Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin 99% terjadi dinegara

berkembang. Setiap tahun lebih dari 200 juta wanita hamil, sebagian besar kehamilan

berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat walaupun demikian, pada

beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masa

yang penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan dan bahkan kematian (WHO, 2012)

Pusat Data Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia menjelaskan bahwa 15% ibu di

Indonesia mengalami komplikasi persalinan dan 21% menyatakan bahwa persalinan yang

dialami merupakan persalinan yang menyakitkan karena merasakan nyeri yang sangat,

sedangkan 63% tidak memperoleh informasi tentang persiapan yang harus dilakukan guna

mengurangi nyeri pada persalinan. Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang

paling tinggi diantara rasa nyeri yang lain seperti patah tulang atau sakit gigi. Banyak

perempuan yang belum siap memiliki anak karena membayangkan rasa sakit yang akan

dialami saat melahirkan nanti (Yuliasari, dkk 2015).

Berat ringannya nyeri yang dirasakan ibu dan bagaimana ibu berespons dalam

menghadapi nyeri sangat berpengaruh pada kelangsungan proses

persalinan. Nyeri yang terjadi dapat memengaruhi kondisi ibu berupa kelelahan, rasa

takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan melemahnya kontraksi

rahim dan berakibat pada persalinan yang lama bahkan kematian pada ibu. Bonica dalam

penelitiannya terhadap 2.700 parturien di 121 pusat obstetrik dari 36 negara menemukan

bahwa hanya 15% persalinan yang berlangsung tanpa nyeri atau nyeri ringan, 35%

1
persalinan disertai nyeri sedang, 30% persalinan disertai nyeri hebat dan 20% persalinan

disertai nyeri yang sangat hebat (Lestari dkk, 2012).

Nyeri persalinan yang lama menyebabkan hiperventilasi dengan frekuensi pernafasan

60- 70 kali per menit sehingga menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan pH.

Apabila kadar PaCO2 ibu rendah, maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga

menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin, nyeri juga meyebabkan aktivitas

uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama, yang akhirnya

dapat mengancam kehidupan janin dan ibu (Mander,2007 dalam Gaidaka 2012 ).

Persalinan adalah usaha yang dilakukan oleh rahim ketika bayi akan dilahirkan.

Selama persalinan, rahim berkontraksi dan mendorong bayi ke bawah sampai ke leher

rahim. Dorongan ini membuka leher rahim. Setelah leher rahim mencapai pembukaan

lengkap, kontraksi dan dorongan ibu akan menggerakkan bayi ke bawah dan keluar

beberapa hari (Ningsih, 2017).

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan nyeri pada persalinan,baik secara

farmakologi maupun non-farmakologi. Metode farmakologi terdiri dari analgesia (inhalasi

dan opioid) dan analgesia/anestesia regional (anestesia spinal dan analgesia epidural),

sedangkan metode non farmakologi terdiri dari relaksasi, hipnoterapi, imajinasi, deep back

massage, musik, akupuntur, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS),

hidroterapi, serta posisi, postur dan ambulasi. Metode non-farmakologi juga dapat

meningkatkan kepuasan selama persalinan, karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan

kekuatannya. Relakasasi, teknik pernafasan, pergerakan dan perubahan posisi, Deep back

massage, hidroterapi, terapi panas/dingin, music, guided imagery, akupresur, aromaterapi

merupakan beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat meningkatkan kenyamanan ibu

saat bersalin dan mempunyai pengaruh pada koping yang efektif terhadap pengalaman

persalinan (Arifin, 2008 dalam Maita 2016).

2
Deep back massage adalah pijatan lembut dengan menekan daerah sakrum

menggunakan telapak tangan. Pijat ini diberikan dengan menggunakan dasar teori gate

control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall (2013). Pijatan yang diberikan akan

merangsang saraf diameter besar yang menyebabkan gate control menutup dan impuls

nyeri tidak diteruskan ke korteks serebral, sehingga rasa nyeri yang dirasakan akan

berkurang (Gaidaka 2012).

Berdasarkan hasil penelitian Lestari dkk ( 2012) menunjukkan bahwa deep back

massage dapat mengurangi nyeri dan kecepatan pembukaan. Perbandingan tingkat rasa

sakit pada tes kelompok kontrol pretest dan posttest Wilxocon Sign Rank menunjukkan

p=0,001 test (peningkatan rasa sakit dari 1,52). Perbandingan tingkat pretest dan posttes

rasa sakit pada mereka yang menerima deep back massage dengan Wilxocon uji Rank

Daftar menunjukkan p = 0,000 tes (penurunan nyeri dari 4,33). Perbandingan kecepatan

pembukaan antara dua kelompok dengan dua uji t sampel bebas menunjukkan p = 0,000

berarti bahwa ada pengaruh deep back massage pada laju pembukaan serviks. Penerapan

deep back massage merupakan salah satu terapi non-farmakologis sebagai bagian integral

dalam memberikan perawatan dasar pertolongan persalinan.

Fenomena yang terjadi saat ini, ditemukan bahwa beberapa ibu yang mengalami

persalinan kala 1 fase aktif mengeluhkan rasa nyeri dan kontraksi yang sangat kuat,

Nyeri yang tidak cepat teratasi dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi, karena

nyeri menyebabkan pernafasan dan denyut jantung

ibu akan meningkat yang menyebabkan aliran darah dan oksigen ke plasenta terganggu.

Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama pada kala 1 fase aktif sangat

penting karena ini sebagai penentu apakah ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal

atau diakhiri dengan suatu tindakan dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri

yang sangat hebat (Maita, 2016)

3
Berdasarkan Hasil penelitian Nurlela (2008), didapatkan bahwa sebanyak 13,9%

operasi sesar dilakukan tanpa pertimbangan medis. Operasi sesar dilakukan atas keinginan

ibu karena mereka beranggapan bahwa operasi sesar tidak akan mengalami nyeri seperti

saat persalinan normal. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan

dengan peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk

sesantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemhaman mengenai asuhan kebidanan

mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi ( Fitrianingsih, 2017)

Berdasarkan profil kesehatan bengkulu tahun 2016 jumlah persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan sebanyak 33.854 orang, jumlah persalinan di Rejang Lebong menjadi

peringkat kedua tertinggi yaitu sebesar 4513 orang. Berdasarkan data yang didapatkan dari

RSUD Curup pada tahun 2015 dan tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah persalinan

dengan tindakan dari 1035 orang menjadi 1214 orang, dengan persentase seksio sesaria

pada tahun 2015 sebanyak 49 % sedangkan pada tahun 2016 terjadi peningkatan sebanyak

51 %, pertolongan persalinan dengan ekstraksi forceps dan vakum meningkat dari 1,1 %

meningkat menjadi 7,67 %, berdasarkan studi pendahuluan tanggal 28 Agustus 2017 yang

dilakukan peneliti di RSUD Curup didapatkan 4 orang dari 7 orang ibu bersalin mengeluh

nyeri yang sangat hebat dan merasa takut menjalani persalinan kembali. Selama kala I

hampir semua ibu tak mampu menahan keinginan mengejan selama kontraksi dan

berteriak-teriak setiap his muncul.

Dari data diatas didapatkan bahwa terjadi peningkatan persalinan dengan tindakan

yaitu seksio sesaria dari 49 % menjadi 51 %, dan ekstraksi vakum serta forceps dari 1,1

% menjadi 7,67 %. Kondisi ini secara tidak langsung dapat disebabkan oleh adanya nyeri

hebat selama persalinan yang tidak dikontrol oleh ibu. Kebanyakan Operasi sesar

dilakukan atas keinginan ibu karena mereka beranggapan bahwa operasi sesar tidak akan

mengalami nyeri seperti saat persalinan normal, Menurut survei yang dilakukan penulis di

4
RSUD Curup belum pernah dilakukan teknik menurunkan rasa nyeri persalinan dengan

Deep back massage oleh sebab itu perlu dilakukan dalam penurunan nyeri persalinan kala

I fase aktif. Berpijak dari uraian diatas maka penulis tertarik meneliti tentang pengaruh

Deep back massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di RSUD Curup

kabupaten Rejang Lebong.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah meningkatnya persalinan dengan tindakan di RSUD Curup

yaitu seksio sesaria sebanyak 49 % menjadi 51 %, persalinan dengan ekstraksi vakum dan

forceps sebanyak 1,1 % menjadi 7, 6 7%. Persalinan dengan tindakan sebenarnya bisa

dicegah bila ibu mampu mengalihkan rasa nyeri dengan baik. Hal ini disebabkan karena

nyeri persalinan merupakan hal yang fisiologis dalam persalinan normal, Maka

permasalahan dalam penelitian ini ialah terdapat Deep back massage yang merupakan

penatalaksanan nyeri persalinan yang dapat menurunkan nyeri persalinan, Oleh karena itu

peneliti ingin mengetahui “apakah ada pengaruh deep back massage terhadap penurunan

nyeri persalinan kala I fase aktif di RSUD Curup tahun 2017? ”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan penelitian ini adalah Diketahui Pengaruh Deep Back Massage

terhadap nyeri persalinan kala I di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong Tahun

2017

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi nyeri pada reponden berdasarkan umur, paritas dan

pekerjaan di RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong

5
b. Diketahui rata-rata tingkat Nyeri Persalinan kala I sebelum diberikan Deep Back

Massage.

c. Diketahui rata-rata tingkat Nyeri Persalinan Kala I sesudah diberikan Deep Back

Massage.

d. Diketahui perbedaan tingkat Nyeri Persalinan antara sebelum dan sesudah

diberikan Deep Back Massage.

e. Diketahui pengaruh deep back massage terhadap penurunan nyeri Persalinan antara

sebelum dan sesudah diberikan Deep Back Massage.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi tentang

Deep Back Massage, untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa.

