Anda di halaman 1dari 29

PENGELOLAAN PASIEN IBU INTRANATAL DENGAN NYERI PADA

PERSALINAN KALA I MENGGUNAKAN TEKNIK KOMPRES HANGAT


DI RUANG BERSALIN RSUD DR. LOEKMONO HADI

Disusun Oleh :
1. Arif Adi F (P1337420918014)
2. Melinda Anggardini (P1337420918)
3. Nur Azizah F (P1337420918099)
4. Rista Hernidawati (P1337420918)
5. Rafika Trianaputri (P1337420918)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010). Berat dari kepala bayi ketika bergerak
ke bawah saluran lahir juga menyebabkan tekanan. Hal-hal tersebut
menyebabkan terjadinya rasa nyeri pada ibu (Manurung, 2011).Manurung
(2011) menyebutkan bahwa nyeri paling dominan dirasakan pada saat
persalinan terutama selama kala 1 fase aktif. Semakin bertambahnya volume
maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah
kuat.
Persalinan merupakan suatu kondisi fisiologis yang dialami oleh ibu
hamil di dunia. Persalinan normal adalah proses keluarnya janin cukup bulan
(37-42 minggu) dan plasenta melalui jalan lahir secara spontan tanpa ada
komplikasi. Persalinan terbagi menjadi 4 tahapan yaitu kala 1, kala 2, kala 3
dan kala 4. Tahapan pada kala 1 terbagi menjadi 2 fase yaitu fase laten (1-3)
dan fase aktif. Fase aktif dimana terjadi peregangan uterus dan dilatasi serviks
yang menyebabkan terjadinya nyeri persalinan (Manurung, 2011).
Proses persalinan identik dengan rasa nyeri yang akan dijalani. Secara
fisiologis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya
membuka serviks dan mendorong kepala bayi kearah panggul nyeri
persalinan kala I merupakan proses fisiologis yang disebabkan oleh proses
dilatasi serviks, hipoksia otot dan uterus saat kontraksi, iskemi korpus uteri
dan peregangan segmen bawah rahim dan kompresi saraf serviks (Bandiyah,
2009).
Terapi kompres panas merupakan salah satu metode non farmakologis
untuk mengatasi nyeri.Terapi ini perlu diberikan bagi semua ibu melahirkan

1
sebagai salah satu intervensi terapi nyeri di pelayanan kesehatan yakni rumah
sakit, puskesmas maupun klinik bersalin (Manurung, 2011). Efek fisiologis
kompres dingin adalah bersifat vasokonstriksi, membuat bagian menjadi mati
rasa, memperlambat kecepatan hantaran syaraf, sehingga memperlambat
aliran impuls nyeri, dan memiliki efek anestesi lokal (Berman, 2009).
Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2010 terjadinya kasus sectio
caesaria tanpa indikasi di Amerika berjumlah 30,3% sedangkan di Indonesia
berjumlah 6,8%. Data tersebut menunjukkan bahwa kejadian permintaan
untuk melakukan sectio caesaria cukup tinggi. Oleh sebab itu sebagai bidan
kita harus melakukan upaya untuk mengurangi rasa nyeri sehingga kejadian
sectio caesaria tanpa indikasi bisa dikurangi (WHO,2010).
Upaya-upaya yang dapat dilakukan agar ibu bersalin mampu untuk
beradaptasi terhadap peningkatan intensits nyeri dan tidak terjadi partus lama.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri dengan cara
farmakologi dan nonfarmakologi. Penanganan nyeri nonfarmakologi
menggunakan dengan beberapa tehnik yang dapat digunakan counter presure,
kompres hangat, kompres dingin, accupresure, musik, tehnik pernafasan dan
back effleurage (Michelle, 2009).
Saat ini banyak sekali cara untuk mengendalikan nyeri persalinan
yaitu dengan metode farmakologi dan nonfarmakologi. Penggunaan metode
farmakologi sering menimbulkan efek samping dan kadang tidak memilik
efek yang diharapkan. Sedangkan metode kompres hangat ini sederhana,
ekonomis dan praktis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
a. Memberikan asuhan dengan penerapan kompres hangat
b. Untuk mengurangi skala nyeri persalinan kala I
2. Tujuan khusus:
a. Untuk mengetahui karakteristik responden
b. Untuk mengetahui skala nyeri persalinan sebelum diberikan terapi
kompres hangat

2
c. Untuk mengetahui skala nyeri persalinan kala I sesudah diberikan
terapi kompres hangat
d. Untuk mengetahui efektivitas kompres hangat dan dingin untuk
mengurangi nyeri persalinan kala I

C. Manfaat
Manfaaat pemberian kompres hangat dapat menurunkan rasa nyeri,
selain itu kompres hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah,
menstimulasi sirkulasi darah, mengurangi kekakuan dan memberikan
kenyamanan pada ibu.

3
BAB II
PENDAHULUAN

A. Persalinan Kala I
1. Definisi
Kala satu adalah tahap awal dimulainya periode intranatal yang
dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dengan diikuti
proses pematangan dan delatasi serviks sampai pembukaan lengkap
(Wagiyo, 2016).

