Anda di halaman 1dari 113

PENGARUH FOOT MASSAGE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN

DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TILONGKABILA KABUPATEN
BONEBOLANGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


Ujian Sarjana Keperawatan

Oleh

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN


NIM : 841 415 002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

i
ii
PENGARUH FOOT MASSAGE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TILONGKABILA KABUPATEN
BONEBOLANGO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti


Ujian Sarjana Keperawatan

Oleh

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN


NIM : 841 415 002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019

iii
iv
v
vi
ABSTRAK

Inda Apriana Devi K. Abdurrahman. 2019. Pengaruh Foot Massage


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Dr. Rosmin Ilham, S.Kep.,Ns.,M.M dan Pembimbing II Ns.
Rachmawaty D. Hunawa, S.Kep.,M.Kep.
Foot massage merupakan intervensi yang diberikan untuk memperlancar
kembali aliran darah pada penderita hipertensi dengan pijatan-pijatan terhadap
titik sentrarefleks. Sehingga diharapkan putusnya aliran darah, penyempitan, dan
atau penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone
Bolango.
Metode penelitian ini menggunakan quasy-eksperimen design dengan
pendekatan one-group pra-post test design. Sampel terdiri dari 15 responden,
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistic nonparametrik
wilcoxon signed rank test dan didapatkan nilai p value tekanan darah sistol yaitu
0,001 dan nilai p value tekanan darah diastol yaitu 0,001. Dengan demikian
terdapat pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone Bolango. Diharapkan
penelitian ini menjadi masukkan bagi petugas kesehatan di puskesmas untuk dapat
menjadikan metode foot massage sebagai salah satu intervensi mandiri untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Kata Kunci : Foot Massage, Penurunan tekanan darah


Daftar Pustaka : 38 (2005-2018)

vii
viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Qs. Ar Ra’d : 11).

Tidak ada manusia yang diciptakan gagal, yang ada hanyalah mereka gagal memahami potensi diri dan
gagal merancang kesuksesannya
Tiada yang lebih berat timbangan Allah pada hari akhir nanti, selain Taqwa dan akhlaq mulia seperti wajah
dipenuhi senyum untuk kebaikan dan tidak menyakiti sesama.
{HR. Tirmidzi}

Perubahan diri memerlukan perjuangan bukan dengan sekadar duduk diam.


Berjuanglah demi perubahan diri dan perbetulkan keinginan kita. Beri ruang
kepada perubahan.
(Inda Apriana D .K. Abdurrahman)

Alhamdulillahirrabbil’alamin, sujud syukur ku kepada ALLAH yang maha


kuasa, berkat dan rahmat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda
kehidupan yang diberikan-Nya hingga saat ini saya dapat mempersembahkan
skripsiku pada orang-orang tersayang.
Karya kecilku ini kupersembahkan untuk Ayah dan Ibuku
Karim Abdurrahman & Armin N. Nusi
Terima kasih selama ini selalu menyengamati, memotivasi, membimbing dan
memberikan doa untuk setiap langkah yang ku tempuh. Terima kasih untuk
setiap kasih syang yang telah diberikan selama ini, dan yang selalu
mendengar segala keluh kesahku, serta selalu memberi nasehat-nasehat di
kala susah dan senang. Meski tak sebanding dengan pengorbananmu,
kupersembahkan dengan segala ketulusanku, karya kecil yang bernama
SKRIPSI ini sebagai baktiku padamu. Terima kasih juga untuk kakak dan
kakak iparku, Irham Abdurrahman & Sri Rahmi Yasin, dan juga untuk
adikku Tri Novita Jihan Abdurrahman yang ikut menyemangatiku untuk
menyelesaikan studi yang menjadi salah satu alasan dalam meraih cita-cita.
Serta untuk semua orang-orang terdekat yang tinggal maupun pernah tinggal
terimakasih atas segala doa dan senantiasa memberikan motivasi selama
menempuh studi. Terima kasih pula untuk diri sendiri yang telah payah
berjuang melewati hari-hari yang melelahkan selama ini.

Almamaterku Tercinta Tempatku Menimba Ilmu


UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
KATA PENGANTAR

ix
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puij syukur kehadrat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan

taufiknya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul

“Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien

Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango”.

Penyusunan Skripsi ini banyak menemui kendala dan kesulitan yang

dihadapi. Namun berkat izi dan kuasa Allah SWT yang disertai kemauan,

ketekunan, dan usaha kerja keras serta bantuan dsari semua pihaksehinga kendala-

kendala yag dihadapi dapat diatasi. Untuk itu dengan penuh kerendahan hati

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing I Dr. Rosmin Ilham,

S.Kep.,Ns.,M.M, dan kepada Pembimbing II Ns. Rachmawaty D. Hunawa,

S.Kep.,M.Kep yang telah sabar, tulus dan Ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan

pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran yang sangat berharga

pada peneliti selama menyelesaikan Skripsi ini.

Dengan penuh rasa haru dan penghargaan setinggi-tingginya peneliti

persembahkan ucapan terma kasih yang tak terhingga kepada kedua Orang Tua

tercinta Bapak Karim Abdurrahaman dan Ibu Dra. Armin N. Nusi M.Si

Senantiasa memanjatkan doa, memberikan dukungan, perhatian, pengorbanan dan

kasih sayang yang tiada hentinya.

Melalui kesempatan ini izinkan peneliti dengan kerendahan hati yang tulus

dan ikhlas menyampaikan terima kasih banyak yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. H. Eduart Wolok ST, MT. Selaku Rektor Universitas Negeri

Gorontalo.

x
2. Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku Wakil Rektor I, Bapak

Supradi Nani, SE, M.Si selaku Wakil Rektor II, Dr. Fence M. Wantu, SH,

MH selaku Wakil Rektor III dan Prof. Dr. Hasanidin Fatsah, M.Hum

selaku Rektor IV Universitas Negeri Gorontalo.

3. Dr. Hj. Lintje Boekoesoe M. Kes. Selaku Dekan Fakultas Olahraga dan

Kesehatan,Wakil Dekan I Risan podungge, S.Pd, M.Pd., Wakil Dekan II

dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, Wakil Dekal III Ruslan, S.Pd.,M.Pd. Dan

seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas

Negeri Gorontalo.

4. dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes., Selaku Ketua Jurusan

Keperawatan dan selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Sekertaris

Jurusan Keperawatan Ns. Yuniar Mansye Soeli, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep,J

dan seluruh Staf Dosen Jurusan keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

5. dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed, dan Ns. Ibrahim Suleman S.Kep,

M.Kep., Selaku Penguji, terima kasih atas kesediaan dan keikhlasannya

dalam meluangkan waktu untuk menguji, mengarahkan, dan memberikan

motivasi dalam menyelesaikan Skripsi.

6. Pengelola Skripsi Ns. Andi Mursyidah, S.Kep, M.Kes., dan Ns. Ita

Sulistiani Basir S.Kep, M.Kep.

