Anda di halaman 1dari 140

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPRENSHIP


DENGAN PEMBERIAN KOMPRES DINGIN
PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF

NAMA : WIWIK SAPITR


NIM : 40019053

FAKULTASILMUKESEHATAN PROGRAM STUDI DIII


KEBIDANAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
PROPOSAL TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPRENSHIP


DENGAN PEMBERIAN KOMPRES DINGIN
PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF

NAMA : WIWIK SAPITR


NIM : 40019053
FAKULTASILMUKESEHATAN PROGRAM STUDI DIII
KEBIDANAN INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN
TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai


sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi merupakan
proses fisiologi dan perkesinambungan (marmi, 2011). Tidak bias dipungkiri
bahwa masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi baru lahir hinga
pengunaan kontrasepsi, wanita akan mengalami berbagai masalah kesehatan.
Agar kehamilan, persalinan serta masa nifas seorang ibu berjalan normal, ibu
membutuhkan pelayanan kesehatan yang baik. Peraturan pemerintah nomor
61 tahun 2004 tentang kesehatan reproduksi menyatakan bahwa setiap
perempuan berhak mendapatkan pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup
sehat dan mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu (bandiyah, 2013)

Federasi obsterti ginekologi international, kehamilan didefinisikan sebagai


fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dianjurkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan
lunar atau 9 bulan menurut kalender international. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester, dimanna trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu,
trimester kedua 15 minggu (13 minggu hingga ke-27 minggu), dan trimester
ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-1 wono prawirohardjo,2016).

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lain, dengan mengunakan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri atau
spontan). Proses ini dimulai adanya kontraksi persalinan sejati yang ditandai
dengan perubahan serviks secara progresif sampai kelahiran plasenta
(sulistyawati dan nugrahany,2010).

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indicator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu Negara. Berdasarkan data
world health statistics diperkirakan sekitar 830 wanita meninggal setiap
harinya karena komplikasi selama kehamilan atau persalinan. Secara global
diseluruh dunia angka kematian ibu (AKI) adalah 216 per 100.000 kelahiran
hidup. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah dengan deteksi dini
antenatal care dan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan intervensi medis
(WHO:2017).

Tenaga kesehatan tenaganya sangat diperlukan peranya di dunia. Di


antaranya seorang tenaga kesehatan mempunyai peran yang sangat penting
yaitu, seorang tenaga kesehatan memiliki peran untuk mencegah, mendeteksi
kejadian yang tidak di inginkan pada masa post partum atau masa nifas.
Asuhan kebidanan yang diberikan secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir merupakan asuhan kebidanan
komprehensif. Yang dimana suatu keadaan yang fisiologis namun dalam
prosesnya terdapat kemungkinan keadaan tersebut dapat mengancam jiwa
ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian maka dari itu dalam
program pemerintah yaitu mengurangi kemungkinan seorang perempuan
hamil mengalami komplikasi dalam kehamilan misalnya dengan ANC
menggunakan standar 10 T yaitu : timbangan berat dan ukur tinggi badan,
periksa tekanan darah, tinggi fundus uteri, TT, tablet zat besi, tetapkan status
gizi, tes laboratorium, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin,
tatalaksana kasus, dan temu wicara, persalinan dan masa nifas dengan
asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman,
mengurangi kemungkinan komplikasi persalinan yang terakhir dengan
kematian atau kesakitan melalui pelayanan obstetric dan neonatal esensial
dasar dan komprehensif (prawirohardjo:2016)
Kekuatan ibu dalam proses persalinan normal yang dapat berdampak
pada sulitnya persalinan dapat berdampak pada sulitnya persalinan dapat
interpretasikan dari durasi kala II persalinan. Kala II persalinan adalah fase
dalam persalinan yang dimulai ketika dilatasi serviks lengkap dan berakhir
dengan pelahiran janin (Cunningham:2012). Persalinan pada suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir, dengan
menggunakan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri atau spontan).
Proses ini dimulai adanya kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif sampai kelahiran plasenta (sulistyawati
dan nugraheny:2010). Setiap wanita akan merasa nyeri saat melahirkan yang
bersifat unik dan berbeda. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari
sekendar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.

Nyeri persalinan yang pertama kali makin kuat dirasakan ketika janin
mulai turun dan ketika mulut Rahim terbuka penuh. Nyeri ini timbul karena
tekanan bayi terhadap struktur punggung yang diikuti robekan jalan lahir
bagian bawah, peregangan dan penguntingan daerah perineum atau antara
vulva dan anus. Kala I fase aktif selesai apabila pembukaan telah lengkap.
Pada primigravida kala I berlangsung berpikiran 13 jam sendangkan
multigravida perkirakan 7 jam. Adapun faktor yang mempengaruhi nyeri
persalinan kala I fase aktif adalah pengalaman masa lalu, anxietas, budaya,
usia, dukungan keluarga dan sosial. (turlina dan ratnasari:2015)

Semua orang yang pernah melahirakan secara normal 100% pasti


merasakan sakit. Berdasarkan penelitian di amerika 70% sampai 80% wanita
yang melahirkan mengharapkan persalinan berlangsung tanpa nyeri, apabila
nyeri persalinan kala I fase aktif ditangani, maka ibu akan merasakan nyeri
yang berat sehingga anxietas atau rasa takut akan muncul yang dapat
berakhir dengan kepanikan. Nyeri pada persalinan kala I fase aktif dapat
diturukan melalui metode farmakologi dan nonfarmakologi. Metode
farmakologi yaitu obat golongan analgesic narkotik dan non narkotik,
sendangkan non-farmakologis adalah metode dalam manajemen nyeri,
karena mereka dapat mengurangi rasa sakit, beberapa teknik non-
farmakologis juga memiliki non-invasif, sederhana, efektif, dan tidak ada
efek berbahaya, teknik-teknik non-pharmachological teknik relaksasi,
akupresur, terapi air, terapi music, kompres dari pada metode farmakologis
(mardlyana:2017)

Metode kebidanan menggunakan langkah-langkah non-farmakologis


nyeri yang meliputi: kegiatan fisik atau psikologis yang mengalih
konsentrasi ibu jauh dari rasa sakit. Mereka juga meningkatkan relaksasi dan
ambang nyeri dengan memotong nyeri siklus ketakutan-ketegangan. Terapi
ini lebih disukai dari pada metode farmokologis karena mereka adalah non-
invasif, meminimalkan komplikasi bagi ibu atau janin, memberikan
dukungan dan meningkatkan kerja sama kepuasan antara ibu atau janin,
memberikan dukungan dan meningkatkan kerja sama kepuasan antara ibu
dan terapis mereka. Strategi non-farmakologis meliputi: terapi sentuhan,
berjalan, aplikasi panas dan dingin kompres, transcutasneous electrical nerve
stimulation (TENS), teknik berpanas, akupunktur, akupresur,
homoeopati,reflexology dan aplikasi es (Ibrahim AI-Battawi, dkk:2017)

Kompres dingin merupakan salah satu metode non-farmakologis yang


dianggap sangat efektif dalam mengurangi rasa sakit. Kompres dingin
merupakan terapi es yang dapat menyebabkan vasokonstriksi di daerah sakit,
dan tubuh akan berusaha untuk menghaous panas (mardlyana:2017)

Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indicator yang dapat
menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu Negara. Berdasarkan data
world health statistics diperkirakan sekitar 830 wanita meninggal setiap
harinya karena komplikasi selama kehamilan atau persalinan. Secara global
diseluruh dunia angka kematian ibu (AKI) adalah 216 per 100.000 kelahiran
hidup. Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah dengan deteksi dini
antenatal care dan tindakan yang tepat sesuai kebutuhan intervensi medis
(WHO:2017).

Studi ini menunjukan bahwa es gel kompres memiliki hubungan yang


signifikan mengurangi nyeri persalinan. Berdasarkan hasil uji statistic, nilai
p adalah 0,000, yang merupakan <0,05. Hasilnya mendapat nilai RR dari
6(95% CI 2,1-18,3) yang berarti bahwa ada hubungan antara penerapan es
gel compres dan penurunan nyeri persalinan secara signifikan, dan oleh
karena itu hipotesis di terima. Ibu yang diberi compresse es gel yang 6 kali
lebih mungkin megalami nyeri sedang dari pada mereka yang tidak diberi
kompres es gel. Hasil analisis tingkat nyeri pada kelompok intervensi
menemukan bahwa 86% ibu ibu dalam kelompok ini mengalami tingkat
nyeri sedang dan 14% mengalami sakit parah. Penelitian ini dilakukan dalam
fase aktif dengan pembukaan serviks 4-7 cm, dimana semakin besar
pembukaan serviks, semakin parah sakitnya akan selain itu, pengaruh
budaya dan etnis latar belakang atau ibu ras terhadap persepsi dan ekspresi
nyeri persalinan tidak diperiksa. Kompres es gel dapat mengurangi nyeri
persalianan selama terhadap fase I aktif hal ini sesuai dengan menyatakan
bahwa pemberian kompres es gel dapat mengurangi nyeri persalinan pada
kala I fase aktif. Kompres es gel adalah tindakan kompres dingin
menggunakan alat gel berbentuk dikemas dalam kantong plastic dinetralkan
dan tidak beracun (mardlyana,2017)

Berdasarkan hasil survey yang telah saya lakukan kepada ibu W dengan
usia kehamilan minggu hari, maka saya tertarik melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif mulai dari masa kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta melakukan
pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin,
nifas neonatus di PMB S
B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan kebidanan komprehensif pada Ny D dengan


penerapan kompres dingin pada persalinan kala I fase aktif di PMB Soraya
Amd. Keb

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara holistic yang


komprehensif sejak masa hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir,
menggunakan kerangka pikir manajemen kebidanan serta menerapkan
kompres dingin pada kala I fase aktif guna mengurangi rasa nyeri pada ibu
bersalin.

b. Tujuan khusus

1. Mampu melaksanakan pengumpulan data subyektif pada ibu


hamil, bersalin, nifas dan neonatus pada Ny D di PMB Soraya
Amd.keb

2. Mampu melaksanakan pengumpulan data obyektif pada ibu hamil,


bersalin, nifas dan neonatus di PMB Soraya Amd.keb

3. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada ibu hamil,


bersalin, nifas dan neonatus pada Ny W di PMB Soraya Amd.keb

4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan secara


kontinyu dan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir pada Ny D

5. Mana tinakan kompres dingin ya

6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan


pada ibu hamil, bersalin, nifas dan neonatus pada Ny D
7. Mampu melaksanakan literature riview kompres dingin untuk
mengurangi nyeri persalinan.

c. Manfaat

1. Bagi PMB bidan Soraya Amd.keb

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi, informasi
dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada dilahan praktik untuk dapat
mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan terutama dalam
melakukan asuhan kebidanan komprehensif untuk meningkatkan kualitas
kesehatan khususnya asuhan pada kehamilan, bersalin, nifas dan bayi baru
lahir dengan penerapan kompres dingin.

2. Bagi IKesT Muhammadiyah Palembang

Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
digunakan sebagai bahan referensi bagi Mahasisqa IKesT Muhammadiyah
Palembang prodi DIII Kebidanan dalam pembuatan laporan tugas akhir.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup proposal tugas akhir ini adalah melakukan dan memberikan
asuhan kebidanan kehanilan, nifas dan, bayi baru lahir. Yang dilakukan
secara komprehensif responden.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Menurut federasi obstetri ginekologi international, kehamilan
Didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dianjurkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan
berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan
menurut kalender interbational. Kehamilan terbagi dalam 4 trimester,
dimana trimester kesatu berlangsung 12 minggu, trimester kedua 15
minggu (13 minggu hingga ke-27 minggu), dan trimester ketiga 13
minggu (28 minggu hingga ke-40).(prawirohardjo:2016)
2. Fisiologi kehamilan
Proses terjadinya pembukaan embrio terdapat 5 aspek sebagai
berikut :
a. Ovum
Adalah suatu sel terbesar dalam tubuh manusia.
Pertumbuhan ovum (oogenesis) dimulai dengan oogenia, oosit
primer ( sel sel yang menjalani pembelahan utama), oosit
skunder ( sel sel yang menjalani pembelahan kedua ). Saat
ovulasi pembelahan yang kedua dimulai namun ovum tidak
akan menyelesaikan pembelahan kedua jika terjadi fertilisasi
dan akan mengahasilkan badan polar yang kedua dan satu zigot
(persatuan ovum dan sperma) (Marmi:2014)
b. Spermatozoa
Pertumbuhan sperma (spermatogenesis) dimulai dengan
spermatogonium menjadi spermatosit primer (kromosom-
kromosom dalam jumlah diploid/2 pasang), menjadi spermatosit
sekunder (membelah 2), menjadi spermatid dan tumbuh menjadi
spermatozoa (sperma)(marmi:2014)
c. Fertilisasi
Adalah suatu pristiwa penyatuan antar sel sperma dan sel
telur di tuba falopi. Peristiwa konsepsi atau fertilisasi terjadi di
ampula tuba, pada hari ke-11-14 terjadi ovulasi dari siklus
menstruasi normal. Ovulasi yang disebut juga dengan masa
subur adalah pristiwa matangnya sel telur sehingga siap
dibuahi.(marmi:2014)
d. Implantasi
Adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Setelah implantasi terjadi, sel sel trofoblas yang
tertanam dalam endometrium terus berkembang membentuk
jaringan dengan system pembuluh darah maternal untuk
menjadi plasenta (marmi:2014).
3. Pembagian umur kehamilan
Pembagian umur kehamilan dibagi menjadi tiga yaitu:
Trimester I : umur kehamilan 0-12 minggu.
Trimester II : umur kehamilan 12-28 minggu.
Trimester III : umur kehamilan 28-40 minggu.
(Marmi,2014).
4. Diagnosis kehamilan
Diagnosis kehamilan dapat ditegakkan dengan riwayat kesehatan
dan pemeriksaan klinis berdasarkan tanda dan gejala kehamilan, yaitu
a. Tanda mungkin hamil
1. Amenore ( terlambat datang bulan )
a. Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.
b. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan
perhitungan rumus neegle dapat ditentukan
perkiraan persalinan.
2. Maul (nausea) dan muntah (emisis)
Umumnya terjadi pada wanita hamil umur 6-8 minggu.
Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sicknes.
Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang
(marmi:2014)
3. Ngidam
Wanita hamil sering mengiginkan makanan
tertentu,keinginan yang demikian disebut ngidam.
Keadaan ini biasanya terjadi pada bulan bulan pertama
(marmi:2014)
4. Payudara tegang
Pengaruh estrogen dan progesteron menimbulkan
deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang, nyeri serta kencang. Ujung
syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada
hamil pertama (marmi:2014)
5. Weight gain
Pertambah berat badan ibu tidak selalu berbanding
lurus dengan pertambahan berat janin. Umumnya
pertambahan berat badan normal selama kehamilan
adalah 7-15 kg (marmi:2014)
b. Tanda tidak pasti kehamilan

Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh


(marmi:2014)

a. Perut membesar
b. Rahim membesar, sesuai dengan tuanya kehamilan.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan tes positif.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui
(marmi:2014)
a. Gerakan janin dalam Rahim
b. Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian bagian
janin
c. Denyut jantung didengar dengan stetoskop leanec,alat
Doppler. Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu
rotgen untuk kerangka janin,ultrasonografi.
5. Perubahan anatomi dan fisiologi kehamilan
Menurut jannah 2012 perubahan anatomi dan fisiologi
pada ibu hamil adalah:

a)Sistem reproduksi

(1) uterus

(a) Ukuran
Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus
adalah 30x 25x 20 cm dengan kapsitas lebih dari
4.000 cc. hal ini Rahim membesar akibat
hipertropi dan hiperplasi otot polos Rahim,
serabut kolagennya menjadi higgroskopik, dan
endometrium menjadi desidua
Table 2.1

Tinggi fundus uteri menurut pandangan per tiga jari

Usia kehamilan Tinggi fundus uteri (TFU)


(minggu)
12 minggu 3 jari diata simfisi
16 minggu Pertengahan pusat simfisis

20 minggu 3 jari di bawah pusat

24 minggu Setinggu pusat


28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu Pertengahan pusat
36 inggu 3 jari dibawah px

37 minggu 1jari dibawa px

(b) posisi Rahim dalam kehamilan


(1) pada permulaan kehamilan, dalam posisi
antefleksi atau retrofleksi.
(2) Pada bukan kehamilan, Rahim tetap berada
dalam pelvis.
(3) Setelah itu, mulai memasuki rongga perut
yang dalam pembesarannya dapat mencapai
batas hati.
(4) Pada ibu hamil, Rahim biasanya mobile, lebih
mengidi rongga abdomen kanan atau kiri.
(c) Berat uterus
Berat uterus naik secara luar biasa dari 30 gram
menjadi 1000 gram pada akhir bulan
(jannah,2012)
Table 2.2

Bentuk uterus berdasarkan usia kehamilan

Usia kehamilan Bentuk dan


konsistensi uterus
Bulan pertama Seperti buah alpukat
2 bulan Sebesar telur bebek
3 bulan Sebesar telur angsa
4 bulan Berbentuk bulat
5 bulan Rahim teraba seperti
berisi cairan ketuban,
Rahim terasa tipis
itulah sebabnya
mengapa bagian
bagian janin dapat
dirasakan melalui
perabaan dinding
perut.
Sumber : (jannah:2012)

(d) Vaskularasi
Arteri uterine dan ovarika bertambah dalam
diameter, panjang, dan anak anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan
bertambah. (jannah,2012)
(e) Serviks uteri
Bertambah vaskularasinya dan menjadi lunak,
kondisi ini yang disebut tanda goodell. Kelenjar
endoservikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mucus. Oleh karena itu
pertambahan dan pelebaran pembuluh darah,
warnanya menjadi livid dan ini disebut tanda
chadwick.(jannah,2012)
(f) Ovarium
Ovulasi berhenti namun masih terdapat kopus
luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta
yang akan mengambil alih pengeluaran estrogen
dan progestron.
( jannah,2012)

(2) vagina dan vulva

Oleh karena pengaruh hormone estrogen, terjadi hipervaskularasasi pada


vagina dan vulva sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah atau
kebiruan, kondisi ini disebut tanda chadwick.(jannah,2012)

(3) payudara

Karena danya peningkatan suprai darah di bawah pengaruh aktivitas


hormone, jaringan glandular dari payudara membesar dan putting menjadi
lebih efektif walaupun perubahan payudara dalam bentuk yang membesar
terjadi pada waktu menjelang persalinan. Hormon estrogen menyebabkan
pertumbuhan tubulus lactiferous dan ductus juga menyebabkan timbuhnya
lobus, alveoli lebih tervaskularasi dan mampu bersekrasi. Hormone
pertumbuhan dan glukokortikoid juga mempunyai peran penting dalam
perkembangan ini. Prolactin merangsang produksi kolostrum dan air susu
ibu (jannah,2012)

b) perubahan kardiovaskular
selama kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya
atau biasa disebut sebagai curah jantung cardiac output meningkat sampai
30-50%. Peningkatan ini dimulai terjadi pada usia kehamilan 6 minggu atau
pada awal trimester 1 yang kemudian meningkat pesat pada usia kehamilan
16-28 minggu dan kemudian melambat hingga menjelang minggu ke-32.
Oleh karena curah jantung meningkat,maka denyut jantung meningkat pada
saat istirahat juga meningkat. Hal ini memudahlan system kardiovaskular
pada ibu memenuhi kebutuhan janin. Perubahan ini disebabkan oleh
peningkatan kadar estrogen, progesterone, dan prostaglandin, dan perubahan
ini akan kembali normal setelah kehamilan berakhir (sulistywaty,2009)

c) perubahan sistem urinaria

pada trimester kedua aliran darah ginjal meningkat dan tetap terjadi
hingga usia kehamilan 30 minggu, setelah itu menurun secara perlahan.
Ginjal mengalami pembesaran dan filtrasi glomerualar. Perubahan dalam
filtrasi glomerualar. Perubahan dalam filtrasi glomerulus adalah penyebab
peningkatan klirens kreatinin, urea, dan asam urat yang sangat direabsobsi,
sementara asam amino dan vitamin ditemukan dalam jumlah yang banyak di
dalam urin wanita hamil hanya protein yang tidak biasa ditemukan pada urin
wanita hamil (jannah,2012)

d) sistem metabolisme

janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk oembentukan


tulangnya dan ini terjadi ketika trimester terakhir. Oleh karena itu,
peningkatan asupan kalsium sangat diperlukan untuk menunjang kebutuhan
(jannah,2012)

5. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


Sasaran asuhan antenatal ialah meminimalkan setiap efek yang
berpotensi membahayakan perempuan hamil dan bayinya. Dengan
memenuhi kebutuhan ibu hamil, baik fisik maupun psikologisnya.

