyak ibu hamil yang
merasa sulit tidur karena stress, aktivitas bayi, atau hanya
karena perut yang semakin membesar dan teras akurang
26

nyaman. Yoga membantu untuk relaksasi yang juga dapat


digunakan untuk tidur nyenyak.
(9) Mengurang gejala yang tidak menyenangkan dari kehamilan,
seperti mual, sakit kepala, sesak napas, dan nyeri punggung
bawah.
(10) Memperkuat dan mengendurkan otot-otot yang digunakan
saat melahirkan.
(11) Yoga juga bisa digunakan untuk mencegah dan
menurunkan hipertensi.
b) Manfaat Mental
(1) Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk
menenangkan diri dan memusatkan pikiran. Sebagai media
self-help yang akan membantu saat dilanda kecemasan dan
ketakutan, atau saat perhatian tercerai-berai.
(2) Menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga untuk
beristirahat sejenak di saat jeda antara dua kontraksi untuk
mengumpulkan energi dan prana.
(3) Menggunakan teknik-teknik relaksasi untuk menginduksi rasa
nyaman dan relaks di sepanjang kehamilan dan saat
melahirkan. Menjaga otot-otot tubuh tetap relaks saat
melahirkan.
(4) Mengurangi stress: stress banyak sekali dialami apalagi oleh
ibu yang hamil pertama kali. Rasa cemas, ragu, khawatir, dan
emosi negatif lain, semua bisa dilepaskan dengan prenatal
yoga.
c) Manfaat Spiritual
(1) Menggunakan teknik-teknik pemusatan pikiran dan mediasi
yang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan sang buah hati
dan meningkatkan keterikatan/ bonding dengannya.
(2) Meningkatkan ketenangan dan ketenteraman batin selama
menjalani kehamilan.
27

(3) Memandang segala sesuatu secara apa adanya, membantu saat


ketakutan melanda untuk tidak terkuasai oleh rasa takut.
(4) Meningkatkan inner peace, penerimaan diri, dan kepasrahan
saat melewati semua kesulitan dalam proses kehamilan dan
kelahiran.
(5) Meningkatkan kemampuan untuk merasa bahagia.
6) Hal yang Harus Diperhatikan dalam Senam Yoga
a) Hindari perut penuh sebelum berlatih Yoga, jangan makan terlalu
dekat jaraknya dengan kelas yoga.
b) Yoga sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau petang karena
ini adalah saat yang paling mudah untuk memusatkan pikiran
c) Minum air sesering mungkin sebelum, selama dan sesudah berlatih
yoga
d) Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman, hindari pakaian yang
terlalu ketat, karena ini akan menghalangi tubuh untuk bernafas
dan membuat Anda tidak nyaman
e) Lakukan semampu Anda, bila lelah beristirahatlah dalam postur-
postur beristirahat yoga
f) Berhentilah berlatih apabila Anda kurang fit atau mengalami
kondisi di bawah ini:
(1) Pengurangan gerakan janin
(2) Tekanan darah Naik (lebih dari 140 mmHg)
(3) Terus menerus mual dan muntah
(4) Timbul kontraksi rahim dengan interval yang lebih sering
(kurang dari 20 menit sekali)
(5) Bleeding (perdarahan) per vagina
(6) Pecah ketuban
(7) Nyeri persendian, dada dan kepala
(8) Bengkak pada pergelangan kaki (Aprillia, 2014)
7) Indikasi Senam Yoga
a) Tidak memiliki riwayat komplikasi selama kehamilan
b) Tidak memiliki riwayat persalinan preterm dan BBLR
28