7. Kepala Puskesmas dan seluruh Staf Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bone Bolango, terima kasih telah memperkenankan peneliti dengan baik

dan memberikan bantuan serta kerja sama yang baik selama peneliti

melakukan penelitian.

xi
8. Kepada Kakak saya Irham Abdurrahman, SE, dan Adik saya Tri Novita

Jihan K. Abdurrahman yang selalu memberikan semangat dan Motivasi

dalam penyusunan Skripsi ini.

9. Kepada sahabat-sahabat SMA Aat, Alma, Siti dan teman-teman Unesco

lainnya, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan Motivasi.

Kepada Cikyu A.K.A Yuli Ma’ruf sahabat seperjuangan selama 7 tahun,

terimakasih sudah berjuang bersama serta selalu memberikan dukungan

dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat yang senantiasa setia dari semester 1 hingga

sekarang Vanra, Ayu, Ica, Uyat, Yaya yang selalu memberikan dukungan,

semangat dan telah banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

11. Keluarga besar angkata Neuro 2015, Khususnya Neuro A, terima kasih

untuk kebersamaannya dan bantuan yang selama menjalani proses

perkuliahan baik dalam hal tugas, ujian CSL, di Keperawatan UNG.

12. Teman-teman KKS HILIRISASI RISET di desa Tolango Kecamatan

Anggrek sebanyak 28 orang. Terima kasih telah menjadi keluarga setia

KKS hingga sampe saat ini yang tiada henti memberikan dukungan dalam

penyelesaian Skripsi ini.

13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut

membantu peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

penyelesaian Skripsi ini.

Akhir kata, tidak ada sesuatu yang dapat diberikan untuk membalas semua

kebaikan semua pihak. Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih dapat

xii
sejumlah kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan konstruktif sangat diharapkan

demi kesempurnaan Skripsi ini.

Gorontalo Oktober 2019

Peneliti

Inda Apriana Devi K. Abdurrahman

xiii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i


LOGO UNG ....................................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... v
LEMBARAN ABSTRAK ................................................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ..xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................... 7
1.3. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8
1.5. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN.................. 11
2.1 Kajian Teoritis Tekanan Darah........................................................... 11
2.1.1 Definisi Tekanan Darah .......................................................... 11
2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa .................... 12
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah .......................... 12
2.2 Kajian Teoritis Hipertensi .................................................................. 13
2.2.1 Definisi Hipertensi .................................................................. 13
2.2.2 Klasifikasi Hipertensi ............................................................. 14

xiv
2.2.3 Etiologi Hipertensi .................................................................. 15
2.2.4 Gejala Hipertensi .................................................................... 16
2.2.5 Patofisiologi Hipertensi .......................................................... 16
2.2.6 Komplikasi Hipertensi ............................................................ 17
2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi .................................................... 18
2.3 Terapi Foot Massage .......................................................................... 20
2.3.1 Definisi Terapi Foot Massage ................................................ 20
2.3.2 Kontra Indikasi ....................................................................... 21
2.3.3 Teknik Pijat Refleksi Kaki...................................................... 21
2.3.4 Tahap Masase untuk Penderita Hipertensi ............................. 23
2.3.5 Gerakan Dasar Pijat ................................................................ 29
2.4 Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................... 31
2.5 Kerangka Berpikir .............................................................................. 33
2.6 Kerangka Konsep ............................................................................... 34
2.7 Hipotesis Penelitian ............................................................................ 34
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 35
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 35
3.1.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 35
3.1.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 35
3.2 Desain Penelitian ................................................................................ 35
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................. 36
3.4 Definisi Operasional ........................................................................... 36
3.5 Populasi Dan Sampel .......................................................................... 37
3.5.1 Populasi................................................................................... 37
3.5.2 Sampel .................................................................................... 37
3.6 Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 38
3.7 Tehnik Analisis Data .......................................................................... 39
3.8 Hipotesis Statistik ............................................................................... 39
3.9 Etika Penelitian ................................................................................... 40
3.10 Alur Penelitian .................................................................................... 40

xv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................. 42
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 42
4.1.1 Hasil Analisi Univariat ........................................................... 42
4.1.2 Hasil Analis Bivariat............................................................... 45
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 46
4.2.1 Tekanan Darah Pasien Hipertensi Sebelum dilakukan Perlakuan
Foot Massage di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone
Bolango ................................................................................... 46
4.2.2 Tekanan Darah Pasien Hipertensi Sesudah dilakukan Perlakuan
Foot Massage di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone
Bolango ................................................................................... 48
4.2.3 Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango .................................. 50
4.3 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 53
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 54
5.1 Simpulan ............................................................................................. 54
5.2 Saran ................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 56
LAMPIRAN ....................................................................................................... 59

xvi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa ................................ 12

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi ......................................................................... 14

Tabel 2.3 Komplikasi Hipertensi ........................................................................ 18

Tabel 2.4 Kajian Penelitian yang Relevan ......................................................... 31

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................... 36

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ............................................ 42

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 43

Tabel 4.3 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah dilakukan Foot Massage ....... di
Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila ............................................. 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Tekanan Darah Pasien Hipertensi ........... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Perlakuan
Foot Massage pada Pasien Hipertensi ................................................ 45

xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 23

Gambar 2.2 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 24

Gambar 2.3 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 24

Gambar 2.4 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 25

Gambar 2.5 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 25

Gambar 2.6 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 25

Gambar 2.7 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 26

Gambar 2.8 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 26

Gambar 2.9 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 27

Gambar 2.10 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 27

Gambar 2.11 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 27

Gambar 2.12 Gerakan Pemijatan Kaki ............................................................. 28

Gambar 2.13 Kerangka Berfikir ...................................................................... 33

Gambar 2.14 Kerangka Konsep....................................................................... 34

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian................................................................. 35

Gambar 3.2 Alur Penelitian ........................................................................... 40

xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................. 60

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden .................................................. 61

Lampiran 3. SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Foot Massage ......................... 62

Lampiran 4. SOP (Standar Operasional Prosedur) Foot Massage ................... 65

Lampiran 5. Master Tabel ................................................................................. 69

Lampiran 6. Univariat ....................................................................................... 70

Lampiran 7. Bivariat ......................................................................................... 74

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ................................................................ 75

Lampiran 9. Surat Izin Pengambilan Data Awal .............................................. 76

Lampiran 10. Surat Meneliti .............................................................................. 77

Lampiran 11. Surat Keterangan Selesai Meneliti .............................................. 78

xix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi Menurut World Health Organization (WHO), batasan tekanan

darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan

darah ≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara

normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas

Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin

(Udjianti, 2010).

Hingga kini, hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di beberapa

negara maju dan negara berkembang. Timbulnya hipertensi berkaitan dengan

adanya pergeseran gaya hidup yang cenderung tidak sehat pada masyarakat.istilah

The Silent Killer (pembunuh diam-diam) kerap di sematkan pada penyakit ini

karena kemunculannya yang sering kali tidak disadari dan tidak memiliki gejala

spesifik. Penyakit ini juga dapat memicu timbulnya masalah kesehatan lain,

bahkan kematian (Tim bumi medika, 2017).