2. Tanda dan Gejala


Kala I ditandai dan diakhiri dengan :
a. Kontraksi uterus semakin lama semakin meningkat baik frekuensi,
durasi, dan intensitasnya
b. Pengeluaran pervaginam mula-mula lendir kemudian diikuti lendir yang
bercampur darah dan tidak lebih banyak dari darah haid dan semakin
lama semakin banyak
c. Pada pemeriksaan dalam awal porsio teraba lunak, menipis, dan
berdilatasi.
d. Kala I diakhiri dengan pembukaan lengkap dimana saat dilakukan
periksa dalam, bibir porsio atau serviks tidak dapat diraba lagi
e. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I

3. Konsep Pemantauan Kemanjuan Persalinan Selama Kala I


Proses persalinan adalah proses fisiologis yang biasanya terjadi
pada wanita normal. Meskipun persalinan proses fisiologis namun
perkembangan wanita pada periode intranatal termasuk periode kritis
sehingga kita sebagai komunitas masyarakat modern tidak akan
membiarkan proses persalinan diselesaikan oleh alam sendiri, tetapi perlu
pemantauan. (Wagiyo, 2016).

4
4. Pemeriksaan Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital Ibu
Proses persalinan sebenarnya adalah proses adaptasi fisiologis ibu
dan janin. Adaptasi ibu terhadap proses persalinan mengakibatkan
perubahan seluruh sistem dalam tubuh ibu. Perubahan seluruh sistem
berdampak pada keadaan umu ibu yang dapat dinilai dari tanda-tanda vital
(Wagiyo, 2016).
Untuk mematau keadaan umum ibu selama kala I dengan cara
melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu secara periodik, selama kala
I pengukuran tanda-tanda vital dilakukan setiap 30 menit sekali atau
sewaktu-waktu bila dibutuhkan (Wagiyo, 2016).

5. Pemeriksaan Kontraksi Uterus


His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri, dimana tuba falopi memasuki
dinding uterus. Awal gelombang tersebut didapatkan dari pacemaker yang
terdapat di dinding uterus daerah tersebut (Wagiyo, 2016).
Seperti telah dijelaskan didepan bahwa kontraksi uterus yang
semkain lama semakin meningkat baik frekuensinya, intensitasnya,
maupun durasinya merupakan salah satu tanda kemajuan persalinan
(Wagiyo, 2016).
Cara pemeriksaan kontraksi uterus kala I :
a. Jelaskan pada ibu tentang prosedur pemeriksaan dan tujuannya.
b. Minta ibu untuk rileks dan jangan terganggu dengan prosedur
pemeriksaan ini
c. Pemeriksa berdiri atau sambil duduk disamping kanan ibu
d. Taruh tangan kiri di perut ibu selama 10 menit secara terus menerus
e. Tangan kanan memegang arloji dan perhatikan
f. Selama 10 menit berapa kali terjadi kontraksi uterus catat ini sebagai
frekuensi kontraksi dan sekali kontraksi berapa lama dari mulai
kontraksi sampai relaksasi, ini catat sebagai durasi kontraksi

5
g. Pemeriksaan ini selama kala I dilakukan secara periodik setiap 30 menit
sekali.

6. Pemeriksaan Dalam (VT)


Kemajuan persalinan juga dinilai dari pembukaan jalan lahir dan
turunnya fetus ke dalam jalan lahir. Untuk mengetahui hal tersebut dengan
cara melakukan periksa dalam dengan prosedur :
a. Beri penjelasan ibu tentang prosedurnya dan tujuan pemeriksaan
b. Atur posisi ibu dengan posisi dorsal recumben
c. Pastikan bahwa kandung kemih ibu dalam keadaan kosong
d. Lakukan perasat vulva hygiene
e. Minta ibu untuk relaksasi
f. Dengan tangan kanan masukkan jari tengan kedalam introitus vagina
sedalam ½ jari kemudian tekan kearah perinium kemudian diikuti
masuknya jari telunjuk jari yang lain dalam posisi dilipat, secara
bersamaan masukkan lebih dalam dari kedua jari dengan menyusuri
dinding vagina untuk menentukan apakah ada kelainan
g. Tempatkan jari telunjuk pada pars supravaginalis, deteksi kondisi
porsio dengan jari tengah (konsistensi, ketebalan dan pembukaan) bila
osteum uteri eksternum telah terjadi pembukaan dan dengan jari satu
terasa longgar masukkan jari telunjuk, dengan kedua jari tersebut
estimasukan luas pembukaan
h. Setelah diketahui luas pembukaan langkah berikutnya adalah
menentukan apakah ketubah utuh atau tidak, untuk lebih memudahkan
bila pada saat terjadi kontraksi maka selaput ketuban akan terasa lebih
menonjol sehingga teraba undulasinya
i. Menentukan presentasi dan posisi presentasi, untuk menentukan
presentasi dengan periksa dalam tidak terlalu sulit tetapi posisi
presentasi akan sangat sulit untuk pemeriksa pemula sehingga sebagai
penuntun dalam menentukan posisi presentasi melalui periksa dalam,
ikuti langkah-langkah berikut :

