Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS JURNAL

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP


PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF

Oleh

SITI MASITHA A. MANANGIN


NIM 841719032

MENGETAHUI

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Yuningke Manengke S.Kep Ns. Rini Wahyuni Mohamad, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup

bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan disusul dengan

pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, atau jalan

lahir dengan bantuan, atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit (Marmi, 2012).

World Health Organization (WHO) 2014, memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran, sekitar

99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang, sekitar 80% kematian

maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,

persalinan dan setelah persalinan. Menurut WHO pada tahun 2014 Angka Kematian

Ibu (AKI) di dunia mencapai 289.000 jiwa dimana dibagi atas beberapa Negara

antara lain Amerika Serikat mencapai 9.300 jiwa, Afrika Utara 179.000 dan Asia

Tenggara 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara-negara Asia Tenggara

yaitu Indonesia 241 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran

hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000

kelahiran hidup, Brunai 60 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 39 per 100.000

kelahiran hidup (WHO, 2014).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 Indonesia, angka

kematian ibu di Indonesia sebesar 305/100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih

2
di bawah dari negara-negara yang ada di ASEAN (Depkes RI, 2015). Terkait target

dari program SDGs (Sustainable Development Goals) RPJMN dan RENSTRA di

Tahun 2019 untuk menurunkan angka kematian ibu sebesar 306 per 100.000

kelahiran hidup dan pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (Anung,

2015). Penyebab kematian ibu termasuk perdarahan post partum, eklampsia, partus

lama dan sepsis. Penyebab kematian ibu yaitu partus lama dengan jumlah rata-rata

di dunia sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9%. Dari hasil survey diketahui bahwa

partus lama merupakan komplikasi penyebab kematian ibu yang terbanyak nomor

5 di Indonesia (Amirudin, 2013 dalam Wahyuni & Wahyuningsi, 2015).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2017,

jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2016 sebanyak 301,7 per 100.000

kelahiran hidup atau 61 jiwa. Adapun penyebab kematian yaitu karena Perdarahan

19,7% kasus, Hypertensi dalam kehamilan 16,4% kasus, Infeksi 1,7% kasus, Partus

Lama 1,7% kasus, lain-lain 59,1% kasus. Dari data awal yang diperoleh pada

tanggal 22 November 2017 di RSUD Dr. M.M Dunda Limboto. Pada tahun 2015

jumlah ibu bersalin yaitu 1.743 orang yang terdiri dari 51,6% ibu bersalin normal,

7,5% ibu bersalin dengan Extrasi Vacum, 40,9% ibu bersalin dengan Sectio

Caesaria dimana indikasi non medis berjumlah 22% atau 157 ibu. Sedangkan pada

tahun 2016, jumlah ibu bersalin 2.178 orang, terdiri dari ibu bersalin normal 47,1%,

ibu yang bersalin dengan extrasi vacum 4,3% dan Sectio Caesaria 48,6% dimana

terdapat 26,5% atau 280 ibu atas indikasi non medis. Dilihat dari data di atas maka

terjadi peningkatan jumlah kejadian Sectio Caesaria atas indikasi non medis.

Nyeri persalinan mulai timbul pada tahap kala I yang berasal dari kontraksi

uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik lama maupun

3
frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat (Lestari, dkk.

2012). Association for the study of pain dalam Judha 2012, menyatakan nyeri

merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyanangkan yang

muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan

adanya kerusakan (Judha dkk, 2012).

Pengelolaan nyeri persalinan secara non farmakologi mempunyai beberapa

keuntungan melebihi pengelolaan nyeri secara farmakologis, apabila tindakan

pengontrolan nyeri diberikan memadai. Beberapa teknik non farmakologi yang

dapat meningkatkan kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan yakni

relaksasi, tehnik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massase, hidroterapi,

music, hypnobriting, water birth (Maryunani, 2010). Salah satu metode yang efektif

dalam mengurangi nyeri persalinan secara non farmakologi adalah dengan metode

massase (Maryunani, 2010).

Deep back massage adalah pijatan lembut dengan menekan daerah sakrum

menggunakan telapak tangan. Pijat ini diberikan dengan menggunakan dasar teori

gate control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1997). Pijatan yang

diberikan akan merangsang saraf diameter besar yang menyebabkan gate control

menutup dan impuls nyeri tidak diteruskan ke korteks serebral, sehingga rasa nyeri

yang dirasakan akan berkurang (Sartina, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

analisis jurmal tentang “pengaruh deep back massage terhadap penurunan nyeri

persalinan kala I fase aktif”.

4
2.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh deep back massage terhadap penurunan nyeri

persalinan kala I fase aktif.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tentang nyeri persalinan kala I fase aktif.

b. Mengidentifikasi tentang penurunan nyeri persalinan.

c. Menganalisis pengaruh deep back massage terhadap penurunan nyeri

persalinan kala I fase aktif.

2.3 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori

khususnya yang berkaitan dengan pengaruh deep back massage terhadap penurunan

nyeri persalina.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi program studi profesi ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan

bacaan dalam stase keperawatan maternitas Tentang Pengaruh Deep Back

Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif.

b. Bagi Bidan Dan Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

perawat dan bidan dalam melakukan intervensi.