Menurut data WHO tahun 2015 menunjukkan 1,13 miliar orang di dunia

menderita hipertensi. Artinya, 2 dari 3 orang di dunia terdiagnosis menderita

hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah penderita

hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan

ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada

9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi (Kemenkes RI, 2018).

1
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

menunjukkan angka prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8%, dengan

angka prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan yang

terendah di Papua (16,8%). Sementara itu data survei Indikator Kesehatan

Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi

pada penduduk usia 18 tahun keatas sebesar 32,4%. Provinsi Gorontalo memiliki

angka prevalensi hipertensi sebesar (34,1%) (Kemenkes RI, 2018).

Dari berbagai survei didapatkan dalam sepuluh tahun terakhir prevalensi

hipertensi di Indonesia meningkat secara bermakna. Hipertensi merupakan

penyumbang kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) yang meningkat dari

41,7% menjadi 60%. Survey terakhir di Indonesia menunjukkan PTM

mendominasi 10 urutan teratas penyebab kematian pada semua kelompok umur,

dengan stroke yang merupakan komplikasi hipertensi sebagai penyebab kematian

nomor satu. Dimana perempuan memiliki prevalensi hipertensi sedikit lebih

tinggi dari pada laki-laki. Peningkatan prevalensi hipertensi, menjadi ancaman

serius bagi pembangunan kesehatan Indonesia karena di samping mengakibatkan

mortalitas dan morbilitas yang tinggi juga mahalnya biaya pengobatan yang harus

diberikan sepanjang hidup, sehingga berpotensi mengancam pertumbuhan

ekonomi nasional (Kementrian Kesehatan, 2013).

Banyak faktor resiko yang menyebabkan tekanan darah meningkat antara

lain usia, keturunan, kebiasaan merokok, konsumsi garam berlebih. Gejala yang

utama pada penderita hipertensi secara umum sering terjadi yaitu sakit kepala

sampai ke tengkuk bagian belakang dan tengkuk terasa pegal. Hipertensi ini dapat

2
mengakibatkan terjadinya komplikasi terutama pada sistem kardiovaskuler seperti

stroke dan gagal jantung. Perlu dilakukan usaha untuk menekannya dengan

pengobatan yang tepat sehingga tekanan darah dapat terkontrol ke tingkat yang

normal (Desi, 2017)

Sehingga demikian, hipertensi masih belum mendapat perhatian yang

cukup. Penyebab utamanya karena penyakit ini baru menunjukkan gejalanya

setelah tingkat lanjut. Hal ini yang menyebakan pengobatan hipertensi belum

mencapai hasil yang memuaskan, contohnya di Amerika Serikat keberhasilan

terapi ini sampai tahun 1994 hanya sekitar 30% (Sheps, 2005 dalam Fitriani,

2015).

Tingginya angka prevalensi hipertensi setiap tahun menunjukkan bahwa

hipertensi memerlukan penatalaksanaan yang benar. Menurut Wirakusumah

(2012), pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis. Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan dengan

menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan serta menstabilkan tekanan

darah. Pengobatan farmakologis memiliki efek samping yang merupakan respon

terhadap suatu jenis obat pada setiap orang berbeda. Efek samping yang mungkin

timbul adalah sakit kepala, pusing, lemas dan mual (Rindang, 2015).

Salah satu alternatif yang tepat untuk menurunkan tekanan darah tanpa

ketergantungan obat dan efek samping adalah dengan menggunakan pengobatan

non farmakologis (Kowalski, 2010). Ada berbagai macam pengobatan non

farmakologis yang dapat dilakukan pada penderita hipertensi meliputi: teknik

mengurangi stres, penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan

3
tembakau, olahraga atau latihan, relaksasi, dan akupresur merupakan intervensi

yang bisa dilakukan pada terapi hipertensi (Muttaqin, 2009). Intervensi lain yang

dapat dilakukan untuk menurunkan hipertensi adalah Massage (Pijat) pada area

kaki (Rindang, 2015).

Berdasarkan telaah literatur, terdapat berbagai terapi non farmakologis

yang disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis di sebut juga terapi

alternatif dan terapi komplementer. National Center for Complementary and

Alternative Medicine (NCCAM) menyebutkan terapi komplementer adalah

sekelompok perawatan kesehatan, praktek, dan produk yang saat ini tidak

danggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional (Synder & Lindquist,

2010). Oh, Kim, Kwon, & Park (2006), menyatakan bahwa Complementary and

Alternative Medicine (CAM) diperlukan dalam intervensi keperawatan untuk

membantu meningkatkan status kesehatan seseorang.

Salah satu bentuk terapi CAM adalah massage therapy. Di dalam message

therapy ini terdapat perlakuan terhadap titik-titik sentra refleks di kaki dan hal ini

disebut reflexology (Jones, 2012). Reflexology merupakan salah satu message

therapy yang dapat menyembuhkan hampir semua penyakit, serta merupakan

terap yang aman dan tanpa efek samping (Pamungkas, 2010). Reflexology

merupakan pemberian energi yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui pemijatan

untuk memperlancar peredaran darah, melenturkan otot-otot, meningkatkan daya

tahan tubuh, relaksasi, meningkatkan kekuatan pikiran dan tubuh, menstabilkan

emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi tulang, otot, dan organ,

menyembuhkan cedera baru dan lama, meningkatkan konsentrasi dan ingatan,

4
meningkatkan rasa percaya diri dan harmoni (Jones, Thompson, Irvine, & Leslie,

2011).

Pada dasarnya foot massage adalah metode untuk memperlancar kembali

aliran darah. Adanya pijatan-pijatan terhadap titik sentrarefleks diharapkan

terputusnya aliran darah, penyempitan, penyumbatan pada pembuluh darah

menjadi normal kembali. Pemijatan/penekanan pada titik-titik sentrarefleks

jantung dan hypertension point akan merangsang impuls syaraf bekerja pada

sistem syaraf autonomik cabang dari parasimpatik. Pemijatan/penekanan dengan

irama yang teratur pada kaki akan merefleksi pada organ-organ yang

bersangkutan, menstimulasi syaraf tepi melalui alur-alur persyarafan menuju

sistem syaraf pusat dan sistem syaraf belakang sehingga terjadi efek relaksasi dan

tubuh dalam keadaan homeostasis. Keadaan homeostasis pada tubuh yang

mengenai jantung dan pembuluh darah dapat mengembalikan fungsi dan mampu

mengembalikan tekanan darah pada ambang normal (Jones, 2012).