6
1) Cari sutura sagitalis
Dengan kedua jari, setelah ketemu telusuri sepanjang sutura untuk
mencari fontanel posterior
2) Tentukan keberadaan sutura sagitalis
3) Sejajar atau tegak lurusatauoblik terhadap diameter anteroposterior
pintu bawah panggul
4) Tentukan keberadaan fontanel posterior
Apakah berada pada Os simfisis tepat, kuadran kanan depan atau
kiri depan bidang pintu bawah panggulatauberada tepat pada garis
transversal kananataukiri bidang pintu bawah
panggulatauberadapada kuadran kananataukiri belakang bidang
pintu bawah panggul.
5) Setelah selesai keluarkan jari dan lihat adanya lendir dan darah
6) Pemeriksaan vaginal touch
Dilakukan setiap 4 jam sekaliatausewaktu-waktu bila ada indikasi.
Pmeriksaan VT yang terlau sering meningkatkan risiko infeksi dan
udema pada vagina, vulva dan labia sehingga elastisitasnya dapat
menurun.

7. Pemantauan Pengeluaran Pervaginam


Kemanjuan persalinan juga dapat dilihat dari pengeluaran pervaginam,
pada persalinan normal cairan yang keluar secara berturut-turut adalah
sebagai berikut :
a. Belum dijumpai pembukaan, namun porsio sudah lunak dan mulai
mendatar atau menipis
b. Lendir bercampur darah ini terjadi karena rusaknya selaput mukosa
dan pembuluh darah kecil yang pecah akibat delatasi pada kanalis
servikalis dan tekanan bagian presentasi terhadap jalan lahir
c. Cairan ketuban akibat pecah spontan, ketuban pecah biasanya
menjelang pembukaan lengkap

7
8. Amniotomi
Bila pembukaan telah lengkap dan ketuban belum pecah maka segera
dilakukan amniotomi dengan prosedur :
a. Posisikan ibu dalam posisi dorsal decumben
b. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa sudah waktunya
dilakukan amniotomi
c. Jika hasil VT pembukaan 7-10 ketuban belum pecah segera lakukan
amniotomi dengan kedua jari tangan kanan tetap didalam introitus
vagina, tangan kiri mengambil ½ koher.
d. Masukkan ½ koher dengan cara menyusuri diantara kedua jari tangan
kanan dan bagian yang tajam menghadap posterior
e. Lindungi ujung ½ koher dengan ujung kedua jari tangan kanan dan
putar ½ koher menghadap keanterior
f. Bersamaan dengan datangnya his ibu meneran tolehkan ½ koher ke
selaput ketuban, setelah pecah lebarkan robekan selaput ketuban dengan
kedua jari tengah kanan
g. Jangan terburu-buru mengeluarkan tangan, pastikan apa dan posisi
presentasi
h. Tentukan apakah terjadi molase atau tidak
i. Keluarkan tangan setelah pemeriksaan dianggap cukup

9. Diagnosa Keperawatan yang sering Muncul Pada Kala I


a. Nyeri akut berhubungan dengan Kontraksi uterus, hipoksia jaringan
uterus delatasi servik, tekanan bagian presentasi terhadap segmen
bawah rahim dan ketegangan beberapa ligamentum
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
menurunnya asupan, meningkatnya metabolism
c. Resiko tinggi cidera pada ibu dan bayi berhubungan dengan efek
penggunaan obat-obatan, tekanan bagian presentasi terhadap visika
urinaria dan jalan lahir, kontraksi hipertonik

8
d. Resiko terjadi gangguan pertukaran gas atau distress pada fetus
berhubungan dengan kontraksi yang berlebihan, kesalahan posisi tidur
ibu
e. Ansietas : ringan berhubungan dengan kritis situasi, kebutuhan tidak
terpenuhi

B. Kompres Hangat
1. Definisi
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada
daerah tertentu (Uliyah & Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat
dilakukan dengan menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau
handuk yang telah direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang
nyeri. Sebaiknya diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.
Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa,
membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa
nyeri, dan memperlancar aliran darah.
Kompres hangat bermanfaat untuk meningkatkan suhu kulit lokal,
melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi pembuluh darah,
mengurangi spasme otot dan meningkatkan ambang nyeri, menghilangkan
sensasi rasa nyeri, serta memberikan ketenangan dan kenyamanan
(Simkin, 2005).
Air merupakan sarana yang baik bagi suhu panas, dan lebih baik
daripada udara. Dengan air, kita tidak terlalu banyak terpengaruh oleh
panas maupun dinginnya suhu udara, seperti saat kita mencelupkan
(merendam) tubuh kita ke dalam air panas maupun dingin. Maksudnya,
suhu udara di luar bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi (rasa
tubuh), tetapi media pemindah dan penyampai rasa dan juga berperan
besar dalam menghasilkan pengaruh rasa. Misalnya, suhu air panas yang

9
dapat digunakan dalam kondisi biasa berkisar sekitar 46oC (Mahmud,
2007).
Tugas utama air di sini adalah memompa suhu panas kepada tubuh,
hingga secara perlahan terjadi peringatan mekanis dan kimiawi yang
berdampak positif. Pengaruh lainnya juga kepada tubuh bagian luar,
anggota-anggota tubuh bagian dalam, dan sirkulasi darah. Suhu panas
(panas tubuh) menjadi pendorong yang positif bagi energi tubuh. Ini
terjadi berkat pengaruh efektifnya terhadap komponen-komponen sel yang
terdiri dari berbagai elektron, ion-ion dan lain sebagainya (Mahmud,
2007).
Air hangat (46,5-51,5oC) memiliki dampak fisiologis bagi tubuh,
yaitu pelunakan jaringan fibrosa, mempengaruhi oksigenisasi jaringan
sehingga dapat mencegah kekakuan otot, memvasodilatasikan dan
memperlancar aliran darah, sehingga dapat menurunkan atau
menghilangkan rasa nyeri.