1. Oksigen meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan selama


kehamilan mempengaruhi pusat pernafasan

2. Nutrisi

a) Kalori jumlah kalori yang diperlukan ibu hamil adalah 2500 kkal
setiap harinya. Jumlah kalori yang berlebihan dapat menyebabkan
obesitas dan ini merupakan faktor predisposisi atas terjadinya
preeklamsia
b) Protein jumlah protein yang diperlukan untuk ibu hamil adalah 85
gr/hari. Sumber protein : Kacang-kacangan, ikan, ayam, susu, keju.
Defenisi protein dapat menyebabkan kelahiran premature, anemia dan
oedema.
c) Kalsium kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg/hari. Sumber
kasium : susu, keju, yoghurt dan kalsium karbonat
d) Zat besi diperlukan 30mg/hari asupan zat besi bagi ibu hamil.
Kekurangan zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia
defisiensi zat besi.
e) Asam folat jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil sebesar 400
mikro gr/hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia
megaloblastik.
f) Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan suhu tubuh, karna itu
dianjurkan untuk minum 6 8 gelas(1500-2000 ml).

3) Personal Hygiene
Keluhan yang terjadi pada ibu hamil adalah konstipasi dan sering
BAK. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan banyak
mengkonsumsi makanan tinggi serat serta banyak minum air putih, jika
merasa dorongan untuk BAK/BAB maka segeralah untuk BAK/BAB.
4) Pakaian
Perubahan anatomik pada perut, area genetalia/ lipat paha dan
payudara menyebabkan lipatan-lipatan kulit menjadi lebih lembab dan
mudah terinfeksi oleh mikroorganisme. Sebaiknya, mandi menggunakan
pancuran atau gayung. Selain itu, mengganti celana dalam secara rutin
minimal 2 kali sehari. Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan
ketat dibagian perut. Bahkan pakaian harus dapat menyerap keringat,
pakailah bra yang menyokong payudara. Memakai sepatu dengan hak
rendah.
5) Perawatan Payudara
Perawatan payudara sangatlah penting karen merupakan persiapan
proses laktasi. Berikut yang perlu diperhatikan:
a) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang kecil, gunakan bra dengan
bentuk yang menyangga payudara.
b) Hindari membersihkan payudara dengan sabun karena dapat
menyebabkan iritasi. Bersihkan dengan minyak kelapa atau baby oil
lalu bilas dengan air hangat.(Ari sulistyawati:2012).
6) Eliminasi
Sering buang air kecil merupakan keluhan umum yang dirasakan oleh
ibu hamil. Hal tersebut adalah perubahan secara fisiologis, karena
pembesaran uterus mendesak kandungkemih sehinggakapasitasnya
berkurang. (Ari sulistyawati:2012).

7) Seksual
Hubungan seksual selama kehamilan tidak dilarang selama tidak ada
penyakit sebagai berikut :
a) Sering abortus dan kelahiran prematur
b) Perdarahan pervaginam
c) Koitus dilakukan dengan sangat hati-hati terutama minggu terakhir
kehamilan.Bila ketuban sudah pecah. Koitus dilarang karena dapat
menyebabkan infeksi pada janin intrauteri.
7. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda bahaya kehamilan menurut Saifuddin (2014) adalah sebagai
berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan dinamakan perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
Perdarahan pada akhir kehamilan , perdarahan yang tidak normal adalah
merah, banyak yang kadang-kadang, tetapi tidak selalu, disertai dengan
rasa nyeri, perdarahan seperti ini bisa berarti plasenta previa atau absurpsi
plasenta.
b) Sakit kepala hebat
Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, dan sering kali
melupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala
yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang
hebat yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat. Kadang kadang
dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin mengalami
penglihatan yang kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari preeklamsia (Cunningham:2012).
c) Gangguan penglihatan
Karena pengaruh hormonal dalam kehamilan, ketajamanvisual ibu
dapat berubah perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual
yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang dan berbintik
bintik. Perubahan visual mendadak mungkin merupakan suatu tanda pre-
eklamsia.
d) Bengkak pada wajah dan tangan
Bengkak dapat menunjukan adanya masalah serius jika muncul pada
permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah istirahat dan di ikuti
dengan keluhan fisik yang lain. hal ini bisa merupakan pertanda anemia,
gagal jantung atau preeklamsia (Saifuddin:2014).
e) Nyeri abdomen
Nyeri abdominal tidak berhubungan dengan persalinan normal adalah
tidak normal. Nyeri abdominal yang mungkin menunjukan masalah yang
mengancam kesehatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang
setelah istirahat. Hal ini bisa berarti apendistis. Kehamilan ektopik,
penyakit radang pelvis, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong
empedu, iritasi uterus, absurpsi plasenta, ISK dan lain-lain
(Saifuddin:2010).
f) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya sejak bulan kelima atau bulan
keenam, bahkan beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak
paling sedikit tiga kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih
mudah terasa jika berbaring atau istirahat dan jika ibu makan minum
dengan baik.
8. Perubahan dan Adaptasi Psikologis Selama Masa Kehamilan Trimester I,
II, dan III
a. Trimester I
Trimester pertama disebut sebagai masa penentuan dan masa
kekhawatiran. setelah tejadi perubahan, hormon progesteron dan
estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya
rasa mual-mual pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya
payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan,
kecemasan dan kesedihan. Seringkali pada awal kehamilannya ibu
berharap untuk tidak hamil.
Pada trimester pertama seringkali timbul kecemasan dan rasa
kebahagiaan bercampur keraguan dengan kehamilannya antara ya atau
tidak, terjadi fluktuasi emosi sehingga beresiko tinggi untuk terjadinya
pertengkaran atau rasa tidak nyaman, adanya perubahan hormonal, dan
morning sickness. Diperkirakan ada 80% ibu-ibu mengalami perubhan
psikologis, seperti rasa kecewa, sikap penolakan, cemas dan rasa
sedih.
Awal minggu kehamilan, ibu sering merasa tidak yakin dengan
kehamilannya. Setiap wanita memiliki tingkat reaksi yang bervariasi
terhadap ketidakyakinan kehamilannya dan terus berusaha untuk
mencari kepastian bahwa dirinya hamil. Kondisi ini mendorong dia
semakin takut atas kehamilan yang terjadi, bahkan sebagian dari
mereka berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya
tidak hamil.
b. Trimester II

Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang


baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang dialami saat hamil. Namun, trimester kedua juga
merupakan fase ketika wanita menelusuri ke dalam dan paling banyak
mengalami kemunduran. Trimester kedua terbagi atas dua fase yaitu pra
quickening (sebelum adanya gerakan janin yang dirasakan ibu) dan
pasca quickening (setelah adanya gerakan janin yang dirasakan ibu).
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah,
yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan
identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri.
Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester
kedua. Kurang Iebih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata
dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester pertama dan
sebelum hamil Trimester kedua relatif terbebas dari segala
ketidaknyamanan fisik dan ukuran perut wanita belum menjadi
masalah besar. Lubrikasi vagina semakin banyak, kecemasan,
kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya menimbulkan
ambivalensi pada wanita tersebut mereda. Pada masa ini wanita hamil
juga telah mengalami perubahan, Dari seseorang yang biasanya
menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi seseorang yang mencari
kasih sayang dari pasangannya. Seluruh faktor ini turut memengaruhi
peningkatan libido dan kepuasan seksual. (Dartiwen dan
Nuhayati:2019 )

c. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti
kehadiran sang bayi. Ada perasaan cemas mengingat bayl dapat Iahir
kapanpun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Wanita akan kembali merasakan ketidak knyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,
peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan
menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan.
Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metodenya untuk
mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan perasaan
bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara tersebut dan
berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan.
Rasa cemas dan takut akan proses persalinan dan kelahiran
meningkat, yang menjadi perhatian yaitu rasa sakit, luka saat
melahirkan, kesehatan bayinya, kemampuan jadi ibu yang bertanggung
jawab dan bagaimana perubahan hubungan dengan suami, ada gangguan
tidur, harus dijelaskan tentang proses persalinan dan kelahiran agar
timbul kepercayaan diri Pada ibu bahwa ia dapat me|a|ui proses
persalinan dengan baik. (Dartiwen dan Nuhayati:2019

9. Asuhan Antenatal
1) Pengertian Asuhan Antenatal
Asuhan antenatal adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan
memuaskan (Marmi:2014).
2) Tujuan Asuhan Antenatal
Menurut (Marmi, 2014) tujuan dari asuhan antenatal care adalah
sebagai berikut :
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, materal dan
sosial ibu dan bayi.
3) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam dalam menerima
kelahiran bayi agar dapar tumbuh kembang secara normal.
4) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu serta
bayinya dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses
kelahiran bayi.
5) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medik, bedah, atau
obstetric selama kehamilan.
6) Mengembangkaan persiapan persalinan serta persiapan menghadapi
komplikasi.
7) Membantu menyiapkan ibu menyusui dengan sukses, menjalankan
nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.
3) Standar Asuhan Kehamilan

a) Standar 3 : Identifikasi ibu hamil

Melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat


secara berkala untuk penyuluhan dan motivasi untuk pemeriksaan dini
dan teratur (Jannah:2012)

b) Standar 4 : Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Sedikitnya 4 kali


pelayanan kehamilan :

Satu kali pada TM 1 (usia kehamilan 0-13 minggu)

Satu kali pada TM II (usia kehamilan 14-27 minggu)

Dua kali pada TM III ( usia kehamilan 28-40 minggu)

pemeriksaan meliputi : anamnesis dan pemantauan ibu dan janin,


mengenal kehamilan resiko tinggi nasehat dan penyuluhan, mencatat
data yang tepat setiap kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk.
(Jannah:2012)

c) Standar 5 : Palpasi abdominal

Pemeriksaan palpasi Leopold dilakukan sistematika berikutini.

a. Leopold I.
Bertujuan untuk mengetahui TFU dan bagian janin yang ada
di fundus.
Gambar 2.1
Menentukan Bagian Janin dan TFU

(Sumber : sulistyawati 2012)

Cara pelaksanaannya sebagai berikut.


(1) Pemeriksaan menghadap pasien.

(2) Kedua tangan meraba bagian fundus dan mengukur berapa tinggi
fundus uteri. Meraba bagian apa yang ada di fundus, jika teraba benda
bulat, melenting, mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. Namun
jika teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting, dan susah
digerakkan maka itu adalah bokong janin.

b. Leopold II.
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada disebelah
kanan atau kiri ibu.

Gambar 2.2

Menentukan Bagian Janin

(Sumber : Sulistyawati, 2012)


Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Kedua tangan pemeriksa berada disebelah kanan dan kiri perut
ibu.

(2) Ketika memeriksa sebelah kanan, maka tangan kanan menahan


perut sebelah kiri kearah kanan.

(3) Raba perut sebelah kanan menggunakan tangan kiri, dan rasakan
bagian apa yang ada disebelah kanan (jika teraba benda yang
rata, tidak teraba bagian kecil terasa ada tahanan, maka itu
adalah punggung janin, namun jika teraba bagian-bagian yang
kecil dan menonjol,maka itu adalah bagian kecil).

c.Leopold III.
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah
uterus dan sudah masuk PAP atau belum.

Gambar 2.3
Menentukan Bagian Terbawah Janin
(Sumber : Sulistyawati, 2012)

Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Tangan kiri menahan fundus uteri.

(2) Tangan kanan meraba bagian yang ada di bagianbawah


uterus. Jika teraba bagin yang bulat, melenting, keras, dan dapat
digoyangkan, maka itu adalah kepala. Namun jika teraba bagin
yang bulat,besar, lunak, dan sulit digerakkan, maka ini adalah
bokong. Jika dibagian bawah tidak ditemukan kedua bagian
sperti diatas, maka pertimbangkan apakah janin dalam letak
melintang.

(3) Pada letak sungsang (melintang) dapat dirasakan ketika


tangan kanan menggoyangkan bagian bawah, tangan kiri akan
merasakan ballottement (pantulan dari kepal janin, terutama ini
ditemukaan pada usia kehamilan 5 7 bulan). Tangan kanan
meraba bagian bawah (jika teraba kepala, goyangkan, jika masih
mudah digoyangkan, berarti kepala belum masuk panggul,
namun jika tidak dapat digoyangkan, berarti kepala sudah masuk
panggul), lalu dilanjutkan pada pemeriksaan leopold IV untuk
mengetahui seberapa jauh kepala asudah masuk panggul.

d. Leopold IV

Bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh bagian terbawah


sudah masuk PAP

Gambar 2.4

Menentukan Seberapa Jauh Masuk PAP


Cara pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(1) Pemeriksaan menghadap kaki pasien.


(2) Kedua tangan meraba bagian janin yang ada dibawah
(3) Jika terba kepala, tempatkan kedua tangan di dua belah pihak
yang berlawanan di bagian bawah
(4) Jika kedua tangan konvergen ( dapat saling bertemu ) bearti
kepala belum masuk
(5) Jika ke dua tangan divergen ( tidak saling bertemu ) bearti
kepala sudah masuk bagian atas panggul

4) Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Menurut WHO tahun 2016, kunjungan antenatal sebanyak 8 kali hal


ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ANC dan untuk meningkatkan
ibu, janin, dan hasil bayi baru lahir yang terkait dengan antenatal.
Kelompok Pengembangan Pedoman (GDG), WHO meninjau model
pemberian ANC yang ada dengan pertimbangan penuh dari berbagai
intervensi direkomendasikan dalam pedoman ini menyatakan bahwa
Perawatan antenal dengan minimal delapan kali kunjungan
direkomendasikan untuk mengurangi angka kematian perinatal dan
meningkatkan pengalaman perawatan wanita. Menganggap ini sebagai
sebuah yayasan, GDG meninjau bagaimana seharusnya ANC disampaikan
dalam hal waktu dan konten dari masing-masing kontak ANC, dan sampai
pada yang baru model- model WHO ANC 2016 yang menggantikan model
ANC (FANC) empat kunjugan sebelumnya.
Untuk tujuan mengembangkan model ANC baru ini, rekomendasi
pedoman ANC telah dipetakan ke delapan kontak berdasarkan bukti yang
mendukung setiap rekomendasi dan waktu optimal pengiriman intervensi
yang direkomendasikan untuk dicapai dampak maksimal. Kunjungan
antenatal menurut WHO yaitu:
a) Kontak pertama dijadwalkan berlangsung pada Trimester pertama
hingga 12 minggu kehamilan.
b) Dua kontak dijadwalkan pada Trimester Ke-2, yaitu pada usia kehamilan
20 dan 26 minggu.
c) Lima kotak dijadwalkan pada Trimester Ke-3, yaitu pada Usia
kehamilan 30, 34, 36, dan 40 minggu kehamilan.
Dalam model ini, kata kontak telah digunakan sebagai ganti
kunjungan, seperti itu menyiratkan koneksi aktif antara ibu hamil dan
penyedia layanan kesehatan yang tidak tersirat denga kata kunjungi
(WHO:2016)Perbandingan jadwal ANC
Tabel 2.4 perbandingan

WHO FANC Model 2016 WHO ANC


model
Trimester I
Kunjugaan 1 : - 12 Kontak 1 : hingga 12
minggu minggu
Trimester II
Kunjugaan 2 : 24-26 Kontak 2 : 20 minggu
minggu Kontak 3 : 26 minggu
Trimester III
Kunjugaan 3 : 32 Kontak 4 : 30 minggu
minggu Kontak 5 : 34 minggu
Kunjungan 4 : 36-38 Kontak 6 : 36 minggu
minggu Kontak 7 : 38 minggu
Kontak 8 : 40 minggu

(Sumber : WHO, 2016)

5) Standar Pelayanan Antenatal 10 T


Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus
memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri dari:
a) Pengukuran tinggi dan berat badan
Bila tinggi badan <145cm, maka faktor resiko panggul sempit,
kemungkinan sulit melahirkan secars normal, sejak bulan ke-4
pertambahan berat badan paling sedikit 1 kg/bulan (kemenkes RI buku
kia)
b) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90mmhg, ada faktor resiko hipertensi
(tekanan darah tinggi) dalam kehamilan. (Kemenkes RI buku KIA)
c) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
Bila <23,5 cm menunjukkan ibu hamil menderita kurang energi
kronis (ibu hamil KEK dan beresiko melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR)
d) Pengukuran tinggi rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan
janin apakah sesuai dengan usia kehamilan Penentuan letak janin
(presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung janin. Apabila
trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum
masuk PAP, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain.
Bila denyut jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari
160x/menit menunjukkan ada tanda gawat janin, segera rujuk.
e) Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT)
Adalah suatu proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya
pencegahan terhadap infeksi tetanus.