Foot massage adalah manipulasi jaringan lunak pada kaki secara umum dan

tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada telapak kaki yang berhubungan dengan

bagian lain pada tubuh (Coban dan Sirin, 2010). Manipulasi ini terdiri dari 5

teknik dasar yaitu effleurage (gosokan), petrissage (pijatan), tapoment (pukulan),

friction (goresan), dan vibration (getaran). Terapi foot massage dapat menurunkan

denyut nadi, dan memberikan efek relaksasi bagi otot-otot yang tegang sehingga

tekanan darah dan denyut nadi akan menurun dan mampu memberikan

rangsangan yang mampu memperlancar aliran darah (Wahyuni, 2014).

5
Penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2015) menunjukkan hasil

pemberian intervensi foot massage pada pasien hipertensi secara signifikan

pempunyai pengaruh terhadap penurunan tekanan darah stelah kelompok

eksperimen diberi intervensi foot massage selama 30 menit. Hal ini sejalan

dengan penelitian Desi Marisna (2017) yang menunjukkan dan membuktikan

bahwa foot massage adalah intervensi keperawatan yang efektif untuk

menurunkan tekanan sistol dan diastol pada pasien hipertensi secara signifikan.

Berdasarkan data awal yang di dapatkan dari Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bonebolango pada tahun 2018 terdapat 361 kasus hipertensi. Jumlah

pasien yang berkunjung ke Puskesmas (rawat jalan) pada 3 bulan terakhir Januari

2019 - Maret 2019 didapatkan jumlah pasien hipertensi berjumlah 232 pasien.

Menurut petugas kesehatan yang bertanggung jawab mengelola data untuk kasus

hipertensi, program yang telah dilakukan adalah pemberian pengobatan.

Penjelasan dari pengelola puskesmas mengatakan bahwa pemberian pengobatan

non farmakologis foot massage belum pernah dilakukan di puskesmas tersebut.

Dan dari hasil wawancara dengan pasien, masih banyak yang belum mengetahui

bahwa terapi foot massage ini dapat menjadi pengobatan non farmakologis untuk

penyakit hipertensi. Sehingga hal inilah yang mendasari penulis ingin menerapkan

teknik non farmakologis foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango.

Oleh karena itu dari data yang di peroleh, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah

6
Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Menurut data WHO tahun 2015 menunjukkan 1,13 miliar orang di dunia

menderita hipertensi. Artinya, 2 dari 3 orang di dunia terdiagnosis

menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah

penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya,

diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi.

Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat

hipertensi dan komplikasi (Kemenkes RI, 2018).

2. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013

menunjukkan angka prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8%,

dengan angka prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%),

dan yang terendah di Papua (16,8%). Sementara itu data survei Indikator

Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan

prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun keatas sebesar 32,4%.

Provinsi Gorontalo memiliki angka prevalensi hipertensi sebesar (34,1%)

(Kemenkes RI, 2018).

3. Berdasarkan data awal dari Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango pada tahun 2018 terdapat 361 kasus hipertensi. Jumlah

pasien yang berkunjung ke Puskesmas (rawat jalan) pada 3 bulan terakhir

Januari 2019-Maret 2019 didapatkan jumlah pasien hipertensi berjumlah

232 pasien. Menurut petugas kesehatan yang bertanggung jawab

7
mengelola data untuk kasus hipertensi, program yang telah dilakukan

adalah pemberian pengobatan. Penjelasan dari pengelola puskesmas

mengatakan bahwa pemberian pengobatan non farmakologis foot massage

belum pernah dilakukan di puskesmas tersebut. Sehingga hal inilah yang

mendasari penulis ingin menerapkan teknik non farmakologis foot

massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Apakah ada pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango?”

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh foot massage terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.

Tujuan Khusus :

1. Untuk mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum

dilakukan perlakuan foot massage di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.

8
2. Untuk mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sesudah

dilakukan perlakuan foot massage di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.

3. Untuk menganalisis pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan

darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bonebolango.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis:

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dari data dasar penelitian

selanjutnya terkait pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi.

Manfaat Praktis :

1. Bagi Perawat Puskesmas

Petugas kesehatan dapat mengevaluasi dan dapat menjadikan metode foot

massage sebagai salah satu intervensi mandiri perawat untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang foot massage

untuk menurunkan tekanan darah serta dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan kepada pendidik dan mahasiswa terhadap kasus hipertensi

yaitu melalui terapi foot massage yang dapat dijadikan sebagai

komplementer, sehingga dapat diterapkan dalam praktik mandiri

keperawatan oleh mahasiswa keperawatan suatu saat nanti.

9
3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah

peneliti lakukan.

10
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Teoritis Tekanan Darah

2.1.1 Definisi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang terdapat dalam pembuluh darah

(Perhimpunan Hipertensi Indonesia, 2012). Tekanan Darah adalah tenaga yang

digunakan darah untuk melawan dinding pembuluh. Tekanan darah maksimum

darah digunakan pada dinding arteri ventrikel kiri pada jantung mendorong darah

melalui katup aorta ke dalam aorta selama sistol. Tekanan tersebut dinamakan

tekanan sistolik. Pada orang dewasa yang sehat normalnya tekanan darah sistolik

adalah 120 mmHg (Desi, 2017).

Secara umum, tekanan darah digolongkan menjadi dua, yaitu tekanan

sistolik (angka atas) yang merupakan tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik

jantung (saat berkontraksi), sehingga akan memompa darah dengan tekanan

terbesar. Sedangkan, tekanan darah diastolik (angka bawah) yang merupakan

kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung mengembang antar

denyut, terjadi pada saat jantung dalam keadaan mengembang (saat beristirahat),

sehingga tekanan darah akan berkurang.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah. Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun

dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian

berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tekanan diastol lebih

stabil dibandingkan tekanan darah sistol dalam satu hari berbeda yaitu pada waktu

11
pagi hari tekanan darah lebih tinggi dibandingkan saat tidur malam hari

(Noviyanti, 2015).

2.1.2 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa

Para ahli maupun beberapa lembaga kesehatan memberikan klasifikas

tekanan darah yang berbeda-beda. Secara umum, tekanan yang ideal adalah

120/80 mmHg (sistolik/diastolik). Klasifikasi tekanan darah orang dewasa

sebagai berikut (Noviyanti, 2015).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa


Kategori Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prahipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 ≥160 mmHg ≥100 mmHg
Sumber: Noviyanti dkk, 2015.

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Potter & Perry (1979) dalam Windo (2015) Tekanan darah

seseorang tidak konstan sepanjang hari karena dipengaruhi oleh banyak faktor

seperti usia, stress, medikasi, variasi diurnal, dan jenis kelamin.

a. Usia

Pengaruh usia terhadap tekanan darah dapat dilihat dari aspek pembuluh

darah yaitu semakin bertambah usia akan menurunkan elastisitas pembuluh

darah arteri perifer sehingga meningkatkan resistensi atau tahanan pembuluh

darah perifer.