5
c. Bagi rumah sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam melaksanakan penatalaksanan pada pasien dalam persalinan.

d. Bagi pasien

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi pasien dan

keluarga agar dapat menggunakan terapi deep back massage terhadap

penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif.

6
BAB II

METODE DAN TINJAUN TEORITIS

2.1 Metode Pencarian

Analisis jurnal ini menggunakan 2 (dua) media atau metode pencaian jurnal

yaitu menggunakan data base dari google scholar dan science direct sebagai

berikut :

Kata Kunci Hasil Pencarian

Terapi massege 5.700

Pengaruh Deep Back Massege 6000

Penurunan Nyeri Persalinan 7230

2.2 Konsep Tentang Tinjauan Teoritis

Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks dan janin

turun ke dalam jalan lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup

bulan atau hampir cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan disusul dengan

pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, atau jalan

lahir dengan bantuan, atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan dianggap

normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit (Marmi, 2012).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran

bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu (Yanti, 2010).

7
Tanda-tanda dan gejala premonitor yang dapat memberitahukan anda

terhadap wanita yang mendekati persalinan. Seorang wanita dapat menunjukkan

beberapa,semua atau tidak sama sekali dari gejala-gejala tersebut, tetapi hal ini

sangat berguna untuk diketahui ketika menemui wanita pada akhir kehamilan

sehingga anda dapat memberikan petunjuk dan konseling antisipasi yang tepat

(APN, 2004).

Menurut Ujiningtyas (2009), beberapa faktor yang berperan dalam

persalinan antar lain :

1) Kekuatan Mendorong Jalan Keluar ( Power )

a) His (kontraksi uterus )

b) Kontraksi otot dinding perut

c) Kontraksi diafragma pelvis.

d) Ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum.

e) Efektivitas kekuatan pendorong.

f) Lama persalinan

2) Janin ( Passanger)

a) Letak janin.

b) Posisi janin.

c) Presentasi janin.

d) Letak plasenta.

3) Jalan Lintas ( Passage)

a) Ukuran dan tipe panggul.

b) Kemampuan serviks untuk membuka.

c) Kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.

8
4) Kejiwaan (Psyche)

a) Persiapan fisik untuk melahirkan.

b) Pengalaman persalinan.

c) Dukungan orang terdekat.

d) Intregitas emosional

Proses persalinan terdiri atas empat fase atau kala Kala I : waktu mulai

serviks membuka sampai pembukaan lengkap 10 cm. Kala II : waktu pengeluaran

janin. Kala III : waktu pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta. Kala IV : waktu

satu sampai dua jam setelah plasenta lahir. (Ujiningtyas, 2009)

Salah satu teori nyeri yang paling dapat diterima dan dipercaya adalah Gate

control theory. Para pakar di bidang kebidanan juga menganut gate control theory

ini untuk menjelaskan nyeri dalam persalinan. Dasar pemikiran pertama gate control

theory adalah bahwa keberadaan dan intensitas pengalaman nyeri tergantung pada

transmisi tertentu pada impuls-impuls saraf. Kedua, mekanisme gate sepanjang

sistem saraf mengontrol atau mengendalikan transmisi nyeri akhirnya. Jika gate

terbuka, impuls yang menyebabkan sensari nyeri dapat mencapai tingkat kesadaran.

Jika gate tertutup, impuls tidak mencapai tingkat kesadaran dan sensasi nyeri tidak

dialami. Indikator adanya intensitas nyeri yang paling adalah laporan ibu tentang

nyeri itu sendiri. Namun demikian intensitas nyeri juga dapat ditentukan dengan

berbagai macam cara salah satuya adalah dengan menanyakan pada ibu untuk

menggambarkan nyeri atau rasa tidak nyamannya (Maryunani, 2010).

Nyeri persalinan dapat menimbulkan kecemasan serta ketakutan pada

pasien sehingga kebutuhan oksigen meningkat, otot menjadi tegang serta tekanan

darah meningkat, keadaan ini akan merangsang katekolamin yang dapat

9
menyebabkan terjadinya pada kekuatan kontraksi sehingga mengakibatkan partus

lama (Anggraeni, 2015). Penanganan dan pengawasan nyeri persalinan terutama

pada kala I fase aktif sangat penting, karena ini sebagai titik penentu apakah seorang

ibu bersalin dapat menjalani persalinan normal atau diakhiri suatu tindakan

dikarenakan adanya penyulit yang diakibatkan nyeri yang sangat hebat. Mengingat

dampak nyeri cukup signifikan bagi ibu dan bayi, maka harus ada upaya untuk

menurunkan nyeri tersebut (Maita, 2016).

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi nyeri persalinan. Biasanya, cara

untuk mengatasi nyeri persalinan dibagi menjadi cara farmakologi dan non

farmakologi. Rasa nyeri yang dialami tiap individu berbeda-beda dan akan datang

secara perlahan dan akan mencapai puncaknya pada saat detikdetik terakhir

persalinan. Ada yang cukup kuat menghadapinya, ada juga yang tidak kuat

menghadapinya. Bagi pasien atau ibu yang merasakan nyeri tidak tertahankan lagi

dan justru bisa mengganggu proses persalinan. Metode farmakologi lebih mahal,

juga berpotensi mempunyai efek yang kurang baik sedangkan metode

nonfarmakologi lebih murah, simpel, efektif, tanpa efek yang merugikan dan dapat

meningkatkan kepuasaan selam persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya

dan kekuatannya (Maryunani, 2010).

