Anda di halaman 1dari 81

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG

KONTRASEPSI EFEKTIF TERHADAP IBU POSTPARTUM

Studi Kasus pada Ibu Postpartum

USULAN STUDY CASE LITERATURE REVIEW (SCLR)


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Profesi Bidan di
Program Studi Pendidikan Profesi Program Profesi

N. DEWI RUSMIATI
NPM 19.20.02.00084

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


PROGRAM PROFESI
DEPARTEMEN KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Study Case Literature Review (SCLR) dengan judul :

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG


KONTRASEPSI EFEKTIF TERHADAP IBU POSTPARTUM

Oleh :

N. DEWI RUSMIATI
NPM 19.20.02.00084

Telah dilakukan pembimbingan Study Case Literature Review (SCLR) dan


dinyatakan layak untuk mengikuti ujian SCLR.

Jakarata, 2021
Menyetujui
Pembimbing SCLR

(Istiana Kusumastuti, SST., M.Kes)


HALAMAN PENGESAHAN

Study Case Literature Review (SCLR) dengan judul :

EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG


KONTRASEPSI EFEKTIF TERHADAP IBU POSTPARTUM

Oleh :

N. DEWI RUSMIATI
NPM 19.20.02.00084

Telah diujikan pada tanggal…bulan….tahun….dihadapan tim penguji Program


Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Departemen Kebidanan
Universitas Indonesia Maju dan dinyatakan lulus ujian SCLR.

Jakarta, ………….

Menyetujui,

Ketua Penguji Penguji Anggota

(…………………………..) (……………………………)

Mengetahui,
Kepala Departemen Kebidanan

(……………………………….)
DEKLARASI ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : N. Dewi Rusmiati
NPM : 19.20.02.00084
Email : ndewirusmiati2610@gmail.com
Alamat lengkap :
Dengan ini menyatakan bahwa :
a. Karya tulis saya, laporan SCLR ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (Profesi Bidan), baik di Universitas
Indonesia Maju maupun di Perguruan Tinggi lain.
b. Data yang dipeloh dalam kegiatan SCRL ini adalah asli dan
pengambilannya dilaksanakan sesuai prosedur yang diusulkan dengan
prinsip etik.
c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang, judul pustaka,
sumber pustaka, dan tahun terbitnya dalam daftar pustaka.
d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini
maka saya beredia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
yang telah saya peroleh dan saksi lain sesuai dengan norma yang berlaku
di Universitas Indonesia Maju .
Jakarta, 2021
Yang membuat pernyataan,

N. DEWI RUSMIATI
NPM 19.20.02.00084
PERSETUJUAN LAPORAN STUDY CASE LITERATURE REVIEW
(SCLR) DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
(ACADEMIC PROPERTY)

Sebagai civitas akademika Universitas Indonesia Maju, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Nama : N. Dewi Rusmiati
NPM : 19.20.02.00084
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan
Program : Profesi
Jenis Karya : Laporan Study Case Literature (SCLR)
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan Hak
Bebas Royalti Non-Eksklusif kepada Universitas Indonesia Maju berupa:
repository, buku, HAKI, dan patenatas karya ilmiah saya (lengkap dengan data
setnya) yang berjudul :
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG
KONTRASEPSI EFEKTIF TERHADAP IBU POSTPARTUM
Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Indonesia Maju yang
dalam halini adalah Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
berhak menyimpan, mengalih-media/formatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan karya tulis saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak
cipta.

Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 2021
Yang membuat persetujuan
Materai

N. DEWI RUSMIATI
NPM 19.20.02.00084
RIWAYAT HIDUP

Nama : N. Dewi Rusmiati


Tempat, tanggal lahir : Cianjur, 26-01-1979
Agama : Islam
E-mail : ndewirusmiati2610@gmail.com
No. Telepon : 085321728423
Alamat Lengkap : Kp. Babakan Rt 002 Rw 001 Ds. Mekarwangi Kec.
Cikadu Kab. Cianjur

Riwayat Pendidikan :
1. 1985-1991 : SD Negeri Babakan Cikadu Cianjur
2. 1991-1994 : SMP Negeri Cikangkareng (SMPN 1 Cibinong Cianjur )
3. 1994-1997 : SMEA Pasundan 1 Cianjur
4. 1997-2000 : Diplomatika Komputer LIKMI Bandung
5. 2011-2014 : Diploma 3 Kebidanan STIKINDO Bandung
6. 2014-2015 : Diploma 4 Kebidanan Karya Husada Jakarta
Riwayat Pekerjaan :
1. 2014-2020 : Bekerja Sebagai Bidan Di Puskesmas
Cikadu Cianjur
2. 2020-Sekarang : Bekerja Sebagai Bidan Di
Puskesmas Kalapanunggal dan menjadi salah satu
bidan PMB di Desa Sukamulya Kec. Cikadu Kab.
Cianjur
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena atas kasih saying dan kuasa-Nya penulis
dapat menyelesaikan SCLR yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBERIAN
PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG KONTRASEPSI EFEKTIF
TERHADAP IBU POSTPARTUM”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar S1 Profesi Kebidanan di Universitas
Indonesia Maju.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu , penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Drs. H. Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju

Jakarta.

2. Prof.Dr.dr H. M. Hafizurrachman, MPH., selaku Pembina Yayasan

Universitas Indonesia Maju

3. Dr. Astrid Novita, SKM, MKM, selaku Rektor Universitas Indonesia Maju

4. Susaldi, S.ST., M.Biomed selaku Wakil Rektor I Bid. Akademik dan Inovasi

Universitas Indonesia Maju

5. Dr. Rindu, SKM, M.Kes, selaku Wakil Rektor II Bid. Sumber Daya dan

Keuangan Universitas Indonesia Maju

6. Nur Rizky Ramadhani, SKM., M.Epid Selaku Wakil Rektor III Bid.

Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Indonesia Maju

7. Hidayani, Am.Keb., SKM., MKM., selaku Kepala Departemen Kebidanan

Universitas Indonesia Maju.


8. Istiana Kusumastuti, SST., M.Kes, selaku pembimnbing yang telah dengan

sabar memberikan masukan, arahan dan bimbingannya.

9. Seluruh bapak/ibu dosen dan staf di lingkungan Universitas Indonesia Maju.

10. Seluruh teman-teman Program Studi Kebidanan Program S1 Profesi

Kebidanan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak, ibu dan saudara semua

dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa penyusunan SCLR

ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran

untuk perbaikan ke depannya.

Jakarta, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
DEKLARASI ORISINALITAS .................................................................
ACADEMIC PROPERTY ............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
ABSTRAK....................................................................................................
ABSTRACT...................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................
1.4.1 Tujuan Umum ...............................................................................
1.4.2 Tujuan Khusus ..............................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................
1.4.2 Manfaat Metodologi......................................................................
1.4.3 Manfaat Praktis .............................................................................
1.5 Ruang Lingkup.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Postpartum...............................................................................................
2.1.1 Pengertian .....................................................................................
2.1.2 Tahapan Postpartum......................................................................
2.1.3 Kebijakan Program Nasional Masa Postpartum............................
2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas...................
2.2 Keluarga Berencana ................................................................................
2.2.1 Konsep Keluarga Berencana (KB) ...............................................
2.2.2 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana..............................
2.2.3 Kontrasepsi....................................................................................
2.3 Penyuluhan Kesehatan.............................................................................
2.3.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan.................................................
2.3.2 Tujuan Penyuluhan........................................................................
2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan
kesehatan.......................................................................................
2.3.4 Langkah-langkah Konseling Kesehatan........................................
2.4. Konseling KB Pasca Salin......................................................................
2.4.1 Tempat dan Waktu Konseling Postpartum ...................................
2.4.2 Poin Kunci dalam Pelayanan KB Pasca salin................................
2.5. Konsep Prilaku........................................................................................
2.5.1 Pengertian Prillaku ........................................................................
2.5.2 Prilaku Kesehatan .........................................................................
2.5.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku ...................................
2.5.4 Determinan Prillaku ......................................................................
2.6. Hasil Penelitian Terdahulu......................................................................
2.7. Kerangka Teori.......................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sasaran Kegiatan Asuhan Kebidanan .....................................................
3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Asuhan Kebidanan ..............
3.3 Definisi Istilah .........................................................................................
3.4 Instrumen Kegiatan Asuhan ....................................................................
3.5 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Asuhan Kebidanan ...............................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 . Asuhan selama kunjungan Masa Postpartum..............................
Tabel 2.2 Sikap selama konseling (SOLER)...............................................
Tabel 2.3 . Langkah konseling Masa Postpartum..........................................
Tabel 2.4 . Langkah konseling SATU TUJU.................................................
Tabel 2.6 . Hasil penelitian terdahulu............................................................
Tabel 3.1 Definisi Istilah..............................................................................
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Metode Kontrasepsi Postpartum................................................
Gambar 2.2 Alogaritma pemilihan KB pasca salin.......................................
Gambar 2.3 Kerangka Teori..........................................................................
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar pernyataan persetujuan menjadi responden penelitian


(informed consent)
Lampiran 2 : Lembar Kuesioner
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan hasil estimasi Profil Kesehatan Indonesia jumlah penduduk

Indonesia pada tahun 2020 adalah sebesar 271.066.366 jiwa yang menjadikan

negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 didunia, dengan kepadatan

penduduk sebesar 151 jiwa per km2 jumlah tersebut cenderung naik

dibandingkan tahun 2019.1 Kenaikan tersebut dapat berdampak pada

pembangunan sehingga perlu kebijakan untuk mengendalikan hal tersebut.