c) Pada wanita dengan riwayat abortus boleh melakukan yoga setelah


dinyatakan kehamilannya baik (Husin, 2013)
8) Kontra Indikasi Senam Yoga
a) Preeklamsia
b) Placenta Previa (plasenta menutupi jalan lahir)
c) Cervix Incompetent (kondisi dimana mulut rahim mengalami
pembukaan dan penipisan sebelum waktunya)
d) Hipertensi
e) Riwayat perdarahan/ keguguran berulang pada kehamilan
sebelumnya (Pratignyo, 2014)
9) Prosedur Prenatal Yoga
a) Memposisikan ibu hamil melakukan nafas perut.
(1) Duduk bersila dengan nyaman pejamkan mata
(2) Rasakan nafas dari dalam tubuh
(3) Letakkan kedua tangan didepan perut dan rasakan kehadiran
bayi dalam rahim
(4) Saat menghirup nafas, rasakan perut mengembang, mendorong
tangan kearah luar. Hanya perut yang mengembang, dada dan
pundak tetap rileks dan diam
(5) Saat menghembuskan nafas rasakan perut kembali mengempis
dan rileks
(6) Ulangi beberapa kali
Gambar 2.2
29

b) Pemanaan leher
(1) Duduk bersila dengan nyaman dan luruskan tulang punggung
(2) Letakkan kedua tangan diatas lutut
(3) Tengok kepala kearah kanan. Tahan posisi dan bernafas rileks
3-5 kali
(4) Tengok kepala kearah kiri. Tahan posisi dan bernafas rileks 3-5
kali
Gambar 2.3

(5) Rebahkan kepala kesamping kanan. Tahan posisi dan bernafas


rileks 3-5 kali
(6) Rebahkan kepala kesamping kiri. Tahan posisi dan bernafas
rileks 3-5 kali
Gambar 2.4
30

(7) Tundukkan kepala seluruhnya kebawah dan rasakkan


peregangan leher bagian belakang.
Gambar 2.5

(8) Perlahan putar pergelangan leher dan kepala ke kiri, belakang,


kanan, dan kembali kedepan. Lakukan sebanyak 3-4 kali
(9) Perlahan putar pergelangan leher dan kepala ke sebaliknya.
Lakukan sebanyak 3-4 kali
Gambar 2.6

(10) Angkat kepala ketengah dan rileks


c) Peregangan tubuh
(1) Duduk bersila dengan nyaman
31

(2) Posisi badan miring ke kanan, tangan kanan menempel matras


tangan kiri diangkat keatas, pandangan ke tangan kiri. Tahan
lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali
(3) Posisi badan miring ke kiri, tangan kanan menempel matras
tangan kanan diangkat keatas, pandangan ke tangan kanan.
Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali
Gambar 2.7

(4) Perlahan memutar tubuh ke samping kanan. Tahan lembut


posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali
(5) Perlahan memutar tubuh ke amping kiri. Tahan lembut posisi
ini dan bernafas normal 3-5 kali
Gambar 2.8
32

Gambar 2.9

d) Melakukan gerakkan inti prenatal yoga


e) Melakukan gerakkan postur anak
(1) Duduk diatas tumit dan regangkan lutut melebar kesamping
(2) Bungkukkan badan kedepan, tekuk kedua lengan dan rebahkan
kepala kealas
(3) Pejamkan mata dan perdalam nafas
(4) Bernafas perlahan dan teratur sebanyak 5-8 kali
Gambar 2.10

f) Melakukan gerakkan peregangan kucing


(1) Letakkan kedua telapak tangan dan lutut dialas. Posisi lutut
sejajar panggul dan telapak tangan sejajar bahu. Regangkan
jari-jari
33

(2) Tarik nafas, lihat kedepan naikkan tulang ekor dan panggul
keatas, kedua tangan tetap lurus
(3) Hembuskan nafas, tundukkan kepala dan tangan ke arah perut,
posisi punggung melengkung kearah dalam
(4) Ulangi latihan 5-8 kali secara perlahan dan lembut
Gambar 2.11

Gambar 2.12

g) Melakukan gerakkan postur harimau


(1) Letakkan telapak tangan dialas dan sejajar bahu, sedangkan lutut
sejajar panggul, regangkan jari-jari tangan
(2) Tarik nafas, rentangkan kaki kiri kebelakang sejajar panggul,
arahkan pandangan kedepan
(3) Hembuskan nafas dan tekuk lutut
(4) Lakukan gerakan yang sama untuk kaki kanan
(5) Ulangi gerakkan masing-masing kaki 4-5 kali
34

