Oleh:
FERDITA LESTARI
NPM.19210200069
FAKULTAS VOKASI
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu peristiwa yang bersejarah dalam siklus kehidupan seorang wanita
adalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin dimulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan. Sedangkan persalinan adalah suatu proses untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yaitu janin dan uri, dari jalan lahir atau jalan lain
dimana janin dapat bertahan hidup di dunia luar, dimulai sejak uterus berkontraksi,
yang menyebabkan serviks membuka, menipis, mendatar lalu mendorong janin
keluar.
Rasa nyeri dalam persalinan terjadi dari awal persalinan sampai pembukaan
lengkap kurang lebih 12 – 18 jam. Akan tetapi banyak wanita yang tidak bisa
mentolerir rasa nyeri tersebut karena dipengaruhi oleh stress yang disebut fear,
tension, pain (takut, tegang, nyeri). Hal tersebut menimbulkan ketegangan atau
kepanikan yang menyebabkan rasa sakit (Larasaty IP, dkk, 2012). Nyeri persalinan
dapat menimbulkan stress yang menyebabkan pelepasan berlebihan dari hormone
katekolamin dan steroid. Hormon mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus,
serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Sumarah, 2012).
Hal ini apabila tidak segera diatasi keadaan ini akan lebih meningkatkan rasa
khawatir, tegang, takut, dan stress yang sudah ada ini menyebabkan ketegangan
otot polos dan vaso kontriksi pembuluh darah. Mengakibatkan penurunan kontraksi
uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah
banyak (Sumarah, 2019). Apabila tidak segera diatasi keadaan ini akan lebih
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut, dan stress yang sudah ada.
pengingat terhadap Allah SWT hingga koping yang positif akan terbentuk (Hajiri
dkk., 2019).
Terapi murottal Al-Qur’an dengan keteraturan bacaannya yang benar juga
merupakan sebuah musik Al-Qur’an yang mampu mendatangkan ketenangan bagi
orang yang mendengarnya.12 Penelitian yang dilakukan Wahidin, S dkk, 2014
mengatakan pemberian murottal Al-Qur’an terbukti efektif meningkatkan kadar B-
Endorphin pada ibu bersalin kala I fase aktif. Penelitian Siti Chunaeni dkk, 2016
juga menemukan perbedaan hasil yang signifikan intensitas nyeri persalinan,
sebelum dan sesudah diberi terapi murottal Al-Qur’an pada ibu bersalin kala I fase
aktif.
B. PERUMUSAN MASALAH
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti, menambah pengalaman dengan penerapan
teori yang di pelajari.
b. Bagi Ibu bersalin
Menambah pengetahuan tentang therapy murrotal dalam mengurangi
insentitas nyeri sehingga menambah pengetahuan sehingga dapat
5
E. RUANG LINGKUP
BAB II
LITERATUR REVIEW
A. Definisi nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh stimulus
tertentu.Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik, maupun mental. Nyeri bersifat
subjektif, sehingga respon setiap orang tidak sama saat merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, misalnya dengan menggunakan pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang dapat
mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya .Nyeri persalinan merupakan nyeri yang berasal dari gerakan
(kontraksi) rahim yang bersifat subyektif, ritmik dengan peningkatan frekuensi dan keparahan yang
digunakan untuk mengeluarkan bayi. Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap
struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir (Potter & Perry, 2015).
B. Fisiologi nyeri
Menurut Potter & perry (2015), munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor.Nociceptor merupakan ujung- ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kantong empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi termal, listrik atau
mekanis.Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls
nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut a (delta) yang bermielin rapat dan
serabut lamban (serabut c).Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta a mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut c, serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal
(dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan atau lamina yang
saling berikatan.Di antara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran
utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, Yaitu Jalur Spinothalamic Tract (STT) Atau
Jalur Spinothalamus Dan Spinoreticular Tract (SRT) Yang membawa informasi mengenai sifat dan
lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan
jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari talamus, yang melalui otak tengah dan medula, ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang
yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam
impuls supresif.Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditansmisikan oleh serabut
7
a. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang diketahui mekanismenya.
Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri.