Upaya pengendalian ini dilakukan di Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN). Sesuai dengan Undang-undang nomor 52

tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan

Keluarga, BKKBN merupakan lembaga yang mempunyai tugas dalam

melaksanakan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (KB).2

Perencanaan Strategis BKKBN sesuai Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 yaitu meningkatkan Kualitas

hidup manusia Indonesia melalui pembangunan kependudukan dan Keluarga

Berencana.2 Salah satu indikator keberhasilan RPJMN adalah menurunnya

kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau disebut unmet need.3 Unmet need

adalah kebutuhan Keluarga Berencana yang tidak terpenuhi.4

Angka unmet need yang masih tinggi merupakan salah satu masalah

dalam pelaksanaan KB di Indonesia karena tingginya angka unmet need


menyebabkan tingginya angka fertilitas, sehingga semakin tinggi angka

kelahiran di Indonesia. Dampak buruk lainnya berkaitan dengan Angka

Kematian Ibu yang masih tinggi di Indonesia.5 Oleh karena itu, pemerintah

telah melakukan upaya percepatan penurunan AKI yang dilakukan dengan

menjamin agar setiap wanita usia subur mampu mengakses pelayanan

kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan

kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus

dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan pelayanan keluarga berencana

termasuk KB pasca persalinan.2

Pencegahan dan penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu

alasan diperlukannya pelayanan keluarga berencana.6 Salah satu faktor

memberikan dampak pada peningkatan Angka Kematian Ibu adalah risiko 4

Terlalu (Terlalu muda melahirkan di bawah usia 21 tahun, Terlalu tua

melahirkan di atas 35 tahun, Terlalu dekat jarak kelahiran kurang dari 3 tahun

dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2 (dua). Persentase ibu meninggal

yang melahirkan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun adalah 33%

dari seluruh kematian ibu, sehingga apabila program KB dapat dilaksanakan

dengan baik lagi, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah melalui

pemakaian kontrasepsi.1

Pada tahun 1966, Dewan Kependudukan mensponsori demonstrasi

proyek keluarga berencana pasca persalinan, dengan fokus utama pada negara

berkembang, dan termasuk 25 rumah sakit di 14 negara. Proyek ini


didasarkan pada asumsi bahwa perempuan yang menerima pendidikan

keluarga berencana di masa postpartum karena mereka tidak akan kembali ke

fasilitas kesehatan untuk ber-KB. Proyek percontohan ini dinyatakan sukses

mengingat kemampuan mereka untuk menjangkau sejumlah besar

perempuan, dan diperluas ke termasuk rumah sakit di 21 negara.7

Menurut BKKBN, peserta KB aktif tahun 2020 sebesar 67,6%. Angka

ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31% berdasarkan data

Profil Keluarga Indonesia tahun 2019. Berdasarkan pendataan Keluarga tahun

2020 pola pemilihan jenis alat kontrasepsi pada tahun 2020 menunjukkan

bahwa sebagian besar akseptor memilih menggunakan metode suntik sebesar

72,9%, diikuti oleh pil sebesar 19,4%. Jika dilihat dari efektivitas, kedua jenis

alat ini termasuk metode kontrasepsi jangka pendek sehingga tingkat

efektifitas dalam pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis

kontrasepsi lainnya. Pola ini terjadi setiap tahun, dimana peserta lebih banyak

memilih metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan metode kontrasepsi

jangka panjang (IUD, implan, MOW dan MOP).1

KB adalah pelayanan preventif dasar dan utama bagi seorang

perempuan8, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, dan juga

diharapkan menghasilkan penduduk berkualitas, menjadi sumber daya

manusia yang bermutu dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian KIE,


konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan

atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya

mencegah kehamilan.

Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom, pil, suntik,

pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan alat

kontrasepsi dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan vasektomi. KB

Pascapersalinan (KBPP) adalah upaya pencegahan kehamilan dengan

menggunakan metode/alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai

dengan 42 hari/6 minggu setelah melahirkan. Beberapa studi menunjukkan

pelayanan KB (termasuk KBPP) yang efektif dapat mengurangi kematian ibu

dengan cara mengurangi kehamilan dan mengurangi kelahiran risiko tinggi.2

Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan

kontrasepsi hal ini karena ketidaktahuan tentang persyaratan dan keamanan

kontrasepsi tersebut. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang

ibu dalam memilih alat kontrasepsi diantaranya adalah usia tingkat

pendidikan, ekonomi, tarif pelayanan, persetujuan pasangan, pendapat dan

pengetahuan.9 Penyuluhan tentang KB adalah pelayanan standar bagi

sebagian besar perempuan yang baru saja melahirkan. Banyak peneliti

membuktikan hasil positif terhadap pemberian penyuluhan kontrasepsi

khususnya pada ibu nifas.11

Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama

masa nifas 6-8 minggu.12 Penggunaan kontrasepi pada ibu nifas merupakan
langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan menggunakan KB setelah

melahirkan.13 Oleh karena itu peningkatan pengetahuan ibu postpartum

tentang kontrasepsi akan menentukan keinginan ibu untuk memilih

kontrasepsi yang aman. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan cara

pendekatan personal lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan yang

pada akhirnya menimbulkan keinginan ibu postpartum untuk menggunakan

kontrasepsi.10

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa mengubah atau

meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan

yang dimaksudkan dalam program KB adalah pendidikan nonformal atau

pendidikan jangka pendek, karena perubahan sikap dan perilaku dalam ber-

KB adalah cara memahami pentingnya ber-KB. Oleh sebab itu melalui

program penyuluhan Kesehatan atau KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)

dapat menembus budaya masyarakat sehingga menimbulkan kesadaran

tentang manfaat ber-KB. Guna mengatasi permasalahan diatas maka

diperlukan suatu upaya untuk memberikan konseling atau Informasi dan

Edukasi (KIE) pada setiap calon akseptor KB sebelum memutuskan pilihan

metode kontrasepsi. Calon Akseptor Harus Dibantu Dengan Alat Bantu

Pengambilan Keputusan ber-KB (ABPK) sehingga calon akseptor dapat

memilih metode kontrasepsi sesuai dengan tujuannya dan mengetahui efek

samping yang mungkin dihadapi nanti, atau dengan kata lain akseptor

memiliki kemantapan dalam menentukan pilihan alat kontrasepsi.


Memberikan pendidikan kontrasepsi sekarang dianggap sebagai komponen

standar perawatan pasca persalinan dan efektivitasnya jarang diperiksa.11

Terdapat persepsi bahwa ibu pasca persalinan mempunyai keinginan

menggunakan kontrasepsi tetapi biasanya mereka tidak akan kembali ke

fasilitas kesehatan untuk mendapatkan informasi tentang keluarga

berencana. Survei menunjukkan bahwa perempuan mungkin menginginkan

untuk mendiskusikan kontrasepsi baik sebelum ataupun setelah memiliki

anak. Meskipun demikian, dua pertiga dari ibu postpartum mungkin tidak

terpenuhi kebutuhan akan alat kontrasepsi.11

Hasil penelitian Dyah dan Retno 2015 menjelaskan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan antara kelompok diberi konseling dengan kelompok

tidak diberi konseling dengan p <0,001, serta terdapat perbedaan kemantapan

dalam pemilihan alat kontrasepsi pada calon akseptor KB antara kelompok

diberi konseling dengan kelompok tidak diberi konseling dengan p <0,001.

Penelitian ini menjelaskan bahwa pemberian penyuluhan efektif

meningkatkan pengetahuan sehingga meningkatkan penggunaan alat

kontrasepsi.15

Penelitian Yulia 2021 menjelaskan bahwa sebagian besar responden

yang paham tentang kontrasepsi implant mempunyai persepsi positif yaitu

sebanyak 140 responden (55,6 %), dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh konseling terhadap persepsi tentang kontrasepsi implant di

Puskesmas Pembantu Kelurahan Lawangan Daya Kecamatan Pademawu

Kabupaten Pamekasan.16 Sedangkan menurut Atik 2018 Berdasarkan uji


statistik menunjukkan p=0,000; yaitu p-value < 0,05 artinya pemberian

penyuluhan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan tentang kontrasepsi

IUD pada wanita usia subur (WUS).17

Ibu postpartum memerlukan pelayanan penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif, sehingga ibu postpartum dapat mengetahui berbagai

macam alat kontrasepsi dan pada akhirnya ibu postpartum dapat menentukan

alat kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Penggunaan alat kontrasepsi dapat

mempengaruhi kualitas hidup ibu postpartum dan juga meningkatkan

kesadaran bahwa setiap perempuan dapat memperoleh hak reproduksinya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan

pelayanan penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif, sesuai Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan

studi kasus untuk melihat efektifitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif terhadap ibu postpartum.

