Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos
miometrium yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Beberapa
jam menjelang akhir dari kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin melalui
jalan lahir. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa nyeri, sehingga
istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendiskripsikan proses ini
(Prawirohardjo, 2010).
Rasa nyeri muncul akibat respon psikis dan refleks fisik. Kualitas rasa
nyeri fisik dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit,
denyutan, sensasi tajam, mual, dan kram. Rasa nyeri dalam persalinan
menimbulkan gejala yang mudah dikenali. Peningkatan aktivitas sistem saraf
simpatik timbul sebagai respon terhadap nyeri dan dapat mengakibatkan
perubahan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, dan warna kulit.
Perubahan afektif berupa rasa cemas disertai lapang perseptual yang
menyempit, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang menandakan rasa
nyeri) dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh (Bobak dkk, 2004).
Nyeri yang dirasakan pada kala I persalinan menurut Maryunani
(2010), bersifat sakit dan tidak nyaman pada fase akselerasi, nyeri dirasakan
agak menusuk pada fase dilatasi maksimal, dan nyeri menjadi lebih hebat,
menusuk, dan kaku pada fase deselerasi.

Andarmoyo dan Suharti (2013) mengatakan bahwa nyeri persalinan


sebagai kontraksi miometrium, merupakan proses fisiologis dengan intensitas
yang berbeda pada masing-masing individu. Nyeri yang timbul dalam
persalinan mengakibatkan kekhawatiran dan biasanya menimbulkan rasa
takut dan stres yang mengakibatkan pengurangan aliran darah ibu ke janin.
Sebagian besar wanita sudah mengerti bahwa persalinan hampir selalu
disertai rasa nyeri, namun tidak bisa dipungkiri bahwa hanya sedikit wanita
yang siap menghadapi nyeri persalinan. Apalagi untuk wanita yang belum
pernah bersalin, rasa ketakutan akan rasa sakit seperti yang diceritakan oleh
ibu, bibi, dan teman-teman wanita lainnya yang pernah mengalaminya akan
membuat perasaan para ibu semakin menciut (Maryunani, 2010).
Stres atau rasa takut secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi
uterus menjadi terasa semakin nyeri dan sakit dirasakan. Karena saat wanita
dalam kondisi inpartu tersebut mengalami stres, maka secara otomatis tubuh
akan mengeluarkan hormon adrenalin dan kotekolamin yang menyebabkan
uterus menjadi semakin tegang sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam
otot-otot uterus berkurang karena arteri mengecil dan menyempit, akibatnya
adalah nyeri yang tidak terelakkan (Judha dkk, 2012)
Nyeri persalinan juga dapat menyebabkan timbulnya hiperventilasi
sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah, dan
berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini juga akan
merangsang peningkatan kotekolamin yang dapat menyebabkan gangguan
pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inertia uteri yang dapat
berakibat kematian ibu saat melahirkan (Azizah, 2011).

Angka kematian ibu di Indonesia menurut SDKI (survai demografi


kesehatan Indonesia) pada tahun 2012 mencapai angka 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini dianggap sangat mengejutkan karena angka
kematian ibu mengalami kenaikan dari data SDKI sebelumnya yaitu tahun
2007 yang mencapai angka 228 per 100.000 kelahiran hidup. Data angka
kematian ibu yang didapat dari SDKI selama 5 kali berturut-turut
menunjukkan hasil bahwa terjadi penurunan yang signifikan dari tahun 1994
hingga tahun 2007, namun pada tahun 2012 inilah angka kematian ibu
kembali melonjak (SDKI, 2012).
Di Jawa Tengah, angka kematian ibu pada tahun 2012 mencapai 668
kasus. Angka ini tergolong lebih rendah bila dibandingkan dengan angka
kematian ibu di Jawa Tengah pada tahun 2013 yang mencapai 675 kasus.
Angka kematian ibu di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah
cenderung turun pada tahun 2012 yaitu sebesar 65,47 per 100.000 kelahiran
hidup dibandingkan dengan tahun 2010 yang mencapai angka 110,27 per
100.000 kelahiran hidup (www.jatengtime.com).
Sesuai dengan Misi Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat
2010 yaitu MPS (Making Pregnancy Safer), dimana diharapkan bahwa dalam
setiap persalinan akan terjadi persalinan yang berlangsung aman, serta bayi
yang dilahirkan akan hidup dan sehat. Maka dari itu, perlu diadakan berbagai
metode/teknik alternatif untuk mengatasi atau mengurangi rasa nyeri yang
datang saat akan melahirkan (Maryunani, 2010).
Untuk mengatasi nyeri kala I pada persalinan perlu diadakan berbagai
metode/teknik alternatif untuk memperingan nyeri. Metode memperingan
nyeri kala I persalinan dikenal 2 jenis, yaitu penanganan nyeri secara