Menurut Potter & Perry (2015), faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri, antara lain:
1) Usia
Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri. Perbedaan perkembangan yang
ditemukan di antara kedua kelompok usia dapat mempengaruhi cara bereaksi terhadap nyeri
2) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individumengatasi nyeri. Individu mempelajari
apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaannya. Ada perbedaan makna dan sikap
yang dikaitkan dengan nyeri di berbagai kelompok budaya. Cara individu mengekspresikan nyeri
merupakan sifat kebudayaan yang lain. Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan yang lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup.
Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna dan budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk pasien yang mengalami nyeri.
3) Perhatian
Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun dengan adanya upaya pengalihan, klien akan
memfokuskan perhatian dan konsentrasinya pada stimulus yang lain.
4) Ansietas
Nyeri dan ansietas bersifat kompleks, sehingga keberadaanya tidak terpisahkan.Ansietas
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapatkan perhatian, maka rasa cemas tersebut
akan menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
5) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
6) Mekanisme koping
Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.Nyeri dapat menyebabkan
8
ketidakmampuan, baik sebagian ataupun keseluruhan. Individu akan menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.
Penanganan Nyeri
Mengurangi nyeri ibu selama proses persalinan sangatlah penting, karena Efek dari nyeri dalam
persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang meningkat pada Kala 1 sehingga dapat turunnya
aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen
yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1 (Simkin, 2015)
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat.Penanganan
yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesik yang terbagi
menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik.Namun demikian
pemberian terapi farmakologis tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien sendiri untuk
Piliteri dalam harahap (2019) menyatakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
manajemen nyeri yaitu metode non farmakologi, metode ini dari segi aspek legal dan etika dan
kewenangan yang sesuai untuk bidan, dan dapat menjadi metode alternatif untuk ibu bersalin.
Metode ini pada umumnya didasari oleh konsep gate control yang menyatakan bahwa distraksi atau
pengalihan.
Ada beberapa metode untuk mengurangi nyeri persalinan non farmakologis yaitu
a. Relaksasi
Merupakan teknik untuk mengurangi nyeri dengan cara memusatkan perhatian pada objek
Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis.Teknik ini dapat dilakukan dengan
kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi.Hal utama yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang
b. Massase
9
Masase merupakan metode yang memberikan rasa lega pada banyak wanita selama
Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi
masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Masase dilakukan dengan penekanan
terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran,
c. Distraksi
Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika
seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan
dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang umum berhubungan
langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan
minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan
sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera
saja (Tamsuri, 2017).
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri salah satunya
dengan menggunakan metode distraksi yaitu merupakan metode untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal – hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri dan cemas yang dialami (Potter & Perry, 2015). Salah satu
distraksi yang efektif adalah dengan terapi religi murottal (mendengarkan bacaan al-qur‟an).
Terapi murottal dapat menstimulasi gelombang delta yang menyebabkan pendengar berada
dalam keadaan tenang, tentram dan nyaman (Permanasari,2012).
B. PERSALINAN
1. Proses Persalinan
Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur
(ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya (Kamariyah dkk, 2014) dalam (Hasim & Sulastri, 2018)
1
0
Persalinan sering diartikan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan
(37– 42 minggu), disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia
luar (Prawirohardjo, 2014).
2. Jenis Persalinan
Dari jenisnya persalinan di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan
operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan
Tujuan umum asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Asuhan Persalinan Kala I - IV
a. Asuhan Kebidanan pada Kala I :
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Tanda dan gejala bersalin
dalam kala I meliputi adanya penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks dengan frekuensi minimal 2 kali dama 10 menit, adanya cairan
lendir bercampur darah melalui vagina.
Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu :
a) Fase laten : Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada
umumnya fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
b) Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
1
1
cm hingga 2 cm (multigravida). Fase ini juga terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Asuhan yang diberikan pada kala I adalah :
1) Memberikan dukungan emosional
2) Membantu pengaturan posisi ibu
3) Memberikan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
4) Memberikan keleluasaan untuk melakukan mobilisasi
5) Melakukan pencegahan infeksi
b. Asuhan Kebidanan pada kala II :
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala kala II yaitu: ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Kala II persalinan ditandai dengan adanya
dorongan meneran yang dirasakan oleh ibu, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva
membuka.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yaitu pembukaan serviks telah
lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Asuhan yang diberikan pada kala II adalah :
1) Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa kepercayaan
dan keyakinan pada diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan
2) Membimbing pernafasan adekuat
3) Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu
4) Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota keluarga atau teman yang
mendampingi
5) Melakukan tindakan-tindakan yang membuat nyaman seperti mengusap dahi dan memijat
pinggang, libatkan keluarga
6) Memperhatikan pemasukan nutruisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan minum
7) Menjalankan prinsip pencegahan infeksi
8) Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara membantu dan memacu ibu
mengosongkan kandung kencing secara teratur
c. Asuhan Kebidanan pada kala III :
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Asuhan dalam kala III persalinan menggunakan manajemen aktif kala III yaitu :
Pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tekanan dorsokranial selama
uterus berkontraksi, dan melakukan massase fundus uteri selama 15 detik segera setelah plasenta
1
2
Menurut Maryunani (2012) teori tentang nyeri persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Specificity theory
Teori ini menyatakan bahwa reseptor nyeri tertentu distimulasi oleh tipe stimulus sensori
spesifik yang mengirim impuls ke otak
b. Pattern theory
Teori ini menyatakan bahwa nyeri berasal dari tanduk dorsal spina cord. Pola impuls saraf
tertentu diproduksi dan menghasilkan stimulus reseptor kuat yang dikodekan dalam
stimulus reseptor kuat yang dikodekan dalam sistem saraf pusat dan menandakan nyeri
c. Gate control theory
Teori ini lebih komprehensif dalam menjelaskan transmisi dan persepsi nyeri, nyeri
tergantung dari kerja serta saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglio
dorsalis, rangsangan pada serat saraf besar akan mengakibatkan tertutupnys pintu
mekanisme sehingga aktifitas sel t terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut
1
4
terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil
persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui spinalis serat
eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitassubstansia gelatiosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktifitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
d. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada noicieptor memulai impuls – impuls saraf, sehingga transmisi impuls
nyeri menjadi lebih efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls – impuls pada serabut – serabut besar yang memblok impuls –
impuls pada serabut lamban dan endogenopiatesistem \supresif (Hidayat,2016).
E. Nyeri persalinan
Selama persalinan kala-satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam
adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat dilatasi seviks dan
sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor
Berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika
interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum pulih)
Tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina
Ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama
Ketakutan dan kecemasan yang menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar
yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin,2015).
jalan lahir pada kala I persalinan (Prawirohardjo, 2014). Selain nyeri fisiologis tersebut, ibu bersalin
juga harus menghadapi ketakutan secara psikologis dalam menghadapi proses persalinannya (Rosalinna,
2017)
Nyeri persalinan juga merupakan fenomena yang sangat individual dengan komponen sensorik
dan emosional, rasa nyeri yang terjadi pada awal persalinan sampai dengan pembukaan lengkap lebih
kurang 12- 18 jam. Rasa nyeri kala 1 fase aktif disebabkan kombinasi nyeri fisik akibat kontraksi
miometriumdisertai regangan segmen bawah rahim, yang menyatu dengan kondisi psikologis ibu
selama persalinan, yaitu kecemasan, kelelahan dan kekhawatiran sehingga dapat memperberat nyeri
fisik. Salah satu penyebab nyeri pada proses persalinan kala 1 fase aktif disebabkan oleh munculnya
kontraksi otot-otot uterus, hipoksia,dari otot yang mengalami kontraksi, peregangan servik pada
waktu membuka, iskemian pada korpus uteri, dan peregangan segmen ksi bawah rahin. Apabila
keadaan ini tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress yang
sudah ada. Sehingga dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses
persalinan (Padila, 2015).
Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometric pada uterus yang melawan hambatan
oleh leher rahim, uterus dan perineum.
Selama dalam persalinan, bila dilatasi serviks sangat lambat atau bila diatasi uterus abnormal,
maka akan menimbulkan distrorsi mekanik, kontraksi kuat disertai nyeri sangat hebat. Hal ini
karena uterus berkontraksi isometric melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat ini
merupakan sumber nyeri yang kuat.
1
6
Selama fase transisi ibu biasanya akan merasakan sensasi nyeri yang amat sangat. Ekspresi tampak
tidak berdaya dan menunjukkan kemampuan penurunan mendengar dan konsentrasi.