1.2 Perumusan Masalah

Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2020 adalah sebesar

271.066.366 jiwa yang menjadikan negara dengan jumlah penduduk

terbanyak ke 4 didunia, dengan kepadatan penduduk sebesar 151 jiwa per

km2 jumlah tersebut cenderung naik dibandingkan tahun 2019.

Menurut BKKBN, peserta KB aktif tahun 2020 sebesar 67,6%. Angka

ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31% berdasarkan data

Profil Keluarga Indonesia tahun 2019


Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian

KIE, konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontrasepsi,

pemasangan atau pencabutan, dan penanganan efek samping atau

komplikasi dalam upaya mencegah kehamilan

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah yang dikemukakan

diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1.2.1 Apakah ada efektifitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif terhadap ibu postpartum

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan

tentang kontrasepsi efektif terhadap ibu postpartum berdasarkan

systematic review.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif menggunakan lembar balik terhadap ibu

postpartum

b. Menganalisis efektifitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif menggunakan metode ceramah terhadap ibu

postpartum
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang sudah ada tentang

penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif terhadap ibu postpartum.

1.4.2 Manfaat Metodelogi

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya dengan variabel lain sehingga mendapatkan hasil yang lebih

mendalam dan teruji.

1.4.3 Manfaat Praktis

a. Bagi Ibu

Ibu postpartum dapat mengetahui dan mengenal berbagai macam

alat kontrasepsi, sehingga dapat memilih kontrasepsi yang tepat.

b. Instansi Pendidikan

Sebagai bentuk penerapan ilmu yang dapat digunakan tentang

efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi

efektif terhadap ibu postpartum dan juga mencapai tujuan

pembelajaran

c. Peneliti

Penerapan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang penelitian.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian melihat efektifitas penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif terhadap ibu postpartum. Sasaran penelitian ini adalah


ibu nifas, dilakukan di PMB Bd D dilaksanakan pada bulan November 2021

sampai dengan Februari 2022 dengan jumlah responden 2 orang ibu

postpartum dibagi dalam dua kelompok. Penelitian ini dilakukan dengan

metode systematic review untuk mengidentifikasi, menilai, dan

menginterpretasi seluruh temuan dan untuk menjawab pertanyaan penelitian

tentang efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi

efektif terhadap ibu postpartum. Penelitian ini dilakukan pretest sebagai

pengambilan data awal pada masing-masing kelompok terkait efektifitas

penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif dengan dua metode

berbeda yaitu kelompok pertama diberikan lembar balik dan kelompok

kedua diberikan metode ceramah. Pengukuran akhir dilakukan dengan

posttest pada subjek penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Postpartum

2.1.1 Pengertian Postpartum

Masa Postpartum (nifas) adalah masa pemulihan, dari persalinan selesai

sampai organ reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Lama postpartum

yaitu 6-8 minggu. Masa postpartum (nifas) dimulai sesudah lahirnya plasenta

dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan pra hamil.

Masa postpartum berlangsung selama kira-kira 6 minggu.18

2.1.2 Tahapan Postpartum18

1. Puerperium Dini

Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.

Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40

hari.

2. Puerperium intermedial.

Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

3.Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

2.1.3 Kebijakan Program Nasional Masa Postpartum

Kujungan nifas atau postpartum dilakukan minimal 4 kali untuk menilai

status ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi.18


a. 6-8 jam setelah persalinan

b. 6 hari setelah persalinan

c. 2 minggu setelah persalinan

d. 6 minggu setelah persalinan

Tabel 2.1 Asuhan selama kunjungan Masa Postpartum

No Waktu Asuhan
1 6-8 jam post a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh
partum karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain


perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu dan


keluarga tentang cara mencegah perdarahan
yang disebabkan atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Mengajarkan cara mempererat hubungan


antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat melalui


pencegahan hipotermi.

g. Setelah bidan melakukan pertolongan


persalinan, maka bidan harus menjaga ibu
dan bayi untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi
baru lahir dalam keadaan baik.
2 6 hari post a. Memastikan involusi uterus barjalan
partum dengan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi


dan perdarahan.

c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang


cukup.
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.

e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan


benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.

f. Memberikan konseling tentang perawatan


bayi baru lahir.
3
2 minggu post Asuhan pada 2 minggu post partum sama
partum dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6
hari post partum.
4 a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
6 minggu post ibu selama masa nifas.
partum
b. Memberikan konseling KB secara dini.

Sumber: (Kemenkes RI., 2018)

Gambar 1. Metode Kontrasepsi Postpartum


Sumber : Feby Sukma, dkk 2017

2.1.4 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua,

keluarga, pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi

kesehatan termasuk kelompok anggota masyarakat, pembuat

kebijakan, perencana kesehatan dan administrator.18

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi

kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan KB

2.2 Keluarga Berencana

2.2.1 Konsep Keluarga Berencana (KB)

KB merupakan tindakan membantu individu atau pasangan suami

istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan

kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara

kelahiran.20

Berdasarkan UU No 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah

upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,


mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan

sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

berkualitas.

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera

melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan

penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat

menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang

bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sasaran dari

program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur

yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara

penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan, dan sasaran tidak

langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola KB, dengan cara

menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan

kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang

berkualitas, keluarga sejahtera.21

2.2.2 Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Menurut Handayani (2010), ruang lingkup program Keluarga

Berencana (KB)21

a. Komunikasi informasi dan edukasi

b. Konseling

c. Pelayanan infertilitas

d. Pendidikan seks
e. Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan

f. Konsultasi genetik

2.2.3 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

yang artinya “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi artinya

pertemuan sel telur matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Oleh karena itu, sesuai maksud dan tujuan kontrasepsi,

yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan aktif melakukan

hubungan seks dan memiliki kesuburan tetapi tidak menghendaki

kehamilan.22

Kontrasepsi KB merupakan metode yang dianjurkan pemerintah

untuk mencegah terjadinya kehamilan. Untuk memperoleh hasil yang

baik diperlukan kontrasepsi yang berkualitas, agar dapat

meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual

penggunanya.21 Penggunaan kontrasepsi KB salah satunya jenis KB

hormonal. KB hormonal lebih diminati PUS, karena menurut Hartanto

(2007) dalam Pratiwi et al., (2014), bahwa KB hormonal terbukti

mampu mencegah kehamilan dengan tingkat kegagalan 0,25% dan

mudah penggunaannya.20,24

Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi:25

a. Fase Menunda Kehamilan


Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia

di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk

mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang

diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang

tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini

penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak,

serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang

disarankan adalah pil KB, AKDR.

b. Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan

Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan

jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun. Kriteria kontrasepsi yang

diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena

pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat

dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.

c. Fase Mengakhiri Kesuburan

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri

lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat

menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,

karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu

jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai


anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode

kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Macam-macam kontrasepsi menurut Atikah proverawati:26

a. Kontrasepsi Sederhana

1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang

dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang

dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah

pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan

ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran

genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita,

angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.

2) Coitus Interuptus

Coitus interuptus atau senggama terputus adalah

menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina

pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini

adalah tidak memerlukan alat/obat sehingga relatif sehat untuk

digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain,

risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.

3) KB Alami

KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa

subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk


menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender,

suhu basal, dan metode lendir serviks.

4) Diafragma

Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak

memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus

dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.

5) Spermicida

Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat

mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan

spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi

sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan

jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila

dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.

b. Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB

Pil tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan

progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon

progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi

untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,

mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk

masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.


Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektifitas pil sangat

tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,

dan 3-10% untuk mini pil.

2) Suntik KB

Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1 bulan (cyclofem)

dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara kerjanya sama dengan pil

KB. Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, depresi,

keputihan, jerawat, perubahan berat badan, pemakaian jangka

panjang bisa terjadi penurunan libido, dan densitas tulang.

3) Implant

Implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah

kulit, biasanya dilengan atas. Cara kerjanya sama dengan pil,

implant mengandung levonogestrel. Keuntungan dari metode

implant ini antara lain tahan sampai 5 tahun, kesuburan akan

kembali segera setelah pengangkatan. Efektifitasnya sangat

tinggi, angka kegagalannya 1-3%.

4) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD

AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam

rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik

(polyethyline), ada yang dililit tembaga (Cu), dililit tembaga

bercampur perak (Ag) dan ada pula yang batangnya hanya berisi

hormon progesteron. Cara kerjanya, meninggikan getaran

saluran telur sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim


endometrium belum siap menerima nidasi, menimbulkan reaksi

mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah putih yang

melarutkan blastokista, dan lilitan logam menyebabkan reaksi

anti fertilitas. Efektifitasnya tinggi, angka kegagalannya 1%.

c. Metoda Kontrasepsi Mantap (Kontap)

1) Tubektomi

Suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya

ovum dengan cara mengikat atau memotong pada kedua saluran

tuba fallopi (pembawa sel telur ke rahim), efektivitasnya

mencapai 99 %.

