Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH COUNTERPRESSURE DENGAN BIRTH BALL

TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA 1 FASE


AKTIF

OLEH :
SHELY SAGITA PUTRI

NIM :
193001070085

PROGRAM S1KEBIDANAN

UNIVERSITAS ADIWANGSA JAMBI

TAHUN 2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh
setiap ibu hamil. Persalinan diartikan pula sebagai peregangan dan pelebaran
mulut Rahim sebagai akibat dari kontraksi otot-otot Rahim untuk mendorong
hasil konsepsi (janin dan uri) keluar (Danuatmaja,2010)

Menurut WHO (2007), sebagian besar persalinan (90%) selalu disertai


rasa nyeri yang pada umumnya terasa hebat, sedangkan rasa nyeri pada
persalinan merupakan hal yang lazim terjadi, penyebab nyeri selama
persalinan meliputi faktor fisiologis dan psikologis (Rejeki dkk,2014)

Menurut Bobak (2005), nyeri persalinan merupakan perasaan tidak


nyaman saat persalinan atau pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang
terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan servik, serta penurunan
janin selama proses persalinan. Hal ini terjadi karena setiap ibu bersalin akan
mempersepsikan rasa nyeri yang berbeda terhadap stimulus yang sama
tergantung pada ambang nyeri yang dimilikinya (Rejeki dkk,2014)

Kebanyakan ibu bersalin mulai merasakan puncak nyeri pada kala I


fase aktif , yaitu pada fase dilatasi maksimal (pembukaan servik 4 cm – 9 cm)
hal ini disebabkan karena pada fase tersebut frekuensi dan intensitas kontraksi
uterus menjadi lebih teratur, lama, dan kuat sehingga sensasi nyeri yang
dirasakan meningkat (Rukiyah, 2009)
Pada primigravida kala I berlangsung selama kurang lebih 13 jam,
sedangkan pada multigravida berlangsung kurang lebih 7 jam (Saifuddin,
2010). Lamanya persalinan kala I pada primigravida ini menyebabkan rasa
nyeri yang dialami juga lebih lama ditambah informasi dan pengalaman yang
kurang dalam menghadapi nyeri persalinan sehingga resiko mengalami
keletihan akan lebih besar yang berakibat pada respon cemas, tegang, takut,
bahkan panic. Kecemasan dan ketakutan pada proses persalinan memacu
pelepasan hormon stress yaitu hormone adrenalin dan ketokolamin yang
memberikan respon kaku dan ketegangan dalam tubuh, otot hingga sel-sel.
Tingkat hormone adrenalin dan ketokolamin yang tinggi dalam darah juga
membuat impuls nyeri bertambah banyak, mengurangi aliran darah menuju
plasenta sehingga suplai oksigen untuk janin menurun, melemahnya kontraksi
Rahim dan berakibat memanjangnya proses persalinan atau partus lama.
Selain itu, nyeri yang tak tertahankan pada ibu bersalin menyebabkan ibu
berkeinginan segera mengakhiri masa persalinannya dengan mengejan
sebelum dilatasi servik maksimal sehingga menyebabkan persalinan menjadi
traumatic bahkan secara tidak langsung dapat menyebabkan post ppartum
blues (Aprillia, 2017)

Partus lama atau macet menyumbang sebesar 1,8 % dari penyebab


tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 305/100.000kelahiran hidup pada
tahun 2015 (Kementrian Indonesia, 2015)

Menurut Perry & Potter (2006), hasil penelitian juga menyebutkan


nyeri hebat pada proses persalinan menyebabkan ibu mengalami gangguan
psikologis, 87% post partum Blues yang terjadi dari 2 minggu pasca
persalinan sampai 1 tahun. 10 % Depresi dan 3% dengan Psikosa (Rejeki dkk,
2014)

Menurut Niven C & Gijbers (1984), dilaporkan dari 2.700 ibu bersalin
hanya 15% persalinan yang berlangsung dengan nyeri ringan, 35% dengan
nyeri sedang, 30% dengan nyeri hebat dan 20% persalinan disertai nyeri
sangat hebat (Rejeki dkk,2014)

Pusat data persatuan Rumah Sakit seluruh Indonesia menjelaskan


bahwa AKI di Indonesia 15% diakibatkan oleh komplikasi persalinan dan
21% menyatakan bahwa persalinan yang dialami merupakan persalinan yang
menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat, sedangkan 63% tidak
memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan guna
mengurangi nyeri pada persalinan (Yuliasari, 2015)

Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah Kementrian Kesehatan


sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative dan
dilanjutkan dengan progam Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996. Kedua
progam ini bertujuan untuk memastikan semua wanita mendapatkan
perawatan yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan
persalinannya (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2015)

Fenomena yang terjadi saat ini tidaklah sejalan dengan progam yang
telah direncanakan pemerintah karena saat ini masih banyak Bidan yang
enggan memberikan informasi yang lengkap (informed choice, informed
concent, konseling dan pendidikan kesehatan) maupun membuat keputusan
bersama dengan kliennya saat kunjungan kehamilan maupun persalinan. Saat
persalinan banyak bidan sebagai penolong persalinan yang seringkali
melupakan untuk menerapkan teknik pengontrolan nyeri persalinan pada kala
I sehingga ibu mengalami kesakitan yang hebat dan menyebabkan ibu bersalin
mengalami komplikasi serta memiliki pengalaman persalinan yang buruk dan
traumatik (Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2016)

