Anda di halaman 1dari 33

EFEKTIVITAS TERAPI MUROTTAL AL-QURAN TERHADAP

INTENSITAS NYERI PERSALINAN


PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF
Studi Kasus pada Ibu Bersalin
di Puskesmas Baros Kabupaten Lebak

LAPORAN STUDY CASE LITERATURE REVIEW (SCLR)

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Profesi


Bidan di Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Oleh:

FERDITA LESTARI

NPM.19210200069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI

FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

2022
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu peristiwa yang bersejarah dalam siklus kehidupan seorang wanita
adalah kehamilan, persalinan dan masa nifas. Kehamilan adalah pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterin dimulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan. Sedangkan persalinan adalah suatu proses untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yaitu janin dan uri, dari jalan lahir atau jalan lain
dimana janin dapat bertahan hidup di dunia luar, dimulai sejak uterus berkontraksi,
yang menyebabkan serviks membuka, menipis, mendatar lalu mendorong janin
keluar.

Rasa nyeri dalam persalinan terjadi dari awal persalinan sampai pembukaan
lengkap kurang lebih 12 – 18 jam. Akan tetapi banyak wanita yang tidak bisa
mentolerir rasa nyeri tersebut karena dipengaruhi oleh stress yang disebut fear,
tension, pain (takut, tegang, nyeri). Hal tersebut menimbulkan ketegangan atau
kepanikan yang menyebabkan rasa sakit (Larasaty IP, dkk, 2012). Nyeri persalinan
dapat menimbulkan stress yang menyebabkan pelepasan berlebihan dari hormone
katekolamin dan steroid. Hormon mengakibatkan penurunan kontraksi uterus,
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke uterus,
serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah banyak
(Sumarah, 2012).

Hal ini apabila tidak segera diatasi keadaan ini akan lebih meningkatkan rasa
khawatir, tegang, takut, dan stress yang sudah ada ini menyebabkan ketegangan
otot polos dan vaso kontriksi pembuluh darah. Mengakibatkan penurunan kontraksi
uterus, penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan aliran darah dan oksigen ke
uterus, serta timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls nyeri bertambah
banyak (Sumarah, 2019). Apabila tidak segera diatasi keadaan ini akan lebih
meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut, dan stress yang sudah ada.

Nyeri persalinan yang berlebihan dan terlalu lama akan menimbulkan


kecemasan dan tekanan psikologis, sehingga dapat mempengaruhi keadaan fisik
ibu bersalin, seperti peningkatan tekanan darah, frekuensi nafas dan denyut
jantung. Apabila hal ini terus terjadi, maka nyeri yang hebat selama persalinan
dapat menimbulkan kelelahan pada ibu sehingga berisiko terjadinya partus lama
yang dapat membahayakan ibu dan janin. Kebanyakan ibu mengalami nyeri
3

persalinan pada tingkat yang sedang sampai berat.


Menurut WHO Angka Kematian ibu didunia mencapai 303.000 jiwa, pada tahun
2019. Sementra angka kematian ibu (AKI) di Indonesia secara rasional hingga tahun
2020 masih tinggi yaitu 227 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI RPJMN
2024 adalah 183 per 100.000 KH dan target AKI global SDGs adalah 70 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab kematian tertinggi di Indonesia antara lain adalah
perdarahan 30,3 %,hipertensi 27,1%,infeksi 7,3%,dan partus lama 1,8%
(KEMENKES RI, 2020).

Jumlah AKI dipropinsi Banten dalam 3 tahun terakhir mengalami fluktuatif,


yaitu 2017 sebanyak 226 kasus, tahun 2018 135 kasus dan tahun 2019 sebanyak 215
kasus. Kabupaten kota dengan AKI tertinggi tahun 2019 adalah Kabupaten Serang
66 kasus, diikuti Lebak 38 kasus, dan Pandeglang 34 kasus. Lebak sendiri
memperoleh presentase sebesar17,67%. Penyebab langsung kematian maternal
Banten sekitar 37% karena perdarahan, 22% infeksi, dan 14% hipertensi, sisa nya
27% karena hal lain yang menyebabkan bertambah kronis nya atau terjadi
komplikasi pada ibu akibat keterlambatan atau kurangnya penanganan ( Profil
Kesehatan, Dinkes Banten 2020).
Mengutip data persalinan di Puskesmas Baros, untuk tahun 2022 rentang waktu
Januari sampai Mei terdapat 19 kasus ibu bersalin dirujuk dari fatkes pertama
puskemas ke tingkat RS, dengan presentasi 9 kasus dengan Kala I Memanjang dan
KPD, 3 kasus dengan kala II lama, sisa nya 7 kasus terjadi pasca bayi lahir seperti
kasus perdarahan dll. Dari beberapa kasus dengan kala I memanjang diketahui
bahwa pasein mayoritas mengalami nyeri saat kontraksi yang tidak terkendali, pasien
sering kali merasa tidak mampu menahan sakit, sehingga mengganggu pikiran dan
menghambat kemajuan pembukaan dan persalinan.