2) Vasektomi

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk

menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan

memotong saluran mani (vas defferent) sehingga sel sperma

tidak keluar pada saat senggama, efektifitasnya 99%.27

2.3 Penyuluhan Kesehatan

2.3.1 Pengertian Penyuluhan kesehatan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan

dengan cara menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan

keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau

dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan

serta terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.28


Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang

dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.29

2.3.2 Tujuan Penyuluhan

Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah tercapainya perubahan

perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara

kesehatan, berperan aktif mewujudkan kesehatan yang optimal sesuai hidup

sehat baik fisik, mental dan sosial. Metode yang digunakan dalam

memberikan penyuluhan adalah metode ceramah yang merupakan suatu

cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan

secara lisan kepada kelompok sasaran. Metode ceramah dapat diselingi

dengan pertanyaan- pertanyaan menggunakan alat peraga, baik langsung

maupun tiruan serta melakukan demonstrasi untuk menerangkan konsep

yang dijelaskan dan melakukan gaya ceramah yang bervariasi. Pemberian

penyuluhan tentang menarche yang dilakukan kepada anak perempuan

diharapkan memberikan pengaruh baik dan meningkatkan pengetahuan

setelah diberikan penyuluhan.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyuluhan

kesehatan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan

kesehatan (Effendy, 2003) adalah sebagai berikut :


a. Faktor pemberi penyuluhan, dalam pemberian penyuluhan dibutuhkan

persiapan, penguasaan materi, penampilan, penyampaian penyuluhan

dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.

b. Faktor sasaran, sasaran dilihat dari tingkat pendidikan, lingkungan

sosial, kebiasaan adat istiadat kebiasaan dan kepercayaan.

c. Proses dalam penyuluhan, waktu, tempat, jumlah sasaran perlu

disesuaikan dengan kegiatan penyuluhan agar proses dalam

penyuluhan berjalan dengan baik.

2.3.4 Langkah-langkah Konseling Keluarga Berencana18

Sebelum menerapkan langkah-langkah konseling KB, kon- selor

hendaknya memperhatikan beberapa sikap yang baik selama konseling, sikap

ini dikenal sebagai SOLER yaitu:

Tabel 2.2 Sikap selama konseling (SOLER)

S
Face your clients squarely (menghadap ke klien) dan
Smile/ nod at client (senyum/ mengangguk ke klien)
O
Open and non-judgemental facial expression (ekspresi
muka menunjukkan sikap terbuka dan tidak menilai)
L
Lean towards client (tubuh condong ke klien)
E
Eye contact in a culturally-acceptable manner (kontak
mata/ tatap mata sesuai cara yang diterima budaya
setempat)
R
Relaxed and friendly manner (santai dan sikap bersahabat)

Pada konseling KB terdapat enam langkah konseling yang sudah dikenal

dengan kata kunci SATU TUJU. Penerapan langkah konseling KB SATU


TUJU tersebut tidak perlu dilakukan secara berurutan karena petugas harus

menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. beberapa klien membutuhkan

lebih banyak perhatian pada langkah yang satu dibanding dengan langkah

yang lainnya. Langkah konseling KB SATU TUJU yang dimaksud adalah

sebagai berikut:

Tabel. 2.3 Langkah konseling SATU TUJU

SA SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk
membangun rasa percaya diri.

Tanyakan kepada klien apa yang dapat dibantu serta jelaskan


pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T Tanyakan pada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman KB dan kesehatan reproduksi
serta yang lainnya.

Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien. Dengan


memahami kebutuhan, pengetahuan dan keinginan klien, kita
dapat membantunya
U
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan jelaskan mengenai
kontrasepsi yang mungkin diingini oleh klien dan jenis
kontrasepsi yang ada
TU BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya.

Dorong klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan


pertanyaan. Tanggapi secara terbuka dan petugas
mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap
jenis kontrasepsi. Tanyakan apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihannya tersebut.
J
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya. Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika
diperlukan, perlihatkan alat/obat kontrasepsinya. Jelaskan
bagaimana alat/obat tersebut digunakan dan cara penggunaannya.
Lalu pastikan klien untuk bertanya atau menjawab secara terbuka.
U
Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buat
perjanjian kepada klien untuk kembali lagi melakukan
pemeriksaan lanjutan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan.

Konseling keluarga berencana dilakukan dengan menggunakan Alat Bantu

Pengambil Keputusan (ABPK). WHO mengembangkan lembar balik yang

telah diadaptasi untuk Indonesia oleh STARH untuk memudahkan konseling.

ABPK membantu petugas melakukan konseling sesuai stan- dar dengan

adanya tanda pengingat mengenai keterampilan konseling yang perlu

dilakukan dan informasi apa perlu diberikan yang disesuaikan dengan

kebutuhan klien. ABPK mengajak klien bersikap lebih partisipatif dan

membantu mengambil keputusan. Selama konseling dalam hal apapun

termasuk mengenai keluarga berencana dapat ditemukan beberapa situasi

yang dinilai sulit bagi konselor, seperti berikut:

a. Klien tidak mau berbicara

b. Klien tidak berhenti menangis

c. Petugas konseling meyakini bahwa tidak ada pe- nyelesaian bagi

masalah klien

d. Petugas konseling melakukan situasi kesalahan

e. Petugas konseling tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang

diajukan klien

f. Klien menolak bantuan petugas konseling

g. Klien tidak nyaman dengan jenis kelamin (Gender)/umur/latar

belakang/suku/adat, dan sebagainya dari petugas konseling


h. Waktu yang dimiliki petugas konseling terbatas

i. Petugas konseling tidak dapat menciptakan “rapport” (hubungan)

yang baik

j. Petugas konseling dan klien sudah saling kenal

k. Klien berbicara terus menerus dan tidak sesuai dengan pokok

pembicaraan

l. Klien menanyakan hal-hal yang sangat pribadi kepada petugas

konseling

m. Petugas konseling merasa dipermalukan dengan suatu topik

pembicaraan

n. Klien terganggu konsentrasinya karena ada orang lain di sekitarnya

o. Petugas konseling belum dikenal oleh klien

2.4 Konseling KB Pasca Salin

Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebelum mendapatkan pelayanan

kontrasepsi klien dan pasangannya harus mendapatkan informasi dari

petugas kesehatan secara lengkap, jelas, dan benar agar dapat menentukan

pilihannya dengan tepat. Pelayanan KB pasca persalinan akan berjalan

dengan baik bila didahului dengan konseling yang baik, dimana klien berada

dalam kondisi yang sehat, sadar, dan tidak dibawah tekanan ataupun tidak

dalam keadaan kesakitan.

2.4.1 Tempat dan Waktu Konseling Postpartum


Konseling pasca salin dapat dilakukan di semua tempat yang memenuhi

syarat yaitu ruangan tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan

keleluasaan dalam menyam- paikan pemikiran dan perasaan serta

memberikan raasa aman dan nyaman bagi klien.

2.4.2 Poin Kunci dalam Pelayanan KB Pasca salin

a. Tetap memperomosikan ASI eksklusif

b. Memberikan informasi tentang waktu dan jarak ke-lahiran yang baik

c. Memastikan tujuan klien berKB apakah untuk membatasi jumlah anak

atau mengatur jarak kelahiran

Dalam konseling KB pasca persalinan, informasi penting yang harus

diberikan pada umumnya meliputi:

a. efektivitas dari metode kontrasepsi

b. keuntungaan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi

c. kembalinya kesuburan setelah melahirkan

d. efek samping jangka panjang dan jangka pendek

e. gejala dan tanda yang membahayakan

f. kebutuhan untuk pencegahan terhadap infeksi menular seksual

g. waktu dimulainya kontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada:

status menyusui, metode kontrasepsi yang dipilih, dan tujuan reproduksi.


Gambar 2.2 Alogaritma pemilihan KB pasca salin

Sumber : Feby Sukma, dkk 2017

2.5 Konsep Prilaku

2.5.1 Pengertian Prilaku

Dari aspek biologis prilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh karena itu

dari segi biologis, semua makhluk hidup mempunyai aktivitas masing-

masing. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup mempunyai

bentangan kegiatan yang sangat luas, sepanjang kegiatan yang

dilakukan manusia.28
2.5.2 Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku Skiner dalam Notoatmodjo (2007),

maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta

lingkungan. Respon manusia baik bersifat pasif (pengetahuan, sikap,

dan persepsi) maupun bersifat aktif (tindakan atau praktik).

Perilaku sehat adalah pengetahuan, sikap, tindakan, proaktif untuk

memelihara dan mencegah risiko terjadinya penyakit (Depkes RI,

2003:3). Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok:

a. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (Health Maintanance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha

seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak

sakit dan usaha untuk penyembuhan bila mana sakit.

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan

Sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking

behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan

seseorang pada saat menderita atau kecelakaan (Notoatmodjo,

2007).

c. Perilaku kesehatan lingkungan


Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang

merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya

dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi

kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang

mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu

kesehatannya sendiri, keluarga atau masyarakatnya (Notoatmodjo,

2007).

2.5.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia menurut

Lawrence Green (2012) terdapat tiga faktor utama, yaitu :

a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposing factors), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai,

dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan,

alat-alat steril dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor), yang terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo,2007).

2.5.4 Determinan Perilaku


Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi

pendidikan membagi perilaku manusia kedalam tiga ranah atau

kawasan, yaitu kognitif, afektif, psikomotor yang dijelaskan sebagai

berikut:

a. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah apa yang

diketahui oleh seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara

formal maupun informal. Menurut teori Green menjelaskan bahwa

pengetahuan merupakan faktor awal dari suatu perilaku yang

diharapkan dan pada umumnya berkorelasi positif dengan perilaku.