12
b. Stress

Rasa cemas, takut, nyeri, dan stres emosi meningkat stimulasi saraf

otonom simpatik yang meningkatkan volume darah, curah jantung, dan

tekanan vascular perifer. Efek stimulasi saraf bagian simpatik ini dapat

meningkatkan tekanan darah.

c. Medikasi

Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi tekanan darah, seperti antihipertensi, dan analgesik narkotik

yang dapat menurunkan tekanan darah.

d. Variasi Diurnal

Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari dan tidak ada orang

yang pola dan derajat variasinya sama.

e. Jenis Kelamin

Secara klinis tidak ada perbedaan tekanan darah pada anak laki-laki atau

perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah yang

lebih tinggi, sedangkan setelah menopause wanita cenderung memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi dari pada pria.

2.2 Kajian Teoritis Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi yaitu suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara

umum, hipertensi merupakan keadaan tanpa gejala, dimana tekanan abnormal

tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,

13
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Triyanto,

2014).

Tekanan arteri disebut normal jika tekanan sistolik <120 mmHg (tapi >90

mmHg) dan tekanan diastolik <80 mmHg (tapi >60 mmHg). Disebut hipertensi

jika tekanan diastolik ≥90 mmHg atau sistolik ≥140 mmHg (Klabunde, 2015).

2.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi


No Derajat Hipertensi Tekanan Darah Derajat Darah
Sistolik Diastolik
1. Normal < 120 mmHg < 80 mm Hg
2. Pre Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
3. Hipertensi Tingkat I 140-159 mmHg 90-99 mmHg
4. Hipertensi Tingkat II >160 mmHg >100 mmHg
Sumber : Tim Buni Medika (2017).

Selain klasifikasi tersebut, hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan

penyebabnya, yaitu (Tim Bumi Medika, 2017):

a. Hipertensi Primer

Disebut juga hipertensi idiopatik karena hipertensi ini memiliki penyebab

yang belum diketahui. Penyebab yang belum jelas dan belum diketahui

tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang sehat.

b. Hipertensi Sekunder

Merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain seperti penyakit

ginjal, kelainan hormonal atau penggunaan obat tertentu.

14
2.2.3 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui

penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan

berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut ini:

1) Genetik: Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi

beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

2) Jenis kelamin dan usia: Laki-laki berusia 35 – 50 tahun dan wanita

pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

3) Diet: Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

4) Berat badan: Obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

5) Gaya hidup: Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan

tekanan darah.

b. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,

yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi

fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor

pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan kontrasepsi

oral, coarctation aorta, neurogenic (tumor otak, ensefalitis, gangguan

15
psikiatris), kehamilan, peningkatan volume intravascular, luka bakar dan

stress (Udjianti, 2010).

Kejadian hipertesnsi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki

kecenderungan stress emosional. Keadaan seperti tertekan, murung, dendam,

takut dan rasa bersalah dapat memicu jantung berdetak lebih kencang

sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

2.2.4 Gejala Hipertensi

Pada Pemeriksaan fisik kemungkinan tidak akan dijumpai adanya suatu

kelainan yang nyata selain tekanan darah yang tinggi akan tetapi dapat pula

ditemukan perubahan pada retina seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),

penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat edema pupil (edema pada

diskus optik). Seseorang yang mengalami hipertensi kadang tidak menampakkan

gejala sampai bertahun-tahum. Gejala muncul biasanya dengan timbul adanya

kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Penyakit arteri coroner dengan

angina adalah gejala yang paling sering menyertai hipertensi (Hastianah dan

Suprapto, 2014).

2.2.5 Patofisiologi Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa

cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku

sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah

melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

16
pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan dapat menyebabkan naiknya

tekanan, inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah

menebal dan kaku karena arterioskalierosis (Triyanto, 2014).

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan

dalam sirkulasi bisa meningkatnya tekanan darah (Triyanto, 2014).

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

Perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari

pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi dapat menimbulkan Stroke.

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang mengaliri

darah ke otak mengalami hpertropi dan menebal, sehingga liran darah ke daerah-

daerah yang dialiri darah berkurang (Triyanto, 2014).

Selain stroke komplikasi yang ditimbulkan akibat hipertensi yaitu infark

miokard dan gagagl ginjal. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner

yang arterosklerosis tidak dapat menyupali cukup oksigen ke miokardium atau

apabila thrombus yang menghambat alirah darah melalui pembuluh darah tersebut

(Triyanto, 2014).

Sedangkan untuk gagal ginjal, dapat terjadi karena kerusakan progresif

akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal (glomerulus). Dengan rusaknya

glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan

terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya

glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid

17
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi

kronik (Triyanto, 2014).

Tabel 2.3 Komplikasi Hipertensi


No Sistem Organ Komplikasi
1. Jantung Infark miokard, angina pectoris, gagal
jantung kongestif
2. Sistem Saraf Pusat Stroke, ensefalopati hipertensif
3. Ginjal Gagal ginjal kronis
4. Mata Retinopati hipertensif
5. Pembuluh Darah Perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Sumber : Anggraini dkk (2009).

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,

jantung, ginjal dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan

penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang

sering ditemukan pada hipertensi berat selain koroner dan miokard. Pada otak

sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang

dapat mengakibatkan kematian. Kelainan yang dapat terjadi adalah proses

tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Schemic

Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang

lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna.

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Anggraini dkk (2009), penatalaksaan hipertensi ada dua cara yaitu:

a. Farmakologis

Terapi farmakologis yaitu obat anti hipertensi yang dianjurkan oleh JNC

VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (Thiaz) atau aldosteron antagonis,

beta blocker, calcium chanel blocker atau calcium antagonist, Angiotensin

18
Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), Angiotensin II Receptor Blocker atau

AT1 receptor antagonist/blocker (ARB).

b. Non Farmakologis

1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih.

2) Meningkatkan aktivitas fisik karena orang yang aktivitasnya rendah

beresiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu,

aktivitas fisik antara 30-45 menit sebantak >3x/hari penting sebagai

pencegahan primer dari hipertensi.

3) Mengurangi asupan natrium.

4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol karena kafein dapat memacu

jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan

pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3

gelas/hari dapat meningkatkan resiko hipertensi.

5) Diet rendah garam yaitu mengurangi penggunaa garam pada pada

masakan yang dikonsumsi sehari-hari.

6) Terapi massage (pijat)

Menurut Dalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada

penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran energi dalam

tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat

diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak

lagi terhalang oleh ketegangan otot dan hambatan lain maka risiko

hipertensi dapat ditekan.

19
2.3 Terapi Foot Massage

2.3.1 Definisi Terapi Foot Massage

Foot massage adalah manipulasi jaringan lunak pada kaki secara umum dan

tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada telapak kaki yang berhubungan dengan

bagian lain pada tubuh (Coban dan Sirin, 2010). Terapi foot massage dapat

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, menurunkan denyut nadi, dan

memberikan efek relaksasi bagi otot-otot yang tegang sehingga tekanan darah dan

denyut nadi akan menurun dan mampu memberikan rangsangan yang mampu

memperlancar aliran darah (Wahyuni, 2014).