Pengelolaan nyeri persalinan secara non farmakologi mempunyai beberapa

keuntungan melebihi pengelolaan nyeri secara farmakologis, apabila tindakan

pengontrolan nyeri diberikan memadai. Beberapa teknik non farmakologi yang

dapat meningkatkan kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan yakni

relaksasi, tehnik pernapasan, pergerakan dan perubahan posisi, massase, hidroterapi,

music, hypnobriting, water birth (Maryunani, 2010). Salah satu metode yang efektif

10
dalam mengurangi nyeri persalinan secara non farmakologi adalah dengan metode

massase (Maryunani, 2010).

Deep back massage adalah pijatan lembut dengan menekan daerah sakrum

menggunakan telapak tangan. Pijat ini diberikan dengan menggunakan dasar teori

gate control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall (1997). Pijatan yang

diberikan akan merangsang saraf diameter besar yang menyebabkan gate control

menutup dan impuls nyeri tidak diteruskan ke korteks serebral, sehingga rasa nyeri

yang dirasakan akan berkurang (Sartina,2017)

Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat mengurangi

ketegangan sendi sacroiliakus dari posisi oksiput posterior janin. Metode deep back

massage juga merupakan metode massase dengan memperlakukan pasien berbaring

miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah secrum secara mantap

dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya. Selama kontraksi

dapat dilakukan penekanan pada sacrum yang dimulai saat awal kontraksi dan

diakhiri setelah kontraksi berhenti. Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang

dikepalkan seperti bola tenis pada sacrum dimana penekanan selama kontraksi sama

dengan penurunan nyeri dengan menggunakan obat 50-100 mg meperidine. Dengan

penekanan menstimulasi kutaneus sehingga dapat menghambat impuls nyeri tidak

sampai ke thalamus. Hal ini sesuai dengan teori gate control. Back Pressure efektif

dilakukan pada kala I pembukaan 4-7 cm (Indah, dkk, 2012).

Sensasi nyeri menjalar melewati syaraf simpatis, yang memasuki modula

spinalis melalui segmen posterior syaraf spina torakallis 10, 11 dan 12. Penyebaran

nyeri pada kala I persalinan adalah nyeri punggung bawah yang dialami oleh ibu

disebabkan oleh tekanan kepala janin terhadap tulang belakang, nyeri ini tidak

11
menyeluruh melainkan nyeri disuatu titik. Akibat penurunan janin, lokasi nyeri

punggung berpindah ke bawah, ke tulang belakang bawah, serta lokasi denyut

jantung janin berpindah kebawah pada abdomen ibu ketika terjadi penurunan kepala

(Mander, 2004). Tehnik Deep back massage adalah metode procedural yang

diterapkan sebagai instrumen perlakuan pada kelompok yang mendapat deep back

massage. Secara prinsip metode ini efektif dilakukan pada pembukaan 4-7 cm. Deep

back massage saat persalinan dapat berfungsi sebagai analgesic epidural yang dapat

mengurangi nyeri dan stress, serta dapat memberikan kenyamanan pada ibu bersalin.

Oleh karena itu diperlukan asuhan essensial pada ibu saat bersalin untuk mengurangi

nyeri dan stress akibat persalinan yang dapat meningkatkan asuhan kebidanan pada

ibu bersalin (Anonim, 2018).

Deep back massage memberikan stimulasi pada bagian sacrum dengan cara

melakukan gosokan lembut dengan kedua tangan pada sacrum ibu bersalin selama

20 menit dengan frekuensi 30-40x gosokan permenit dengan gerakan seperti

mengelus-elus pada ibu bersalin kala 1 fase aktif. Namun kekuatan penekanan saat

kontraksi berbeda tingkat kekuatannya setelah kontraksi/his hilang. Setelah

kontraksi/his menghilang masasse dilakukan dengan penekanan lebih lembut. Hal

ini dilakukan untuk memberikan rasa nyaman pada ibu untuk merilekskan otot-otot

setelah adanya kontraksi. Penilaian keefektifan penggunaan deep back massage

dapat dilakukan setelah diberikan massase pada ibu selama 20 menit sejak adanya

kontraksipada salah satu pembukaan kala I fase aktif namun sebelumnya telah

dilakukan observasi pada ibu dengan asuhan persalinan normal (relaksasi) tanpa

diberikan perlakuan massase untuk mngetahui tingkat nyeri yang dialami ibu

(Aryani, 2015).

12
Menurut Danuatmaja dan Meiliasari (2004) pijat dan sentuhan membantu

ibu lebih rileks dan nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu

yang dipijat selama 20 menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas

dari rasa sakit, karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman dan enak. Saat

memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu apakh tekanan yang diberikan

sudah tepat (Noviyanti, 2016).

Massage adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan garakan atau perubahan posisi sendi

untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki sirkulasi.