Gambar 2: Lokasi nyeri persalinan selama fase akhir kala I dan fase awal kala II
Selama persalinan kala II, pada saat serviks uteri dilatasi penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus
dari kontraksi corpus uteri dan distensi segmen bawah rahim
Nyeri disebabkan dilatasi serviks uteri atau leher rahim sudah menurun
Terjadi peningkatan secara progresif tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan
peningkatan nyeri somatik, dengan regangan dan robekan fasia dan jaringan sub kutan jalan lahir
bagian bawah, distensi perineum, dan tekanan pada otot lurik perineum
Nyeri ini ditransimisikan melalui serabut saraf pudendal yaitu suatu serabut saraf somatic yang
keluar melalui S2, S3 dan S4 Segmen Sakral.
Nyeri pada kala ini sangat berbeda dengan byeri viseral kala I, nyeri somatic dirasakan selama
persalinan ini adalah intens dan lokasi jelas.(Manuaba,2012)
Menurut Pain Assesment In Advanced Dementia (Painad) Scale. Dalam journal of the american
medical director association (2003), ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk
Vrs adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat yang menggambarkan level nyeri yang
1
7
range 0= tidak nyeri, 1= nyeri sedang, 2= nyeri keras,4= nyeri sangat keras .
Vas adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan kualitas 0-10
yang diberi garis setiap ujung dan tengah garis ditandai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan
klien (ujung kiri nyeri ringan, tengah nyeri sedang, ujung kanan nyeri paling hebat.
iii.
Gambar 0 berarti tidak ada nyeri, gambar 1 berati nyeri hanya sedikit, gambar 2 berarti nyeri sedikit
lebih banyak, gambar 3 berarti nyeri bertambah banyak, gambar 4 berarti nyeri sangat banyak dan
gambar 5 berarti sangat nyeri dan tidak dapat berkata lagi dan menangis
Menurut smeltzer & bare (2012), intensitas nyeri mengacu pada kehebatan nyeri itu sendiri, individu
yang merasakan nyeri merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan harus dapat
menggambarkan dan membuat tingkat nyeri tersebut. Informasi yang diperlukan harus
menggambarkan nyeri individual seperti intensitas nyeri yaitu 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah
Skor
Kategori Nilai
0 1 2
Tidak ada Wajah menyringai, Sering dahi tidak
ekspresi atau dahi konstan, rahang
Muka senyuman dan berkerut dan menegang, dagu
tidak mencari menyendiri gemetar
perhatian
Tidak ada posisi Gelisah, resah Menendang atau
Kaki
atau relaks dan menegang kaki disiapkan
Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku
Aktivitas normal, menaikkan atau menghentak
mudah bergerak punggung dan
maju, menegang
Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
merengek, berpekik atau
kadang • kadang sedu sedan,
mengeluh sering mengeluh
Relaks dan Kadang hati Kesulitan untuk
santai tentram dengan menghibur atau
sentuhan, memeluk, kenyamanan
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian
Total skor = 0 • 10
Menurut Heru (2008) dalam Putri (2014) terapi murottal merupakan rekaman suara al-qur‟an
yang dilakukan oleh qori‟(pembaca al-qur‟an). Lantunan al-qur‟an secara fisik mengandung
unsur suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang
meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,
memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat
pernapasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernapasan yanglebih
dalam atau lebih lambat sangat baik untuk menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran
Terapi murottal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika
murottal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murottal ini akan diterjemahkan oleh otak.
Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan hasrat, kebutuhan dan pra
anggapan. Menurut macgrego (2001) dalam Putri (2014) dengan terapi murottal maka kualitas
kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti al- qur;an atau
tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini
otak berada dalam gelombang alpha merupakan gelombang otak alpha merupakan gelombang otak
pada frekuensi 7-14 hz ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dalam keadaan tenang otak
dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya tuhan sehingga
terbentuk koping atau harapan positif. Lantunan Al-Qur‟an dapat menurunkan hormon-hormon
stress, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang
otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan
ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
Pemberian terapi murottal diberikan kepada ibu bersalin kala I fase aktif (pembukaan
serviks 4-10 cm). Pramisiwi (2011) mengatakan bahwa surat yang diperdengarkan kepada pasien,
mendapatkan kualitas, durasi yang sama dari suara yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Bayrami (2014) Terapi murottal ini diberikan pada persalinan kala I fase aktif
sebanyak 2 kali yaitu pada pembukaan 4-6 cm, dan pembukaan 7-10 cm. durasi pemberian terapi
2 Pengaruh Murottal Indah 2019 Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan ”Pre Hasil penelitian diperoleh sebelum intensitas
Quran dan Dzikir Trianingsih, experiment”. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nyeri rerata sebesar 7,5 dan sesudah intensitas
Terhadap Intensitas bersalin fase aktif kala I, jumlah sampel yang dibutuhkan nyeri berkurang menjadi 5,9, ada pengaruh
Nyeri Kala sebanyak 42 responden. Uji statistik yang digunakan kombinasi Murotal Al Qur’an Surat Ar
Persalinan Kala adalah uji Wilcoxon Rahman dan dzikir terhadap Intensitas Nyeri
Kala I persalinan normal di PMB Lia Maria
Sukerame Bandar Lampung Tahun 2018
dengan p value 0,000 (p< 0,05). Hasil
penelitiain ini dapat dijadikan suatu bentuk
terapi non farmakologis untuk membantu
mengurangi nyeri persalinan.
