Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E PADA REMAJA

DENGAN DISMINORE

Studi Kasus Pada Remaja di PMB Rini Kurniasari

USULAN STUDY CASE LITERATURE REVIEW (SCLR)


Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Profesi Bidan di
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Oleh:

RINI KURNIASARI
NPM: 19210200080

PROGAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
2022
i
HALAMAN PERSETUJUAN

Usulan Study Case Literature Review (SCLR) dengan judul:

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E PADA REMAJA


DENGAN DISMINORE

Studi Kasus Pada Remaja di PMB Rini Kurniasari

Oleh:

RINI KURNIASARI
NPM: 19210200080

Telah dilakukan pembimbingan usulan Study Case Literature Review (SCLR)


dan dinyatakan layak untuk dilakukan intervensi kebidanan sesuai prosedur yang
diusulkan.

Jakarta,.................2022

Menyetuji, Pembimbing SLRC,

Nama Lengkap Dosen Dan Gelar


NIDN:

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Usulan Study Case Literature Review (SCLR) dengan judul:

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E PADA REMAJA


DENGAN DISMINORE

Studi Kasus Pada Remaja di PMB Rini Kurniasari

Oleh:

RINI KURNIASARI
NPM: 19210200080

Telah diujikan pada tanggal … bulan … tahun …di hadapan tim penguji Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Vokasi UIMA dan
dinyatakan lulus ujian SCLR.

Jakarta,................2022
Menyetujui,
Ketua Penguji, Penguji Anggota,

Nama Lengkap Dosen Penguji dan Gelar Nama Lengkap Dosen Penguji dan Gelar
NIDN: NIDN:

Mengetahui,
Koordinator Program Studi

Fanni Hanifa, S.ST, M.Keb


NIDN:
iii
DEKLARASI ORISINALITAS

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
NPM :
Alamat e-mail :
Alamat lengkap :

Dengan ini menyatakan bahwa:


a. Karya tulis saya, laporan SCLR ini adalah asli dan belum pernah diajukan
untuk mendapatkan gelar akademik (Profesi Bidan), baik di UIMA maupun di
Perguruan Tinggi lain.
b. Data yang diperoleh dalam kegiatan SCLR ini adalah asli dan pengambilannya
dilaksanakan sesuai prosedur yang diusulkan dengan memperhatikan prinsip
etik.

c. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis jelas dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang, judul pustaka,
sumber pustaka dan tahun terbitnya dalam daftar pustaka.

d. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di UIMA

Jakarta,…………… 2022
Yang membuat pernyataan

materai 10.000

Rini Kurniasari
NPM 19210200080
iv
PERSETUJUAN LAPORAN STUDY CASE LITERATURE REVIEW (SCLR)
DIGUNAKAN UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
(ACADEMIC PROPERTY)

Sebagai civitas akademika Universitas Indonesia Maju (UIMA), saya yang


bertanda tangan di bawah ini:
Nama : RINI KURNIASARI
NPM : 19210200080
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Jenis Karya : Laporan Study Case Literature Review (SCLR)

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui untuk memberikan Hak


Bebas Royalti Non-Eksklusif kepada UIMA berupa: repository, buku, HAKI dan
paten atas karya ilmiah saya (lengkap dengan data setnya) yang berjudul:
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E PADA REMAJA DENGAN
DISMINORE

Studi Kasus Pada Remaja di PMB Rini Kurniasari

Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, UIMA yang dalam hal ini adalah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi berhak menyimpan,
mengalih-media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya tulis saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik hak cipta.
Dibuat di…………..
Pada tanggal
Yang membuat persetujuan,
Materai 6000

RINI KURNIASARI

v
NPM: 19210200080

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya meyakini Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan


kemampuannya. Meskipun perjalanan ini terasa berat, selalu ada pertolongan
yang Allah berikan baik secara langsung atau melalui perantara mahluk-Nya.

Alhamdulillah, kini telah tunai kewajiban saya menyelesaikan studi di kampus


tercinta. Karya tulis ini saya persembahkan untuk keluarga yang senantiasa
memberikan dukungan dan do’a tanpa jeda.

Tak lupa juga saya persembahkan karya tulis ini untuk dosen pembimbing dan
rekan-rekan seperjuangan yang turut mewarnai perjuangan saya dan membuatnya
lebih bermakna.

Jazakumullah khairan katsiran, sungguh Allah sebaik-baik pemberi balasan.

Jakarta,......................2022

RINI KURNIASARI

vii
RIWAYAT HIDUP

Nama : Rini Kurniasari


Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 08 September 1977

Agama : Islam
E-mail :
No. Telepon/HP : 081818184419
Alamat Lengkap : Kp. Sukagari RT/RW. 001/006 Ds. Bama Kec.
Pagelaran Kab. Pandeglang-Banten, 42265
Riwayat Pendidikan:
1. UNIVERSITAS NASIONAL, DIV Kebidanan, Lulus Tahun 2015.
2. POLTEKES DEPKES BANDUNG, DIII Kebidanan, Lulus Tahun 2010.
3. PPB SPK PEMDA TK. II SERANG, DI Kebidanan, Lulus Tahun 1996.
4. SPK BUDI KEMULIAAN, Lulus Tahun 1995.
5. SMP NEGERI 1 LABUAN, Lulus Tahun 1992.
6. SD NEGERI SUKAGARI, Lulus Tahun 1989.

Riwayat Pekerjaan:
1. UPT Puskesmas Pagelaran, PTT sebagai Bidan di Desa, terhitung mulai
tanggal 01-10-1996 sampai dengan tanggal 31-12-2004.
2. UPT Puskesmas Pagelaran, CPNS sebagai Paramedis, terhitung mulai tanggal
01-01-2005 sampai dengan tanggal 01-09-2006.
3. UPT Puskesmas Pagelaran, PNS sebagai Paramedis, terhitung mulai tanggal
02-09-2006 sampai dengan tanggal 31-12-2019.
4. RSUD AULIA Pandeglang, Kepala Ruangan Bersalin, 01-01-2020 sampai
dengan 10-02-2022.
5. UPT Puskesmas Pagelaran, Kasubag TU, 11-03-2022 sampai dengan
sekarang.

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan nikmatnya, penulis mampu menyelesaikan penyusunan Study Case
Literature Review berjudul “Pengaruh Pemberian Vitamin E Pada Remaja
Dengan Disminore di PMB Rini Kurniasari.”
Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad SAW. Penyusunan Study Case Literature Review ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis bermaksud
untuk mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs.H.A.Jacub Chatib, selaku Ketua Yayasan Universitas Indonesia Maju
(UIMA)
2. Prof Dr.H.M.Hafizurrachman, MPH, selaku Pembina Yayasan Universitas
Indonesia Maju ( UIMA )
3. Dr.Astrid Novita, SKM , MKM selaku PJS Rektor Universitas Indonesia
Maju( UIMA )
4. Susaldi, S.ST.,M. Biomed selaku PJS Wakil Rektor I Bid. Akademik &
Inovasi Universitas Indonesia Maju (UIMA)
5. Dr. Rindu, SKM.,M.Kes selaku Wakil Ketua II Bid. Non Akademik
Universitas Indonesia Maju ( UIMA )
6. Hidayani,Am Keb,SKM,MKM selaku Kepala Departemen Kebidanan
Universitas Indonesia Maju ( UIMA )
7. Hedy Hardiana, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Dekan Fakultas Vokasi
Universitas Indonesia Maju.
8. Fanni Hanifa, S.ST., M.Keb., Selaku Koordinator Program Studi
PendidikanProfesi Bidan Universitas Indonesia Maju
9. Aprilya Nency, SST., M.Kes, selaku dosen pembimbing Study Case
Literature Review
10. Ageng Septa Rini, S.ST, M.KM, Selaku dosen penguji Stase Study Case
Literature Review

ix
11. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Program Profesi Departemen Kebidanan Universitas Indonesia Maju
(UIMA) yang telah memberikan ilmu pengetahuan, mengarahkan dan
membimbing.
12. Orang tua, suami dan anak anak tercinta yang tidak henti hentinya
mendoakan, mendukung serta membantu dengan tulus dan ikhlas.
13. Teman teman prpofesi bidan Universitas Indonesia Maju (UIMA) yangtidak
dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kelemahan.Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi
semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta,......................2022