Metode massase terdiri dari beberapa metode meliputi metode effleurage, metode

counterpressure, metode deep back massage, metode abdominal lifting. Tetapi

kadang kala metode massase yang dilakukan tidak pada tempatnya sehingga

hasilnya tidak effesien. Salah satu contohnya pada pelaksanaan tehnik deep back

massage dimana seharusnya pelaksanaan dilakukan tepat pada daerah sacrum

dengan telapak tangan dan posisi ibu dalam keadaan berbaring miring tetapi kadang

kala penatalaksanaan tidak sesuai sehingga nyeri yang dirasakan oleh pasien tidak

berkurang. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi ibu tidak dalam keadaan

berbaring miring, atau penekananya tidak tepat pada daerah sacrum (Noviyanti,

2016).

Massage digunakan untuk membantu relaksasi dan menurunkan nyeri

melalui peningkatan aliran darah pada daerah-daerah yang terpengaruh,

merangsang reseptor-reseptor raba pada kulit sehingga merilekskan otot-otot,

perubahan suhu kulit, dan secara umum memberikan perasaan nyaman yang

13
berhubungan dengan keeratan hubungan manusia. Massage dapat bermacam-

macam bentuk mulai dari usapan ringan (belaian), sampai dengan massage

mendalam pada kulit dan struktur dibawahnya. Menurut teori Gate Control Theory,

hal ini diyakini bahwa dapat merangsang pengeluaran dari hormone endorphin,

mengurangi produksi hormone catecholamine, dan merangsang hasil dari serabut

syaraf afferent dalam memblokir transmisi rangsang nyeri (Danuatmaja &

Meiliasari, 2004).

Indikasi pemberian Massage yaitu diberikan pada saat ibu inpartu merasa

bahwa nyeri yang dirasakan sangat mengganggu dan menyiksa. Hal ini dikarenakan

persepsi nyeri berbeda pada setiap individu. (Danuatmaja & Meiliasari, 2004).

Massage adalah cara alamiah dan spontan atau tanpa induksi persalinan atau cara –

cara lain yang berguna untuk mempercepat persalinan karena pada ibu yang

dilakukan induksi persalinan atau cara – cara untuk menimbulakan medikasi nyeri

karena Massage merupakan terapi nyeri yang paling sederhana (Danuatmaja &

Meiliasari, 2004).

14
2.3 Standar Operasional Prosedur Deep Back Massage

JUDUL SOP :

DEEP BACK MASSAGE

1. Pengertian Deep Back Massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat
mengurangi ketegangan pada sendi sacroiliacus pada posisi
oksiput posterior janin.

2. Tujuan 1. untuk mengurangi atau menghentikan penghantaran impuls


nyeri

2. meredakan ketegangan otot dan memberi rasa rileks

3. memperlancar sirkulasi darah sehingga nyeri berkurang

4. memberikan manfaat dan rasa nyaman pada punggung atas dan


bawah

5. menurunkan kecemasan

6. mempercepat persalinan

7. memudahkan bayi turun dan melewati jalan lahir

3. Indikasi 1. Klien dengan gangguan rasa nyaman nyeri punggung pada ibu
hamil kala 1 fase aktif

4. Persiapan 1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi klien


Klien dengan memeriksa identitas klien dengan cermat.

2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,


berikan kesempatan kepada klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien.

3. Siapkan peralatan yang diperlukan.

4. Atur ventilasi dan sirkulasi udara yang baik.

5. Atur posisi klien sehingga merasa aman dan nyaman

5. Cara Kerja Prosedur

1. Beri tahu klien bahwa tindakan akan segera dimulai.

2. Periksa vital sign klien sebelum memulai deep back massage

15
3. Posisikan klien dengan posisi miring ke kiri atau duduk untuk
mencegah terjadinya hipoksia janin.

4. Lakukan penekanan pada sacrum saat awal kontraksi

5. Instruksikan klien untuk menarik nafas dalam melalui hidung


dan mengeluarkan lewat mulut secara perlahan sambil klien
memejamkan mata dan sampai klien merasa rileks.

6. Penekanan diakhiri saat kontraksi berhenti

6. Evaluasi 1. Evaluasi hasil yang dicapai (penurunan skala nyeri)

2. Beri reinforcement positif pada ibu hamil

3. Mengakhiri pertemuan den gan baik

16
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Author Judul Tahun Metode Hasil Source


Sartina Pengaruh Deep 2016 Penelitian ini Hasil Penelitian ini Google
Back Massage menggunakan menunjukkan bahwa Scholar
Terhadap jenis penelitian Data dianalisis secara
Penurunan eksperimental univariat dan bivariat.
Nyeri dengan rancangan Hasil penelitian Uji
Persalinan True statistic pada seluruh
Kala I Fase Eksperimental responden
Aktif Di Bps dan desain menggunakan paired T
Bunda Amud “Pretest-Posttest, test dengan ɑ = 0,05
Dan Bps Control Group atau Confidence
Ummi Design”. yang Interval (CI) 95%
datang dengan diperoleh t=4,344, p
pembukaan 4-7 value 0,000. Dengan
cm. Karena thitung (4,344) >
jumlah populasi ttabel (2.093) yang
dalam penelitian berarti ada pengaruh
ini tidak diketahui deep back massage
maka tehnik terhadap penurunan
pengambilan nyeri persalinan kala I
sampel dengan fase aktif
Accidental
Sampling.
Astria Pengaruh Deep 2017 Jenis penelitian Penelitian ini
Blandina Back Massage yang digunakan dilakukan dengan cara
Terhadap
Gaidaka adalah mengobservasi nyeri
Nyeri
Persalinan experimental persalinan selama kala
Kala I Fase design dengan I fase aktif ibu inpartu
Aktif Ibu
rancang bangun primigravida, dari
Inpartu

