Anda di halaman 1dari 70

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya setiap kaum ibu yang saat melahirkan akan merasakan

nyeri yang sangat terus dan teratur saat akan melahirkan. Nyeri persalinan

merupakan perasaan tidak nyaman saat persalinan atau pengalaman subjektif

tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan

penipisan serviks, serta penurunan janin selama proses persalinan. Menurut

WHO sebagian besar persalinan (90%) selalu disertai rasa nyeri yang pada

umumnya terasa hebat, sedangkan rasa nyeri pada persalinan merupakan hal

yang lazim terjadi, penyebab nyeri selama persalinan meliputi faktor

fisiologis dan psikologis (Rejeki dkk, 2014).

Rata-rata ibu bersalin mulai merasakan puncak nyeri pada kala I fase

aktif, yaitu pada fase dilatasi maksimal (pembukaan 4cm sampai 9 cm) dan

fase deselerasi (pembukaan 9-10cm). Hal ini disebabkan karena pada fase

tersebut frekuensi dan intensitas kontraksi uterus menjadi lebih teratur, lama,

dan kuat sehingga sensasi nyeri yang dirasakan meningkat. Pada primigravida

kala I berlangsung selama ±13 jam, sedangkan pada multigravida

berlangsung ±7 jam (Saifuddin, 2010).

World health organization ( WHO ) memperkirakan setiap tahun

terjadi 210 juta kehamilan di seluruh dunia, 20 juta perempuan diantaranya

mengalami kesakitan sebagai akibat persalinan, sekitar 8 juta mengalami

komplikasi yang mengancam jiwa dan sebanyak 240.000 dari jumlah ini

hampir 50% terjadi di negara negara di Asia Selatan dan tenggara termasuk
2

Indonesia dan tahun 2010 tecatat 536.000 meninggal akibat persalinan

(WHO,2010).

Angka kematian ibu ( AKI ) merupakan salah satu indikator untuk

melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan

salah satu target yang telah di tentukan dalam tujuan pembangunan millenium

yaitu tujuan ke 5 untuk meningkatkan kesehatan ibu di mana target yang akan

di capai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 3/4 resiko jumlah

kematian ibu. Dari hasil survey yang di lakukan AKI telah menunjukkan

penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan

target tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan

usaha keras yang terus menerus ( Riskesdas 2010, laporan rutin KIA 2010).

Departemen kesehatan sendiri menargetkan Angka kematian ibu pada

tahun 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 105 orang

pertahun. Untuk mewujudkan hal ini, Depkes sedang menggalakkan program

Making Pregnancy Saver ( MPS ) dengan program antara lain perencanaan

persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) (Nurasiah Ai,2012)

Nyeri persalinan di sebabkan oleh konytraksi yang berlangsung secara

regular dengan intensitas yang semakin lama semakin kuat dan semakin

sering. Berbagai upaya di lakukan untuk menurunkan nyeri pada

persalinan,baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah satu

metode untuk mengatasi nyeri secara nonfarmakologi adalah metode

distraksidengan bola kelahiran, (birth ball) yang dapat menurunkan nyeri

fisiologis,stress dan kecemasan ( Maryani Tri,2014)


3

Penggunaan birth ball selama persalinan mampu menurunkan tingkat

nyeri karena merangsang refleks postural dan menjaga otot-otot serta menjaga

postur tulang belakang dalam keadaan baik, sehingga mengurangi kecemasan,

sedikitnya penggunaan pethidin, memfasilitasi penurunan kepala

janin,mengurangi lamanya kala 1, meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan

ibu (Sriwenda Djuju, 2016).

Birthball dapat di gunakan ibu inpartu kala1 ke posisi yang membantu

kemajuan persalinan. Adapun keuntungan dari pemakaian birthball ini adalah

meningkatkan aliran darah ke rahim, plasenta dan bayi, meredakan tekanan

dan dapat meningkatkan outlet panggul sebanyak 30%, memberikan rasa

nyaman untuk lutut dan pergelangan kaki, memberikan kontra tekanan pada

perineum dan paha, bekerja dengan gravitasi yang mendorong turunnya bayi

sehingga mempercepat proses persalinan.

Tahapan persalinan di bagi menjadi 4 kala yaitu. Pada kalai I yg

dinamakan kala pembukaan, serviks membuka sampai terjadi pembukaan

10cm. Kala II disebut pula kala pengeluaran. Oleh karena berkat his dan

kekuatan ibu mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III

atau kala uri plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV di

mulai dari lahirnya plasenta dan dan lamanya 1 jam. Dalam kala itu diamat-

amati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum (Prawirohardjo

Sarwono,2010).

Kala I persalinan di mulai dari munculnya kontraksi persalinan yang

ditandai dengan perubahan serviks secara progresif dan di akhiri dengan

pembukaan serviks lengkap. Kala ini di bagi menjadi 2 fase yaitu fase laten
4

dan fase aktif. Fase laten merupakan fase yang di mulai pada pembukaan

serviks 0 cm sampai dengan pembukaan serviks mencapai 3cm. Pada fase ini

kontraksi uetrus meningkat. Frekuensi, durasi, dan ontensitasnya setiap menit,

lama 15-20 detik dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama 30-40

detik dan dengan intensitas yang kuat.fase aktif yang di mulai pada

pembukaan serviks 4cmdan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10

cm. Pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif di tandai dengan

meningkatnya frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi, dari 4 cm sampai

dengan 10 cm. Pada primigravida kala I persalinan biasanya berlangsung

sampai kurang lebih 20 jam. Pada multigravida berlangsung krang lebih 14

jam. Nyeri yang disebabkan oleh kontraksi uterus dan di latasi serviks. Makin

lama nyeri yang di rasakan akan makin bertambah kuat. Puncak nyeri terjadi

pada fase aktif dimana pembukaan lengkapa sampai 10cm. Intensitas nyeri

selama persalinan mempengaruhi kondisi psikologis ibu, proses persalinan,

dan kesejahteraan janin. (Susilo Eko,2015)

Biasanya lamanya persalinan kala I pada primigravida ini

menyebabkan rasa nyeri yang dirasakan juga lebih lama, ditambah informasi

dan pengalaman yang kurang dalam menghadapi nyeri persalinan. Sehingga

beresiko mengalami keletihan lebih besar yang berakibat pada respon cemas,

tegang, takut bahkan panik. Kecemasan dan ketakutan pada proses persalinan

menimbulkan pelepasan hormon stress yaitu hormon adrenalin dan

ketokolamin yang memberikan respon kaku dan keteganggan dalam tubuh,

otot hingga sel-sel.


5

Pusat Data Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia menjelaskan

bahwa AKI di Indonesia 15% diakibatkan oleh komplikasi persalinan dan

21% menyatakan bahwa persalinan yang dialami merupakan persalinan yang

menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat, sedangkan 63% tidak

memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan guna

mengurangi nyeri pada persalinan (Yuliasari, 2015). Sebagai upaya

penurunan AKI, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun

1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative dan dilanjutkan dengan

program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996. Kedua program ini bertujuan

untuk memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang dibutuhkan

sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya

(Kementerian Kesehatan Indonesia, 2015).

Fenomena yang terjadi saat ini tidak sejalan dengan program yang

telah dicanangkan pemerintah karena saat ini masih banyak bidan enggan

memberikan informasi yang lengkap (informed choice, informed concent,

konseling dan pendidikan kesehatan) maupun membuat keputusan bersama

dengan kliennya saat kunjungan kehamilan maupun persalinan. Saat

persalinan banyak bidan sebagai penolong persalinan yang seringkali

melupakan untuk menerapkan teknik pengontrolan nyeri persalinan pada kala

I sehingga ibu mengalami kesakitan yang hebat dan menyebabkan ibu

bersalin mengalami 4 komplikasi serta memiliki pengalaman persalinan yang

buruk dan traumatik (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016).

Kondisi ini membuat sebagian besar ibu memilih cara yang paling

cepat dan gampang untuk menghilangkan nyeri yaitu operasi sectio caesarea
6

tanpa indikasi yang jelas dan juga meminta untuk menggunakan obat penawar

nyeri seperti epidural anestesi yang meningkatkan risiko morbiditas dan

mortalitas pada ibu dan bayi. Penggunaan epidural anastesi dan obat-obat

penghilang nyeri dapat memberikan efek samping yang merugikan meliputi

fetal hipoksia, resiko depresi pernafasan neonatus, penurunan frekuensi

denyut jantung dan peningkatan suhu tubuh ibu (Pasongli, Rantung dan

Pesak, 2014). Hal ini membuat semakin banyak saja ibu yang ―gagal‖ untuk

melahirkan secara normal alami. Oleh karena itu, penanggulangan nyeri

persalinan bukan hanya untuk kenikmatan saja tetapi menjadi kebutuhan yang

mendasar untuk memutuskan lingkaran nyeri dan segala akibat yang

ditimbulkannya (Aprillia,2014) 5 Penatalaksanaan yang dapat dilakukan

untuk mengurangi nyeri persalinan dengan cara famakologis yang

menggunakan obat-obatan seperti analgetik, sedative, dan epidural anastesi

serta cara nonfamakologis yaitu tanpa menggunakan obat-obatan dan

dilakukan bersama dengan pendamping persalinan atau doula, diantaranya:

hypnobirthing, Active birth, counterpresure, kompres panas atau dingin,

birthing ball exercise, hidroterapi, teknik pernapasan, visualisasi, penggunaan

musik dan aromatheraphy (Johariyah,dkk. 2012).

Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan

tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis

pada daerah sakrum atau lumbal lima. Tekanan dalam massage counter

pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil yang

dilakukan selama kontraksi. Ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama

persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit, dapat mengelola rasa takut ,
7

menciptakan perasaan nyaman, rileks dan menanggapi proses persalinan

dengan positif. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk

melepaskan hormon pereda rasa sakit yaitu endorfin yang menyebabkan

persalinan berjalan lebih lembut, alami dan lancar (Yuliasari dkk, 2015).

Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu bersalin kala I

ke posisi berlutut dan bersandar pada birthball dapat mengurangi nyeri

sehingga ibu lebih nyaman, dengan memanfaatkan gravitasi dapat membantu

penurunan serta rotasi kepala bayi dan mempermudah ketika akan dilakukan

counterpressure. Ketika ibu bersalin bergerak, mengatur posisi, mampu

mengontrol rasa cemas dan memiliki pendamping persalinan yang mampu

membantunya mengalihkan fikiran dari persepsi nyeri maka nyeri tersebut

akan berkurang (Aprillia, 2014).

Hasil penelitian dari Kurniawati, Dasuki, Kartini (2017) menunjukan

rata-rata nyeri persalinan pada kelompok yang diberikan latihan birth ball

lebih rendah 4,5 dibandingkan dengan kelompok kontrol 5,4 dengan nilai p-

value sebesar 0,01. Analisis multivariat model 4 didapatkan nilai R² sebesar

0,49 yang berarti bahwa latihan birth ball dan dukungan suami dan keluarga

itu berkontribusi terhadap nyeri persalinan yaitu sebesar 49%.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Pasongli, Ratung, Pesak

(2014) menunjukkan hasil nyeri persalinan sebelum dilakukan masase

counterpressure berada pada skala 9-10 (100%) dan setelah dilakukan masase

counterpressure nyeri menurun paling besar pada skala 3-6 sebanyak 13

responden (86,7%). Analisa data menunjukkan signifikansi lebih kecil dari


8

5% (p=0,000<0,05) sehingga dapat diketahui bahwa masase counterpressure

efektif dapat menurunkan intensitas nyeri kala I fase aktif.

Berdasarkan survey pendahuluan di klinik Pratama Vivi Medika

Perawang pada bulan september tahun 2020 terdapat 13 ibu inpartu yang

melakukan teknik birthball untuk mengurangi nyeri persalinan dan membantu

kelancaran proses persalinan. Dari 13 ibu bersalin normal yang melaksanakan

teknik birth ball pada saat kala I, 11 orang ibu mengalami kelancaran proses

persalinan. Sedangkan 2 orang ibu tidak berhasil melakukan teknik birthball

karena ibu sudah lemas dan pembukaan sudah di atas 7 cm hingga kontraksi

pun sudah semakin sering dan membuat ibu sudah tak sanggup untuk

beranjak dari tempat tidur atau merubah posisi.

Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih

lanjut tentang pengaruh counterpressure dengan birth ball terhadap

penurunan nyeri persalinan kala 1 Diklinik Pratama Vivi medika Perawang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Adanya Pengaruh

Conterpressure Dengan Birth Ball Terhadap Penurunan Nyeri Kala 1 Di

Klinik Pratama Vivi Medika Perawang.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh counterpressure dengan penurunan

terhadap nyeri persalinan kala 1 Di Klinik Pratama Vivi medika

Perawang.
9

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui intensitas nyeri sebelum pemberian terapi

counterpressure dengan birth ball terhadap penurunan nyeri pada

persalinan kala 1 fase aktif Di klinik Pratama Vivi Medika Perawang.

2. Mengetahui intensitas nyeri sesudah pemberian terapi counterpressure

dengan birth ball terhadap penurunan nyeri pada persalinan kala 1

fase aktif Di Klinik Pratama Vivi medika Perawang.

3. Mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi

counterpressure dengan birth ball terhadap penurunan nyeri persalinan

kala 1 Di Klinik Pratama Vivi Medika Perawang.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi akademisi dan

peneliti selanjutnya dalam pengembangan konsep dan teori mengenai

manajemen nyeri persalinan dengan metode non farmakologis

counterpressure dengan birth ball.

2 . Bagi Ibu Hamil dan Keluarga

Menambah wawasan terhadap metode terapi counterpressure dengan birth

ball terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 Di klinik Pratama Vivi

medika Perawang.

3 Bagi pelayanan kesehatan

Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu kebidanan

khususnya tentang manajemen nyeri non farmakologis dan di jadikan bahan


10

masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah keterampilan dalam

pemberian teknik counterpressure dangan birth ball sehingga dapat membantu

memenuhi kebutuhan ibu dalam pengontrolan nyeri persalinan.

4 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan referensi pengaruh pemberian counterpressure dengan birth

ball terhadap penurunan nyeri persalinan kala 1 Di klinik pratama Vivi

Medika Perawang.

5 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat di gunakan sebagai bahan untuk melanjutkan penelitian lebih dalam

bagi peneliti yang lain dan menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh

pemberian counterpressure dengan birth ball terhadap penurunan nyeri kala 1

Di klinik Pratama Vivi Medika Perawang.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan

2.1.1 Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran adalah proses pengeluaran janin yang terjadi

pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu

maupun janin (Nuraisah dkk, 2012). Persalinan diartikan pula sebagai

peregangan dan pelebaran mulut rahim. Kejadian itu terjadi ketika otot-otot

rahim berkontraksi mendorong bayi keluar. Otot-otot rahim atau kantong

muskuler yang bentuknya menyerupai buah pir terbalik menegang selama

kontraksi. Bersamaan dengan setiap kontraksi, kandung kemih, rectum,

tulang belakang dan tulang pubic menerima tekanan kuat dari rahim. Berat

dari kepala bayi ketika bergerak kebawah saluran lahir juga menyebabkan

tekanan (Saiffudin, 2010). Persalinan juga merupakan awal dan akhir puncak

semua yang telah terjadi dari semua masa pembuahan. Mudah atau tidaknya

proses persalinan akan menentukan kehidupan bayi prenatal. Selama menuju

persalinan akan akan terjadi peningkatan hormon estrogen yang dramatis

untuk merangsang uterus untuk berkontraksi.( Janiwarty Bethsaida,2013).

Persalinan normal adalah bayi lahir melalui vagina dengan letak

belakang kepala ubun-ubun kecil tanpa memakai alat bantu,serta tidak

melukai ibu ataupun bayi (kecuali episiotomi). Proses persalinan normal

biasanya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam. Terjadinya persalinan

normal membutuhkan tiga faktor penting yaitu kekuatan ibu saat mengejan,
12

keadaan jalan lahir,dan keadaan jani. ,Ketiganya harus dalam keadaan baik,

sehingga bayi dapat di lahirkan dengan adanya kekuatan mengejan ibu,janin

dapat di dorong kebawah dan masuk ke rongga panggul. Saat kepala janin

memasuki rongga panggul, posisi kepala sedikit menekuk sehingga dagu

dekat dengan dada janin. Posisin ini akan memudahkan kepala janin lolos

melalui jalan lahir, yang diikuti dengan gerakkan selanjutnya. Setelah kepala

keluar, bagian tubuh janin yang lain mengikuti,mulai dari bahu, badan dan

kedua kaki.

2.1.2 Klarifikasi atau Jenis Persalinan

Ada 2 klarifikasi jenis persalinan yaitu

1. Jenis persalinan berdasarkan cara persalinan

a) Persalinan normal (spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak

belakang kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri,tanpa bantuan alat-

alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24

jam.

b) Persalinan anjuran adalah apabila kekuatan yang di perlukan untuk

persalinan yang menimbulkan kontraksi dengan jalan rangsangan.


13

2. Menurut usia kehamilan dan berat janin yang di lahirkan

a) Abortus (keguguran) adalah berakhirnya suatu kehamilan atau

sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan

yang belum siap dan belum mampu untuk hidup di luar kandungan.

b) Persalinan prematur adalah persalinan dengan usia kehamilan 28 - 36

minggu dengan berat janin kurang dari 2499 gram.

c) Persalinan Matur (aterm) adalah persalinan dengan usia kehamilan 37-

42 minggu dan berat janin di atas 2500 gram.

d) Persalinan serotinus adalah persalina dengan usia kehamilan lebih dari

42 minggu atau 2 minggu lebih dari waktu partus yang telah di

taksirkan.( Asrinah,2010)

2.1.3 Sebab -Sebab Mulainya Persalinan

Hal yang menjadi penyebab mulainya persalinan belum diketahui benar,

yang ada hanyalah merupakan teori teori yang komplek. Perlu di ketahui ada

dua hormon yang dominan saat hamil yaitu hormon estrogen dan progesteron.

a) Hormon Estrogen

1. Meningkatkan sensitivitas otot rahim

2. Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin,rangsangan prostaglandin,serta rangsangan

mekanis.

b) Hormon Progesteron
14

1. Menurunkan sensitivitas otot rahim

2. Menyulitkan penerimaan dari seperti rangsangan

oksitosin,rangsangan prostaglandin, serta rangsangan mekanis.

Hormon Estrogen dan Hormon Progesteron harus berada dalam

kondisi keseimbangan sehingga kehamilan dapat di pertahankan. Perbuhan

keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang di

keluarkan oleh hiposfisis pars posterior dapat menimbulkan kontraksi

Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan

saat mulainya persalinan, oleh karena itu semakin tua kehamilan, frekuensi

kontraksi semakin sering (Rohani,2011) Menurut Asrinah (2010) sebab-

sebab mulainya persalinan meliputi;

1. Penurunan Hormon Progesteron

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot

rahim sensitif sehingga menimbulkan his.

