Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang

normal. Kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa yang sosial yang ibu dan

keluarga nantikan selama kurang lebih 9 bulan. Ketika persalinan di mulai, peran

ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau

persalinan untuk mendeteksi diniadanya komplikasi, selain itu bersama keluarga

memberikan bantuan dan dukunganpada ibu bersalin. Melahirkan merupakan

proses alami dan menimbulkan rasa sakit.

Melahirkan secara normal akan membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat

karena terlampau sakit. Perempuan yang merasakan sakit terlalu parah dari

seharusnya disebut fear-tension-pain concept, yaitu rasa sakit yang menimbulkan

ketegangan dan kepanikan yang menyebabkan otot kaku dan sakit sehingga tidak

heran jika ada juga perempuan yang melahirkan normal, namun menggunakan

obat-obatan untuk mengatasi rasa sakit.

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.

Pertolongan persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (1)

Pendampingan yang diberikan oleh suami, ibu kandung, ibu mertua

dukungan tersebut berupa perhatian emosi, bantuan informasi dan penilaian.

1
2

Suami membantu istri dalam menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga suami

dapat menghibur istri ketika ia merasa sedih maupun cemas. Adanya pendamping

yang terus menerus membuat ibu merasa aman, mengatur persalian dan pemberi

semangat.Suami sebagai pendamping yang paling dekat dengan ibu bukan hanya

berperan sebagai pengambil keputusan saja tetapi juga memiliki peran serta dalam

memberikan dukungan moral kepada istri sejak kehamilan diketahui sampai masa

persalinan dan masa nifas. (2)

Ada lima aspek dasar, atau Lima Benang Merah, yang penting dan saling

terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut

melekat pada setiap persalinan,baik normal maupun patologis. Lima Benang

Merah tersebut adalah: 1). Membuat Keputusan klinik, 2). Asuhan Sayang Ibu

Dan Sayang Bayi, 3). Pencegahan Infeksi, 4). Pencatatan (Rekam Medik) asuhan

persalinan, 5). Rujukan(3).

Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, sebanyak

536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu

akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.

Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450

kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio

kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Sekitar 20-30%

dari kehamilan mengandung resiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan

kesakitan dan kematian ibu dan bayinya. Salah satu indikator utama derajat

kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI).(4)


3

Ada lebih dari 5 juta wanita Indonesia yang melahirkan setiap tahun dan

sebanyak 15.000 yang meninggal saat hamil maupun melahirkan, sementara

jumlah kematian bayi diperkirakan sebesar 120.000. Data secara global

menunjukkan bahwa sebesar 80% penyebab kematian tersebut disebabkan oleh

lima penyebab obstetri utama yang langsung dapat menyebabkan kematian yaitu

perdarahan postpartum, infeksi, aborsi yang tidak aman, eklamsi dan partus lama.

(4)

Menurut data survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

AKI di Indonesia sebesar 359/100.000 KH. Rata-rata kematian ini jauh

dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran

Penyebab langsung yaitu perdarahan (42%), pendampingan dan


persalinan.(5)
dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama proses persalinan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendampingan suami
mengurangi resiko persalinan dengan tindakan (forceps, vakum, maupun

saat persalinan
caesaria), dengan
APGAR lama<7kala
Score I pada
lebih primipara.
sedikit, Penelitian
persalinan ini lebih
menjadi

metode Analitik
Kepuasan dengan pendekatan
dan keyakinan ibu yangkohort.
semakinJenis datadalam
besar yang dimenghadapi
ambil adalah

primer dengan alat ukur lembar observasi pengambilan sampel dilakukan

teknik Purposive sampling dengan jumlah populasi sebagian besar ibu bersalin

Wilayah Kerja Puskesmas Alang-Alang Lebar Palembang Tahun 2016.

bivariat terdapatnya pengaruh pendampingan suami saat persalinan dengan

kala I (P Value= 0,000 < 0,05). Rata-rata ibu bersalin primipara yang
4

suami lama kala I 328 menit (5 jam 46 menit) dan ibu bersalin primipara

tidak didampingi suami dengan rata-rata lama kala I 620 menit (10 jam 20

Dapat disimpulkan bahwa ibu bersalin primipara yang didampingi

Pendampingan Suami, lama


mengalami persalinan kala Ikala
328I.menit
(6) (5 jam 46 menit) lebih cepat

Menurut
ibu bersalin penelitian
primipara yangDanuatmaja dan Meiliasari
tidak didampingi menyatakan
suami mempunyai bahwa
peluang

kecemasan
menit (10 dan
jam ketakutan
20 menit)dapat mengakibatkan
terjadi rasa Inyeri
persalinan kala lebihyang
lamahebat
Katadan juga
Kunci

dapat mengakibatkan menurunnya kontraksi uterus, sehingga persalinan akan

bertambah lama. 3 Penelitian menunjukkan bahwa nyeri persalinan khususnya

kala I lebih banyak dirasakan pada primigravida yaitu sebesar 59,38% sedangkan

pada multigravida sebesar 40,62%.(4)

Menurut Menkes Tahun 2015, Kementerian Kesehatan telah melakukan

berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010

meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/

Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam Program

KesehatanIbu dan AnakUntuk tahun ini, sebanyak 300 Puskesmas di wilayah

Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku dan Papua memperoleh

dana operasional sebesar Rp 10 juta per bulan. Mulai tahun 2011, seluruh

Puskesmas yang berjumlah 8.500 akan mendapatkan BOK .Kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia),

infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran.. Beberapa hal tersebut


5

mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat

sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang

adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak

kelahiran), tambah Menkes. (5)

Berdasarkan profil Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2016, kematian ibu 6

orang dengan penyebab kematian ibu adalah perdarahan, sepsis 1, syok septicdan

DIC (Disseminated Intravascular Coagulation). jumlah lahir mati 36 orang yang

disebabkan oleh partus lama, post matur dan lain-lain, sedangkan jumlah kematian

bayi 64 orang disebabkan oleh asfiksia 16 orang, hipothermi 2 orang, tetanus

neonatorum 2 orang. (7)

Pendamping Persalinan yaitu ketika ibu sedang melahirkan, apa yang

berlangsung saat itu belum tentu kejadiannya akan terulang kembali pada

persalinan berikutmya. Tetapi, emosi dan situasi yang dirasakan oleh seorang ibu

dengan persalinan anak pertama atau anak berikutnya, tidak akan berubah.

Seorang ibu yang belum pernah mengalami tersebut, sehingga tahu dengan pasti

apa yang akan terjadi selanjutnya.(2)

Bila melihat dari proses lamanya kala 1 persalinan , pada saat ibu sedang

menghadapi kesulitan, apakah ibu akan meminta bantuan dan dukungan dari

orang lain, sebagai orang dewasa, terkadang hal itu ibu lakukan dan dapat

menerimanya sebagai suatu proses pendewasaan diri. Tetapi, pada saat kita

sedang menjalanipersalinan, waktunya kita memilih seseorang untuk

mendampingi dan mendukung kita. Tidak hanya persalinan yang dilaksanakan

dirumah ataupun dirumah sakit, pendamping persalinan dibutuhkan untuk


6

membantu seseorang bersikap rileks dan menambahkan kelancaran dalam

menghadapi persalinannya. (2)

Penelitian yang dilakukan oleh susanti tahun 2014 menunjukan bahwa

calon ibu yang persalinannya didampingi oleh suami lebih jarang mengalami

depresi pasca persalinan dibandingkan yang tidak didampingi. Penelitian lain

terhadap 200 ibu melahirkan dirumah sakit yang berada di 5 kota besar di

Indonesia, diperoleh fakta sekitar 86,2% menyatakan perasaan senang dan bahagia

karena selama proses persalinan didampingi oleh suami dan sisanya merasa

senang bila didampingi keluarga khususnya ibu kandung. (8)

Menurut wawancara yang dilakukan kepada penanggung jawab rumah

bersalin RB Adina Wonosobo, jumlah pasien pada tahun 2013 sebanyak 355

orang, untuk pasien primipara sebanyak 190 orang sedangkan pada multipara

sebanyak 165orang. Dalam menangani persalinan di RB Adina Wonosobo

mengutamakan kenyamanan pasien, karena pasien yang memasuki proses

persalinan kala I sudah mulai merasakan kesakitan. Rasa sakit itu disebabkan oleh

rasa nyeri yang hebat padabagian perut, apalagi bagi ibu primipara yang belum

mempunyai pengalaman dalam mengahadapi persalinan, biasanya ibu mengalami

kebingungan dan kesakitan karena rasa nyeri yang hebat pada perutnya, apabila

terjadi kontraksi dalam persalinan kala I.(8)

Untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin ada beberapa faktor

yangmempengaruhinya yaitu umur dan paritas ibu, ras, budaya, dan etnik,

mekanismecoping, metode relaksasi yang digunakan, cemas dan takut, kelelahan,

lamapersalinan, posisi maternal dan fetal, pendamping persalinan. Akan tetap


7

penelitihanya ingin meneliti tentang peran pendamping dan paritas terhadap

pengurangan rasa nyeri kala I fase aktif pada ibu bersalin normal. Dengan adanya

pendampinganoleh suami atau anggota keluarga yang membuat ibu nyaman dan

tenang di harapkanakan dapat mengurangi nyeri persalinan pada ibu bersalin.

Pendamping persalinanjuga mempengaruhi psikologis ibu dimana faktor

psikologis juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi lama persalinan.