Gambar 2.13

h) Melakukan gerakkan potur segitiga


(1) Posisi berdiri, regangkan kedua kaki kesamping lebih lebar dari
bahu
(2) Rentangkan kedua tangan sejajar bahu
(3) Condongkan tubuh kesamping kanan, jaga agar lutut kanan tidak
tertekuk dan bernafas normal perlahan
(4) Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal perlahan 5-8 kali
(5) Perlahan tegakkan tubuh kembali
(6) Lakukan dengan sisi yang lain
Gambar 2.14

i) Melakukan gerakkan postur PE


(1) Berdiri tegak lurus. Perlahan letakkan kaki kiri ke belakang
(2) Tarik nafas dan rentangkan kedua tangan keatas. Kedua
letakkan tangan menghadap satu sama lain
35

(3) Buang nafas, tekuk lutut kanan sejajar tumit. Pandangan melihat
kedepan
(4) Tahan lembut posisi ini dan bernafas normal 3-5 kali
(5) Tarik nafas luruskan kaki kanan
(6) Lakukan dengan sisi lainnya
Gambar 2.15

j) Melakukan postur kupu-kupu


Duduk dengan menyatukan kedua telapak kaki. Ayunkan kedua
paha keatas dan kebawah. Lakukan 10-20 kali
Gambar 2.16

k) Melakukan gerakkan postur jongkok


Berjongkok dengan nyaman. Kedua telapak kaki meempel pada alas.
Satukan kedua tangan dan kedua siku didalam lutut mendorong ke
arah luar
36

Gambar 2.17
37

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Ansietas


1) Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
sistematis yang mencakup pengumpulan data baik dari pasien (sumber
data primer) ataupun keluarga atau tenaga kesehatan (sumber data
sekunder), yang dilanjutkan dengan analisa data sebagai dasar untuk
menetapkan diagnosa keperawatan (Potter, 2005).
a) Pengkajian identitas
(1) ebelum melakukan anamnesis, pastikan bahwa identitas sesuai
dengan catatan medis, perawat hendaknya memperkenalkan
diri, sehingga terbentuk hubungan yang baik dan saling percaya
yang akan mendasari hubungan terapeutik selanjutnya antara
perawat dan klien dalam melakukan asuhan keperawatan.
Yang terdiri atas (identitas, alamat, usia, pendidikan,pekerjaan,
agama, dan suku bangsa).
(2) Identitas penagung jawab Meliputi nama, umur,jenis kelamin,
agama pendidikan, alamat, status perkawinan, dan hubungan
dengan pasien.
b) Keluhan utama

Keluhan utama yang mungkin muncul pada ibu hamil dengan


masalah ansietas adalah pasien mengatakan merasakan khawatir
proses kelahirannya tidak lancer, khawatir janinnya tidak selamat,
dan khawatir akan mengalami kematian akibat proses
kelahirannya.

c) Riwayat kesehatan masa lalu


Mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien,
mencakup riwayat penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat
rawat inap ataupun rawat jalan, riwayat alergi, kebiasaan dan pola
gaya hidup.
d) Riwayat kesehatan keluarga
38

Mengetahui ada atau tidaknya risiko terhadap penyakit yang


bersifat genetika dalam keluarga pasien seperti DM, jantung
ataupun hipertensi (Potter, 2005).

e) Riwayat obstetrik

Setiap kehamilan dan persalinan mempunyai sifat dan kondisi


tersendiri yang berbeda sehingga kecemasan bisa terjadi pada
primigravida maupun multigravida. Namun kemampuan ibu untuk
beradaptasi juga berperan dalam menciptakan kondisi
psikologisnya. Primigravida lebih membutuhkan usaha yang keras
daripada multigravida yang sudah berpengalaman sebelumnya
(Bobak, 2005). Oleh karena demikian maka perlu dikaji mengenai
riwayat obstetri pasien, antara lain :