2. Keregangan otot-otot

Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan,oleh karena

isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya

atau mulai persalinan.

3. Peningkatan Hormon oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga dapat

menimbulkan his.
15

4. Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan dalam

proses persalinan,oleh karena itu pada anencepalus kehamilan lebih

lama dari biasanya.

5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang di hasilkan dari desidua meningkat saat umur

kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur

kehamilan.

6. Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corialis

mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan esterogen

menurun.

2.1.4 Tahapan Persalinan pada Kala I

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, dimulai sejak adanya his

(peregangan pada dinding rahim) yang teratur dan meningkat (frekuensi dan

kekuatannya) sehingga meyebabkan terjadinya pembukaan sampai serviks

membuka lengkap 10 cm (Nurasiah, Rukmawati dan Badriah 2012). Pada

fase ini, leher rahim mulai melunak dan menipis lalu terbuka karena adanya

kontraksi secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada

permulaan kala I, his berlangsung tidak terlalu kuat sehingga pasien masih

dapat berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasa.


16

Semakin lama kontraksi uterus akan semakin teratur, makin kuat,

makin sering, dan disertai pengeluaran darah dan lendir atau bloddy show.

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 13jam sedangkan

multigravida 7 jam (Saifuddin,2010). Berdasarkan kurva Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan multigravida 2cm/jam

(Manuaba, 2010). Kala I terbagi atas dua fase, yaitu :

1. Fase Laten

Fase laten berlangsung selama 8 jam pada primipara. Fase laten dimulai

saat kontraksi yang teratur dan pembukaan berlangsung sangat lambat sampai

ukuran diameter serviks 3cm karena terjadi pelunakan dan penipisan serviks

(Saifuddin, 2010). Seiring dengan peningkatan frekuensi, durasi dan

intensitas kontraksi menjadi lebih stabil yang berlangsung dari intensitas

ringan setiap 10—20menit selama 15—20detik hingga ke 11 intensitas

sedang dengan frekuensi his 2—3 kali tiap 10menit selama 30—40detik

(Fitryanti, 2017).

2. Fase Aktif

Fase aktif merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan yang biasanya mengacu pada pembukaan servik 4cm hingga

pembukaan lengkap 10cm. Pada fase ini kontraksi menjadi lebih sering,

dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat sehingga intensitas

nyeri yang dirasakan dari sedang hingga sangat berat (Fitryanti, 2017). Fase

aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu:


17

1. Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2. Fase Dilatasi Maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat dari

4cm menjadi 9cm (Saifuddin,2010). Pada fase ini kekuatan amplitudo

his sebesar 40 mmHg dengan frekuensi his 3—4 kali tiap 10 menit

dan durasi berkisar antara 40—60 detik (Manuaba, 2010).

3. Fase Deselerasi

Pembukaan serviks menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam dari

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Pada fase ini kekuatan amplitudo his

meningkat sampai 60 mmHg dengan frekuensi his 4—5 kali tiap 10

menit dan durasi 60—90 detik (Saifuddin,2010).

2.1.5 Kala II ( kala pengeluaran janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga di sebut kala pengeluaran

bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang

hasilnya adalah:

a) Pembukaan serviks telah lengkap 10cm.

b) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.


18

2.1.6 Kala III ( kala pengeluaran plasenta)

Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit.

2.1.7 Kala IV ( kala pengawasan )

Kala IV dimulai setelah lahirnya plkasenta sampai 2 jam postpartum

(Asrinah,2010)

2.2 Tanda-Tanda Persalinan

Sebelum terjadi persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki kala pendahuluan dengan tanda-tanda sebagai berikut.

1. Terjadi Lightening

Menjelang minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus

uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multipara tanda ini tidak

begitu kelihatan.

Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar 2

minggu menjeleng persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun,

maka ibu akan merasa tidak nyaman, selain nafas pendek pada trimester

3, ketidaknyamanan di sebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah

pada struktur daerah pelvis,


19

secara spesifik akan mengalami hal berikut:

a) Kandung tertekan sedikit, sehingga frekuensi berkemih meningkat.

b) Meningkatnya tekanan saraf oleh sebagian besar bagian janin pada

saraf yang melewati foramen obturatoryang menuju kaki, yang

menyebabkan sering terjadi kram kaki.

c) Meningkatnya tekanan pada pembuluh darah vena menyebabkan

terjadinya oedema karena bagian terbesar dari janin menghambat

darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.

Adanya pembukaan mulut tahim ditandai dengan keluarnya lendir

(mucus) berwarna kemerahan atau kecoklatan. Teksturnya seperti lendir ingus

yang kental. Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir ini

bercampur darah. Itu terjadi karena di masa ini terjadi pelunakan, pelebaran,

dan penipisan mulut rahim(Rohani 2011).

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan

perubahan pada serviks ( membuka dan menipis), berakhir dengan lahirnya

plasenta secara lengkap. Pada ibu yang belum inpartu, kontraksi uterus tidak

mengakibatkan perubahan pada serviks (Rohani,2011)

2. Terjadinya HIS Permulaan

Sifat HIS permulaan (palsu) adalah sebgai berikut;

a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah perut

b) Datang tidak teratur


20

c) Tidak ada perubahan pada serviks

d) Durasi pendek

e) Tidak bertambah bila beraktifitas

3. Perut kelihatan lebih melebar

4. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah,

kadang bercampur darah (bloody show). Dengan mendekatnya

persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut, serta terjadi

obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatasi.

Menjelang melahirkan, bumil juga akan mengalami kontraksi yang

konsisten (teratur). Kontraksi terjadi pada otot-otot rahim (myometrium)

sebagai pengaruh dari meningkatnya produksi hormon oksitosin menjelang

persalinan. Kontraksi ini sebagai suatu proses yang mendorong janin untuk

keluar secara perlahan melalui uterus bawah hingga akhirnya keluar atau

lahir. Kontraksi yang dialami bumil terasa makin sering, makin lama

waktunya, dan makin kuat terasa, diserta mulas atau nyeri seperti kram perut.

Perut bumil juga terasa kencang. Nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian

atas atau bagian tengah perut atas atau puncak kehamilan (fundus), pinggang

dan panggul serta perut bagian bawah(Asrinah 2010).

Satu tanda lagi yang menyertai persalinan adalah pecahnya membran atau

ketuban kala kanting amniotik pecah. Seperti diketahui, di dalam selaput

ketuban (korioamnion) yang membungkus janin, terdapat cairan ketuban


21

sebagai bantalan bagi janin agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan

terhindar dari trauma luar. Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak

berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan melahirkan. Menurut

(Asrinah2010), Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir ini bisa terjadi

karena berbagai hal. Misal karena bumil mengalami trauma, infeksi, atau

bagian ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan pecah. Bila sudah

terjadi pecah ketuban berarti selaput ketuban sudah ada "hubungan" dengan

dunia luar dan membuka potensi kuman untuk masuk. Karena itulah bumil

perlu segera mendapatkan penanganan dan dalam waktu maksimal 24 jam

diharapkan bayi sudah bisa dilahirkan. Seiring pecahnya membran ini, ibu

akan mengalami kontraksi atau nyeri yang lebih intensi(Rohani2011).

2.3 Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup

dan mencapai derajat keshatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya. Melalui

berbagai upaya yang terintegritas dan lengkap serta terintervensi minimal,

sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terajaga pada tingkat

yang optimal. Dengan pendekatan yang sperti ini, berarti upaya asuhan

persalinan normal harus di dukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai

bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan

pada setiap proses ;persalinan (Nursiah Ai,2012)

Kala I disebut juga dengan kala pembukaan, dimulai sejak adanya his

(peregangan pada dinding rahim) yang teratur dan meningkat (frekuensi dan
22

kekuatannya) sehingga meyebabkan terjadinya pembukaan sampai serviks

membuka lengkap 10 cm (Nurasiah, Rukmawati dan Badriah 2012). Pada

fase ini, leher rahim mulai melunak dan menipis lalu terbuka karena adanya

kontraksi secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada

permulaan kala I, his berlangsung tidak terlalu kuat sehingga pasien masih

dapat berjalan dan melakukan aktivitas seperti biasa.

Semakin lama kontraksi uterus akan semakin teratur, makin kuat,

makin sering, dan disertai pengeluaran darah dan lendir atau bloddy show.

Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 13jam sedangkan

multigravida 7 jam (Saifuddin,2010). Berdasarkan kurva Friedman,

diperhitungkan pembukaan primigravida 1cm/jam dan multigravida 2cm/jam

(Manuaba, 2010).

2.3 Memberikan Asuhan Persalinan Kala I

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktifitasotot polos

Miometrium yang relatif tenangyang memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang

persalinan, otot polos uterus mulai menunjukkan aktifitas kontraksi secara

terkoordinasi, di selingi dengan suatu periode relaksasi dan mencpai

puncaknya menjelang persalinan, serta secara berangsur menghilang pada

periode postpartum. Mekanisme regulasi yang mengatur aktivitas kontraksi

miometrium selama kehamilan, persalinan dan kelahiran sampai saat ini

masih bellum jelas benar sebab pastinya ( Prawirohardjo Sarwono,2012).