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai

hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan

kesehatan. Selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh pada

meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

(outcame) pendidikan kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:106).

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb,

salah seseorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi


tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku

kesehatan, sikap positif seseorang akan menghasilkan perilaku

kesehatan yang positif pula.

Tingkatan suatu sikap :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang tersebut mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.

3) Menghargai (valving)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.6 Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian


Penelitian
Penelitian
1 eksperimen
Cia Aprilianti, Konseling dengan Hasil penelitian
Herlinadiyaning Dengan Alat rancangan A menunjukkan bahwa
sih Bantu Controlled ada Berdasarkan jenis
Pengambilan Trial konseling (dengan
Keputusan ABPK dan tanpa
Menggunakan ABPK) postpartum,
KB Pada Ibu pemilihan kontrasepsi
Hamil hormonal pada
Terhadap konseling tanpa
Pilihan ABPK sebesar 62%.
Kontrasepsi Odd memilih
Post Partum kontrasepsi hormonal
pada responden
dengan konseling
tanpa ABPK 2,99 kali
atau dapat dikatakan
konseling tanpa
ABPK memiliki risiko
2,99 kali
(95%CI=1,51-5,9)
untuk memilih
kontrasepsi hormonal.
Hasil menunjukkan
ada hubungan
signifikan secara
statistik antara
konseling ABPK
dengan pemilihan
kontrasepsi
postpartum. Usia,
jumlah anak dan
paritas terbukti
mempengaruhi
pemilihan jenis
kontrasepsi pada ibu
postpartum.
2 Dian Herawati, Penelitian Hasil uji statistic
Siswanto Agus Pengaruh Eksperimenta didapatkan bahwa
Wilopo, Konseling l dengan Proporsi penggunaan
Mohammad Keluarga Randomized kontrasepsi
Hakimi Berencana Controlled postpartum lebih
Menggunakan Trials besar pada kelompok
Alat Bantu intervensi daripada
Pengambilan
kelompok kontrol
Keputusan
dengan perbedaan
Pada Ibu
Hamil persentase 61%.
Terhadap Konseling yang
Penggunaan digunakan DMT pada
Kontrasepsi wanita hamil memiliki
pengaruh yang
Pasca signifikan terhadap
Persalinan: penggunaan
Randomized kontrasepsi
Controlled postpartum (p <0,05)
Trials sedangkan usia,
paritas, pendidikan,
komunikasi pasangan
dan paparan
informasi tidak
menunjukkan
pengaruh yang
signifikan terhadap
penggunaan
kontrasepsi
postpartum.
3 Vera Suzana Konseling Quasi Hasil penelitian
Dewi Haris KB eksperimen terdapat perbedaan
Menggunakan dengan pengetahuan dan sikap
Flashcard desain tentang KB sebelum
terhadap penelitian dan sesudah
Peningkatan one group pemberian konseling
Pengetahuan, pretest- KB pascasalin IUD
Sikap dan posttest dan MOW dengan
Keikutsertaan design menggunakan flash
Kontrasepsi card (p=0,000),
IUD dan terdapat hubungan
MOW pengetahuan dan sikap
Pascasalin ibu pascasalin tentang
KB sesudah
pemberian konseling
KB menggunakan
flash card dengan
keikutsertaan
kontrasepsi IUD dan
MOW pascasalin
(nilai p=0,001 dan
0,000) dan terdapat
korelasi antara
peningkatan
pengetahuan dan sikap
terhadap keikutsertaan
kontrasepsi IUD dan
MOW pascasalin
dengan dengan nilai
p=0,002 dan 0,001
dengan keeratan
lemah dan cukup

4 Fendriyanti Pengaruh Pre Hasil penelitian


Gobel Pemberian eksperimen menunjukkan bahwa
Konseling ada pengaruh
Dengan Alat pemberian konseling
Bantu dengan ABPK
Pengambilan terhadap pemilihan
Keputusan alat kontrasepsi pada
Terhadap ibu pasca salin di
Pemilihat RSTN Kabupaten
Alat Boalemo Hal ini
Kontrasepsi terbukti dari analisis
Pada Ibu statistic dengan
Pasca Salin menggunakan uji chi
Di Rstn squere test diperoleh
Boalemo hasil uji chi square
diketahui nilai p-
value= 0,037 < 0,05.

Dari penelitian-penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penyuluhan

kesehatan Efektif terhadap sikap ibu postpartum menggunakan kontrasepsi.

2.7 Kerangka Teori

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat kerangka kerja

penelitian mengenai “Efektivitas Pemberian Penyuluhan Kesehatan

Tentang Kontrasepsi Efektif Terhadap Ibu Postpartum Tahun 2021.”

Sikap Ibu Postpartum


Penyuluhan Kontrasepsi Menggunakan Kontrasepsi
Gambar 2.3 Kerangka Teori
BAB III

PROSEDUR ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah study case literatur review yaitu

serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data

pustaka, membaca dan mencatat, serta jenis penelitian yang digunakan adalah

study case literature review yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan

dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta

mengolah bahan penelitian. Study case literatur review digunakan untuk

mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan dengan Efektivitas

Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Kontrasepsi Efektif Terhadap Ibu

Postpartum yang didapat dari buku teks, jurnal yang diperoleh melalui

internet maupun pustaka lainnya dan mengeksplorasi masalah asuhan

kebidanan pada ibu postpartum dengan sikap menggunakan kontrasepsi.

Pengumpulan data menggunakan lembar balik terkait kontrasepsi.

3.2 Sasaran Kegiatan Asuhan Kebidanan

Kegiatan ini dilaksanakan pada ibu postpartum di. PMB Bd. D

Kabupaten Cianjur Tahun 2021. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah

ibu postpartum yang beredia dijadikan responden penelitian.

3.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Asuhan Kebidanan

Penelitian ini dilakukan di PMB Bd. D Kabupaten Cianjur Tahun 2021.

3.4 Definisi Istilah


No Variabel Definisi
1 Penyuluhan Kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara
menyebarkan informasi-informasi pesan,
menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya
dengan kesehatan serta terjadi peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Penyuluhan
dilakukan oleh bidan dengan menggunakan lembar
balik pada responden 1 dan metode standar
(ceramah) pada responden 2
2 Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi.
Kontra yang artinya “melawan” atau “mencegah”,
sedangkan konsepsi artinya pertemuan sel telur
matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi KB merupakan metode
yang dianjurkan pemerintah untuk mencegah
terjadinya kehamilan.
3 Postpartum Masa postpartum (nifas) dimulai sesudah lahirnya
plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi
kembali seperti keadaan pra hamil. Masa
postpartum berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

3.5 Instrumen Kegiatan Asuhan

Instrument pada kasus ini menggunakan kuesioner untuk melihat sikap

ibu nifas tersebut menggunakan kontrasepsi setelah dilakukan penyuluhan

kesehatan tentang kontrasepsi efektif. Kuesioner pada penelitian ini dibuat

dalam bentuk pernyataan untuk melihat sikap ibu postpartum berkaitan

Efektivitas Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Kontrasepsi Efektif.

Kuesioner pada penelitian ini menggunakan skala likert dimana SS = Sangat

setuju diberi nilai 4, S = Setuju diberi nilai 3, TS = Tidak Setuju diberi nilai 2,

STS = Sangat Tidak Setuju diberi nilai 1.


3.6 Prosedur Pelaksanaan Kegiatan Asuhan Kebidanan

3.6.1 Peneliti menetapkan responden. Responden merupakan ibu

postpartum yang melakukan kunjungan nifas di PMB Bd. D dan

belum menggunakan kontrasepsi apapun.

3.6.2 Peneliti memberikan penjelasan kepada ibu postpartum terkait dengan

intervensi yang akan diberikan kepadanya. Apabila ibu postpartum

bersedia dijadikan responden penelitian, maka ibu postpartum

diwajibkan untuk mengisi informed consent terkait persetujuan

dijadikan responden.