farmakologis (menggunakan obat-obatan) dan penanganan nyeri secara nonfarmakologis (tanpa obat-obatan).
Salah satu cara penatalaksanaan nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri persalinan dengan endorphin massage. Teknik yang merupakan
sentuhan dan pemijatan ringan ini sangat penting bagi ibu hamil, karena dapat
membantu memberikan rasa tenang dan nyaman baik disaat menjelang
maupun disaat proses persalinan akan berlangsung. Endorfin dalam tubuh
bisa dipicu munculnya melalui kegiatan seperti pernapasan yang dalam dan
relaksasi serta medikasi. Karena endorfin diproduksi oleh tubuh manusia
sendiri, maka endorfin dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit yang
terbaik (Aprilia, 2011).
Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Melyana dkk.
(2011) tentang pengurangan nyeri kala I persalinan dengan menggunakan
endorphin massage. Penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil sebelum
diberikan endorphin massage, 10 dari 15 orang (66,7%) mengalami nyeri
berat, kemudian setelah diberikan endorphin massage didapatkan hasil 2 dari
15 orang (13,3%) yang mengalami nyeri berat. Penelitian ini menggunakan
signifikasi p value = 0,000 < 0,05. Hasil penelitian Melyana dkk
menunjukkan ada pengaruh pemberian endorphin massage pada penurunan
skala nyeri kala I persalinan.
Metode lain untuk mengurangi nyeri persalinan diantaranya adalah
dengan kompres es. Kompres es yang memiliki sifat dingin ini berguna untuk
nyeri muskuloskeletal atau sendi serta membuat baal daerah yang terkena
dengan memperlambat transmisi nyeri dan impuls-impuls lainnya melalui
neuron-neuron sensorik yang menyebabkan rasa kebal karena efek dinginnya

(Simkin dan Ancheta, 2005). Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh
Rusdiatin dan Maulana (2007) tentang pemberian kompres es pada penurunan
skala nyeri kala I, diketahui sebelum dilakukan kompres es, 16 dari 30 orang
(53,3%) mengalami nyeri berat, kemudian setelah dilakukan kompres es
diketahui hasil 5 dari 30 orang (16,7%) mengalami nyeri berat dengan
signifikansi 0,000, dimana nilai ini < 0,005. Dengan demikian, hasil
penelitian Maulana dan Rusdiatin menunjukkan ada pengaruh pemberian
kompres es terhadap nyeri kala I persalinan berupa penurunan skala nyeri.
Dari hasil survai pendahuluan di Puskesmas Candimulyo Kecamatan
Candimulyo Kabupaten Magelang yang terdiri dari 19 desa, didapatkan ratarata partus sebanyak 59 persalinan perbulannya pada tahun 2013. Selanjutnya
dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara
dengan salah satu bidan di Desa Surojoyo, Kecamatan Candimulyo,
Kabupaten Magelang diketahui bahwa pada saat persalinan kala I, sebagian
ibu bersalin mengalami rasa sakit saat kala I persalinan. Dari wawancara juga
didapatkan bahwa bidan desa tidak melakukan tindakan apapun untuk
meringankan rasa nyeri kala I persalinan di fase laten maupun fase aktif.
Berkaitan dengan studi pendahuluan yang telah dilakukan, peneliti
ingin memberikan tindakan pada saat nyeri kala I persalinan berlangsung.
Tindakan akan dilakukan pada saat fase aktif persalinan mengingat nyeri pada
kala ini bersifat intermitten. Tindakan ini juga diharapkan agar ibu merasa
nyaman serta dapat mengontrol emosinya untuk tetap tenang selama
persalinan agar tidak menambah rasa nyeri yang dirasakan oleh ibu. Dengan
penelitian ini, peneliti juga ingin membandingkan efektivitas penggunaan