17
Primigravida control group tanggal 21 Februari –
di BPS Endang pretest-post test. 31 Mei 2012. Uji
Adji, Amd.Keb
Besar sampel analisis yang
adalah 26 orang, digunakan adalah
dengan teknik wilcoxon macth pairs
allocation random test. Hasil:
sampling Berdasarkan hasil uji
kemudian dibagi wilcoxon macth pairs
menjadi 2 test menunjukkan nilai
kelompok yaitu z hitung sebesar
13 orang -2,179, dengan nilai
kelompok signifikansi 0,029 <
intevensi dan 13 0,05. Diskusi : Maka
orang kelompok dapat disimpulkan
kontrol. bahwa ada pengaruh
deep back massage
terhadap nyeri
persalinan kala I fase
aktif ibu inpartu
primigravida.
Pemberian deep back
massage yang tepat
dan sering, yang
dilakukan oleh
pendamping persalinan
maupun keluarga akan
mengurangi nyeri
persalinan kala I fase
aktif.
Dwi Nur Pengaruh Deep 2018 Desain penelitian Hasil penelitian:
Oktaviani Back Massage menggunakan menunjukkan bahwa
Terhadap
Katili1 Quasi ada pengaruh deep
Nyeri
Persalinan Exsperiment back massage terhadap
Kala I Fase dengan rancangan nyeri pesalinan kala I
Aktif Di
non-equivalent fase aktif dengan p
Ruang Bersalin

18
Rsud Dr. M.M pre test and post value 0.047 < 0.05.
Dunda test control group. Simpulan: ada
Limboto
Sampel yaitu pengaruh deep back
semua ibu massage terhadap nyeri
bersalin kala I pesalinan kala I fase
fase aktif yang aktif
berjumlah 32
responden dengan
menggunakan
teknik accidental
sampling yang
terbagi menjadi 2
kelompok, 16
responden
kelompok
intervensi dan 16
responden
kelompok
kontrol. Analisis
penelitian ini
menggunakan uji
chi square.
Muniarti Pengaruh Deep 2017 Desain penelitian Dari hasil penelitian
Back Massage adalah penelitian sebelum perlakuan
Terhadap
Pra Eksperiment hampir setengah
Intensitas
Nyeri dengan responden mengalami
Persalinan pendekatan nyeri berat terkontrol
Kala I Fase
metode One sebanyak 8 responden
Aktif Di
Ruang Bersalin Group Pra-Post (38,1%) dan setelah
Rumah Sakit Test Design. perlakuan hampir
Immanudin
Populasinya setengah responden
Kabupaten
Kotawaringin semua ibu mengalami nyeri
Barat bersalin pada saat sedang sebanyak 8
penelitian, responden (38,1%).
dengan sampel 21

19
responden Hasil analisa data
diambil dengan menggunakan uji-T
tekhnik accidental dengan nilai sig (2-
sampling. tailed) : 0,000 dan :
Pengumpulan 0,05, jadi < sehingga
data dengan H0 ditolak dan H1
observasi. diterima, artinya ada
perbedaan intensitas
nyeri persalinan
sebelum dan sesudah
diberikan deep back
massage.
Diharapkan hasil
penelitian ini dapat
digunakan sebagai
alternatif penurunan
rasa nyeri pada
persalinan dengan
mudah dilakukan tanpa
efek yang
membahayakan dalam
memberikan intervensi
pada ibu selama
persalinan kala I fase
aktif.

Zhixin Therapeutic 2012 Kami secara acak Setelah pengobatan,


Zheng,dkk evaluation of dibagi 64 pasien kami memperoleh hasil
lumbar tender
menjadi sebagai berikut dalam
point deep
massage for kelompok pengobatan kelompok
chronic non- perlakuan (32 kontrol, masing-
specific low
kasus) dan masing terdapat rasa
back pain
kelompok kontrol sakit dengan perbedaan
(32 kasus). Dua adalah 1,5 ± 0,8 dan
drop-out terjadi di 1,1 ± 0,7; perbedaan

20
masing-masing kekerasan otot adalah
kelompok. Kami 4,2 ± 1,6 dan 3,5 ± 1,3;
menggunakan dan VAS skor
jaringan meter / perbedaan adalah 1,9 ±
algometer dan 0,9 dan 1,4 ± 0,8.
skala analog Dibandingkan dengan
visual (VAS) kelompok kontrol,
untuk menilai kelompok perlakuan
intensitas ambang memiliki ambang nyeri
nyeri tekanan, tekanan yang lebih
kekerasan otot tinggi ( t = 2,09, P <
dan sakit. 0,05), dan kekerasan
ambang nyeri tekanan
yang lebih tinggi ( t =
2,09, P < 0,05), dan
kekerasan ambang
nyeri tekanan yang
lebih tinggi ( t = 2,09,
P < 0,05), dan
kekerasan ambang
nyeri tekanan yang
lebih tinggi ( t = 2,09,
P < 0,05), dan
kekerasan ambang
nyeri tekanan yang
lebih tinggi ( t = 2,09,
P < 0,05), dan
kekerasan otot yang
lebih rendah ( t = 2,05,
P < 0,05) dan intensitas
nyeri ( t = 2,46, P <
0,05).