3.6.3 Peneliti menentukan responden yang akan mendapatkan intervensi

yang berasal dari daftar kunjungan nifas. Penetapan tersebut dilakukan

secara acak.
BAB IV
STUDI KASUS

4.1 Responden I
4.1.1 Kunjungan Pertama

No. Registrasi : 0433/12-2021


Tanggal Pengkajian : 30 Desember 2021
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : PMB Bidan Dewi
Pengkaji : N. Dewi Rusmiati

A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 23 tahun Umur : 23 tahun
Suku/kebangsaan : Sunda Suku/kebangsaan : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Karyawan
Swasta
Alamat rumah : Cianjur

1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada masalah


2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : PMB
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan
- Dipimpin Meneran : 23 menit
- Kala I : 8 jam 45 menit
- Kala II : 55 menit
- Kala III : 7 menit
e. Ketuban pecah pukul : 10.00 WIB
f. Amniotomi : Pecah spontan
g. Banyak air ketuban : 510 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada
i. Plasenta
- Lahir spontan : Ya
- Dilahirkan dengan indikasi : Ya Lengkap, ukuran : Normal
- Kelainan : Tidak ada
- Panjang talipusat : Normal
- Kelainan : Tidak ada
- Sisa plasenta : Tidak ada
j. Perineum
- Utuh : Ya
- Robekan : Tidak
- Episiotomi : Tidak
- Anastesi :-
- Jahitan dengan :-
k. Perdarahan
- Kala I : 25 ml
- Kala II : 20 ml
- Kala III : 320 ml
- Kala IV : 55 ml
- Selama operasi :-
l. Tindakan lain : Tidak ada
m. Bayi
- Lahir pukul : 10.55 WIB
- BB : 3100 gr
- PB : 48 cm
- Nilai Apgar : 6/9
- Cacat bawaan : Tidak
- Masa gestasi : 38 mg
n. Komplikasi
- Kala I : Tidak ada
- Kala II : Tidak ada
o. Air ketuban banyaknya : Normal Warna : Jernih keruh

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda – tanda vital :
- Tekanandarah : 110/70 mmHg
- Nadi : 82 x/i
- Suhu tubuh : 36.5 oC
- Pernapasan : 20 x/i
2. PemeriksaanFisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Ada kolostrum
- Puting susu : Menonjol
- Benjolan : Tidak ada
- Konsistensi : Tidak ada
b. Uterus
- TFU : tidak teraba di atas simfisis pubis
- Kontraksi uterus : Baik
- Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Serosa
- Bau : Khas
- Jumlah : Normal
d. Perineum : Utuh
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada
3. PemeriksaanPenunjang
- HB : Tidak dilakukan
- Protein urin : Tidak dilakukan
- Glukosa urin : Tidak dilakukan
- Golongan darah : Tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA : P1A0 Post partum 2 minggu


D. PENATALAKSANAAN :
1. Melakukan informed consent terkait asuhan dan penelitian yang dilakukan.
Evaluasi : Pasien bersedia menjadi responden penelitian dan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaaan fisik pada ibu
2. Mengingatkan ibu untuk menjaga protokokol kesehatan dengan
menggunakan masker dan mencuci tangan. Bidan menggunakan gown dan
masker, sebelum melakukan pemeriksaan mencuci tangan terlebih dahulu.
Evaluasi : Ibu bersedia menggunakan masker dan bidan telah
menggunakan gown serta masker. Pemeriksaan fisik pada ibu nifas sudah
dilakukan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan
bahwa keadaan umum ibu secara keseluruhan baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisinya saat ini dan merasa senang
mendengarnya.
4. Melakukan pretest terkait efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan
tentang kontrasepsi efektif ibu dengan menggunakan lembar kuesioner
yang berisi 25 pernyataan terkait perawatan masa nifas.
Evaluasi : Pasien telah melakukan pretest terkait efektivitas
pemberian penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif.
5. Memberikan pendidikan kesehatan terkait efektivitas pemberian
penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif menggunakan lembar
balik yang berisi informasi terkait kontrasepsi efektif pada ibu postpartum.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh bidan,
ibu merasa senang karena mendapat lembar balik dari bidan sehingga
informasi yang tadi sudah disampaikan bisa dipelajari kembali dengan
membaca lembar balik yang diberikan.
6. Memberitahukan dan menjelaskan tanda-tanda bahaya post partum seperti
demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang hebat,
bendungan pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu menemukan salah
satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu atau suami harus segera
memberitahu atau menghubungi petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh petugas dan
akan berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan apabila ibu mengalami
tanda-tanda diatas.
9. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu
kemudian tanggal 06 Januari 2022.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk dikunjungi Kembali pada waktu yang
sudah ditetapkan.
10. Melakukan Pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan

Cianjur, 30 Desember 2021


Pengkaji,

(N. Dewi Rusmiati)


4.1.2Kunjungan Kedua
No. Registrasi : 0480/01-2022
Tanggal Pengkajian : 06 Januari 2022
Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. A
Pengkaji : N. Dewi Rusmiati

A. DATA SUBYEKTIF
Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada masalah yang berarti,
hanya saja mengeluh kurang tidur karena bayi rewel.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda – tanda vital :
- Tekanan darah : 120/70 mmHg
- Nadi : 82 x/i
- Suhu tubuh : 36.5 oC
- Pernapasan : 21 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Ada kolostrum
- Puting susu : Menonjol
- Benjolan : Tidak ada
- Konsistensi : Tidak ada
b. Uterus
- TFU : tidak teraba di atas simfisis
- Kontraksi uterus : Baik
- Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Alba
- Bau : Khas
- Jumlah : Normal
d. Perineum : Utuh
e. Kandung kemih : Kosong

f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada

3. PemeriksaanPenunjang
- HB : Tidak dilakukan
- Protein urin : Tidak dilakukan
- Glukosa urin : Tidak dilakukan
- Golongan darah : Tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA : P1A0 Post partum 3 minggu dengan keadaan


baik

D. PENATALAKSANAAN :
1. Melakukan informed consent terkait asuhan dan penelitian yang
dilakukan.
Evaluasi : Pasien bersedia menjadi responden penelitian dan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaaan fisik pada ibu
2. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga protokokol kesehatan
dengan menggunakan masker dan mencuci tangan. Bidan
menggunakan gown dan masker, sebelum melakukan pemeriksaan
mencuci tangan terlebih dahulu.
Evaluasi : Ibu bersedia menggunakan masker dan bidan sudah
menggunakn gown serta masker. Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
sudah dilakukan.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan petugas
4. Melakukan postest terkait efektivitas pemberian penyuluhan
kesehatan tentang kontrasepsi efektif ibu menggunakan lembar
kuesioner yang berisi 25 pernyataan terkait perawatan masa nifas.
Evaluasi : Pasien sudah diobservasi terkait perawatan masa nifas
5. Memberikan pendidikan kesehatan terkait efektivitas pemberian
penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif menggunakan
lembar balik yang berisi informasi terkait kontrasepsi efektif pada ibu
postpartum.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh bidan,
ibu merasa senang karena mendapat lembar balik dari bidan dan ibu
sudah mempelajari informasi terkait kontrasepsi pada lembar balik
tersebut.
6. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda bahaya post partum
seperti demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang
hebat, bendungan pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu
menemukan salah satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu
atau suami harus segera memberitahu atau menghubungi petugas
kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh petugas dan
akan berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan apabila ibu
mengalami tanda-tanda diatas.
11. Melakukan Pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan
Cianjur, 06 Januari 2022

Pengkaji,

(N. Dewi Rusmiati)


4.2 Responden 2 Kunjungan Pertama
No. Registrasi : 0011/01-2022
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2022
Waktu Pengkajian : 08.00 WIB
TempatPengkajian : PMB Bidan Dewi
Pengkaji : N. Dewi Rusmiati

A. DATA SUBYEKTIF
BIODATA
Nama : Ny. H Nama Suami : Tn. A
Umur : 25 tahun Umur : 28
Suku/kebangsaan : Sunda Suku/kebangsaan : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat rumah : Cianjur
1. Keluhan Utama : Ibu mengatakan tidak ada masalah
2. Riwayat Persalinan
a. Tempat melahirkan : PMB
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Jenis persalinan : Spontan
d. Lama persalinan
- Dipimpin Meneran : 1 jam 21menit
- Kala I : 5 jam menit
- Kala II : 1 jam menit
- Kala III : 15 menit
e. Ketuban pecah pukul : 20.00 WIB
f. Amniotomi : Tidak (spontan)
g. Banyak air ketuban : 500 cc
h. Komplikasi dalam persalinan : Tidak ada
i. Plasenta
Lahir spontan : Ya
Dilahirkan dengan indikasi : Ya Lengkap, ukuran : Normal
Kelainan : Tidak ada
Panjang tali pusat : Normal
Kelainan : Tidak ada
Sisa plasenta : Tidak ada
j. Perineum
Utuh : Tidak
Robekan : Ada
Episiotomi : Tidak
Anastesi : Ya
Jahitan dengan : Utuh
k. Perdarahan
1) Kala I : 25 ml
2) Kala II : 20 ml
3) Kala III : 250 ml
4) Kala IV : 50 ml
5) Selama operasi :-
l. Tindakan lain : Tidak ada
m. Bayi
1) BB : 3200 gr
2) PB : 51 cm
3) Nilai Apgar : 6/9
4) Cacat bawaan : Tidak
5) Masa gestasi : 38 mg
n. Komplikasi
1) Kala I : Tidak ada
2) Kala II : Tidak ada
o. Air ketuban banyaknya : Normal Warna : Jernih keruh

B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional : Stabil
c. Tanda – tanda vital :
1) Tekanandarah : 120/70 mmHg
2) Nadi : 82 x/i
3) Suhu tubuh : 36.5 oC
4) Pernapasan : 20 x/i
2. PemeriksaanFisik
a. Payudara
1) Pengeluaran : Ada kolostrum
2) Puting susu : Menonjol
3) Benjolan : Tidak ada
4) Konsistensi : Tidak ada
b. Uterus
1) TFU : Tidak teraba di atas sympisis
2) Kontraksi uterus : Baik
3) Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
1) Warna : Alba
2) Bau : Khas
3) Jumlah : Normal
4) Konsistensi : Encer dan sedikit menggumpal
d. Perineum : Tidak ada luka jahitan
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
1) Oedema : Tidak ada
2) Kemerahan : Tidak ada
3) Tanda Homan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
1) HB : Tidak dilakukan
2) Protein urin : Tidak dilakukan
3) Glukosa urin : Tidak dilakukan
4) Golongan darah : Tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA : P1A0 Post partum 2 hari