2. Jenis-Jenis Kompres Hangat


a. Kompres hangat kering
Yakni dengan menggunakan pasir yang telah dipanasi sinar matahari
guna mengobati nyeri-nyeri rematik pada persendian. Selain itu, terapi
ini juga dapat mengurangi berat badan dan menghilangkan kelebihan
berat badan.
b. Kompres hangat lembap
Dewasa ini, kompres jenis ini digunakan dengan sarana atau mediasi
sebuah alat yang dikenal dengan nama hidrokolator. Yakni alat elektrik
yang diisi air, digunakan untuk memanaskannya hingga mencapai suhu
tertentu. Di dalam alat ini dicelupkan beberapa alat kompres dengan
bobot bervariasi yang cocok untuk menutupi seluruh bagian tubuh.
Terapis mengeluaran kompre-kompres ini dengan menggunakan
penjepit khusus, lalu melipatnya dengan handuk dan meletakkannya di
atas tubuh pasien agar kompres tersebut berfungsi menghilangkan

10
penyusutan otot dan membuatnya lentur kembali. Selain itu juga untuk
membatasi atau mencegah nyeri dan memulihkan sirkulasi darah.
c. Kompres bahan wol hangat
Yakni dengan memanaskan bahan wol di atas uap kemudian diperas.
Kompres macam ini memiliki kelebihan dengan kepanasannya yang
tinggi dan tidak akan mencederai atau berbahaya bagi kulit. Kompres
ini terdiri dari kompres dalam yang ditutup dengan tutup plastik tahan
air. Juga memiliki bungkus luar terbuat dari bahan wol untuk mencegah
atau membatasi masuknya hawa panas. Kompres ini digunakan untuk
menghilangkan nyeri-nyeri dan penyusutan otot-otot. Kompres ini juga
dapat digunakan 3-4 kali selama 5-10 menit.
d. Kompres gelatine (jelly)
Kompres model ini memiliki keistimewaan yang mampu menjaga panas
atau dingin untuk beberapa lama. Kelebihan kompres ini terletak pada
fleksibelitas bentuknya yang dapat dicocokkan dengan anggota tubuh
sehingga mampu menghasilkan suhu yang diharapkan dan sanggup
menggapai seluruh bagian tubuh. Proses pendinginan kompres ini
dihasilkan melalui alat khusus (hidrokolaktor) yang memungkinkan
suhu panas untuk diatur. Kompres gelatine ini memiliki pengaruh dan
cara penggunaan yang sama dengan kompres dingin (Mahmud, 2007).
Ketika memberikan kompres hangat pada klien, harus tetap
diperhatikan suhu dari kompres itu sendiri untuk keefektifan kompres
dalam mengurangi nyeri dan menghindari cedera pada kulit akibat suhu
yang terlalu panas (Potter & Perry, 2010).

C. Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I


Nyeri persalinan adalah sensasi/ pengalaman yang tidak
menyenangkan akibat kontraksi uterus pada kala I persalinan (Bobak &
Jhonson, 2004, dalam Maryunani, 2010, hlm.6).
Fenomena nyeri persalinan yang dialami oleh setiap wanita yang
pernah melahirkan berdampak secara psikologis, sehingga setiap wanita yang

11
mengalami kehamilan terbayang akan nyeri persalinan, terlebih pada wanita
yang mempunyai pengalaman tidak menyenangkan selama menjalani proses
persalinan yang pertama.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh para ahli obstetrik dan profesi
terkait melalui penelitian untuk menurunkan atau menghilangkan nyeri
persalinan baik secara farmakologis maupun non farmakologis,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui proses penelitian
telah ditemukan berbagai metode pengendalian nyeri persalinan. Secara non
farmakologis penatalaksanaannya antara lain dengan menggunakan kompres
hangat, massage, tehnik relaksasi dan distraksi (Potter & Perry, 2010,
hlm.245).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marsinova, Reka &
Jon (2013) yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Kering Pada Nyeri
Persalinan Primipara Kala I Fase Aktif di Rumah Bersalin Rejang Lebong”,
menyatakan bahwa ada pengaruh kompres hangat kering terhadap penurunan
nyeri persalinan kala I fase aktif pada primipara sebelum dan sesudah
diberikan kompres hangat kering (p = 0,000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deasyana Pratiwi,
Wagiyo, & Ulfa Nurullita (2016) yang berjudul “perbedaan efektifitas tehnik
counter-pressure dan kompres hangat terhadap penurunan nyeri persalinan
kala I fase aktif Di rsud sunan kalijaga demak”, menyatakan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara efektifitas tehnik Counter-Pressure dan
Kompres Hangat terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif dengan
nilai p (0,000<0,05). Dari kedua tehnik tersebut yang lebih efektif dalam
mengurangi nyeri pinggang persalinan adalah tehnik Counter-Pressure
dengan hasil nilai mean 1,83> mean tehnik Kompres Hangat 1,50.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mutia Felina, Masrul,
& Detty Iryani (2015) yang berjudul “Pengaruh Kompres Panas dan Dingin
terhadap Penurunan Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Fisiologis Ibu
Primipara”, menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh pemberian
kompres panas dan dingin terhadap penurunan nyeri persalinan.