endorphin massage dan kompres es terhadap intensitas skala nyeri kala I pada
ibu bersalin.
Berkaitan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul
Efektivitas Penggunaan Endorphin Massage dan Kompres Es terhadap
Intensitas Skala Nyeri Kala I Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas
Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun 2014 sebagai karya tulis ilmiah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka permasalahan yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas penggunaan
endorphin massage dan kompres es terhadap intensitas skala nyeri kala I
persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Candimulyo Kabupaten Magelang
Tahun 2014?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas penggunaan endorphin massage dan
kompres es terhadap intensitas skala nyeri kala I persalinan di Wilayah
Kerja Puskesmas Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui intensitas skala nyeri kala I persalinan pada responden
sebelum dilakukan tindakan.
b. Mengetahui intensitas skala nyeri kala I persalinan pada responden
setelah dilakukan endorphin massage.
c. Mengetahui intensitas skala nyeri kala I persalinan pada responden
setelah dilakukan kompres es.
d. Menganalisis efektivitas penggunaan endorphin massage terhadap
intensitas skala nyeri kala I persalinan pada responden.
e. Menganalisis efektivitas penggunaan kompres es terhadap intensitas
skala nyeri kala I persalinan pada responden.

f. Menganalisis efektivitas penggunaan endorphin massage dan kompres


es terhadap intensitas skala nyeri kala I persalinan di Wilayah Kerja
Puskesmas Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun 2014.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah informasi, pengetahuan, dan pengalaman khususnya di
bidang kebidanan tentang efektivitas penggunaan endorphin massage
dan kompres es terhadap intensitas skala nyeri kala I persalinan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya, serta dapat digunakan
sebagai bacaan bagi mahasiswa lain mengenai gambaran efektivitas
penggunaan endorphin massage dan kompres es terhadap intensitas
skala nyeri kala I persalinan.
3. Bagi Bidan
Sebagai informasi, masukan, serta strategi yang dapat dianjurkan dan
digunakan oleh bidan dalam mendukung ibu dalam persalinan dalam
upaya meminimalkan derajat nyeri yang dirasakan oleh ibu saat
bersalin.
E. Keaslian Penelitian
No

Nama

Tahun

Iin
Nur
Azizah,
Melyana
Nurul
Widyawati,
Novita
Nining
Anggraini

2011

Judul

Jenis
Penelitian
Pengaruh
Quasy
Endorphin
Eksperimenta
Massage
l
Design
terhadap
dengan
Intensitas
rancangan
Nyeri Kala I posttest only
Persalinan
control group
Normal
Ibu design.
Primipara Di
BPS S dan B
Demak Tahun
2011

Hasil
Penelitian
Ada pengaruh
endorphin
massage
terhadap
intensitas
nyeri kala I
persalinan
normal
ibu
primipara di
BPS S dan B
Demak tahun
2011 dengan

Rusdiatin
Maulana

2007

Karikam
Annisa
Wuri, dr. Siti
Candra dan
Sri
Mudayati.

2007

hasil p value
= 0,000 <
0,05.
Pengaruh
Quasy
Ada pengaruh
Pemberian
Eksperimenta pemberian
Kompres Es l
Design kompres
es
terhadap
dengan
terhadap
Tingkat Nyeri rancangan
tingkat nyeri
Persalinan
non
persalinan
Kala
I
di equivalent
kala
I di
Rumah Sakit control group Rumah Sakit
Rajawali Citra pretest
Rajawali
Potorono
posttest
Citra
Banguntapan
design.
Potorono
Bantul Tahun
Banguntapan
2007.
Bantul tahun
2007 dengan
hasil p value
= 0,000 <
0,05.
Pengaruh
Eksperimenta Ada pengaruh
Kompres
l
Design kompres
dingin
Dingin
dengan
terhadap
terhadap
rancangan
penurunan
Penurunan
one
group intensitas
Intensitas
pretestnyeri kala i
Nyeri Kala I posttest
persalinan di
Wilayah
Persalinan di design.
Kerja
Wilayah Kerja
Puskesmas
Puskesmas
Kecamatan
Kecamatan
Gending
Gending
Kabupaten
Kabupaten
Probolinggo
Probolinggo.
dengan hasil
Z hitung =
2,877 < nilai
kritis Z =
1,96.

Anda mungkin juga menyukai