Dewasa ini, metode non-farmakologi dengan teknik distraksi mulai mengalami


banyak peminat. Distraksi merupakn tindakan mengalihkan rasa nyeri yang dialami
dengan melakukan hal lain, sehingga pasien tidak berfokus terhadap rasa nyeri
tersebut (Handayani dkk., 2016). Diantaranya adalah dengan mendengarkan
murottal Al-Qur’an. Murottal Al-Quran merupakan pembacaan ayat suci Al-Qur’an
yang dilakukan oleh Qori dan didengarkan dengan menggunakan media tertetntu
(Aziza dkk., 2019). Walaupun manfaat mendengarkan murottal Al-Qur’an tidak
sehebat ketika membaca Al-Qur’an secara lisan, tapi sudah cukup mempengaruhi
kerja otak. Ketika diperdengarkan Murottal Al-Qur’an, maka neuropeptide akan
diproduksi oleh otak sehingga mengurangi ketegangan emosi, memberikan rasa
nyaman dan relaks (Rosalinna, 2017). Murottal Al-Qur’an juga berfungsi sebagai
4

pengingat terhadap Allah SWT hingga koping yang positif akan terbentuk (Hajiri
dkk., 2019).
Terapi murottal Al-Qur’an dengan keteraturan bacaannya yang benar juga
merupakan sebuah musik Al-Qur’an yang mampu mendatangkan ketenangan bagi
orang yang mendengarnya.12 Penelitian yang dilakukan Wahidin, S dkk, 2014
mengatakan pemberian murottal Al-Qur’an terbukti efektif meningkatkan kadar B-
Endorphin pada ibu bersalin kala I fase aktif. Penelitian Siti Chunaeni dkk, 2016
juga menemukan perbedaan hasil yang signifikan intensitas nyeri persalinan,
sebelum dan sesudah diberi terapi murottal Al-Qur’an pada ibu bersalin kala I fase
aktif.

B. PERUMUSAN MASALAH

Apakah Therapi Murottal dapat mempengaruhi intensitas nyeri pada persalinan


kala I Fase aktif di Puskesmas Baros Kabupaten Lebak Banten?

C. TUJUAN STUDI KASUS


1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui efektivitas therapy murrotal terhadap intensitas nyeri
persalina pada kala I

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui seberapa besar efektivitas terapi murrotal terhadap intensitas


nyeri persalinan pada kala I fase aktif
b. Mengetahui intensitas nyeri persalinan pada ibu bersalin kala I fase aktif
yang tidak diberi therapi murrotal
c. Membandingkan intensitas nyeri pada ibu bersalin Kala 1 fase aktif yang
diberikan terapi murrotal dengan ibu bersalin yang tidak diberikan terapi
murrotal di Puskesmas Baros Kabupaten Lebak Banten

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan peneliti, menambah pengalaman dengan penerapan
teori yang di pelajari.
b. Bagi Ibu bersalin
Menambah pengetahuan tentang therapy murrotal dalam mengurangi
insentitas nyeri sehingga menambah pengetahuan sehingga dapat
5

menerapkan therapy ini untuk diri sendiri atau oranglain.


c. Bagi Lahan Praktik
Menjadi alternatif therapi dalam menghadapi persalinan, sehingga
memperlancar proses persalinan.

E. RUANG LINGKUP

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar perngaruh therapy


murrotal untuk mengurangi nyeri persalinan pada ibu bersalin kala 1 di Puskesmas
Baros Kabupaten Lebak Banten. Pemberian therapy diberikan ketika ibu datang ke
Puskesmas, therpy musik murrotal diberikan pada saat ibu sudah mulai merasakan
kontraksi yang berarti pada Kala 1. Ibu akan diperdengarkan alunan musik murrotal
untuk mengurangi intensitas nyeri pada saat kontraksi pada kala I, therapy ini
diperdengarkan dengan harapan ibu akan lebih rileks dalam menghadapi persalinan
dan intensitass nyeri dirasakan dapat berkurang. Penelitian ini dilakukan pada 2
responden dimana satu ibu bersalin akan diberikan therapy murrotal dan satu ibu
bersalin tidak diberikan therapy murrotal, untuk membandingkan seberapa efektivkah
therapy murrotal ini diberikan dalam mengurangi insentitas nyeri persalinan kala I.
6

BAB II

LITERATUR REVIEW

A. Definisi nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan yang tidak nyaman disebabkan oleh stimulus
tertentu.Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik, maupun mental. Nyeri bersifat
subjektif, sehingga respon setiap orang tidak sama saat merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, misalnya dengan menggunakan pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang dapat
mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya .Nyeri persalinan merupakan nyeri yang berasal dari gerakan
(kontraksi) rahim yang bersifat subyektif, ritmik dengan peningkatan frekuensi dan keparahan yang
digunakan untuk mengeluarkan bayi. Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap
struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir (Potter & Perry, 2015).

B. Fisiologi nyeri

Menurut Potter & perry (2015), munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan.Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor.Nociceptor merupakan ujung- ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya visera,
persendian, dinding arteri, hati, dan kantong empedu.Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan.Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi termal, listrik atau
mekanis.Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls
nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut, yaitu serabut a (delta) yang bermielin rapat dan
serabut lamban (serabut c).Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta a mempunyai sifat
inhibitor yang ditransmisikan ke serabut c, serabutserabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal
(dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan atau lamina yang
saling berikatan.Di antara lapisan dua dan tiga membentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran
utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan
bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, Yaitu Jalur Spinothalamic Tract (STT) Atau
Jalur Spinothalamus Dan Spinoreticular Tract (SRT) Yang membawa informasi mengenai sifat dan
lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan
jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari talamus, yang melalui otak tengah dan medula, ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang
yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif. Serotonin merupakan neurotransmiter dalam
impuls supresif.Sistem supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditansmisikan oleh serabut
7

a. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons terhadap naloxone yang
kurang diketahui mekanismenya.

C. Faktor - faktor yang mempengaruhi nyeri

Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri.

Menurut Potter & Perry (2015), faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri, antara lain:

1) Usia

Usia merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri. Perbedaan perkembangan yang

ditemukan di antara kedua kelompok usia dapat mempengaruhi cara bereaksi terhadap nyeri

(misalnya, anak-anak dan lansia).

2) Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individumengatasi nyeri. Individu mempelajari
apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaannya. Ada perbedaan makna dan sikap
yang dikaitkan dengan nyeri di berbagai kelompok budaya. Cara individu mengekspresikan nyeri
merupakan sifat kebudayaan yang lain. Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan yang lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup.
Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna dan budaya akan membantu perawat dalam
merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk pasien yang mengalami nyeri.
3) Perhatian

Tingkat seseorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun dengan adanya upaya pengalihan, klien akan
memfokuskan perhatian dan konsentrasinya pada stimulus yang lain.

4) Ansietas
Nyeri dan ansietas bersifat kompleks, sehingga keberadaanya tidak terpisahkan.Ansietas
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan
ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapatkan perhatian, maka rasa cemas tersebut
akan menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
5) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri
semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping.
6) Mekanisme koping
Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.Nyeri dapat menyebabkan
8

ketidakmampuan, baik sebagian ataupun keseluruhan. Individu akan menemukan berbagai cara untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri.

Penanganan Nyeri

Mengurangi nyeri ibu selama proses persalinan sangatlah penting, karena Efek dari nyeri dalam

persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang meningkat pada Kala 1 sehingga dapat turunnya

aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen

yang tersedia untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1 (Simkin, 2015)

a. Penanganan nyeri secara farmakologis

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat.Penanganan

yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesik yang terbagi

menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik narkotik.Namun demikian

pemberian terapi farmakologis tidak bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien sendiri untuk

mengontrol nyerinya (van kooten dalam anggorowati, 2017).

b. Penatalaksanaan nyeri secara non-farmakologis

Piliteri dalam harahap (2019) menyatakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam
manajemen nyeri yaitu metode non farmakologi, metode ini dari segi aspek legal dan etika dan
kewenangan yang sesuai untuk bidan, dan dapat menjadi metode alternatif untuk ibu bersalin.
Metode ini pada umumnya didasari oleh konsep gate control yang menyatakan bahwa distraksi atau
pengalihan.
Ada beberapa metode untuk mengurangi nyeri persalinan non farmakologis yaitu

a. Relaksasi

Merupakan teknik untuk mengurangi nyeri dengan cara memusatkan perhatian pada objek

tertentu pada saat kontraksi mulai timbul (Bobak, 2016).

Teknik relaksasi dapat menurunkan ketegangan fisiologis.Teknik ini dapat dilakukan dengan

kepala ditopang dalam posisi berbaring atau duduk dikursi.Hal utama yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang

beristirahat, dan lingkungan yang tenang.

b. Massase
9

Masase merupakan metode yang memberikan rasa lega pada banyak wanita selama

tahap pertama persalinan (Walsh, 2017).

Merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak yang bertujuan untuk mengatasi

masalah fisik, fungsional atau terkadang psikologi. Masase dilakukan dengan penekanan

terhadap jaringan lunak baik secara terstruktur ataupun tidak, gerakan-gerakan atau getaran,

dilakukan menggunakan bantuan media ataupun Metode terapi nonfarmakologi yaitu

c. Distraksi

Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Tehnik distraksi dapat
mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler menghambat stimulus nyeri. Jika
seseorang menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls
nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan
dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang umum berhubungan
langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan
minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan
sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera
saja (Tamsuri, 2017).
Terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri salah satunya
dengan menggunakan metode distraksi yaitu merupakan metode untuk mengurangi nyeri dan
menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal – hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri dan cemas yang dialami (Potter & Perry, 2015). Salah satu
distraksi yang efektif adalah dengan terapi religi murottal (mendengarkan bacaan al-qur‟an).
Terapi murottal dapat menstimulasi gelombang delta yang menyebabkan pendengar berada
dalam keadaan tenang, tentram dan nyaman (Permanasari,2012).

B. PERSALINAN
1. Proses Persalinan

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi adalah bersatunya sel telur
(ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau (gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu, karena
dihitung mulai dari tanggal konsepsi (tanggal bersatunya sperma dengan telur) yang terjadi dua
minggu setelahnya (Kamariyah dkk, 2014) dalam (Hasim & Sulastri, 2018)
1
0

Persalinan sering diartikan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan
(37– 42 minggu), disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia
luar (Prawirohardjo, 2014).
2. Jenis Persalinan
Dari jenisnya persalinan di bagi menjadi 3 yaitu :
a. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui jalan
lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan
operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
3. Tujuan Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan
Tujuan umum asuhan persalinan  adalah  memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan  dalam upaya mencapai pertolongan  persalinan yang bersih dan aman, dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Asuhan Persalinan Kala I - IV
a. Asuhan Kebidanan pada Kala I :
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Tanda dan gejala bersalin
dalam kala I meliputi adanya penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan serviks dengan frekuensi minimal 2 kali dama 10 menit, adanya cairan
lendir bercampur darah melalui vagina.
Kala I persalinan terdiri dari 2 fase yaitu :
a) Fase laten : Fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan pada
umumnya fase laten berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
b) Fase aktif : Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih).
Fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1
1
1