(1) Riwayat mestruasi : umur menarche, siklus menstruasi, jumlah,


lamanya, banyak ataupun karakterisik darah yang keluar dan
keluhan yang dirasakan saat menstruasi serta mengetahui Hari
Pertama Haid Terakhir (HPHT)
(2) Riwayat pernikahan : jumlah pernikahan dan lamanya
pernikahan.
(3) Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu : riwayat
kehamilan sebelumnya (umur kehamilan dan faktor penyulit
saat kehamilan), riwayat persalinan sebelumnya (jenis,
penolong, dan penyulit), komplikasi nifas (laserasi, infeksi,
perdarahan), dan jumlah anak yang dimiliki.
(4) Riwayat kehamilan saat ini (GPPAH, umur kehamilan (dalam
minggu), tafsiran partus, dan jumlah kunjungan ANC)). Dalam
kehamilan, asuhan antenatal care yang telah diterima oleh ibu
juga sangat berperan karena dalam antenatal care sudah
dipantau kemajuan kehamilan yang memastikan kesehatan ibu
dan pertumbuhan janinnya, dengan demikian ibu bersalin yang
melakukan pengawasan antenatal cukup, dianggap telah
memahami peristiwa kehamilan (Saifuddin, 2002).
39

(5) Riwayat keluarga berencana : jenis akseptor KB dan lamanya


menggunakan KB
f) Pola kebutuhan dasar (Bio-Psiko-Sosial-Kultural-Spritual)
(1) Pola manajemen kesehatan dan persepsi : arti sehat dan sakit
bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini,
perlindungan terhadap kesehatan (program skrining, kunjungan
ke pusat pelayanan kesehatan), pemeriksaan diri sendiri
(riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan),
perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan.
(2) Pola nutrisi-metabolik : kemampuan makan dan minum. Pada
pasien dengan kecemasan biasanya mengalami penurunan
nafsu makan, mual bahkan muntah dan mungkin terjadi
penurunan berat badan.
(3) Pola eliminasi : frekuensi BAK, warna, jumlah, frekuensi BAB,
karakteristik feses. Pada pasien dengan kecemasan pada bumil
kemungkinan mengalami peningkatan frekuensi miksi, atau
dapat terjadi gangguan pada perut atau bahkan mengalami
diare.
(4) Pola aktivitas-latihan : kemampuan mobilisasi, beraktivitas
(makan/minum, mandi, berpakaian, berhias, toileting,
berpindah tempat), penggunaan alat bantu mobilisasi. Pasien
dengan kecemasan yang berat-panik mungkin merasa lemas,
kehilangan fokus, tremor, bahkan kehilangan keseimbangan
sehingga dapat mengalami gangguan pada aktivitasnya.
(5) Pola istirahat-tidur : kebiasaan tidur, kuantitas dan kualitas
tidur, ritual tidur, jadwal tidur. Pasien ibu hamil dengan
kecemasan cenderung akan mengalami gangguan pola istirahat
tidur disebabkan oleh pikiran yang tidak tenang.
(6) Pola persepsi-kognitif : gambaran tentang pengindraan
(pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba),
penggunaan alat bantu pengindraan, persepsi terhadap nyeri).
Jika seseorang mencapai kecemasan tingkat sedang-panik akan
40