2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penilitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya

Rumah sakit, Puskesmas daan Bidan Praktek mandiri agar dapat memberikan Deep

Back Massage sebagai acuan asuhan kasih sayang ibu, serta pemegang peranan

penting dalam memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal secara

komperhensif

3. Manfaaat bagi Peneliti lain

Hasil Penelitian dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

meneliti permasalahan yang sama dan dapat mengembangkan penelitian ini lebih

lanjut.

E. Keaslian penelitian

6
Penelitian mengenai Deep Back Massage telah diteliti oleh peneliti lain, Antara lain :

1. Gaidaka (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Deep Back Massage Terhadap

Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Ibu Inpartu Primigravida di BPS Endang Adji,

Amd.Keb tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian desain eksperimen dengan

teknik pengambilan sampel digunakan random sampling. Hasil penelitian

menunjukan ada pengaruh deep back massage terhadap nyeri persalinan kala I fase

aktif ibu inpartu primigravida

2. Maita (2016) dengan judul Pengaruh Deep back massage terhadap penurunan nyeri

persalinan di BPM Khairani Pekan Baru tahun 2016. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen dengan metode Quasi Eksperimen. Teknik pengambilan

sampel dengan total sampling. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang

signifikan antara Deep Back Massage terhadap penurunan nyeri persalinan

3. Fitrianingsih dkk (2017) dengan judul Perbedaan metode deep back massage dan

metode endhorphin massage terhadap intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif di

puskesmas poned plered kabupaten Cirebon tahun 2017. Penelitian ini merupakan

penelitian eksperimen dengan metode quasi eksperimen. Hasil penelitian ini

menunjukan ada penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif setelah

diberikan metode deep back massage dibandingkan dengan setelah diberikan metode

endorphine massage

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah judul penelitian, metode

penelitian, sampel penelitian yang diteliti, tempat dan waktu penelitian.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu

maupun pada janin. (Widyastuti, 2009). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil

konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di

8
luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan kekuatan

ibu sendiri (Manuaba, 2010). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan (Mochtar, 2012).

2. Etiologi

Menurut Mochtar (2012) penyebab pasti persalinan belum diketahui benar, yang ada

hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain :

a. Teori penurunan hormon

Pada minggu pertama dan kedua sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar

hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai peregang otot-otot

polos rahim akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila

kadar progesteron turun.

b. Teori Oksitosin Internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas otot rahim,

sehingga sering terjadi kontraksi braxton his. Menurunnya konsentrasi progesteron

akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga

persalinan dimulai.

c. Teori Prostaglandin

Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang

dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat

menimbulkan kotraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan, Prostaglandin

dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

d. Teori plasenta menjadi tua

9
Turunnya progesteron dan estrogen yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah.

Hal ini akan dapat menimbulkan kontraksi rahim.

e. Teori distensi rahim

Rahim yang besar dengan merengan menyebabkan riskemia otot-otot rahim,

sehingga mengganggu sirkulasi uterus ke plasenta.

f. Teori iritasi mekanik

Tertekannya flexus prankehauser oleh kepala janin akan menimbulkan kontraksi

pada rahim.

g. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :

1) Gangguan lamanaria

2) Beberapa lamanaria dimasukkan dalam kanalis servikalis dengan tujuan

merangsang flexus prankehauser

3) Amniotomi yaitu pemecahan ketuban

4) Oksitosin yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

3. Tahap Persalinan

Tahap persalinan terbagi ke dalam empat tahap yaitu kala I sampai kala IV yaitu

a. Kala I : pembukaan

Inpartu ditandai dengan lendir bercampur darah, karena servik mulai membuka dan

mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis servikalis

karena pergeseran ketika servik mendatar dan terbuka. Pada kala ini tebagi atas dua

fase yaitu fase laten dan fase aktif. Kala I adalah tah ap pertama, berlangsung 12-14

jam untuk kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada tahap

ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara

10
berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan

semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabakan pembukaan jalan lahir.

Kala I persalinan di sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm yang

berarti pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim. Masa transisi ini

menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu. Menjelang berakhirnya kala I,

pembukaan jalan lahir sudah hampir sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin

sering dan semakin kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat,

kebanyakan wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang

paling berat dan akan merasa datangnya rasa mulas yang sangat hebat dan terasa

seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah,seperti ingin buang air besar.

Menjelang akhir pertama, kontraksi semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan

jalan lahir sudah 10 cm berarti bayi siap dilahirkam dan proses persalinan memasuki

kala II.

Proses membukanya serviks sebaga akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu:

1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam.

Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm. Fase

laten diawali dengan mulai timbulnya kontraksi uterus yang teratur yang

menghasilkan perubahan serviks.

2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi yakni :

a) Fase akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi

9 cm.

c) Fase deselerasi

11
Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam, pembukaan dari 9

cm menjadi lengkap.

b. Kala II : pengeluaran

Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama

kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang panggul sehingga

terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan

rasa mengedan. Pasien merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus

terbuka. Pada waktu mengedan, kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar

vagina) membuka dan perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan

mengedan terpimpin, akan lahirlah kepala diikiuti oleh seluruh badan janin. Ibu akan

merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah perineum bersifat elastis,

tapi bila dokter/bidan memperkirakan perlu dilakukan pengguntingan di daerah

perineum (episiotomi), maka tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah

perobekan paksa daerah perineum akibat tekanan bayi.

c. Kala III : kala uri

Dimulai setelah bayi lahir dan plasenta akan keluar dengan sendirinya. Proses

melahirkan plasenta berlangsung antara 5-30 menit. Pengeluaraan plasenta disertai

dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc. Dengan adanya kontraksi rahim,

plasenta akan terlepas. Setelah itu dokter/bidan akan memeriksa apakah plasenta

sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah itu barulah dokter/bidan membersihkan

segalanya termasuk memberikan jahitan bila tindakan episiotomi dilakukan.

d. Kala IV : pengawasan

12
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya perdarahan.

Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam. Dalam tahap ini ibu masih

mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak yang berasal dari pembuluh

darah yang ada di dinding rahim tempat terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa

hari akan mengeluarkan cairan sedikit darah yang disebut lochea yang berasal dari

sisa-sisa jaringan. Pada beberapa keadaaan, pengeluaran darah setelah proses

kelahiran menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya

kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim. Karena itu, perlu dilakukan

pengawasan sehingga jika perdarahan semakin hebat, dapat dilakukan tindakan

secepatnya (Wiknjosastro, 2014).

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Wiknjosastro (2014) Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

adalah diantaranya sebagai berikut:

a. Faktor Power

power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut

meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligamen,

dengan kerjasama yang baik dan sempurna dan tenaga mengejan.

b. Faktor Passager

Faktor Passanger yaitu faktor janin yang meliputi sikap janin, letak, presentasi,

bagian terbawah dan posisi janin.

c. Faktor Passage (jalan lahir)

Faktor Passage yakni dibagi menjadi bagian keras (tulang tulang panggul, rangka

panggul) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen).

d. Faktor psikologi ibu

13
keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Dukungan mental berdampak

positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.

e. Faktor penolong

Faktor penolong dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik yang dimiliki

penolong, diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak

terjadi sehingga memperlancar proses persalinan.

5. Jenis Persalinan

Berikut jenis-jenis persalinan yang biasa dilakukan yang perlu diketahui ialah

a. Persalinan spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir

b. Persalinan buatan

Dibantu dengan tenaga dari luar (forceps atau sectio caesaria)

c. Persalinan anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah

pecahnya ketuban, pemberian oxytocin dan prostaglandin.

d. Persalinan berdasarkan usia kehamilan

1) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat

janin kurang dari 500 gram

2) Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu dan 28 minggu

atau berat janin antara 500 gram dan kurang dari 1000 gram

3) Partus prematur

14
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan kurang dari

37 minggu atau berat janin antara 1000 gram dan kurang dari 2500 gram

4) Partus matur atau aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu atau berat janin lebih dari 2500 gram

5) Partus serotinus atau post matur

Pengeluaran buah kehamilan pada usia kehamilan lebih dari 42 minggu

(Saifuddin, 2014).

6. Tanda – tanda Persalinan dan gejala persalinan

Menurut Mochtar (2012) tanda dan gejala persalinan meliputi

a. Tanda Permulaan Persalinan

Pada permulaan persalinan/kata pendahuluan (preparatory stage of labor) yang

terjadi beberapa minggu sebelum terjadi persalinan, dapat terjadi tanda-tanda

sebagai berikut:

1) Lightening atau setting/deopping, yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul

terutama pada primigravida.

2) Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3) Perasaan sering kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terbawah janin.

4) Perasaan sakit di perut dan di pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan

tertekannya fleksus frankenbauser yang tenletak pada sekitar serviks (tanda

persalinan false-false labour pains).

15
5) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar karena terdapat kontraksi otot rahim.