cm hingga 2 cm (multigravida). Fase ini juga terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Asuhan yang diberikan pada kala I adalah :
1) Memberikan dukungan emosional
2) Membantu pengaturan posisi ibu
3) Memberikan pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
4) Memberikan keleluasaan untuk melakukan mobilisasi
5) Melakukan pencegahan infeksi
b. Asuhan Kebidanan pada kala II :
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap atau 10 cm dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Adapun yang menjadi tanda dan gejala kala II yaitu: ibu merasa ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka, dan
meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Kala II persalinan ditandai dengan adanya
dorongan meneran yang dirasakan oleh ibu, tekanan pada anus, perineum menonjol dan vulva
membuka.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yaitu pembukaan serviks telah
lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
Asuhan yang diberikan pada kala II adalah :
1) Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan dukungan dan memupuk rasa kepercayaan
dan keyakinan pada diri ibu bahwa ia mampu untuk melahirkan
2) Membimbing pernafasan adekuat
3) Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu
4) Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota keluarga atau teman yang
mendampingi
5) Melakukan tindakan-tindakan yang membuat nyaman seperti mengusap dahi dan memijat
pinggang, libatkan keluarga
6) Memperhatikan pemasukan nutruisi dan cairan ibu dengan memberi makan dan minum
7) Menjalankan prinsip pencegahan infeksi
8) Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara membantu dan memacu ibu
mengosongkan kandung kencing secara teratur
c. Asuhan Kebidanan pada kala III :
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan
selaput ketuban. Asuhan dalam kala III persalinan menggunakan manajemen aktif kala III yaitu :
Pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan tekanan dorsokranial selama
uterus berkontraksi, dan melakukan massase fundus uteri selama 15 detik segera setelah plasenta
1
2

lahir untuk menghasilkan kontraksi (JNPK-KR, 2017).


Asuhan sayang ibu dan bayi selama kala III persalinan yaitu dapat dilakukan dengan
memfasilitasi bayi untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sehingga ibu dan bayi memiliki keterikatan
satu sama lain melalui kontak skin to skin. Memberikan dukungan selama persalinan dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan juga termasuk asuhan sayang ibu.
Pencegahan infeksi dalam asuhan persalinan kala III dapat dilakukan dengan memakai sarung
tangan steril dan mengenakan alat perlindung diri yang dapat melindungi petugas terhadap percikan
yang dapat mengontaminasi dan menularkan penyakit. Pencegahan infeksi tersebut, tidak hanya
bagi penolong persalinan, melainkan juga terhadap ibu dan bayi.
d. Asuhan Kebidanan pada kala IV :
Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah dua jam dari
lahirnya plasenta. Perubahan yang terjadi pada kala IV yaitu penurunan tinggi fundus uteri, serta
otot-otot uterus berkontraksi sehingga pembuluh darah yang terdapat di dalam anyaman otot uterus
terjepit dan perdarahan berhenti setelah plasenta dilahirkan.
Asuhan kala IV persalinan yaitu memperkirakan kehilangan darah, memantau tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, dan kandung kemih, mengecek adanya luka atau robekan
perineum. Pemantauan tersebut dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit
pada 1 jam kedua. Perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran menurun, bila ibu
mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total jumlah darah ibu.
Asuhan sayang ibu dan bayi selama kala IV persalinan yaitu dengan menganjurkan ibu
berdekatan dengan bayinya, membimbing menyusui, membantu memenuhi nutrisi dan cairannya,
serta menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu dan bayi.
Pencegahan infeksi pada kala IV persalinan dapat dilakukan dengan melakukan
dekontaminasi alat-alat persalinan yang digunakan dalam larutan klorin 0,5 % selama 15 menit,
menangani peralatan tajam dengan aman, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan dan sanitasi
lingkungan khususnya di ruang bersalin. Pendokumentasian asuhan kala IV persalinan dicatat di
lembar belakang partograf dan pada catatan perkembangan ibu.

C. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan


Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
1. Faktor power (kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar, kekuatan tersebut meliputi :
kontraksi otot- otot perut, kontraksi diagfragma, dan aksi dari ligament dengan kerja sama yang baik
dan sempurna. (Marmi, 2012)
2. Faktor passage (jalan lahir)
Passage atau jalan lahir, yang dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1
3

a. Bagian keras : panggul


b. Bagian lunak : otot – otot dan ligament
3. Faktor passenger (janin dan plasenta)
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor,
yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Kepala janin adalah bagian terpenting
karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala janin danluas panggul merupakan
hal yang sangat menentukan, jika kepala dengan mudah. Karena plasenta juga harus melewati
jalan lahir , maka dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
4. Faktor penolong
Bidan sebagai penolong mempunyai tanggung jawab yang besar dalam proses persalinan, langkah
utama yang harus dilakukan adalah mengkaji perkembangan persalinan, memberitahu
perkembangan persalinan kepada ibu dan keluarga. Kompetensi yang dimiliki penolong sangat
bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal dan neonatal
sebab dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam
memberikan asuhan tidak terjadi. (Nurasiah,2012)
5. Faktor psikologis
Adapun faktor psikologis yang dialami selama persalinan yaitu ibu yang mempunyai rasa cemas
disebabkan oleh beberapa ketakutan melahirkan. Takut akan peningkatan nyeri, takut akan
kerusakan atau kelainan bentuk tubuhnya seperti episiotomi, ruptur, jahitan ataupun seksio sesarea,
serta ibu takut akan melukai bayinya. Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor
yang sangat penting mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran ( Simkin,2015)

D. Teori Nyeri Persalinan

Menurut Maryunani (2012) teori tentang nyeri persalinan yaitu sebagai berikut:
a. Specificity theory
Teori ini menyatakan bahwa reseptor nyeri tertentu distimulasi oleh tipe stimulus sensori
spesifik yang mengirim impuls ke otak
b. Pattern theory
Teori ini menyatakan bahwa nyeri berasal dari tanduk dorsal spina cord. Pola impuls saraf
tertentu diproduksi dan menghasilkan stimulus reseptor kuat yang dikodekan dalam
stimulus reseptor kuat yang dikodekan dalam sistem saraf pusat dan menandakan nyeri
c. Gate control theory
Teori ini lebih komprehensif dalam menjelaskan transmisi dan persepsi nyeri, nyeri
tergantung dari kerja serta saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglio
dorsalis, rangsangan pada serat saraf besar akan mengakibatkan tertutupnys pintu
mekanisme sehingga aktifitas sel t terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut
1
4

terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil
persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui spinalis serat
eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitassubstansia gelatiosa dan membuka pintu
mekanisme, sehingga merangsang aktifitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan
rangsangan nyeri.
d. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada noicieptor memulai impuls – impuls saraf, sehingga transmisi impuls
nyeri menjadi lebih efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian inhibisi impuls nyeri
menjadi efektif oleh impuls – impuls pada serabut – serabut besar yang memblok impuls –
impuls pada serabut lamban dan endogenopiatesistem \supresif (Hidayat,2016).