Penulis
Rini Kurniasari

x
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
DEKLARASI ORISINALITAS
HALAMAN PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Study Kasus
D. Manfaat Study Kasus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Remaja
B. Menstruasi
C. Dismore
D. Penatalaksanaan Pemberian Vitamin E
E. Penelitian terdahulu
F. Kerangka teori

BAB III PROSEDUR ASUHAN KEBIDANAN

A. Sasaran Penelitian
B. Waktu dan Tempat
C. Definisi Istilah
D. Instrumen Kegiatan
E. Prosedur pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA

xi
LAMPIRAN

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah fase transisi dimana perkembangan fisik dan


mental pada masa kanak-kanak kemasa dewasa, perubahan paling dominan
pada wanita remaja adalah datangnya haid pertama. Haid pertama menandai
awal dari berfungsinya kehidupan reproduksi perempuan dalam menentukan
proses kehidupan hal ini sangat ditentukan oleh faktor lingkungan dan genetik.
Setelah mulai menstruasi, gangguan menstruasi umum yang mungkin dialam
remaja perempuan diantaranya terjadinya gangguan menstruai yaitu adanya
rasa sakit yang disebut dismenorhea. Dismenorhea didefinisikan sebagai
menstruasi yang sulit dan menyakitkan. Kondisi ini sering dikaitkandengan
berbagai gejala lainnya yang terjadi sebelum menstruasi, seperti sakit kepala,
mual, muntah, diare, denyut jantung yang abnormal, dan berkeringat
(Purushottam et al, 2014).
Dismenore atau nyeri haid merupakan gangguan fisik yang sangat
menonjol pada wanita yang sedang mengalami menstruasi berupa gangguan
nyeri/kram pada perut (Lestari, 2011). Haid (dismenore) memiliki dampak
yang cukup besar bagi remaja putri karena menyebabkan terganggunya
aktivitas sehari-hari. Remaja putri yang mengalami nyeri haid (dismenore)
pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas
khususnya aktivitas belajar di sekolah.
Dismenore dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat analgetik, terapi
hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis servikalis
(Prawirohardjo, 2009). Terapi non farmakologi antara lain, kompres hangat,
olahraga, terapi mozart, dan relaksasi (Karyadi dalam Triswanti, 2016). Selain
olahraga terapi suplemen merupakan terapi yang banyak diteliti, di antaranya
berupa pemberian vitamin E, B1, B6, minyak ikan maupun golongan
mikronutrien seperti magnesium, serta zink untuk mengatasi nyeri haid (Antao
dkk, 2005). Vitamin E dapat mengurangi nyeri haid, melalui hambatan
terhadap biosintesis prostaglandin di mana Vitamin E akan menekan aktivitas
ensim fosfolipase A dan siklooksigenase melalui penghambatan aktivasi post
translasi siklooksigenase sehingga akan menghambat produksi prostaglandin.
Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2
yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus
(Dawood, 2006).
Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengaruh
pemberian vitamin E pada remaja dengan disminore, diantaranya penelitian
yang pernah dilakukan oleh Surmiasih dan Puspita Ningrum, tahun 2019,
dengan judul jurnal “Efektifitas Pemberian Vitamin E Terhadap Penurunan
Dismenore pada Siswi Di SMA Negeri I Gading Rejo.” Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian Vitamin E terhadap
penurunan Dismenore. Sampel penelitian sebanyak 34 responden dari 104
siswi. Jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan desain quasi
eksperimen (nonequivalent control group design). Pada kelompok kasus
diberikan Vitamin E, pemberian vitamin E dilakukan pada dua hari sebelum
menstruasi dan 3 hari selama menstruasi sehingga jumlah vitamin E yang
dikonsumsi adalah sebanyak 5 x 200 iu. Analisa data yang digunakan adalah
Uji t-Independent. Hasil penelitian didapat bahwa nilai rata-rata nyeri
dismenore sebelum diberi vitamin E adalah 3,7 dengan standar deviasi 0,59,
dengan nyeri terendah 3 dan tertinggi 5. Sedangkan untuk rata-rata nyeri
dismenore sesudah diberi vitamin E adalah 1,3 dengan standar deviasi 0,77,
dengan nyeri terendah 0 dan tertinggi 2. Hasil penelitian menunjukkan
Efektifitas pemberian Vitamin E terhadap kejadian dismenore pada siswi di
SMA Negeri I Gading Rejo Pringsewu (nilai P= 0,000).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Nur Masuroh dan Nur Aini Fitri,
tahun 2019, dengan jurnal “Hubungan Asupan Zat Besi Dan Vitamin E
Dengan Kejadian Disminore Pada Remaja Putri.” Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan asupan zat besi dan vitamin E dengan kejadian
dismenorea pada remaja putri. Jenis penelitiannya analitik observasional
dengan rancangan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 112 yang diambil
menggunakan teknik propostionate stratified random sampling. Data kejadian
dismenore diperoleh dari kuesioner numeric rating scale dan data asupan zat
gizi diperoleh dari form semi quantitative food frequency questionaire. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian remaja putri memiliki asupan zat besi
kurang (50%) dan sebagian besar memiliki asupan vitamin E kurang (65,2%).
Sedangkan kejadian dismenorea yang dialami hampir setengahnya termasuk
dalam kategori nyeri ringan (45,5%). Hasil analisis menggunakan uji rank
sprearman menunjukkan bahwa ada hubungan asupan zat besi dengan
kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,014. Terdapat pula hubungan
asupan vitamin E dengan kejadian dismenorea dengan nilai p-value = 0,001.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
asupan zat besi dan vitamin E, maka semakin rendah kejadian dismenorea
yang dirasakan.
Selain itu ada pula penelitian yang dilakukan oleh Andi Masnilawati
dan Een Kurnaesih, tahun 2018, dengan jurnal “Pengaruh Pemberian Vitamin
E Terhadap Perubahan Derajat Dismenorhea Dan Kadar Prostaglandin Pada
Remaja Putri Di Kebidanan UMI.” Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian eksperimen dengan rancangan one group pretest post test dengan 20
subjek penelitian. Seluruh subjek penelitian dinilai dengan NRS untuk menilai
derajat dismenorhea dan pengambilan sampel darah untuk pengukuran PGE2
dengan metode ELISA. Pemberian Vitamin E 400 IU diberikan 3 hari
berturut-turut sebelum haid pertama pada siklus kedua. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dua puluh mahasiswa yang mengalami dismenorhea,
setelah diberikan vitamin E, terdapat 70% responden mengalami penurunan
derajat dismenorhea dan 85% responden mengalami penurunan kadar
prostaglandin. Terdapat pengaruh yang bermakna pada derajat dismenorhe
dan kadar prostaglandin setelah pemberian vitamin E dosis 400 IU pada
remaja putri (p=0,000 dan 0,003). Dari hasil penelitian bahwa ada pengaruh
pemberian vitamin E terhadap perubahan derajat dismenorhea dan kadar
prostaglandin pada remaja putri di kebidanan UMI. Disarankan kepada remaja
yang mengalami keluhan dismenorhea untuk mengkomsumsi vitamin E
sebelum menstruasi sebagai alternatif untuk mencegah atau mengurangi
dismenorhea.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Putu Datisia Werdi Saraswati, I
Putu Suiraoka dan A.A Ngurah Kusumajaya, tahun 2020, dengan jurnal
“Tingkat Konsumsi Kalsium, Seng, Vitamin E dan Dismenorea Primer pada
Siswi SMA.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
konsumsi kalsium, seng dan vitamin E dengan dismenorea primer pada siswi
di SMA Negeri 8 Denpasar. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan
pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel 65 orang diambil menggunakan
teknik simple random sampling. Uji statistik menggunakan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar sampel memiliki tingkat
konsumsi kalsium (87,7%), seng (78,5%) dan vitamin E (95,4%) dengan
kategori kurang dan sebanyak 70,8% sampel mengalami dismenorea primer.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat konsumsi kalsium,
seng dan vitamin E dengan kejadian dismenorea primer. Semakin baik
tingkat konsumsi kalsium, seng dan vitamin E maka semakin rendah kejadian
dismenorea.
Selain itu ada juga penelitian yang dilakukan oleh Rika Astria Rishel,
Vaulinne Basyir dan Afriwardi, tahun 2019, dengan jurnal “Pengaruh
Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar Prostaglandin (Pgf2α) Dan TNF α
Pada Penderita Dismenorea.” Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan
pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar Prostaglandin dan TNF-α pada
penderita dismenorea. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental dengan
desain penelitian Pre andPost Test Only Group Designyang menggunakan
22orang wanita yang mengalami dismenorea primer yang derajat 4-6.
Pengambilan sampel dengan simple random sampling. Pemeriksaan kadar
prostaglandin dan TNF-α dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Sumatra barat dengan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan
rerata kadar prostaglandin sebelum pemberian Vitamin E yaitu 205,5 ± 143,3
pg/ml, sedangkan setelah pemberian yaitu 124,8 ± 59,0 pg/ml(p<0,05).
Rerata kadar TNF-α sebelum pemberian Vitamin E yaitu 207,2 ± 132,0 ng/l,
sedangkan setelah pemberian yaitu 125,9 ± 35,7 ng/ll .Pada analisa data
didapatkan kadar prostaglandin dan TNF-α p < 0,05. Kesimpulan penelitian
ini ada pengaruh pemberian vitamin E terhadap kadar Prostaglandin dan
TNF-α pada penderita dismenorea.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Pemberian Vitamin E Pada Remaja Dengan
Disminore di PMB Rini Kurniasari.”