Kondisi ini membuat sebagian besar ibu memilih cara yang paling
cepat dan gampang untuk menghilangkan nyeri yaitu operasi secio caesaria
tanpa indikasi yang jelas dan juga meminta untuk menggunakan obat penawar
nyeri seperti epidural anastesi dan obat-obat penghilang rasa nyeri dapat
memberikan efek samping yang merugikan meliputi fetal hipoksia, resiko
depresi pernafasan neonates, penurunan frekuensi denyut jantung dan
peningkatan suhu tubuh ibu (Pasongli dan Psak,2014)

WHO (2007), menetapkan indikator persalinan caesaria 5 15% untuk


setiap negara. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2010, tingkat persalinan
caesaria di Indonesia 15,3 % sampel dari 20591 ibu yang melahirkan dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir yang di wawancara di 33 provinsi. Sekitar
3%ibu yang dioperasi Caesar adalah primipara, 75% bukan pada usia yang
beresiko tinggi untuk persalinan normal melalui vagina (kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun). 80% ibu yang di caesaria juga tidak mempunyai
riwayat janin meninggal, dan mempunyai tanda komlikasi selama kehamilan
hanya 15,4% (Rejeki dkk, 2014).
Hal ini membuat semakin banyak saja ibu yang gagal untuk
melahirkan secara normal alami. Oleh karena itu, penanggulangannyeri
persalinan bukan hanya untuk kenikmatan saja akan tetapi kebutuhan yang
mendasaruntuk memutuskan lingkaran nyeri dan segala akibat yang
ditimbulkannya (Aprillia, 2014)

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri


persalinan dengn cara famakologi yang menggunakan obat-obatan seperti
analgetik, sedative, dan epidural anastesi serta cara nonfarnokologis yaitu
tanpa menggunakan obat-obatan dan dilakukan bersama dengan pendamping
persalinan atauy doula, diantaranya : hypnobrithing, Active birth ,
counterpresure, kompres panas atau dingin, birthing ball exercise, hidroterapi
teknik pernafasan, visualisasi, penggunaan music dan aromatheraphy
(Johariyah dkk, 2012)

Menurut varney (2007), teknik non farmokologis dalam pendekatan


untuk mengurangi nyeri pada persalinan yang paling efektif adalah dengan
memberikan teknik relaksasi yaitu dengan pernapasan, relaxsasi, pengaturan
posisi ibu dan pijat (Nurasiah,2012)

Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakan


tumit tangan atau bagian datar dari tangan atau juga menggunakan bola tenis
pada daerah sacrum atau lumbal lima. Tekanan dalam massage counter
preassure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil yang
dilakukan selama kontraksi. Ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama
persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit, dapat mengelola rasa takut,
menciptakan perasaan nyaman, releks dan menanggapi proses persalinan
dengan positif. Hal ini disebabkan oleh karena pijataan merangsang tubuh
untuk melepas hormon pereda rasa sakit yaitru endorfin yang menyebabkaan
persalinan berjalan lebih lembut, alami dan lancar (Yuliasari dkk, 2015)

Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu bersalin kalaI ke
posisi berulut dan bersandar pada birthball dapat mengurangi nyeri sehingga
ibu lebih nyaman, dengsn memanfaatkan gravitasi dapat membantu penurunan
serta rotasi kepala bayi dan mempermudah ketika akan dilakukan
counterpressure. Ketika ibu bersalin bergerak, mengatur posisi, mampu
mengontrol rasa cemas dan memiliki pendamping persalinan yang mampu
membantunya mengalihkan fikiran dari presepsi nyeri maka nyeri tersebut
akan berkurang(Aprillia, 2014)
Berdasarkan uraian lartar belakang diatas, penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh teknik counterpressure dengan birtball terhadap penurunan
nyeri persalinan kala I di Bidan Praktik Swasta tahun 2019.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yaitu :
Apakan ada pengaruh counterpressure dengan birthball terhadap penurunan
intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktidf di Bidan Praktik Mandiri tahun
2019 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh counterpressure dengan birthball terhadap
penurunan intensitas nyeri persalinan kala 1 fase aktif di Bidan Praktek
Mandiri tahun 2019
1.4 Manfaat penelitian
a. Kegunaan teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi
akademis dan peneliti selanjutnya dalam pengembangan konsep dan teori
mengenai manajemen nyeri persalinan dengan metode nn farmakologis
counterpressure dengan birthball
b. Kegunaan Praktis
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu kebidanan
khususnya tentang manajemen nyeri non farmakologis dan dijadikan
bahan masukan bagi tenaga kesehatan untuk menambah keterampilan
dalam pemberian teknik counterpressure dengan birthball sehingga dapat
membantu memenuhi kebutuhan ibu dalam pengontrolan nyeri persalinan.

Anda mungkin juga menyukai