12
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Inna Antriana (2016)
yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Pengurangan Nyeri
Persalinan Pada Kala I Fase Aktif di BPS Bidan Kokom Komariah Cijati-
Majalengka Tahun 2016” menyatakan bahwa ada pengaruh kompres hangat
terhadap pengurangan nyeri persalinan pada kala I fase aktif.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zulfa Khusniyah Hajar
Dewi Rizqi (2011) yang berjudul “ Efektifitas Stimulasi Kulit Dengan Teknik
Kompres Hangat Dan Dingin Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Kala I Fase
Aktif Persalinan Fisiologis” menyatakan bahwa ada perbedaan efektifitas
stimulasi kulit dengan teknik kompres hangat dan kompres dingin terhadap
penurunan persepsi nyeri kala 1 fase aktif persalinan fisiologis.
Berdasarkan hasil pencarian jurnal yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kompres hangat berpengaruh untuk mengatasi atau
mengurangi nyeri pada persalinan kala I, maka kefektifannya akan diuji
kembali atau diaplikasikan pada pasien di ruangan VK (bersalin) yang
mengalami nyeri akibat proses persalinan kala I, dimana akan diberi
perlakuan pada satu pasien kelolaan yang dianggap mengalami tingkat nyeri
yang dari yang menggangu sampai tak tertahankan (skala nyeri 4-10).

D. Standart Operational Prosedur


Prosedur Pelaksanaan
Buli-buli dengan air hangat ( volume 1L) dengan suhu 40-50⁰C dan
ditutup kemudian dikeringkan. Masukkan buli-buli kedalam kantong kain
kemudian tempatkan buli-buli pada daerah yang akan dikompres (pinggang)
selama 20 menit, setelah 20 menit lalu isi lagi buli-buli dan taruh pada daerah
yang akan dikompres jika ibu menginginkan (tidak boleh lebih dari 1 jam).
Catat perubahan yang terjadi setelah tindakan pada lembar observasi.

13
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR
PENERAPAN KOMPRES KERING DENGAN BULI BULI HANGAT
PADA IBU BERSALIN KALA I
PENGERTIAN Memberikan kompres hangat kering
dengan buli-buli hangat
TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Merangsang 14 eristaltic
4. Menurunkan suhu tubuh
KEBIJAKAN Inpartu kala I
PETUGAS Mahasiswa Profesi Ners
PERALATAN 1. Buli-buli hangat (Warm Water Zack)
2. Perlak dan alasnya
3. Air hangat
4. Termometer suhu air
5. Alat tulis
6. Lap kerja
7. Lembar observasi
PROSEDUR 1. Tahap pra interaksi
PELAKSANAAN
a. Memperkenalkan diri
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat
pasien dengan benar

2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan maksud dan
tujuan
c. Menanyakan persetujuan dan

14
kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Menjaga privasi
b. Meminta ibu untuk mengisi
lembar biodata (khusus
pertemuan pertama)
c. Meminta ibu untuk mengisi
lembar observasi skala
pengukuran nyeri Wong Baker
Facial Gramace Scale
d. Mengatur posisi pasien
senyaman mungkin
e. Mengisi WWZ dengan air
hangat : ½ -¾ (saat mengisi air,
WWZ diletakkan rata dengan
kepala, WWZ ditekuk sampai
permukaan air kelihatan agar
udara tidak masuk)
f. Mengukur suhu air dengan
thermometer suhu : 41-43°C
g. Mengeringkan WWZ dengan
lap kerja agar tidak basah, lalu
bungkus dengan sarung WWZ
h. Meletakkan pengalas di bawah
daerah yang akan di pasang
WWZ
i. Menganjurkan ibu miring kiri
agar lebih mudah dilakukan
kompres pada daerah pinggang
dan perut ibu. Kompres hangat
dilakukan selama 20 menit.

