Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan banntuan atau tanpa

bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2010). Salah satu pengalaman terberat ibu adalah

persalinan, karena melahirkan merupakan salah satu pertaruhan hidup dan mati seorang ibu,

terutama pada ibu yang merupakan kehamilan maupun persalinan yang pertama, mereka belum

memiliki pengalaman melahirkan yang mana rasa cemas, panik, dan takut yang melanda dapat

mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses persalinan (Keliat et al,

2011).

Kecemasan merupakan keadaan kejiwaan seseorang yang berada dalam suatu tekanan

yang mendalam sehingga dapat menyebabkan masalah psikiatris. Saat kecemasan sudah

mencapai pada tingkatan tertinggi yang disebabkan karena tidak mendapat penanganan yang

tepat dapat berubah menjadi gangguan mental emosional.Kecemasan dapat dirasakan oleh setiap

orang jika mengalami tekanan dan perasaan mendalam yang menyebabkan masalah psikiatrik

dan dapat berkembang dalam jangka waktu lama (Shodiqoh, 2014). Kecemasan seringkali

berkembang dalam jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh

pengalaman hidup seseorang (Eka et al.,2014).

Salah satu peristiwa yang dapat memicu timbulnya kecemasan adalah kehamilan dan

persalinan. Ada beberapa negara berkembang yang beresiko tinggi terjadinya gangguan

psikologis pada ibu hamil = 15,6% dan ibu pasca persalinan = 19,8%, diantaranya yaitu negara

Ethiopia, Nigeria, Senegal, Afrika Selatan, Uganda, dan Zimbabwe (WHO, 2013). Data WHO
(2012) menjelaskan bahwa 5% wanita tidak hamil mengalami kecemasan, 8-10% wanita dalam

masa kehamilan mengalami kecemasan, dan kecemasan meningkat saat menjelang persalinan

menjadi 13%.

Pada umumnya, seorang ibu yang mengalami kehamilan akan merasa senang dan

semakin tinggi rasa ingin tau terhadap perubahan diri dan perkembangan janin. Tetapi, di saat

yang sama timbul pula rasa cemas dalam diri ibu hamil. Tingkat kecemasan ibu dalam

menghadapi persalinan lebih tinggi dan juga pada kehamilan terjadi perubahan hormon stres

pada pertengahan kehamilan sampai menjelang persalinan yang sangat dikaitkan dengan suasana

hati ibu yang tidak menentu, gelisah, dan cemas (Shodiqoh, 2014). Seorang ibu mungkin merasa

takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu persalinan (Keliat et al.,

2011).

Penelitian yang dilakukan oleh Heriani di UPTD Puskesmas Tanjung Agung Kecamatan

Baturaja Barat Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2016 dengan hasil sebanyak 53,3 % ibu

mengalami kecemasan menjelang persalinan dan 46,7% tidak mengalami cemas saat persalinan

(Heriani, 2016). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Indrawati pada tahun 2010 dalam

(Eka et al., 2015) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kecemasan Ibu

dalam Menghadapi Persalinan diperoleh hasil 75% ibu mengalami kecemasan sedang dan 25%

ibu mengalami kecemasan rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Astria pada tahun 2009

dalam (Baiq, 2015) juga menjelaskan kecemasan lebih banyak dialami oleh ibu hamil

primigravida dengan hasil sebanyak 66,2%, dan kecemasan pada ibu hamil multigravida dengan

hasil sebanyak 42,2%.

Contoh gejala kecemasan yaitu nervous, berkeringat, mudah marah, kurang tidur,

ketegangan otot, merasa depresi, serta merasa tidak nyaman. Jika hal-hal tersebut semakin
meningkat dan berlebihan, akan berdampak pada kondisi kesehatan ibu dan bayi yang

dikandungnya(Baiq, 2015).Kecemasan yang dirasakan oleh ibu saat persalinan semakin lama

akan dapat meningkat seiring dengan seringnya kontraksi muncul sehingga keadaan ini akan

membuat ibu semakin tidak kooperatif (Eka et al., 2015).