21
3 Penurunan Intensitas Nyeri Sri Mulyani 2020 Jenis penelitian deskriptif yang dipilih untuk penelitian .Setelah dilakukan intervensi pemberian terapi
Persalinan Kala I Fase Nurhayati, Siti yang akan dilaksanakan yaitu studi kasus. Hasil penelitian murottal didapatkan bahwa subjek I mengalami
Aktif dengan terapi Ulfah Nurjanah Sebelum dilakukan pemberian terapi murottal didapatkan perubahan, skala nyeri 6 (nyeri sedang). Simpulan,
Murrotal Al-Quran bahwa subjek I mengalami perubahan, skala nyeri 7 (nyeri perlakuan terapi Murottal AlQur’an berpengaruh
berat), tampak cemas, tegang, nyeri hilang timbul, ekspresi terhadap penurunan intensitas nyeri.
wajah meringis.Sedangkan pada subjek II yang awalnya
mengalami skala nyeri 6 (nyeri sedang), tampak cemas, .
ekpresi wajah tampka meringis.
22
23
7. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian ini terdiri dari variable independen yaitu
Frekuensi pemberian terapi murottal dan variabel dependen tingkat nyeri ibu
bersalin kala I fase aktif dan Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu usia,
BAB III
PROSEDUR ASUHAN
KEBIDANAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi - eksperimen untuk
membandingkan tingkat nyeri yang dialami ibu bersalin diberi murottal Alquran
dan tidak.
B. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan studi kasus ini adalah ibu bersalin di Puskesmas Baros
Kabupaten Lebak Bantem
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
responden
a. Beragama islam
b. Ibu bersalin di Puskesmas Baros
c. Ibu bersalin dengan jumlah paritas yang sama
d. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah adalah kriteria yang tidak termaksud dalam penelitian,
kriteria ini dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai penyulit dalam
persalinan.
3. Kriteria Non Inklusi
Kriteria non inklusi menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu.
D. Definisi Istilah
3.1 Tabel Defenisi istilah
NO Variabel Definisi
1 Frekuensi Terapi Murrotal adalah memperdengarkan rekaman suara alquran
Terapi yang dilakukan qori, lantunan yang secara fisik mengandung unsur
Murrotal
suara manusia, yangmerupakan instrumen penyembuh yang
menurunkan hormone stres, mengaktifkan horon endophrine alami,
meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa
sakit, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingg
menununkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi dan aktifitas gelombang otak.
( Putri 2014 )
2 Nyeri Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulasi tertentu yang bersifat subyektif dan
bersifat individual, nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan mental yang merupakan tanda peringatan terjadinya kerusakan
jaringan ( Potter and Perry 2015 ).
E. Instrumen Kegiatan
Lembar Observasi Nyeri
menggunakan skala Visual Number Rating Scale (VNRS) yang telah baku. Dimana
ibu diminta untuk menunjuk skala nyeri dalam satu garis lurus, untuk
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1
Melakukan penilaian
Menetapkan hasil penilaian
Kesimpulan
( )
29
A. Biodata Pasien
Umur :
Periode Penilaian :
B. Kuisioner Nyeri
Beri Tanda Ceklist yang menggambarkan nyeri yang dirasakan ibu
Bagaimana kekuatan nyeri yang dirasakan ?
0 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 3 ( ) 4 ( )5 ( ) 6 ( ) 7 ( )8 ( ) 9 ( ) 10 ( )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
ringan sedang berat berat
Nyeri terkontrol tidak
terkontrol
30
Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:
0
31
32
33