6) Terjadi pengeluaran lendir, di mana lendir penutup serviks dilepaskan dan bisa

bercampur darah (bloody show)

b. Tanda-Tanda inpartu

1) Kekuatan dan rasa sakit oleh adanya his datang lebih kuat, sering dan teratur

dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.

2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil

pada serviks.

3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks perlunakannnya

pendataran, dan tenjadinya pembukaan serviks.

B. Nyeri Persalinan

1. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat

subjektif karena perasaan nyeri pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya,

dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yang dialaminya (Hidayat, 2006), Nyeri persalinan merupakan pengalaman

subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus dilatasi dan

penipisan serviks serta penurunan janin selama persalinan. Respon fisiologi terhadap

nyeri meliputi peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasa, keringat, diameter

pupil, dan ketegangan otot (Arifin, 2008).

Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi

(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada

pinggang, daerah perut dan menjalar kearah paha. Kmontraksi ini menyebabkan

16
adanya pembukaan mulut rahim (serviks), Dengan adanya pembukaan servik ini maka

akan terjadi persalinan (Judha 2012).

2. Teori nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, yaitu :

a. Teori Pemisahan ( Specificiy Theory) Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke

medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah

posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke sisi

lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut

diteruskan.

b. Teori Pola ( Pattern Theory), rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion

dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan

suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri,

serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan

nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory). Yang dikemukakan oleh

melzak dan wall, teori ini lebih komprehensip dalam menjelaskan tramisi dan

presepsi nyeri, nyeri tergantung dari kerja serta saraf

besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsang

pada serat saraf besar akan mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga

aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi

ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui spinalis serat eferen dan

reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan

menghambat aktivitas substansia gelatiosa dan membuka pintu mekanisme,

17
sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri.

d. Teori Trasmisi dan Inhibisi, adanya stimulus pada noiciceptor memulai

implus-implus saraf, sehingga transmisi implus nyeri menjadi efektif oleh

neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi implus nyeri menjadi efektif

oleh implus-implus pada serabut-serabut besar yang memblok implusimplus pada

serabut lamban dan endogen opiate system supresif (Hidayat, 2006).

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri secara umum dan nyeri dalam

persalinan sebagai berikut :

a. Klasifikasi nyeri secara umum, antara lain adalah

1) Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul segera setelah rangsangan dan hilang setelah

penyembuhan.

2) Nyeri kronik yaitu nyeri yang menetap selama lebih dari 3 bulan walaupun

proses penyembuhan sudah selesai (Setyohadi, dkk, 2007).

b Klasifikasi nyeri persalinan dibagi beberapa nyeri yaitu :

1) Nyeri Viseral bersifat lambat dalam yang tidak terlokalisir. Implus nyeri selama

kala I pada persalinan di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf spinal dan

bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis, dimana uterus dan

serviks terjadi pada kala I akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan serviks.

Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar kedaerah lumbal

bagian belakang dan turun sampai dengan paha.

2) Nyeri somatic bersifat lebih cepat dan tajam menusuk dan lokasi jelas.

Implus nyeri pada kala II ditransmisi melalui S1-S2 saraf spina dan

parasimpatis dari jaringan perinal. Nyeri ini pada akhirnya kala I dan

18
selama kala II yang merupakan akibat dari penurunan kepala janin yang

menekan jaringan - jaringan maternal dan tarikan perinium dan Utercocervical

selama kontraksi.

3) After pain nyeri selama kala II dimana uterus mengecil, sobek dari hasil

distensi dan laserasi dari serviks, vagina dan jaringan perinal nyeri yang

dirasakan seperti awal kala I dan kala II (Judha,2012)

4. Respon fisiologis Respon.

Bersamaan dengan naiknya impuls-impuls nyeri ke medula spinalis hingga mencapai

batang otak dan talamus, maka sistem saraf otonom menjadi terstimulus sebagai bagian

dari respon stres. Nyeri dengan intensitas rendah sampai nyeri superfisial menimbulkan

reaksi fight or fligt terhadap sindrom adaptasi general. Stimulasi dari cabang simpatis

pada sistem saraf otonom mengakibatkan respon fisiologis. Apabila nyeri terus

berlanjut, semakin berat dan dalam, biasanya melibatkan organ organ viseral dan dapat

menyebabkan perubahan tanda vital (Potter &Perry, 2010).

5.Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

Menurut Hidayat (2006) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor yang

mempengaruh nyeri ada 2 macam yaitu faktor nyeri secara umum dan faktor nyeri

dalam persalinan sebagai berikut :

a. Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri sebagai berikut

1) Arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-

lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, pengalaman.

2) Persepsi nyeri merupakan panilaian yang sangat subjektif tepatnya pada korteks

(pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat

memicu stimulasi nociceptor.

19
3) Toleransi nyeri erat dihubungkan dengan adanya intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi adalah

alkohol, obat-obatan, hipnosis, gesekan atau garukan, dan pengalihan perhatian.

4) Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri seperti

ketakutan,gelisah,cemas,menangis, dan menjerit

b. Faktor –faktor yang mempengaruhi nyeri pesalinan adalah

Rasa nyeri persalinan muncul karena adanya hal-hal sebagai berikut

1) Kontraksi otot rahim

Kontraksi otot rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta iskemia

Rahim akibat kontraksi arteri myometrium. Karena Rahim merupakan organ

internal maka nyeri yang timbul merupakan organ internal maka nyeri yang

timbul disebut nyeri visceral. Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada

punggung bagian bawah dan sacrum biasanya ibu hanya mengalami rasa nyeri

ini hanya selama kontrasksi dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar

kontraksi.

2) Regangan otot dasar panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral,

nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar anus. Nyeri

kenis ini disebut nyeri somatic dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir

bagian bawah akibat peniruan bagian terbawah janin.

3) Episiotomi

Pada pereistiwa episiotomi nyeri yang dirasakan apabila ada tindakan

episiotomi, tindakan ini dilakukan sebelum jalan lahir mengalami laserasi

maupun ruptur pada jalan lahir

4) Kondisi psikologis

20
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,

cemas dan tegang memicu produksi hormone prostalglandin sehingga timbul

stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa

nyeri (Judha,2012)

6. Instensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan

oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang

yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin

adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,

pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri

itu sendiri. Menurut Smeltzer, S.C & Bare B.G (2002) skala intensitas nyeri adalah

berikut :

a. Skala Intensitas Nyeri Deskritif

Gambar 2.1

b. Macam-macam pengukuran skala nyeri

Alat pengukur skala nyeri adalah alat yang digunakan untuk mengukur skala nyeri

yang dirasakan seseorang dengan rentang 0 sampai 10. Terdapat tiga alat pengukur

skala nyeri, yaitu:

1) Numerical Rating Scale (NRS)

21
Merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran nyeri pada dewasa. Dimana

0 tidak ada nyeri, 1-3 nyeri ringan, 4-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat, dan 10

sangat nyeri

Gambar 2.2

2) Visual Analogue Scale (VAS)

Skala pengukur nyeri VAS merupakan skala berupa garis lurus dengan panjang

biasanya 10 cm.

Interpretasi nilai VAS 0-3 merupakan nyeri ringan, 4-6 merupakan nyeri sedang

dan 7-9 adalah nyeri berat dan 10 adalah nyeri terberat

Gambar 2.3

3) Face Rating Scale (FRS)

Skala pengukur nyeri Wong Baker Face Scale banyak digunakan oleh tenaga

kesehatan untuk mengukur nyeri pada pasien anak. Perawat terlebih dulu

menjelaskan tentang perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien

memilih sesuai dengan rasa nyeri yang dirasakan. Interpretasinya adalah 0 tidak

ada nyeri, 2 sedikit nyeri,4 sedikit lebih nyeri, 6 semakin lebih nyeri, 8 nyeri

sekali, 10 sangat sangat nyeri

Gambar 2.4

22
4) skala nyeri dengan “observasi perilaku”

Menurut Judha (2012) Skala nyeri dengan observasi prilaku terlihat pada tabel

berikut :

Tabel 2.1

Kategori Skor
0 1 2
Muka Tidak ada Wajah Sering dahi tidak
ekspresi atau menyeringai, konstan rahang
senyuman dahi, berkerut, menegang, dagu
tertentu, tidak menyendiri gemetar
mencari
perhatian
Kaki Tidak ada Gelisah,resah dan Menendang atau
posisi atatu menegang disiapkan
relaks
Aktivitas Berbaring, Menggeliat, Menekuk,kaku
posisi normal, menaikan atau menghentak
mudah punggung dan
bergerak maju, menegang
Menangis Tidak Merintih atau Menangis keras,
menangis merengek,kadang- berpekik atau
(saat bangun kadang mengeluh sedu sedan,
maupun tidur) sering mengeluh
Hiburan Isi, relaks Kadang- kadang Kesulitan untuk
hati tentram menghibur atau
dengan sentuhan, kenyamanan
memeluk
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total skor 0 – 10
7. Penatalaksanaan Nyeri persalinan

23
Pada umumnya untuk mengatasi nyeri selama persalinan digunakan

farmakologi yaitu dengan menggunakan obat-obat yang dapat mengurangi nyeri. Cara

farmokologi adalah dengan pemberian obat-obatan analgesik yang disuntikan, melalui

infus intra vena yaitu syaraf yang menghantarkan nyeri selama persalinan. Tindakan

farmokologi masih menimbulkan pertentangan karena pemberian obat selama

persalinan dapat menembus sawar plasenta, sehingga dapat berefek pada aktifitas

rahim. Efek obat yang diberikan kepada ibu terhadap bayi secara langsung maupun

tidak langsung (Judha,2012)