Pengurangan rasa nyeri pada pasien bisa dibantu oleh anggota keluarga ataubidan

untuk memberikan dukungan secara moril dan memberi sentuhan ataupemijatan

sehingga ibu bisa merasa nyaman dan tenang sehingga nyeri yangdirasakan oleh

pasien dapat berkurang. Akan tetapi kebanyakan para pendampingpersalinan tidak

mengetahui apa peran pendamping pada proses persalinan, parapendamping

hanya mengikuti anjuran bidan yang menganjurkan mereka untukmendamping ibu

yang sedang bersalin, apabila itu ibu bersalin primigravida yangbelum pernah ada

pengalaman.(8)

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti di wilayah kerja

puskesmas langsa kota pada tahun 2018. Jumlah ibu bersalin pada tahun 2017

sebanyak 1058 persalinan. pada bulan juli sampai dengan oktober tahun 2018

sebanyak 125 persalinan. dari 10 ibu yang persalinan pada lamanya kala 1

didapatkan dari hasil wawancara hanya 4 suami yang mendampingi ibu saat

persalinan Kala 1, saat ditanyakan tentang pendampingan pasca ibu bersalin,

pendamping tidak mengerti peran pendamping disaat ibu bersalin dan

menganggap bahwa ibu yang sedang bersalin adalah hal yang wajar, apalagi

setelah kelahiran anak pertamanya.


8

Berdasarkan uraian,di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang

“Hubungan Pendampingan Suami Dengan Lamanya Persalinan Kala I Di

Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada hubungan

Pendampingan Suami Dengan Lamanya Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pendamping Suami Persalinan Kala I

Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018”

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Lamanya Persalinan Kala I Di Wilayah

Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018”.

3. Untuk mengetahui hubungan Pendampingan Suami Dengan Lamanya

Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018”.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Aspek Teoritis

Bagi Institut pendidikan kesehatan dapat dimanfaatkan sebagai bahan

masukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi peneliti selanjutnya

dalam menyusun hipotesis baru ataupun dengan jenis penelitian yang berbeda.
9

1.4.2. Aspek Praktis

1. Bagi Institusi Kesehatan Helvetia Medan

Sebagai bahan bacaan dan referensi di perpustakaan Institusi Kesehatan

Helvetia Medan dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang

Pendampingan Suami Dengan Lamanya Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018”.

2. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Langsa Kota dan sebagai bahan

evaluasi untuk peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan terutama

dalam menghadapi masalah Hubungan Pendampingan Suami Dengan

Lamanya Persalinan Kala I Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun

2018”.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian

selanjutnya, sehingga peneliti mendapatkan variabel atau sampel yang lebih

banyak dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Triani Yuliastantipada tahun 2013 dengan

judul“ Pendampingan suami dan skala nyeri pada persalinan kala 1 fase aktif”

berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa proporsi ibu bersalin yang

didampingi suami dengan baik saat melahirkan di BPS Siti Lestari sebanyak

56,3% dan 50% ibu bersalin mengalami skala nyeri ringan, dengan pendampingan

suami baik, maupun dengan pendampingan suami kurang baik. Melalui uji

statistik dengan Chi Kuadrat dapat dilihat X2hitung >X2tabel (8,381>5,99) dan p

value sebesar 0,015 berarti ada hubungan pendampingan suami dengan

pengurangan rasa nyeri pada persalinan kala 1 fase aktif.(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Neny Yuli Susantipada tahun 2014 dengan

judul “Hubungan pendampingan suami dengan lama kala I fase aktif”. Dari 60 ibu

bersalin menunjukkan bahwa mayoritas suami mendampingi istri dalam

persalinan yaitu sebanyak 50 orang (83,3%) dengan persalinan normal. Hasil uji

statistik chi square dengan nilai (p<α) yaitu (0,000<0,05) didapatkan kesimpulan

bahwa ada hubungan antara pendampingan suami dengan lama persalinan kala I

fase aktif di BPS wilayah Puskesmas Panji Kecamatan Panji Kabupaten

Situbondo. Sehingga, bagi bidan maupun penyedia layanan kesehatan diharapkan

dapat memberikan informasi pentingnya pendampingan suami dalam proses

persalinan sebagai upaya dalam menurunkan angka kematian ibu dan peningkatan

kualitas pelayanan kebidanan.(9)

10
1

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarwinanti pada tahun 2015 dengan

judul ” hubungan pendampingan persalinan denganlama waktu Persalinan kala l

ibu melahirkan di rumah sakit pku Muhammadiyah yogyakarta”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang dilakukan pendampingan persalinan terdapat

10 responden (50%) yang mengalami persalinan yang panjang (lebih dari 12 jam)

dan terdapat 10 responden (50%) yang mengalami persalinan pendek (kurang dari

12 jam). Berdasarkan hasil interprestasi data tentang lama persalinan kalai

Ididapat 50% responden mengalami perpanjangan kala I. Lamanya persalinan ini

terutamapada kala I fase aktif karena fase akselerasi khususnya yang mempunyai

nilai prediktif untuk hasil akhir persalinan karena merupakan ukuran yang baik

untuk efisiensi keseluruhan dari persalinan. Sedangkan fase deselerasi lebih

banyak menunjukkan hubunagn fetopelvik. Sementara pembukaan servik

disebabkan oleh adanya kontraksiuterus dimana kontraksi itu sendiri dipengaruhi

oleh faktor-faktor eksternal baik fisik,khemis maupun psikis. Jadi jelaslah bahwa

meskipun sama-sama primipara tetapi masing-masing dapat mengalami lama

persalinan yang berbeda (Lesser & Keane).

Perhitungan uji Fisher hubungan antara pendampingan persalinan dan

lama persalinan kala I menghasilkan p-value 0,659 (>0,05) yang berarti lama

persalinan kala I tidak berhubungan dengan pendampingan persalinan yang

dilakukan oleh suami atau ibu(orangtua).(10)

Penelitian yang dilakukan oleh Widyah Setiyowatipada tahun 2017 dengan

judul “hubungan pendampingan keluarga dengan lama proses persalinan kala I di

Puskesmas Karang doro Kota Semarang”. Hasil dari penelitian yaitu sebagian
1

besar ibu dalam prosespersalinan kala I mendapatkan pendampingan keluarga

yang baik selama proses persalinan kala 1 sebanyak 24 (72,7%) responden;

Sebagian besar ibu mengalami proses persalinan kala 1 cepat sebanyak21 (63,

6%) responden; Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga

dengan lamaproses persalinan di Puskesmas Karangdoro Semarang dengan nilai

continuity correction sebesar 3,275dengan p value fisher exact sebesar 0,044 <

0,05. Ada hubungan yang bermakna antara pendampingan keluarga dengan lama

proses persalinan di Puskesmas Karangdoro Semarang. Masyarakat diharapkan

menambah wawasan tentang pendampingan keluarga pada proses persalinan kala

I, sehingga masyarakat tidak merasa tabu dan takut dalam mendampingi

persalinan kala I pada ibu bersalin.(11)

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh fatmawati imansari dengan

judul “Hubungan umur, paritas dan pendamping persalinan Dengan intensitas

nyeri persalinan kala I tahun 2017”. Hasil penelitian menunjukan bahwa

Berdasarkan hasil penelitian yangtelah dilakukan ditemukanbahwa ada hubungan

yang signifikan antara usia dengan intensitas nyeri persalinan denganP Value =

0.001, ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan intensitasnyeri

persalinan dengan P Value = 0.000 dan ada hubungan yang signifikan antara

pendamping persalinan dengan intensitas nyeri persalinan dengan P Value =

0.023.(12)
1

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Persiapan Persalinan

1. Pengertian Persiapan Persalinan

Persiapan Persalinan merupakan persiapan yang dilakukan oleh ibu dan

pasangan saat menanti kelahiran bayinya dan penyusunan rencana kelahiran yang

merupakan saran untuk memampukan ibu dan pasangannya dalam mendiskusikan

dan mengklarifikasikan harapan dan ketakutan mengenai persalinan atau

kelahiran. (13)

Persiapan persalinanan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu,

anggota keluarga dan bidan. Rencana ini tidak harus dalam bentuk tertulis dan

biasanya memang tidak tertulis. Rencana ini hanya sekedar diskusi

untukmemastikan bahwa ibu menerima asuhan yang ia perlukan. Dengab adanya

rencana persalinan akan mengurangi kebingungan dan kelancaran pada saat

persalinan dan meningkatkan kemungkinan ibu akan menerima asuhan yang

sesuai dan tepat waktu.(3)

2. Pengetahuan dan persiapan yang dapat dilakukan untuk persalinan


sebagai berikut :

1) Memilih tenaga kesehatan dan tempat melahirkan pada waktu periksa hamil.

2) Mengenali persalinan yang normal dan memahami persiapan menghadapi

persalinan.

3) Mengenali tanda-tanda bahaya dan melakukan persiapan menghadapi

komplikasi.

4) Mengetahui Sistem transportasi, tahu kemana harus pergi bila terjadi keadaan

darurat, serta siapa yang akan tinggal untuk menjaga keluarga.


1

5) Memiliki tabungan pribadi dan dapat mengakseskan bila diperlukan. (14)

3. Komponen Penting Dalam Rencana Persalinan

1) Tempat Persalinan

Memilih tempat persalinan ditentukan oleh nilai resiko kehamilan dan

jenis persalinan yang direncanakan. Persalinan resiko rendah dapat dilakukan di

Puskesmas, Polindes, atau rumah bersalin. Sedangkan persalinan resiko tinggi

harus dilakukan dirumah sakit yang memiliki fasilitas kamar operasi, transfusi

darah, dan perawatan bayi resiko tinggi.

Persalinan dianjurkan dilaksanakan dirumah sakit/ rumah sakit ibu dan

anak, lengkap dengan tenaga terlatih dan peralatan yang memadai. Akibat sarana

transportasi serta tenaga kesehatan yang masih terbatas, di beberapa daerah

kebanyakan persalinan masih ditolong oleh dukun bersalin dan berlangsung

dirumah. Kondisi tersebut merupakan kendala tersendiri yang masih suklit diatasi

sampai saat ini.