B. Rumusan Masalah
Penulis merumuskan masalah penelitian kepada bagaimana Pengaruh
Pemberian Vitamin E Pada Remaja Dengan Disminore di PMB Rini
Kurniasari.

C. Tujuan Study Kasus


1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian
Vitamin E pada Remaja Dengan Disminore di PMB Rini Kurniasari.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu untuk:
1. Mengidentifikasi nyeri menstruasi (dismenore) sebelum pemberian
Vitamin E pada remaja putri.
2. Mengidentifikasi nyeri menstruasi (dismenore) setelah pemberian
Vitamin E pada remaja putri.
3. Menganalisis pengaruh pemberian Vitamin E terhadap penurunan
nyeri menstruasi (dismenore) pada remaja putri.

D. Manfaat Studi Kasus


Peneltian study kasus ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi tenaga
kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
wanita, khususnya yang berhubungan dengan penangan dismenore.
2. Remaja Putri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan remaja
putri tentang bagaimana menangani dismenore dengan cara mengkonsumsi
Vitamin E.
3. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referesi untuk institusi dalam
memberikan pendidikan kesehatan remaja khususnya tentang dismenore
dan cara mengatasinya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu Masa remaja awal, 12 – 15 tahun,
Masa remaja pertengahan, 15 – 18 tahun, Masa remaja akhir, 18 – 21
tahun. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja
menjadi empat bagian, yaitu masa pra- remaja 10 – 12 tahun, masa remaja
awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa
remaja akhir 18 – 21 tahun.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan
anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis
ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks
sekunder sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan,
keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu. Menurut Desmita
(2011) masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik penting yang
meliputi pencapaian hubungan yang matang dengan teman sebaya, dapat
menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat, menerima keadaan fisik dan mampu
menggunakanya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya, memilih dan mempersiapkan karier
dimasa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya, mengembangkan
sikap positif terhadap pernikahan hidup berkeluarga dan memiliki anak,
mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku yang
bertanggung jawab secara sosial dan memperoleh seperangkat nilai dan
sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
Masa peralihan perkembangan dan pertumbuhan yang dihadapi
oleh remaja akibat berbagai perubahan fisik, sosial, emosional yang
semuanya itu akan menimbulkan rasa cemas dan ketidaknyamanan.
Akibatnya masa ini disebut juga sebagai masa yang penuh dengan badai
dan tekanan, karena remaja harus belajar beradaptasi dan menerima semua
perubahan yang sering kali menyebabkan per- golakan emosi didalamnya.
Menurut Ginanjar (2005) apabila aktivitas yang dijalani remaja bersama-
sama teman sebayanya tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak
energinya, maka remaja sering kali meluapkan kelebihan energinya kearah
yang negatif. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan seringkali tidak
sesuai dengan keinginan atau harapan batin, sehingga seseorang akan
merasa kecewa akibat ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan.
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak
ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai
tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan
12 tahun pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10–19
tahun menurut klasifi kasi World Health Organization (WHO). (Andayani
2017).
Pada usia remaja terjadi perubahan hormon, fisik, dan psikis yang
berlangsung secara berangsur-angsur. Tahapan perkembangan remaja
(adolescent) dibagi dalam 3 tahap yaitu early (awal), middle (madya), dan
late (akhir). Masing-masing tahapan memiliki karakteristik dan tugas-
tugas perkembangan yang harus dilalui oleh setiap individu agar
perkembangan fisik dan psikis tumbuh dan berkembang secara matang,
jika tugas perkembangan tidak dilewati dengan baik maka akan terjadi
hambatan dan kegagalan dalam menjalani fase kehidupan selanjutnya
yakni fase dewasa. Kematangan fisik dan psikis remaja sangat dipengaruhi
oleh lingkungan keluarga yang sehat dan lingkungan masyarakat yang
mendukung tumbuh kembang remaja ke arah yang positif.
1. Perkembangan remaja dan ciri-cirinya
Berdasarkan sifat atau ciri perkembangan remaja, Pinem (2009)
membagi masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu:
1) Masa remaja awal (10–12 tahun), dengan ciri khas antara lain merasa
ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir
abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
2) Masa remaja tengah (13–15 tahun), dengan ciri khas antara lain
mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan, berkhayal
tentang aktivitas seksual, dan mempunyai rasa cinta yang mendalam.
3) Masa remaja akhir (16–19 tahun), dengan ciri khas antara lain
mampu berpikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman sebaya,
mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, dan
pengungkapan kebebasan diri.