21
3.2 Pembahasan

Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat mengurangi

ketegangan sendi sacroiliakus dari posisi oksiput posterior janin. Perlakuan deep

back massage tersebut penurunan nyeri persalinan juga didukung dengan

pengetahuan ibu dalam menghadapi proses persalinan, pengalaman yang diperoleh

dari informasi pada keluarga dan terbiasa dengan pekerjaan dalam rumah

tangganya. Sehingga meskipun secara teori ibu dengan primipara belum

mempunyai pengalaman dalam menghadapi proses persalinan namun karena rasa

ingin tahunya dan belajar dari lingkungan penurunan nyeri persalinannya dapat

teratasi.

Didukung dengan penelitian dari Sartina dengan judul Pengaruh Deep Back

Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Bps Bunda

Amud Dan Bps Ummi Tahun 2016 bahwa dari data yang diperoleh menunjukkan

bahwa responden yang mengalami penurunan nyeri persalinan lebih banyak

dibandingkan responden yang tidak mengalami penurunan nyeri persalinan. Dari

10 orang responden dalam kelompok eksperimen yakni yang diberikan perlakuan

deep back massage terdapat 8 responden (80%) yang mengalami penurunan nyeri

persalinan kala I fase aktif dan (20%) atau 2 responden yang tidak mengalami

penurunan nyeri persalinan. Responden yang mengalami penurunan nyeri

persalinan lebih sedikit dibandingkan responden yang tidak mengalami penurunan

nyeri persalinan. Dari 10 orang responden dalam kelompok kontrol yakni yang

diberikan perlakuan deep back massage terdapat 3 responden (30%) yang

mengalami penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif dan (70%) atau 7 responden

yang tidak mengalami penurunan nyeri persalinan. Secara rinci penurunan nyeri

22
persalinan dapat dilihat pada tabel 8. Berdasarkan hasil uji statistic dengan

menggunakan paired t test diperoleh t = 4,344, ρ value = 0,000 . Oleh karena

ρ value lebih kecil dari 0,05 dan t hitung (4,344) > t tabel (2,093) maka Ho ditolak

dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan ada pengaruh deep back massage terhadap

penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif di BPS Bunda Amud dan BPS Ummi

tahun 2016. Berdasarkan pengamatan secara kualitatif , diketahui bahwa faktor-

faktor perancu penelitian ini juga memberi pengaruh yang cukup bermakna baik

pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen

Ny.Ne dan Ny.Ni menunjukkan hal tersebut. Ny.Ne (35 tahun) dan Ny.Ni (21

tahun) yang sedang mengandung anak pertama ternyata mengalami penurunan

nyeri persalinan yang cukup signifikan pada keduanya yaitu dari 8 menjadi 6. Selain

karena mendapatkan perlakuan deep back massage tersebut penurunan nyeri

persalinan juga didukung dengan pengetahuan ibu dalam menghadapi proses

persalinan, pengalaman yang diperoleh dari informasi pada keluarga dan terbiasa

dengan pekerjaan dalam rumah tangganya. Sehingga meskipun secara teori ibu

dengan primipara belum mempunyai pengalaman dalam menghadapi proses

persalinan namun karena rasa ingin tahunya dan belajar dari lingkungan penurunan

nyeri persalinannya dapat teratasi. Responden pada kelompok kontrol yakni tanpa

perlakuan deep back massage, ternyata juga mengalami penurunan nyeri persalinan.

Ny.A, Ny.K dan Ny.F menunjukkan hal tersebut. Secara kualitatif berdasarkan

pengamatan peneliti, ketiga responden tersebut merupakan responden dengan

paritas multigravida Meskipun ketiga responden tersebut tidak diberikan perlakuan

deep back massage adanya pengalaman persalinan sebelumnya menjadi pelajaran

bagi tiap responden sehingga nyeri dalam persalinan kala I fase aktif dapat teratasi.

23
Hal ini juga didukun oleh penelitian dari Astria Blandina Gaidaka pada

tahun 2017 dengan judul Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Nyeri Persalinan

Kala I Fase Aktif Ibu Inpartu Primigravida di BPS Endang Adji, Amd.Keb,

didapatkan bahwa ibu Inpartu Primigravida yang Dilakukan Deep Back Massage

dilakukan terhadap 13 ibu inpartu pada kelompok intervensi di BPS Ny. Endang

Adji,Amd.Keb, diperoleh hasil sebagian besar ibu inpartu sebelum dilakukan

intervensi berada dalam rentang intensitas nyeri sedang sebanyak 2 orang (15,4%),

nyeri berat terkontrol yaitu sebesar 11 orang (84,6%), setelah dilakukan intervensi

intensitas nyeri ibu inpartu yang tetap pada nyeri berat terkontrol berjumlah 2 orang

(15,4%), intensitas nyeri yang berkurang menjadi nyeri sedang berjumlah 6 orang

(46,1%) sedangkan intensitas nyeri yang berkurang menjadi nyeri ringan berjumlah

5 orang (38,5%). Sedangkan pada ibu Inpartu Primigravida yang Tidak Dilakukan

Deep Back Massage didapatkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 13

ibu inpartu pada kelompok kontrol di BPS Ny. Endang Adji,Amd.Keb, diperoleh

hasil sebagian besar ibu inpartu berada dalam intensitas nyeri berat terkontrol yaitu