Metode pengontrolan nyeri secara nonfarmakologi sangat penting karena tidak

membahayakan bagi ibu maupun janin, tidak memperlambat persalinan jika diberikan

kontrol nyeri yang kuat, tidak mempunyai efek alergi maupun efek obat. Metode

nonfarmakologi dibagi menjadi tiga komponen yang saling berinteraksi sehingga

mempengaruhi respon terhadap nyeri menurut Melzack, yaitu strategi motivasi-efektif

(interpretasi setral dari pesan yang berada diotak yang dipengaruhi oleh perasaan,

memori, pengalaman dan kultur seseorang), kognitif-evaluati (interpretasi dari pesan

nyeri yang dipengaruhi oleh pengetahuan, perhatian seseorang, penggunaan strategi

kognitif dan evaluasi kognitif dari situasi) dan sensori-diskriminatif (pemberian

informasi keotak menurut sensasi fisik) (Batbual, 2010).

a. Manajemen nyeri farmakologi

Strategi dalam penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologi dan

non-farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan kebutuhan dan tujuan

pasien secara individu. Analgesic merupakan metode penanganan nyeri yang

paling umum dan sangat efektif. Ada tiga tipe analgesic, yaitu:

1) Non-opioid mencakup asetaminofen dan obat antiinflamatory drug/NSAID

2) Opioid : secara tradisional dikenal dengan narkotik

24
3) Tambahan /pelengkap / koanalgesik (adjuvants): Variasi dari pengobatan yang

meningkatkan analgesik atau memiliki kandungan analgesik yang semula tidak

diketahui (Potter& Perry, 2010).

b. Manajemen nyeri non-farmakologi

1) Relaksasi dan guided imagery

Relaksasi merupakan teknik yang dilakukan agar tercapai keadaan

relaks. Teknik relaksasi lain mencakup meditasi, yoga, dan latihan relaksasi

otot progresif. Guided imagery adalah teknik relaksasi cognitive behavioral

dimana pasien dibimbing untuk membayangkan sesuatu yang indah atau

pengalaman yang indah sehingga memberikan perasaan bebas secara mental

dan fisik dari ketegangan atau stres yang membuat individu memiliki rasa

kontrol

terhadap nyerinya.

2) Distraksi

Distraksi adalah mengarahkan perhatian klien kepada suatu hal lain selain nyeri,

dengan demikian mengurangi kesadaranya terhadap nyeri. Distraksi dilakukan

dengan cara melakukan aktivitas yang disukai oleh klien, tentunya aktivitas

yang tidak berat agar tidak memperparah nyeri. Dengan stimulus sensorik yang

cukup, seseorang dapat mengabaikan atau tidak menyadari akan adanya nyeri.

Distraksi dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik yang disukai oleh

pasien untuk mendapatkan efek terapeutik, atau pasien bernyanyi, bermain game

ringan dan memainkan alat musik. Penelitian telah membuktikan bahwa teknik

distraksi mampu mengurangi ketidaknyamanan akibat dari nyeri (Potter &

Perry, 2010).

3) Stimulasi kutaneus

25
Stimulasi kutaneus adalah stimulasi pada kulit yang dapat membantu

mengurangi nyeri, karena menyebabkan pelepasan endorfin sehingga klien

memiliki rasa kontrol terhadap nyerinya. Masase atau pijatan (Deep Back

Massage), pemberian sensasi hangat dan dingin dapat mengurangi nyeri dan

memberikan kesembuhan. Contoh stimulasi kutaneus lainnya adalah

transcutaneus electrical nerve stimulation (TENS) meliputi menstimulasi kulit

dengan arus elektrik ringan berjalan melewati elektroda eksternal. TENS sangat

efektif untuk mengontrol nyeri post pembedahan dan tindakan procedural

(Potter & Perry, 2010)

4) Herbal

Kebanyakan masyarakat Indonesia menggunakan herbal,namun penggunaannya

belum sesuai dosis yang tepat sehingga pengobatan menggunakan herbal kurang

dianjurkan. Apabila akan menggunakan herbal, harus dikonsultasikan terlebih

dahulu dengan tenaga kesehatan ahli agar tidak mengganggu bekerjanya obat di

dalam tubuh namun justru membantu kesembuhan. Salah satu herbal yang dapat

digunakan adalah ekstrak chamomile. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di

Jerman, ekstrak chamomile yang mengandung flavonoid mampu menurunkan

skala nyeri dan juga perdarahan (Potter &Perry, 2010).

C. Massage
1. Pengertian Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan

posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan

sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi gerakan memutar yang dilakukan oleh

telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang

menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan

26
gerakan meliuk-liuk. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan,

posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang di

inginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson, 2010).

Salah satu metode yang sangat efektif dalam menanggulanginya adalah dengan

massage yang merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori massage adalah teori gate control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall, Teori ini menjelaskan tenteng dua macam

serabut syaraf berdiameter kecil dan serabut berdiameter besar yang mempunyai

fungsi yang berbeda. Bidan mempunyai andil yang sangat besar dalam mengurangi

nyeri nonfarmakologi. Intervensi yang termasuk dalam pendekatan nonfarmakologi

adalah analgesia psikologis yang dilakukan sejak awal kehamilan, relaksasi, massage,

stimulasi kuteneus, aroma terapi, hipnotis, akupuntur dan yoga (Gadysa, 2009)

Pijat (massage) cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan

nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijit 20 menit

setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi

karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang merupakan

pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.

Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat orang yang merawatnya.

Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan sumber kekuatan

saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh ibu bersalin dapat dipijat, seperti

kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat memijat, pemijat harus memperhatikan

respon ibu, apakah tekanan yang diberikan sudah tepat (Danuatmadja dan Meiliasari,

2008).

Pijatan dapat menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat

hamil dan melahirkan. Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat

27
membuat nyaman. Usapan pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi.

Rencana untuk menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan

dapat dipilih sebagai berikut sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan

keras, pijatan untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan

di punggung (Simkin, dkk 2008)

2. Metode Massage

Merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi rasa nyeri persalinan. Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang

berdiameter kecil menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls

diteruskan ke korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls

rasa sakit ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang

berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit

tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan berupa usapan

pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa

sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf yang berdiameter kecil

mencapai korteks serebral.

Beberapa macam massage yang dapat dilakukan untuk merangsang saraf yang

berdiameter besar yaitu :

a. Metode Effluerage

Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu

letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan

melingkar kearah pusat kesimpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak

tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan

langsung oleh pasien.

28
b. Firm Counter Pressure

Metode firm counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk

kemudian bidan atau keluarga pasien menekan secrum secara bergantian dengan

tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

c. Abdominal Lifting

Abdominal lifting memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada

posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan

pada pinggang belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang

berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam, kemudian ulangi

lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009)

d. Metode Deep Back Massage,

Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian

bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum secara mantap dengan telapak

tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. Pada metode pijat ini bertujuan

merangsang tubuh melepaskan senyawa endhorpin juga dapat menciptakan

persaan nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat ini juga membantu ibu merasa

lebih dekat dengan orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli ingin

menolong merupakan sumber kenikmatan saat ibu sakit lelah dan takut.

1) Definisi Deep back massage

29
Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat mengurangi

ketegangan pada sendi sakroilialkus dari posisi oksiput posterior janin.

2) Teknik deep back massage

Teknik deep back massage dilakukan dengan memberikan penekanan pada

daerah scarum selama kontraksi berlangsung, dimulai saat awal kontraksi dan

diakhiri setelah kontraksi berhenti. Penekanan sapat dilakukan dengan tangan

yang dikepalkan seperti bola tenis pada sacrum 2,3,4. Penekanan yang

dilakukan dapat menstimulasi kutaneus, sehingga dapat menghambat impuls

nyeri tidak sampai ke thalamus. Hal ini sesuai dengan teori gate control dan

melzack. Selain itu juga akan membantu meningkatkan kontraksi miometrium

yang akan mempercepat proses pembukaan

3) Prinsip dan tujuan Teknik deep back massage

Prinsip dan tujuan Teknik deep back massage yaitu mengurangi yaitu

mengurangi atau menghentikan pengahtaran impuls nyeri. Pelaksanaan

massage yang benar dapat meredakan ketegangan otot

serta memberi rasa relaks. Sirkulasi darah menjadi lancar sehingga nyeri

berkurang (Judha, 2012).

D. Karakteristik ibu yang mempengaruhi nyeri persalinan kala I fase aktif

Banyak Faktor yang mempengaruhi karakteristik nyeri persalinan, baik faktor internal

maupun eksternal yang meliputi usia, paritas atau pengalaman masa lalu dan pekerjaan

(Handerson, 2010).

1. Umur

30
Umur merupakan tahap perkembangan, ini variabel penting yang akan

mempengaruhi reaksi maupun ekspresi seseorang terhadap nyeri (Kozier,2011). Teori

Melzack dalam Rumbin (2008) menyatakan bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri

persalinan, semakin muda usia ibu maka akan semakin nyeri bila dibandingkan

dengan usia ibu yang lebih tua. Intensitas kontraksi uterus lebih meningkat pada ibu

lebih muda khususnya pada awal persalinan sehingga nyeri yang dirasakan lebih

lama. Pada ibu multipara serviksnya lebih lunak dari primipara karena itu derjat

sensitifnya terhdap nyeri tidak sperti primpara (Hutahaean, 2009).