Tabel 2.5 Pemberian Imunisasi TT


Statu Interval Lama
Jenis Suntikan %
s Waktu Perlindungan

Belum pernah
mendapat
imunisasi TT
TT1 Padakunjungan 80
antenatal
pertama
TT2 4 minggu dari 3 tahun 95
TT1
TT3 6 bulan dari 10 tahun 99
TT2
TT4 1 tahun dari 25 tahun 99
TT3
TT5 3 tahun dari Seumur hidup
TT4

f) Pemberian tablet tambah darah

Ibu hamil sejak awal kehamilan minimum 1 tablet tambah darah


setiap hari minimal selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada
malam hari untuk mengurangi mual.(Kemenkes RI buku KIA)
g) Tes laboratorium
1) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila
diperlukan.
2) Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah
(Anemia)
3) Tes pemeriksaan urine (air kencing).
4) Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara
pemeriksaan malaria dilakukan didaerah endemis.
h) Konseling atau penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan
kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi
menyusui dini ( IMD), nifas, perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
keluarga berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan
secara bertahap pada saat kunjungan ibu hamil.

i) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

B. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan menggunakan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri atau spontan). Proses ini dimulai ada-Nya kontraksi
persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan serviks secara progresif
sampai kelahiran plasenta (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010)
Melahirkan adalah proses penyampaian bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari rahim. Sebuah persalinan normal terjadi jika usia
kehamilan cukup cukup (setelah 37 minggu) dan tidak ada komplikasi bawah-
pergi. Proces kelahiran, yang identik dengan rasa sakit, dapat membuat
pengalaman menakutkan. nyeri persalinan terjadi karena kontrak otot-otot
rahim, karena kepala janin bergerak melalui jalan lahir menyebabkan tekanan
pada kandung kemih, rektum, tulang belakang dan tulang kemaluan
(Mardliyana:2017)
b. Penyebab Terjadinya Persalinan
Sampai saat ini hal yang menyebabkan mulainya proses persalinan
belum diketahui benar, namun ada teori-teori yang kompleks menurut
sulistyawati dan nugraheny 2013, yaitu :
a) Teori Penurunan Harmon
Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai. terjadi penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
polos rahim, jika kadar pmgcstcron turun akan menyebabkan tegangnya
pembuluh darah dan menimbulkan his.
b) Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villichorialis dalam plasenta mengalami
beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang mcngakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
c) Teori Distensi Rahim
1. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2. Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.
3. Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena uterus
teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang kehamilan gemeli
mengalami persalinan yang lebih dini

d) Teori Iritasi Mekanis


Di belakang serviks terletak ganglion servikalis(fleksusfrankenhauser), bila
gangglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin), maka akan
timbul kontraksi uterus
e) Teori Oksitosin

1. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipoflsis posterior.


2. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah
sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
3. Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan
menyebabkan Oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot
rahim untuk berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai.
f) Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis

1. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.


2. Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
g) Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis

1. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.


2. Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
h) Induksl Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
1. Gagang laminaria: dengan cara laminariadimasukan ke dalam
kanalisservikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser
2. Amniotomi: pemecahan ketuban.
3. Oksitosin drip: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

c. Tanda-tanda Persalinan
a. Tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke-36 pada primigravida, terjadi penurunan kepala
bayi sudah masuk ke dalam panggul. Penyebab dari proses ini adalah
sebagai berikut :
a) Kontraksi BraxtonHicks.
b) Ketegangan dinding perut.
c) Ketegangan ligamentwnrotundum.
d) Gaya berat janin, kepala kearah bawah uterus, masuknya kepala janin ke
dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita hamil dengan tanda-tanda sebagai
berikut :
a) Terasa ringan di bagian atas dan rasa sesak berkurang
b) Di bagian bawah terasa penuh dan mengganjal.
c) Kesulitan saat berjalan.
d) Sering berkemih.

2) Terjadinya His Permulaan


Menurut Sulistyawati dan Nugraheny, 2013 Pada saat hamil muda sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks yang kadang dirasakan sebagnlkcluhan
karena rasa sakit yang ditimbulkan. Biasanya pasien mengeluh adanya rasa
sakit di pinggang dan terasa sangat mengganggu, terutama pada pasien
dengan ambang rasa sakit yang rendah. Adanya perubahan kadar hormon
estrogen dan progesteron menyebabkan oksitosin semakin meningkat dan
dapat menjalankan fungsinya dengan efektif untuk menimbulkan kontraksi
atau his permulaan. His permulaan ini sering diistilahkan sebagai his palsu
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah.
b) Datang tidak teratur.
c) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-tanda kemajuan
persalinan.
d) Durasi pendek.
e) Tidak bertambah bila beraktivitas.
b. Tanda Persalinan
a) Terjadinya His Persalinan

Menurut sulistyawati dan Nugraheny, 2013 Karakter dari his


persalinan yaitu :

1) Pinggang terasa sakit menjalar ke depan.

2) Sifat his teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.

3) Terjadi perubahan pada serviks.

4) Iika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan berjalan, maka

kekuatannya bertambah.

b. Pengeluaran Lendir dan Darah (Penanda Persalinan)


Dengan adanya his persalinan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan (Sulistyawati dan Nugraheny:2013) :
1) Pendataran dan pembukaan.
2) Pembukaan menyebabkan selaput lendir yang terdapat pada
kanalisservikalis terlepas
3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

c. Pengeluaran Cairan
Sebagian pasien mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban. jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun jika ternyata tidak tercapai, maka
persalinan akhirnya diakhiri dengan tindakan tertentu. misalnya ekstraksi
vakum, atau sectio caesaria (Sulistyawati dan Nugraheny:2013

d. Tahapan Persalinan
a. Kala l (Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10
menit selama 4O detik Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi dua
fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan fase
aktif (7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan
sering terjadi selama fase aktif. Pada permulaan his, kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat seh'mggaparturient (ibu yang sedang bersalin)
masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung
12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan
KurveFriedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam dan
pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka
waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan. (Sulistyawati dan
Nugraheny:2013).

b. Kala II (Pengeluaran Bayi)


Menurut Sulistyawati dan Nugraheny 2013, Kala II adalah kala
pengeluaran bayi, dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus
dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi
hingga lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan
pembukaan sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di Vulva dengan
diameter 5-6 cm. Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran
cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
meneran karena tertekannya fleksusfrankenhouser.
4) Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga kepala membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai
hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan
muka, serta kepala seluruhnya.
5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggung.
6) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dengan jalan berikut :
● Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
● Setelah kedua bahu bayi lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
● Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
7) Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30 menit

Gambar 2.5
Penurunan Kepala Perlimaan
Sumber: (Obstetric.2014: Medical Mini Notes)

c. Kala III (Pelepasan Plasenta)


Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah
kala II yang bcrlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti
sekitar 5-10 menit. Dcnganlahimya bayi dan proses retraksi uterus, maka
plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya plasenta sudah dapat
diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut (Sulistyawati
dan Nugraheny 2013) :
1) Uterus menjadi berbentuk bundar.
2) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan.
5) Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada
fundus uterus.
6) Sebab-sebab Terlepasnya Plasenta
1) Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir
uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan rongganya
hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedthdibawah pusat,
karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga
sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini
hingga tebalnya mcnjadi dua kali lipat daripada permulaan persalinan,
dan karena pengecilan tempat perlekatannya maka plasenta menjadi
berlipat-lipat pada bagian yang terlepas dari dinding rahim karma tidak
dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya. jadi faktor yang paling
penting dalam pelepasan plasenta ialabretraksi dan kontraksi uterus
setelah anak lahir.
2) ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua
basalis terjadi perdarahan. karena hematom ini membesa plasenta
terangkat dari dasarnya oleh hematoma tersebut sehingga daerah
pelepasan meluas
d. Kala IV (Observasi)

Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada Kala IV
dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut
(Sulistyawati dan Nugraheny 2013) :
● 1) Tingkat kesadaran pasien.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
● 3) Kontraksi uterus.
● 4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400-500 cc

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Widiastini,


2018 yaitu :
a) Power (Kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga dari ibu yang mendorong janin
keluar. Kekuatan tersebut meliputi:
1) His (kontraksi uterus)
His adalah kekuatan kontraksi pada uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah bersifat
simetn's, dominan pada fundus, terkoordinasi, dan terjadi relaksasi.
His bersifat involunter karena berada di bawah pengaruh saraf
intrinsik, artinya ibu tidak memiliki kendali flsiologis terhadap frekuensi dan
durasi his. Kontraksi uterus juga bersifat intermiten sehingga ada periode
relaksasi uterus di antara kontraksi. Fungsi terjadinya relaksasi, adalah
mengistirahatkan otot uterus,memberi kesempatan istirahat bagi ibu, dan
mempertahankan kesejahteraan janin karena kontraksi uterus menyebabkan
kontriksi pembuluh darah plasenta.

a) Pembagian his dan sifatnya:


1) His pendahuluan atau his palsu (falselaborpain)
His ini bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri diperut bagian
bawah dan pada lipatan paha. Lama kontraksi masih pendek dan tidak
bertambah kuat bila ibu berjalan, bahkan sering berkurang. His ini
juga tidak mempengaruhi perubahan pada serviks
2) His pembukaan
His ini dapat menyebabkan terjadinya pembukaan dan penipisan
serviks, semakin lama semakin kuat, teratur dan sakit
3) His pengeluaran
His ini sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi yang berfungsi
untuk mengeluarkan janin.
4) His pelepasan plasenta
Kontraksinya sedang, berfungsi untuk melepaskan dan
mengeluarkan plasent.
5) His pengiring
His ini terjadi pada persalinan kala IV, kontraksi lemah, masih
sedikit nyeri dan membantu terjadinya involusi uterus uterus.

b) Hal hal yang harus di perhatikan pada his persalinan:


1) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per
10 menit dalam waktu 30 menit.
2) Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dengan
satuan mmHg. Kekuatan his dapat diraba secara palpasi, kekuatan
kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intrauterin sampai 35
mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan dengan mencoba
apakah jari pemeriksa dapat menekan dinding rahim ke dalam.
3) Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur.
4) Interval his adalah tenggang waktu antara kedua his.
5) Kekuatan his adalah hasil perkalian antara amplitude dengan
frekuensi yang ditetapkan dengan satuan unit Montevideo
c) Perubahan-perubahan akibat his/kontraksi
1) Uterus
Kontraksi menyebabkan uterus teraba keras/padat. Pada
kehamilan lanjut uterus terbagi menjadi 2 segmen, yaitu segmen
atas dan segmen bawah Segmen atas di bentuk oleh korpus uteri
dan segmen bawah yang texjadi di isthmusuteri. Pada saat kontraksi
segmen atas memegang peranan aktif, dindingnya mcnjadi tebal,
dan mendorong janin untuk keluar. Sedangkan segmen bawah
memegang peranan pasif yaitu terjadi relaksasi dan dilatasi
sehingga menjadi saluran tipis dan teregang karena akan di lalui
oleh janin.
a) Servik
Kontraksi menyebabkan serviks menjadi mendatar dan
membuka
b) Janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenter berkurang,
sehingga menimbulkan hipoksia pada janin.
c) Ibu akan merasakan nyeri karena kontraksi rahim
2) Tenaga mengedan
d) Setelah pembukaan pada servik lengkap, ketuban telah pecah
atau di pecahkan, dan sebagian presentasi sudah berada di dasar
panggul, sifat kontraksi berubah, yaitu bersifat mendorong
keluar di bantu dengan keinginan ibu untuk mengedan atau
usaha volunter. Keinginan ibu untuk mengedan dapat di
sebabkan karena:
● Kontraksi otot-otot dinding perut mengakibatkan terjadi
peningkatan tekanan intra abdominal, sehingga
menekan uterus pada semua sisi dan menambah
kekuatan untuk mendorong keluar
● Tenaga mengedan saat melahirkan janin hampir min'p
dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar
(BAB), namun jauh lebih kuat .
● Saat kepala janin sampai kedasar panggul, timbul reflex
yang menyebabkan ibu menutup glotisnya,
mengkontraksikan otot-otot perut dan menekan
dlafragmanya ke bawah
● Tenaga mengedan dapat berhasil jika pembukaan sudah
lengkap dan efektif sewaktu ada his
● Jika tenaga mengedan ibu tidak ada, maka janin tidak
dapat lahir

b. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri dari jalan lahir keras (pelvis/panggul) dan jalan
lahir lunak. Dibentuk oleh empat buah tulang yaitu, 2 tulang pangkal paha
(OsCoxae), 1 tulang kelangkang (OsSacrum), dan 1 tulang tungging
(OsCocygis) Jalan lahir lunak Bagian ini tersusun atas uterus, serviks,
vagina, introitus vagina, perineum, muskul dan ligamentum yang
menyelubungi dinding dalam dan bawah panggul.
1) Uterus
a) Segmen atas uterus, terdiri atas fundus dan bagian uterus yang terletak
diatas refleksi lipatan vesikauterinaperitomum
b) Segmen bawah uterus, terletak antara lipatan vesikauterinaperitonium
sebelah atas dan serviks dibawah
c) Serviks uteri pada kehamilan lanjut menjadi lebih lunak dan lebih
pendek karena tergabung dalam segmen bawah uterus
d) Kontraksi pada saat persalinan menyebabkan serviks mengalami
penipisan dan pembukaan. Pada primigravida serviks mengalami
pendataran terlebih dahulu kemudian terjadi pembukaan, sedangkan
pada multigravida pendataran dan pembukaan serviks terjadi
bersamaan.

2. Ligamentum dan muskulus


a) Permukaan belakang panggul dihubungkan oleh jaringan ikat antara
ossacrum dan ilium yang disebut ligamentumsacroiliaka posterior
bagian belakang, dan sacroiliaka anterior bagian depan
b)Ligamentum yang mengubungkan ossacrum dan spina ischium disebut
dengan ligamentumsacrospinosum
c) Ligamentum antara ossacrum dan tuberischiadikum disebut dengan
ligamentumsacrotuberum
d) Pada bagian dasar panggul terdiri dari otot yang disebut
muskuluslevator ani
e) Bagian membran disebut diafragma urogenital
f) Muskuluslevator ani menyelubungi rektum
g) Muskulusischiococcygeus, otot ini berorigo pada spina ischiadica dan
berinsersio pada tepi lateral tulang koksigis serta vertebra sakralis ke-5
otot ini menyangga muskuluslevator ani dan menempati bagian terbesar
dasar panggul bagian belakang
h) Ditengah-tengah muskuluspubococcygeus kanan dan kiri terdapat hiatus
urogenitalis merupakan celah berbentuk segitiga.

3. Perineum
Merupakan daerah yang menutupi pintu bawah panggul, terdiri dari:
a) Regio analis, sebelah belakang. Spinter ani eksterna yaitu muskulus
yang mengelilingi anus.
b) Regio urogenitalisterdixi dari atas muskulus bulbus cavernosus,
ischiocavernosus dan trasversus perineisuperflcialis.

c. Passanger (Janin dan Plasenta)


1) Janin
Passanger atau janin dapat melewati jalan lahir dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin. plasenta juga melewati jalan lahir, oleh karena itu plasenta juga
dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun
plasenta j arang menghambat proses persalinan normal.
2) Plasenta
Plasenta berasal dari lapisan trofoblas pada ovum yang telah dibuahi,
kemudian terhubung dengan uterus ibu untuk melakukan fungsi-fungsi yang
belum dapat dilakukan oleh janin itu sendiri selama kehidupan intrauterine.
Keberhasilan janin untuk hidup tergantung dari keutuhan dan efisiensi
plasenta. Plasenta merupakan organ yang sangat penting bagi janin karena
merupakan alat pertukaran zat antara ibu dan janin atau sebaliknya.

d. Psikologis
Psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi persalinan. Keadaan psikologis ibu yang baik akan
menghasilkan persalinan yang aman dan lancar. Salah satu faktor yang
mempengaruhi proses persalinan adalah pendampng persalinan. Ibu bersalin
yang didampingi oleh orang terdekat, keluarga, penolong, cenderung
mengalami proses persalinan yang lebih lancar dibanding dengan ibu
bersalin tanpa pendamping. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan mental
berdampak positif bagi keadaan psikis ibu. Sebagian besar ibu hamil yang
memasuki masa persalinan akan merasa cemas, apalagi pada ibu
primigravida. Oleh Karena itu penolong persalinan harus dapat dipercaya
dan dapat memberikan bimbingan dan informasi mengenai keadaan ibu saat
bersalin.
e. Pysian/Penolong
Kompetensi yang dimilikj penolong sangat bermanfaat untuk
memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan
neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan
kesalahan atau malpraktik dalam memben'kan asuhan tidak tteadi, tetapi
aspek konseling dan pemberian informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
bersalin untuk megurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga. Bidan
mempunyai tanggungjawab yang besar dalam proses persalinan. Langkah
utama yang harus dikerjakan adalah mengkaji perkembangan persalinan
memben'tahu perkembangannya baik fisiologis maupun patologis pada ibu
dan keluarga dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kesalahan yang
dilakukan bidan dalam mendiagnosa persalinan dapat menimbulkan
kegelisahan dan kecemasan pada ibu dan keluarga.

f. Mekanisme Persalinan
Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk
melewati panggul (seven movements of labor) yang terdiri dari:
1) Eggagement
Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya
kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika
bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada
nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada
multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah
persalinan dimulai (Cunningham, 2012)
2) Descent
Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul.
Descent atau penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada saat persalinan, dengan sumbu
jalan lahir
a) Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir
b) Asinklistismus anterior yaitu kepala janin mendekat kea rah promontorium
sehingga os parietalis lebih rendah
c) Asinklistismus posterior yaitu kepala janin mendekat kearah simfisis dan
tertekan oleh simfisis pubis (Cunningham, 2012)
3) Fleksi (flexion)
Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks,
dinding panggul atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan
dagu didekatkan kea rah dada janin. Fleksi ini di sebabkan oleh:
a) Persendihan leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke
dada
b) Letak leher bukan di garis tengah, tetapi kearah tulang belakang sehingga
kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala
c) Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu
lebih menempel pada tulang dada janin.
d) Kepala janin mencapai dasar panggul akan menerima tahanan sehingga
memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi untuk
mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Cunningham:2012).
4) Putaran paksi dalam (internal rotation)
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika.
Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin di arahkan ke bawah lengkung pubis
dan kepala berputar saat mencapai otot panggul (Cunningham:2012).
5) Ekstensi (extension)
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah
simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat
ekstensi.