mengalami penyempitan persepsi yang dapat mengurangi


fungsi kerja dari indra.
(7) Pola konsep diri-persepsi diri : keadaan social (pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok social), identitas personal
(kelebihan dan kelemahan diri), keadaan fisik (bagian tubuh
yang disukai dan tidak disukai), harga diri (perasaan mengenai
diri sendiri), riwayat berhubungan dengan masalah fisik atau
psikologis.
(8) Pola hubungan-peran : peran pasien terhadap keluarga,
kepuasan/ketidakpuasan menjalankan peran, struktur dan
dukungan keluarga, proses pengambilan keputusan, hubungan
dengan orang lain, orang terdekat. Hubungan pasien dengan
orang lain atau dalam melakukan interaksi dengan lingkungan
biasanya mengalami gangguan, pasien akan merasa canggung,
dan malu dengan kondisinya.
(9) Pola seksual-reproduksi : masalah pada seksual-reproduksi,
menstruasi, jumlah anak, jumlah suami, pengetahuan yang
berhungan dengan kebersihan reproduksi
(10) Pola toleransi stress-koping : penyebab, tingkat,respon
stress, strategi koping yang biasa dilakukan untuk atasi stress.
Pasien ibu hamil akan mengalami kecemasan akibat khawatir
proses persalinannya tidak lancar, biasanya menunjukkan
respon berupa canggung, bingung, gelisah dan bahkan disertai
peningkatan tanda vital.
(11) Pola keyakinan-nilai : latar belakang budaya/etnik, tujuan
hidup pasien, keyakinan yang dianut, adat budaya yang
berkaitan dengan kesehatan.
g) Pemeriksaan fisik
(1) Keadaan Umum : meliputi tingkat kesadaran, jumlah GCS,
tanda – tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernafasan, suhu badan), berat badan, tinggi badan dan lingkar
lengan atas (LILA). Pada pasien dengan masalah ansietas
41

umumnya mengalami palpitasi, jantung berdebar, tekanan


darah dan frekensi nadi meningkat, nafas cepat dan dangkal,
adanya tekanan pada dada, sensasi tercekik, terengah- enggah.
(2) Pemeriksaan Head to Toe
(a) Kepala : amati wajah (pucat atau tidak), adanya kloasma.
Pada pasien dengan masalah ansietas tampak wajah tegang,
kemerahan, wajah pucat.
(b) Mata : sclera (putih atau kuning), konjugtiva (anemis atau
tidak anemis). Pasien dengan masalah ansietas
mengedipkan mata secara berlebihan.
(c) Leher : adanya pembesaran kelenjar tiroid, pembengkakan
kelenjar limpha.
(d) Dada : payudara (warna areola (menggelap atau tidak),
puting (menonjol atau tidak), pengeluaran ASI), pergerakan
dada (simetris atau asimetris), ada atau tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi bunyi
pernafasan (vesikuler atau adanya bunyi nafas abnormal)
dan bunyi jantung
(e) Abdomen : amati adanya linea dan striae, pembesaran
sesuai umur kehamilan, gerakan janin, adanya kontraksi per
menit, ada atau tidaknya luka bekas operasi, adanya
balotement, lakukan pemeriksaan leopold I (mengetahui
letak kepala/bokong dan tinggi fundus uteri), leopold II
( mengetahui bagian kanan dan kiri perut (terdapat
punggung/bagian kecil/kepala/bokong)), leopold III
(mengetahui presentasi kepala/bokong/kosong), leopold IV
(bagian yang masuk pintu atas panggul (PAP) :
konvergen/divergen/sejajar), penurunan kepala (penurunan
bagian terbawah dengan metode lima jari), DJJ, dan
auskultasi bising usus pasien.
42

(f) Genetalia dan perineum : kaji kebersihan genetalia dan


perineum, adanya keputihan dan karakteristiknya, adanya
hemoroid atau tidak.
(g) Ektremitas : adanya oedema, varises, CRT, dan refleks
pada patella. Pasien dengan masalah ansietas akan
mengalami tungkai lemah, adanya gerakan berlebihan yang
janggal.
(h) Intergumen : pada pasien ansietas akan mengalami rasa
panas dan dingin pada kulit, gatal, berkeringat diseluruh
tubuh atau pada bagian tertentu (telapak tangan) (Stuart,
2007).
h) Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium merupakan hal penting untuk menilai
adannya masalah pada ibu hamil. Jika masalah dapat tertangani,
maka akan mencegah kematian dan kesakitan pada ibu dan anak.
Tes lain berguna jika hanya ada indikasi perlunnya tes tersebut.
Tes laboratorium yang diperlukan adalah sebagai berikut (Vivian,
2014:170).
(1) Hemoglobin
(2) Protein urine
(3) Glukosa dalam urine
(4) Faktor rhesus
(5) Golongan darah
(6) Hiv
(7) Rubella
2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis yang
ditunjukkan mengenai respon pasien terhadap masalah kesehatan
ataupun proses kehidupan yang dialaminya baik yang bersifat aktual
ataupun risiko, yang bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien
individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan
dengan kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2016).
43