8 orang (61,5 %). Sebagian besar ibu inpartu pada kelompok kontrol menggunakan

teknik pernapasan dan pendampingan suami. Sesuai teori yang dikemukan oleh

Andriana (2011), bahwa teknik pernapasan untuk proses persalinan didasarkan

pada konsentrasi yang dibutuhkan ibu hamil untuk mengatur napasnya. Saat

berkontraksi, secara otomatis otak mengirim respon ke sekujur tubuh untuk

Di dukung dengan penelitian dari Muniarti dengan judul Pengaruh Deep

Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang

Bersalin Rumah Sakit Immanudin Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2017,

didapatkan bahwa Intensitas Nyeri Persalinan Sebelum Dilakukan Deep Back

24
Massage diketahui bahwa sebelum perlakuan dari 21 responden hampir

setengahnya mengalami nyeri berat terkontrol sebanyak 8 responden (38,1%).

Sedangkan ntensitas Nyeri Persalinan Setelah Dilakukan Deep Back Massage

diketahui bahwa setelah perlakuan dari 21 responden hampir setengahnya

mengalami nyeri sedang sebanyak 8 responden (38,1%). Menurut pendapat peneliti

bahwa tingkatan nyeri dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya faktor fisik yang

terdiri dari intensitas dan lamanya kontraksi rahim, besarnya janin, keadaan umum

ibu, pembukaan mulut rahim. Pada faktor psikologik reaksi pasien terhadap rasa

nyeri pada persalinan berbeda – beda. Hal ini antara lain tergantung dari sikap dan

keadaan mental pasien, kebiasaan, dan budaya. Dari beberapa faktor tersebut bisa

mengurangi atau bahkan meningkatkan derajat nyeri persalinan yang dirasakan.

Seseorang wanita yang belum pernah mengalami persalinan akan mengalami nyeri

persalinan yang lebih hebat dibandingkan dengan wanita yang sudah pernah

melahirkan hal ini disebabkan oleh serviks pada wanita multipara mengalami

perlunakan

Dalam Penelitian Dwi Nur Oktaviani Katili1 Dengan Judul Pengaruh Deep

Back Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin

Rsud Dr. M.M Dunda Limboto Tahun 2018, didapatkan bahwa Dari uji statistik

Chi Square diperoleh nilai P value (0.047) dimana lebih kecil dari 0.05 dan nilai X2

hitung yang lebih besar dari X2 tabel (9,630 > 9.488) yang berarti Ha diterima dan

Ho ditolak dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh deep back massage

terhadap perbedaan tingkat nyeri sesudah pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol. Pada hasil post test yang dilakukan kembali pada 16 responden pada

kelompok intervensi, terdapat 2 responden yang tidak menunjukkan adanya

25
perubahan tingkat nyeri, kedua responden masih menunjukkan rasa nyeri yang

sama dengan sebelum dilakukannya deep back massage. Berdasarkan hasil

penelitian ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak menurunnya nyeri

meskipun sudah dilakukan perlakuan deep back massage hal ini disebabkan oleh

beberapa faktor yaitu salah satunya adalah kurangnya dukungan keluarga, ibu

pertama kali melahirkan, dan setiap ibu merespon nyeri dengan respon yang

berbeda bergantung pada stimulus yang dirasakan. Sedangkan pada kelompok

kontrol hasil post test yang dilakukan kembali pada 16 responden tanpa pemberian

intervensi sebanyak 2 responden menunjukkan adanya perubahan tingkat nyeri

meski tidak dilakukan deep back massage. Hal tersebut dapat disebabkan oleh

beberapa faktor seperti ibu pernah memiliki pengalaman melahirkan dan adanya

dukungan keluarga yang baik sehingga nyeri yang dirasakan dapat teralihkan dan

lingkungan sekitar yang dapat menarik perhatian ibu sehingga ibu dapat melupakan

nyeri yang dirasakan. Sesuai teori yang menyatakan bahwa hanya seorang yang

mengalami nyeri yang paling mengerti dan memahami tentang nyeri yang

dirasakan.

Didukung dengan penelitian dari Zhixin Zheng dengan judul Therapeutic

evaluation of lumbar tender point deep massage for chronicnon-

specificlowbackpain didapatkan hasil sebelum pengobatan ditemukan nyeri hebat

antar kedua kelompok perlakuan dan kelompok kontrol setelah diberikan

pengobatan nyeri pada kelompok perlakuan mulai menurun sedangkan nyeri pada

kelompok kontrol tidak berubah apa-apa.

Jadi dari ke-5 peneltian diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

terhadap deep back massage untuk penurunan nyeri persalina kala 1 fase aktif .

26
Nyeri pada persalinan disebabkan oleh berbagai hal antara lain penekanan pada

ujung saraf antara serabut otot dari corpus fundus uterus. Spasme otot disebabkan

karena tergangsangnya reseptor nyeri yang bersifat mekanoreseptor, ataupun oleh

penekanan pembulu darah dan menyebabkan iskemia. Spasme juga meningkatkan

kecepatan metabolisme sehingga memperberat kondisi iskemia yang merupakan

kondisi yang ideal untuk pelepasan bahan kimiawi pemicu timbulnya rasa nyeri.