6) Putaran paksi luar (external rotation)


Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior,
bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter
anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal
bahu bayi.
7) Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat keatas tulang pubis ibu
dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis
pubis(Cunningham:2012).

g. Asuhan Persalinan Normal


1) Asuhan Persalinan
Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hiportemia, dan
asfiksiabayi baru lahir. Sementara itu, fokus utamanya adalah mencegah
terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma
dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi (Prawirohardjo:2014).

2) Tujuan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan normal adalah untuk menjaga
kelangsungan hidup dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi,
dengan melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta
terintervensi minimal, sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan
dapat terjaga pada tingkat yang optimal (Sulistyawati:2013).

3) Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan


(a) Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan merupakan proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir
(Prawirohardjo, 2014). Empat langkah proses pengambilan keputusan
klinik:
a) Pengumpulan data yaitu data subjektif dan data objektif.
b) Diagnosis
c) Penatalaksanaan asuhan dan perawatan
d) Membuat rencana
e) Melaksanakan rencana
f) Evaluasi (Prawirohardjo:2014).

(b) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan
sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga
selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian
menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan
selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik
(Prawirohardjo:2014). Berikut ini asuhan sayang ibu dalam proses
persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Panggil ibu sesuai dengan namanya, hargai dan jaga martabatnya.
b. Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum
memulai asuhan tersebut.
c. Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.
d. Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir.
e. Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f. dukungan, besarkan dan tentramkan hatinya serta anggota-
anggotanya.
g. Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan/ atau anggota keluarganya
lain selama persalinan dan kelahiran bayi.
h. Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga tentang bagaimana
mereka memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan
kelahiran bayinya.
i. Laksanakan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik secara
konsisten.
j. Hargai privasi ibu.
k. Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi.
l. Anjurkan ibu untuk minum dan makan makanan ringan sepanjang
ia menginginkannya.
m. Hargai dan perbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak
merugikan kesehatan ibu.
n. Hindari tindakan belebihan dan merugikan seperti episiotomi,
pencukuran dan klisma.
o. Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin untuk
melakukan kontak kulit ibu-bayi, Inisiasi Menyusu Dini dan
membangun hunbungan psikologis.
p. Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama
setelah bayi lahir.
q. Siapkan rencana rujukan (bila perlu).
r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dan
mencukupi semua bahan yang diperlukan. Siap untuk melakukan
resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran
(Prawirohardjo:2014).
Asuhan sayang ibu dan bayi pada masa pascapersalinan antara lain:
a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat
gabung).
b. Bantu ibu untuk menyusukan bayinya, anjurkan memberikan ASI
sesuai dengan yang diinginkan bayinya dan ajarkan tentang ASI
ekslusif.
c. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang
cukup setelah melahirkan.
d. Anjurkan suami dan keluarganya untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi.
e. Ajarkan ibu dan keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya yang
mungkin terjadi dan anjurkan mereka mencari pertolongan jika
timbul masalah atau kekhawatiran (Prawirohardjo:2014).
(c) Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi harus diterapkan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan
tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena
bakteri, virus dan jamur (Prawirohardjo, 2014).
Memakai sarung tangan, mengenakan perlengkapan
pelindung pribadi (kacamata, master, celemek, dll) dapat
melindungi penolong terhadap kemungkinan tekena percikan
(Prawirohardjo:2014).
(d) Pencatatan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/
atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal
tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari
proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong
persalinan untuk terus menerus memperhatikan asuhan yang
diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji
ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah
dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu
diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu
dan bayinya (Prawirohardjo:2014).
(e) Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap,
diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru
lahir (Prawirohardjo:2014).

h. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal


Menurut Wiknjosastro:2012, terdapat 60 langkah asuhan persalinan
normal yaitu sebagai berikut :
1)Mengamati tanda gejala persalinan kala II.
2)Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin dan masukan kedalam suntik sesuai pakai
2,5 ml wadah partus set.
3)Memakai celemek plastik.
4)Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan.
6) Mengambil alat suntik dan masukan oksitosin.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas dan air DTT.
8) Melakukan pemeriksaan dalam.
9) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % dengan cara di
balik.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13) Melakukan pimpinan meneran.
14) Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm letakakan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan ibu.
15) Meletakkan kain bersih dilipatan 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DDT atau steril pada kedua tangan.
18) Saat kepala janin terlihat divulva dengan diameter 5-6 cm, tahan
perineum dengan tangan kanan menggunakan kain bersih yang ada
dibawah bokong untuk menghindari rupture perineum, tetapi jangan
terlalu menekan kepala bayi.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, hidung bayi dengan kain atau kasa
bersih
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
22) Setelah kepala sudah melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipariental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan bahu belakang.
23) Setelah bahu lahir geser tangan kearah perineum ibu untuk menganggah
kepala, lengan dan siku sebelah bawah, gunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir tangan kiri menyusuri punggung kearah
bokong dan tungkai bawah.
25) Melakukan penilaian sepintas.
26) Segara membukus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi, lakukan penyuntikan oxytosin/im.
27) Menjepit dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan pegang tali pusat yang dijepit
dengan dilakukan pengguntigan diantara 2 klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain bersih atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat tetap terbuka.
30) Memberi bayi kepada ibu dengan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendaki.
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering, melakukan palpasi abdomen
untuk mengetahui kemungkinan adanya bayi kedua.
32) Memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan di suntik.
33) Dalam waktu dua menit setelah kelahiran bayi, beri suntikan oksitosin 10
unit im, di gleteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasi terlebih dahulu.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis
untuk mendeteksi tanda-tanda pelepasan plasenta tangan yang lain
menegangkan tali pusat.
36) Menunggu uterus berkontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan sementara tangga kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorso cranial.
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
38) Jika plasenta tampak pada vulva, pegang plasenta pada kedua tangan dan
lakukan putaran searah.
39) Segera setelah plasenta lakukan masase pada fundus uteri.
40) Periksa bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5% dan membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkan dengan kain bersih
dan kering.
44) Menetapkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang berseberangan
dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakkan ke dalam larutan klorin 0,5%
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya memastikan
handuk atau kain bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melenjutkan pemantauan kontraksi dan perdarahan pervaginam yakni: 2-
3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalianan, setiap 15 menit pada 1
jam pertama pasca persalianan, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagiamana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah
52) Memeriksa nadi ibu dan kandung kemih 15 menit selama 1 jam pertama
pasca persalianan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan.
53) Menetapkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0.5% untuk
dekomentasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.
54) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai.
55) Membersihkan ibu dengan air DTT.
56) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu ibu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
58) Membersihkan sarung tangan dengan larutan klorin 0,5 % secara terbalik.
59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
60) Melengkapi patograf.
i. Kajian islam dalam persalinan
Setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat
apalagi ketika mengalami kesulitan pada saat melahirkan sebagaimana dalam
ayat al-quran surah Luqman ayat 14 Allah mengabadikan perjuangan ibu
selama kehamilan dan persalinannya.
ِ ‫ص ْينَا○ ْال َم‬
َّ َ‫صي ُرإِل‬
َ‫ي َولِ َوالِ َديْك‬ َ ‫صالُهُ َو ْهنٍ َعلَى َو ْهنًاأُ ُّمهُ َح َملَ ْتهُبِ َوالِ َد ْي ِهإْل ِ ن َسان‬
َّ ‫َاو َو‬ َ ِ‫لِيا ْش ُكرْ أَنِ َعا َم ْي ِن فِي َوف‬
Artinya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang bapak-ibunya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah
kembalimu.

j. Perubahan Fisiologis dan Psikologis pada masa Persalinan


Perubahan Psikologis
Kala I
1) Perasaan tidak enak
2) Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi
3) Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal
4) Menganggap persalinan sebagai percobaan
5) Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
6) Apakah bayinya normal apa tidak
7) Apakah ia sanggup merawat bayinya
8) Ibu merasa cemas
Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh :
1) Pengalaman sebelumnya

2) Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)

3) Lingkungan

4) Mekanisme koping

5) Sikap terhadap kehamilan

Kala II
1) Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri
akibat kontraksi uterus yang semakin kuat dan semakin sering,berkeringat dan
mulas ini juga menyebabkan ketidaknyamanan.
2) Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolism ibu meningkat denyut
jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu berkeringat lebih
banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan ketika bayi sudah di
lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk meneran.
3) Tidak sabaran, sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya
terganggu. Hal ini disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul
dan timbul kontraksi-kontraksi pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin
segera mengeluarkan janinnya.
4) Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan
tujuannya sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa
bila mampu mengejan terasa lega. Tetapi ibu lain sangat berat karena
intensitas sensasi yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi pada ibu karena
mengedan ,yaitu Exhaustion , ibu merasa lelah karena tekanan untuk
mengejan sangat kuat. Dua, Distress ibu merasa dirinya distress dengan
ketidaknyamanan panggul ibu karena terdesak oleh kepala janin. Tiga, panik
ibu akan panik jika janinnya tidak segera keluar dan takut persalinannya lama.
Kala III
1) Bahagia
Karena saat saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga
yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi
wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan aku ntuk suami dan
memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat
anaknya.

2) Cemas dan Takut


● Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan
karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup
dan mati
● Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu.
● Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya
Kala IV

1) Phase Honeymoon

Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi


dan kontak yang lama antara ibu ayah anak. Hal ini dapat dikatakan
sebagai Psikis Honeymoon yang tidak memerlukan hal-hal yang
romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan
menciptakan hubungan yang baru.

2) Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )

Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-


anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk
memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi
suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses
ikatan kasih tersebut.
k. Asuhan Persalinan Dengan Penerapan Kompres Dingin Terhadap
Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
1) Pengertian Nyeri
nyeri persalinan adalah interaksi yang kompleks dan subjektif antara
beberapa faktor fisik, psikososial, lingkungan dan budaya serta interpretasi
wanita rangsangan tenaga kerja. Ini adalah siklus fluctuating, muncul
dalam gelombang, pertama memuncak dan kemudian mereda pada
gilirannya. Frekuensi siklus ini meningkat sebagai waktu untuk
pengiriman mendekati. Nyeri selama tahap pertama persalinan adalah
karena beberapa penyebab termasuk :
a) Nyeri viseral disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan
peregangan dari adneksa dan rahim ligamen
b) Nyeri somatik akibat dilatasi perineum, alat kelamin vagina dan
eksternal selama fase pengusiran. respon fisiologis untuk nyeri persalinan
terjadi sebagai akibat dari aktivasi sistem saraf otonom termasuk :
perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernapasan, dan tanggapan
metabolik. isyarat perilaku seperti; aktivitas motorik kasar, ekspresi verbal
dan ekspresi wajah. (al-battawi,mahmoud dan essa:2017)

2) Metode yang digunakan Dalam penilaian Nyeri


Metode Numeric Rating Scale (NRS) didasari pada skala angka 1-10
untuk menggambarkan kualitas nyeri yang dirasakan pasien. NRS diklaim
lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis kelamin, etnis, hingga
dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut
ketimbang VAS dan VRS. Cara mengukur nyeri dengan menggunakan
NRS ini adalah Angka 0 berarti tidak ada rasa sakit, dan angka 10 adalah
yang paling sakit. Berikut penjelasannya :
● Skala 0 berarti tidak ada nyeri sama sekali
● Skala 1-3 berarti nyeri ringan (masih bisa ditahan, tidak sampai
mengganggu aktifitas)
● Skala 4-6 berarti Nyeri Sedang (sudah mulai mengganggu aktifitas)
● Skala 7-10 berarti Nyeri Berat (sampai tidak bisa melakukan aktifitas
fisik secara mandiri)
Visual analog skala intensitas nyeri (VAS) Alat ini pada awalnya
dikembangkan oleh Melzac dan Katz (1994) untuk memperkirakan tingkat
subjektif dari intensitas nyeri. Ini adalah skala numerik sepuluh poin yang
terdiri dari 10 cm garis lurus horisontal mulai 0-10 cm dengan kata-kata
tidak sakit di sebelah kiri yang menunjukkan sedikit rasa sakit dan tak
tertahankan pada hak yang menunjukkan rasa sakit terburuk. intensitas
nyeri dievaluasi dengan meminta para wanita untuk menunjuk pada baris
tanda & kemudian diukur dalam cm dari tidak sakit akhir untuk
mendapatkan skor wanita. Jumlah ini mewakili intensitas rasa sakit
mereka. istilah deskriptif yang digunakan sebagai berikut: Tidak ada rasa
sakit (0), nyeri ringan (1-3 cm), nyeri sedang (4-6 cm), nyeri berat (7-
9cm), dan akhirnya (10 cm) nyeri tak tertahankan.
Hadir skala intensitas perilaku (PBIS) Skala ini awalnya
dikembangkan & divalidasi oleh bonnel & Bourrea (1985) dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh peneliti untuk mengukur
manifestasi hadir nyeri. The PBIS adalah lima kategori skala pengamatan
perilaku dengan (0) mewakili respirasi normal; (1) frekuensi amplitudo
perubahan pernapasan selama kontraksi; (2) menangkap reaksi yang
berhenti selama kontraksi / relaksasi; (3) terengah-engah yang berlangsung
antara kontraksi; dan (4) tanda-tanda agitasi. Tingkat nyeri pada ukuran ini
dibagi menjadi 5 tingkat, dengan skor mulai dari 0 sampai 4. Semakin
tinggi skor tercermin tingkat yang lebih tinggi dari rasa sakit. (al-
battawi,mahmoud dan essa:2017)
3) Penanganan Nyeri pada Persalinan
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode logis non-
pharmaco dalam manajemen nyeri, karena mereka dapat mengurangi rasa
sakit tanpa setiap potensi untuk menyebabkan efek berbahaya bagi ibu dan
bayi. Di samping kemampuannya untuk mengurangi rasa sakit, beberapa
teknik non-farmakologis juga memiliki non-invasif, sederhana, efektif, dan
tidak ada efek berbahaya, Teknik-teknik non-pharmachological teknik
relaksasi, akupresur, terapi air, terapi musik, kompres panas atau dingin,
pijat dan sentuhan, yang lebih diinginkan daripada metode farmakologis
(mardlyana:2017)
Kompres dingin merupakan salah satu metode non-farmakologis
yang dianggap sangat efektif dalam mengurangi rasa sakit. kompres dingin
merupakan terapi es yang dapat menyebabkan vasokonstriksi di daerah
sakit,dan tubuh akan berusaha untuk menghapus panas (Mardlyana 2017)
Penelitian ini dilakukan dalam fase aktif dengan pembukaan serviks
4-7 cm, di mana semakin besar pembukaan serviks, semakin parah
sakitnya akan. Selain itu, pengaruh budaya dan etnis latar belakang atau
ibu ras terhadap persepsi dan ekspresi nyeri persalinan tidak diperiksa.
kompres dingin dapat mengurangi nyeri persalinan selama fase aktif kala
I. aktif Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shirvani &
Ganji, 2013 yang menyatakan bahwa pemberian kompres dingin dapat
mengurangi nyeri persalinan selama fase aktif kala I (Mardlyana:2017)

4) Cara Penggunaan Kompres Dingin


Ketika kontraksi dimulai ibu akan merasakan nyeri yang
mengakibatkan ketidak nyamanan dan untuk mengatasi rasa nyeri tersebut
dapat dilakukan kompres dingin yaitu dengan menggunakan buli-buli
dingin. Pengompresan ini diletakkan pada daerah yang terasa nyeri
biasanya pada pinggang, perut bagian bawah atau lipat paha ketika ada
kontraksi dengan memakai buli-buli dingin yang di isi air dingin dengan
suhu 15-18ºc selama 20-30 menit (Potter & Perry, 2006). Pengompresan
dilakukan selama 20 menit karena suhu air sudah turun sehingga air dingin
harus diganti dan saat itulah melakukan observasi nyeri persalinan.

5) Hasil Penelitian Kompres Dingin


Penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan sangat statistik
signifikan diamati pada tingkat nyeri persalinan menggunakan VAS antara
studi & kelompok kontrol sebelum dan segera serta 30 & 60 menit setelah
aplikasi es, di mana P ≤. 000) (lihat Tabel 4). Hal ini jelas ditunjukkan
ketika intensitas nyeri persalinan antara kelompok studi telah berubah
secara signifikan. sakit parah telah menurun tajam kemudian benar-benar
menghilang segera dan setelah 30 menit intervensi. efek yang jelas ini
diamati terlepas dari fakta bahwa intensitas nyeri persalinan biasanya
meningkat dengan kemajuan persalinan. Penurunan intensitas nyeri antara
kelompok studi mungkin sebagian besar karena peningkatan kenyamanan
dan kesejahteraan mereka, yang mungkin didukung oleh intervensi
diterapkan. Hal ini mungkin disebabkan bahwa penggunaan aplikasi
dingin dapat menjadi solusi potensial bagi manajemen nyeri yang akan
membantu dalam menurunkan memberikan efek analgesik. Hal ini juga
dinyatakan oleh teori bahwa penurunan saraf kecepatan konduksi,
pelemahan atau blok nyeri konduksi ke sistem saraf pusat melalui teori
kontrol gerbang, pikiran penyimpangan dari rasa sakit, dan penurunan
peregangan otot yang semuanya menghasilkan peningkatan ambang
persepsi nyeri.