diangnosa keperawatan prioritas berdasarkan masalah keperawatn


yang muncul dalam pengambilan studi kasus yaitu:
a) Gangguan psikologis cemas b.d ancaman pada status kesehatan
b) Resiko tinggi terjadinnya distress pada janin b.d perubahan pada
placenta.
c) Resiko tinggi terjadinnya kejang pada ibu b.d penurunan fungsi
organ (vasopasme dan peningkatan tekanan darah).
3) Intervensi
Tabel 2.1 Tabel Intervensi Keperawatan berdasarkan Nanda NIC-
NOC

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Gangguan psikologis cemas NOC NIC
. b.d ancaman pada status
kesehatan - anxiety self control Anxiety Reduction
Definis Ansietasi : Perasaan - anxiety level (penurunan kecemasan)
tidak nyaman atau kekhawatiran - coping
yang samara atau disertai respon -Gunakan pendekatan yang
autonom ( sumber sering kali Kriteria Hasil: menenangkan
tidak spesifik atau tidak diletahui -Identifikasi tingkat
oleh individu); perasaan takut a. Klien mampu kecemasan
yang disebabkan oleh antisipasi mengidentifikasi dan -Bantu pasien mengenal
terhadap bahaya. Hal ini mampu mengungkapkan situasi yang menimbulkan
merupakan isyarat kewaspadaan gejala cemas. kecemasan
yang memperingatkan individu b. Mengidentifikasi -Dorong pasien untuk
akan adanya bahaya dan mengungkapkan dan mengungkapkan perasaan,
memampukan individu untuk menunjukkan tehnik ketakutan , presepsi
bertindak menghadapi ancaman. untuk mengontrol cemas. -Instruksikan pasien
c. Postur tubuh ekspresi menggunakan teknik
wajah, bahasa tubuh relaksasi
Batasan karakteristik tingkat aktivitas -Berikan obat untuk
menujukkan mengurangi kecemasan
 Perilaku berkurangnya kecemasan
- Gelisah
- Insomnia
44

- Agitasi d. Vital sign dalam batas


- Mengekspresikan kekhawatiran normal.
karena perubahan dalam peristiwa
hidup
- Penurunan produktivitas
- Gerakan yang irelevan
 Afektif
- Gelisah
- Ketakutan
- Bingung
- Ragu/tidak percaya diri
- Khawatir
 Fisiologis
- Wajah tegang
- Peningkatan ketegangan
- Tegang
 Simpatik
- Anoreksia
- Jantung berdebar
- Peningkatan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Wajah merah
 Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan denyut nadi
- Diare, mual, vertigo
- Letih, gangguan tidur
- Sering berkemih
 Kognitif
- Menyadari gejala fisiologis
- Penurunan lapang presepsi
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masalah
- Ketakutan terhadap konsekwensi
yang tidak spesifik
- Lupa, gangguan perhatian
- Khawatir, melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
45

4) Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah serangkaian tindakan pada
keluarga, berdasarkan perawatan sebelumnya, tindakan perawat
terhadap keluarga menurut Padila (2012) mencangkup:
a) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
(1) Memberikan informasi : penyuluhan atau konseling
(2) Megidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
(3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b) Menstimulais keluarga untuk untuk memutuskan cara perawatan
yang tepat dengan cara;
(1) Mengidentifiksi konsekuensi tidak melakukan tindakan
(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang yang dimiliki keluarga
(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi setiap tindakan
c) Memberikan kepercayaan diri
(1) Mendemostrasikan cara perawatan
(2) Mengunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
(3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan/ perawatan
d) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi:
(1) sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
(2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, dengan cara:
(1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada dalam
lingkungan keluarga.
(2) Membantu keluarga mengunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Metode yang dapat dilakukan untuk menerapkan implementasi


dapat berfariasi seperti melalui partisipas aktif keluarga,
pendidikan, kesehatan, kontrak, manajemen kasus, klaborasi dan
konsultasi.
46

5) Evaluasi Keperawatan
Mengevaluasi adalah menilai atau menghargai. Evaluasi adalah
fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam konteks ini,
evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan
pasien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan
karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.
Evaluasi berjalan kontinu.Evaluasi yang dilakukan ketika atau segera
setelah mengimplementasikan program keperawatan memungkinkan
perawat segera memodifikasi intervensi (Kozier, 2010). Evaluasi
asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan ansietas akan
dilaksanakan dalam waktu 1x 20 menit.
47

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya

menggunakan metode ilmiah (Notoatmodjo, 2012). Dalam bab ini akan

diuraikan secara rinci tentang waktu dan tempat penelitian, desain, kerangka

kerja, populasi, sampel, sampling, idenifikasi dan definisi operasional

variabel, pengumpulan data meliputi instrumen penelitian dan teknik

pengumpulan data, pengelolaan data, analisa data, dan etika penelitian.

3.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang ditetapkan dengan

tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Salamah,

2013). Dalam penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus yaitu suatu

rancangan penelitian mengenai sebuah unit terpisah yang tunggal. Dalam studi

kasus ini peneliti mencoba menggambarkan subyek penelitian di dalam

keseluruhan tingkah laku, yakni tingkah laku itu sendiri beserta hal-hal yang

melingkupinya, hubungan antara tingkah laku dan riwayat timbulnya tingkah

laku tersebut. Secara teknis dalam penelitian ini peneliti akan mengeksplorasi

masalah asuhan keperawatan pada pasien antepartum dengan ansietas. Pasien

di observasi di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo.

47
48

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian di mulai pada bulan april-mei 2020

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo kota

Mojokerto.

3.3 Subyek penelitian

Partisipasi atau subjek penelitian ini adalah dua orang klien ibu hamil

trimester III dengan ansietas

3.4 Pengumpulan data

1. Pengamatan /Observasi/Pemeriksaan fisik

Obsevasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Teknik pengumpulan data dengan observasi di gunakan bila, penelitian

berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam bila

responden yang diamati tidak terlalu besar. (Prof.Dr.Sugiyono,2016).

Pemeriksaan fisik merupaka pengumpulan data dengan cara memeriksa

kondisi fisik klien/pasien secara langsung untuk mendapatkan data

obyektif. Instrumen yang digunakan adalah lembar pemeriksaan fisik pada

pasien antepartum dengan ansietas.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah


49

yang harus di teliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit

atau/kecil.

Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada penggetahauan dan

atau keyakinan pribadi. Wawancara dalam penelitian ini mengetahui data

pasien dan hal-hal dari pasien terkait antepartum dengan ansiets

(Prof.Dr.Sugiyono,2016).

3 Studi dokumentasi dan angket

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli. (Hidayat,2013;99).

Sedangkan angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari responden (Prof.Dr.Sugiyono,2016).

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tentang antepartum

dengan ansietas.

Identitas responden

a. Nomor :

b. Nama (Inisial) :

c. Umur :

d. Jenis kelamin :
50

e. Pendidikan terakhir :

1) Tidak sekolah/tidak lulus SD ( )

2) SD ( )

3) SMP ( )

4) SMA ( )

5) Perguruan Tinggi ( )

f. Pekerjaan :

g. Kuesioner antepartum dengan ansietas

RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo mojokerto selama 3 hari

4 Catatan rekam medis

Melihats semua catatan yang ada dala rekam medis dibandingkan dengan

standar yang telah di tetapkan. Tergantung dari masalah yang ingin dinilai,

review rekam medis dapat dibedakan atas beberapa macam. Misalnya

drug usage review jika yang dinilai adalah penggunaan obat, dan atau

surgical case review jika yang dinilai adalah pelayana pembedahan.