Sesuai peneltian yang dilakukan oleh Komariah (2013) menyatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan usia yang lebih muda dengan

usia yang lebih tua. Hal itu disebabkan bahwa usia muda primipara memiliki sensori

nyeri yang lebih intens dari pada multipara meskipun mereka lebih banyak menerima

obat Pereda rasa nyeri.

Menurut hasil penelitian Astuti (2015) menyatakan usia yang dianggap aman

menjalani kehamilan dan persalinan adalah usia 20-35 tahun, dalam rentang usia ini

ibu masih dalam keadaan prima. Rahim sudah mampu memberi perlindungan, mental

siap untuk menghadapi persalinan. Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan lebih

dari 35 tahun tergolong dalam wanita hamil yang beresiko 2,88 kali terjadinya

komplikasi persalinan dan ketidaknyamanan nyeri akibat komplikasi yang timbul.

2. Paritas

Paritas adalah jumlah kemilan yang menghasilkan janin hidup, bukan janin

yang dilahirkan (Bobak,2004). Bagi Multipara rasa nyeri berhubungan dengan

pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya (Handerson, 2010). Menurut hutahaen

(2010) mengungkapkan bahwa rasa nyeri pada satu persalinan dibandingkan dengan

rasa nyeri persalinan berikutnya akan berbeda. Hal ini disebabkan oleh serviks

31
memerlukan tenaga yang lebih besar untuk meregangnya, sehingga menyebabkan

intensitas kontraksi lebih besar selama kala I persalinan.

Peneltian Rusdiatin (2010) menyatakan bahwa sebagian besar ibu multipara

mengalami tingkat nyeri sedang, sedangkan pada ibu primipara mengalami nyeri

berat, hal ini desabakan multipara pernah mengalami proses persalinan sebelumnya

sehingga dimungkinkan ibu tersebut lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi

persalinan.

Menurut Komariah (2013) yang mendapatkan hasil serupa bahwa paritas

merupakan salah satu faktor yang dapat menyebakan nyeri persalinan. Selain itu juga

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks.

3. Pekerjaan

Hasil penelitian Magfuroh (2012) mengungkapkan pekerjaan merupakan

kegiatan yang dilakukan ibu diluar rumah untuk keperluan sehari hari. Pekerjaan ibu

dikaitkan dengan keletihan yang di alami ibu. Ibu yang bekerja diluar saat hamil akan

mengalami keletihan yang lebih dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Dan pada hasil

penelitian nilai p> 0,05 dan menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan

dengan nyeri persalinan kala I fase aktif.

E. Pengaruh Deep Back massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase

aktif.

Nyeri paling dominan dirasakan pada saat persalinan terutama selama kala I fase

aktif. Nyeri persalinan dapat menimbulkan stres yang menyebabkan pelepasan hormon

yang berlebihan seperti katekolamin dan steroid. Sekresi hormon tersebut yang berlebihan

akan menimbulkan gangguan sirkulasi uteroplasenta sehingga terjadi hipoksia janin.

32
Salah satu untuk mengendalikan nyeri persalinan dengan metode non-farmakologi yaitu

dengan metode deep back massage (Fitrianingsih, 2017 ).

Deep Back massage adalah penekanan pada sakrum yang dapat

mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi oksiput posterior janin.

Selama kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sakrum yang dimulai saat awal

kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal monitor,

dapat melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan. Penekanan

dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti bola tenis pada sakrum 2,3,4.

Penekanan selama kontraksi sama dengan metode penurunan nyeri dengan menggunakan

obat 50–100 mg meperidine. Dengan penekanan menstimulasi kutaneus, sehingga dapat

menghambat impuls nyeri tidak sampai ke thalamus (Lestari, dkk 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maita (2016) diketahui bahwa dari 13

responden yang merasakan nyeri (skor 6-10) sebelum deep back massage mengalami

penurunan nyeri (skor 0-4) sesudah deep back massagee sebanyak

9(42,9%) responden sedangkan ibu yang mengalami nyeri (skor 6-10) sebelum deep back

massage tidak mengalami penurunan nyeri (skor 6-10) setelah dilakukan deep back

massage sebanyak 4 (19%) responden. Hal ini menggambarkan penurunan rasa nyeri

persalinan ibu. Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value adalah 0,004 (p<0,05).

Adanya penurunan nyeri ini

disebabkan kondisi ibu yang dapat mengendalikan stress, ibu yang bersikap tenang dan

percaya bahwa ia dapat mengendalikan nyeri tersebut.

Intensitas nyeri pada sebagian besar ibu inpartu kelompok intervensi sebelum

dilakukan deep back massage berada dalam rentang intensitas nyeri berat terkontrol yaitu

84,6%, sedangkan setelah dilakukan intervensi berkurang menjadi nyeri sedang sebanyak

46,1%. Intensitas nyeri pada sebagian besar ibu inpartu kelompok kontrol berada dalam

33
rentang intensitas nyeri berat terkontrol sebesar 69,2%, sedangkan setelah dilakukan

tindakan kontrol intensitas nyeri berkurang sebesar 61,5%. Ada pengaruh antara deep

back massage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif ibu inpartu primigravida di BPS

Ny. Endang Adji, Amd.Keb (Gaidaka, 2012).

Wanita dalam kelompok studi deep back massage menunjukkan penurunan

statistik yang bermakna p <0,001 nyeri persalinan, durasi tahap 1 persalinan sekitar

12,35% disimpulkan bahwa pijat punggung dan latihan relaksasi dianggap sebagai

metode alternatif, aman, terjangkau dan paling murah namun efektif untuk

menghilangkan rasa sakit di tahap pertama persalinan, mempersingkat durasi dan

mengurangi tingkat kelahiran sesar di samping meningkatkan kadar serotonin darah.

Selain itu, dapat membantu wanita untuk memberdayakan kelahiran pengalaman,

mengurangi dampak negatif kerja pada wanita yang menyebabkan berkurangnya

kemungkinan seorang wanita memilih kelahiran sesar pilihan pada kehamilan berikutnya

(Mohamed, dkk 2017).

34
F. Konsep Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi nyeri
Faktor yang Proses
persalinan
mempengaruhi Persalinan
persalinan 1. Kontraksi Otot
1. Kala I
Rahim
1. Power 2. Kala II
2. Regangan otot dasar
2. Passanger 3. Kala III
panggul
3. Passage 4. Kala IV
3. Episiotomi
4. Psiklogi
4. Keadaan otot panggul
5. Penolong

Intensitas Nyeri

Pendekatan
nonfarmakologi
Mengurangi
nyeri 1. Distraksi
persalinan 2. Relaksasi
3. Kutonius ( deep
back massage)
4. Herbal
Keterangan : Bercetak tebal adalah variabel yang diteliti

Sumber : Potter & Perry (2010), (Wiknjosastro, 2014), Judha (2012) dan Mochtar (2012).

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Hipotesis alternatif (Ha) : Ada pengaruh Deep back massage terhadap pengurangan nyeri

persalinan kala I fase aktif

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

35
A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Eksperimental

Designs dengan One Group Pretest-Posttest Design yaitu dalam model ini sebelum

dimulai perlakuan responden diberi tes awal untuk mengukur kondisi awal. Dengan

demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat dibandingkan

dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2014)

Bagan 3.1 Desain Penelitian

X1 Y X2

Keterangan :

Y : Intervensi (Deep back massage)

X1 : Observasi skala Nyeri persalinan sebelum intervensi

X2 : Observasi skala nyeri persalinan setelah intervensi

B. Kerangka Konsep

Independent Dependent
Nyeri persalinan
Ibu inpartu kala 1 fase aktif
 Sebelum
 Sesudah

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen adalah Intensitas Nyeri persalinan pada ibu inpartu sebelum dan

sesudah diberikan deep back massage kala 1 fase aktif di RSUD Curup

2. Variabel Independen adalah ibu inpartu kala 1 fase aktif di RSUD Curup

36
D. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Skala
No Variabel Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1 Nyeri Manifestasi dari Lembar 0-10 Rasio
Persalinan adanya kontraksi Observasi
kala I fase (pemendekan) otot (NRS)
aktif rahim. Kontraksi
inilah yang  Sebelum
menimbulkan rasa intervensi
sakit pada  Sesudah
pinggang, daerah intervensi
perut dan menjalar
kearah paha.
Kontraksi ini
menyebabkan
adanya pembukaan
mulut rahim
(serviks) dari 4 cm,
Dengan adanya
pembukaan servik
ini maka akan
terjadi persalinan
2 Deep back Tindakan masage Selama
massage pada sacrum kala I fase
dengan lembut aktif
dengan
menggunakan
telapak tangan

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Lembar observasi

Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk

menjawab pertanyaan secara tertulis dengan jawaban sesuai kehendak responden

(Arikunto, 2013).

2. Skala pengukuran nyeri dengan NRS (Numerical Rating Scale)

37
Pada penelitian ini NRS digunakan untuk mengukur pengalaman nyeri Inpartu (Perry

dan Potter, 2010).