15
j. Memantau respons pasien

4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
yang dilakukan
b. Membereskan alat
c. Merapikan pasien
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam
lembar observasi

SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR


PENERAPAN KOMPRES BASAH DENGAN HANDUK AIR HANGAT
PADA IBU BERSALIN KALA I

PENGERTIAN Memberikan kompres hangat basah


dengan handuk
TUJUAN 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Merangsang 16eristaltic
4. Menurunkan suhu tubuh
KEBIJAKAN Inpartu kala I
PETUGAS Mahasiswa Profesi Ners
PERALATAN 1. Kom berisi air hangat 40-50°C
2. Termometer suhu air
3. Alat tulis
4. Lap kerja
5. Handuk
6. Perlak dan alasnnya
7. Lembar observasi
PROSEDUR 1. Tahap pra interaksi

16
PELAKSANAAN a. Memperkenalkan diri
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat
pasien dengan benar

2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Menanyakan persetujuan dan
kesiapan pasien

3. Tahap kerja
a. Menjaga privasi
b. Meminta ibu untuk mengisi
lembar biodata (khusus
pertemuan pertama)
c. Meminta ibu untuk mengisi
lembar observasi skala
pengukuran nyeri Wong Baker
Facial Gramace Scale
d. Mengatur posisi pasien miring
kekiri
e. Mengukur suhu air dengan
thermometer suhu : 40-50°C
f. Memasang perlak dan alasnya
g. Mengompres daerah pinggang,
punggung dan perut pasien
selama 20 menit
h. Memantau respons pasien

4. Tahap terminasi

17
a. Melakukan evaluasi tindakan
yang dilakukan
b. Membereskan alat
c. Merapikan pasien
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar
observasi

Sumber : Eka Oktaviana (2017).

18
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

i Waktu
Minggu, 16 September 2018 jam 19.00 wib untuk pasien 1. Senin, 17
September 2018 jam 18.00 wib untuk pasien 2.
ii Sasaran
Ny. I dengan intranatal kala 1, Ny. Dengan intranatal kala 1
iii Tempat
DI RUANG BERSALIN RSUD DR. LOEKMONO HADI
iv Setting
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Menentukan rencana kegiatan
2) Mengajukan proposal kegiatan
3) Melakukan konsultasi, perbaikan proposal, dan kegiatan yang akan
dilaksanakan
4) Menentukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alat yang akan
digunakan dalam pelaksanaan
5) Mengumpulan data tentang pasien dengan pasien intranatal kala 1
b. Pelaksanaan
1) Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum
melaksanakan intervensi pada pasien
2) Mahasiswa menemui pasien, mengucapkan salam, mengevaluasi
keadaan pasien, menjelaskan tentang tujuan, manfaat kompres hangat
kemudian memberikan informed consent.
3) Pasien yang menyetujui dijadikan responden diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
4) Melakukan pengkajian data fokus
5) Mengimplementasikan kompres hangat sesuai dengan SOP
6) Melakukan evaluasi tindakan
7) Catat pada pelaporan tindakan / catatan perkembangan

19
A. Instrument
1. Alat dan bahan pengumpulan data
a. Kuesioner yang mengacu kompres hangat.
b. Rekam medis pasien
c. Format evaluasi tindakan
2. Alat dan bahan pelaksanaan
a. Kom berisi air hangat 40-50°C
b. Termometer suhu air
c. Lap kerja
d. Handuk
e. Perlak dan pengalas
B. Prosedur
1. Tahap pra interaksi
a. Memperkenalkan diri
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Menjaga privasi
b. Meminta ibu untuk mengisi lembar biodata (khusus pertemuan
pertama)
c. Meminta ibu untuk mengisi lembar observasi skala pengukuran nyeri
Wong Baker Facial Gramace Scale
d. Mengatur posisi pasien miring kekiri
e. Mengukur suhu air dengan thermometer suhu : 40-50°C
f. Memasang perlak dan alasnya
g. Mengompres daerah pinggang, punggung dan perut pasien selama 20
menit

20
h. Memantau respons pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang dilakukan
b. Membereskan alat
c. Merapikan pasien
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

C. Pengelolaan Pasien
1. Pengkajian Fokus
Tanggal/ Pasien Kelolaan Data Fokus
Jam
16/09/2018 Pasien Kelolaan 1 DS :
- Klien mengatakan perutnya
19.00 WIB Ny. I
kencang – kencang dan terasa
Umur : 20 tahun nyeri.
- P= kontraksi perut
Alamat :Kudus
- Q= ditusuk
Pendidikan: SLTA - R = perut
- S= 6
Pekerjaan: Ibu rumah
- T=hilang timbul
tangga
DO :
G1P0A0 Inpartu Kala 1
Tampak pasien meringis dan
Pembukaan 8 menggerang kesakitan
TD : 125/90 mmHg
N : 90 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,5 C
17/09/2018 Pasien Kelolahan 2 DS :
- Klien mengatakan perutnya
18.00 WIB Ny. T
kencang – kencang dan terasa
Umur : 30 tahun nyeri.
- P= kontraksi perut
Alamat :Kudus
- Q= ditusuk
Pendidikan: SLTA - R = perut
- S= 6
Pekerjaan: Swasta
- T=hilang timbul
G1P0A0 Inpartu Kala 1

21
Pembukaan 5 DO :
Tampak pasien meringis dan
menggerang kesakitan
TD : 130/90 mmHg
N : 95 kali/menit
RR : 20 kali/menit
S : 36,5 C

2. Implementasi & Evaluasi


No. Pasien Tanggal Skala Nyeri Pre Skala Nyeri Post
Kelolaan Implementasi Kompres Hangat Kompres Hangat
1 Ny. I 16/09/2018 6 5
2 Ny. 17/06/2018 6 5