6) Temprature Nyeri
Menurut (Asmadi, 2008) Temprature air untuk pengompresan di
klasifikasikan sebagai berikut :

1) Dingin sekali : Dibawah 13°C


2) Dingin : 13 18°C (50-65F°)
3) Sejuk : 18-26°C (65-80F°)
4) Hangat Kuku :26-34°C (80-93F°)
5) Hangat : 34-37°C ( 93-98F°)
6) Panas : 37-41°C (98-105F°)
7) Sangat Panas : 41-46°C

C. Nifas

a. Pengertian Nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa pemulihan kembali, dimulai sejak
1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 42 jam dimana masa itu terjadi pemulihan
keadaan kandungan seperti pada sebelum terjadi kehamilan (Prawiroharjo, 2014).

Masa nifas adalah adalah suatu periode dalam berminggu-minggu pertama


setelah persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar
menggangapnya antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak
kompleks dibandingkan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut hanya sedikit menggangu ibu,
walaupun komplikasi serius dapat terjadi (Cunningham dkk, :2014).

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

2) Melaksanakan skrining secara komprenshif, deteksi dini, mengobati atau


merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,


KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari

4) Memberikan pelayanan keluarga berencana

5) Mendapatkan kesehatan emosi (Nugroho,at al,:2014)

c.Tahapan Masa Nifas


1) Pueperium dini adalah suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk
berdiri dan berjalan-jalan.

2) Pueperium intermedial adalah suatu masa dimana kepulihan diri organ-organ


reproduksi selama kurang lebih enam minggu

3) Remote Puerpium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali
dalam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu
persalinan mengalami komplikasi(Nugroho,at al,:2014)

d. Perubahan Sistem Reproduksi Masa Nifas

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisisebelum


hamil.(Sulistyawati:2012).
Tabel 2.6
Involusi Uteri
BERAT
INVOLUSI TFU
UTERUS
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta 2 Jari bawah pusat 750 gram
Lahir
1 Minggu Pertengahan pusat 500 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gram
Simfisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 50 gram
(Sumber : sulistyawati, 2012)

2) Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:

a) lokhea rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hariketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta

b) lokhea sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari


keempat sampai hari ketujuh.

c) lokhea serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan

d) lokhea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu


postpartum.(Sulistyawati:2012).

3) Perubahan pada Serviks

Serviks yang berdilatasi dampai 10 cm saat persalianan akan menutup


secara perlahan dan bertahap.(Sulistyawati:2012).

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang


sangat besar selama prose melahirkan bayi. Setealh 3 minggu, vulva dan
vagina kembali secara berangsur-angsur.

5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post-natal hari
ke-5, perineum sudah berangsur kembali.

e. Perubahan Fisiologi Pada ibu Nifas


1) Perubahan sistem pencernaan
Setelah persalinan ibu mengalami perubahan sistem pencernaan. Alat
pencernaan yang mengalami tekanan menyebabkan usus kosong, dan
pengeluaran cairan yang berlebih serta kurangnya asupan cairan, makanan
dana aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.
(Sulistyawati, 2012).
2) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kesil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab adalah terdapat spasme
sfinker dan edema leher kandung kemih karena mengalami tekanan.
(Sulistyawati:2012).
3) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuleh
pembuluh darah yang berada diantar anyaman otot-otot uterus yang terjepi,
proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan
tertentu seperti senam nifas.(Sulistyawati:2012).
4) Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

b) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu.
c) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya menstruasi wanita juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui.
d) Kadar Progesteron
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen. Sehingga
prolaktin meningkatkan dan mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
5) Perubahan Tanda Vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.
b) Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
c) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit,
antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Keadaan
pernafasan berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan
denyut nadi tidak normal maka pernafasan mengikutinya.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uteri.
7) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun. Jumlah sedarah akan
meningkat lagi samapi 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis.

f. Perubahan psikologis pada masa nifas


Minggu pertama merupakan masa rentan,masih terdapat rasa gembira berganti
depresi atau berubah-ubah di antara keduanya. Perasaan tidak mampu jadi ibu,
merawat bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah dan menurunnya minat
terhadap seks (Saleha:2013) Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut
dipengaruhi oleh:
1) Jenis persalinan yang ibu alami
2) Dukungan dari lingkungan sekitar
3) Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya kehadiran
bayi.
Periode masa nifas merupakan waktu di mana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
2) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
3) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga ,melahirkan (Saleha:
2013).

Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa.seorang ibu baru melahirkan


mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase
penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu. Tiga fase adaptasi
psikologis ibu nifas dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Fase taking in
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan , ibu masih pasif dan sangat bergantung
pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat(Saleha:2013)
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidak mampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal
yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang baik, dukungan, dan pemberian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya
(Saleha:2013)
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu sudah kembali dirumah. Ibu
sudah mulai dapat menyusuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadinya
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa lebih percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dari bayinya.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi,
hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota
baru (bayi). Dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat
membantu ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi untuk menjaga
kondisi fisiknya (Saleha:2013).

g. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini
bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,
mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.7

Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 jam 3 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.


setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2 64 28 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.
setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
3 29 42 hari Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang dialami atau bayinya.
persalinan Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Sumber : kemenkes 2017)

h. Tanda-Tanda Bahaya Nifas

Tanda bahaya masa nifas menurut Rukiyah (2010) adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi


haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari dua
pembalut saniter dalam waktu setengah jam

2) Pengeluaran cairan vaginal yang berbau busuk dan keras


3) Rasa nyeri di perut bagian bawah punggung

4) Sakit kepala pada wajah dan tangan

5) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak
badan

6) Payudara memerah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki

7) Merasa sangat sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.

8) Merasa sangat letih atau bernafas bernafas terengah-engah.

i. Kontrasepsi Pasca Melahirkan


1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Pasca persalinan klien dianjurkan memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan. MAL (Metode Amenore Laktasi) merupakan
kontrasepsi yang mengandalkan ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman tambahan. Metode ini akan efektif jika ibu belum haid lagi, bayi
disusui secara eksklusif dan sering, dan bayi berumur kurang dari 6 bulan
(Saifudin, 2013)

2) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Kontrasepsi ini efektif bila dipakai dengan benar (Saifudin,
2013)
3) Pil
Kontrasepsi ini dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental, pergerakan tuba terganggu sehingga transport telur dengan sendirinya
akan terganggu pula. Kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan
progesterone. Efektif dan reversible, harus diminum setuap hari. Efek samping
biasanya mual, perdarahan, bercak(Saifudin:2013)
4) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik ada 2 jenis yaitu 3 bulan (Depo Medroksiprogesteron)
dan 1 bulan (Depo Noretisteron Asetat). Cara kerja kontrasepsi ini untuk
mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, selaput lendir rahim tipis dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Kontasepsi suntik ini sangat efektif, aman dan dapat
dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduktif(Saifudin:2013)
5) Implant
Cara kerja kontrasepsi implant dapat mengentalkan lendir serviks,
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportassi sperma, dan menekan ovulasi. Implant sangat efektif
dengan jangka waktu 5 tahun, nyaman tetapi pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan, cocok untuk semua wanita dalam usia reproduktif, kesuburan akan
segara kembali setelah implant dicabut. Efek samping berupa perdarahan tidak
teratur (Saifudin:2013)
6) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Kontrasepsi ini sangat efektif, cara kerja dapat menghambat sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri, mencegah sperma bertemu dengan ovum dan mencegah implantasi.
Kontrasepsi ini tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar dengan Infeksi
Menular Seksual(Saifudin:2013)
7) Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur beda untuk menghentikan fertilitas


(kesuburan) seorang perempuan. Sangat efektif dan permanen. Mekanisme kerja
kontrasepsi dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Yang
boleh menjalani tubektomi yaitu usia > 26 tahun, paritas 2, pasca persalinan,
pasca keguguran (Saifuddin:2013)

j. Kajian Islam dalam Masa Nifas


Setelah Selesai Nifas seorang Wanita diwajibkan untuk Mandi Wajib untuk
Menghilangkan Hadast Besar (Darah Nifas) tersebut dengan cara Membasuh
Seluruh Tubuh mulai dari puncak Kepala hingga Ujung Kaki. Mandi Wajib Setelah
Masa Nifas untuk Membersihkan Diri dari Hadast Besar (Darah Nifas) dengan
Cara Membasuh Seluruh Tubuh Mulai dari Puncak Kepala Hingga Ujung Kaki.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, Sehingga orang yang membersihkan
diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) : 222.

َّ َ ‫ْٱل ُمتَطَه ِِّرينَ َويُ ِحبُّ بِينَ ٱلتَّ ٰ َّو يُ ِحبُّ ٱهَّلل‬
○ ‫ِن‬

Artinya:

“Sesungguhnya Allah Menyukai Orang-Orang yang bertaubat dan Orang-Orang


yang Menyucikan / Membersihkan Diri.” (QS. Al-Baqarah (2) : 222)

Adapun Hadist yang mengatakan tentang mandi Wiladah

‫ والتابعين ومن بعدهم على أن النفساء تدع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫وقد أجمع أهل العلم من أصحاب النبى‬
‫الصالة أربعين يوما إال أن ترى الطهر قبل ذلك فإنها تغتسل وتصلى‬

Ulama sepakat, baik dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam, para tabiin, maupun generasi setelahnya, bahwa wannita nifas, mereka
meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali jika dia melihat telah suci sebelum 40
hari, maka dia harus mandi dan shalat. (Sunan at-Turmudzi, 1/245).

D. Bayi Baru Lahir


a) Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013).
b) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000
gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan
(Kementerian Kesehatan RI:2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-
38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada
bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan
(Dewi: 2010)
c) Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal
1) Pencegahan Infeksi (IP)
Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah
seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangisatau bernafas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban tidak kemungkinan bayi megalami asfiksia sehingga harus
segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan nafas bayi tidak
dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI:2013).
2) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu
tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apapun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu mencuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilicus

3) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60 90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45 - 50 dan berlangsung
selama 10 - 20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI:2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan ibu selama 30
60 menit berikutnya. Jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan keperawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian
dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan
RI,2013)
4) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
5) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain. pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI:2013)
6) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler dip aha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat definisi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi
baru lahir. Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorrhagic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa
dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti
pada bayi . Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir
7) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan.
Imunisasi hepatitis B diberikan 1 2 jam dipaha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati ( Kementerian Kesehatan
RI:2013)

8) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena resiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tidak lanjut (KN) yaitu 1 kali
pada umur 1 3 hari, 1 kali pada umur 4 7 hari dan 1 kali pada umur 8 28 hari
(Kementerian Kesehatan RI:2013).
9) Pemberian ASI ekslusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tanbahan
lain pada bayi berusia 0 6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0 6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), ASI Ekslusif dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
d. Kelainan-Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
Kelainan bayi baru lahir adalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1) Labioskizis dan Labiopalatoskizis
2) Aitresia Esofagus
3) Atresia Rekti dan Ani
4) Hirschprung
5) Obstruksi biliatis
6) Omfolakel
7) Hernia diafragmayika
8) Meningokel, esenfolakel
9) Hidrosefalus
10) Fimosis
11) Hipospadia (Dewi, 2013).

e. Manajemen Bayi baru lahir


Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konduksi adalah Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung (seperti contoh konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi
tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan diingin, dan menggunakan
stetoskop di ingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Konveksi adalah Jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan
suhu udara (seperti contoh , konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atan
menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL di ruangan yang
terpasang kipas angin)
c) Radiasi adalah Pemindahan panas antara 2 objek yang yang mempunyai suhu
berbeda (seperti contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau
,menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat dinding)
d) Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan
cepat melalui cara ini. Karna itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk
kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila
menggunakan handuk hangat untuk mencegah hilangnya panas secara
konduktif(Dewi:2013).

f. Kunjungan Bayi Baru Lahir


Pelaksanaan kunjungan Neonatus dan Bayi Baru lahir
1) Kunjungan I dilakukan pada 6 jam-48 jam pertama setelah bayi lahir.
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi
secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat
menggambarkan keadaan kesehatannya.
c) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama.
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering.
e) Pemberian ASI awal.
2) Kunjungan II dilakukan pada 3 hari-7 hari setelah bayi lahir.
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu.
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus).
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk.
3) Kunjungan III dilakukan pada 8-28 hari setelah bayi lahir.
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca bersalin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c) Bayi harus mendaparkan imunisasi berikut: BCG untuk mencegah
tuberculosis, Vaksin polio I secara oral, Vaksin Hepatitis B (Kemenkes
RI:2017).
g. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di luar Uterus
Ada beberapa adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar
uterus, adalah sebagai berikut:
a) Perubahan Sistem Pernafasan
Frekuensi nafas bayi yang normal 40-60 x/menit yang cenderung
dangkal dan jika bayi tidak sedang tidur, kecepata irama dan kedalannnya
tidak teratur, naming jika ditemukan nafas bayi 30-60 x/menit dapat terlihat
sebagai pernafasan Cheyne Stokes dengan periode apneu singkat tanpa bukti
adanya stress pernapasan (Saleha:2013).
Dua faktor yang berperan pada ransangan nafas pertama bayi adalah
sebagai berikut:
(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan diotak.
(2) Tekanan terhadap rongga, yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara
kedalam paru-paru secara mekanis (Saleha:2013).
b) Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah bayi baru lahir melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Terjadi dua perubahan besar untuk membuat sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan di luar rahim.
(1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
(2) Penutupan Duktus arterious antara arteri paru-paru dan
aorta(Saleha:2013).
Dua peristiwa besar yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut:
(1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistematik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
ke paru-paru untuk menjalani oksigenasi ulang.
(2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru).Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah pada tekanan atrium kanan, dengan peningkatan tekanan
pada atrium kanan ini sehingga menurunnya tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup (Saleha:2013).
c) Perubahan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas (Saleha:2013).
d) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan
menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Untuk
menghindari gumoh maka bayi deberi ASI sedikit-sedikit tetapi sering
(minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak atau on demand, jangan
biarkan bayi menghisap puting saja, tetapi areola (bagian kecoklatana atau
kehitaman di sekitar puting) juga harus masuk atau menempel ke mulut
bayi, kemudian tepuk-tepuk punggung bayi sampai sendawa sesaat setelah
disusui. Jangan langsung membaringkan bayi di tempat tidur(Saleha:2013).

e) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan yang alami maupun
yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi (Saleha:2013).

h. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,
dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penangan agar tidak
mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
tersebut, antara lain :

1) Pernafasan sulit atau > 60 x/menit


2)Suhu terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36oC
3) Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar
atausangat kuning (terutama pada 24 jam pertama)
4) Pemberian asi sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah)
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (pus), berbau busuk.
6) Mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran
7) Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama
8) Distensi abdomen
9) Feses hijau, berlendir, dan darah
10) Lelah, lunglai, kejang, tidak tenang, dan menangis terus-menerus
(Saleha, 2013)

i. Faktor yang memengaruhi anak stunting


1)faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
2) Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan.
3) Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal (setelah melahirkan).
4) Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
5) Masih kurangnya akses makanan bergizi

j. Pencegahan Stunting
1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau bidan.
2) Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3) Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di
sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan
tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4) Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi
ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5) Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di
Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare
datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. (Kemenkes
RI :2019)

E.Kajian Islam Tentang Kehamilan,Persalinan,Nifas Dan BBL


1.Kajian islam tentang kehamilan
kehamilan merupakan sebuah proses bertemunya sel telur yang sudah
matang dengan sperma, hingga pada akhirnya membentuk sel baru yang akan
tumbuh.Proses kehamilan sendiri bisa terjadi karena bertemunya sel sperma pria
dengan sel telur matang dari wanit.
Dalam agama Islam, kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran
Allah dan bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hal ini tercermin
dalam firman Allah di surat Az Sajdah ayat 7-9:
ْ‫ ُث َّم َس َّواهُ َو َن َف َخ فِي ِه مِن‬. ‫ين‬
ٍ ‫ ُث َّم َج َع َل َنسْ لَ ُه مِنْ ُساَل لَ ٍة مِنْ َما ٍء َم ِه‬.‫ين‬
ٍ ِ‫ان مِنْ ط‬ ِ ‫الَّذِي أَحْ َس َن ُك َّل َشيْ ٍء َخلَ َق ُه َو َبدَأَ َخ ْلقَ اإْل ِ ْن َس‬
َ ‫ار َواأْل َ ْفئِدَ َة َقلِياًل َما َت ْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫ص‬َ ‫رُو ِح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم السَّمْ َع َواأْل َ ْب‬

Artinya;

“(Dia) yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunanya
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S.al-
Sajdah: 7-9).

2.Kajian islam tentang persalinan

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput


ketuban keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah
(2009), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan
janin turun ke jalan lahir d. Perubahan Sistem Reproduksi Masa Nifas

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisisebelum


hamil.(Sulistyawati:2012).
Tabel 2.6
Involusi Uteri
BERAT
INVOLUSI TFU
UTERUS
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta 2 Jari bawah pusat 750 gram
Lahir
1 Minggu Pertengahan pusat 500 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gram
Simfisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 50 gram
(Sumber : sulistyawati, 2012)

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea


mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:

a) lokhea rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hariketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta

b) lokhea sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari


keempat sampai hari ketujuh.

c) lokhea serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan

d) lokhea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu


postpartum.(Sulistyawati:2012).

3) Perubahan pada Serviks

Serviks yang berdilatasi dampai 10 cm saat persalianan akan menutup


secara perlahan dan bertahap.(Sulistyawati:2012).