23

Persalinan terbagi 4 kala. Kala 1 persalinan dimulai ketika ada

kontraksi yang adekuat serta adanya dilatasi serviks dan berakhir saat

pembukaan lengkap. Kala 1 persalinan terdiri atas 2 fase yaitu fase laten dan

fase aktif.

Sejumlah perubahan fisiologis terjadi pada ibu selama persalinan.

Sangat penting bagi bidan untuk memahami perubahan-perubahan ini agar

dapat membedakan tanda-tanda dan gejala persalinan normal dan abnormal (

Rohani,2011) Perubahan fisiologis kala 1 yaitu

1. Perubahan pada serviks

a) Pendataran pada serviks / effacement

Pendataran pada serviks dalaha pemendekan dari kanalis servikalis

yang semula berupa sebuah saluran sepanjang 1-2cm menjadi

sebuah lubang saja dengan pinggir yang tipis ( Asrinah,2010)

b) Pembukaan serviks

Pembukaan serviks di sebabkan karena pembesaran ostium uretra

exsternum (OUE) karena otot yang melingkar di sekitar ostium

meregang untuk melewati kepala. Pada pembukaan 10 cm atau

pembukaan lengkap, bibir portio tidak teraba lagi. Vagina dan SBR

serviks telah menjadi satu saluran ( Asrinah,2010).

Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uteus serta tekanan

yang berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin saat fleksi

akan membantu pembukaan yang efesien. Pada primigravida pembukaan di

dahului oleh pendataran serviks, sedangkan pada multigravida pembukaan


24

serviks dapat terjadi bersamaan dengan pendataran. Pembukaan serviks di

tentukan dengan memperkirakan diameter rata-rata pembukaan. Jari

pemeriksa di sapukan dari tepi serviks di satu sisi ke sisi berlawanan dan

diameter yang di lintasi di nyatakan dalam sentimeter. Serviks di katakan

membuka penuh bila diameternya 10 cm, karena bagian terbawah ukuran bayi

aterm biasanya dapat melewati serviks yang membuka lebar.

Pembukaan adalah pembesaran dari ostium externum yang tadinya

berupa satu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang

dapat di lalui janin. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai

diameter 10cm. Pada nulipara, proses pembukaan terjadi sebagai berikut;

1. Sebelum persalinan, serviks sering menipis 50-60% dan membuka

sampai 1cm.

2. Biasanya dengan di mulai persalinan, ibu nulipara mengalami

penipisan serviks 50-100%, kemudian baru di mulai pembukaan.

Pada multipara proses persalinan terjadi sebagai berikut;

1. Sebelum persalinan sering kali serviks tidak menipis tetapi hanya

membuka 1-2cm.

2. Biasanya dengan di mulanya persalinan serviks ibu multipara

membuka dan kemudian menipis ( Rohani,2011)

c) Perubahan Kardiovaskuler

d) Tekanan darah
25

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata 10-20 mmhg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10mmhg. Di

antara kontraksi kontraksi uterus,tekana darah akan turun seperti sebelum

masuk persalinan dan akan naik lagi jika terjadi kontraksi. Posisi tidur

terlentang selama persalinan akan mengakibatkan adanya penekanan uterus

terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi

darah baik ibu maupun janin akan terganggu, ibu akan mengalami hipotensi

dan janin dapat asfiksia.

1. denyut jantung

Kontraksi dapat menyebabkan metabolisme meningkat,

mengakibatkan kerja jantung meningkat pula sehingga denyut jantung akan

mengalami kontraksi.

2. Perubahan metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobic maupun

anaerobic akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan

karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme

yang meningkat tercermin dari kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan,

kardiak output dan kehilangan cairan.


26

3. Perubahan sistem respirasi

Pada respirasi atau pernafasan terjadi kenaikan sedikit di bandingkan

dengan sebelum persalinan,hal ini di sebabkan karena adanya rasa nyeri,

kekhawatiran srta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.

4. Pembentukan segmen atas rahim dan segmen bawah rahim

Segmen atas rahim(SAR) di bentuk oleh corpus uteri yang sifatnya aktif

yaitu berkontraksi,dan dinding bertambah tebal dengan majunya persalinan

serta mendorong anak keluar. Segmen bawah rahim(SBR) terbentang di

uterus bagian bawah antar ishmus, dengan serviks serta sifat otot yang tipis

dan elastis. Pada bagian ini banyak terdapat otot melingkar dan memanjang.

5. Perubahan hematologis

Hemoglobin akan meningkat 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali

ke tingkat prapersalinanpada hari pertama setelah persalinan apabila tidak

terjadi kehilangan darah selama persalinan. Waktu koagulasi berkurang dan

akan mendapat tambahan plasma selama persalinan. Jumala sel-sel darah

putih meningkat secara progresif selama kala 1 persalinan.

6. Perubahan renal

Poliuri sering terjadi selama persalinan yang di karenakan oleh cardiac

output yang meningkat serta di sebakan oleh filtrasi glomerolus serta aliran

plasma ke renal. Poliuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang yang

mengurangi aliran urin selama kehamilan. Kandung kencing harus sering di


27

kontrol setiap 2 jam yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian

terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindar pada retensi

urin setelah melahirklan.

7. Perubahan gastrointensial

Kemampuan gerakan gastric serta penyerapan makanan padat berkurang,

menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan

menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh biasa menimbulkan

ketidaknyamanan. Oleh karena ibu tidak dianjurkan makan terlalu banyak dan

minum terlalu berlebihan, tetapi makan dan minum secukupnyauntuk

mempertahankan enrgi dan dehidrasi.

8. Perubahan suhu basal

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan. Suhu mencapai

tingkat tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan

ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1`C, suhu badan yang naik sedikit

merupakan keadaan yang wajar, namun bila keadaan ini berlangsung lama,

kenaikan suhu mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya yang

harus di lakukan antara lain selaput ketuban sudah pecah atau belum, karena

ini biasa merupakan tanda infeksi.

9. Perubahan pada vagina dan dasar panggul.


28

a) Pada kala 1 ketuban ikut meregang, bagian atas vagina yang sejak

kehamilan mengalami perubahn sedemikian rupa akan bisa di lalui

bayi.

b) Setelah ketuban pecah segala perubahan terutama pada dasar panggul

di timbulkan oleh bagian depan anak. Oleh bagian yang maju tersebut,

dasara panggul di renggang menjadi saluran dengan dinding yang

tipis.

c) Regangan yanag kuat ini di mungkinkan karena bertambahnya

pembuluh darah pada bagian vagina dan dasar panggul, tetapi saat

jaringan tersebut robek akan menimbulkan perdarahan yang banyak.

d) Perubahan pada anus ( sistem pencernaan )

Saat persalinan di mulai terjadi penurunan hormon yang berpengaruh

terhadap sistem pencernaan, sehingga pencernaan menjadi lebih

lambat selama persalinan. Keadaan ini menyebabkan makana lebih

lama tinggal di lambung, sehingga banyak sekali ibu yang mengalami

konstipasi. Selain itu terjadi peningkatan getah lambung sehingga

dapat terjadi mual muntah.

e) Kontraksi uterus

Terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan

penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnay hormon

oksitosin. Kontraksi uterus di mulai dari fundus uteri dan terus

menyebar kedepan dan kebawah abdomen, gerak his dengan masa


29

yang terpanjang dan sangat pada fundus adalah sumber dari timbulnya

kontraksi pada face maker ( Asrinah,2010 )

Kontraksi ini bersifat involunter yang bekerja di bawah kontrol saraf yang

bersifat intermitten, yang memberikan keuntungan berupa adanya periode

istirahat/ relaksasi diantara dua kontraksi. Terdapat 4 perubahan fisiologis

pada kontraksi uterus yaitu:

1. Fundal dominan atau dominasi fundus

Kontraksi berawal dari fundus pada salah satu kornu, kemudian menyebar

ke samping dan kebawah. Kontraksi terbesar dan terlama adalah bagian

fundus, namun pada puncak kontraksi dapat mencapai seluruh bagian

uterus.

2. Kontraksi dan retraksi

Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15-20 menit

selama 30 detik dan di akhir kala 1 setiap 2-3 menit selama 50-60 detik

dengan intensitas yang sangat kuat. Segmen atas rahim tidak berelaksasi

sampai kembali ke panjang asli nya setelah berkontraksi, namun relativ

menetap pada panjang yang lebih memendek. Hal ini di sebut relaksasi.

3. Polaritas

Polaritas adalah istilah yang di guanakan untuk menggambarkan

keselarasan saraf-saraf otot yang berbeda


30

Fase laten berlangsung selama 8 jam pada primipara. Fase laten dimulai

saat kontraksi yang teratur dan pembukaan berlangsung sangat lambat

sampai ukuran diameter serviks 3cm karena terjadi pelunakan dan

penipisan serviks (Saifuddin, 2010). Seiring dengan peningkatan frekuensi,

durasi dan intensitas kontraksi menjadi lebih stabil yang berlangsung dari

intensitas ringan setiap 10—20menit selama 15—20 detik hingga ke 11

intensitas sedang dengan frekuensi his 2—3 kali tiap 10menit selama 30—

40detik (Fitryanti, 2017).

2.3.1 Fase Aktif

Fase aktif merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan yang biasanya mengacu pada pembukaan servik 4cm hingga

pembukaan lengkap 10cm. Pada fase ini kontraksi menjadi lebih sering,

dengan durasi yang lebih panjang dan intensitas lebih kuat sehingga intensitas

nyeri yang dirasakan dari sedang hingga sangat berat (Fitryanti, 2017). Fase

aktif dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

1. Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2. Fase Dilatasi Maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung sangat cepat dari

4cm menjadi 9cm (Saifuddin,2010). Pada fase ini kekuatan amplitudo

his sebesar 40 mmHg dengan frekuensi his 3—4 kali tiap 10 menit dan

durasi berkisar antara 40—60 detik (Manuaba, 2010).