3. Evaluasi Tindakan
Pasien Kelolaan
No Evaluasi yang di Nilai
1 2 3 4
Ekspresi wajah Pasien rileks atau
1 tenang selama mengikuti intervensi x 
yang diberikan
Pasien mengikuti bimbingan petugas
2 kesehatan saat dilakukan implementasi  
kompres hangat
Pasien terlihat dilakukan kompres
3  
hangat selama 20 menit
Pasien mengatakan skala nyeri
4  
berkurang
5 Terjadi penurunan skala nyeri  

22
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

A. Hasil Analisis Questioner/ Lembar Observasi


Hasil analisis yang didapatkan pada hari minggu, 16-09-2018 jam 19.30
wib untuk Ny. I dengan skala nyeri intranatal kala 1 hasil pre 6 dan post 5, dan
pada hari senin, 17-09-2018 jam 19.00 wib untuk Ny.T dengan skala nyeri
intranatal kala 1 hasil pre 6 dan post 5. Tindakan kompres hangat
memperlihatkan ada penurunan skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian
kompres hangat.
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka orang tersebut akan mudah
dalam menerima hal-hal baru (Notoatmodjo,2005,hlm.30). tingkat pendidikan
juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman seseorang terhadap stimulus,
tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah mengidentifikasi stresor
dalam diri sendiri (Lutfa dan Maliya,2008,hlm.188).
Berdasarkan hasil pengolahan pasien intranatal didapatkan responden
dengan pendidikan SLTA. Karena semakin tinggi pendidikan seseorang akan
semakin baik pula pengetahuan dan cara lebih mudah memperoleh informasi
tentang keadaannya. Sehingga tingkat pendidikan tidak mempengaruhi hasil
pengolahan pasien intranatal kala 1 terhadap implementasi kompres hangat
untuk mengurangi nyeri kala 1.
Berdasarkan hasil pengolahan tentang gambaran karakteristik
responden pada pasien bersalin masinng – masinng usia responden adalah 20
dan 30 tahun. Usia nomal wanita produktif yakni 15-45 tahun, karena pada
usia tersebut organ tubuh wanita yang disebut rahim telah mampu
menghasilkan indung telur di dalam rahimnya dan bereproduksi
(Salim,2009,hlm.45).
Masa reproduksi sehat, dalam arti masa yang paling aman untuk hamil
dan melahirkan adalah usia 20-35 tahun. Pada usia kurang dari 20 tahun
wanita belum siap secara psikis dan mental, meskipun secara biologis sudah
mampu mengandung dan melahirkan. beberapa risiko yang bisa terjadi pada

23
kehamilan di usia kurang dari 20 tahun adalah kecenderungan naiknya tekanan
darah dan pertumbuhan janin terhambat (Nakita,2015).
Faktor usia dapat mempengaruhi respon nyeri seseorang, ini lebih
digunakan untuk menjelaskan respon nyeri anak dengan dewasa. Anak
mempunyai respon nyeri yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan usia
remaja, dewasa dan orang tua. Ini dikarenakan anak dapat mengekspresikan
nyeri lebih bebas sedangkan pada remaja respon nyeri lebih rendah karena
dapat mengontrol perilakunya, sedangkan usia dewasa dan tua lebih rendah
karena mereka menganggap nyeri merupakan proses alami
(Maslikanah,2011,hlm.14)
Dalam pengolahan ini memiliki arti bahwa faktor usia bukan
merupakan pengganggu karena kedua responden berada dalam kategori usia
yang sama yaitu usia dewasa atau usia produktif.
Kompres hangat diberikan pada klien ketika persalinan kala 1 fase aktif.
Dengan posisi ibu bersalin miring ke arah kiri. Benson & Pernoll (2009)
mengatakan selama persalinan dan pelahiran, kontraksi uterus menghantarkan
darah dari jaringan vaskuler uterus. Pada posisi terlentang terjadi peningkatan
aliran balik vena dan secara sementara meningkatkan curah jantung sebanyak
± 25%. Sedangkan pada posisi berbaring miring hanya terjadi peningkatan 7%
- 8%. Sehingga ibu bersalin dianjurkan untuk miring ke kiri. Prinsip kerja
kompres hangat dengan menggunakan buli-buli panas yang dibungkus kain
yaitu secara konduksi di mana terjadi perpindahan panas dari bulibuli panas ke
dalam rongga perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan
ketegangan otot. Kompres hangat ini diberikan selama 15-20 menit.Menurut
(Potter & Perry, 2011), kompres hangat dilakukan dengan bulibuli yang
dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari
buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh
darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang
dirasakan akan berkurang atau hilang. Peneliti berpendapat metode kompres
hangat telah sesuai dengan SOP dan dapat diterima oleh ibu dengan baik
karena membuat ibu menjadi nyaman (Yeni, 2018).