Adanya iskemia miometrium dan serviks karena kontraksi. Bila aliran darah yang

menuju jaringan terhambat maka jaringan menjadi terasa nyeri. Diduga salah satu

penyebab nyeri pada keadaan iskemia adalah terkumpulnya sejumlah asam laktat

yang akan merangsang ujung saraf serabut nyeri. Selain itu adanya proses

peradangan pada otot uterus. Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim

menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari sistem saraf simpatis.

Adanya dilatasi seviks dan segmen bawah rahim, banyak data yang mendukung

hipotesis nyeri persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan

segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan kemungkinan

robekan jaringan selama kontraksi. Ketegangan dan meregangya jaringan ikat

pendukung rahim dan sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi. Tekanan

pada saluran kemih, kandung kemih dan anus. Ketakutan dan kecemasan yang

dapat dikelurkannya hormon stress dalam jumlah besar (epineprin, norepineprin)

yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang lama dan berat (Lestari dkk,

2012).

3.3 Implikasi Keperawatan

Berdasarkan hasil analisis jurnal, terdapat beberapa implikasi yang dapat


digunakan untuk peningkatan dalam bidang keperawatan :
1. Tenaga kesehatan (Perawat)

27
Terapi Deep Back Massage harus lebih di promosikan dan lebih dikenalkan
lagi pada ibu hamil dan juga keluarga agar mereka tau dan bisa mengurangi rasa
nyeri yang dirasakan oleh ibu hamil ketika ingin melahirkan.
2. Pendidikan Kesehatan

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan

bacaan dalam stase keperawatan maternitas Tentang Pengaruh Deep Back

Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif.

28
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengaruh deep back

massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif, dapat ditarik

kesimpulan bahwa dengan menggunakan paired t test menunjukkan bahwa ada

pengaruh deep back massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif

di Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas ataupun di masyarakat. Bidan sebagai bidan

pelaksana perlu lebih memahami tentang manfaat deep back massage terhadap

penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif. Komunikasi dan konseling pada ibu

bersalin juga menjadi faktor yang penting. Bagi ibu yang akan bersalin patutnya

mengetahui tehnik pengurangan rasa nyeri salah satunya dengan deep back massage

yang dapat mengurangi rasa nyeri persalinan kala I fase aktif sehingga dapat

mengurangi kecemasan dan rasa khawatir ibu dalam menghadapi proses persalinan.

4.2 Saran

a. Bagi program studi profesi ners

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan tambahan materi dan bahan

bacaan dalam stase keperawatan maternitas Tentang Pengaruh Deep Back

Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif.

b. Bagi Bidan Dan Perawat

Diharapkan analisis jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

perawat dan bidan dalam melakukan intervensi.

29
c. Bagi rumah sakit

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit

dalam melaksanakan penatalaksanan pada pasien dalam persalinan.

d. Bagi pasien

Diharapkan analisis jurnal ini dapat menjadi referensi bagi pasien dan

keluarga agar dapat menggunakan terapi deep back massage terhadap

penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif.

30
Daftar Pustaka

Anggraeni, M. 2015. Gambaran Massage terhadap Pengurangan Rasa Nyeri


Persalinan Kala I Fase Aktif di BPM NY. Yenie Ika Sugiarti, S. ST.
Bakalan Gondang Mojokerto. Skripsi.

Danuatmaja. 2004. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Jakarta : Puspa Swara.
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2017. Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Gorontalo. Gorontalo : Dikes Provinsi Gorontalo.
Gaidaka. 2017. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Ibu Inpartu Primigravida di BPS Endang Adji, Amd.Keb.

Jenny. 2017. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Di Ruang Bersalin Rumah Sakit Immanudin Kabupaten
Kotawaringin Barat.

Judha, Sudarti, Fauziah, 2012, Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan,
Nuha Medika Yogyakarta

Lestari dkk, 2012. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Dan Kecepatan Pembukaan Pada Ibu Bersalin
Primigravida di Wilayah Kerja BPS Puskesmas Dlanggu Kabupaten
Mjokerto. The Indonesion Journal of Pulblik Health, Vol.9 No.1.hal 37-50.

Maita, 2016. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan
di BPM Khairani Asnita. Jurnal ilmu kesehatan. Vol.9, No. 2, Hal 186-
190.

Maryunani, 2010. Nyeri Dalam Persalinan. Trans Info Media, Jakarta


Marmi, 2012, Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Noviyanti. 2016. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin (Studi Kasus di Kota Bandung).
Bandung. Stikes Jend. A. YaniCimahi

31
Sartina. 2016. Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Bps Bunda Amud Dan Bps Ummi.
Ujiningtyas. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Salemba Medika.
Jakarta
Wahyuni, Wahyuningsih, 2015, Pengaruh Massage Effleurage Terhadap Tingkat
Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin Di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015.
World Health Organization (WHO). 2014. WHO, UNICEF UNFPA, The World
Bank. Trends in maternal mortality.
Yanti. 2010. Buku Ajar Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Zhixin. 2012. Therapeutic evaluation of lumbar tender point deep massage for
chronic non-specific low back pain .

32

Anda mungkin juga menyukai