Massage secara luas diakui sebagai tindakan yang memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Relaksasi Menimbulkan relaksasi yang dalam sehingga meringankan

kelelahan jasmani dan rohani dikarenakan sistem saraf simpatis

mengalami penurunan aktivitas yang akhirnya mengakibatkan turunnya

tekanan darah (Kaplan, 2006).

2. Mengurangi nyeri Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga

mengurangi nyeri dan inflamasi dikarenakan masase meningkatkan

sirkulasi baik darah maupun getah bening (Price, 2011).

3. Memperbaiki organ tubuh Memperbaiki secara langsung maupun tidak

langsung fungsi setiap organ internal berdasarkan filosofi aliran energi

meridian masase mampu memperbaiki aliran peredaran energi (meridian)

didalam tubuh menjadi positif sehingga memperbaiki energi tubuh yang

sudah lemah (Thie, 2007; Dalimartha, 2008).

20
4. Memperbaiki postur tubuh Mendorong kepada postur tubuh yang benar

dan membantu memperbaiki mobilitas. Otot yang tegang menyebabkan

nyeri dan bergesernya tulang belakang keluar dari posisi normal sehingga

postur tubuh mengalami perubahan, masase berfungsi untuk menstimulasi

saraf otonom yang dapat mengendurkan ketegangan otot (Perry & Potter,

2011).

5. Sebagai bentuk dari suatu latihan pasif yang sebagian akan mengimbangi

kurangnya latihan yang aktif karena masase meningkatkan sirkulasi darah

yang mampu membantu tubuh meningkatkan energi pada titik vital yang

telah melemah (Dalimartha, 2008).

2.3.2 Kotra Indikasi

Adapun pemijatan tidak boleh dilakukan secara sembarangan, ada beberapa

ketentuan agar tidak terjadi kontra indikasi. Adapun kontra indikasi pemijatan

menurut medis :

1. Daerah peradangan akut yang ditandai dengan kalor (rasa panas), tumor

(adanya benjolan), dolor, nyeri hebat, rubor, dan kulit kemerhan.

2. Adanya patah tulang terbuka

3. Bahayanya infeksi dan emboli.

2.3.3 Teknik Pijat Refleksi Kaki

Teknik memijat reflek pada titik refleksi terdiri dari :

1. Menekan, agar berhasil melakukan pijatan titik refleksi dengan tekhnik

menekan harus dengan focus dan pusatkan kekuatan anda dalam

melakukanya.

21
2. Pijat memutar, baik anda yang melakukan pemijatan titik reflek dengan

menggnakan tangan atau tongkat, teknik pijat memutar ini bisa dilakukan.

Teknik ini digunkan merilekskan pasien sebagai pemijatan dan

melancarkan sirkulasi darah.

3. Cara dan Syarat Memijat

Dalam metode refleksiologi, cara dan syarat yang perlu dilakukan adalah:

1) Menggunakan minyak yang baik agar tidak merusak kulit dan tidak

menimbulkan lecet di kulit (M.Rizky, 2018)

2) Cara memijat harus dengan sentakan-sentakan yang irama kecepatannya

teratur, hal ini untuk mempercepat jalan aliran darah (M.Rizky, 2018)

3) Di bagian kulit yang luak sebaiknya pemjatan dilakukan dengan ujung ibu

jari, tapi hindari penusukan oleh kuku. Pada bagian telapak kaki yang

kulitnya tebal dapat menggunakan tongkatkayu yang keras (M.Rizky,

2018)

4) Pijatan harus cukup keras (kecuali pada titik sentrarefleks tertentu)

(M.Rizky, 2018).

5) Bila penerima pijat merasa sakit, tidak perlu khawatir. Sebab, bila memijat

tepat di daerah refleksi organ yang sakit, penerima pijat akan merasa

sangat kesakitan (M.Rizky, 2018).

6) Lama waktu pemijatan pada pijat refleksi sebaiknya dipijat paling lama 5

menit. Bila penerima pijat mengalami sakit parah, daerah refleksinya

paling lama 10 menit. Ini diakukan bila rasa sakitnya masih bisa ditahan.

Bila tidak, pemijatan dihentikan (M.Rizky, 2018).

22
7) Setelah pemijatan, penderita jangan langsung mandi sebab badan akan

menjadi gemetar kedinginan (M.Rizky, 2018).

8) Dalam melakukan terapi pijat refleksi ini, sebaiknya menghentikan dahulu

berbagai obat kimia. Sebab kimia akan menghambat proses kesembuhan

karena pijat (M.Rizky, 2018).

2.3.4 Tahap Masase untuk Penderita Hipertensi

a. Kondisi klien jika terlalu lapar, terlalu kenyang

b. Posisi klien dalam keadaan berbaring yang mana bagian pinggang sampai

kaki ditutup oleh handuk

c. Gerakan pemijatan kaki

Gerakan pertama ini disebut dengan effleurage yaitu memijat dari

pergelangan kaki ditarik sampai ke jari-jari. Gerakan ini dapat dilakukan

beberapa kali sekitar 3 – 4 kali.

Gambar 2.1 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan kedua ini sama dengan gerakan pertama yaitu menarik dari

pergelangan kaki hingga sampai ujung jari melewati perselangan jari diakhiri

dengan tarikan kecil pada jari. Gerakan ini dilakukan pada semua jari kaki,

dari kelingking hingga jempol.

23
Gambar 2.2 Gerakan pemijatan kaki

Setelah itu, dilakukan seperti gerakan pertama tetapi dengan menungkupkan

semua telapak tangan pada atas dan bawah telapak kaki, ditarik lembut dari

pergelangan kaki hingga ke jari kaki. Gerakan ini dilakukan 3 – 4 kali.

Gambar 2.3 Gerakan pemijatan kaki

Pegang kaki seperti gambar di atas, lakukan pemijatan pada daerah tumit

dengan gerakan melingkar. Penekanan pemijatan dipuasatkan pada jempol

tangan yang dilakukan seperti gerakan-gerakan memutar kecil searah jarum

jam. Gerakan ini dapat dilakukan sebanyak 3 – 4 kali.

Lakukan pemijatan dengan memfokuskan penekanan pada jempol, jari

telunjuk, dan jari tengah dengan membuat gerakan tarikan dari mata kaki

kearah tumit. Gerakan ini dilakukan sebanyak 3 – 4 kali.

24
Gambar 2.4 Gerakan pemijatan kaki

Lakukan pemijatan penekanan yang berfokus pada jempol, mengusap dari

telapak kaki bagian atas hingga ke bawah. Gerakan ini dapat dilakukan

sebanyak 3 – 4 kali.

Gambar 2.5 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan ke tujuh hampir sama dengan gerakan ke-6, tetapi gerakan ini

dilakukan dengan posisi agak ke tengah dari telapak kaki. Gerakan ini dapat

dilakukan sebanyak 3 – 4 kali.