24
Penurunan nyeri yang terjadi karena pemberian kompres hangat pada
area punggung selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen
sistem vaskuler dalam keadaan vasodilatasi menjadi homeostatis serta dapat
mengurangi kecemasan dan ketakutan serta adaptasi dengan nyeri selama
proses persalinan (Brenda,2011,hlm.124 dalam penelitian Deasyana, 2015).
Terapi kompres hangat telah terbukti meningkatkan kemampuan ibu untuk
mentoleransi nyeri selama melahirkan karena efek dari panas. Dengan
mengompres daerah sacrum ibu (punggung bawah) dapat mengurangi nyeri
persalinan. Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan
signal ke hiphotalamus melalui spinal cord. Ketika reseptor yang peka
terhadap panas dihiphotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan
signal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran
pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi oksigenisasi mencegah
terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot rileks dan
menurunkan rasa nyeri (Shone, 2011, hlm.201 dalam penelitian Deasyana,
2015).
B. Faktor Pendukung
Faktor pendukung pada pengelolaan pasien tersebut adalah tersediannya alat
untuk melaksanakan tindakan kompres hangat. Untuk mengurangi rasa nyeri
yang dirasakan pasien. Selain itu dari faktor keluarga juga mendukung akan
kenyamanan pasien dalam proses persalinan pasien . Keluarga mematuhi apa
yang harus dilakukan terhadap pasien. Sehingga dalam pelaksanaan tindakan
terhadap pasien juga lancar meskipun ada sedikit hambatan saat melakukan
pengkajian maupun tindakan terhadap pasien.
C. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pada proses pengelolaan pasien tersebut adalah pasien
sendiri. Pasien yang tidak kooperatif terhadap apa yang dilakukan oleh
perawat seperti sering bergerak karena nyeri yang dialami sehinga kompres
yng diberikan sering berpindah posisi sehingga kurang pas dalam
peletakannya.

25
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Nyeri persalinan adalah sensasi/ pengalaman yang tidak menyenangkan
akibat kontraksi uterus pada kala I persalinan. Berbagai upaya yang dilakukan
oleh para ahli obstetrik dan profesi terkait melalui penelitian untuk
menurunkan atau menghilangkan nyeri persalinan baik secara farmakologis
maupun non farmakologis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui proses penelitian telah ditemukan berbagai metode pengendalian
nyeri persalinan. Secara non farmakologis penatalaksanaannya antara lain
dengan menggunakan kompres hangat, massage, tehnik relaksasi dan
distraksi (Potter & Perry, 2010, hlm.245).
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
(Uliyah & Hidayat, 2008). Kompres hangat dapat dilakukan dengan
menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah
direndam di dalam air hangat, ke bagian tubuh yang nyeri. Sebaiknya diikuti
dengan latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres
hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar aliran darah.
Dilihat dari hasil pengolahan pasien intranatal kala 1 dengan nyeri yang
dialami terdapat penurunan skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat
dengan hasil masing – masing pasien pre 6 menjadi post 5.
B. Saran
Berdasarkan simpulan diatas, disarankan beberapa hal yang berkaitan dimasa
yang akan datang :
1. Untuk pasien
Sebagai pengetahuan bagi pasien untuk mengurangi nyeri persalinan kala
1.

26
DAFTAR PUSTAKA

Bandiyah. (2009). Kehamilan Persalinan dan Gangguan Kehamilan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Berman, A.(2009).Praktik Keperawatan Klinis Kozier & Erb. AlihBahasa Meiliya


dkk. Jakarta: EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:


EGC

F. Kovacs, C. Horváth, Á.T. Balogh, G. Hosszú, 2010.Fetal phonocardiography—


past and future possibilities, Comput.Methods Programs Biomed.

Mahmud, Mahir Hasan, 2007. Terapi Air, Qultum Media, Jakarta

Manuaba, IBG, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta: EGC

Manurung, dkk. (2011). Pengaruh Tehnik Pemberian Kompres Hangat Terhadap


Perubahan Skala Nyeri Persalinan Pada Klien Primigravida.
Keperawatan ; Poltekkes Jakarta

Michelle. (2009). Labor and Delivery Nursing. Newyork: spinger publishing


company, LLC.
http://journals.lww.com/cnsjournal/Citation/2009/11000/Labor_and_De
livery_Nursing__A_Guide_to.14.aspx. Diakses pada tanggal 15
September 2018.

Muaningsih. 2012. Menilai dan memprediksi adanya kelainan jantung bawaan


pada janin dalam kandungan dengan analisis.

Oktaviana, Eka. 2017. Penerapan Kompres Hangat Dan Dingin Untuk


Mengurangi Nyeri Inpartu Kala I Dan II Di Puskesmas Sempor 1 Tahun
2017. Sekolah tinggi ilmu kesehatan muhammadiyah gombong.

Potter, Patricia. A & Perry, Anne G, 2010. Buku Ajar fundamental keperawatan;
konsep, proses dan praktik edisi 4. Alih bahasa: Komalasari, Renata.
Jakarta: EG

27
Rasad, Sjahriar. 2005. Toraks. Dalam: Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua.
Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia.

Simkin, Penny & Ancheta, Ruth, 2005. Buku Saku Persalinan. EGC, Jakarta

Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama
The Globel numbers WHO. (2010). The Globel numbers and cost of a additionary
neede and unncesarry section performed per year. (www.who.ord)
diakses tanggal 15 September 2018

Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul, 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi
Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta

Wagiyo, 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal & Bayi Baru Lahir
fisiologis dan Patologis. Andi Offset : Yogyakarta.

28

Anda mungkin juga menyukai