Cemas yang dirasakan ibu dapat dipengaruhi oleh dukungan yang diiberikan oleh

lingkungan tempatnya melahirkan, salah satunya dari mereka yang mendampinginya, dan ibu

sendiri juga bisa meminta seorang pendamping selama menjalani proses persalinan. Orang-orang

terdekat itu adalah suami, ibu kandung, ibu mertua, saudara atau sahabat perempuan ibu, sebab

kebutuhan fisik dan psikologis mampu meningkatkan kesejahteraan pasien (Eka et al., 2015).

Proses persalinan sangat dibutuhkan pendamping persalinan, untuk memberikan

dukungan dan bantuan kepada ibu saat persalinan serta dapat memberikan perhatian, rasa aman,

nyaman, semangat, menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangaan ibu atau memperbaiki

status emosional sehingga dapat mempersingkat proses persalinan .Keberadaan pendamping

persalinan seperti keluarga terdekat dapat memberikan efek positif pada hasil persalinan yang

dapat menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit yang dirasakan ibu, persalinan yang lebih

singkat dan menurunnya persalinan dengan operasi termasuk seksio caesaria (Desi et a.,l 2015).

Kehadiran dan dukungan dari keluargasaat persalinan sangat berharga. Ibu bersalin

menginginkan keluarganya memberikan tindakan suportif dan memberikan lebih banyak rasa

sejahtera dibandingkan petugas kesehatan.Suami membantu ibu saat terjadi kontraksi, melatih

bernafas, memberikan pengaruh terhadap ketenangan, menurunkan kesepian dan memberikan

teknik distraksi yang bermanfaat.Suami juga membantu mengkomunikasikan keinginan pada

profesi pelayanan kesehatan. Dukungan dari suami saat proses awal hingga akhir persalinan akan

memberi efek pada ibu yaitu emosi, yang mana emosi ibu yang tenang akan menyebabkan sel-sel
sarafnya mengeluarkan hormon oksitosin yang reaksinya akan berpengaruh pada kontraksi pada

rahim pada akhir kehamilan untuk mengeluarkan bayi (Desi et al., 2015).

Ada beberapa penelitian yang mendukung seorang pendamping pada saat persalinan

berlangsung. Ibu merasakan kehadiran pendamping tersebut sebagai penolong persalinan yang

akan memberikan kenyamanan, dan juga kehadiran seorang pendamping pada saat persalinan

dapat menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan yang mana dapat menurunkan

morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat dan menurunnya persalinan

dengan operasi seksio caesaria. Kehadiran seorang pendamping persalinan juga dapat

membesarkan hati ibu yang mana sangat bermanfaat (Nikmah,2018).

Menurut laporan Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu Anak (PWS-KIA) Dinas

Kesehatan Kota Padang tahun 2018, total kunjungan persalinan yaitu 16.264 kunjungan dan

kunjungan nifas yaiitu 16.202 kunjungan dari 23 puskesmas kota padang. Puskesmas Andalas

memiliki kunjungsn nifas dan persalinan tertinggi di Kota Padang, yaitu 1596 persalinan dan

1604 kunjungan nifas.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan

pendampingankeluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan di wilayah

kerja Puskesmas Andalas Kota Padang tahun 2020.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah “Apakah Ada Hubungan

Pendampingan Keluarga Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Menghadapi Persalinan?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendampingan keluarga

dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi persalinan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi

persalinan.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pendampingan keluarga

3. Mengetahui hubungan pendampingan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam

menghadapi persalinan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan tentang pendampingan keluarga terhadap tingkat kecemasan

ibu dalam menghadapi persalinan.

1.4.2 Manfaat Bagi Instansi Pendidikan

Untuk menjadi salah satu sumber bacaan, referensi, dan sumber kepustakaan tentang

hubungan pendampingan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi

persalinan

1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini juga dapat menjadi bahan masukan untuk masyarakat terkhusus

keluarga dari ibu tentang hubungan pendampinga keluarga terhadap tingkat kecemasan

ibu dalam menghadapi persalinan.

Anda mungkin juga menyukai