Gambar 2.6 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan selanjutnya yaitu dengan membuat gerakan kecil memutar dengan

memberikan sedikit penekanan yang berfokus pada jempol,gerakan ini

25
dilakukan dari bagian atas telapak kaki (bawah jempol) hingga di bagian

tumit tetapi tel apak bagian tepi. Gerakan ini tidak dilakukan perulangan,

cukup satu kali saja.

Gambar 2.7 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan selanjutnya hampir sama dengan gerakan ke-8, hanya bedanya

gerakan ke-9 ini lebih di area telapak kaki bagian tengah. Gerakan ini juga

tidak dilakukan perulangan, cukup satu kali saja.

Gerakan ke-10 adalah dengan melakukan penekanan pada bawah jari,

seperti yang dilakukan gambar di atas. Gerakan ini dilakukan pada semua jari

kaki. Gerakan ini dilakukan dengan menekan dan memberikan putaran-

putaran kecil searah jarum jam. Setiap jari kaki diberikan pijatan 3 – 4 kali.

Gambar 2.8 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan selanjutnya yaitu memberikan penekanan dan gerakan memutar

kecil pada area tersebut (seperti pada gambar). Gerakan yang dilakukan dapat

sebanyak 4 – 5 kali pada titik ini saja.

26
Gambar 2.9 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan selanjutnya dapat dilakukan dengan memutar pergelangan kaki,

posisi tangan dapat dilakukan seperti pada gambar. Pemutaran pergelangan

kaki dapat dilakukan sebanyak 4 – 5 kali.

Gambar 2.10 Gerakan pemijatan kaki

Setelah itu regangkan kaki, yaitu dengan memegang daerah pergelangan kaki

dan memberikan sedikit dorongan ke luar pada telapak kaki bagian atas.

Gerakan ini dapat dilakukan 3 – 4 kali.

Gambar 2.11 Gerakan pemijatan kaki

Gerakan terakhir yaitu memberi usapan lembut dengan sedikit diberikan

penekanan dari pergelangan kaki hingga semua ujung kaki. Gerakan ini

27
dilakukan 3 -4 kali, dan ditutup dengan mengusap satu kali dengan lembut

dari atas pergelangan kaki hingga ujung kaki tanpa diberikan penekanan.

Gambar 2.12 Gerakan pemijatan kaki

d. Hal hal yang perlu diperhatikan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pijat refleksi munurut

Nirmala (2004) dan Pamungkas (2009) dalam M.Rizky (2018), yakni

sebelum pemijatan, kaki terlebih dahulu di rendam air hangat yang di beri

minyak esensia sejenis garam tapi wangi. Gunanya untuk menghilangkan

kotoran dan kuman yang ada di kaki.

e. Prosedur pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan pijat refleksi kaki menurut (Gala, 2009) adalah :

a) Klien dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan selama

intervensi bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.

b) Lakukan penekanan daan pemijatan pada telapa kaki dengan

menggunakan jempol jari tumit hingga ibu jari selama 5-20 menit.

c) Bantu klien posisi nyaman

d) Rapikan alat dan cuci tangan.

28
2.3.5 Gerakan Dasar Pijat

1. Effleurage (mengusap)

Effleurage digunakan sebagai teknik pijatan dengan menggunakan kedua

telapak tangan untuk mengusap bagian yang akan dipijat, dengan tempo yang

sama, selama beberapa menit. Effleurage dapat diterapkan dengan gerakan

memutar (circular) atau meluncur lurus (gliding). Jika diterapkan dengan

lembut, effleurage dapat meredakan ketegangan syaraf dan mendatangkan

rasa nyaman. Anda dapat menggunakan usapan yang lebih kuat untuk

merangsang sistem syaraf utama (Hidayati, 2005).

2. Friction (Gerakan Menutar dengan Tekanan)

Gerakan memijat inidilakukan dengan memutar ibu jari, buku-buku jari,

atau siku pada daerah yang di inginkan. Friction terutama dilakukan pada

bagian punggung, betis, dan paha yang memiliki banyak trigger poit

(gumpalan urat). Teknik ini dapat menguraikan gumpalan urat serta

mengurangi rasa sakit. Istimewanya, gerak friction juga berguna untuk

menghancurkan timbunan lemak dibawah kulit (Hidayati, 2005).

3. Pretissage (Meremas)

Pretissage ini bertujuan untuk membuka otot tubuh. Teknik ini dapat

berupa menjumput dan menggulung dengan seluruh jari, serta meremas dan

meremas dengan telapak tangan. Petrissage dapat diterapkan pada seluruh

bagian tubuh, terutama punggung dan kaki. Teknik ini dapat meningkatkan

aliran darah di sekitar daerah yang dipijat. Aliran darah yang menuju ke

29
daerah ini membawa nutrisi penting bagi perkembangan otot. Teknik ini juga

berguna melepaskan racun dari dalam otot (Hidayati, 2005).

4. Percussion Movements (Memukul)

Teknik memukul secara berirama ini diterapkan pada bagian tubuh yang

berotot tebal, seperti punggung, paha, bokong, dan kaki. Ada dua jenis

gerakan yang utama, yaitu cupping (dilakukan dengan telapak tangan

menghadap ke bawah) dan hacking (dilakukan dengan telapak tangan

menghadap ke samping) (Hidayati, 2005).

5. Vibration & Shaking (Menggetarkan)

Dilakukan dengan cara menempelkan telapak tangan atau jemari

kebagian yang di inginkan, kemudian digetarkan. Getaran yang lemah

disebut vibration sedangkan yang kuat disebut shaking. Teknik ini dapat

memperbaiki dan merangsang fungsi syaraf untuk bekerja dengan baik serta

menyalurkan nutrisi ke seluruh bagian otot. Juga menenangkan fungsi syaraf.

Karena itu, vibration dapat diterapkan di awal pemijatan, untuk membangun

mengendurkan syaraf-syaraf yang tegang (Hidayati, 2005).