31

3. Fase Deselerasi

Pembukaan serviks menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam dari

pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Pada fase ini kekuatan amplitudo his

meningkat sampai 60 mmHg dengan frekuensi his 4—5 kali tiap 10

menit dan durasi 60—90 detik (Saifuddin,2010).

2.4 Perubahan Psikologi pada Kala I Persalinan

Persepsi nyeri pada saat kontraksi juga terjadi karena keadaan

psikologi ibu bersalin seperti emosi, rasa takut dan kesemasan yang bersifat

sangat subjektif dan berbeda-beda pada setiap fase pembukaan serviks.

(Menurut Nurasiah Ai,2012) Pada fase laten banyak ibu merasa bergairah dan

cemas disaat merasakan kontraksi pertama. Perasaan positif ini berupa

kelegaan hati bahwa sebentar lagi ia akan bertemu buah hatinya. Namun,

disisi lain ibu juga merasa cemas terumata ibu primigravida yang tidak

memiliki pengalaman mengenai persalinan dan kontraksi palsu sehingga

mereka salah sangka tentang kemajuan persalinannya.

Pada fase ini kontraksi biasanya tidak teratur yang merupakan cara

alami tubuh untuk bersiap-siap jadi sarankan ibu bersalin untuk tetap

menikmati proses tersebut dan tetep aktif bergerak, tetap makan dan minum

atau tertawa dan mengobrol dengan riang diantara kontraksi atau anjurkan ibu

untuk kembali kerumah, beristirahat, mengalihkan perhatiannya dengan

kembali ke kegiatan sehari-hari seperti pergi berbelanja, berjalan-jalan atau

menonton film dengan suami (Aprillia,2011).


32

Begitu persalinannya memasuki fase aktif ibu tidak punya keinginan

lagi untuk makan atau mengobrol, ia juga menjadi lebih pendiam dan

bertindak berdasarkan naluri karena bagian primitif otak mengambil alih.

Ketika persalinan semakin kuat ibu menjadi kurang mobilitas, memegang

atau meremas sesuatu saat kontraksi. Pada fase ini kontraksi menjadi semakin

teratur dengan nyeri sedang yang menyebabkan ibu bersalin terkadang panik

dan tanpa sadar mencubit pendamping persalinannya. Ketika hal ini

dilakukan, jangan memarahinya. Namun, ajak dia untuk melepaskan remasan

/ genggaman dan merilekskan tubuhnya karena ketika ibu meremas, justru ibu

akan menciptakan keteganngan lain di tubuhnya.

Ajak ibu untuk melakukan kegiatan yang aktif selama kontraksi,

seperti sering mengubah posisi, bernapas dengan perut, melakukan pelvic

rocking, dan membiarkan ibu tidur beberapa saaat disela-sela kontraksi akan

sangat berarti bagi ibu dan menjadi saat-saat yang paling indah sehingga

doronglah ibu agar menutup matanya dan relaks. (Asrinah, 2010).

Diantara Kontraksi. Lingkungan juga dapat mempengaruhi proses

persalinan sehingga settinglah ruangan persalinan senyaman dan semirip

mungkin dengan rumah. Beberapa wanita merasa mual bahkan kadang

muntah, diare, gemetar, gelisah atau marah dan menolak nasehat-nasehat dari

luar selama fase ini, kecemasan dan stress semakin kuat pada fase ini karna

ibu bersalin tidak dapat menahan nyeri berat yang ia rasakan. Sebaliknya ada

juga ibu bersalin yang bersikap sangat pasif/menyerah dan keras kepala

sehingga tidak mau bergerak dan memperlambat proses pembukaan dan


33

pendataran serviks. Kecemasan dan stress mengakibatkan his menjadi sangat

lemah bahkan berhenti secara total yang menyebabkan proses persalinan

menjadi terhambat.

Pada saat ini banyak pendamping persalinan yang bingung bahkan

ikut cemas sehingga membuat keteganggan semakin bertambah dan proses

persalinan terasa begitu lambat. Pada tahap ini bidan pendukung yang terus

menunggui ibu bersalin adalah praktik terbaik dan itulah pekerjaan bidan.

Inilah saatnya untuk menyampaikan motivasi dengan memberikan sugesti

positif (Asrinah 2010).

2.5 Konsep Dasar Nyeri Umum

2.5.1 Pengertian Nyeri Umum

Nyeri adalah kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan.

Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada seriap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Uliyah, 2010).

International Association For The Study of Pain mendefinisikan nyeri sebagai

suatu sensori obyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkai-tan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian ketika terjadi kerusakan (Judha, 2012).


34

2.5.2 Mekanisme Nyeri

Menurut Ilmiah (2015), ada empat tahapan terjadinya nyeri, yaitu:

a) Transduksi

Transduksi merupakan proses dimana suatu stimulus nyeri (noxious

stimuli) dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima reseptor

atau nociseptor (ujung-ujung saraf bebas pada pada kulit yang merespons

terhadap stimulus). Stimulasi ini dapat berupa stimulasi fisik (tekanan), suhu

(panas) atau kimia (substansi nyeri). Stimulus akan memicu sel yang terkena

nyeri untuk melepaskan mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin,

histamin dan substansia. Terjadi perubahan patofisiologi karena mediator-

mediator nyeri mempengaruhi nosiseptor diluar daerah trauma sehingga

lingkaran nyeri meluas.

b) Transmisi

Transmisi merupakan proses penyampaian impuls dari nosiseptor saraf

perifer melewati kornudorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Nyeri

merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke medula

spinalis. Trasnmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak dan thalamus

melalui Spinotalamikus (STT) lalu impuls nyeri diteruskan ke korteks

sensorik motorik, tempat nyeri dipersepsikan.

c) Modulasi
35

Modulasi atau desenden adalah fase neuron di batang otak mengirim

sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis. Serabut desenden melepaskan

substansi (opiod, serotonin dan norepinefrin) yang akan menghambat impuls

asenden yang membahayakan di dorsal medula spinalis. Hambatan terjadi

melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam

neurotansmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan

neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area periaquaductuagrey (PAG)

dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat

spinalis. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis

atau supraspinalis.

d) Persepsi

Persepsi adalah tahap kesadaran individu akan adanya nyeri yang

memunculkan berbagai perilaku kognitif untuk mengurani komponen

sensorik dan afektif nyeri. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang

dirasakan.

2.5.3 Teori Gate Control

Menurut Ronald Melzack & Partick Wall (1965) dalam teori ini

menjelaskan mekanisme transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada

aktivitas serat saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat

mempengaruhi sel saraf di substansi gelatinosa. Aktivitas serat yang

berdiameter besar menghambat transmisi yang artinya pintu ditutup,

sedangkan serat saraf yang berdiameter kecil mempermudah transmisi yang


36

artinya pintu dibuka. Mekanisme gerbang (Gate control) pada dorsal horn di

spinal cord berperan penting dalam mekanisme tersebut. Serabut saraf kecil

(reseptor nyeri) dan serabut besar (reseptor normal) bersinap pada sel

projector (P) yang akan menuju spinothalamic ke otak dan interneuron

inhibitor (i) yang berada pada dorsal horn.

Hubungan tersebut menentukan kapan stimulus nyeri disalurkan

menuju otak dengan beberapa mekanisme sebagai berikut:

a) Ketika tidak ada input nyeri, saraf inhibitor mencegah saraf

proyektor untuk menyalurkan sinyal menuju otak (gate menutup).

b) Masuknya sensasi somatik normal ketika ada stimulasi pada

serabut yang lebih besar atau hanya stimulasi pada serabut saraf

besar maka saraf inhibitor dan saraf proyektor akan terstimulasi,

namun saraf inhibitor mencegah saraf proyektor menyalurkan

sinyal menuju otak (gate menutup).

c) Nosiseptik (penerimaan nyeri) terjadi ketika serabut yang lebih

kecil atau serabut yang kecil saja terstimulasi. Hal tersebut

menyebabkan inaktivasi pada saraf inhibitor dan saraf proyektor

menghantarkan sinyal nyeri menuju otak (gate membuka).

Perjalanan nyeri desenden dari otak menuju gerbang (gate) dengan

menghambat saraf proyektor dan meminimalkan persepsi nyeri.


37

2.6 Klasifikasi Nyeri Persalinan

2.6.1 Nyeri Viseral

Rasa nyeri yang dialami ibu karena perubahan serviks dan iskemia

uterus pada persalinan kala I. Pada kala I fase laten lebih banyak penipisan di

serviks sedangkan pembukaan serviks dan penurunan daerah terendah janin

terjadi pada fase aktif dan transisi. Ibu merasakan nyeri yang berasal dari

bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan

menurun ke paha. Ibu biasanya mengalami nyeri hanya selama kontraksi dan

bebas rasa nyeri pada interval antar kontraksi.

2.6.1 Nyeri Somatik

Nyeri yang dialami ibu pada akhir kala I dan kala II persalinan. Nyeri

disebabkan oleh peregangan perineum dan vulva, tekanan servikal saat

kontraksi, penekanan bagian terendah janin secara progesif pada fleksus

lumboskral, kandung kemih, usus dan struktur sensitif panggul yang lain

(Judha, 2012).