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu partus spontan di RSUD Curup

sebanyak 452 orang yang terdapat pada buku register tahun 2016.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan non probability sampling

yaitu dengan teknik accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan atau accidental yang cocok sebagai sumber data (Sugiyono,2014). Penentuan

sampel dengan menggunakan rumus Slovin yaitu

n = N
1 + N.e2

Keterangan :
n = ∑ sampel ibu inpartu
N = ∑ populasi ibu inpartu
e = tingkat kesalahan 5 %

n = N
1 + N.e2
n = 452
( 1 + 452.0,05 2 )
n = 452
( 1 +1,13 )
n = 452
2,13
n = 212,2

38
n dikonveksikan karena rata-rata ibu inpartu 37 orang

n = n.N
n+N

= 212,2.37

212,2 + 37

= 7851,4
249,2
= 31,50

= 32 orang

Dari rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel yaitu 32 orang.

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Ibu inpartu multipara, tidak mengalami gangguan kulit pada sacrum, tidak mempunyai

kelainan jantung, tafsiran berat janin tidak lebih dari 4000 gram

b. Sedang tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri maupun teknik penurunan nyeri lainnya

dan bersedia menjadi responden.

G. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat dilakukan penelitian adalah di ruang VK Kebidanan RSUD Curup

2. Waktu dan Kegiatan penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2017-Desember 2017

3. Tahap penelitian

39
Kegiatan penelitian dilakukan selama 1 bulan, dengan masing –masing ibu inpartu

mendapatkan perlakuan yang sama dengan sampel 32 orang. Hal pertama dilakukan

nilai nyeri sebelum dilakukan deep back massage kegiatan ini berupa pre test

kemudian setiap ibu inpartu pada fase aktif akan dilakukan pemijatan pada sacrum

selama kontraksi berlangsung dimulai saat awal kontraksi dan diakhiri setelah

kontraksi berhenti. Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan

seperti bola tenis pada sacrum 2,3,4. Kemudian lakukan posttest dengan menilai

kembali nyeri ibu inpartu setelah dilakukan deep back massage dengan menggunakan

lembar observasi, hal ini bertujuan untuk mengetahui ada pengaruh pijatan yang telah

diberikan.Setelah dilakukan kegiatan diatas, maka memasukkan data ke dalam master

tabel.

H. Etika Penelitian

Penelitian ini juga telah dilaksanakan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etika

selama proses penelitian berlangsung. Etika penelitian yang diterapkan pada penelitian ini

adalah (Nursalam, 2010) :

1. Hak untuk menjadi responden atau tidak (right to self determination)

Pada penelitian ini, penulis telah mendapat persetujuan dari ibu inpartu untuk menjadi

responden penelitian yang sebelumnya telah mendapat penjelasan dari peneliti.

Responden memutuskan sendiri pilihan yang akan diambil.

2. Hak mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full diclosure)

Peneliti telah memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada

sesuatu yang terjadi kepada responden.

3. Bebas dari penderitaan

40
Penelitian ini dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada responden saat

dilakukan Deep back massage.

4. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi responden dalam penelitian ini dihindarkan dari keadaan yang tidak

menguntungkan. Responden diyakinkan dengan informasi yang telah diberikan bahwa

partisipasinya tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan

responden dalam bentuk apapun.

5. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Responden dalam penelitian ini mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan

harus dirahasiakan.

I. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil

pengukuran, pengamatan atau survey (Simbolon, 2012). Data yang dikumpulkan

menggunakan lembar observasi, sedangkan NRS digunakan sebagai alat pengukur

skala nyeri persalinan kala I pada responden sebelum dan sesudah dilakukan Deep back

massage.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, badan atau instansi

yang secara rutin mengumpulkan data (Simbolon, 2012). Dalam penelitian ini data

sekunder diperoleh dari data register ruang VK RSUD Curup Kabupaten Rejang

Lebong.

41
J. Pengolahan Data

Pengolahan data dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Simbolon,

2012) :

1. Editing, yaitu pemeriksaan lembar observasi untuk mengetahui kelengkapan

pengisian data oleh responden apakah sudah sesuai dengan semestinya seperti

kelengkapan biodata dan jawaban responden. Dan jika ditemukan lembar observasi

yang tidak lengkap diisi maka meminta langsung kepada responden dan

membimbingnya untuk melengkapi pengisian data yang diperlukan.

2. Coding, yaitu memberikan kode pada jawaban responden untuk memudahkan

pengolahan data.

3. Entry data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam komputer.

4. Skoring, kegiatan merubah lembar observasi atau memberikan nilai atau skor,

penurunan nyeri persalinan dalam penelitian ini diukur dengan lembar observasi

dalam bentuk NRS dengan pilihan tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeri

berat dan nyeri tak tertahankan.

K. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis ini bertujuan untuk menampilkan karakteristik responden, nilai skala

nyeri sebelum, nyeri sesudah. Teknik statsisik yang digunakan adalah data numerik

meliputi rata-rata,nilai dan maskimum

2. Analisis Bivariat

42
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji t

dependent, karena semua syarat dalam menggunakan uji ini telah terpenuhi, antara

lain data berdistribusi normal, kedua kelompok data dependen, serta variabel yang

dihubungkan berbentuk numerik atau variabel dependen dan kategorik dengan hanya

dua kelompok untuk variabel independen, maka digunakan rumus Uji t dependent α

0,005 dengan uji statistik t test dependent :

d
t=
Sd/√n

Keterangan :

d : rata-rata deviasi atau selisih sampel pretest dan posttest

Sd : standar deviasi dari deviasi atau selisih sampel pretest dan posttest

Test dependent bertujuan untuk menguji perbedaan antara kelompok

dependen, untuk menentukan efektivitas deep back massage terhadap pengurangan

nyeri persalinan kala I (Simbolon, 2012).

Jika P < α atau P < 0,05 maka H0 ditolak

Jika P > α atau P > 0,05 maka H0 gagal ditolak

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jalannya Penelitian

43
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh deep back massage terhadap

penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di RSUD Curup. Penelitian dilakukan pada

bulan November sampai dengan Desember 2017. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD

Curup dengan menggunakan data primer. Sampel pada penelitian ini berjumlah 32

responden. Teknik pengambilan sampel dengan accidental sampling yaitu pengambilan

sampel berdasarkan kebetulan yang masuk dalam kriteria inklusi.

Sebelum melakukan peneltian, peneliti membuat kesepakatan dengan responden

bersedia atau tidak untuk diberikan perlakuan massage dengan mengisi lembar

persetujuan yang telah disediakan. Setelah responden setuju maka kegiatan yang

dilaksanakan berupa Test Awal (Pre Test), Perlakuan (Treatment), Test Akhir ( Post Test

).

Pre Test dilakukan pada saat ibu inpartu saat memasuki fase aktif kemudian pada

saat ada kontraksi maka nilai skala nyeri dengan menggunakan lembar observasi

perilaku, masing masing dilakukan pada setiap ibu inpartu. Setelah itu masing-masing

ibu inpartu diberi perlakuan berupa deep back massage melalui pijatan pada sakrum

yaitu pada tulang belakang pijatan dilakukan setiap ibu mengalami his atau kontraksi.

Selanjutnya test akhir (post-test) nilai kembali skala nyeri ibu inpartu dengan

menggunakan lembar observasi perilaku dan setelah itu dimasukan kedalam Lembar

skala nyeri NRS.

B. Hasil Penelitian

Data yang diperoleh di dimasukkan ke dalam format pengumpulan data setelah itu

dilakukan pengolahan dan analisa data dengan menggunakan master tabel dan sistem

komputerisasi.

1. Analisis Univariat

44
Untuk mengetahui karakteristik responden, rata-rata gambaran tingkat nyeri

responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan melalui deep back massage.

Tabel 4.1 Karakteristik berdasarkan umur, paritas dan Pekerjaan responden


terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif di RSUD Curup tahun
2017
No Variabel Kategori Frekuensi Persentase
(n=32) (100%)

1 Umur 20 - 35 tahun 27 84,4


<20 - >35 tahun 5 15,6
2 Paritas 2 19 59,4
3 8 25
4 5 15,6
3 Pekerjaan Bekerja 22 68,8
Tidak Bekerja 10 31,2

Berdasarkan tabel 4.1 Menunjukan hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun

(84,4%), Sebagian besar responden memiliki riwayat melahirkan 1 kali

(59,4%),Sebagian besar responden memiliki pekerjaan (68,8 %).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi karakteristik Umur, Paritas dan Pekerjaan


Responden terhadap nyeri sebelum deep back massage di RSUD
Curup tahun 2017

Numerical Rating Scale


Nyeri Total
Variabel Nyeri Nyeri Nyeri Berat
Ringan Sedang Berat tidak
terkontrol
F % F % F % F % F %
Umur
<20 dan 0 0 1 20 4 80 0 0 5 100
>35
tahun
20-35 1 3,7 5 18,5 20 74,1 1 3,7 27 100
tahun
Paritas
Anak Ke 1 5,3 3 15,8 14 73,7 1 5,3 19 100

45
2
Anak Ke 0 0 2 25 6 75 0 0 8 100
3
Anak Ke 0 0 1 20 4 80 0 0 5 100
4
Pekerja
an
Tidak 1 10 0 0 9 90 0 0 10 100
Bekerja
Bekerja 0 0 6 27,3 15 68,2 1 4,5 22 100