D. PENATALAKSANAAN :
1. Menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga
Evaluasi : Bidan menjalin hubungan baik dengan ibu dan keluarga
baik
2. Melakukan informed consent terkait asuhan dan penelitian yang dilakukan.
Evaluasi : Pasien bersedia menjadi responden penelitian dan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaaan fisik pada ibu
3. Mengingatkan ibu untuk menjaga protokokol kesehatan dengan
menggunakan masker dan mencuci tangan. Bidan menggunakan gown dan
masker, sebelum melakukan pemeriksaan mencuci tangan terlebih dahulu.
Evaluasi : Ibu bersedia menggunakan masker dan bidan sudah
menggunakn gown serta masker. Pemeriksaan fisi pada ibu nifas sudah
dilakukan.
4. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang didapatkan
bahwa keadaan umum ibu secara keseluruhan baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui kondisinya saat ini dan merasa senang
mendengarnya.
5. Melakukan terkait efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang
kontrasepsi efektif ibu dengan menggunakan lembar kuesioner yang berisi
25 pernyataan terkait perawatan masa nifas.
Evaluasi : Pasien telah mengisi kuesioner
6. Memberikan pendidikan kesehatan terkait macam-macam kontrasepsi,
kekurangan kontrasepsi dan lain-lain.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh bidan
7. Memberitahukan dan menjelaskan tanda-tanda bahaya post partum seperti
demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang hebat,
bendungan pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu menemukan salah
satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu atau suami harus segera
memberitahu atau menghubungi petugas kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh petugas dan
akan berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan apabila ibu mengalami
tanda-tanda diatas.
12. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu
kemudian tanggal 17 Januari 2022.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk dikunjungi kembali pada waktu yang
sudah ditetapkan.
13. Melakukan Pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan

Cianjur, 10 Januari 2022

Pengkaji,

(N. Dewi Rusmiati)


4.1.3Kunjungan Kedua

No. Registrasi : 011/01-2022


Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2022
Waktu Pengkajian : 07.00 WIB
TempatPengkajian : Rumah Ny. H
Pengkaji : N. Dewi Rusmiati

A. DATA SUBYEKTIF
Keluhan Utama : Ibu mengatakan kondisinya baik tidak ada
masalah
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Keadaan emosional: Stabil
c. Tanda – tanda vital :
- Tekanandarah : 110/70 mmHg
- Nadi : 80 x/i
- Suhu tubuh : 36.6 oC
- Pernapasan : 22 x/i
2. PemeriksaanFisik
a. Payudara
- Pengeluaran : Ada kolostrum
- Puting susu : Menonjol
- Benjolan : Tidak ada
- Konsistensi : Tidak ada
b. Uterus
- TFU : Tidak teraba di atas sympisis
- Kontraksi uterus : Baik
- Posisi uterus : Normal
c. Pengeluaran lochea
- Warna : Alba
- Bau : Khas
- Jumlah : Normal
- Konsistensi : Encer dan sedikit menggumpal
d. Perineum : Utuh
e. Kandung kemih : Kosong
f. Ekstremitas
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Tanda Homan : Tidak ada
3. Pemeriksaan Penunjang
- HB : Tidak dilakukan
- Protein urin : Tidak dilakukan
- Glukosa urin : Tidak dilakukan
- Golongan darah : Tidak dilakukan

C. ANALISIS DATA : P1A0 Post partum 3 minggu dengan kondisi


baik

D. PENATALAKSANAAN :
1. Membina hubungan baik dengan ibu
Evaluasi : Bidan dan pasien menjalin hubungan yang baik
2. Melakukan informed consent terkait asuhan dan penelitian yang
dilakukan.
Evaluasi : Pasien bersedia menjadi responden penelitian dan
bersedia untuk dilakukan pemeriksaaan fisik pada ibu
3. Mengingatkan ibu kembali untuk menjaga protokokol kesehatan
dengan menggunakan masker dan mencuci tangan. Bidan
menggunakan gown dan masker, sebelum melakukan pemeriksaan
mencuci tangan terlebih dahulu.
Evaluasi : Ibu bersedia menggunakan masker dan bidan sudah
menggunakn gown serta masker. Pemeriksaan fisik pada ibu nifas
sudah dilakukan.
4. Memberitahukan ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang
didapatkan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan petugas
5. Melakukan postest terkait efektifitas kontrasepsi efektif menggunakan
lembar kuesioner yang berisi 25 pernyataan terkait perawatan masa
nifas. Evaluasi : Pasien sudah diobservasi terkait perawatan masa
nifas.
6. Memberikan pendidikan kesehatan terkait macam-macam
kontrasepsi, kekurangan kontrasepsi dan lain-lain.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang disampaikan oleh bidan,
7. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda-tanda bahaya post partum
seperti demam tinggi, perdarahan yang banyak, sakit kepala yang
hebat, bendungan pada ASI/bengkak pada payudara, bila ibu
menemukan salah satu tanda dan gejala yang sudah disebutkan, ibu
atau suami harus segera memberitahu atau menghubungi petugas
kesehatan.
Evaluasi : Ibu mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh petugas dan
akan berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan apabila ibu
mengalami tanda-tanda diatas.
8. Melakukan Pendokumentasian
Evaluasi : Pendokumentasian sudah dilakukan

Cianjur, 17 Januari 2022


Pengkaji,

(N. Dewi Rusmiati)


BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diatas didapatkan bahwa yang dilakukan

terhadap ibu nifas terkait efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif mengalami kenaikkan nilai pada ressponden 1 dengan hasil

pretest 56 sementara posttest 96, sedangkan pada respoden 2 didapatkan hasil

pretest 57 dan posttest 79.

Hasil penelitian tersebut dapat menjelaskan bahwa terdapat kenaikan akan

sikap ibu postpartum dalam efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif. Pemilihan kontrasepsi pada postpartum tentunya dipengaruhi

oleh berbagai hal, salah satunya dengan pengetahuan yang didapatkan ibu

postpartum tentang pemahaman akan konep Keluarga Berencana, jenis-jenis

metode kontrasepsi dan informasi lainnya berkaitan dengan kontrasepsi.

Berdasarkan hal tersebut, dengan meningkatnya pengetahuan berasal dari

penyuluhan kesehatan menyebabkan peningkatan sikap positif terhadap

efektivitas pemberian penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif.

Responden 1 yang diberikan intervensi penyuluhan kesehatan tentang

kontrasepsi efektif ditambah dengan menggunakan lembar balik memiliki

kenaikan nilai sebesar 40 dari 56 menjadi 96. Sementara responden 2 yang

diberikan intervensi penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif tanpa

menggunakan lembar balik memiliki kenaikan nilai sebesar 22 dari 57 menjadi

79. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dian (2018) kelompok yang diberi

edukasi melalui ABPK memiliki proporsi penggunaan kontrasepsi postpartum


lebih besar pada kelompok intervensi daripada kelompok kontrol dengan

perbedaan persentase 61%. Konseling yang digunakan ABPK pada wanita hamil

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan kontrasepsi

postpartum.33

Penelitian lain menurut Cia dan Herlinadiyaninsih (2018) menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konseling menggunakan APBK

(lembar balik) dengan pemilihan kontrasepsi postpartum dengan hasil statistik

berdasarkan jenis konseling dengan ABPK dan tanpa ABPK, pemilihan

kontrasepsi hormonal pada konseling tanpa ABPK sebesar 62%. Odd memilih

kontrasepsi hormonal pada responden dengan konseling tanpa ABPK 2,99 kali

atau dapat dikatakan konseling tanpa ABPK memiliki risiko 2,99 kali

(95%CI=1,51-5,9) untuk memilih kontrasepsi hormonal. Hasil menunjukkan ada

hubungan signifikan secara statistik antara konseling ABPK dengan pemilihan

kontrasepsi postpartum.32

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan

cara menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.28

Tujuan dari penyuluhan kesehatan adalah perubahan sikap yang berkaitan

dengan kesehatannya sehingga memiliki kesehatan yang optimal baik dari segi

fisik dan mental. Melalui penyuluhan kesehatan, pengetahuan individu akan

meningkat dan menghasilkan sikap positif akan suatu hal, sehingga pada akhirnya
dapat meningkatkan dan memelihara derajat kesehatannya. Efektifitas pemberian

penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif diharapkan dapat meningkatkan

derajat kesehatan ibu postpartum dalam hal meningkatkan hak kontrasepsinya.


BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas pemberian

penyuluhan kesehatan tentang kontrasepsi efektif menggunakan lembar balik

pada ibu postpartum di PMB Bidan D Tahun 2022 dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

6.1.1 Terdapat 14 ibu nifas yang lahir di PMB Bidan D Bulan Desember

Tahun 2021.