2.7 Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu yang merupakan penilai terbaik dari nyeri yang

dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan

membuat tingkatnya. Intensitas nyeri persalinan bisa ditentukan dengan cara

menanyakan tingkatan intensitas merujuk pada skala nyeri (Judha, 2012).


38

Menurut Nicholas & Humerick (2000), Skala nyeri yang sering

digunakan untuk mengukur nyeri persalinan adalah VAS (Visual Analog 33

Scale) yang merupakan skala comfort continue yang memiliki rentang mulai

dari tidak nyeri sampai sangat nyeri (Budirti, 2011) Menurut Potter & Perry

(2005), Skala analog visual (VAS) adalah suatu garis lurus sepanjang 10 cm

dengan pembacaan skala 1-10 cm atau 0–100 mm dengan atau tanpa tanda

pada tiap milimeter, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus.

Tanda pada kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan

deskriptif. Ujung kiri biasanya menandakan tidak nyeri, sedangkan ujung

kanan biasanya menandakan nyeri berat. Skala dapat dibuat vertikal atau

horizontal. Skala ini memberikan klien kebebasan penuh untuk

mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS menjadi alat pengukuran keparahan

nyeri yang lebih sensitife karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada

rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Yudiyanta

dkk, 2015).

2.8 Penatalaksanaan Nyeri Persalinan

Penatalaksanaan nyeri persalinan dibagi menjadi dua cara, yaitu:

famakologis yang menggunakan obat-obatan seperti : analgetik, sedative dan

epidural anestesi. Cara non farmakologis yang dilakukan bersama dengan

pendamping persalinan atau doula, diantaranya: hypnobirthing, Active birth,

kompres panas atau dingin, birthball , hidroterapi, teknik pernapasan,

distraksi (pengalih perhatian), counterpresure, visualisasi, penggunaan musik

dan aromatheraphy (Johariyah,dkk. 2012).


39

Skala Pengukuran Tingkat Nyeri, alat bantu yang digunakan untuk

pengukuran tingkatan nyeri yaitu

1) Skala Intensitas Nyeri Deskriptif

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat
Nyeri Terkontrol Berat

2) Skala Intensitas Nyeri Numerik

O-------O-------O-------O-------O---------O--------O--------O--------O-------O

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri Sangat


Nyeri Terkontrol Berat
40

3) Skala Analog Visual

Tidak Nyeri Sangat


Nyeri Berat

Keterangan :

Skala 0: Tidak Nyeri

Skala 1-3 : Nyeri Ringan (pasien dapat berkomunikasi dengan baik)

Skala 4-6 : Nyeri sedang (pasien mendesisi, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, dan dapat mengikuti perintah dengan baik

Skala 7-9 : Nyeri berat (pasien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah, tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi, nafas panjang dan distraksi)

Skala 10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, panic tidak terkontrol (Rospand M Rayn,

2008)
41

2.8.1 Counterpressure

Masase dalam kelahiran secara alternatif sudah dikenal sebagai

counterpressure atau masase punggung. Counterpresure berasal dari bahasa

inggris yang memeiliki arti tekanan balik. Countepressure adalah pijatan

tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari

tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal lima atau

sakrum yang dilakukan terus menerus selama kontraksi. Tekanan dalam

massage counter pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran

kecil. Teknik ini efektif mengurangi nyeri saat kontraksi, yang ada pada

daerah pinggang dan punggung bagian bawah namun counterpressure tidak

dapat diteruskan jika wanita merasa penekanan ini tidak dapat menolong

dalam mengurangi rasa nyeri yang dideritanya (Sriwenda Djudju,2016).

Counterpressure dapat dilihat pada gambar 2.8 dibawah ini :

Gambar 2.2
42

Counterpressure dianjurkan agar dilakukan terus-menerus selama

persalinan. Hal tersebut harus dilakukan karena terdapat kecenderungan rasa

nyeri akan meningkat jika pemijatan dihentikan dengan kata lain efek

pengendalian nyeri hanya berlangsung selama masase dilakukan. Hal ini

terjadi karena sistem saraf menjadi terbiasa atau beradaptasi terhadap

stimulus tekanan saat dilakukan counterpressure (Sriwenda Djudju,2016).

2.8.2 Manfaat Counterpresure

Counterpressure dapat mengatasi nyeri tajam dan memberikan sensasi

menyenangkan yang melawan rasa tidak nyaman pada saat kontraksi ataupun

diantara kontraksi dan juga mengurangi keluhan nyeri pinggang pada ibu

bersalin. Dengan memberikan tehnik counterpressure dapat menutup gerbang

pesan nyeri yang akan dihantar menuju medulla spinalis dan otak selain itu

tekanan kuat yang diberikan pada saat melakukan tehnik counterpressure

dapat mengaktifkan senyawa endhorphin sehingga transmisi dari pesan nyeri

dapat dihambat yang dapat menyebabkan penurunan intensitas nyeri

(Pasongli, 2014).

Banyak wanita yang merasa bahwa pijatan sangat efektif dalam

menghilangkan rasa sakit pada saat melahirkan karena akan membantu

menyeimbangkan energi, merangsang dan mengatur tubuh memperbaiki

sirkulasi darah, kelenjar getah bening sehingga oksigen, dan zat makan,

dibawa secara efektif dari jaringan tubuh ibu ke plasenta dengan

mengendurkan ketegangan sehingga membantu ibu menurunkan emosi

(Yuliasari dan Santriani, 2015).


43

2.8.3. Mekanisme Counterpressure Menurunkan Nyeri Persalinan

Teori Gate Control dapat memberi alasan mengapa tindakan ini

berhasil. Teori gate control mengatakan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau

bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.

Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia di

dalam kornu dorsalis pada medula spinalis, thalamus, dan sistem limbik.

Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan

dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup (Rejeki dkk,

2014).

2.8.4 Birthball

Birthball atau bola persalinan adalah bola terapi fisik yang mampu

menyangga berat orang dewasa sampai 136 kg. Ukuran birthball yang paling

banyak dipakai ialah diameter 65cm untuk ibu bersalin dengan tinggi <160cm

sedangkan untuk ibu bersalin yang tingginya >160—178cm bola yang

digunakan berdiamter 75cm. Bola persalinan ini juga dapat digembungkan

dengan derajat kekerasan yang berbeda sesuai dengan kenyamanan ibu

bersalin. Birthball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I

ke posisi yang membantu kemajuan persalinan (Kuniawati dkk, 2017).

2.8.5 Manfaat Birth Ball


44

Latihan dengan bola persalinan bermanfaat untuk mengontrol,

mengurangi dan menghilangkan nyeri pada persalinan terutama kala I karena

dapat digunakan dalam berbagai posisi. Salah satu gerakannya yaitu dengan

posisi berlutut dan dada condong kedepan bersandar dan memeluk birthball

kemudian menggoyangkan pinggul searah jarum jam atau ke kiri dan kanan.

Hal ini dapat membuat rasa nyaman dan mengurangi nyeri persalinan,

membantu kemajuan persalinan dengan menggunakan gravitasi sambil

meningkatkan pelepasan endorfin karena elastisitas dan lengkungan bola

merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab untuk mensekresi

endorfin (Kuniawati dkk, 2017). Birlhball juga dapat meningkatkan aliran

darah ke rahim, plasenta dan bayi, meredakan tekanan dan dapat

meningkatkan outlet panggul, memberikan kontra-tekanan pada perineum dan

paha, bekerja dengan gravitasi yang mendorong turunnya bayi sehingga

mempercepat proses persalinan.

Penggunaan birthball yan mendukung penerapan teknik

counterpressure yang dilakukan ibu bersalin dengan cara duduk dengan santai

dan bergoyang di atas bola, atau memeluk bola selama kontraksi memiliki

manfaat membantu ibu merasa rileks dan sebagai distraksi dari rasa nyeri

persalinan, mempercepat proses dilatasi serviks, menyokong posisi postur

tubuh yang tegak akan memperlancar proses kelahiran serta membantu posisi

janin berada di posisi optimal sehingga memudahkan melahirkan dengan

normal.
45

Ibu bersalin memeluk bola senyaman mungkin dan bentuk bola yang

bulat dan dapat rnenyesuaikan dengan bentuk tubuh ibu membuat ibu lebih

mudah relaksasi, selain itu ligamen dan otot terutama yang ada di daerah

panggul menjadi kendor dan mengurangi tekanan pada sendi sacroiliac,

pembuluh darah sekitar uterus dan tekanan pada kandung kemih, punggung,

pinggang, tulang ekor serta dapat mengurangi tekanan pada perineum.

Menurut Kustari (2012) ada empat manfaat lain birthball yaitu :

1. Membantu ibu dalam posisi tegak

Tetap tegak ketika dalam proses persalinan akan memungkinkan

rahim untuk bekerja seefisien mungkin dengan membuat bidang panggul

lebih luas dan terbuka. Dengan kata lain dapat merangsang dilatasi dan

memperlebar outlet panggul. Duduk lurus di atas bola maka gaya gravitasi

bumi akan membantu janin atau bagian terendah janin untuk segera turun ke

panggul.
46

2. Sokongan

Menyeimbangkan dan memperkuat punggung karena bentuknya yang

dapat menyesuaikan bentuk tubuh sehingga dapat mengurangi resiko cedera

punggung. Dengan duduk di atas birthball ini dapat mengurangi stres pada

kaki dan pergelangan kaki.