E. Nyeri persalinan

Selama persalinan kala-satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosiseptor dalam

adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala-satu adalah akibat dilatasi seviks dan

sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor

penyebab nyeri persalinan adalah :

 Berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan menjadi lebih hebat jika

interval antara kontraksi singkat, sehingga pasokan oksigen ke otot rahim belum pulih)

 Meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran)

 Tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina

 Ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan sendi panggul selama

kontraksi dan turunnya bayi

 Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus

 Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina

Ketakutan dan kecemasan yang menyebabkan dikeluarkannya hormon stress dalam jumlah besar
yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan lebih berat (Simkin,2015).

F. Kontraksi atau Rasa Nyeri pada Persalinan


Rasa nyeri tidaklah lepas dari proses persalinan normal. Selama 7 – 13 jam, seorang ibu yang
sedang bersalin harus rela menghadapi rasa sakit pada pinggang, perut hingga ke paha ataupun bagian-
bagian lain dari tubuh ibu yang makin lama makin meningkat seiring dengan membesarnya pembukaan
1
5

jalan lahir pada kala I persalinan (Prawirohardjo, 2014). Selain nyeri fisiologis tersebut, ibu bersalin
juga harus menghadapi ketakutan secara psikologis dalam menghadapi proses persalinannya (Rosalinna,
2017)
Nyeri persalinan juga merupakan fenomena yang sangat individual dengan komponen sensorik
dan emosional, rasa nyeri yang terjadi pada awal persalinan sampai dengan pembukaan lengkap lebih
kurang 12- 18 jam. Rasa nyeri kala 1 fase aktif disebabkan kombinasi nyeri fisik akibat kontraksi
miometriumdisertai regangan segmen bawah rahim, yang menyatu dengan kondisi psikologis ibu
selama persalinan, yaitu kecemasan, kelelahan dan kekhawatiran sehingga dapat memperberat nyeri
fisik. Salah satu penyebab nyeri pada proses persalinan kala 1 fase aktif disebabkan oleh munculnya
kontraksi otot-otot uterus, hipoksia,dari otot yang mengalami kontraksi, peregangan servik pada
waktu membuka, iskemian pada korpus uteri, dan peregangan segmen ksi bawah rahin. Apabila
keadaan ini tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress yang
sudah ada. Sehingga dapat mengganggu proses persalinan dan mengakibatkan lamanya proses
persalinan (Padila, 2015).

G. Fisiologi nyeri persalinan

Fisiologi nyeri persalinan terjadi sesuai tahap persalinan yaitu :


i. Pada kala I
 Nyeri pada kala I ditimbulkan oleh stimulus yang dihantarkan melalui saraf pada
serviks dan segmen bawah rahim
 Nyeri ini merupakan nyeri visceral yang berasal dari kontraksi uterus dan adneksa.intensitas
nyeri berhubungan dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan.

 Nyeri akan bertambah dengan adanya kontraksi isometric pada uterus yang melawan hambatan
oleh leher rahim, uterus dan perineum.
 Selama dalam persalinan, bila dilatasi serviks sangat lambat atau bila diatasi uterus abnormal,
maka akan menimbulkan distrorsi mekanik, kontraksi kuat disertai nyeri sangat hebat. Hal ini
karena uterus berkontraksi isometric melawan obstruksi. Kontraksi uterus yang kuat ini
merupakan sumber nyeri yang kuat.
1
6

Gambar1: Lokasi menjalarnya nyeri persalinan kala I

ii. Fase transisi dari kala I sampai kala II

Selama fase transisi ibu biasanya akan merasakan sensasi nyeri yang amat sangat. Ekspresi tampak
tidak berdaya dan menunjukkan kemampuan penurunan mendengar dan konsentrasi.

Gambar 2: Lokasi nyeri persalinan selama fase akhir kala I dan fase awal kala II

iii. Pada kala II

 Selama persalinan kala II, pada saat serviks uteri dilatasi penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus
dari kontraksi corpus uteri dan distensi segmen bawah rahim
 Nyeri disebabkan dilatasi serviks uteri atau leher rahim sudah menurun
 Terjadi peningkatan secara progresif tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis menimbulkan
peningkatan nyeri somatik, dengan regangan dan robekan fasia dan jaringan sub kutan jalan lahir
bagian bawah, distensi perineum, dan tekanan pada otot lurik perineum
 Nyeri ini ditransimisikan melalui serabut saraf pudendal yaitu suatu serabut saraf somatic yang
keluar melalui S2, S3 dan S4 Segmen Sakral.

 Nyeri pada kala ini sangat berbeda dengan byeri viseral kala I, nyeri somatic dirasakan selama
persalinan ini adalah intens dan lokasi jelas.(Manuaba,2012)

b. Metode pengukuran nyeri

Menurut Pain Assesment In Advanced Dementia (Painad) Scale. Dalam journal of the american

medical director association (2003), ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk

pengukuran intensitas nyeri :

i. Verbal ranting scale (VRS)

Vrs adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat yang menggambarkan level nyeri yang
1
7

range 0= tidak nyeri, 1= nyeri sedang, 2= nyeri keras,4= nyeri sangat keras .

ii. Visual analoge scale (VAS)

Vas adalah alat ukur yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan kualitas 0-10

yang diberi garis setiap ujung dan tengah garis ditandai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan

klien (ujung kiri nyeri ringan, tengah nyeri sedang, ujung kanan nyeri paling hebat.

iii.