2. Karakteristik Masa Remaja

Sebagaimana halnya dengan semua periode yang penting selama


rentang kehidupan, masa remaja mempunyai karakteristik atau ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya. Ciri-ciri tersebut secara singkat dikemukakan oleh
Hurlock (1997) sebagai berikut:
1. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan Suatu.
Perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja
menpengaruhi tingkat perilaku individu. Dalam setiap periode
peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan
peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi
seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Dalam situasi seperti
pada masa ini akan menberi keuntungan bagi remaja, karena status
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda
dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai
bagi dirinya.
2. Masa Remaja sebagai Masa Perubahan.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,
ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan
sikap juga berlangsung dengan pesat. Ada empat perubahan yang
sama yang hampir bersifat universal, yakni: pertama, meningginya
emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik
dan psikologi yang terjadi. Perubahan informasinya biasanya
berlangsung lebih cepat selama awal masa remaja, maka
meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir
masa remaja, Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang
diharapkan oleh kelompok sosial untuk diperankan, menimbulkan
masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan pola prilaku,
maka nilai-nilai juga berubah. Sesuatu yang pada masa kanak-
kanak dianggap penting, sekarang setelah hampir dewasa tidak
penting lagi. Keempat, sebagian besar remaja bersifat ambivalen
terhadap setiap perubahan. mereka menginginkan dan menuntut
kebebasan, tetap mereka sering takut bertanggung jawab akan
akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat
mengatasi tanggung jawab tersebut.
3. Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistis Remaja.
Remaja cenderung memandang kehidupan sesuai dengan
keinginannya. Remaja melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terutama dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis bukan
hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga berlaku untuk keluarga dan
teman- temannya, yang menyebabkan meningginya emosi sebagai
ciri awal masa remaja. Semakin tidak realistis cita-citanya menjadi
marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakanya, atau apabila tujuan yang ditetapkanya tidak
tercapai. Dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan
pengalaman sosial, dan meningkatnya kemampuan untuk berpikir
rasional, remaja yang lebih besar memandang diri sendiri, keluarga,
teman-teman dan kehidupan pada umumnya secara realistis.
4. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan
tahun, untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir
dewasa. Namun berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
ternyata belum cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan
diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu
merokok, minum-minuman keras, mengkonsumsi narkoba, dan
melakukan perbuatan seks. Remaja menganggap bahwa perilaku
tersebut akan memberikan citra sesuai yang mereka inginkan.
(Jannah 2017).

B. Menstruasi
Menstruasi merupakan salah satu tanda remaja putri mengalami
pubertas. Menstruasi merupakan suatu tanda mulai matangnya organ
reproduksi pada remaja. Ovulasi dan menstruasi regular mulai terjadi pada
usia antara 6-14 bulan setelah menarche.
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding
sebelah dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan
untuk menerima implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio
lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu
antar mentruasi dikenal dengan satu siklus mentruasi.
Selama siklus menstruasi, jumlah hormon estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium berubah. Bagian pertama
siklus menstruasi yang dihasilkan oleh ovarium adalah sebagian estrogen.
Estrogen ini yang akan menyebabkan tumbuhnya lapisan darah dan
jaringan yang tebal diseputar endometrium. Di pertengahan siklus,
ovarium melepas sebuah sel telur yang dinamakan ovulasi. Bagian kedua
siklus menstruasi, yaitu antara pertengahan sampai datang menstruasi
berikutnya, tubuh wanita menghasilkan hormon progesteron yang
menyiapkan uterus untuk kehamilan.
1. Hormon yang Mengatur siklus menstruasi
Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan
baku dari hypothalamus-pituitary-ovarian endocrine axis. Hipotalamus
memacu kelenjar hipofisis dengan mensekresi gonadotropin-releasing
hormone (GnRH) suatu deka-peptide yang disekresi secara pulsatif
oleh hipotalamus. Pulsasi sekitar 90 menit, mensekresi GnRH melalui
pembuluh darah kecil di sistem portal kelenjar hipofisis anterior,
gonadotropin hipofsis memacu sintesis dan pelepasan follicle-
stimulating hormone (FSH) dan luteinizing-hormone (LH). 12 FSH
adalah hormon glikoprotein yang memacu pematangan folikel selama
fase folikuler dari siklus. FSH juga membantu LH memacu sekresi
hormon steroid, terutama estrogen oleh sel granulosa dari folikel
matang. LH berperan dalam steridogenesis dalam folikel dan penting
dalam ovulasi yang tergantung pada mi-cycle surge dari LH. Aktivitas
siklik dalam ovarium atau siklus ovarium dipertahankan oleh
mekanisme umpan balik yang bekerja antara ovarium, hipotalamus,
dan hipofisis.
2. Siklus endometrium
Menstruasi adalah pengeluaran darah secara periodik, cairan
jaringan, dan debris sel-sel endometrium dari uterus dalam jumlah
yang bervariasi. Biasanya menstruasi terjadi selang waktu 22-35 hari
dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari.
3. Fase proliferatif
Pada fase proliferatif terjadi proses perbaikan regeneratif,
setelah endometrium mengelupas sewaktu menstruasi. Permukaan
endometrium dibentuk kembali dengan metaplasia sel-sel stroma dan
pertumbuhan keluar sel-sel epitel kelenjar endometrium dan dalam tiga
hari setelah menstruasi berhenti, perbaikan seluruh endometrium sudah
selesai. Pada fase proliferatif dini, endomentrium tipis, kelenjarnya
sedikit, sempit, lurus, dan dilapisi sel kuboid, dan stromanya padat.
Fase regeneratif dini berlangsung dari hari ke tiga siklus menstruasi
hingga hari ke tujuh, ketika proliferasi semakin cepat. Kelenjar-
kelenjar epitel bertambah besar dan tumbuh ke bawah tegak lurus
terhadap permukaan. Sel-selnya menjadi kolumner dengan nukleus di
basal sel-sel stroma berploriferasi, tetap padat dan berbentuk
kumparan. Pembelahan sel terjadi pada kelenjar dan stroma. Pada saat
menembus endometrium basal, masing-masing arteri berjalan lurus,
tetapi pada lapisan superfisial dan media arteri berubah menjadi spiral.