6.1.2 Responden 1 diberikann pendidikan kesehatan menggunakan lembar

balik dengan nilai pretest 56 dan posttest 96

6.1.3 Responden 2 diberikan pendidikan kesehatan dengan penyuluhan

tanpa media dengan nilai pretest 57 dan posttest 79.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi Universitas Indonesia Maju

Diharapkan penelitian ini menghasilkan metode baru

sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

penelitian lebih lanjut.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan

kemampuannya dari seminar-seminar dan pelatihan yang berkaitan

dengan kebidanan sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang

diberikan pada klien.


6.2.3 Bagi Peneliti

Diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu dari bangku

perkuliahan dan untuk meningkatkan kemampuan melakukan

penelitian serta penulisan penulisan ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan. (2021). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta :


Kementrian Kesehatan.
2. BKKBN. (2020). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Jakarta : BKKBN. diakses dari www.bkkbn.go.id
3. Kementerian Kesehatan RI. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI. Jakarta : Kementerian Kesehatan.
4. Omrana Pasha, Shivaprasad S. Goudar et. Al. (2015). Postpartum
contraceptive use and unmet need for family planning in five low-income
countries. Reproductive Health, 12, 2, 6 2015.
5. Ratnaningsih, E. (2018). Analisis dampak unmet need Keluarga Berencana
terhadap kehamilan tidak diinginkan di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang. Jurnal Kebidanan, 7 (2), 80-94.
https://doi.org/10.26714/jk.7.2.2018.80-94
6. Farrer, Helen. (2001). Perawatan Maternitas Edisi 2 . Jakarta :EGC.
7. Lopez, L.M., (2015), Education for contraceptive use by women after
childbirth, The Cochrane Library
8. Ardiansyah, dkk. (2005), Pembinaan Keluarga Berencana, Jakarta : FKUI
9. Handayani, Desy. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu dalam
Pengambilan Keputusan Memilih Alat Kontrasepsi dalam Rahi (AKDR) di
Wilayah Bidan Praktik Swasta Titik Sri Suparti Boyolali. Jurnal
KESMADASKA Vol.1,No.1 hlm.1-85, Diakses 18 Desember 2018.
10. Theresia Mindarsih. (2019). faktor konseling dan pengetahuan yang
mempengaruhi ibu postpartum dalam menggunakan
metode kontrasepsi di Kota Kupang. CHMK Midwifery Scientific Journal
Volume 2, Nomor 2 April 2019
11. SisterSong and National Women’s Health Network. (2021) Long-acting
reversible contraception statement of principles
12. Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
13. Kementrian kesesehatan RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
14. Mujiati I, (2013). Pelayanan KB Pasca Persalinan dalam Upaya Mendukung
Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu. Buletin Jendela Data Informasi
dan Kesehatan. Volume 2. Semester 2. 11-16.
15. Dyah Retnani Basuki, Retno Soesilowati. (2015). Pengaruh Pengetahuan
Mengenai Program Kb Terhadap Kemantapan Pemilihan Alat Kontrasepsi Di
Rsia Aprillia Cilacap. Sainteks, Volume XII No 2, Oktober 2015
16. Yulia Paramita Rusady Zulaikha. (2021). Pengaruh Konseling Terhadap
Persepsi Tentang Kontrasepsi Implan Di Pustu Lawangan Daya Pademawu
Pamekasan. Urnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan Vol.12 No.2 (2021)
432-440
17. Atik Ismiyati. (2018) Efektivitas Penyuluhan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Kontrasepsi IUD Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume
VI, Nomor 1, Maret 2018
18. Feby Sukma,dkk. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
19. Kemenkes RI. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: Kemenkes
RI.2018
20. Hartanto, Hanafi, (2007), Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
21. Handayani, Sri. (2010), Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
22. Kemenkes, RI. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Kemenkes RI.
23. Notoatmodjo. (2008). Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta
24. Pratiwi et.,al. (2014). Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Suntik DMPA dengan Peningkatan Berat Badan di Puskesmas Lapai Kota
Padang
25. Pinem, S., (2009), Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta: Trans
Info Media
26. Proverawati Atikah dkk. (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta:
Numed.
27. Suratun; Maryani, S; Hartini; dkk. (2008). Pelayanan keluarga berencana dan
pelayanan kontrasepsi. Cetakan pertama. Jakarta : Trans Info media
28. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
29. Machfoedz I, et al. (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi
Kesehatan edisi ke-1. Yogyakarta: Fitramaya
30. Effendy N. (2003). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Edisi.
Ke-2. Jakarta: EGC
31. World Health Organization, (2016). Family Planning. www.who.com.
Diakses pada tanggal 19 Januari 2016
32. Cia Aprilianti, Herlinadiyaningsih. (2018). Konseling Dengan Alat Bantu
Pengambilan Keputusan Menggunakan KB Pada Ibu Hamil Terhadap Pilihan
Kontrasepsi Post Partum. Jurnal Buletin Media Informasi Kesehatan, Volume
14 Nomor 2 Tahun 2018
33. Dian Herawati, Siswanto Agus Wilopo, Mohammad Hakimi. (2018).
Pengaruh Konseling Keluarga Berencana Menggunakan Alat Bantu
Pengambilan Keputusan Pada Ibu Hamil Terhadap Penggunaan Kontrasepsi
Pasca Persalinan: Randomized Controlled Trials. Berita Kedokteran
Masyarakat, Volume 34 No. 11 Tahun 2018
Lampiran 1

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat:

Dengan ini menyatakan kesediaan untuk menjadi responden penelitian dengan

judul Efektifitas Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Kontrasepsi

Efektif, dan telah mendapatkan penjelasan akan penelitian, serta sewaktu-waktu

dapat mengundurkan diri dari responden penelitian ini.

Demikian surat pernyataan kesediaan menjadi responden ini, dengan sadar dan

tanpa paksaan dari siapapun.

Peneliti, Jakarta, 2022


Yang Menyatakan

(N. Dewi Rumiati) (…………………………….)


Lampiran 2

INSTRUMEN PENELITIAN
Efektifitas Pemberian Penyuluhan Kesehatan Tentang Kontrasepsi Efektif

Kode Responden :
Tanggal :
Petunjuk pengisian :
Berikat tanda () pada pernyataan yang sesuai dengan Anda!
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Pasangan usia subur adalah sepasang
suami dan istri umur antara 25-35 tahun,
atau istri kurang dari 15 tahun tapi sudah
mentruasi dan istri lebih dari 50 tahun tapi
masih menstruasi
2 Setiap pasangan usia subur harus mengatur
kehamilan dengan jarak kelahiran adalah
2-4 tahun.
3 Kontrasepsi adalah cara untuk
menjarangkan kehamilan
4 Setiap pasangan harus menunda kehamilan
apabila istrinya belum mencapai usia 20
tahun
5 Syarat kontrasepsi adalah cara kerja
kontrasepsi dapat diatur menurut keinginan
ibu dan suami
6 Setiap pasangan memerlukan konseling
KB supaya dapat memilih metode
kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhannya (efektif)
7 Kontrasepsi Pil progestin dapat digunakan
ibu setelah 6 minggu setelah bersalin
asalkan ibu memberikan ASI Eksklusif
atau hampir ekslusif
8 KB pasca persalinan adalah kontrasepsi
yang diberikan setelah ibu bersalin sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi ibu
9 KB Suntik kombinasi merupakan jenis
metode KB hormonal
10 Penggunaan KB Pil dengan cara
mengkonsumsi Pil diminum setiap hari
11 KB Suntik itu terbagi menjadi 2 antara lain
KB suntik 1 bulan dan KB Suntik 3 bulan
12 Pemasangan KB Implan dengan cara
dimasukkan di bawah kulit bagian lengan
13 Kondom merupakan jenis metode
kontrasepsi non hormonal
14 Mekanisme kontrasepsi kondom adalah
menghalangi pertemuan sperma dengan sel
telur, dipasang pada penis sehingga sperma
tidak masuk ke organ reproduksi wanita
15 Kontrasepsi senggama terputus adalah cara
tradisional, dimana suami mengeluarkan
alat kelaminnya sebelum ejakulasi
16 Kontrasepsi Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi
yang dimasukkan ke dalam uterus.
17 Kontrasepsi Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR) merupakan salah satu
jenis kontrasepsi yang dapat digunakan
untuk waktu yang lama
18 Cara pemakaian kontrasepsi suntik
bulanan yaitu dengan cara suntikan
didaerah bokong
19 Efektifitas dari kontrasepsi Pil tergantung
pada kemampuan istri dalam
mengkonsumsi Pil setiap hari
20 Kontrasepsi Suntik 1 bulan memiliki
peraturan waktu melakukan suntuk
berikutnya yaitu 7 hari ebelum atau
sesudah dari jadwal suntik yang
ditetapkan.
21 Kontrasepsi suntik dapat meningkatkan
berat badan istri
22 Penggunaan kondom hanya untuk satu
kali, tidak bisa digunakan ulang
23 Jangka pemakaian IUD copper T
dianjurkan 10 tahun
24 Salah satu kelebihan menggunakan IUD
copper T adalah dapat mencegah
terjadinya kanker endometri
25 Penggunaan IUD setelah melahirkan dapat
digunakan 48 jam sesudah melahirkan atau
4 minggu atau lebih setelah melahirkan

Anda mungkin juga menyukai