Dalam penelitian ini adalah masalah antepartum sebelumnya.

3.5 Uji keabsahan data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data/informasi

yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan

mengemualiditas tinggi sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik

analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban di penelitian

yang diperoleh berdasarkan hasil inrerpretasi wawancara mendalam yang


51

dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisis

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya di interpretasikan oleh peneliti di

bandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

Uji keabsahan data dilakukan dengan menggunakan triagulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien pada pasien

antepartum dengan ansietas

3.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian dilapangan, sewaktu pengumpulan

data. Urutan dalam analisa data:

1. Pengumpulan data

Data dikumpukan dari hasil wawancara mendalam. Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan kemudian disalin dalam bentuk transkip.

2. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari respond an dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari respponden.

3. Kesimpulan

Berdasarkan dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan

dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode indikasi.
52

3.7 Etika Penelitian

1. Informend consent

Lembar persetujuan diberikan kepada responden dan dengan menjelaskan

maksud dengan tujuan riset dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi

sebelum dan sesudah pengumpualan data. Responden harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut dan bila responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap

menghormati hak-haknya.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama respon pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
53

DAFTAR PUSTAKA

Erawati, N. M., Adilatri, A. A. S. A., & Krisnawati, K. M. S. 2019. Pengaruh


Senam Yoga Terhadap Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi
Persalinan Pada Ibu Primigravida Trimester III. Coping:
Community of Publish in Nursing 7(3), 133-138.

Hinonaung, J. H S., & Hapsari, E. D. 2018. Pengaruh Pemberian Paket “KIAT


SEHAT” Terhadap Kecemasan Pada Ibu Hamil. Jurnal Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (JPPNI), 3(1), 44-50.

Huda, & Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi
Jilid 1, Jogjakarta. Mediaction

Indasari, M. 2014. Pengaruh Pemberian Health Education Tentang Proses


Persalinan Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Ibu Primigravida
Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato. Skripsi, 1.

Irianto, G. P. 2018. Pengaruh Senam Yoga Terhadap Pola Tidur Pada Ibu Hamil
Trimester II Dan III (Di Desa Grogol Wilayah Kerja Puskesmas
Cukir Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) (Doctoral
dissertation, STIKES Insan Cendekia Medika Jombang).

Noviana, N. 2019. Hipnotis 5 Jari Untuk Mengurangi Kecemasan Pada Ibu


Hamil (Doctoral dissertation, Tugas Akhir, Universitas
Muhammadiyah Malang).

Putri, D. W. 2019. Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Preeklamsi Dengan Masalah


Keperawatan Ansietas Di Ruang Ponek RSUD Dr. Hardjono
Ponorogo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
54

Sariasih, G. F. D. 2018. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil


Terinveksi HIV Dengan Masalah Ansietas Di Poliklinik Kebidanan
RSUD Wangaya (Doctoral dissertation, Jurusan Keperawatan
2018).

Suwanto, M. 2015. Implementasi Metode Bayesian dalam Menentukan


Kecemasan pada HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Journal
of Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Jember.

Wulandary, P. 2014. Tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III


dalam menghadapi persalina di puskesmas Sibela Mojosari, KTI.
(Doctoral dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta).

Zamriatui, W. O., Hutagaol, E., & Wowiling, F. (2013. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di
Poli KIA PKM Tuminting. Jurnal Keperawatan, 1(1).

Navy Dwi Puspitaningrum 2017, Pathway Antenatal, dilihat 9 April 2020,


<ttps://id.scribd.com/document/369611313/Pathway-Antenatal.

Anda mungkin juga menyukai