4. Fase Luteal
Pada fase luteal, jika terjadi ovulasi maka endometrium akan
mengalami perubahan yang nyata, kecuali pada awal dan akhir masa
reproduksi. 14 Perubahan ini mulai pada 2 hari terakhir fase
proliferatif, tetapi meningkat secara signifikan setelah ovulasi. Vakuol-
vakuol sekretorik yang kaya glikogen tampak di dalam sel-sel yang
melapisi kelenjar endometrium. Pada mulanya vakuol-vakuol tersebut
terdapat di bagian basal dan menggeser inti sel ke arah superfisial.
Jumlahnya cepat meningkat dan kelenjar menjadi berkelok-kelok. Pada
hari ke enam setelah ovulasi, fase sekresi mencapai puncak. Vakuol-
vakuol telah melewati nukleus. Beberapa di antaranya telah
mengeluarkan mukus ke dalam rongga kelenjar. Arteri spiral
bertambah panjang dengan meluruskan gulungan. Apabila tidak ada
kehamilan, sekresi estrogen dan progesteron menurun karena korpus
luteum menjadi tua. Penuaan ini menyebabkan peningkatan asam
arakidonat dan endoperoksidase bebas di dalam endometrium. Enzim-
enzim ini menginduksi lisosom sel stroma untuk mensintesis dan
mensekresi prostaglandin (PGF2α dan PGE2) dan prostasiklin. PGF2α
merupakan suatu vasokonstriktor yang kuat dan menyebabkan
kontraksi uterus, PGE2 menyebabkan kontraksi uterus dan
vasodilatasi, sedangkan prostasiklin adalah suatu vasodilator, yang
menyebabkan relaksasi otot dan menghambat agregasi trombosit.
Perbandingan PGF2α dengan kedua prostaglandin meningkat
selama menstruasi. Perubahan ini mengurangi aliran darah melalui
kapiler endometrium dan menyebabkan pergeseran cairan dari jaringan
endometrium ke kapiler, sehingga mengurangi ketebalan endometrium.
Hal ini tersebut menyebabkan bertambahnya kelokan arteri spiral
bersamaan dengan terus berkurangnya aliran darah. Daerah
endometrium yang disuplai oleh arteri 15 spiral menjadi hipoksik,
sehingga terjadi nekrosis iskemik. Daerah nikrotik dari endometrium
mengelupas ke dalam rongga uterus disertai dengan darah dan cairan
jaringan, sehingga menstruasi terjadi.
5. Fase Menstruasi
Pada fase menstruasi lapisan endometrium superifisial dan
media dilepaskan, tetapi lapisan basal profunda endometrium
dipertahankan. Endometrium yang lepas bersama dengan cairan
jaringan dan darah membentuk koagulum di dalam uterus. Koagulum
ini segera dicairkan oleh fibrinolisin dan cairan, yang tidak
berkoagulasi yang dikeluarkan melalui serviks dengan kontraksi
uterus. Jika jumlah darah yang dikeluarkan pada proses ini sangat
banyak mungkin fibrinolisin tidak mencukupi sehingga wanita in
mengeluarkan bekuan darah dari serviks.
6. Gangguan Menstruasi
Gangguan siklus haid disebabkan oleh ketidak seimbangan FSH
atau LH sehingga kadar esterogen dan progesteron tidak normal.
biasanya gangguan menstruasi yang sering terjadi adalah siklus
menstruasi tidak teratur, dan perdarahan yang lama atau abnormal,
efek yang ditimbulkan berupa nyeri perut, pusing mual atau muntah.

C. Dismenore
Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat haid. Istilah
dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno
(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal;
meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara
singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit
atau menstruasi yang mengalami nyeri. (Haerani et al. 2020) Desminore
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Desminore Primer.

Merupakan nyeri menstruasi yang diasosiasikan dengan siklus ovulasi


dan merupakan hasil dari kontraksi miometrium tanpa
teridentifikasinya kelainan patologik.Dismenorea primer umumnya
terjadi 12-24 bulan setelah menarche, ketika siklus ovulasi sudah
terbentuk.
2) Desminore Sekunder.

Merujuk pada nyeri saat menstruasi yang diasosiasikan dengan


kelainan pelvis, seperti endometriosis, adenomiosis, mioma uterina dan
lainnya. Oleh karena itu, dismenorea sekunder umumnya berhubungan
dengan gejala ginekologik lain seperti disuria, dispareunia, perdarahan
abnormal atau infertilitas
3) Faktor yang mempengaruhi desminore.

Faktor-faktor penyebab dismenore dapat dilihat dari faktor usia


menarche kurang dari 12 tahun. Wanita dengan usia menarke dibawah
12 tahun atau menarke dini memiliki 23% lebih tinggi kesempatan
terjadi dismenore dibandingkan dengan wanita dengan menarke pada usia
12 -14 tahun. Hubungan antara menarke dini dengan pola hormonal
dari siklus menstruasi merupakan merupakan faktor risiko penting
terjadinya dismenore primer. Padafaktor indeks massa tubuh pada
remaja yang gemuk, faktor adanya riwayat keluarga yang mengalami
dismenore, faktor siklus mentruasi ovulatorik (teratur) dan faktor kadar
Malondialdehide < 2,14 µmol/ml. Faktor kejiwaan, yaitu apabila
seorang wanita tidak mendapat pengetahuan menyeluruh tentang
haidatau menstruasi dapat mengakibatkan adanya disminorea. Faktor
hormonal, yaitu meningkatnya hormon progesteron. Serta faktor resiko
seperti stress dapat menyebabkan nyeri haid. (Pangesti, Lestari, and
Riyanto 2018) (Nida and Sari 2016).
4) Tanda dan Gejala Desminore.

Dismenore merupakan suatu gejala yang paling seringmenyebabkan


wanita pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena
gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai.
Walaupun frekuensi dismenore cukup tinggi dan lama dikenal, namun
sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan
memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa
tidak enak di perut bagian bawah sebelum dan selama haid dan sering
kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari. (Andayani 2017).
5) Pathogenesis.

Dismenore biasanya dimulai pada masa remaja setelah pembentukan


siklus ovulasi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya.
Pada fase menstruasi merupakan fase yang paling jelas karena ditandai
oleh pengeluaran darah dari vagina. Hari pertama haid dianggap
sebagai awal siklus baru. Fase ini bersamaan dengan berakhirnya fase
luteal ovarium dan permulaan fase folikel. Sewaktu korpus luteum
berdegenerasi karena tidak terjadi pembuahan dan implantasi ovum
dikeluarkan dari siklus sebelumnya, kadar esterogen dan progesteron
menurun. Akibatnya lapisan endometrium yang kaya akan nutrisi dan
pembuluh darah tidak lagi ada yang mendukung secara hormonal.
Penurunan kadar hormon ovarium merangsang pengeluaran
prostaglandin F2α (PGF2α). Pelepasan PGF2α yang berlebihan
meningkatkan kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme anteriol
uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram pada abdomen
bawah. Respons sistemik terhadap PGF2α meliputi nyeri punggung,
kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksi, mual,
muntah, dan diare) dan gejala sistem saraf pusat seperti pusing, nyeri
kepala, dan konsentrasi buruk. Hal ini didukung dengan prostaglandin
konsentrasi tinggi PGF2α yang ditemukan pada wanita dismenore.
Vasopresin juga dapat berperan dengan meningkatkan kontraksi uterus
dan menyebabkan nyeri iskemik. Peningkatan kadar vasopresin telah
dilaporkan pada wanita dengan dismenore. Kontraksi rahim bisa
berlangsung beberapa menit dan terkadang menghasilkan tekanan
uterus 50 sampai 80 mmHg bahkan hingga 180 mmHg setiap tiga
sampai 10 menit dan berlangsung selama 15 sampai 30 detik.
(Yunianingrum 2018)
6) Derajat Dismenore