3. Distraksi

Gerakan pada terapi birthball dapat menghibur dan mengalihkan

perhatian selama persalinan. Dengan posisi yang dapat dikontrol oleh ibu dan

beberapa gerakan ringan dapat mengurangi kecemasan dan nyeri pada

persalinan. Birthing Ball dapat memfasilitasi perubahan posisi dan digunakan

sebagai alat kenyamanan bagi seorang ibu yang masuk dalam proses

persalinan.

4. Relaksasi

Dengan posisi duduk dan bentuk bola yang dapat menyesuaikan bentuk

tubuh maka akan membuat lebih mudah untuk beristirahat dan tetap dalam

posisi tegak. Posisi pada birthball dapat membantu ibu tetap bersantai dan

menjaga ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga akan membantu

tubuh untuk beradaptasi dengan perubahan dramatis terjadi saat persalinan.

Posisi pada terapi birthball dapat mengurangi tekanan pada sendi sacroiliac ,

pembuluh darah di daerah sekitar rahim, dan tekanan di kandung kemih,

punggung, pinggang, tulang ekor dan mengurangi tekanan perineum juga

mengendurkan otot panggul. Posisi pada birthball juga dapat digunakan

untuk istirahat diantara kontraksi (Kustari dkk, 2012). Indikasi penggunaan

birthball yaitu diberikan pada ibu inpartu yang merasakan nyeri, pembukaan
47

yang lama, penurunan kepala bayi yang lama. Kontraindikasi penggunaan

birthball yaitu janin malpresentasi, perdarahan antepartum, ketuban pecah

dini, dan ibu hamil dengan hipertensi (Kustari dkk, 2012).

2.9 Kerangka Teori

Nyeri persalinan Kala I terjadi karena adanya stimulus nyeri. Stimulus

nyeri ini berasal dari kontraksi uterus yang mengakibatkan dilatasi serviks,

iskemia miometrium dan tarikan ligamentum pelvis. Nyeri persalinan kala I

fase aktif (akselerasi dan dilatasi) terjadi pada daerah dermaton (T11) dan

(T12) yang menyebar ke dermaton (T10) dan Lumbal 1 (L1) atau disebut

nyeri viseral yang dirasakan oleh ibu pada bagian bawah abdomen dan

menyebar ke daerah lumbar, punggung, dan paha.

Stimulus nyeri pada kala I fase aktif (akselerasi dan dilatasi) yang

berasal dari kontraksi uterus merambat ke serabut bermeilin kecil (A delta)

dan serabut tak bermeilin (serabut C). Lalu dideteksi oleh nociceptor

(bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus dan penghantar impuls nyeri)

sebagai impuls nyeri. Impuls nyeri lalu ditransmisikan oleh serabut syaraf

aferen viseral melalui pleksus uterus, pleksus pelvis, pleksus hipogastrik

inferior, middle, posterior masuk ke dalam medula spinalis melalui segmen

saraf spinalis lumbal atas (L1) dan segmen medula spinalis torokal bawah

(T10, T11 dan T12). Trasnmisi impuls nyeri dari medula spinalis ke batang

otak.
48

Teori Gate Control memberi alasan mengapa tindakan

counterpressure birtball exercise ini berhasil. Counterpresure berperan

sebagai modulasi sensorik yang dilakukan di daerah lumbal atau sakrum di

mana saraf sensorik uterus dan serviks berjalan bersama saraf simpatis uterus

memasuki medula spinalis. Counterpresure menghambat impuls nyeri (sifat

inhibitor) yang dihantarkan serabut bermeilin kecil (A-Delta dan C) ke

hipotalamus dengan cara merangsang serabut bermeilin besar (A-Beta).

Serabut bermeilin besar (ABeta) memiliki reseptor yang terdapat pada

struktur permukaan tubuh yang berfungsi mentransmisikan sensasi getaran,

sentuhan, panas-dingin, dan tekanan.

Rangsangan atau tekanan dari counterpressure saat kontraksi, menjadi

impuls yang ditransmisikan oleh serabut bermeilinbesar (A-Beta). Impuls ini

akan menghambat impuls nyeri dari serabut bermeilin kecil (A-Delta danC)

di suatu area khusus yang disebut substangelatinosa (SG) sehingga sensasi

yang dibawa oleh serabut bermailin kecil akan berkurang atau bahkan tidak

dihantarkan substangelatosa ke otak.

Kondisi ini disebut ―Pintu Gate Tertutup‖. Pemberian masase dengan

teknik counterpressure dapat menutup gerbang pesan nyeri yang akan

dihantarkan menuju medulla spinalis dan otak, selain itu dengan tekanan yang

kuat pada saat memberikan teknik tersebut maka akan dapat mengaktifkan

senyawa endhorophin yang berada di sinaps sel-sel saraf tulang belakang dan

otak, sehingga tranmisi dari pesan nyeri dapat dihambat dan menyebabkan

penurunan sensasi nyeri serta dapat membantu ibu bersalin merasa lebih
49

nyaman (Mender,2003 dalam Rejeki, 2014 ; Suparni,2014 ; Kustari,2012 ;

Tamsuri dalam Haqiqi 2017). Berdasarkan tinjauan teori diatas peneliti

membuat kerangka teori yang dapat dilihat pada bagan 2.1 dibawah ini :

Teknik Counterpressure Birth Ball Penurunan Nyeri

2.10 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka Konsep adalah model pendahuluan dari sebuah masalah

penelitian dan merupakan refleksi dari hibungan variabel-variabel yang

diteliti. Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk membimbing atau

mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis dan intervensi

(Notoadmojo,2012). Kerangka konsep dapat dilihat pada bagan 2.2 dibawah

ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Teknik Counterpressure Birth Ball Penurunan Nyeri


50

2.11 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini :

Ha : Diduga Ada Pengaruh Counterpressure Dengan Birth Ball Terhadap

Penurunan Nyeri Kala I Di Klinik Pratama Vivi Medika Perawang.

Ho : Diduga Tidak Ada Pengaruh Counterpressure Dengan Birth Ball

Terhadap Penurunan Nyeri Kala I Di Klinik Pratama Vivi Medika Perawang


51

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian data kuantitatif dengan

pendekatan Quasy-eksperimen dengan pretest-post test wtih control grup

design. Metode ini digunakan sesuai dengan tujuan penelitian yakni

mengetahui pengaruh counterpressure dengan birth ball terhadap penurunan

nyeri kala 1 Di klinik Pratama Vivi Medika Perawang (Notoatmodjo,2012)

Gambar Desain 3.1

Pretest Perlakuan Posttest

01 X 02

Pretest Kontrol Posttest

01 X 02

Keterangan:

01: Pengukuran pertama [pretest]

X : Perlakuan atau eksperimen

02: pengukuran kedua [posttest]

Y: kontrol
52

3.1 Lokasi dan Waktu

3.1.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini di lakukan di klinik pratama Vivi medika perawang.

3.1.2 Waktu penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Januari

2020.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini diambil dari rerata kunjungan persalinan

di klinik pratama Vivi medika perawang selama waktu penelitian yaitu dari

bulan Agustus—Oktober 2020 sebanyak ±32 ibu bersalin kala 1 fase aktif

pada saat penelitian.


53

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan di teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi sampel dalam penelitian

adalah ibu primigravida dan multigravida yang melahirkan secara spontan.

N=

Keterangan :

N = Besar sampel

Za = Kesalahan tipe 1 sebesar 5%=1,96

Zb = kesalahan tipe 2 sebesar 20%=0,82

r = perkiraan koefisien korelasi 0,66( Hartati,2015)

n= ²+3

= ²+3

= 16

Berdasarkan rumus tersebut maka total jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 16 + 16 = 32 responden. Penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah 32 orang responden yang akan di bagi menjadi dua
54

kelompok yaitu,yaitu 16 responden di jadikan kelompok kontrol dan 16

responden di jadikan kelompok eksperimen terapi birth ball.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode accidental sampling,dimana pengambilan sampel ini di lakukan

dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di

suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian ( Notoatmodjo,2012).

a) Kriteria inklusi

1. Ibu inpartu primi dan multigravida

2. Ibu bersalin Kala I Fase aktif

3. Janin tunggal hidup

4. Ketuban utuh

5. Presentasi kepala

6. Rencana melahirkan normal

b) Kriteria eklusi

1. Terdapat riwayat penyakit/komplikasi kehamilan

2. Terjadi penyulit persalinan

3. Mendapat terapi analgesik dan induksi selama proses persalinan

4. Pasien patologis

5. Partus macet
55

3.3 Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Counterpressure dengan

birthball

3.4 Variabel dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri persalinan

kala 1.

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, lembar

Informend Consent, lembar kuisioner skala intenstas nyeri face numeric,dan

SOP counterpressure dengan birth ball.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Peneliti tidak melakukan uji validitas dan realibilitas pada instrument

nyeri Face pain rating scale karena instrument ini merupakan pengukur skala

nyeri yang sudah baku dan dapat dipercaya validitasinya dan sudah dipakai

pada penelitian nyeri persalinan sebelumnya. Face pain rating scale juga

efektif digunakan untuk mengkaji nyeri pada orang dewasa dan mempunyai

sensitifitas yang baik. Selain itu instrumen ini telah diuji oleh Sukowati dalam

penelitian tentang efektifitas paket rileks terhadap rasa nyeri ibu primipara

Kala I fase aktif dan didapat hasil uji validitas dengan r > 0,365 serta

realibilitasnya 0,651 (Budiarti, 2011).