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang


sangat besar selama prose melahirkan bayi. Setealh 3 minggu, vulva dan
vagina kembali secara berangsur-angsur.
5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post-natal hari
ke-5, perineum sudah berangsur kembali.

e. Perubahan Fisiologi Pada ibu Nifas


1) Perubahan sistem pencernaan
Setelah persalinan ibu mengalami perubahan sistem pencernaan. Alat
pencernaan yang mengalami tekanan menyebabkan usus kosong, dan
pengeluaran cairan yang berlebih serta kurangnya asupan cairan, makanan
dana aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.
(Sulistyawati, 2012).
2) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kesil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab adalah terdapat spasme
sfinker dan edema leher kandung kemih karena mengalami tekanan.
(Sulistyawati:2012).

3) Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuleh
pembuluh darah yang berada diantar anyaman otot-otot uterus yang terjepi,
proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan
tertentu seperti senam nifas.(Sulistyawati:2012).
4) Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu.
c) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya menstruasi wanita juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui.
d) Kadar Progesteron
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen. Sehingga
prolaktin meningkatkan dan mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
5) Perubahan Tanda Vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.

b) Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
c) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit,
antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Keadaan
pernafasan berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan
denyut nadi tidak normal maka pernafasan mengikutinya.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uteri.
7) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun. Jumlah sedarah akan
meningkat lagi samapi 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis.

f. Perubahan psikologis pada masa nifas


Minggu pertama merupakan masa rentan,masih terdapat rasa gembira berganti
depresi atau berubah-ubah di antara keduanya. Perasaan tidak mampu jadi ibu,
merawat bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah dan menurunnya minat
terhadap seks (Saleha:2013) Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut
dipengaruhi oleh:
1) Jenis persalinan yang ibu alami
2) Dukungan dari lingkungan sekitar
3) Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya kehadiran
bayi.
Periode masa nifas merupakan waktu di mana ibu mengalami stress
pasca persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat
membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
2) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
3) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga ,melahirkan (Saleha:
2013).
Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa.seorang ibu baru melahirkan
mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase
penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu. Tiga fase adaptasi
psikologis ibu nifas dapat dipaparkan sebagai berikut:

1) Fase taking in
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan , ibu masih pasif dan sangat bergantung
pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat(Saleha:2013)
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidak mampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal
yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang baik, dukungan, dan pemberian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya
(Saleha:2013)

3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu sudah kembali dirumah. Ibu
sudah mulai dapat menyusuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadinya
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa lebih percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dari bayinya.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi,
hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota
baru (bayi). Dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat
membantu ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi untuk menjaga
kondisi fisiknya (Saleha:2013).

g. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini


bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,
mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.7

Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 jam 3 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.


setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 64 28 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.


setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
3 29 42 hari Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang dialami atau bayinya.
persalinan Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Sumber : kemenkes 2017)


h. Tanda-Tanda Bahaya Nifas

Tanda bahaya masa nifas menurut Rukiyah (2010) adalah sebagai berikut:

1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi


haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari dua
pembalut saniter dalam waktu setengah jam

2) Pengeluaran cairan vaginal yang berbau busuk dan keras

3) Rasa nyeri di perut bagian bawah punggung

4) Sakit kepala pada wajah dan tangan

5) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak
badan

6) Payudara memerah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki

7) Merasa sangat sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.

8) Merasa sangat letih atau bernafas bernafas terengah-engah.

i. Kontrasepsi Pasca Melahirkan


1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Pasca persalinan klien dianjurkan memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan. MAL (Metode Amenore Laktasi) merupakan
kontrasepsi yang mengandalkan ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman tambahan. Metode ini akan efektif jika ibu belum haid lagi, bayi
disusui secara eksklusif dan sering, dan bayi berumur kurang dari 6 bulan
(Saifudin, 2013)
2) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Kontrasepsi ini efektif bila dipakai dengan benar (Saifudin,
2013)
3) Pil
Kontrasepsi ini dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental, pergerakan tuba terganggu sehingga transport telur dengan sendirinya
akan terganggu pula. Kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan
progesterone. Efektif dan reversible, harus diminum setuap hari. Efek samping
biasanya mual, perdarahan, bercak(Saifudin:2013)
4) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik ada 2 jenis yaitu 3 bulan (Depo Medroksiprogesteron)
dan 1 bulan (Depo Noretisteron Asetat). Cara kerja kontrasepsi ini untuk
mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, selaput lendir rahim tipis dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Kontasepsi suntik ini sangat efektif, aman dan dapat
dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduktif(Saifudin:2013)
5) Implant
Cara kerja kontrasepsi implant dapat mengentalkan lendir serviks,
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportassi sperma, dan menekan ovulasi. Implant sangat efektif
dengan jangka waktu 5 tahun, nyaman tetapi pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan, cocok untuk semua wanita dalam usia reproduktif, kesuburan akan
segara kembali setelah implant dicabut. Efek samping berupa perdarahan tidak
teratur (Saifudin:2013)
6) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Kontrasepsi ini sangat efektif, cara kerja dapat menghambat sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri, mencegah sperma bertemu dengan ovum dan mencegah implantasi.
Kontrasepsi ini tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar dengan Infeksi
Menular Seksual(Saifudin:2013)
7) Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur beda untuk menghentikan fertilitas


(kesuburan) seorang perempuan. Sangat efektif dan permanen. Mekanisme kerja
kontrasepsi dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Yang
boleh menjalani tubektomi yaitu usia > 26 tahun, paritas 2, pasca persalinan,
pasca keguguran (Saifuddin:2013)

j. Kajian Islam dalam Masa Nifas


Setelah Selesai Nifas seorang Wanita diwajibkan untuk Mandi Wajib untuk
Menghilangkan Hadast Besar (Darah Nifas) tersebut dengan cara Membasuh
Seluruh Tubuh mulai dari puncak Kepala hingga Ujung Kaki. Mandi Wajib Setelah
Masa Nifas untuk Membersihkan Diri dari Hadast Besar (Darah Nifas) dengan
Cara Membasuh Seluruh Tubuh Mulai dari Puncak Kepala Hingga Ujung Kaki.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, Sehingga orang yang membersihkan
diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) : 222.

َّ َ ‫ْٱل ُمتَطَه ِِّرينَ َويُ ِحبُّ بِينَ ٱلتَّ ٰ َّو يُ ِحبُّ ٱهَّلل‬
○ ‫ِن‬

Artinya:

“Sesungguhnya Allah Menyukai Orang-Orang yang bertaubat dan Orang-Orang


yang Menyucikan / Membersihkan Diri.” (QS. Al-Baqarah (2) : 222)

Adapun Hadist yang mengatakan tentang mandi Wiladah

‫ والتابعين ومن بعدهم على أن النفساء تدع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫وقد أجمع أهل العلم من أصحاب النبى‬
‫الصالة أربعين يوما إال أن ترى الطهر قبل ذلك فإنها تغتسل وتصلى‬
Ulama sepakat, baik dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, para tabiin, maupun generasi setelahnya, bahwa wannita nifas, mereka
meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali jika dia melihat telah suci sebelum 40
hari, maka dia harus mandi dan shalat. (Sunan at-Turmudzi, 1/245).

D. Bayi Baru Lahir


a) Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013).
b) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000
gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan
(Kementerian Kesehatan RI:2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-
38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada
bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan
(Dewi: 2010)
c) Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal
1) Pencegahan Infeksi (IP)
Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah
seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangisatau bernafas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban tidak kemungkinan bayi megalami asfiksia sehingga
harus segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan nafas bayi
tidak dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI:2013).
2) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu
tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apapun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu mencuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilicus

3) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60 90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45 - 50 dan berlangsung
selama 10 - 20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI:2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan ibu selama 30
60 menit berikutnya. Jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan keperawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian
dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan
RI,2013)
4) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
5) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain. pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI:2013)
6) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler dip aha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat definisi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi
baru lahir. Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorrhagic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa
dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti
pada bayi . Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir
7) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan.
Imunisasi hepatitis B diberikan 1 2 jam dipaha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui
jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati ( Kementerian
Kesehatan RI:2013)
8) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena resiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tidak lanjut (KN) yaitu 1 kali
pada umur 1 3 hari, 1 kali pada umur 4 7 hari dan 1 kali pada umur 8 28 hari
(Kementerian Kesehatan RI:2013).
9) Pemberian ASI ekslusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tanbahan
lain pada bayi berusia 0 6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0 6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), ASI Ekslusif dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
d. Kelainan-Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
Kelainan bayi baru lahir adalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1) Labioskizis dan Labiopalatoskizis
2) Aitresia Esofagus
3) Atresia Rekti dan Ani
4) Hirschprung
5) Obstruksi biliatis
6) Omfolakel
7) Hernia diafragmayika
8) Meningokel, esenfolakel
9) Hidrosefalus
10) Fimosis
11) Hipospadia (Dewi, 2013).
e. Manajemen Bayi baru lahir
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konduksi adalah Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung (seperti contoh konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi
tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan diingin, dan menggunakan
stetoskop di ingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Konveksi adalah Jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan
suhu udara (seperti contoh , konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atan
menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL di ruangan yang
terpasang kipas angin)
c) Radiasi adalah Pemindahan panas antara 2 objek yang yang mempunyai suhu
berbeda (seperti contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau
,menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat dinding)
d) Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan
cepat melalui cara ini. Karna itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk
kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila
menggunakan handuk hangat untuk mencegah hilangnya panas secara
konduktif(Dewi:2013).

f. Kunjungan Bayi Baru Lahir


Pelaksanaan kunjungan Neonatus dan Bayi Baru lahir
1) Kunjungan I dilakukan pada 6 jam-48 jam pertama setelah bayi lahir.
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi
secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat
menggambarkan keadaan kesehatannya.
c) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama.
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering.
e) Pemberian ASI awal.
2) Kunjungan II dilakukan pada 3 hari-7 hari setelah bayi lahir.
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu.
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus).
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk.
3) Kunjungan III dilakukan pada 8-28 hari setelah bayi lahir.
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca bersalin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c) Bayi harus mendaparkan imunisasi berikut: BCG untuk mencegah
tuberculosis, Vaksin polio I secara oral, Vaksin Hepatitis B (Kemenkes
RI:2017).
g. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di luar Uterus
Ada beberapa adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar
uterus, adalah sebagai berikut:
a) Perubahan Sistem Pernafasan
Frekuensi nafas bayi yang normal 40-60 x/menit yang cenderung
dangkal dan jika bayi tidak sedang tidur, kecepata irama dan kedalannnya
tidak teratur, naming jika ditemukan nafas bayi 30-60 x/menit dapat terlihat
sebagai pernafasan Cheyne Stokes dengan periode apneu singkat tanpa bukti
adanya stress pernapasan (Saleha:2013).
Dua faktor yang berperan pada ransangan nafas pertama bayi adalah
sebagai berikut:
(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan diotak.
(2) Tekanan terhadap rongga, yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara
kedalam paru-paru secara mekanis (Saleha:2013).
b) Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah bayi baru lahir melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Terjadi dua perubahan besar untuk
membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan di luar
rahim.
(1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
(2) Penutupan Duktus arterious antara arteri paru-paru dan
aorta(Saleha:2013).
Dua peristiwa besar yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut:
(1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistematik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
ke paru-paru untuk menjalani oksigenasi ulang.
(2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru).Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah pada tekanan atrium kanan, dengan peningkatan tekanan
pada atrium kanan ini sehingga menurunnya tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup (Saleha:2013).
c) Perubahan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas (Saleha:2013).

d) Perubahan Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan


menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Untuk
menghindari gumoh maka bayi deberi ASI sedikit-sedikit tetapi sering
(minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak atau on demand, jangan
biarkan bayi menghisap puting saja, tetapi areola (bagian kecoklatana atau
kehitaman di sekitar puting) juga harus masuk atau menempel ke mulut
bayi, kemudian tepuk-tepuk punggung bayi sampai sendawa sesaat setelah
disusui. Jangan langsung membaringkan bayi di tempat tidur(Saleha:2013).

e Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan yang alami maupun
yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi (Saleha:2013).
h. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai,
dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penangan agar tidak
mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
tersebut, antara lain :
1) Pernafasan sulit atau > 60 x/menit
2)Suhu terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36oC
3) Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar
atausangat kuning (terutama pada 24 jam pertama)
4) Pemberian asi sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah)
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (pus), berbau busuk.
6) Mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran
7) Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama
8) Distensi abdomen
9) Feses hijau, berlendir, dan darah
10) Lelah, lunglai, kejang, tidak tenang, dan menangis terus-menerus
(Saleha, 2013)

i. Faktor yang memengaruhi anak stunting


1)faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
2) Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan.
3) Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal (setelah melahirkan).
4) Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
5) Masih kurangnya akses makanan bergizi

j. Pencegahan Stunting
1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau bidan.
2) Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3) Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di
sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan
tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4) Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi
ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5) Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di
Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare
datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. (Kemenkes
RI :2019)
E.Kajian Islam Tentang Kehamilan,Persalinan,Nifas Dan BBL
1.Kajian islam tentang kehamilan
kehamilan merupakan sebuah proses bertemunya sel telur yang sudah
matang dengan sperma, hingga pada akhirnya membentuk sel baru yang akan
tumbuh.Proses kehamilan sendiri bisa terjadi karena bertemunya sel sperma pria
dengan sel telur matang dari wanit.
Dalam agama Islam, kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran
Allah dan bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hal ini tercermin
dalam firman Allah di surat Az Sajdah ayat 7-9:
ْ‫ ُث َّم َس َّواهُ َو َن َف َخ فِي ِه مِن‬. ‫ين‬
ٍ ‫ ُث َّم َج َع َل َنسْ لَ ُه مِنْ ُساَل لَ ٍة مِنْ َما ٍء َم ِه‬.‫ين‬
ٍ ِ‫ان مِنْ ط‬ ِ ‫الَّذِي أَحْ َس َن ُك َّل َشيْ ٍء َخلَ َق ُه َو َبدَأَ َخ ْلقَ اإْل ِ ْن َس‬
َ ‫ار َواأْل َ ْفئِدَ َة َقلِياًل َما َت ْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫ص‬َ ‫رُو ِح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم السَّمْ َع َواأْل َ ْب‬

Artinya;

“(Dia) yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunanya
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S.al-
Sajdah: 7-9).

2.Kajian islam tentang persalinan

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban


keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009),
persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan
lahir.

Agama islam menjelaskan bahwa ayat-ayat al-quran adalah Terdapat Surat Ar


Ra’d ayat 8

ٍ ‫هَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُكلُّ أُ ْنثَى َو َما ت َِغيضُ األرْ َحا ُم َو َما ت َْزدَا ُد َو ُكلُّ َش ْي ٍء ِع ْن َدهُ بِ ِم ْقد‬
‫َار‬

Artinya:

"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-
Nya ada ukurannya". (QS. Ar Ra’d: 8

3.Kajian islam tentang nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya
sudah pasti, yaitu karena adanya proses persalinan.Untuk batasan maksimalnya
para ulama berselisih pendapat. Ulama Syafi’iyah berpendapat darah nifas
maksimalnya adalah 60 hari. Ada juga yang berpendapat 40 hari. Mereka beralasan
dengan hadits Ummu Salamah, di mana ia berkata,

ً‫ تَ ْق ُع ُد بَ ْع َ«د نِفَا ِسهَا أَرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما أَوْ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت النُّفَ َسا ُء َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬
ِ َ‫َكان‬

Artinya:

“Dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wanita menunggu masa


nifasnya selesai hingga 40 hari atau 40 malam.” (HR. Abu Daud Tirmidzi).

4.Kajian islam tentang bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran (Saifuddin, 2002).

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya

biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).


‫النحل‬ ‫وهللا اخرجكم من بطون امهاتكم التعلمون شيأ وجعل لكم السمع واالبصار واالفئدة لعلكم تشكرون‬
‫ ه‬78

Artinya:

"Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan tidak
tahu apa-apa, lalu Allah menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan, dan
akal fikiran agar kamu bersyukur" (QS.16:78).

F. Penelitian tentang kompres dingin terhadap nyeri persalinan

Hirvani dan Ganji, 2013 yang menyatakan bahwa pemberian kompres es


gel dapat mengurangi nyeri persalinan selama fase aktif tahap I.

Tita Nopliza,Susanti,2019 Menyatakan bahwa hasil observasi dan wawancara


dengan responden bahwa pada penelitian ini intensitas nyeri yang dirasakan ibu
sebelum dilakukan teknik kompres dingin lebih banyak mengalami intensitas nyeri
berat.dikarenakan pengalaman responden untuk mengontrol rasa nyeri yang masih
kurang, karena kebanyakan responden pada penelitian ini adalah ibu
primigravidarum.

Lilin Turlina, Nepi Vilanti Eka Ratnasari,2015 Berdasarkan hasil


penelitian dapatditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny.Mujiyati, Amd.Keb Desa
Joto Sanur Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan tahun 2013. Dengan
demikian, bagi para bidan diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya melalui
pengembangan asuhan kebidanan khususnya kompres dingin dengan melibatkan
keluarga sebagai upaya untuk menurunkan nyeri persalinan. Kompres dingin pada
saat ibu merasakan nyeri persalinan dapat dilakukan dengan memperhatikan daerah
yang dikompres yaitu pada pinggang, perut bagian bawah atau lipat paha ketika ada
kontraksi dengan memakai buli-buli dingin yang diisi air dingin dengan suhu 15-
18ºC selama 20-30 menit untuk menurunkan nyeri persalinan

Mutia Felina,Masrul, Detty,2015 berdasarkan hasil penelitian dapat


disimpulkan bahwa kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan nyeri
daripada kompres panas.Dalam pemantauan kala I fase aktif persalinan
menggunakan partograf, pemberian kompres dingin juga tidak berpengaruh
terhadap kemajuan dan kemunduran persalinan.Pada saat fase aktif dan dilakukan
intervensi pengompresan, pembukaan serviks dan kontraksi uterus tetap berjalan
dengan normal. Oleh karena itu kompres dingin aman diberikan pada ibu yang
sedang dalam proses persalinan dan asuhan sayang ibu juga bisa tercapai.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Khusniyah tahun 2011 dengan hasil
bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan nyeri kala
I fase aktif persalinan fisiologis dengan nilai p 0,001.