Dismenore sering di klasifikasikansebagai ringan, sedang, atau berat


berdasarkan intensitas relatif nyeri. Nyeri tersebut dapat berdampak
pada kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Intensitas
nyeri menurut Multidimensional Scoring of Andersch and Milsom
mengklasifikasikan nyeri dismenore sebagai berikut:
a) Dismenore ringan didefinisikan sebagai nyeri haid tanpa adanya
pembatasan aktifitas, tidak diperlukan penggunaan analgetik dan
tidak ada keluhan sistemik.
b) Dismenore sedang didefinisikan sebagai nyeri haid yang
memengaruhi aktifitas sehari-hari, dengan kebutuhan analgetik
untuk menghilangkan rasa sakit dan terdapat beberapa keluhan
sistemik.
c) Dismenore berat didefinisikan sebagai nyeri haid dengan
keterbatasan parah pada aktifitas sehari-hari, respon analgetik untuk
menghilangkan rasa sakit minimal, dan adanya keluhan sistemik
seperti muntah, pingsan dan lain sebagainya.
Ketika seorang petugas kesehatan mengidentifikasi nyeri haid,
sebuah usaha harus dilakukan untuk membedakan antara dismenore
primer dan sekunder.
1) Riwayat menstruasi harus mencakup usia menarche, panjang dan
keteraturan siklus, jumlah perdarahan, dan lamanya waktu berlalu
antara menarche dan awal dismenore. Dismenore yang terjadi
dengan menarche dapat mengindikasikan anomali mullereri.
2) Rasa sakit harus didefinisikan secara jelas dalam hal lokasi, gejala
yang terkait, dan kronologi timbulnya nyeri dalam kaitannya
dengan perdarahan menstruasi. Tingkat keparahan dan durasi
gejala, perkembangan dari waktu ke waktu. Gejala gastrointestinal
atau saluran kencing yang signifikan atau adanya nyeri pelvis yang
tidak terkait dengan siklus menstruasi dapat menyebabkan
penyebab non-ginekologis nyeri panggul. Beberapa penelitian
observasional mengenai riwayat sosial telah menemukan hubungan
antara merokok, olahraga dengan dismenore.
3) Aktivitas seksual, dispareunia, dan kontrasepsi. Remaja mungkin
menggunakan dismenore sebagai alasan untuk mendapatkan
kontrasepsi. Riwayat obstetrik dan ginekologis sebelumnya,
khususnya infeksi menular seksual, infeksi pelvis, infertilitas,
kekerasan seksual, dan operasi panggul.
4) Jenis terapi yang dicoba di masa lalu. Pasien harus ditanya karena
banyak pasien tidak menggunakan obat dalam dosis yang cukup,
sangat penting untuk menanyakan tentang cara pengobatan
digunakan.
5) Usia responden mempengaruhi siklus menstruasi. Menstruasi yang
terjadi pada usia remaja awal (early adolescent) memang cenderung
tidak teratur (irregular), namun seiring bertambahnya usia
menstruasi akan menjadi teratur.
7) Skala Nyeri Desminore

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa


parah nyeri dirasakan individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang
sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang berbeda (Tamsuri,
2007). Ada beberapa alat ukur untuk menilai skala nyeri, antara lain:
a. Visual Analog Scale (VAS)
VAS adalah alat ukur berupa garis lurus yang digunakan untuk
memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm

garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri


(ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda “bad
pain” (nyeri hebat)). Skala ini memberi klien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan

Gambar 1 visual analog scale (VAS)


pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
mengidentifi kasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa
memilih satu kata atau satu angka (McGuire, dalam Potter & Perry,
2005).
b. Numeral Rating Scale (NRS)

NRS adalah suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai
rasa nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala
numeral dari 0–10. Angka 0 berarti tidak nyeri; angka 1, 2, dan 3
berarti nyeri ringan; angka 4, 5, 6, dan 7 berarti nyeri sedang; angka
8, 9, dan 10 berarti sangat nyeri. NRS lebih digunakan sebagai alat
pendeskripsi kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter &
Perry, 2005).

Gambar 2 numerical rating scale (NRS)


c. Multi Face Pain Score
Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari wajah
yang tersenyum untuk “tidak ada nyeri” sampai wajah yang berlinang
air mata untuk “nyeri paling buruk”. Kelebihan dari skala wajah ini
yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri yang dialaminya
sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat usaha
mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana (Wong & Baker,
dalam Potter & Perry, 2005).

D. Penatalaksanaan Pemberian Vitamin E


1. Vitamin E.
Eschleman (1996) menyatakan bahwa vitamin adalah substansi organic
yang di butuhkan dalam jumlah kecil untuk pertumbuhan dan memelihara
kehidupan. Vitamin E (tokoferol) yang bersifat larut dalam lemak, selain
baik untuk kesehatan kulit dan mencegah penuaan dini sel tubuh, vitamin
E juga bisa mengurangi nyeri haid. Vitamin E bisa membantu mengatasi
efek peningkatan produksi hormon prostaglandin (Anurogo & Wulandari,
2011). Diet yang buruk dapat menyebabkan kurangnya asupan vitamin
salah satunya vitamin E yang bekerja dengan mempengaruhi pelepasan
prostaglandin F2α yaitu hormon yang paling berperan dalam menyebabkan
dismenore karena terjadi vasokontriksi dan kontraksi myometrium
(Karyadi, 2011). Dengan adanya mekanisme efek dari vitamin E dalam
biosintesis prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam
menimbulkan sensasi rasa nyeri, maka vitamin E mempunyai peranan
dalam mengurangi rasa nyeri haid. Berdasarkan data meta analisis
dikatakan vitamin E. Adapun sumber asupan Vitamin E diantaranya
diperoleh dari sumber vitamin E seperti lobak, cabe rawit, biji bunga
matahari, asparagus, paprika, kubis, kacang almond, bayam, tomat, telur,
jagung, tempe, susu, dan coklat hitam.
2. Manfaat Vitamin E.
Adapun manfaat dari Vitamin E adalah:
a. Anti oksidan untuk menangkal radikal bebas, sehingga baik untuk kulit
dan mencegah penuaan dini sel tubuh.
b. Membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon prostaglandin
yaitu hormon yang paling berperan dalam menyebabkan dismenore.
c. Nutrisi penting untuk menunjang kehamilan dan janin.
d. Membantu menurunkan resiko penyakit Alzheimer.
3. Cara Pemberian Vitamin E Pada Remaja Putri.
Untuk mengurangi dismenore pada remaja putri, maka pemberian vitamin
E dilakukan pada dua hari sebelum menstruasi dan 3 hari selama
menstruasi sehingga jumlah vitamin E yang dikonsumsi adalah sebanyak 5
x 200 iu.