Diluar negeri (di Amerika dan Belanda)persalinan dapat dilakukan di

rumah karena memiliki kelebihan dibandingkan persalinan dirumah sakit. Suasana

rumah membuat ibu lebih nyaman sehingga proses persalinan lebih lancar dan

peran serta suami tampak nyata dirasakan. Walaupun demikian, persalinan

dirumah melakukan dukungan infrastruktur yang baik serta kesiapan tenaga

penolong untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi pada saat

persalinan maupun pasca persalinan.


1

2) Memilih Tenaga Kesehatan Yang Terlatih

Tenaga kesehatan yang diperbolehkan menolong persalinan adalah dokter

umum, bidan, serta dokter kebidanan dan kandungan. Di negara kita masih

banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bersalin, baik yang terlatih maupun

yang tidak terlatih. Hal ini masih menjadi kendala dan merupakan salah satu

sebab tingginya angka kematian bayi.

Pemilih tenaga penolong persalinan ditentukan oleh pasien, nilai resiko

kehamilan, dan jenis persalinan yang akan direncanakan bagi masing-masing

pasien.

Pemilihan pasien berdasarkan resiko dimaksudkan agar penanganan kasus

lebih terarah dan ditangani oleh tenaga yang kompeten. Pada saat persalinan,

penanganan kasus dilakukan lebih cermat lagi dengan memperhatikan

karakteristik kasus.

Sebaiknya ssemua kasus dianggap memiliki resiko karena tidak ada satu

cara pun yang dapat meramalkan bahwa persalinan tersebut pasti berjalan normal

sehingga setiap penolong persalinan akan selalu berhati-hati dan mempersiapkan

segala sesuatunya untuk mengatasi penyulit yang mungkin terjadi.

3) Mempersiapkan Sistem Transportasi Jika Terjadi Situasi Gawat Darurat.

Banyak ibu yang meninggal karena mengalami komplikasi yang serius

selama kehamilan, persalinan, atau pascapersalinan dan tidak mempunyai

jangkauan transportasi yang dapat membawa mereka ke tingkat asuhan kesehatan

yang dapat memberikan asuhan yang kompeten untuk menangani masalah

mereka.
1

Setiap keluarga seharusnya mempunyai satu rencana transportasi untuk ibu

jika ia mengalami komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan yang

lebih tinggi.

4) Membuat Rencana Pola Menabung

Keluarga dianjurkan untuk menabung sejumlah uang untuk persalinan

dana guna asuhan selama kehamilan jika terjadi kegawatdaruratan.

Ibu/keluarga hendak memiliki tabungan pribadi dan dapat mengaksesnya

bila diperlukan. Juga kemungkinan mengakses sarana dan dana cadangan bersama

milik masyarakat yang dapat dipakai untuk keperluan gawat darurat. Misal, akses

untuk pengobatan murah atau subsidi kesehatan dari pemerintah.

Mempersiapkan Peralatan Yang Diperlukan Untuk PersalinanIbu dan

keluarga dapat mengumpilkn barang-barang seperti pembalut wanita, baju ibu,

dan lain-lain serta menyimpannya untuk persiapan persalinan.

Beberapa rumah sakit biasanya sudah membuat daftar peralatan yang

harus dibawa saat datang. Peralatan yang harus dibawa misalnya gurita, peralatan

mandi (sabun, sikat gigi, pasta gigi, sampo, deodorant, bedak, sisir, pelembab

bibir, handuk kecil, handuk besar), perlengkapan pribadi (pembalut wanita, alas

BH, BH untuk menyusui, celana dalam, beberapa blus, sendal, kaos

longgar/daster dan kaos kaki), krim puting susu spon kecil, washlap, kain, baju

bayi, dan popok.

Hendaknya dipersiapkan jauh hari sebelumnya, dimasukkan dalam satu tas

sehingga begitu tanda-tanda persalinan muncul, ibu tidak panik dan bisa langsung

mencari pertolongan ( ke rumah sakit, rumah bersalin).


1

Mempersiapkan perlengkapan buah hati bisa menjadi kesibukan yang

menyenagkan. (3)

2.2.2. Persalinan

1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain.

Pertolongan persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Adapun menurut proses

berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:

1) Persalinan spontan yaitu bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu

sendiri melalui jalan lahir ibu tersebut.

2) Persalinan buatan yaitu persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya

ekstraksi forceps/ vakum.

3) Persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya

tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau

prostaglandin.(1)

2. Pengertian Persalinan Kala l

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan

berlangsungtidak begitu kuat sehingga pasien masih dapat berjalan-jalan. Lama

kala I padaprimigravida 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan kurveriedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam


1

dan pembukaanmultigravida 2 cm/jamKala I juga terdiri dari 2 fase yaitu fase

laten dan fase aktif. Fase laten dimanapembukaan servik berlangsung perlahan

sampai 3 cm dan lamanya 7 sampai 8 jam. Sedangkan, fase aktif berlangsung

selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase antara lain akselerasi, dilatasi maksimal

dan deselerasi Kontraksi otot saat persalinan adalah upaya membantu terbukanya

jalan lahir. Pada saat kontraksi, leher rahim akan menjadi lunak, menipis, dan

mendatar, kemudian menarik leher rahim. Saat itulah kepala janin menekan mulut

rahimsehingga membuka. Bila ibu sudah terbiasa relaksasi, jalan lahir akan lebih

mudahterbuka. Keuntungan lain dari perasaan relaks adalah mencegah kelelahan

dan nyeriyang berlebihan saat persalinan. Tetapi pada intinya, seorang wanita

seharusnyadisiapkan untuk menghandapi persalinan agar nyaman dan aman,

sehingga rasa nyeribisa dihadapinyaFisiologis nyeri persalinan selama kala I nyeri

dihasilkan oleh dilatasi serviksdan Segmen bawah rahim, serta distensi uterus.

Intensitas nyeri kala I akibat darikontraksi uterus, involunter nyeri dirasakan dari

pinggang dan menjalar ke perut.Kualitas nyeri bervariasi, sensasi impuls dari

uterus sinapsnya pada Torakal 10,11,12 dan lumbal 1. Mengurangi nyeri pada fase

ini dengan memblok daerahDiatasnya. Ada beberapa faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi rasa nyeri adalahberbagai hambatan fisik dan psikologis ibu.

Faktor fisik diantaranya tindakan medisselama persalinan, besarnya pembukaan

dan lamanya kontraksi, sedangkan factorpsikologis diantaranya panik, sugesti,

dan pendamping persalinan.

Cara-cara alternatif untuk mengatasi rasa sakit dan kecemasan selama

prosespersalinan dan melahirkan perlu dianjurkan atau setidaknya dicoba


1

sebelummenawarkan obat-obat pereda rasa sakit. Dukungan yang terus menerus,

urut/pijat, air hangat yang menenangkan, perubahan posisi tubuh, kata-kata serta

belaian yang memberi semangat dapat meningkatkan kenyamanan si ibu dan

mengalihkanperhatiannya dari rasa sakit.Asuhan kebidanan dukungan persalinan

Kala I dapat diberikan dengan caramenghadirkan orang yang dianggap penting

oleh ibu untuk mendampingi ibu selamaproses persalinan seperti suami, keluarga,

atau teman dekat. Suami dan keluargadianjurkan untuk berperan aktif dalam

mendukung dan melakukan kegiatan yangdapat memberikan kenyamanan bagi

ibu. Pendamping ibu saat persalinan sebaiknyaadalah orang yang peduli pada ibu,

yang paling penting adalah orang-orang yangdiinginkan oleh si ibu untuk

mendampinginya selama persalinan. Di beberapa tempat,hanya wanita yang boleh

menemani ibu pada saat ia melahirkan. Dalam budaya lain,sudah menjadi

kebiasaan bagi suami menjadi pendamping dalam persalinan bahkanmenolong

persalinan. Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan

penghiburan dan dorongan orang yang mendukung sangat besar artinya karena

dapat membantu ibu saat proses persalinan. (8)

3. Lama Persalinan

Karena pada banyak kasus sukar ditetapkan secara tepat kapan persalinan

dimulai, maka tidak ada batasan yang disepakati tentang permulaan persalinan.

Menurut Mochtar (1998) dan Midwifery (2004), yang membatasi persalinan yaitu

diawali dengan saat dimana pasien mengalami his persalinan yang menuju ke arah

kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta. Persalinan yang

berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasikomplikasi baik terhadap ibu


2

maupun terhadap anak, dan akan meningkatkan multi. Sedangkan menurut

Harjono (Mochtar, 1995), partus lama atau partus kasep merupakan fase terakhir

dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-

gejala: dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu, asfiksi dan kematian janin dalam

kandungan. Sebab-sebab terjadinya partus lama ini adalah multikomplek, dan

tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang

baik dan penatalaksanaannya. (15)

Faktor-faktor penyebab partus lama antara lain:

1) Kelainan letak janin.

2) Kelainan-kelainan panggul.

3) Kelainan his.

4) Pimpinan persalinan yang salah.

5) Janin besar atau kelainan kongenital.

6) Primitua.

7) Perut pendulum, grandemulti.

8) Ketuban pecah dini.

9) His persalinan yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku.

10) Disproporsi fetopelvik.

11) Analgesi dan anesthesi yang berlebihan dalam fase laten. (15)

Faktor-faktor tersebut dapat berperan sendiri-sendiri atau secara

bersamaan.
2

1) Fase Laten yang Memanjang Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada

primigravida atau waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan

abnormal.