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan distribusi frekuensi karakteristik sebelum

dilakukan deep back massage sebagian besar responden mengalami nyeri berat

dengan kriteria umur 20-35 tahun (74,1%), sebagian besar responden mengalami

nyeri berat yaitu responden yang telah memiliki riwayat melahirkan 1 kali (73,7%),

sebagian besar responden memiliki pekerjaan (68,2%) dan mengalami nyeri berat.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi karakteristik Umur, Paritas dan Pekerjaan


Responden terhadap nyeri sesudah deep back massage di RSUD
Curup tahun 2017

Numerical Rating Scale


Nyeri Total
Variabel Nyeri Nyeri Nyeri Berat
Ringan Sedang Berat tidak
terkontrol
F % F % F % F % F %
Umur
<20 dan 0 0 5 100 0 0 0 0 5 100
>35
tahun
20-35 1 3,7 24 88,9 2 7,4 0 0 27 100
tahun
Paritas
Anak Ke 0 0 17 89,5 2 10,5 0 0 19 100
2
Anak Ke 1 12,5 7 87,5 0 0 0 0 8 100
3
Anak Ke 0 0 5 100 0 0 0 0 5 100
4

46
Pekerja
an
Tidak 0 0 9 90 1 10 0 0 10 100
Bekerja
Bekerja 1 4,5 20 90,9 1 4,5 0 0 22 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan distribusi frekuensi karakteristik responden

sesudah di berikan deep back massage hampir seluruh responden mengalami nyeri

sedang dengan kriteria umur 20-35 tahun (88,9 %), Hampir seluruh responden

memiliki riwayat melahirkan 1 kali (89,5 %) mengalami nyeri sedang, Hampir

seluruh responden memiliki pekerjaan mengalami nyeri sedang (90,9 %) .

Tabel 4.4 Rata – Rata Tingkat Nyeri responden sebelum diberikan deep back
massage di RSUD Curup Tahun 2017

Variabel N Mean Median SD Min Mak


Nyeri sebelum
dilakukan deep 32 7,19 7 1,575 2 10
back massage.

Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata responden mengalami nyeri sebelum deep back
massage sebesar 7,19 dan masuk dalam skala nyeri berat.

Tabel 4.5 Rata – Rata Tingkat Nyeri responden sesudah diberikan deep back
massage di RSUD Curup Tahun 2017

Variabel N Mean Median SD Min Mak


Nyeri Sesudah
dilakukan deep 32 4,78 5,00 1,070 2 8
back massage.

Berdasarkan tabel 4.2 rata-rata responden mengalami nyeri sesudah dilakukan deep

back massage sebesar 4,78 dan masuk dalam skala nyeri sedang.

47
2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji t, yang diperuntukkan bagi data yang

diklasifikasikan kedalam kategori-kategori yang berwujud angka-angka dengan

tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui pengaruh

Deep back massage terhadap nyeri persalinan

Tabel 4.6 Perbandingan Rerata Nilai Pre-test dan Post-test nyeri persalinan
sebelum dan sesudah diberikan deep back massage di RSUD Curup
tahun 2017

Nilai p CI 95 %
N Mean SD T
Nyeri value
Lower Upper
Nyeri pre
test 32 7,19 1,292 10,538 0,000 1.941 2.872
Nyeri post
test 32 4,78
Perbedaan
Nyeri pre-
post test 2,41

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan Rata-rata penurunan tingkat nyeri dari sebelum

dan sesudah diberi deep back massage sebesar 2,41. Perbandingan nilai rerata nyeri

persalinan pre-test dan nilai post-test. Nyeri persalinan sebelum dan sesudah diberikan

deep back massage dengan nilai p value 0,000 lebih kecil dari α ≤ 0,05. Hal ini berarti

48
bahwa Deep back massage berpengaruh terhadap penurunan tingkat nyeri persalinan

kala I Fase aktif.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif

Penelitian ini menunjukan karakteristik responden berupa umur, paritas dan

pekerjaan, sebagian besar responden berumur 20-35 tahun (74,1%) sebelum dilakukan

deep back massage mengalami nyeri berat dan sesudah dilakukan deep back massage

hampir seluruh responden mengalami nyeri sedang (88,9%). Menurut Judha (2012)

kriteria umur 20-35 tahun secara fisik organ-organ reproduksi pada ibu sudah siap

melaksanakan tugas reproduksi. Selain itu usia akan mempengaruhi perkembangan

yang secara tidak langsung akan mempengaruhi reaksi nyeri terhadap persalinan.

Menurut Hutahaean (2010) Usia merupakan salah faktor yang dapat

mempengaruhi persepsi responden terhadap rasa nyeri, persepsi nyeri responden akan

meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Semakin bertambah usia responden,

maka semakin baik pula pemahaman responden terhadap persepsi nyeri.

Sebagian besar responden memiliki riwayat persalinan 1 kali (73,7 %)

mengalami nyeri berat, setelah dilakukan deep back massage hampir seluruh

responden (89,5%) mengalami nyeri sedang. Hal ini didukung oleh teori yang

dikemukakan oleh Handerson (2010), bagi multipara rasa nyeri berhubungan dengan

pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya.

49
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden telah memiliki

pengalaman sebelumnya dalam meghadapi nyeri persalinan. Hal ini didukung oleh

Komariah (2013) yang mendapatkan hasil serupa bahwa paritas merupakan salah satu

faktor yang dapat menyebakan nyeri persalinan. Selain itu juga dapat disebabkan oleh

adanya perbedaan mekanisme pembukaan serviks.

Sebagian besar responden memiliki pekerjaan (68,2%) mengalami nyeri berat

sebelum dilakukan deep back massage dan setelah dilakukan deep back massage

hampir seluruh responden yang memiliki pekerjaan (90,9%) mengalami nyeri sedang.

Pekerjaan ibu dikaitkan dengan keletihan yang di alami ibu. Ibu yang bekerja diluar

saat hamil akan mengalami keletihan yang lebih dibandingkan ibu yang tidak bekerja

(Magfuroh, 2012).

2. Pengaruh deep back massage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukan bahwa rata rata tingkat nyeri

responden sebesar 7,18 masuk dalam skala nyeri berat sebelum dilakukan deep back

massage dengan standar deviasi 1,575 dan rata-rata tingkat nyeri responden sesudah

di lakukan deep back massage sebesar 4,78 masuk dalam skala nyeri sedang dengan

standar deviasi 1,070.

Hasil analsisis bivariat didapatkan bahwa beda nilai rata –rata menunjukkan

perbandingan nilai rerata nyeri persalinan pre-test dan nilai post-test. Nyeri

persalinan sebelum dan sesudah diberikan deep back massage dengan nilai p value

0,000 lebih kecil dari α ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan pemberian deep back massage terhadap tingkat nyeri persalinan Kala I

Fase aktif.

50
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maita (2016)

terhadap ibu bersalin kala I fase aktif yang mendapatkan deep back massage

menunjukkan rata-rata intensitas nyeri diperoleh 6,6. Perbedaan skala nyeri sebelum

intervensi 6,6 dan setelah intervensi 4,7, maka dapat disimpulkan terdapat penurunan

yang signifikan sebelum dan sesudah diberikannya metode deep back massage, pada

hasil penelitiannya memperlihatkan ada penurunan bermakna skala nyeri sebelum dan

sesudah diberikan metode deep back massage, berdasarkan uji statistik p value 0,004

(p<0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gaidaka

(2012) yakni jumlah ibu inpartu pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi

Deep back massage berada pada intensitas nyeri sedang 4 orang (30,8%) dan nyeri

berat terkontrol 9 orang (69,2%) Setelah dilakukan Deep back massage didapatkan

nyeri ringan 2 orang (15,4%), nyeri sedang 3 orang (23,1%) dan nyeri berat terkontrol

8 orang dan menggunakan wilcoxon match pairs test dengan tingkat kepercayaan

0,050 diperoleh hasil z hitung -2,179. Hasil penelitian menunjukkan nilai signifikansi

0,029 < 0,050. Hal ini menunjukkan ada pengaruh deep back massage terhadap nyeri

persalinan kala I fase aktif.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Henderson

(2010) yaitu Pemberian deep back massage menyebabkan terjadinya penurunan rata-

rata tingkat nyeri Kala I fase aktif. Setiap gerakan gerakan menghasilkan tekanan,

arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan

efek yang di inginkan pada jaringan yang dibawahnya.

Hasil penelitian didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Andarmoyo

(2013) yang menyatakan bahwa dilihat dari skala intensitas nyeri deskriptif

sederhana setelah diberikan metode deep back massage sebagian besar ibu bersalin

51
kala I fase aktif mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat terkontrol menjadi nyeri

sedang.

Menurut Judha (2012) Nyeri persalinan merupakan rasa yang tidak nyaman

akibat adanya rangsangan pada ujung-ujung saraf khusus yang disebabkan oleh

kontraksi rahim dan dilatasi serviks. Intensitas nyeri yang dirasakan pada ibu bersalin

bersifat subjektif artinya nyeri yang dirasakan ibu bersalin tiap orang berbeda antara

ibu yang satu dengan lainnya, sebagian besar ibu bersalin merasakan nyeri pada kala I

fase aktif dalam fase ini sebagian besar ibu meraskan sakit yang hebat karena kegiatan

rahim mulai lebih aktif, kontraksi semakin lama semakin kuat dan semakin sering.

Keadaan stress atau rasa cemas secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus

menjadi semakin terasa nyeri.