E. Penelitian Terdahulu

Judul Metode
No Penulis Hasil Penelitian
Penenelitian Penelitian
1 Surmiasih, Efektifitas Jenis penelitian 1. Hasil penelitian
Puspita Pemberian Vitamin adalah didapat bahwa
Ningrum, 2019 E Terhadap kuantitatif nilai rata-rata nyeri
Penurunan dengan desain dismenore
Dismenore pada quasi sebelum diberi
Siswi Di SMA eksperimen vitamin E adalah
Negeri I Gading (nonequivalent 3,7 dengan standar
Rejo control group deviasi 0,59,
design). Pada dengan nyeri
kelompok kasus terendah 3 dan
diberikan tertinggi 5.
Vitamin E, Sedangkan untuk
pemberian rata-rata nyeri
vitamin E dismenore sesudah
dilakukan pada diberi vitamin E
dua hari sebelum adalah 1,3 dengan
menstruasi dan 3 standar deviasi
hari selama 0,77, dengan nyeri
menstruasi terendah 0 dan
sehingga jumlah tertinggi 2.
vitamin E yang 2. Pada kelompok
dikonsumsi kontrol didapatkan
adalah sebanyak nilai rata-rata nyeri
5 x 200 iu. dismenore
Sedangkan pada sebelum adalah
kelmpok kontrol 3,76 dengan
diberikan standar deviasi
vitamin C, 0,75 dengan
masing-masing dengan nyeri
responden hanya terendah 3 dan
diberi vitamin C tertinggi 5
5 mg (IPI) sedangkan untuk
sebagai placebo. rata-rata nyeri
Populasi yang dismenore sesudah
diteliti dalam adalah 2.88
penelitian ini dengan standar
adalah siswi deviasi 0,6, dengan
Sekolah nyeri terendah 2
Menengah Atas dan tertinggi 4.
Negeri I Gading 3. Hasil penelitian
Rejo Pringsewu menunjukkan
yang mengalami Efektifitas
Dismenore pemberian
sejumlah 104 Vitamin E
siswi. Sampel terhadap kejadian
minimum yang dismenore pada
diambil adalah siswi di SMA
sebanyak 34 Negeri I Gading
responden. Rejo Pringsewu
Analisa data (nilai P= 0,000).
yang digunakan
adalah Uji t-
Independent.
2 Nur Masruroh, Hubungan Penelitian ini Hasil penelitian
Nur Aini Fitri, Asupan Zat Besi berjenis analitik menunjukkan
2019 Dan Vitamin E observasional, bahwa sebagian
Dengan menggunakan remaja putri
Kejadian rancangan cross memiliki asupan
Disminore Pada sectional. zat besi kurang
Remaja Putri. Menjadi variabel (50%) dan
dependen adalah sebagian besar
dismenorea memiliki asupan
sedangkan vitamin E kurang
variabel (65,2%).
independennya Sedangkan
adalah asupan kejadian
zat besi dan dismenorea yang
asupan vitamin dialami hampir
E. Sampel dalam setengahnya
penelitian ini termasuk dalam
sebanyak 112 kategori nyeri
siswi dengan ringan (45,5%).
kriteria inklusi Hasil analisis
siswi yang sudah menggunakan uji
menstruasi dan rank sprearman
mengalami menunjukkan
dismenorea. bahwa ada
Pengambilan hubungan asupan
sampel zat besi dengan
menggunakan kejadian
proportionate dismenorea
stratified dengan nilai p-
random value = 0,014.
sampling. Data Terdapat pula
dipeoleh hubungan asupan
diperoleh vitamin E dengan
menggunakan kejadian
form semi dismenorea
quantitative food dengan nilai p-
frequency value = 0,001.
quetionnarie Berdasarkan hasil
(SQ-FFQ) penelitian tersebut
melalui dapat disimpulkan
wawancara. bahwa semakin
Lokasi tinggi asupan zat
penelitian adalh besi dan vitamin E,
di SMK maka semakin
Ketintang rendah kejadian
Surabaya. dismenorea yang
Pengambilan dirasakan.
data dilakukan
pada bulan
Januari-Maret
2018. Data
dianalisis
menggunakan
uji rank
spearman.
3 Andi Pengaruh Jenis penelitian Hasil penelitian ini
Masnilawati, Pemberian yang digunakan menunjukkan
Een Kurnaesih, Vitamin E adalah penelitian bahwa dua puluh
2018 Terhadap eksperimen mahasiswa yang
Perubahan dengan mengalami
Derajat rancangan one dismenorhea,
Dismenorhea group pretest setelah diberikan
Dan Kadar post test dengan vitamin E, terdapat
Prostaglandin 20 subjek 70% responden
Pada Remaja penelitian. mengalami
Putri Di Seluruh subjek penurunan derajat
Kebidanan UMI. penelitian dinilai dismenorhea dan
dengan NRS 85% responden
untuk menilai mengalami
derajat penurunan kadar
dismenorhea dan prostaglandin.
pengambilan Terdapat pengaruh
sampel darah yang bermakna
untuk pada derajat
pengukuran dismenorhe dan
PGE2 dengan kadar
metode ELISA. prostaglandin
Pemberian setelah pemberian
Vitamin E 400 vitamin E dosis
IU diberikan 3 400 IU pada
hari berturut- remaja putri
turut sebelum (p=0,000 dan
haid pertama 0,003). Dari hasil
pada siklus penelitian bahwa
kedua. ada pengaruh
pemberian vitamin
E terhadap
perubahan derajat
dismenorhea dan
kadar
prostaglandin pada
remaja putri di
kebidanan UMI.
Disarankan kepada
remaja yang
mengalami
keluhan
dismenorhea untuk
mengkomsumsi
vitamin E sebelum
menstruasi sebagai
alternatif untuk
mencegah atau
mengurangi
dismenorhea.
4 Putu Datisia Tingkat Penelitian ini Hasil penelitian
Werdi Konsumsi bertujuan untuk menunjukkan
Saraswati, I Kalsium, Seng, mengetahui sebagian besar
Putu Vitamin E dan hubungan sampel memiliki
Suiraoka, Dismenorea tingkat konsumsi tingkat konsumsi
A.A Ngurah Primer pada kalsium, seng kalsium (87,7%),
Kusumajaya, Siswi SMA. dan vitamin E seng (78,5%) dan
2020 dengan vitamin E (95,4%)
dismenorea dengan kategori
primer pada kurang dan
siswi di SMA sebanyak 70,8%
Negeri 8 sampel mengalami
Denpasar. Jenis dismenorea
penelitian ini primer. Hasil
bersifat penelitian
observasional menunjukkan
dengan adanya hubungan
pendekatan tingkat konsumsi
cross-sectional. kalsium, seng dan
Jumlah sampel vitamin E dengan
65 orang diambil kejadian
menggunakan dismenorea
teknik simple primer. Semakin
random baik tingkat
sampling. Uji konsumsi kalsium,
statistik seng dan vitamin E
menggunakan maka semakin
uji chi square. rendah kejadian
dismenorea.
5 Rika Astria Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian
Rishel, Pemberian bertujuan untuk menunjukkan
Vaulinne Vitamin E membuktikan rerata kadar
Basyir, Terhadap Kadar pengaruh prostaglandin
Afriwardi, 2019 Prostaglandin pemberian sebelum
(Pgf2α) Dan vitamin E pemberian
TNF α Pada terhadap kadar Vitamin E yaitu
Penderita Prostaglandin 205,5 ± 143,3
Dismenorea.Remaja dan TNF-α pada pg/ml, sedangkan
penderita setelah pemberian
dismenorea. yaitu 124,8 ± 59,0
Penelitian ini pg/ml(p<0,05).
merupakan quasi Rerata kadar TNF-
eksperimental α sebelum
dengan desain pemberian
penelitian Pre Vitamin E yaitu
and Post Test 207,2 ± 132,0 ng/l,
Only Group sedangkan setelah
Design yang pemberian yaitu
menggunakan 22 125,9 ± 35,7
orang wanita ng/ll .Pada analisa
yang mengalami data didapatkan
dismenorea kadar
primer yang prostaglandin dan
derajat 4-6. TNF-α p < 0,05.
Pengambilan Kesimpulan
sampel dengan penelitian ini ada
simple random pengaruh
sampling. pemberian vitamin
Pemeriksaan E terhadap kadar
kadar Prostaglandin dan
prostaglandin TNF-α pada
dan TNF-α penderita
dilakukan di dismenorea.
UPTD Balai
Laboratorium
Kesehatan
Provinsi
Sumatra barat
dengan metode
ELISA.
F. Kerangka Teori