Faces pain scale


Dengan kriteria 0-6 wajah yang dinilai dengan ketentuan

Gambar 0 berarti tidak ada nyeri, gambar 1 berati nyeri hanya sedikit, gambar 2 berarti nyeri sedikit

lebih banyak, gambar 3 berarti nyeri bertambah banyak, gambar 4 berarti nyeri sangat banyak dan

gambar 5 berarti sangat nyeri dan tidak dapat berkata lagi dan menangis

iv. Skala intensitas nyeri numerik 0-10 (VNRS)

Menurut smeltzer & bare (2012), intensitas nyeri mengacu pada kehebatan nyeri itu sendiri, individu

yang merasakan nyeri merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan harus dapat

menggambarkan dan membuat tingkat nyeri tersebut. Informasi yang diperlukan harus

menggambarkan nyeri individual seperti intensitas nyeri yaitu 0 adalah tidak nyeri dan 10 adalah

nyeri paling hebat.


1
8

v. Penilaian nyeri dengan observasi perilaku, Judha (2012)

Skor
Kategori Nilai
0 1 2
Tidak ada Wajah menyringai, Sering dahi tidak
ekspresi atau dahi konstan, rahang
Muka senyuman dan berkerut dan menegang, dagu
tidak mencari menyendiri gemetar
perhatian
Tidak ada posisi Gelisah, resah Menendang atau
Kaki
atau relaks dan menegang kaki disiapkan
Berbaring, posisi Menggeliat, Menekuk, kaku
Aktivitas normal, menaikkan atau menghentak
mudah bergerak punggung dan
maju, menegang
Tidak menangis Merintih atau Menangis keras,
merengek, berpekik atau
kadang • kadang sedu sedan,
mengeluh sering mengeluh
Relaks dan Kadang hati Kesulitan untuk
santai tentram dengan menghibur atau
sentuhan, memeluk, kenyamanan
berbicara untuk
mengalihkan
perhatian

Total skor = 0 • 10

5. Konsep Terapi Murottal

1. Definisi Terapi Murottal

Menurut Heru (2008) dalam Putri (2014) terapi murottal merupakan rekaman suara al-qur‟an

yang dilakukan oleh qori‟(pembaca al-qur‟an). Lantunan al-qur‟an secara fisik mengandung

unsur suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menurunkan hormone – hormone stress, mengaktifkan hormone – hormone endorphin alami,

meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang,

memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat

pernapasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktifitas gelombang otak. Laju pernapasan yanglebih

dalam atau lebih lambat sangat baik untuk menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran

yang lebih dalam dan metabolism yang lebih baik.


1
9

2. Manfaat Terapi Murottal Terhadap Tubuh

Terapi murottal memberikan dampak psikologis kearah positif, hal ini dikarenakan ketika

murottal diperdengarkan dan sampai ke otak, maka murottal ini akan diterjemahkan oleh otak.

Persepsi kita ditentukan oleh semua yang telah terakumulasi, keinginan hasrat, kebutuhan dan pra

anggapan. Menurut macgrego (2001) dalam Putri (2014) dengan terapi murottal maka kualitas

kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut tahu arti al- qur;an atau

tidak. Kesadaran ini akan menyebabkan totalitas kepasrahan kepada Allah SWT, dalam keadaan ini

otak berada dalam gelombang alpha merupakan gelombang otak alpha merupakan gelombang otak

pada frekuensi 7-14 hz ini merupakan keadaan energi otak yang optimal dalam keadaan tenang otak

dapat berpikir dengan jernih dan dapat melakukan perenungan tentang adanya tuhan sehingga

terbentuk koping atau harapan positif. Lantunan Al-Qur‟an dapat menurunkan hormon-hormon

stress, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan

perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang

otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

3. Pemberian Murottal pada ibu bersalin

Pemberian terapi murottal diberikan kepada ibu bersalin kala I fase aktif (pembukaan

serviks 4-10 cm). Pramisiwi (2011) mengatakan bahwa surat yang diperdengarkan kepada pasien,

mendapatkan kualitas, durasi yang sama dari suara yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Bayrami (2014) Terapi murottal ini diberikan pada persalinan kala I fase aktif

sebanyak 2 kali yaitu pada pembukaan 4-6 cm, dan pembukaan 7-10 cm. durasi pemberian terapi

murottal ini diberikan selama 30 menit.


2
0
6. HASIL PENELITIAN TERDAHULU
2.1 Tabel Hasil Penelitian
NO JUDUL PENELITIAN PENELITI TAHUN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN
1 Pengaruh terapi Fitri Yuliana, 2021 Penelitian ini menggunakan metode quasi experimen 1. pertama: Hasil penelitian menunjukan rata-
murrotal alquran Yeni aulia, dengan rancangan one grup pre- test post-tets design pada rata skor intensitas nyeri sebelum diberikan
terhadap penurunan Retnowidowati, 20 ibu bersalin sebagai responden. Terapi murottal Al- terapi murottal Al-qur’an adalah 7,10 setelah
intensitas nyeri dan qur’an berupa surat Ar-rahmaan diperdengarkan selama diberikan adalah 4,75
kecemasan pada ibu 30 menit. Instrument penelitian menggunakan alat ukur 2. Kedua, Rata- rata skor kecemasan sebelum
bersalin multipara Numerik Rating Scale (NRS) dan Hamilton Anxiety diberikan terapi Murottal Al-qur’an adalah
kala 1 fase aktif Rating Scale (HARS). Analisis data menggunakan paired 22,20 setelah diberikan adalah 12,75. Hasil
sample t-test dengan nilai α= 0,05. paired sample t-test menghasilkan nilai
signifikan (2-tailed) 0,000
3. Ketiga, terdapat perbedaan signifikan skor
penurunan rata-rata intensitas nyeri dan
tingkat kecemasan ibu sebelum dan setelah
dilakukan terapi murottal Al-qur’an.
Diharapkan bidan dapat mengedukasi terapi
murottal Al-qur’an kepada ibu bersalin,
suami, atau keluarga untuk menurunkan
intensitas nyeri dan tingkat kecemasan