2) Sebab-sebab fase laten yang panjang mencakup (1) serviks belum matang

pada awal persalinan, memperpanjang fase laten, dan kebanyakan serviks

akan membuka secara normal begitu terjadi pendataran; (2) posisi janin

abnormal; (3) disproporsi cephalopelvik; (4) pemberian sedatif yang

berlebihan.

3) Fase Aktif yang Memanjang pada Primigravida Pada primigravida, fase aktif

yang lebih panjang dari 12 jam merupakan keadaan abnormal. Yang lebih

penting daripada fase ini adalah kecepatan dilatasi serviks. Laju yang kurang

dari 1,2 cm per jam membuktikan adanya abnormalitas. Pemanjangan fase

aktif menyertai: (1) malposisi janin; (2) disproporsi cephalopelvik; (3)

penggunaan sedatif dan analgesik berlebihan; (4) ketuban pecah sebelum

dimulainya persalinan.

4) Fase Aktif yang Memanjang pada Multipara Fase aktif pada multipara yang

berlangsung lebih dari 6 jam (rata-rata 2,5 jam) dan laju dilatasi serviks yang

kurang dari 1,5 cm per jam merupakan keadaan abnormal. Kelahiran normal

yang terjadi di waktu lampau tidak berarti bahwa kelahiran berikutnya pasti

normal kembali.

Berikut ini ciri-ciri partus lama pada multipara:

1) Insidennya kurang dari 1 persen.


2

2) Mortalitas perinatalnya lebih tinggi dibandingkan pada primigravida dengan

partus lama.

3) Jumlah bayi besar bermakna.

4) Malpresentasi menimbulkan permasalahan.

5) Prolapsus funiculi merupakan komplikasi.

6) Perdarahan postpartum berbahaya.

7) Ruptura uteri terjadi pada grandemultipara.

8) Sebagian besar kelahirannya berlangsung spontan pervaginam.

9) Ekstraksi forceps-tengah lebih sering dilakukan.

10) Angka sectio caesaria tinggi, sekitar 25% .(15)

4. Tujuan Asuhan Persalinan

Adapun tujuan asuhan persalinan antara lain :

1) Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan

keluarga selama persalinan dan kelahiran

2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani

komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini selama

persalinan dan kelahiran

3) Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk

mendapatkan asuhan spesialis jika perlu

4) Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi minimal

tahap persalinannya.

5) Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang

aman.
2

6) Selalu memberitahu ibu dan keluarganya mengenai kemajuan, adanya penyulit

maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan.

7) Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.

8) Membantu ibu dengan pemberrian ASI dini.(1)

5. Tanda Tanda Persalinan

Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur,keluar darah lendir yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada

servik,terkadang ketuban pecah dengan sendirirnya, pada pemeriksaan dalam

didapat servik yang mendatar dan pembukaan jalan sudah ada.

1) Kala I

Kala I berlangsung dari permulaan persalinan sesungguhnya sampai

pembukaan lengkap. Kontraksi timbul dan di rasakan nyeri, dan

melaluidinding perut tangan pemeriksa dapat dengan mudah meraba uterus

yang menjadi keras. Dengan demikian his pada persalinan menjadi lebih

teratur dankuat. Mula-mula dirasakan nyeri di belakang dan mengajar ke

depan abdomendan paha atas Kala I dimulai sejak terjadinya his adekuat dan

servik mulai membuka sehingga pembukaan lengkap (10 cm), pada

primigravida lamanya 6 sampai 8jam dan pada multipara 2 sampai 10 jam

(Oxorn, 2003) atau padaprimi gravida kira – kira 13 jam dan multipara kira–

kira 7 jam Kala pembukaan dibagi 2 fase , yaitu :

a. Fase laten

a) Fase laten dimulai dari permulaan kontraksi uterus yang reguler

sampai terjadinya dilatasi servik yang mencapai ukuran dimeter 3 cm.


2

kontraksi uterus selam fase ini lebih pendek dan ringan, lama kontraksi

20-40 detik.Fase ini berlangsung 6 jam pada primipara dan 4,5 jam

pada multipara. Padafase ini dapat terjadi perpanjangan bila ada

cephalopelvic disproportional dan wanita selama persalinan

mendapatkan analgesia atau sedasi berat Secara psikologis, pada

wanita yang telah siap menghadapi persalinan pada fase ini, kontraksi

uterus menyebabkan ketidaknyamanan yang minimal karena sensasi

akibat ketegangan pada perut masih ringan. Oleh karena itu pada fase

ini wanita masih dapat berjalan-jalan.

b. Fase aktif

Selama fase aktif persalinan, dilatasi servik terjadi lebih cepat.

Dimulaidari akhir fase laten dan berakhir dengan dilatasi servik 4 cm

sampai 10 cm.persalinan efektif di mulai pada fase ini. Rata-rata dilatasi

servik untuk primipara 1,2 cm atau lebih tiap jam dan multipara 1,5 jam

atau tiap jam(Martin, 2002). Literatur lain menyebutkan dilatasi servik 1

cm tiap jamuntuk multipara (saifuddin, 2001). Fase aktif dibagi lagi dalam

3 fase yaitufase akselerasi : dilatasi servik 3cm menjadi 4 cm, dilatasi

maksimal terjadi dilatasi servik yang sangat cepat dari 4 cm menjadi 9cm,

fase deselerasi:dilatasi servik menjadi lambat dari 9 cm menjadi 10 cm

ataupenuh. Masing-masing fase tersebut berlangsung 2 jam untuk

primipara.Kontraksi uterus pada fase aktif lebih kuat dan lebih lama

disbandingdengan fase laten, lama kontraksi 40-60 detik, frekuensi tiap 3-

5 menit.Terjadi peningkatan sekresi dari vagina serta kemungkinan


2

pecahnya selaput ketuban secara spontan. Kondisi ini merupakan keadaan

yang sulitbagi kebanyakan wanita karena mulai merasakan

ketidaknyamanan.

Untuk mengevaluasi kemajuan persalinan, WHO merekomendasikan

melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam, dengan pertimbangan

bahwatenggang waktu 4 jam antara melambatnya persalinan dan

diambilnyatindakan tidak akan membahayakan janin maupun ibunya,

disamping itu juga untuk menghindarkan tindakan yang tidak perlu.

2) Kala II

Kala II persalinan didefinisikan mulai dari dilatasi servik penuh sampai diikuti

kelahiran bayi. Batasan kala II dimulai saat pembukaan serviks lengkap dan

berakhir dengan lahirnya seluruh tubuh janin (Chapman, 2006). Kala II primi

1,5 sampai 2 jam sedangkan pada multi 0,5 sampai 1 jam Lama persalinan

kala II dipengaruhi oleh faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu yang

mempengaruhi lama kala II adalah tenaga ibu atau keadaan umum ibu,

kontraksi (his) dan ukuran panggul (passage), sedangkan faktor janin

(passeger) yang mempengaruhi lama kala II adalah posisi janin atau letak

janin dan taksiran berat janin.

3) Kala III

Kala tiga persalinan tiga disebut juga sebagai kala uri atau kalapengeluaran

plasenta. Kala tiga dan empat persalinan merupakan kelanjutan dari kala satu

(kala pembukaan) dan kala dua (kala pengeluaran bayi)persalinan. Dengan


2

demikian, berbagai aspek yang akan dihadapi pada kalatiga dan empat, sangat

berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan pada tahap-tahap sebelumnya.

Pada persalinan kala III, miometrium akan berkontraksi mengikuti

berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba–tiba setelah lahirnya bayi.

Pengurangan ukuran uterus ini menyebabkan berkurangnya pula ukuran

tempat perlekatan placenta menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran placenta

tidak berubah, maka placenta akan terlepas dari dinding uterus.Setelah

terpisah placenta turun ke segmen bawah rahim atau bagian atas vagina.

Durasi kala III pada primigravida dan multigravida tidak ada perbedaan, yaitu

15 menit.

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir

untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan

postpartum. Masa post partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah

kematian ibu, terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama

kalaIV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setalah

kelahiran plasenta dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika

kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.(8)

6. Pembagian persalinan normal berdasarkan Gravida dan para

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan persalinan normal, yaitu

gravid dan para. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil dan yang

dimaksud dengan para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
2

dapat hidup atau Viabel Dalam istilah lain yaitu paritas, paritas adalah banyaknya

kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita.

1) Berdasarkan gravid, ibu dibagi menjadi 2 yaitu:

Primigravida Seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. b. Multigravida

Seorang wanita yang sudah beberapa kali hamil, sampai 5 kali.

2) Berdasarkan para, ibu dibagi menjadi menjadi 3, yaitu :

a. Nullipara Seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

b. Primipara Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk

pertamakali.

c. Multipara atau pleuripara Wanita yang pernah melahirkan bayi viable

beberapa kali yaitu sampai 5 kali.

d. Grandemultipara Wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih

hidup atau mati.(8)

7. Konsep Dasar Nyeri

Pengertian nyeri kala 1 adalah Menurut kamus besar Bahasa Indonesia

nyeri adalah rasa yang menyebabkan penderitaan. Nyeri adalah suatu rasa yang

tidak nyaman baik ringan ataupun berat.

Nyeri adalah suatu sensasi, pengalaman emosi yang tidak menyenangkan

dan dihubungkan dengan kerusakan atau akan rusaknya jaringan, atau keadaan

yang berhubungan dengan suatu kerusakan.