Penelitian yang dilakukan oleh (Shirvani & Ganji, 2013) bahwa pemberian
kompres ice gel dapat menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif.Kompres ice
gel merupakan suatu tindakan kompres dingin dengan menggunakan alat berbentuk
gel yang dikemas dalam kantung plastik yang sudah dinetralkan dan tidak beracun.
Ice gel dapat digunakan sebagai metode non-farmakologi dalam pengurangan nyeri
persalinan, (Skiveren, Kjaerby, & Larsen, 2008).

menurut Turlina dan Vilanti, 2013, bahwa dengan diberikan kompres dingin
meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, memperlambat aliran
implus nyeri, meredakan perdarahan dan meningkatkan ambang nyeri ketegangan
otot menurun yang berguna untuk menghilangkan nyeri, juga mengurangi
ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi pembengkakan, dan menyejukan
kulit, kompres dingin akan membuat daerah yang terkena dengan memperlambat
transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik

d. Perubahan Sistem Reproduksi Masa Nifas

1) Uterus

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisisebelum


hamil.(Sulistyawati:2012).
Tabel 2.6
Involusi Uteri
BERAT
INVOLUSI TFU
UTERUS
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Plasenta 2 Jari bawah pusat 750 gram
Lahir
1 Minggu Pertengahan pusat 500 gram
2 Minggu Tidak teraba diatas 350 gram
Simfisis
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 50 gram
(Sumber : sulistyawati, 2012)

2) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea


mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus.
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:

a) lokhea rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hariketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta

b) lokhea sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari


keempat sampai hari ketujuh.

c) lokhea serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan

d) lokhea alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu


postpartum.(Sulistyawati:2012).

3) Perubahan pada Serviks

Serviks yang berdilatasi dampai 10 cm saat persalianan akan menutup


secara perlahan dan bertahap.(Sulistyawati:2012).

4) Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama prose melahirkan bayi. Setealh 3 minggu, vulva dan
vagina kembali secara berangsur-angsur.

5) Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena


sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Post-natal hari
ke-5, perineum sudah berangsur kembali.

e. Perubahan Fisiologi Pada ibu Nifas


1) Perubahan sistem pencernaan
Setelah persalinan ibu mengalami perubahan sistem pencernaan. Alat
pencernaan yang mengalami tekanan menyebabkan usus kosong, dan
pengeluaran cairan yang berlebih serta kurangnya asupan cairan, makanan
dana aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan
diit atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.
Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain.
(Sulistyawati, 2012).
2) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan, biasanya ibu mengalami kesulitan buang air
kesil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab adalah terdapat spasme
sfinker dan edema leher kandung kemih karena mengalami tekanan.
(Sulistyawati:2012).
3) Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuleh
pembuluh darah yang berada diantar anyaman otot-otot uterus yang terjepi,
proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Untuk
memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-
otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan
tertentu seperti senam nifas.(Sulistyawati:2012).
4) Perubahan Sistem Endokrin
a) Hormon Plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. HCG
(Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat dan menetap
sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.
b) Hormon Pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita yang tidak
menyusui, prolaktin akan menurun dalam waktu 2 minggu.
c) Hypotalamik Pituitary Ovarium
Lamanya menstruasi wanita juga dipengaruhi oleh faktor
menyusui.
d) Kadar Progesteron
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen. Sehingga
prolaktin meningkatkan dan mempengaruhi kelenjar mamae dalam
menghasilkan ASI.
5) Perubahan Tanda Vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa
meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.

b) Denyut Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
c) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit,
antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
d) Pernafasan
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Keadaan
pernafasan berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan
denyut nadi tidak normal maka pernafasan mengikutinya.

6) Perubahan Sistem Kardiovaskuler


Selama kehamilan, volume darah normal digunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uteri.
7) Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma, serta faktor faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun. Jumlah sedarah akan
meningkat lagi samapi 25.000-30.000 tanpa adanya kondisi patologis.

f. Perubahan psikologis pada masa nifas


Minggu pertama merupakan masa rentan,masih terdapat rasa gembira berganti
depresi atau berubah-ubah di antara keduanya. Perasaan tidak mampu jadi ibu,
merawat bayi, terutama jika ibu menyusui dan bertambah dan menurunnya minat
terhadap seks (Saleha:2013) Timbulnya gejala-gejala psikologis tersebut
dipengaruhi oleh:
1) Jenis persalinan yang ibu alami
2) Dukungan dari lingkungan sekitar
3) Bertambahnya tugas dan tanggung jawab ibu dengan adanya kehadiran
bayi.
Periode masa nifas merupakan waktu di mana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1) Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
2) Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
3) Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga ,melahirkan (Saleha:
2013).
Teori Revarubin (1963) menjelaskan bahwa.seorang ibu baru melahirkan
mengalami adaptasi psikologis pada masa nifas dengan melalui tiga fase
penyesuaian ibu (perilaku ibu) terhadap perannya sebagai ibu. Tiga fase adaptasi
psikologis ibu nifas dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) Fase taking in
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan , ibu masih pasif dan sangat bergantung
pada orang lain, focus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat(Saleha:2013)
2) Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir
akan ketidak mampuan dan sudah mulai ada rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggung. Hal
yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yang baik, dukungan, dan pemberian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya
(Saleha:2013)
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan/ibu sudah kembali dirumah. Ibu
sudah mulai dapat menyusuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadinya
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu merasa lebih percaya diri akan
peran barunya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dari bayinya.
Terjadi penyesuaian dalam hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi,
hubungan antar pasangan memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota
baru (bayi). Dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat
membantu ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi untuk menjaga
kondisi fisiknya (Saleha:2013).
g. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali. Kunjungan ini


bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah,
mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 2.7

Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6 jam 3 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.


setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
jika bidan menolong persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2 64 28 hari Menanyakan Kondisi ibu nifas secara umum.


setelah Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh,
persalinan pernafasan dan nadi.
Pemeriksaan lochea dan perdarahan.
Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda
infeksi.
Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi
fundus uteri
Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian
ASI eksklusif
Pemeriksaan Kapsul vit A
Konseling, Tatalaksana pada ibu nifas sakit
dengan komplikasi
Memberikan nasihat tentang kebutuhan nutirsi
seperti makan dan minum yang penuh
nutrisi, istirahat yang cukup, personal
hygiene, cara menyusui yang baik dan
benar.
3 29 42 hari Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang dialami atau bayinya.
persalinan Memberikan konseling untuk KB secara dini.

(Sumber : kemenkes 2017)

h. Tanda-Tanda Bahaya Nifas

Tanda bahaya masa nifas menurut Rukiyah (2010) adalah sebagai berikut:
1) Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba (melebihi
haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih dari dua
pembalut saniter dalam waktu setengah jam

2) Pengeluaran cairan vaginal yang berbau busuk dan keras

3) Rasa nyeri di perut bagian bawah punggung

4) Sakit kepala pada wajah dan tangan

5) Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau merasa tidak enak
badan

6) Payudara memerah, kelembutan atau pembengkakan pada kaki

7) Merasa sangat sedih atau merasa tidak mampu mengurus diri sendiri atau
bayi.

8) Merasa sangat letih atau bernafas bernafas terengah-engah.

i. Kontrasepsi Pasca Melahirkan


1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Pasca persalinan klien dianjurkan memberi ASI ekslusif kepada bayi sejak
lahir sampai bayi berusia 6 bulan. MAL (Metode Amenore Laktasi) merupakan
kontrasepsi yang mengandalkan ASI Eksklusif yaitu pemberian ASI tanpa makanan
dan minuman tambahan. Metode ini akan efektif jika ibu belum haid lagi, bayi
disusui secara eksklusif dan sering, dan bayi berumur kurang dari 6 bulan
(Saifudin, 2013)
2) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS. Kontrasepsi ini efektif bila dipakai dengan benar (Saifudin,
2013)
3) Pil
Kontrasepsi ini dapat menekan ovulasi, mencegah implantasi, lendir serviks
mengental, pergerakan tuba terganggu sehingga transport telur dengan sendirinya
akan terganggu pula. Kontrasepsi ini mengandung hormon estrogen dan
progesterone. Efektif dan reversible, harus diminum setuap hari. Efek samping
biasanya mual, perdarahan, bercak(Saifudin:2013)
4) Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi suntik ada 2 jenis yaitu 3 bulan (Depo Medroksiprogesteron)
dan 1 bulan (Depo Noretisteron Asetat). Cara kerja kontrasepsi ini untuk
mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma, selaput lendir rahim tipis dan menghambat
transportasi gamet oleh tuba. Kontasepsi suntik ini sangat efektif, aman dan dapat
dipakai oleh semua wanita dalam usia reproduktif(Saifudin:2013)
5) Implant
Cara kerja kontrasepsi implant dapat mengentalkan lendir serviks,
mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi,
mengurangi transportassi sperma, dan menekan ovulasi. Implant sangat efektif
dengan jangka waktu 5 tahun, nyaman tetapi pemasangan dan pencabutan perlu
pelatihan, cocok untuk semua wanita dalam usia reproduktif, kesuburan akan
segara kembali setelah implant dicabut. Efek samping berupa perdarahan tidak
teratur (Saifudin:2013)

6) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)


Kontrasepsi ini sangat efektif, cara kerja dapat menghambat sperma untuk
masuk ke tuba falopii, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum
uteri, mencegah sperma bertemu dengan ovum dan mencegah implantasi.
Kontrasepsi ini tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar dengan Infeksi
Menular Seksual(Saifudin:2013)
7) Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur beda untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan. Sangat efektif dan permanen. Mekanisme kerja
kontrasepsi dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Yang
boleh menjalani tubektomi yaitu usia > 26 tahun, paritas 2, pasca persalinan,
pasca keguguran (Saifuddin:2013)

j. Kajian Islam dalam Masa Nifas


Setelah Selesai Nifas seorang Wanita diwajibkan untuk Mandi Wajib untuk
Menghilangkan Hadast Besar (Darah Nifas) tersebut dengan cara Membasuh
Seluruh Tubuh mulai dari puncak Kepala hingga Ujung Kaki. Mandi Wajib Setelah
Masa Nifas untuk Membersihkan Diri dari Hadast Besar (Darah Nifas) dengan
Cara Membasuh Seluruh Tubuh Mulai dari Puncak Kepala Hingga Ujung Kaki.
Begitu pentingnya kebersihan menurut Islam, Sehingga orang yang membersihkan
diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana
firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) : 222.

َّ َ ‫ْٱل ُمتَطَه ِِّرينَ َويُ ِحبُّ بِينَ ٱلتَّ ٰ َّو يُ ِحبُّ ٱهَّلل‬
○ ‫ِن‬

Artinya:

“Sesungguhnya Allah Menyukai Orang-Orang yang bertaubat dan Orang-Orang


yang Menyucikan / Membersihkan Diri.” (QS. Al-Baqarah (2) : 222)

Adapun Hadist yang mengatakan tentang mandi Wiladah

‫ والت««ابعين ومن بع««دهم على أن النفس««اء ت««دع‬-‫ص««لى هللا علي««ه وس««لم‬- ‫وقد أجمع أهل العلم من أص«حاب الن««بى‬
‫الصالة أربعين يوما إال أن ترى الطهر قبل ذلك فإنها تغتسل وتصلى‬

Ulama sepakat, baik dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallam, para tabiin, maupun generasi setelahnya, bahwa wannita nifas, mereka
meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali jika dia melihat telah suci sebelum 40
hari, maka dia harus mandi dan shalat. (Sunan at-Turmudzi, 1/245).
D. Bayi Baru Lahir
a) Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang minggu
sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar > 7
dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2013).
b) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri berat badan lahir 2500-4000
gram, umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif,
kulit kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan
(Kementerian Kesehatan RI:2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-
38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tidak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR >7, refleks-refleks sudah
terbentuk dengan baik (rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia pada
bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada bayi
perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan mayora,
mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam kecoklatan
(Dewi: 2010)

c) Asuhan Kebidanan Pada BBL Normal


1) Pencegahan Infeksi (IP)
Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai
apakah bayi mengalami asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah
seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga pertanyaan :
1) Apakah bayi cukup bulan?
2) Apakah bayi menangisatau bernafas/tidak megap-megap?
3) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban tidak kemungkinan bayi megalami asfiksia sehingga harus
segera dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan nafas bayi tidak
dilakukan secara rutin (Kementerian Kesehatan RI:2013).
2) Pemotongan dan perawatan tali pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada asfiksia pada bayi, dilakukan
manajemen bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks, kemudian bayi diletakkan di atas dada atau perut ibu. Setelah
pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan satu
tangan melindungi perut bayi.
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/bahan apapun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Perawatan rutin untuk tali pusat adalah selalu mencuci tangan sebelum
memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan terpapar udara,
membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilicus

3) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)


Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap
di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD
selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan putting dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60 90 menit,
menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45 - 50 dan berlangsung
selama 10 - 20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI:2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan putting ibu dan biarkan kontak kulit dengan ibu selama 30
60 menit berikutnya. Jika bayi belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
lanjutkan asuhan keperawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,
pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang pengenal) kemudian
dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian Kesehatan
RI,2013)
4) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak
kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian
Kesehatan RI,2013).
5) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata.
Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%,
oxytetrasiklin 1% atau antibiotika lain. pemberian salep atau tetes mata harus
tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi mata tidak efektif jika
diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI:2013)
6) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di
paha kiri semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler dip aha kiri, untuk mencegah
perdarahan BBL akibat definisi vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi
baru lahir. Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorrhagic
disease of the newborn dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan
pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral yang membutuhkan beberapa
dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang kurang pasti
pada bayi . Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah lahir
7) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan.
Imunisasi hepatitis B diberikan 1 2 jam dipaha kanan setelah penyuntikan
vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur
ibu ke bayi yang dapat menimbulkan kerusakan hati ( Kementerian Kesehatan
RI:2013)
8) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan
pada bayi. Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di
fasilitas tersebut selama 24 jam karena resiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan. Saat kunjungan tidak lanjut (KN) yaitu 1 kali
pada umur 1 3 hari, 1 kali pada umur 4 7 hari dan 1 kali pada umur 8 28 hari
(Kementerian Kesehatan RI:2013).
9) Pemberian ASI ekslusif
ASI ekslusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tanbahan
lain pada bayi berusia 0 6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan
pemberian ASI dan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. Pemberian ASI
ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Ekslusif pada bayi 0 6 bulan.
Setiap bayi mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi
Menyusui Dini (IMD), ASI Ekslusif dan imunisasi serta pengamanan dan
perlindungan bayi baru lahir dari upaya penculikan dan perdagangan bayi.
d. Kelainan-Kelainan Pada Bayi Baru Lahir
Kelainan bayi baru lahir adalah yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1) Labioskizis dan Labiopalatoskizis
2) Aitresia Esofagus
3) Atresia Rekti dan Ani
4) Hirschprung
5) Obstruksi biliatis
6) Omfolakel
7) Hernia diafragmayika
8) Meningokel, esenfolakel
9) Hidrosefalus
10) Fimosis
11) Hipospadia (Dewi, 2013).
e. Manajemen Bayi baru lahir
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu:
a) Konduksi adalah Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung (seperti contoh konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi
tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan diingin, dan menggunakan
stetoskop di ingin untuk pemeriksaan BBL.
b) Konveksi adalah Jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan
suhu udara (seperti contoh , konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atan
menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL di ruangan yang
terpasang kipas angin)
c) Radiasi adalah Pemindahan panas antara 2 objek yang yang mempunyai suhu
berbeda (seperti contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau
,menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat dinding)
d) Evaporasi adalah kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah. Bayi baru lahir yang dalam keadaan basah kehilangan panas dengan
cepat melalui cara ini. Karna itu bayi harus dikeringkan seluruhnya, termasuk
kepala dan rambut, sesegera mungkin setelah dilahirkan. Lebih baik bila
menggunakan handuk hangat untuk mencegah hilangnya panas secara
konduktif(Dewi:2013).

f. Kunjungan Bayi Baru Lahir


Pelaksanaan kunjungan Neonatus dan Bayi Baru lahir
1) Kunjungan I dilakukan pada 6 jam-48 jam pertama setelah bayi lahir.
a) Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering.
b) Menilai penampilan bayi secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi
secara keseluruhan dan bagaimana ia bersuara yang dapat
menggambarkan keadaan kesehatannya.
c) Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting untuk
diawasi selama 6 jam pertama.
d) Memeriksa adanya cairan atau bau busuk pada tali pusat, menjaga tali
pusat agar tetap bersih dan kering.
e) Pemberian ASI awal.
2) Kunjungan II dilakukan pada 3 hari-7 hari setelah bayi lahir.
a) Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b) Menanyakan bagaimana bayi menyusu.
c) Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus).
d) Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya busuk.
3) Kunjungan III dilakukan pada 8-28 hari setelah bayi lahir.
a) Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca bersalin
b) Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c) Bayi harus mendaparkan imunisasi berikut: BCG untuk mencegah
tuberculosis, Vaksin polio I secara oral, Vaksin Hepatitis B (Kemenkes
RI:2017).
g. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan di luar Uterus
Ada beberapa adaptasi fisiologis bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar
uterus, adalah sebagai berikut:
a) Perubahan Sistem Pernafasan
Frekuensi nafas bayi yang normal 40-60 x/menit yang cenderung
dangkal dan jika bayi tidak sedang tidur, kecepata irama dan kedalannnya
tidak teratur, naming jika ditemukan nafas bayi 30-60 x/menit dapat terlihat
sebagai pernafasan Cheyne Stokes dengan periode apneu singkat tanpa bukti
adanya stress pernapasan (Saleha:2013).
Dua faktor yang berperan pada ransangan nafas pertama bayi adalah
sebagai berikut:
(1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan diotak.
(2) Tekanan terhadap rongga, yang terjadi karena kompresi
paru-paru selama persalinan yang merangsang masuknya udara
kedalam paru-paru secara mekanis (Saleha:2013).
b) Perubahan pada Sistem Peredaran Darah
Setelah lahir darah bayi baru lahir melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Terjadi dua perubahan besar untuk membuat sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan di luar rahim.
(1) Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
(2) Penutupan Duktus arterious antara arteri paru-paru dan
aorta(Saleha:2013).
Dua peristiwa besar yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah adalah sebagai berikut:
(1) Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistematik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut.
Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium itu sendiri.
Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit
ke paru-paru untuk menjalani oksigenasi ulang.
(2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru).Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan
volume darah pada tekanan atrium kanan, dengan peningkatan tekanan
pada atrium kanan ini sehingga menurunnya tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup (Saleha:2013).
c) Perubahan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga
akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan.
Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk kedalam lingkungan ruang bersalin yang jauh
lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas (Saleha:2013).
d) Perubahan Sistem Gastrointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan


menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi lahir cukup bulan untuk
menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Untuk
menghindari gumoh maka bayi deberi ASI sedikit-sedikit tetapi sering
(minimal 2 jam sekali), jangan langsung banyak atau on demand, jangan
biarkan bayi menghisap puting saja, tetapi areola (bagian kecoklatana atau
kehitaman di sekitar puting) juga harus masuk atau menempel ke mulut
bayi, kemudian tepuk-tepuk punggung bayi sampai sendawa sesaat setelah
disusui. Jangan langsung membaringkan bayi di tempat tidur(Saleha:2013).

e) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitas yang matang akan memberikan kekebalan yang alami maupun
yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi (Saleha:2013).

h. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir


Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi
lebih dini untuk segera dilakukan penangan agar tidak mengancam nyawa bayi.
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut, antara lain :
1) Pernafasan sulit atau > 60 x/menit
2)Suhu terlalu panas > 38oC atau terlalu dingin < 36oC
3) Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar
atausangat kuning (terutama pada 24 jam pertama)
4) Pemberian asi sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah)
5) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (pus), berbau busuk.
6) Mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran
7) Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama
8) Distensi abdomen
9) Feses hijau, berlendir, dan darah
10) Lelah, lunglai, kejang, tidak tenang, dan menangis terus-menerus
(Saleha, 2013)

i. Faktor yang memengaruhi anak stunting


1)faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
2) Kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi sebelum hamil, saat hamil, dan
setelah melahirkan.
3) Terbatasnya akses pelayanan kesehatan, termasuk layanan kehamilan dan
postnatal (setelah melahirkan).
4) Kurangnya akses air bersih dan sanitasi.
5) Masih kurangnya akses makanan bergizi

j. Pencegahan Stunting
1) Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat dan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau bidan.
2) Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan
Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3) Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan. Di
sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk tambahan
tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4) Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi
ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5) Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang
secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di
Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu diare
datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia. (Kemenkes
RI :2019)

E.Kajian Islam Tentang Kehamilan,Persalinan,Nifas Dan BBL


1.Kajian islam tentang kehamilan
kehamilan merupakan sebuah proses bertemunya sel telur yang sudah
matang dengan sperma, hingga pada akhirnya membentuk sel baru yang akan
tumbuh.Proses kehamilan sendiri bisa terjadi karena bertemunya sel sperma pria
dengan sel telur matang dari wanit.
Dalam agama Islam, kehamilan merupakan salah satu bentuk kebesaran
Allah dan bukti bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Hal ini tercermin
dalam firman Allah di surat Az Sajdah ayat 7-9:
ْ‫ ُث َّم َس َّواهُ َو َن َف َخ فِي ِه مِن‬. ‫ين‬
ٍ ‫ ُث َّم َج َع َل َنسْ لَ ُه مِنْ ُساَل لَ ٍة مِنْ َما ٍء َم ِه‬.‫ين‬
ٍ ِ‫ان مِنْ ط‬ ِ ‫الَّذِي أَحْ َس َن ُك َّل َشيْ ٍء َخلَ َق ُه َو َبدَأَ َخ ْلقَ اإْل ِ ْن َس‬
َ ‫ار َواأْل َ ْفئِدَ َة َقلِياًل َما َت ْش ُكر‬
‫ُون‬ َ ‫ص‬َ ‫رُو ِح ِه َو َج َع َل لَ ُك ُم السَّمْ َع َواأْل َ ْب‬

Artinya;

“(Dia) yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunanya
dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” (Q.S.al-
Sajdah: 7-9).

2.Kajian islam tentang persalinan

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban


keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009),
persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke jalan
lahir.

Agama islam menjelaskan bahwa ayat-ayat al-quran adalah Terdapat Surat Ar


Ra’d ayat 8

ٍ ‫هَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُكلُّ أُ ْنثَى َو َما ت َِغيضُ األرْ َحا ُم َو َما ت َْزدَا ُد َو ُكلُّ َش ْي ٍء ِع ْن َدهُ بِ ِم ْقد‬
‫َار‬

Artinya:

"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-
Nya ada ukurannya". (QS. Ar Ra’d: 8

3.Kajian islam tentang nifas


Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya
sudah pasti, yaitu karena adanya proses persalinan.Untuk batasan maksimalnya
para ulama berselisih pendapat. Ulama Syafi’iyah berpendapat darah nifas
maksimalnya adalah 60 hari. Ada juga yang berpendapat 40 hari. Mereka beralasan
dengan hadits Ummu Salamah, di mana ia berkata,

ً‫ تَ ْق ُع ُد بَ ْع َ«د نِفَا ِسهَا أَرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما أَوْ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت النُّفَ َسا ُء َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬
ِ َ‫َكان‬

Artinya:

“Dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wanita menunggu masa


nifasnya selesai hingga 40 hari atau 40 malam.” (HR. Abu Daud Tirmidzi).

4.Kajian islam tentang bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama kelahiran
(Saifuddin,2002)

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).

‫النحل‬ ‫وهللا اخرجكم من بطون امهاتكم التعلمون شيأ وجعل لكم السمع واالبصار واالفئدة لعلكم تشكرون‬
‫ ه‬78

Artinya:

"Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan tidak
tahu apa-apa, lalu Allah menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan, dan
akal fikiran agar kamu bersyukur" (QS.16:78).

F. Penelitian tentang kompres dingin terhadap nyeri persalinan


Hirvani dan Ganji, 2013 yang menyatakan bahwa pemberian kompres es
gel dapat mengurangi nyeri persalinan selama fase aktif tahap I.

Tita Nopliza,Susanti,2019 Menyatakan bahwa hasil observasi dan wawancara


dengan responden bahwa pada penelitian ini intensitas nyeri yang dirasakan ibu
sebelum dilakukan teknik kompres dingin lebih banyak mengalami intensitas nyeri
berat.dikarenakan pengalaman responden untuk mengontrol rasa nyeri yang masih
kurang, karena kebanyakan responden pada penelitian ini adalah ibu
primigravidarum.

Lilin Turlina, Nepi Vilanti Eka Ratnasari,2015 Berdasarkan hasil


penelitian dapatditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny.Mujiyati, Amd.Keb Desa
Joto Sanur Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan tahun 2013. Dengan
demikian, bagi para bidan diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya melalui
pengembangan asuhan kebidanan khususnya kompres dingin dengan melibatkan
keluarga sebagai upaya untuk menurunkan nyeri persalinan. Kompres dingin pada
saat ibu merasakan nyeri persalinan dapat dilakukan dengan memperhatikan daerah
yang dikompres yaitu pada pinggang, perut bagian bawah atau lipat paha ketika ada
kontraksi dengan memakai buli-buli dingin yang diisi air dingin dengan suhu 15-
18ºC selama 20-30 menit untuk menurunkan nyeri persalinan

Mutia Felina,Masrul, Detty,2015 berdasarkan hasil penelitian dapat


disimpulkan bahwa kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan nyeri
daripada kompres panas.Dalam pemantauan kala I fase aktif persalinan
menggunakan partograf, pemberian kompres dingin juga tidak berpengaruh
terhadap kemajuan dan kemunduran persalinan.Pada saat fase aktif dan dilakukan
intervensi pengompresan, pembukaan serviks dan kontraksi uterus tetap berjalan
dengan normal. Oleh karena itu kompres dingin aman diberikan pada ibu yang
sedang dalam proses persalinan dan asuhan sayang ibu juga bisa tercapai.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Khusniyah tahun 2011 dengan hasil
bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan nyeri kala
I fase aktif persalinan fisiologis dengan nilai p 0,001.

Penelitian yang dilakukan oleh (Shirvani & Ganji, 2013) bahwa pemberian
kompres ice gel dapat menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif.Kompres ice
gel merupakan suatu tindakan kompres dingin dengan menggunakan alat berbentuk
gel yang dikemas dalam kantung plastik yang sudah dinetralkan dan tidak beracun.
Ice gel dapat digunakan sebagai metode non-farmakologi dalam pengurangan nyeri
persalinan, (Skiveren, Kjaerby, & Larsen, 2008).

menurut Turlina dan Vilanti, 2013, bahwa dengan diberikan kompres dingin
meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, memperlambat aliran
implus nyeri, meredakan perdarahan dan meningkatkan ambang nyeri ketegangan
otot menurun yang berguna untuk menghilangkan nyeri, juga mengurangi
ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi pembengkakan, dan menyejukan
kulit, kompres dingin akan membuat daerah yang terkena dengan memperlambat
transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik.

Agama islam menjelaskan bahwa ayat-ayat al-quran adalah Terdapat Surat Ar


Ra’d ayat 8

ٍ ‫هَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَحْ ِم ُل ُكلُّ أُ ْنثَى َو َما ت َِغيضُ األرْ َحا ُم َو َما ت َْزدَا ُد َو ُكلُّ َش ْي ٍء ِع ْن َدهُ بِ ِم ْقد‬
‫َار‬

Artinya:

"Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan
rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-
Nya ada ukurannya". (QS. Ar Ra’d: 8

3.Kajian islam tentang nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita setelah seorang wanita
melahirkan. Darah ini tentu saja paling mudah untuk dikenali, karena penyebabnya
sudah pasti, yaitu karena adanya proses persalinan.Untuk batasan maksimalnya
para ulama berselisih pendapat. Ulama Syafi’iyah berpendapat darah nifas
maksimalnya adalah 60 hari. Ada juga yang berpendapat 40 hari. Mereka beralasan
dengan hadits Ummu Salamah, di mana ia berkata,

ً‫ تَ ْق ُع ُد بَ ْع َ«د نِفَا ِسهَا أَرْ بَ ِعينَ يَوْ ًما أَوْ أَرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ت النُّفَ َسا ُء َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬
ِ َ‫َكان‬

Artinya:

“Dahulu di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wanita menunggu masa


nifasnya selesai hingga 40 hari atau 40 malam.” (HR. Abu Daud Tirmidzi).

4.Kajian islam tentang bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam pertama
kelahiran (Saifuddin, 2002).

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirrnya
biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu (Donna, 2003).

‫النحل‬ ‫وهللا اخرجكم من بطون امهاتكم التعلمون شيأ وجعل لكم السمع واالبصار واالفئدة لعلكم تشكرون‬
‫ ه‬78

Artinya:

"Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu dalam keadaan tidak
tahu apa-apa, lalu Allah menjadikan untuk kamu pendengaran, penglihatan, dan
akal fikiran agar kamu bersyukur" (QS.16:78).

F. Penelitian tentang kompres dingin terhadap nyeri persalinan

Hirvani dan Ganji, 2013 yang menyatakan bahwa pemberian kompres es


gel dapat mengurangi nyeri persalinan selama fase aktif tahap I.

Tita Nopliza,Susanti,2019 Menyatakan bahwa hasil observasi dan wawancara


dengan responden bahwa pada penelitian ini intensitas nyeri yang dirasakan ibu
sebelum dilakukan teknik kompres dingin lebih banyak mengalami intensitas nyeri
berat.dikarenakan pengalaman responden untuk mengontrol rasa nyeri yang masih
kurang, karena kebanyakan responden pada penelitian ini adalah ibu
primigravidarum.

Lilin Turlina, Nepi Vilanti Eka Ratnasari,2015 Berdasarkan hasil


penelitian dapatditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh kompres dingin terhadap
penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Ny.Mujiyati, Amd.Keb Desa
Joto Sanur Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan tahun 2013. Dengan
demikian, bagi para bidan diharapkan dapat meningkatkan pelayanannya melalui
pengembangan asuhan kebidanan khususnya kompres dingin dengan melibatkan
keluarga sebagai upaya untuk menurunkan nyeri persalinan. Kompres dingin pada
saat ibu merasakan nyeri persalinan dapat dilakukan dengan memperhatikan daerah
yang dikompres yaitu pada pinggang, perut bagian bawah atau lipat paha ketika ada
kontraksi dengan memakai buli-buli dingin yang diisi air dingin dengan suhu 15-
18ºC selama 20-30 menit untuk menurunkan nyeri persalinan

Mutia Felina,Masrul, Detty,2015 berdasarkan hasil penelitian dapat


disimpulkan bahwa kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan nyeri
daripada kompres panas.Dalam pemantauan kala I fase aktif persalinan
menggunakan partograf, pemberian kompres dingin juga tidak berpengaruh
terhadap kemajuan dan kemunduran persalinan.Pada saat fase aktif dan dilakukan
intervensi pengompresan, pembukaan serviks dan kontraksi uterus tetap berjalan
dengan normal. Oleh karena itu kompres dingin aman diberikan pada ibu yang
sedang dalam proses persalinan dan asuhan sayang ibu juga bisa tercapai.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Khusniyah tahun 2011 dengan hasil
bahwa terdapat pengaruh pemberian kompres dingin terhadap penurunan nyeri kala
I fase aktif persalinan fisiologis dengan nilai p 0,001.

Penelitian yang dilakukan oleh (Shirvani & Ganji, 2013) bahwa pemberian
kompres ice gel dapat menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif.Kompres ice
gel merupakan suatu tindakan kompres dingin dengan menggunakan alat berbentuk
gel yang dikemas dalam kantung plastik yang sudah dinetralkan dan tidak beracun.
Ice gel dapat digunakan sebagai metode non-farmakologi dalam pengurangan nyeri
persalinan, (Skiveren, Kjaerby, & Larsen, 2008).

menurut Turlina dan Vilanti, 2013, bahwa dengan diberikan kompres dingin
meredakan nyeri dengan membuat area menjadi mati rasa, memperlambat aliran
implus nyeri, meredakan perdarahan dan meningkatkan ambang nyeri ketegangan
otot menurun yang berguna untuk menghilangkan nyeri, juga mengurangi
ketegangan nyeri sendi dan otot, mengurangi pembengkakan, dan menyejukan
kulit, kompres dingin akan membuat daerah yang terkena dengan memperlambat
transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik.

BAB III
METODOLOGI

A.Desain Penelitian
Desain Laporan Tugas Akhir adalah susunan atau rancangan
penelitian yang akan dilaksanakan. Penulisan laporan ini menggunakan
metode studi kasus (case study). Studi kasus atau case study adalah suatu
metode penelitian dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit yang menjadi kasus tersebut
dianalisis secara mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan keadaan
kasus iparan tertentu, (Notoadmojo:2012).
B.Sasaran
Sasaran dalam Laporan Tugas Akhir ini adalah Ny D umur 25 tahun,
hamil anak pertama yang telah bersedia menandatangani lembar informed
consent yang disediakan

C.Waktu dan tempat


1.Waktu pengkajian
Laporan tugas akan dilaksanakan mulai pada november - january 2022
2.Tempat pelaksanaan
Asuhan kebidanan dilaksanakan di PMB Soraya Amd. Keb
D.Teknik, Jenis data Instrument Pengumpulan Data
1.Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau metode yang
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitianya,
(Notoadmojo:2012).
Batu es dimasukan kedalam buli-buli sehingga buli-buli dapat diletakan
diperut bagian kanan ibu,yang diberikan saat ibu memasuki kala 1 fase aktif
selama 10-15 menit. Nyeri persalinan dilihat free dan post diukur.Diberikan buli-
dengan quisioner NRS (Numeral Rating Scale).
Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini yaitu melalui
observasi,wawancara (anamnesis).Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
pada ibu hamil Ny. D di PMB Soraya Amd. Keb
2. Jenis data
Data dalam studi kasus ini menggunakan data primer dan data skunder.
Data primer atau yang sering disebut dengan first hand of information adalah
sumber informasi yang langsung berasal dari yang mempunyai wewenang dan
bertanggung jawab terhadap data tersebut sedangkan data sekunder adalah data
yang diperoleh dari secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain (Notoadmojo:2012).
Data primer diperoleh melalui wawancara (anamnesis), pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang sedangkan data sekunder diperoleh dengan melihat dan
mencatat buku registrasi ibu hamil PMB Meyrlin Kurniati, AM.Keb Karet Jaya
2021.
3.Instrument pengumpulan data
Instrument pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini berupa format pengkajian, alat-alat pemeriksaan kehamilan.
1. Adapun alat-alat pemeriksaan kehamilan tersebut berupa timbangan,
pengukuran tinggi badan, thermometer aksila, tensimeter, stetoskop, jam,
senter, metline, monoskop, pita LILA, Refleks hammer, blood lancet dan
haemometer.
2. Alat-alat untuk penatalksanaan nyeri Nyeri adalah Lembar Observasi NRS
(Numeric Rating Scale), Kirbat atau handuk, es batu atau air dingin dan
termometer air
3. Alat-alat untuk pemeriksaan nifas adalah tensi meter, stetoskop, termometer
aksila, botol yang berisi air bersih dan air klorin, kom kecil, bengkok, betadin,
handscoon, waskom, senter, pen light, perlak, kain, pembalut, dan kassa.
4. Alat-alat untuk pemeriksaan bayi baru lahir adalah : Vitamin K 1 ampul, salep
mata tetrasiklin 1 %, stetoskop, termometer aksila, pita meter, timbangan bayi,
stopwach, handuk kecil, perlak atau pengalas, pakaian bayi, selimut bayi,
bengkok, pengukur panjang badan, lampu sorot, senter, kapas, alat
pendokumentasian, perlengkapan cuci tangan (Panduan Praktikum Neonatus,
Bayi Balita & Prasekolah, 2014)
Mana jurnal literature riview

Anda mungkin juga menyukai