2 Pengaruh Murottal Indah 2019 Jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan ”Pre Hasil penelitian diperoleh sebelum intensitas
Quran dan Dzikir Trianingsih, experiment”. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nyeri rerata sebesar 7,5 dan sesudah intensitas
Terhadap Intensitas bersalin fase aktif kala I, jumlah sampel yang dibutuhkan nyeri berkurang menjadi 5,9, ada pengaruh
Nyeri Kala sebanyak 42 responden. Uji statistik yang digunakan kombinasi Murotal Al Qur’an Surat Ar
Persalinan Kala adalah uji Wilcoxon Rahman dan dzikir terhadap Intensitas Nyeri
Kala I persalinan normal di PMB Lia Maria
Sukerame Bandar Lampung Tahun 2018
dengan p value 0,000 (p< 0,05). Hasil
penelitiain ini dapat dijadikan suatu bentuk
terapi non farmakologis untuk membantu
mengurangi nyeri persalinan.

21
3 Penurunan Intensitas Nyeri Sri Mulyani 2020 Jenis penelitian deskriptif yang dipilih untuk penelitian .Setelah dilakukan intervensi pemberian terapi
Persalinan Kala I Fase Nurhayati, Siti yang akan dilaksanakan yaitu studi kasus. Hasil penelitian murottal didapatkan bahwa subjek I mengalami
Aktif dengan terapi Ulfah Nurjanah Sebelum dilakukan pemberian terapi murottal didapatkan perubahan, skala nyeri 6 (nyeri sedang). Simpulan,
Murrotal Al-Quran bahwa subjek I mengalami perubahan, skala nyeri 7 (nyeri perlakuan terapi Murottal AlQur’an berpengaruh
berat), tampak cemas, tegang, nyeri hilang timbul, ekspresi terhadap penurunan intensitas nyeri.
wajah meringis.Sedangkan pada subjek II yang awalnya
mengalami skala nyeri 6 (nyeri sedang), tampak cemas, .
ekpresi wajah tampka meringis.

4 Pengaruh Murrotal Wina Hidayati, Siti 2021


Penelitian ini merupkan penelitian kuntitatif dimana
. Tingkat nyeri yang dialami pada pasien persalinan
Terhadap Penurunan Hasanah,Evi dapat berkurang atau menurun setelah dilakukan
rancangan penelitiaan adalah Quasi
Tingkat Nyeri ibu murottal qur’an selama 30 menit. Mendengarkan
Experimental Design dengan one group pre tets-post test
Bersalin Kala I Fase Kurniawati design. Pertama dilakukan pengukuran, kemudian
bacaan ayat suci al-qur’an lebih bermanfaat, suara
Aktif di RSUD dr. al-qur’an bisa meredakan stress dan meningkatkan
dikenakan perlakuan untuk jangka waktu
Zainoel Abidin ketahanan stress, meningkatkan relaksasi,
tertentu lalu dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya
ketenangan, kenyaman dan intensitas nyeri. Saat
responden mendengarkan bacaan ayat suci al-qur’an
yang didengarkan dengan baik, maka bisa
menimbulkan rasa nyaman dan tenang sehingga
nyeri dapat berkurang.
5 Pengaruh Terapi Murottal Ayu Safitri, Artika 2020 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Hasil uji statistic nilai p = 0,001 yang artinya
Al-Quran Terhadap Dewie, Niluh Nita adalah Pre Eksperimen, rancangan penelitian One Group terdapat terdapat perbedaan nyeri persalinan yang
Penurunan Intensitas Silfia Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bermakna pada ibu bersalin sebelum dan sesudah
bersalin kala 1 di PMB Sriwati dengan sampel sejumlah 15 diperdengarkan murottal Al- Qur’an. Disarankan
orang. Nyeri diukur dengan menggunakan skala Numeric untuk melakukan teknik non-farmakologi
Rating Scale (NRS). Uji hipotesis menggunakan Uji mendengarkan Murottal Al-Qur’an sebagai salah
Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat kepercayaan satu teknik untuk mengurangi nyeri persalinan kala I
95% (𝛼 = 0,05). di PMB Sriwati.
.

22
23

7. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini terdiri dari variable independen yaitu

Frekuensi pemberian terapi murottal dan variabel dependen tingkat nyeri ibu

bersalin kala I fase aktif dan Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu usia,

kebudayaan, makna Nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, dan gangguan Koping.

Pemberian Terapi murottal Tingkat Nyeri ibu Bersalin


alquran kala I Fase aktf

Faktor yang mempengaruhi


persalinan :
Usia
Budaya 3.Ansietas
4. Perhatian 5.Keletihan
6. Mekanisme koping

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Potter and Perry 2015


24

BAB III
PROSEDUR ASUHAN
KEBIDANAN

A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi - eksperimen untuk

membandingkan tingkat nyeri yang dialami ibu bersalin diberi murottal Alquran

dan tidak.

B. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan studi kasus ini adalah ibu bersalin di Puskesmas Baros
Kabupaten Lebak Bantem
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
responden
a. Beragama islam
b. Ibu bersalin di Puskesmas Baros
c. Ibu bersalin dengan jumlah paritas yang sama
d. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah adalah kriteria yang tidak termaksud dalam penelitian,
kriteria ini dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai penyulit dalam
persalinan.
3. Kriteria Non Inklusi
Kriteria non inklusi menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi
kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan


1. Waktu pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan pada bulan Juni 2022
2. Tempat pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Baros Kabupaten Lebak, Banten Tahun
2022
25

D. Definisi Istilah
3.1 Tabel Defenisi istilah
NO Variabel Definisi
1 Frekuensi Terapi Murrotal adalah memperdengarkan rekaman suara alquran
Terapi yang dilakukan qori, lantunan yang secara fisik mengandung unsur
Murrotal
suara manusia, yangmerupakan instrumen penyembuh yang
menurunkan hormone stres, mengaktifkan horon endophrine alami,
meningkatkan perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa
sakit, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingg
menununkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, detak
jantung, denyut nadi dan aktifitas gelombang otak.
( Putri 2014 )

2 Nyeri Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulasi tertentu yang bersifat subyektif dan
bersifat individual, nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan mental yang merupakan tanda peringatan terjadinya kerusakan
jaringan ( Potter and Perry 2015 ).

E. Instrumen Kegiatan
Lembar Observasi Nyeri

Untuk mengukur tingkat nyeri ibu selama Kala I persalinan, peneliti

menggunakan skala Visual Number Rating Scale (VNRS) yang telah baku. Dimana

ibu diminta untuk menunjuk skala nyeri dalam satu garis lurus, untuk

menggambarkan nyeri yang dirasakan oleh ibu.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1

0-3 : Nyeri ringan


Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang
Secara obyektif klien menyeringai, dapat menunjukn lokasi nyeri dapat
mendeskripsikan dan mengikuti perintah dengan baik
26
7-10 : Nyeri berat
Secara obyektif terkadang klien tidak dapat mengikuti perintah, tapi masih
respon trehadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri tidak dapat
mendeskripsikannya tidak dapat diatasi dengan alih posisi dan nafas panjang
dan terkadang pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

F. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan


Menentukan perizinan terhadap lokasi penelitian

Peneliti menetapkan responden

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden terkait


penelitian dan membuat persetujuan bersedia untuk diteliti

Peneliti memberikan terapi murrotal kepada ibu bersalin


kala I fase aktif

Melakukan penilaian
Menetapkan hasil penilaian

Kesimpulan

Bagan 3.1 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

1. Peneliti melakukan perizinan terhadap lokasi penelitian yakni di


Puseksmas Baros Kabupaten Lebak Banten
2. Peneliti menetapkan responden. Responden merupakan ibu bersalin di
Puskesmas
3. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden terkait dengan deskripsi
kegiatan yang akan dilakukan, kewajiban yang harus dilakukan responden
selama mengikuti penelitian dan teknis penilaian (lampiran).

4. Peneliti memnerikan therapy murrotal kepada pasien sebanyak 2 kali


dengan jeda 2 jam kuarang lebih selama 15-30 menit, pasien pada masa
kala I fase aktif
5. Peneliti melakukan observasi atau penilaiandari dilaukannya 2 kali terapi
murrotal tersebut melalui lembar observasi
6. peneliti memberi pernilaian dan kesimpulan dari hasil penilaian

7. Peneliti memnerikan therapy murrotal kepada pasien sebanyak 2 kali


27
dengan jeda 2 jam kuarang lebih selama 15-30 menit, pasien pada masa
kala I fase aktif
8. Peneliti melakukan observasi atau penilaian dari dilakukannya 2 kali terapi
murrotal tersebut melalui lembar observasi
9. peneliti memberi pernilaian dan kesimpulan dari hasil penilaian
28

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama Responden : .................................................................


Umur Responden : .................................................................
Agama : .................................................................
Alamat : .................................................................

Setalah mendengar/membaca penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini,


maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan
peneliti dengan judul “Efektivitas Terapi Murottal Al-Quran Terhadap Intensitas Nyeri
Persalinan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Di Puskesmas Baros Tahun 2022 “.
Saya mengerti bahwa ada beberapa pertanyaan yang harus saya jawab, dan sebagai
responden saya akan menjawab pertanyaan dengan jujur.
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari pihak lain,
namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan ditanggungkan kepada saya
sesuai dengan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh peneliti.
Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan sebagai hasil
dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan tidak akan mencantumkan
nama, kecuali nomor informan.
Lebak, 2022
Responden

( )
29

Lembar Observasi Pengkajian Nyeri

A. Biodata Pasien

Nama Responden : Jenis Kelamin : P

Umur :

Periode Penilaian :

Jenis Perlakuan yang dilakukan Terapi Murottal Al-Quran

( ) Dengan terapi Murrotal ( ) Tanpa terapi Murrotal

B. Kuisioner Nyeri
Beri Tanda Ceklist yang menggambarkan nyeri yang dirasakan ibu
Bagaimana kekuatan nyeri yang dirasakan ?

0 ( ) 1 ( ) 2 ( ) 3 ( ) 4 ( )5 ( ) 6 ( ) 7 ( )8 ( ) 9 ( ) 10 ( )

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri
ringan sedang berat berat
Nyeri terkontrol tidak
terkontrol
30

Skala diisi oleh peneliti setelah ibu menunjukkan intensitas nyeri yang
dirasakan ibu dengan skala nyeri numerik 0-10, yaitu:

0-3 : Nyeri ringan


Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : Nyeri sedang


Secara obyektif klien menyeringai, dapat menunjukn lokasi nyeri dapat
mendeskripsikan dan mengikuti perintah dengan baik

7-10 : Nyeri berat


Secara obyektif terkadang klien tidak dapat mengikuti perintah, tapi
masih respon trehadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri tidak
dapat mendeskripsikannya tidak dapat diatasi dengan alih posisi dan
nafas panjang dan terkadang pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi.

0
31
32
33

Anda mungkin juga menyukai