1) Fisiologi Nyeri

Tubuh tidak mempunyai argan-organ atau sel-sel khusus yang berperandalam

rangsang nyeri. Rangsang nyeri diterima oleh ujung-ujung saraf bebasyang


2

disebut sebagai nocciceptor. Reseptor saraf tersebut tersebar dalam

lapisankulit dan jaringan tertentu yang lebih dalam seperti organ visceral,

persendian,dinding arteri, hati, dan kandung empedu. Ujung saraf bebas

sebagai penerimarangsang nyeri dapat terstimulasi oleh 3 stimulus yaitu:

a. Mekanik : diterima oleh reseptor nyeri mekanosensitif. Rasa nyeri

terjadiakibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat terjadi

trauma,misalnya karena benturan atau gesekan.

b. Thermis : diterima oleh reseptor nyeri thermosensitif. Nyeri terjadi

karenaujung saraf reseptor mendapat rangsangan panas atau dingin

yangberlebihan.

c. Kimia : diterima oleh reseptor nyeri kemosensitif sebagai

akibatperangsangan zat-zat kimia yaitu bradikinin, serotonin,

prostaglandin danzat proteolitik.

2) Klasifikasi Nyeri

a. Menurut Etiologinya

a) Nyeri fisiologis adalah nyeri yang timbul karena adanya kerusakan

organ dalam tubuh.

b) Nyeri psikologis adalah nyeri yang penyebab psikologisnya tidak

terindentifikasi.

c) Menurut serangannya, klasifikasi nyeri menurut serangan di bagi

menjadi 2 yaitu:
2

(1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang bersifat sementara, terjadi

kurang dari enam bulan, biasanya nyeri dirasakan mendadak dan

rasa nyeri dapat diidentifikasi. Mempunyai karakteristik gejala

nyeri berkeringat, pucat, peningkatan tekanan darah, nadi dan

nafas, dilatasi pupil, kekejangan otot, dan kecemasan.

(2) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang bertahan lebuh dari enam

bulan, sumber nyeri tidak dapat diketahui dan nyeri sulit

dihilangkan. Sensasi nyeri dapat bersifat difusi sehingga sulit

diidentifikasi secaras pesifik sumber nyeri tersebut.

b. Menurut Lokasi serangan

Klasifikasi nyeri menurut lokasi serangan adalah sebagai berikut :

a) Nyeri Somatik

Terbagi menjadi dua jenis yaitu nyeri superficial, yang merupakan

nyeria kibat kerusakan jaringan kulit dan nyeri deep somatic

merupakan nyeri yang ditimbulkan karena kerusakaan didalam

ligamen dan tulang.

b) Nyeri Viceral

Nyeri viceral merupakan nyeri yang tinbul akibat adanya gangguan

pada organ bagian dalam, misalnya pada abdomen, cranium, dan

thoraks.
3

c) Nyeri Alih

Merupakan nyeri yang menjalar dan terasa pada lokasi lain dari lokasi

sebenarnya yang terkena serangan.

d) Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik merupakan nyeri yang tidak di ketahui penyebab

fisiologisnya.

e) Nyeri Phantom

Nyeri phantom merupakan nyeri yang dirasakan oleh individu pada

salah satu ekstermitas yang telah diamputasi.

f) Nyeri Neurologis

Merupakan nyeri dalam sistem neurologis yang timbul dalam

berbagaibentuk, seperti neuralgia.

3) Respon Tubuh Terhadap Nyeri

a. Respon Simpatis

Respon simpatis sering dihubungkan dengan nyeri ringan sampai sedang

atau nyeri superficial. Gejala objektif yang muncul adalah pucat,

peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, ketegangan, otot,

dilatasi pupil, dan diaphoresis.

b. Respon Parasimpatis

Respon parasimpatis sering dihubungan dengan nyeri berat atau nyeri

dalam. Gejala objektif yang muncul adalah penurunan tekanan darah,

denyut nadi, mual, muntah, frustasi, pucat, dan kemungkinan hilang

kesadaran.
3

c. Respon Perilaku

Respon prilaku yang muncul adalah mengatur posisi tubuh, meringis,

menyeringai, menangis, gelisah, meremas tangan dan menggosok area

yang sakit.(8)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon

Oleh karena nyeri merupakan masalah yang kompleks, maka berbagai

faktordapat mempengaruhi respon nyeri antara lain.:

a) Umur

Faktor umur adalah variabel penting yang mempengaruhi respon nyeri.

Pada anak-anak akan kesulitan untuk mengerti tentang nyeri dan

prosedur keperawatan yang menimbulkan nyeri. Anak-anak akan

kesulitan mengungkapkan respon nyerinya secara verbal pada orang

lain dan orang tuanya. Oleh karena itu perawat harus menggunakan

teknik komunikasi sederhana untuk membantu anak mengerti dan

menggambarkan nyerinya. Perawat dapat menggunakan gambar-

gambar yang ditunjukan pada anak untuk menggambarkan respon

nyerinya. Pada orang dewasa respon nyeri dipengaruhi oleh adanya

berbagai penyakit yang menyertainya dan orang dewasa juga dapat

mengingkari nyeri yang dirasakan dengan alasan:

(1) Kepercayaan bahwa nyeri merupakan sesuatu yang harus

dijalankannya dalam kehidupan.

(2) Tidak mengerti akibat dari nyeri.

(3) Tindakan diagnostik dan terapi yang mahal dan tidak menyenangkan.
3

(4) Penyakit serius atau terminal.

(5) Perbedaan terminologi dalam menyenangkan respon nyeri.

(6) Keyakinan orang tua bahwa nyeri itu tidak perlu ditampakan anak-

anak mempunyai respon nyeri yang lebih tinggi jika di bandingkan

dengan usia remaja, dewasa, dan orang tua. Anak-anak mempunyai

respon yang tinggi karena dapat mengekspresikan nyeri lebih

bebas. Pada usia remaja respon nyeri lebih dapat di tekan dari

anak-anak karena cenderung dapat mengontrol perilakunya.

Sedangkan pada usia dewasa dan orang tua respon nyeri lebih

rendah lagi karena merekamenganggap bahwa nyeri itu merupakan

proses alami sehubungan dengan proses menua.(8)

b) Jenis kelamin

Umumnya laki-laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan dalam merespon nyeri. Masih diragukan bila ada faktor

gender yang mempengaruhi respon nyeri.

Menurut beberapa catatan di Amerika, anak laki-laki mempunyai

respon nyeri lebih rendah daripada anak perempuan. Demikian juga

berlaku pada orang dewasa.

c) Sosio kultural

Ras, budaya dan etnis merupakan faktor penting dalam responindividu

terhadap nyeri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan olehDavitz,

kelompok orang yang berkulit hitam mempunyai respon nyeriyang

lebih rendah dibandingkan dengan kelompok orang yang berkulitputih.


3

Budaya mempengaruhi bagaimana orang belajar untuk bereaksi

terhadap respon nyeri. Orang akan merespon nyeri dengan berbagai

cara. Berbagai penelitian menunjukan pengaruh terhadap respon nyeri.

Terdapatjuga perbedaan persepsi nyeri pada anak-anak dengan latar

belakang budaya yang berbeda-beda. Anak eskimo akan merespon

nyeri dengan tertawa, anak-anak cina akan merespon nyeri sebagai

proses pembedahan, sedangkan anak amerika akan merespon masuk

rumah sakit sebagai suatu trauma.

d) Situasi/lingkungan

Situasi/lingkungan yang berhubungan dengan nyeri akan

mempengaruhi respon pasien terhadap nyeri. Jika seseorang

mengalami nyeri yang hebat tetapi pasien berada dalam situasi formal

atau gaduh,respon orang tersebut mungkin sangat berbeda bila pasien

sendirian atauberad di suatu rumah sakit.

e) Arti Nyeri

Arti nyeri pada seseorang akan mempengaruhi respon nyerinya.

Artinyeri bagi seseorang berhubungan dengan penyebab nyeri yang

dialaminya. Seseorang akan meresponkan nyeri yang berbeda-beda.

Jika dia percaya bahwa nyeri sebagai suatu ancaman, merasa

kehilangan, hukuman, atau kemenangan. Nyeri oleh karena melahirkan

akan direspon berbeda dengan nyeri oleh karena suatu pembedahan.

Derajat dankualitas nyeri yang di responkan oleh seseorang yang

berhubungandengan arti dari nyeri itu bagi dirinya. Jika penyebab nyeri

diketahui ini akan membantu pasien


3

untuk mengurangi respon nyerinya jika dibandingkan jika penyebab

nyeri tidak diketahui.

f) Perhatian

Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhirespon

nyerinya. Perhatian meningkat akan meningkatkan respon nyeri,

sedangkan distraksi dan relaksasi akan mengurangi respon nyeri.

Konsepini mendasari tindakan perawat dalam mengatasi nyeri seperti

relaksasi, imajinasi terbimbang dan usapan halus atau pimajatan

dengan mengalihkan perhatian dan konsentrasi terhadap stimulasi yang

lain

g) Kecemasan

Hubungan antara kecemasan dan nyeri merupakan hubungan yang

kompleks. Kecemasan seringkali meningkatkan respon nyeri, tetapi

nyeri dapat juga meningkat menimbulkan kecemasan. Sangat sulit

untuk memisahkan dua sensasi tersebut. biasanya dapat mentoleransi

lebih terhadap nyeri sedang bahkan nyeriberat dibandingkan dengan

seseorang yang emosinya tidak stabil.

Berbagai penelitian menunjukan bahwa kecemasan dapat berpengaruh

yang besar terhadap cara merespon nyeri pada pasien kanker

h) Kelelahan

Kelelahan akan meningkatkan respon nyeri seseorang dan akan

mengurangi kemampuan beradaptasi terhadap nyeri yang di alaminya.

Seringkali keluhan nyeri akan berkurang setelah melakukan istirahat

yang cukup dan liburan yang panjang.


3

i) Pengalaman Nyeri Sebelumnya

Setiap orang akan belajar dari pengalaman nyeri masa lalu.