Faktor penyebab terjadinya nyeri persalinan adalah kontraksi otot rahim yang

menyebabkan dilatasi dan penipisan servik serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri

myometrium, nyeri dirasakan pada punggung bagian bawah dan sakrum biasanya ibu

hanya mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada

interval antar kontraksi, Regangan otot dasar panggul jenis nyeri ini timbul pada saat

mendekati kala II. Tidak seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina,

rectum dan perineum, sekitar anus (Judha, 2012).

Deep Back massage merupakan penekanan pada sakrum yang dapat

mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi oksiput posterior janin.

Selama kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sakrum yang dimulai saat awal

kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal

monitor, dapat melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan.

Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti bola tenis pada

sakrum 2,3,4. Penekanan selama kontraksi sama dengan metode penurunan nyeri

52
dengan menggunakan obat 50–100 mg meperidine. Dengan penekanan menstimulasi

kutaneus, sehingga dapat menghambat impuls nyeri tidak sampai ke thalamus

(Lestari, dkk 2012)

Menurut teori yang dikemukan oleh Simkin, dkk (2008) Pijatan dapat

menenangkan dan merilekskan ketegangan yang muncul saat hamil dan melahirkan.

Pijatan pada leher, bahu, punggung, kaki, dan tangan dapat membuat nyaman. Usapan

pelan pada perut juga akan terasa nyaman saat kontraksi. Rencana untuk

menggunakan pijatan atau sentuhan yang disukai dalam persalinan dapat dipilih

sebagai berikut sentuhan pelan dengan ketukan yang berirama, usapan keras, pijatan

untuk melemaskan otot-otot yang kaku, dan pijatan keras atau gosokan di punggung

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Potter & Perry

(2010) yaitu stimulasi pada kulit yang dapat membantu mengurangi nyeri, karena

menyebabkan pelepasan endorfin sehingga klien memiliki rasa kontrol terhadap nyeri.

Masase atau pijatan (Deep Back Massage), pemberian sensasi hangat sehingga dapat

mengurangi nyeri dan memberikan kesembuhan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan dapat dilihat bahwa deep back massage merupakan salah satu upaya

penanganan nyeri persalinan secara nonfarmakologi.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa kendala yaitu Keterbatasan

yang dialami peneliti saat penelitian Januari – Febuari 2018 dengan jumlah responden

32 orang ibu inpartu fisiologis adalah responden yang dijumpai pada saat datang

diobservasi nyeri pre test dan dilakukan deep back massage saat untuk dinilai nyeri

posttest 2 responden tidak dapat melanjutkan kelahiran secara fisiologis hal ini

dikarenakan gawat janin dan KPD sehingga harus melahirkan melalui tindakan yaitu

sectio caesaria, Serta keterbatasan penelitian lainya yaitu tidak terdapatnya kelompok

53
kontrol untuk membandingkan keefektifan deep back massage dibandingkan dengan

metode penurunan nyeri secara nonfarmakologi lainnya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Gambaran karakteristik hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun (84,4%),

Sebagian besar responden melahirkan anak kedua (59,4%), Hampir sebagian besar

responden memiliki pekerjaan (68,8%).

2. Rata-rata tingkat nyeri persalinan sebelum diberikan deep back massage yaitu 7,19

masuk dalam skala nyeri berat.

3. Rata-rata tingkat nyeri persalinan sesudah diberikan deep back massage yaitu 4,78

masuk dalam skala nyeri sedang.

4. Terdapat perbedaan tingkat nyeri persalinan antara sebelum dan sesudah diberikan

Deep Back Massage dari rata-rata nilai 7,19 menjadi 4,78 dari nyeri berat menjadi

nyeri sedang.

5. Ada pengaruh Deep back massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase

aktif sebelum dan sesudah diberikan Deep Back Massage.

B. Saran

54
1. Bagi Akademik

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan bagi mahasiswa

kebidanan diperpustakaan, khususnya tentang penatalaksanaan nyeri persalinan serta

dapat menjadi bahan refrensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Saran bagi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit umum daerah curup,

Puskesmas dan bidan praktek mandiri agar dapat memberikan Deep Back Massage

dalam penatalaksanaan rasa nyeri persalinan agar dapat memberikan pelayanan

kesehatan maternal secara komperhensif.

3. Bagi peneliti lain

Saran bagi peneliti lain diharapkan dapat dijadikan refrensi dan dapat dikembangkan

lagi oleh peneliti lain dengan teknik penatalaksanaan nyeri dengan metode lain

seperti teknik nafas dalam, akupuntur,relaksasi dan lain lain.

55
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. (2013) Persalinan tanpa nyeri berlebihan Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Arifin, L. 2008 Teknik Akupressur pada nyeri persalinan., dari


http://keperawatan .maternitas.blogspot.com Diunduh 6 Desember 2017

Arikunto, S. 2013. Prosedur penelitian suatu penedekatan praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta

Batbual, Bringiwatty 2010. Hypnosis Hypnobrithing Nyeri Persalinan dan Berbagai metode
Penanganannya, Gosyen Publisihingh. Yogyakarta.

Danuatmaja, 2008. Persalinan Normal Tanpa Rasa Nyeri Jakarta : Puspa Sehat

Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Bengkulu Tahun 2016.
Bengkulu : Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

Fitrianingsih, Y. Vita AP, 2017. Perbedaan Metode Deep Back Massage dan Metode
Endhorpin Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif di
Puskesmas Poned Plered Kabupaten Cirebon Tahun 2017 Jawa Barat:Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya

Gadysa,G.2009. Presepsi Ibu tentang metode massage diunduh


http://luluvikar.wordpress.com/2009/08/26/persepsi-ibu-tentang-metode-massage,
tanggal 10 Desember 2017

Gaidaka,. AB 2012. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif Ibu Inpartu Primigravida di BPS Endang Adji,Amd.Keb

Henderson, C. (2010) , Buku Ajar Konsep Kebidanan (Essential Midwifery), Jakarta : EGC

Hidayat, A.A,2006 Asuhan Keperawatan Maternitas Yogyakarta: Gramedia

Hutahaean, S. 2010 Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta

Judha, M, Afroh,Sudarti, (2012), Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Komariah, E. 2013 Pengaruh Perilaku Suportif Perawat dan Bidan Terhadap Intensitas
Nyeri Persalinan pada Ibu Intra Partum Kala I di RS Hasan SAdikin dan RS cibabat
Bandung. Tesis Program Magister Keperawatan Universitas Indonesia

Kozier, B.2011 Buku Keperawatan Klinis.Ed5. Jakarta :EGC

56
Lestari, Indah, Agus Abadi dan Windhu Purnomo 2012, Pengaruh Deep Back Massage
Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif dan Kecepatan Pembukaan
Pada Ibu bersalin Primigravida. The Indonesian Journal of Public Health 9 37-50

Laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong. 2016. Profil Kesehatan
Kabupaten Rejang Lebong. Bengkulu : Dinas Kesehatan Kabupaten Rejang Lebong.

Laporan tahunan Ruang VK Kebidanan Rejang Lebong. 2015.Tindakan obstetri: Rumah


Sakit Umum Daerah Curup Kabupaten Rejang Lebong

______________________________________________.2016. Tindakan obstetri: Rumah


Sakit Umum Daerah Curup Kabupaten Rejang Lebong

Magfuroh, A 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase
Aktif. Sarjana Keperawatan; UIN Syarif Hidayatullah :Jakarta

Maita, L., 2016. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Rasa Nyeri Persalinan.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 9 186-190

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Edisi
2. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patofisiologi. Edisi 3 Jilid I.
Jakarta : ECG

Mohamed A Marwa, Adel F. El Bigawy 2017. Effect of Deep Back Massage and Relaxation
Training on The Act of Labor: A Randomized Controlled Clinical Trial. International
Journal of ChemTech Research, 10 243-252

Notoadmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2010. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Merdeka.

Poltekkes Bengkulu. 2010. Buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Bengkulu:
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Potter, Perry. (2010) Fundamental Keperawatan buku 3 Edisi 7. Jakarta : Salemba medika

Rumbin. P. 2008 Studi Tentang Nyeri Persalinan Berdasarkan Umur dan Paritas di RSUD
dr.Soewandhie Surabaya. Surabaya :Depkes RI,2008

Rusdiatin, I. 2010 Pengaruh Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Tingkat Nyeri


Persalinan Kala I diRumah Sakit Rajawali Citra Bantul 2010. Stikes Surya Global
Yogyakarta

Saifuddin, A.B. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Simbolon, Demsa. 2012. Buku Ajar Biostatistik Dasar. Bengkulu : Poltekkes Kemenkes
Bengkulu Program Studi Keperawatan Curup.

57
Simkin,P., Whalley,J. & Keppler,A (2008) Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, &
Perawatan Bayi. Jakarta :Arcan

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung
Waluyu (dkk), EGC, Jakarta

Sugiyono, 2014 Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

WHO 2012. Maternal health di unduh http://www.who.int/gho/maternal_health/en/ tanggal


5 Desember 2017

Wiknjosastro, Hanifa. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Widyastuti, Yani dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi .Yogyakarta : Fitramaya.

Yuliasari, D. Eva Santriani, 2015 Hubungan Counterpressure dengan nyeri persalinan pada
ibu bersalin kala I fase aktif ibu primipara di BPS Hj.Sulastri Pekalongan Lampung
timur tahun 2013 Jurnal Kebidanan 1 9-12

58

Anda mungkin juga menyukai