Berikut kerangka teori pengaruh Pemberian Vitamin E pada remaja putri


untuk membantu menurunkan nyeri dismenore.

Remaja Putri Menstruasi Dismenore

Penatalaksanaan
Pemberian Vit E
BAB III

PROSEDUR ASUHAN KEBIDANAN

F. Sasaran Penelitian
Sasaran Penelitian ini yaitu remaja putri dengan rentang usia 15-20
tahun yang telah mengalami menstruasi dengan dismenore di PMB Rini
Kurniasari, yang beralamat di Jln. Raya Labuan-Pandeglang, KM. 07 Ds.
Montor Kec. Pagelaran Kab. Pandeglang Prov. Banten, 42265.

G. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di PMB Rini Kurniasari, yang beralamat di Jln.
Raya Labuan-Pandeglang, KM. 07 Ds. Montor Kec. Pagelaran Kab.
Pandeglang Prov. Banten, 42265 Pada Bulan mei Tahun 2022.

H. Definisi Istilah
1. Menstruasi adalah keluarnya darah dari uterus, yang diakibatkan oleh
terlepasnya lapisan dinding Rahim disertai pelepasan endomentrium dan
terjadi setiap bulan. Menstruasi ini dinilai berdasarkan 3 hal, pertama
siklus haid yaitu berkisar 21-35 hari, kedua lama haid yaitu tidak lebih
dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20-80 ml (Anwar, 2011; Perry, 2010;
Chandranita, 2009)
2. Dismenore didefinisikan sebagai nyeri pada saat haid. Istilah
dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani kuno
(Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri,
abnormal; meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau
arus. Secara singkat dismenore dapat di definisikan sebagai aliran
menstruasi yang sulit atau menstruasi yang mengalami nyeri. (Haerani
et al. 2020).
3. Vitamin E.
Vitamin E dapat mengurangi nyeri haid, melalui hambatan terhadap
biosintesis prostaglandin di mana Vitamin E akan menekan aktivitas
enzim fosfolipase A2 sehingga menekan metabolisme dari asam
arakidonat sehingga akan menghambat produksi prostaglandin. Sebaliknya
vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin yang berfungsi sebagai
vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus (Dawood, 2006).
Vitamin E selain baik untuk kesehatan kulit dan mencegah penuaan dini
sel tubuh, vitamin E juga bisa mengurangi nyeri haid. Vitamin E bisa
membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon prostaglandin
(Anurogo & Wulandari, 2011). Diet yang buruk dapat menyebabkan
kurangnya asupan vitamin salah satunya vitamin E yang bekerja dengan
mempengaruhi pelepasan prostaglandin F2α yaitu hormon yang paling
berperan dalam menyebabkan dismenore karena terjadi vasokontriksi dan
kontraksi myometrium (Karyadi, 2011).
I. Instrumen Kegiatan
Rancangan metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
menerapkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, untuk
mengetahui sebelum dan sesudah dilakukan tindakan Instrumen pada studi
kasus kali ini menggunakan lembar lembar observasi untuk pemantauan lama
nyeri disminorhe dan berkurangnya frekuensi disminorhe sampai dengan ada
penurunan nyeri disminorhe pada remaja putri.
Untuk mengurangi dismenore pada remaja putri, maka peneliti
memberikan vitamin E yang dilakukan pada dua hari sebelum menstruasi dan
3 hari selama menstruasi, sehingga jumlah vitamin E yang dikonsumsi adalah
sebanyak 5 x 200 iu.

J. Prosedur Pelaksanaan
1. Peneliti melakukan perizinan terhadap lokasi penelitian yaitu PMB Rini
Kurniasari.
2. Peneliti menetapkan responden yaitu remaja putri dengan rentang usia 15-
20 tahun yang telah mengalami menstrusi dengan dismenore.
3. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden terkait dengan deskripsi
kegiatan yang akan dilakukan, kewajiban yang harus dilakukan responden
selama mengikuti penelitian dan teknis pengambilan data hasil pemberian
vitamin E. Kemudian, apabila responden bersedia untuk mengikuti
penelitian, maka ditandai dengan mengisi persetujuan pada lembar
persetujuan menjadi responden penelitian yang menerangkan bahwa
responden bersedia untuk mengikuti kegiatan penelitian ini.
4. Peneliti menetapkan responden yang akan mendapatkan intervensi berupa
pemberian vitamin E, dua hari sebelum menstruasi dan tiga hari selama
menstruasi, sehingga jumlah vitamin E yang dikonsumsi adalah sebanyak
5 x 200 iu.
DAFTAR PUSTAKA

Surmiasih & Puspita Ningrum. (2019). Efektifitas Pemberian Vitamin E Terhadap


Penurunan Dismenore pada Siswi Di SMA Negeri I Gading Rejo. Jurnal Wellness
and Healthy Magazine, Volume 1, Nomor 1, 15-21.
Htpps://wellness.journalpress.id/index.php/wellness/

Nur Masruroh & Nur Aini Fitri. (2019). Hubungan Asupan Zat Besi Dan Vitamin
E Dengan Kejadian Disminore Pada Remaja Putri. Jurnal Kebidanan, Volume 9
Nomor 1, 14-17.

Andi Masnilawati & Een Kurnaesih. (2018). Pengaruh Pemberian Vitamin E


Terhadap Perubahan Derajat Dismenorhea Dan Kadar Prostaglandin Pada Remaja
Putri Di Kebidanan UMI. Prosiding Seminar Nasional 2018, Sinergitas
Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Vol. 1, 30-38.

Putu Datisia Werdi Saraswati, I Putu Suiraoka & A.A Ngurah Kusumajaya.
(2020). Tingkat Konsumsi Kalsium, Seng, Vitamin E dan Dismenorea Primer
pada Siswi SMA. Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 3, 371-377.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Rika Astria Rishel, Vaulinne Basyir & Afriwardi. (2019). Pengaruh Pemberian
Vitamin E Terhadap Kadar Prostaglandin (Pgf2α) Dan TNF α Pada Penderita
Dismenorea. Jurnal Iptek Terapan Research of Applied Science and Education
V13.i1, 75-80.

Anda mungkin juga menyukai