Pengalaman nyeri masa lalu tidak akan menjamin seseorang untuk

lebih mudah mengatasi nyeri dimasa yang akan datang. Jika seseorang

menderita nyeri berulang-ulang tanpa ada penurunan rasa nyeri dari

sebelumnya atau terserang nyeri hebat, kecemasan sertarasa takut akan

terjadi. Sebaliknya jika seseorang mengalami nyeri berulang dengan

tipe yang sama tetapi dia berhasil mengurangi respon yang dialaminya,

dia akan menjadi lebih mudah untuk menginte rprestasikan sensasi

nyeri dengan cara pasien akan melakukan upaya persiapan yang lebih

baik untuk mengurangi nyeri tersebut

Ketika seseorang mendapat nyeri untuk pertama kali, dia akan gagal

untuk berdaptasi

j) Coping style

Pengalaman nyeri seseorang bisa tidak berarti. Seringkali pasien

merasa kehilangan kontrol dari kemampuan untuk mengontrol

lingkungannya. Coping style sering akan mempengaruhi banyaknya

nyeriyang diterima. Seseorang yang bersikap intervert dia akan

memiliiki kontrol diri yang lebih baik terhadap lingkungannya

dibandingkan dengan orang yang memiliki sikap extrovert terhadap

nyeri yang dirasakan. Pasien yang memiliki ketergantungan minimal

terhadap penggunaan analgetik akan mempunyai kontrol yang lebih

baik dari padapasien dengan ketergantungan tinggi.Nyeri dapat


3

mengakibatkan ketidakmampuan partial atau total.Berbagai teknik

coping digunakan oleh seseorang dalam mengatasi nyeriyang

disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis. Sumber coping

bukanhanya sekedar metode atau teknik seseorang dalam mengatasi

nyeri, akan tetapi dorongan emosional dari pasangan hidup, anak dan

anggota keluarga juga termasuk sumber coping Walau nyeri masih

tetap bertahan, kehadiran orang yang dicintai dapat mengurangi rasa

kesepian dan ketakutan. Kepercayaan seseorang terhadap agamanya

juga akan memberikan perasaan tenang.Membacakan doa dan

menyebut nama Tuhan akan memberikan kekuatan batin untuk

beradaptasi secara efektif terhadap nyeri yang dialaminya.

8. Nyeri bisa diukur dengan menggunakan skala intensitas nyeri.

Keterangan:

0 : Tidak nyeri

1 – 3 : Nyeri ringan : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4 - 6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik

7 – 9 : Sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol : secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan,

dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak

dapatdiatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi


3

10 : Sangat nyeri yang tidak dapat dikontrol : Pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi.Saat pengukuran responden diminta untuk menunjukkan

berapa skala nyeri yang sedang dirasakan sehingga dapat diketahui

bahwa responden tidakmerasakan nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang,

sangat nyeri tetapi masih dapatdikontrol atau bahkan sangat nyeri yang

tidak dapat dikontrol lagi.(8)

9. Nyeri Kala I Persalinan

Selama kala I persalinan rasa nyeri disebabkan oleh dua peristiwa yaitu :

1) Nyeri karena kontraksi rahim yang dihantarkan oleh serabut saraf torakal 11

dan12 Otot rahim mempunyai kemampuan meregang selama kehamilan dalam

batas tertentu, setelah melewati batas tersebut maka otot rahim akan

berkontraksi atau disebut dengan his pertanda dimulainya persalinan.

Kontraksi rahim terjadi selain karena regangan otot polos juga pengaruh dari

estrogen dan progesteron , sistem kontraktilitas miometrium sendiri dan

oksitosin. Pada fase laten kala I persalinan kontraksi rahim terjadi setiap 15

sampai 20 menit dan bisa berlangsung kira-kira 30 detik. Kontraksi-kontraksi

ini sedikit lemah dan bahkan tidak terasa oleh ibu yang bersangkutan.

Kontraksi-kontraksi ini biasanya terjadi dengan keteraturan syang beriman dan

interval (selang antar waktu) diantara kontraksi secara berangsur menjadi lebih

pendek, sementara lamanya kontraksi semakin panjang. Pada fase aktif kala I

persalinan kontraksi rahim bisa terjadi setiap 2 sampai 3 menit dan

berlangsung selama 50-60 detik. Kontraksi rahim pada fase ini sangat kuat.

Selama kontraksi akan terjadi kontriksi pembuluh darah yang menyebabkan


3

anoksia serabut otot, hal inilah yang menyebabkan anoksia serabut otot, hal

inilah yang menyebabkan timbulnya rangsang nyeri, selain itu rangsanga nyeri

timbuk karena tertekannya ujung saraf sewaktu rahim berkontraksi. Selama

kontraksi rahim selalu diikuti pengerasan abdomen dan rasa tidak nyaman

(rasa nyeri). Rasa nyeri yang dirasakan sebagai rasa sakit punggung. Dalam

perkembanganya kontraksi akan menjadi lebih lama dan kuat yang

mengakibatkan intensitas nyeri yang dirasakan semakin bertambah.

2) Nyeri karena peregangan atau pembukaan leher rahim yang dihantarkanoleh

serabut saraf sacrum 2, 3 dan 4. Pembukaan leher rahim adalah proses

pembesaran lubang luar leher rahim dari keadaan yang memungkinkan

lewatnya kepala janin. Pembukaan diukur dalam cenmimeter dan pembukaan

lengkap pada bulan penuh sama dengan kira-kira 10 cm. Pembukaan akan

terjadi sebagai akibat dari kerja rahim serta tekanan yang berlawanan yang

dikenakan oleh kantung membran dan bagian janin yang menyodor. Kepala

janin yang berada dalam keadaan fleksi penuh yang dengan ketat dikenakan

pada leher rahim akan membantu permukaan yang efisien. Tekanan yang

dikenakan secara merata ke leher rahim akan menyebabkan fundus rahim

bereaksi dengan jalan berkontraksi, hal inilah yang menimbulkan rasa nyeri.

3) Penyebaran Rasa Nyeri Pada Kala I persalinan

Rasa nyeri pada suatu alat atau tubuh tidak selalu berarti bahwa tubuh tadi

yang sakit, tetapi bisa berasal dari alat tubuh lain. Misalnya rasa nyeri di

punggung pada awal persalinan dapat berasal dari uterus dan bukan dari otot

punggung sendiri, hal demikian dinamakan refered poin (penyebaran rasa


3

nyeri). Daerah penyebaran rasa nyeri berubah-ubah selama proses persalinan.

Pada kala I persalinan (kala pembukaan) daerah nyeri yang dirasakan pada

punggung bahwa hal ini berhubungan dengan kontraksi rahim dan peregangan

leher di mana rasa nyeri di hantarkan melalui serabut saraf torakal 11, 12, dan

serabut saraf sacral 2,3 dan 4. (8)

10. Konsep tentang Persalinan Lamaya kala 1

Persalinan lama merupakan persalinan yang pada fase laten lebih dari 8

jam atau persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi serta

pada pemantauan lembar partograf dilatasi servik berada di kanan garis waspada.

Persalininan lama adalah persalinan yang berlangung mulai dari kontraksi teratur

sampai lahirnya bayiberlangsung lebih dari 24 jam.

Persalinan lama merupakan persalinan yang mengalami kesulitan,

membutuhkan waktu yang panjang lebih dari 24 jam yang disebabkan oleh karena

adanya ketidakseimbangandari faktor Power, Passageway, passanger dan

psikologis ibu.Persalinan lama adalah persalinan yang terjadi pada fase laten

selama lebih dari 20 jam pada primipara dan 14jam pada multipara. Persalinan

lama adalah persalinan yang sulit karena adanya hambatan kemajuan persalinan

yang disebabkan karena ketidakseimbangan dari 5 P.

1) Faktor-faktor yang mempengaruhi lama Persalinan

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persalinan lama adalah

kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, primitua, grandemultipara,

ketuban pecah dini dan pimpinan persalinan yang salah. Faktorfaktor yang dapat

mempengaruhi persalinan lama adalah: kelainan letak janin, kelainan panggul,


4

kelainan his dan kekuatan mengejan, ketidakseimbangan kepala janin dan panggul

ibu dan pimpinan perslainan yang salah. Persalinan lama dapat terjadi karena

adanya gangguan dan masalh pada lima faktor essensial yang dapat

mempengaruhi persalinan.(8)

2) Akibat dari persalinan lama

Akibat yang akan ditimbulkan dari persalinan lama adalah kenaikan

insidensi atoniauteri, laserasi, perdarahan, infeksi, persalinan dengan tindakan,

kelelahan ibu dansyok. Akibat pada janin adalah asfiksia BBL, trauma serebri,

cedera janin karenatindakan persalinan dan infeksi BBL.H. Faktor Resiko

persalinan lama.

Beberapa faktor yang beresiko terhadap terjadinya persalinan lama antara lain:

a. Usia

Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun atau

lebih memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi.

b. Paritas

Persalinan lama sering terjadi pada ibu multipara dan atau grandemultipara

dibandingkan dengan yang primipara.

c. Jarak kelahiran

Proses pemulihan ibu memerlukan waktu kurang lebih 6 minggu, akan

tetapiorgan reproduksi akan kembali pada kondisi semula seperti sebelum

hamil memerlukan waktu dalam hitungan tahun


4

d. Aktivitas selama persalinan

Kondisi ibu melahirkan dapat dipengaruhi oleh aktivitas ibu selama hamil,

ibuhamil yang banyak melakukan aktivitas akan lebih cepat dalam proses

persalinan.

e. Kunjungan ANC

Kunjungan pemeriksaaan kehamilan/ANC dilakukan sangat ideal bila

dilakukansegera setelah tahu ibu kondisinya hamil.(10)

11. Tanda-tanda Dini Bahaya/ Komplikasi ibu dan Janin Masa


Kehamilan Lanjut

1) Pengertian

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang

apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.

2) Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan

Enam tanda bahaya kehamilan selama periode antenatal menurut

pusdiknakes :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit Kepala yang hebat

c. Masalah penglihatan

d. Bbengkak pada muka atau tangan

e. Nyeri abdomen yang hebat

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa (14)


4

2.2.3. Pendampingan suami dalam persalinan lamanya kala 1

Pendamping persalinan merupakan salah satu aspek dalam asuhan sayang

ibu. Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai

budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu

adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama persalinan. Suami

memiliki peran yang sangat besar untuk memberikan dukungan kepada ibu selama

persalinan. Salah satu peran penting adalah memastikan ibu sampai di rumah sakit

dan memberikan semangat pada istrinya, menemani istrinya selama proses

persalinan secara tidak langsung mengajarkan suami untuk lebih menghargai dan

perhatian pada ibunyananti karena suami adalah orang yang dekat dengan ibu.

Tetapi, pada saat kita sedang menjalani persalinan, waktunya kita memilih

seseorang untuk mendampingi dan mendukung kita. Tidak hanya persalinan yang

dilaksanakan dirumah ataupun dirumah sakit, pendamping persalinan dibutuhkan

untuk membantu seseorang bersikap rileks dan menambahkan kelancaran dalam

menghadapi persalinannya. Banyak penelitian tentang hubungan pendamping

persalinan dan dukungan yang ia berikan dalam memperlancar persalinan

seseorang, hasilnya sangatlah mengejutkan. Pendamping persalinan dapat

merubah keadaan menjadi lebih baik dan dapat memperkecil trauma pasca

melahirkan bayi. Beberapa peneliti menunjukkan, bahwa wanita yang didampingi

oleh seseorang saat menjalani persalinannya, tidak banyak membutuhkan obat anti

rasa sakit dan intervensi medis. Demikian juga dengan perasaannya, setelah

bayinya lahir, mereka merasa bangga terhadap dirinya dan bayi yang dilahirkan.

(2)
4

1. Pengalaman Suami Saat Mendampingi Istri Bersalin

Pengalaman suami saat mendampingi istrinya hamil dan melahirkan

anaknya, tidak berbeda dengan perasaan istrinya. Rasa cemas dan khawatir

bercampur aduk dengan kegembiraan ketika menyambut kedatangan buah hati.

Meskipun suami juga banyak mengalami banyak perubahan dengan status

barunya menjadi seorang ayah, tetapi ia banyak mendapatkan dukungan moril

seperti yang didapat istrinya. Walaupun memang ada suami yang tidak terlalu

memperdulikan. (2)

2. Adapun peran suami / pendampingan suami dalam persalinan kala 1


yaitu :

1) Pendamping persalinan bisa membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa

nyeri yang sudah mulai muncul. Misalnya menemani ibu berjalan-jalan,

bercerita atau menonton televisi.

2) Pendamping persalinan bisa membuatkan minuman segar yang nantinya

berguna untuk memberi ekstra energi dan mencegah dehidrasi.

3) Pada saat nyeri atau kontraksi timbul, pendamping persalinan bisa mengajak

ibu berbicara sambil memberikan pujian bila ibu berhasil melewati setiap

kontraksi yang terjadi.

4) Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk mengganti posisi tubuh

ketika ibu mulai terlihat stres atau lelah.

5) Pendamping persalinan bisa memberikan pijatan lembut pada punggung kaki

atau pundak ibu.

6) Ingatkan ibu untuk rileks diantara kontraksi jika memungkinkan berjalan-jalan

bersama ibu di sekitar ruangan rumah sakit atau rumah bersalin.


4

7) Pendamping persalinan bisa membantu ibu untuk tetap berada pada posisi

yang membuat ibu nyaman untuk melahirkan.

8) Pendamping persalinan bisa mengajak ibu berbicara selama kontraksi dan

pada saat mengejan serta memijat punggung ibu bila memang ibu

menginginkannya.

9) Bila ibu menginginkan, ibu bisa meminta pendamping persalinan

menyemprotkan air atau menyeka wajah ibu dengan kain basah untuk

menyegarkan ibu kembali,tetap menghibur dan mendukung ibu dan

mengenggam tangan ibu.

10) Membimbing ibu mengedan dan bernapas dan memberitahu setiap kemajuan

yang berhubungan dengan proses persalinan.

11) Pendamping persalinan bisa menggendong bayi yang baru lahir dan

memberikan kecupan selamat atas keberhasilan ibu melalui seluruh proses

persalinan yang melelahkan.

12) Bila ibu tiba-tiba merasa lapar, dan sudah diperbolehkan untuk makan,

pendamping persalinan bisa menyuapi makanan untuk ibu.

13) Pendamping bersalin bisa menemani selama ibu menyusui bayi.

14) Pendamping persalinan bisa mengumandangkan adzan bagi bayi (untuk

keluarga muslim)

15) Membantu ibu untuk berkemih

16) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi

17) Dukungan emosional.


4

18) Memberi dorongan spiritual dengan ikut berdoa. Suami memiliki peran yang

sangat besar untuk memberikan dukungan pada ibu selama persalinan.

19) Salah satu peran penting adalah memastikan ibu sampai di rumah sakit dan

memberi semangat pada istrinya, menemani istri selama proses 16 persalinan

secara tidak langsung mengajarkan suami untuk bisa lebih menghargai dan

perhatian pada ibu nantinya karena suami adalah orang yang paling dekat

dengan ibu.(12)

3. Hal -halal yang dipersiapkan untuk mendampingi persalinan

1) Siapkan makanan kecil dan minuman seperti; roti, kacang, buah-buahan,

coklat dan jus, jangan memberi makanan dengan rasa dan berbau tajam karena

hal itu dapat membuat si ibu merasa tidak nyaman.

2) Siapkan es batu atau es lilin; ketika anda akan mengantar si ibu ke rumah

sakit, sediakan es batu dan es lilin yang diletakkan di termos es kecil. Es batu

ini dapat dihisap diantara jeda kontraksi sehingga dapat memberi kesegaran

padanya.

3) Siapkan kaus kaki dan syal pada akhir tahap kedua persalinan si ibu terkadang

merasa kedinginan, dengan menggunakan kaus kaki dan syal yang dibalutkan

dileher sksn membuatnya merasa nyaman.

4) Sediakan minyak kayu putih atau baby oil; Minyak ini digunakan untuk

memijat bagian belakang dan punggung si ibu

5) Sediakan handuk kecil; Untuk mengusap bagian belakang dan punggung si

ibu.
4

6) Sediakan spon kecil; Sebelumnya direndam dengan air dan dipergunakan

untuk membasuh bagian muka si ibu.

7) Sediakan kamera film (bila perlu); dapat dipergunakan untuk

mendokumentasikan bayi yang baru lahir

8) Bawalah telepon ; Sangat Diperlukan untuk memberi informasi kepada orang

lain terutama berita gembira tentang kehadiran bayi anda. (2)

4. Dukungan Keluarga

Meningkatkan kesehatan tubuh dan meniptakan efek positif. Dukungan

keluargadiarikansebagai bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga sehingga

akanmemberikan kenyamanan fisik dan psikologis pada orang yang dihadapkan

pada situasistress.

Dukungan keluarga tersebut antara lain mencakup:

1) Dukungan emosional, yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

perhatian terhadap orang yang bersangkutan

2) Dukungan penghargaan, terjadi melalui ungkapan penghargaan positif untuk

orang lain.

3) Dukungan instrumental, mencakup bantuan secara langsung seperti ketika

anggota keluarga memberikan bantuan dalam bentuk uang ketika

membutuhkan

4) Dukungan normatitve yang mencakup pemberian nasehat, petunjuk, saran dan

umpanbalik.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam menjaga/mempertahankan

integritas baik fisikmaupun psikologis. Seseorang yang dalam keadaan stress akan
4

mencari dukungan dariorang lain sehingga dengan adanya dukungan tersebut

maka diharapkan dapat mengurangi tingkat stress/kecemasan. Selain berperan

dalam melindungi seseorang terhadap sumber stress, dukungan keluarga juga

memberikan pengaruh positif terhadap sumber stress, dukungan keluarga juga

memberikan pengaruh positif terhadap kondisi kesehatan seseorang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendampingan suami dengan

persalinan kala 1 Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran pendamping persalinan antara

lain :

1) Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang tinggi dapat mendorong seseorang untuk

melakukan pendampingan kepada istri saat melahirkan. Status ekonomi

keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan, bertindak

termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

2) Budaya

Adat istiadat suatu daerah yang masih menganggap tabu tentang prosesper

salinan dan melarang laki-laki untuk mendampingi istri saat melahirkan juga

dapat berpengaruh.

3) Lingkungan

Lingkungan yang aman dapat mempengaruhi kesediaan suami untuk

mendampingi istri saat melahirkan.


4

4) Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang yang tinggi menggambarkan seseorang

tersebut sadar akan pentingnya kesehatan. Sehingga dalam persalinan

kehadiran suami sangat penting bagi istri.

5) Umur

Umur adalah lamanya seseorang hidup di dunia. Perubahan perilaku

disebabkan karena proses pendewasaan (maturation). Mulai perjalanan

umurnya, semakin dewasa individu yang bersangkutan akan melaksanakan

adaptasi perilaku terhadap lingkungan. Umur merupakan salah satu aktor yang

dapat menggambarkan kematangan baik fisik, psikis, dan sosial. Karenaitu

semakin dewasa seseorang maka pengetahuan akan bertambah. Sehinggadapat

mempengaruhi perilaku terhadap lingkungan. Umur 20-35 tahun adalahusia

reproduktif sehat dimana semua alat reproduksi sudah siap untuk digunakan.

Sehingga suami akan lebih sadar bahwa proses persalinan ini sangistri sangat

membutuhkan dukungan dari suami.