56

3.7 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Skala Ukur Hasil Ukur


Operasional Ukur/Alat
Ukur
Independen
Birth Ball Birth ball (bola Kuisioner Nominal Sebelum
Kelahiran) adalah diberikan
bola terapi fisik perlakuan
berdiameter 65-
75 cm dengan Sesudah
cara melakukan diberikan
menekan perlakuan
kebawah atau
memutar searah
jarum jam
dilakukan selama
30 menit pada
saat persalinan
kala I Fase Aktif

Dependen
Nyeri Perasaan tidak Skala Nyeri Rasio Skala Analog
Persalinan Kala nyaman atau Vas (Skala Visual
I Fase Aktif tidak Analog Visual)
menyenangkan 1. Tidak ada
yang disebabkan nyeri 0
kontraksi uterus, 2. Nyeri
dinilai dengan ringan 1-3
cara ibu 3. Nyeri
menuliskan garis sedang 4-
pada lembar 7
kuisioner, 4. Nyeri
sebelum dan hebat 8-10
sesudah
diberikan
perlakuan
57

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

didapat langsung dari hasil wawancara, obeservasi dan intervensi pada ibu

bersalin kala I fase aktif di Klinik Pratama Vivi Medika Perawang.

3.8.2 Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Editing yaitu kegiatan untuk mengklarifikasi dan memperbaiki isian

formulir setelah peneliti melakukan pengecekan pengisian kuisioner maka

kuisiner yang tidak lengkap, tidak jelas atau tidak konsisten akan diklarifikasi

kepada responden tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis

data ( Fitriyanti 2017).

b. Coding

Coding yaitu kegiatan mengubah data yang berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan (Waiss,2008 dalam Fitriyanti 2017).

Coding dalam penelitian ini dilakukan hanya pada data gambaran umum

karakteristik responden seperti : Usia (1=20—25tahun, 2=26— 30 tahun),

pendidikan (1=Rendah, 2=Menengah), Kontraksi Uterus (1=20—40 detik,

2=>40 detik), pembukaan serviks (1=6 cm, 2=7 cm, 3=8 cm), pendamping

persalinan (1=suami, 2=ibu kandung, 3=saudari).


58

c. Processing / Entry

Mengentri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dala tabel atau database komputer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana. Data-data yang telah dientri dan diberi kode

kemudian dianalasis di dalam program atau software komputer. Program

yang akan digunakan adalah program SPSS (Musrifatul dkk, 2008 dalam

Fitriyanti 2017).

d. Cleaning

Pembersihan data atau cleaning adalah pengecekan kembali data yang

sudah di entri apakah ada kesalahan atau tidak sehingga data benarbenar

bebas dari kesalahan (Hastono, 2011)

3.9 Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel yang diteleti. Data numerik digunakan nilai

mean, median, standar deviasi, inter kuartil range dan minimal maksimal.

Peringkasan data hanya menggunakan distribusi frekuensi dengan ukuran

presentase atau proporsi. Analisis univariat dalam penelitian ini digunakan

untuk meganalisis distribusi frekuensi responden sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan counterpressure dengan birthball.


59

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan apabila diinginkan untuk menganalisis

hubungan dan pengaruh antara dua variabel yang diidentifikasi dengan

menggunakan pengujian statistik. Analisis bivariat dalam penelitian ini

digunakan untuk menganalisis pengaruh counterpressure dengan birthball

terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif dengan menggunakan

uji statistik Uji T berpasangan.


60

LAMPIRAN

LEMBAR OBSERVASI

PENGARUH PEMBERIAN COUNTERPRESSURE DENGAN BIRTH


BALL TERHADAP PENURUNAN NYERI KALA 1 DI KLINIK
PRATAMA VIVI MEDIKA PERAWANG

: Eksperimen

: Kontrol

Inisial Responden :

Tanggal/ Waktu Penelitian :

Umur Responden :

HPHT :

Tanggal Tafsiran Persalinan :

Kehamilan anak ke :

Tanggal & jam masuk klinik Pukul :

Awal tanda-tanda persalinan kala Pukul :

Pembukaan servik lengkap Pukul :

(10cm)

Lama kala I persalinan ibu

(waktu) ……… Jam ……….. Menit


61

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Y. 2010. Hipnostetri : Rileks, Nyaman, dan Aman Saat Hamil &
Melahirkan. Jakarta : Gagas Media.

Asrinah dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Bethsaida Janiwarti & Herri Zan Pieter, 2013, Pendidikan Psikologi Bidan
Suatu Teori dan Terapannya, Yogyakarta : Andii Offset, hlm226,
250

Fitriyanti. (2017). Efektifitas Massage Effleurage yang dilakukan suami


terhadap nyeri persalinan Kala I Fase Laten.

Johariah, dkk, 2012, Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL : Trans Info
Media, Jakarta

Judha, 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, Nuha Medika:
Yogyakarta

Manuaba, I. 2010. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC

Maryani, Tri & Rita, Munica. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan 1.


Yogyakarta

Nurasiah Ai, Rukmawati A, Badriah D. 2012. Asuhan Persalinan Normal


bagi Bidan. Bandung: Refika Aditama

Potter, P A & Perry, A G. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta

Rejeki, dkk. 2014. “Penentuan Kualitas Pangan da Uji Organoleptik”. Progdi


Ilmu Gizi. Fakultass Kedokteran. Universitas Diponegoro.
Semarang. Makalah.
62

Rohani, dkk. (2010) Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan, Jakarta :


Salemba

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi.4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Sriwenda, Djudju dan Yulinda. 2016. Efektivitas Latihan Birth ball terhadap
Efikasi Diri Primipara dengan Persalinan Normal. Jurnal Ners dan
Kebidanan Indonesia. 4(3)

Susilo, H.W, dkk. (2015). Riset Kualitatif & Aplikasi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

Uliyah, Mar’atul. 2010. Panduan Aman Dan Sehat Memilih Alat KB.
Yogyakarta : Insania.
63

Lampiran 3. SOP Counterpressure dengan Birth Ball

PENATALAKSANAAN PEMBERIAN COUNTERPRESSURE DENGAN BIRTH


BALL

PENGERTIAN Countepressure dengan birth ball adalah pijatan tekanan kuat


dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari
tangan, atau juga menggunakan bola terapi fisik yang
membantu ibu inpartu kala I ke posisi yang membantu
kemajuan persalinan, pada daerah lumbal lima atau sakrum
yang dilakukan terus menerus selama kontraksi.

TUJUAN Membuatrasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan.

PETUGAS Bidan

PERALATAN Birthball dan Lembar observasi

PROSEDUR A. SIKAP DAN PERILAKU


PELAKSANAAN 1) Menyambut pasien, memberi salam dan
memperkenalkan diri

2) Menawarkan bantuan

3) Menjelaskan maksud dan tujuan


64

4) Menjelaskan prosedur tindakan

5) Menjaga privasi pasien

6) Mengawali kegiatan dengan tasmiyah dan mengakhiri


dengan tahmid.
65

B. ISI/CONTENT
1) Pasien dalam keaadaan siap untuk dilakukan birth ball

2) Menyiapkan peralatan

3) Mencuci tangan
66

4) Anjurkan ibu untuk duduk di atas birth ball seperti


halnya duduk diatas kursi dengan kaki sedikit membuka
agar keseimbangan badan di atas bola terjaga

5) Anjurkan ibu untuk meletakkan tangan dipinggang atau


dilutut, gerakkan pinggul ke samping kanan dan ke
samping kiri, memutar dan maju mundur mengikuti
aliran gelinding bola. Lakukan secara berulang minimal
2 x 8 hitungan

6) Anjurkan ibu untuk duduk nyaman di atas bola dan


membungkuk ke tempat tidur atau kursi
67

7) Letakkan birth ball dilantai menggunakan pengalas dan


untuk selanjutnya ibu memeluk bola dengan posisi kaki
di tekuk, suami mendampingi untuk memijat atau
melakukan tekanan halus pada punggung bawag.
Lakukan tindakan ini selama 5 menit.

8) Letakkan birth ball dilantai dan disandarkan pada


tembok dan menganjurkan ibu untuk duduk dan
bersandar pada birth ball.

9) Anjurkan ibu untuk jongkok berdiri dengan bola diantara


punggung dan dinding dengan kaki sedikit lebih dibuka
68

C. TEKNIK
1) Tindakan sistematis dan berururtan
2) Tanggap terhadap reaksi pasien
3) Percaya diri dan tidak ragu-ragu
4) Sabar dan teliti
5) Dokumentasi dengan SOAP
69

LEMBAR OBSERVASI SKALA NYERI

Isi keterangan dengan menggunakan tanda ceklis ( ) sesuai nomor yang


menurut Ibu mewakili rasa nyeri saat ini.

Nama (Inisial) :

Hari / Tanggal :

Pengukuran Pertama

TIDAK NYERI NYERI RINGAN NYERI SEDANG NYERI BERAT

Pengukuran Intensitas Nyeri Dengan Numeric Rating Scale (NRS)

None Mild SKALA Moderate Ket


Severe 0
Tidak Nyeri
1,2,3
Nyeri Ringan
(Pasien Dapat Berkomunikasi Dengan Baik)
4,5,6
Nyeri Sedang
(Pasien Mendesis, Dapat Menunjukkan Lokasi
Nyeri, Dan Dapat Mengikuti Perintah Dengan Baik)
7,8,9
Nyeri berat
(pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah,
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat diatasi
dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi)
10
Nyeri sangat berat
(pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,
panic tidak terkontrol)
70

Anda mungkin juga menyukai