6) Pendidikan

Pendidikan merupakan variabel masukan (Input) yang memilikideterminasi

kuat terhadap kualitas manusia (individu) dan penduduk (sosial).Teori

pendidikan mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atauusaha

untuk meningkatkan kepribadian, sehingga proses perubahan perilakumenuju

kepada kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia. Semakinbanyak

pendidikan yang didapat seseorang maka kedewasaannya semakinmatang,

mereka dengan mudah akan menerima dan memahami suatuInformasi.


4

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berartididalam

pendidikan itu terjadi proses pertambahan perkembangan ataupenambahan

konsep yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diriindividu,

kelompok atau masyarakat. Pengetahuan tidak lepas dari pendidikanformal

yang dicapai dengan menempuh bangku sekolah sejak SD, SLTP,SLTA,

perguruan tinggi dan pendidikan non formal dapat dicapai melaluikursus atau

pelatihan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorangmaka makin

mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pulapengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akanmenghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai baru yang akandiperkenalkan.

(8)

2.3. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan tentatif (sementara) mengenai

kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis juga merupakan jawaban yang

sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Biasanya dalam penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel

perlu memunculkan secara eksplisit hipotesisnya. (16)

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : Ada Hubungan Pendampingan Suami Dengan Lamanya Persalinan Kala 1

Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota Tahun 2018.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik. Survei analitik

dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas (Independent) dan variabel terkait (Dependent). Pada penelitian ini suami

siaga sebagai variabel bebas dan pendamping persalianan sebagai variabel terkait.

(16)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penelitian

ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Juli – Oktober 2018 dan dalam kurun waktu

tertrentu dilakukan dengan kegiatan pengumpulan referensi, konsultasi

pembimbing mengenai judul, study pendahuluan, seminar proposal, perbaikan

penelitian, pengumpulan data,dan pengolahan data, analisis data, mengajukan

hasil data dan sidang skripsi.

50
5

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (16)

Populasi adalah seluruh ibu nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota pada

bulan juli-oktober sebanyak 37 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan objek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.(16)Teknik Pengambilan

sampel yaitu dengan menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu pengambilan

sampel secara kebetulan tanpa direncanakan siapa saja yang ada ditetapkan

menjadi sampel yaitu sebanyak 37 responden.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang memengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain dalam

kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variabel

penelitian.

Variabel Independen (X) Variabel Dependen(Y)

Gambar 3.1 Kerangka konsep


Pendamping Lamanya
an Persalinan
5

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel pengetahuan.

Variabel yang diteliti dari dua variabel yaitu variabel bebas mengenai pendamping

persalinan pada ibu bersalin dan terkait yaitu Lamanya persalinan kala I

Definisi operasional dari masing-masing variabel sebagai berikut :

1. Pendampingan suami adalah membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa

nyeri yang sudah mulai muncul, keterlibatan suami dalam memberikan

ketenangan pada istri dan untuk tetap berada pada posisi yang membuat ibu

nyaman untuk melahirkan.

2. Lama persalinan adalah waktu yang dibutuhkan ibu dalam persalinan yang

dimulai daripembukaan servik dan his teratur sampai dengan pembukaan

lengkap (10 cm). Lama persalinan dimulai dari datangnya ibu, sampai dengan

kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta.

3.5.2. Aspek Pengukuran


Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel X dan Variabel Y
Nama Jenis
No Jumlah Cara dan Skala
Variabel Pengukuran Value Skala
Pertanyaan Alat ukur Ukur
1. Variabel X 15 Pendampingan Skor 8-15 Mendampingi Ordinal
Pendamping persalinan pada Skor <7 (1)
persalinan ibu bersalin Tidak
Ya= 1 mendampingi
Tidak= 0 (0)
2. Lama 5 Menghitung Skor 5 Lama kala 1 Ordinal
persalinan skor lama persalinan >18-
kala I persalinan 24 jam (1)
Ya= 1 Skor 1-4 Tidak lama
Tidak= 0 persalinan
<18jam (0)
5

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari responden. Dalam

penelitian data primer meliputi pendamping persalinan dengan lama persalinan

kala I di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota. Teknik pengumpulan data

primer menggunakan alat bantu koesioner yang dibagikan olehpeneliti kepada

pendamping persalinan dengan lama persalinan kala I di Wilayah Kerja

Puskesmas Langsa Kota.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dan hasil dokumentasi oleh

pihak lain misalnya rekam medis, data kunjungan pasien dan laporan hasil

penelitian. Teknik pengumpulan data sekunder berupa dokumentasi data di

Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota dan jurnal-jurnal penelitian.

3. Data Tertier

Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah

dipublikasikan, misalnya WHO, SDGs (sustainable developent goals) 2030,

Kemenkes (kementrian kesehatan), Depkes RI (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia). Dalam penelitian ini pengumpulan data tertier meliputi jumlah bersalin.

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian Skripsi dibagi atas 3 (tiga) :

1) Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responded dan

dikumpulkan melalui pengisian angket, kuesioner, wawancara, test, dan


5

observasi.

2) Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dan didokumentasi oleh

pihak lain, misalnya: Profil Rumah Sakit, Medical Record, SP2TP (sistem

pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas).

3) Data tertier adalah data riset yang sudah dipublikasikan secara resmi seperti

jurnal, dan laporan penelitian (report), misalnya: WHO (http://who.int/gho/

publications/en)

3.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang di ukur. Uji validitas dilakukan peneliti di wilayah kerja

Puskesmas langsa kota tahun 2018. Item pernyataan secara empiris dikatakan

valid jika rhitung > tabel rumus uji validitas adalah sebagai berikut:

Untuk pengambilan keputusan kuesioner valid atau tidak yang di uji pada

20 responden dengan signifikansi 5% dari sini didapat nilai df = n-2, df = 20-2 =

18, dengan ketentuan jika rhitung > rtabel, maka dinyatakan valid atau sebaliknya.

Atau jika nilai rhitung ≥ 0, 444 dinyatakan valid, nilai rhitung< 0,444 dinyatakan

tidak valid.

Uji validitas instrument dukungan suami dengan pemilihan alat

kontrasepsi dilakukan di wilayah kerja Puskesmas langsa kota dengan jumlah

responden 20 orang.
5

Tabel 3.2 Uji Validitas Pendampingan Suami


Butir
Jumlah Sig-2tailed Keterangan
Responden pertanyaan
20 1 ,363 Tidak Valid
2 ,799 Valid
3 ,582 Valid
4 ,559 Valid
5 ,512 Valid
6 ,662 Valid
7 ,469 Valid
8 ,826 Valid
9 ,536 Valid
10 ,501 Valid
11 ,708 Valid
12 ,480 Valid
13 ,541 Valid
14 ,124 Tidak Valid
15 ,419 Tidak Valid
16 ,277 Tidak Valid
17 ,541 Valid
18 ,725 Valid
19 ,419 Tidak Valid
20 ,593 Valid

Berdasarkan uji validitas kuesioner hasil bahwa dari 20 butir pertanyaan,

15 pertanyaan dikatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung > 0,444 dan 5

butir pertanyaan tidak valid karena mempunyai nilai r-hitung < dinyatakan tidak

valid.

Jumlah Butir Sig-2tailed Keterangan


Responden pertanyaan
20 1 ,696 Valid
2 ,870 Valid
3 ,870 Valid
4 ,696 Valid
5 ,464 Valid

Berdasarkan uji validitas kuesioner hasil bahwa dari 5 butir pertanyaan, 5

pertanyaan dikatakan valid karena mempunyai nilai r-hitung > 0,444.


5

b. Uji realibilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, dimana hasil pengukuran tetap

konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang

sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Kriteria dari reliabilitas

instrument penelitian yaitu nilai cronbach alpha yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan r product moment pada tabel dengan ketentuan jika r hitung

> r tabel dengan taraf signifikan 0,05 maka butir instrument dinyatakan reliabel

atau dapat diandalkan, jika r hitung < r tabel maka butir instrument yang

dinyakatakan tidak reliabel.

Uji realibilitas intstrument pendampingan suami di wilayah kerja

Puskesmas Langsa Kota tahun 2018.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.885 15

Uji realibilitas intstrument lamanya persalinan kala I di wilayah kerja

Puskesmas Langsa Kota tahun 2018.

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.766 5
5

3.7. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan komputerisasi dengan langkah-

lanhgkah sebagai berikut :

1. Collecting

Mengumpulkan data dengan memeriksakan kelengkapan jawaban kuesioner,

angket, maupun observasi.

2. Cheking

Dilakukan dengan mesa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

dan memberikan hasil yang valid dan reliable dan terhindar dari bias.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel-variabel

yang diteliti, misalnya nama responden diubah menjadi nomor kode

responden.

4. Entering

Data entering, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program

computer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS 17.

5. Data processing

Semua data yang telah diinput ke dalam aplikasi computer akan diolah sesuai

kebutuhan dari peneliti.


5

3.8. Analisa Data

Analisa data diolah dengan menggunakan computer atau SPSS dengan

langkah-langkah analisa data yaitu :

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mendekripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis data. Pada umumnya peneliti ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel.

3.8.2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui masing-masing variabel pada penelitian ini maka analisis

ini akan dilanjutkan pada tingkat bivariat untuk mengetahui hubungan (korelatif)

antara variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent

variable) yaitu hubungan pendampingan suami dengan lamanya persalinan kala 1.

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dan terikat digunakan analisis chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%

dan pada batas kemaknaan perhitungan statistic ρ value(0,5).

Apabila hasil perhitungsn menunjukkan nilai ρ<ρ value (0,5) maka

dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara statistic mempunyai

hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan adanya hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.

Anda mungkin juga menyukai