30
2.4 Kajian Penelitian Relevan

Tabel 2.4 Kajian Penelitian Yang Relevan


Peneliti/ Judul Metode Sampel Hasil
Tahun
1. Fitriani Pengaruh Penelitian ini Jumlah Hasil penelitian
2015 masase kaki menggunakan sampel dalam
menggambarkan
terhadap metode the penelitian ini
bahwa hasil dari
penurunan static group sebanyak 20
pemberian
tekanan darah comparasion orang intervensi masase
pada penderita yaitu desain kaki mempunyai
hipertensi di yang dirancang pengaruh
wilayah kerja untuk meneliti terhadap
puskesmas pengaruh dari penurunan
bontomarannu sebuah uji tekanan darah
kabupaten gowa coba terhadap dibandingkan
sekelompok dengan kelompok
objek yang tidak
penelitian diberikan
dengan intervensi masase
membandingka kaki. Hasil uji
nnya pada wilcoxon
kelompok didapatkan nilai
kontrol signifikan
p=0.004 (tekanan
darah sistol) dan
p=0.005 (tekanan
darah diastol) hal
ini
mengidentifikasi
adanya pengaruh
masase kaki
terhadap
penurunan
tekanan darah
pada penderita
hipertensi
2. Desi Pengaruh terapi Menggunakan Jumlah Responden
Marisna pijat refleksi rancangan sampel dalam penelitian
2017 kaki terhadap quasy peneitian ini terbanyak pada
perubahan eksperiment sebanyak 15 usia lansia >65
tekanan darah dengan pre test responden tahun sebanyak
pada penderita and post test 33,3%, jenis
hipertensi without control kelamin
wilayah kerja group. perempuan

31
puskesmas Pengambilan sebanyak 80%,
kampung dalam sampel pendidikan
menggunakan terbanyak yaitu
purposive SMA dengan
sampling 53,3% dan status
dengan jumlah pekerjaan ibu
15 responden. rumah tangga
Pengukuran 66,7%. Nilai
tekanan darah mean tekanan
dilakukan darah sistol
sebelum dan sebelum 147,07
setelah dan setelah
diberikan intevensi 136,00.
terapi. Analisa Nilai mean
penelitian tekanan darah
menggunakan diastol
uji T sebelum88,67 dan
berpasangan setelah intervensi
dengan nilai P 84,27. Hasil uji T
< 0,05. berpasangan
didapatkan nilai
P=0,000.

32
2.5 Kerangka Berfikir

Pasien Hipertensi

Terapi non farmakologis: Terapi Farmakologis:


Foot Massage Anti-Hipertensi

Memperlancar
aliran darah

Mengeluarkan aktivitas
parasimpatis

Meningkatkan aktivitas
parasimpatis

Mengeluarkan
neurotransmitter
(hormone endorphin)

Menurunkan kadar
hormone kortisol

Tekanan Darah
Menurun

Gambar 2.13 Kerangka Berfikir

Sumber: M. Rizky Abduliansyah, S.Kep (2018)

33
2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka kerangka konsep

dari penelitian ini adalah :

Penurunan
Foot Massage
Tekanan Darah

Gambar 2.14 Kerangka Konsep

Keterangan :
= Variabel Independen
= Variabel Dependen
= Pengaruh

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah :

Adanya pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango.

34
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2019.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimental dimana peneliti akan

menjelaskan tentang pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasy experimental design

dengan pendekatan one-group pra-post test design. Ciri tipe ini adalah

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok

subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian di

observasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2017). Rancangan penelitian ini,

sebelum diberi perlakuan diawali dengan pengukuran tekanan darah (pre test) dan

setelah pemberian intervensi dilakukan pengukuran kembali (post test).

Rancangan ini dapat dilihat dibawah ini:

O1 X O2

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian

35
Keterangan :

X = Intervensi

O1 = Observasi sebelum dilakukan intervensi

O2 = Observasi sesudah dilakukan intervensi

3.3 Variabel Penelitian

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa, variabel penelitian adalah suatu hal

yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam

penelitian ini variabel yang diamati adalah perubahan tekanan darah setelah

pemberian foot massage.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Variabel Foot Massage Standar - -
independen : merupakan salah Operasional
Foot Massage satu terapi pijat Prosedur
yang aman dan
mudah diberikan
serta mempunyai
efek
memperlancar
sirkulasi
peredaran darah,
dan memberikan
rasa nyaman pada
pasien.
Variabel Penurunan Tensimeter Rata-rata nilai Numerik
dependen : tekanan darah (Sphygmomano tekanan darah
Penurunan yang terjadi pada meter) Normal:
tekanan darah pasien hipertensi Sistole 120
setelah dilakukan mmHg
terapi foot Diastole 80
massage. mmHg

36
Tidak normal:
Sistole > 120
Diastole > 80

3.5 Populasi dan Sampel

3.5.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek manusia yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini sebanyak

54 orang lansia yang menderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bonebolango.

3.5.2 Sampel

Nursalam (2011) mengemukakan bahwa sampel merupakan proses

penyeleksi porsi untuk dapat mewakili populasi. Sampel terdiri dari bagian

populasi terjangkau yang dapat dipakai sebagai subyek penelitian melalui

sampling.

Pengambilan sampel pada peneliian ini menggunakan metode Purposive

Sampling. Purposive sampling di sebut juga judgement sampling adalah suatu

tekhnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga

sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Nursalam, 2017).

Sampel pada penelitian ini sebanyak 15 responden yang memenuhi kriteria

sampel penelitian. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Pasien hipertensi dengan tekanan darah > 120/80 mmHg

37
2) Pasien dengan umur dibawah 70 tahun

3) Pasien yang bersedia menjadi responden

4) Pasien yang tidak sedang fraktur dan punya luka di kaki

b. Kriteria Eksklusi

1) Pasien dengan tekanan darah 120/80 mmHg

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3) Pasien yang sedang fraktur dan punya luka di kaki

4) Pasien yang mengkonsumsi obat hipertensi pada saat di lakukan foot

massage

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer

dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari hasil pengukuran,

pengamatan, survey dan lain-lain (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini data

didapatkan dengan mengobservasi langsung hasil pengukuran tekanan darah

sebelum dan sesudah di lakukan perlakuan foot massage.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah yaitu data yang diperoleh dari pihak lain,

badan/instansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2013). Data

sekunder diperoleh langsung dari petugas kesehatan dan pegawai di

Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

38
3.7 Teknik Analisa Data

Analisis data penelitian merupakan media untuk menarik kesimpulan dari

seperangkat data hasil pengumpulan.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel yang

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, ukuran penyebaran dan nilai rata-rata

(Hasmi, Metode Penelitian Kesehatan, 2016).

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan pada dua variabel yang

bertujuan untuk melihat antara variabel bebas dan variabel terikat (Hasmi, 2016).

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan untuk

membuktikan hipotesis penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh foot massage

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Analisa bivariat dalam

penelitian ini menggunakan uji statistic nonparametrik Wilcoxon.

3.8 Hipotesis Statistik

H0 : Tidak ada pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah

pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango.

H1 : Ada pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango.

39
3.9 Etika Penelitian

Menurut (Nursalam, 2008) dalam melakukan penelitian pada responden

menekankan masalah etika yaitu :

1. Informen Consent (lembar persetujuan)

Informent Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek

penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika

bersedia responden mendatangani lembar persetujuan.

2. Aninimity (tanpa nama)

Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar

pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin

kerahasiaan identitas.

3. Concidentialy (kerahasiaan)

Informasi yang diperoleh dari responden akan dijaminkerahasiaan oleh

peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum

akademis.

3.10 Alur Penelitian

Penelitian dilaksanakan sesuai alur penelitian yang digambarkan dalam

bentuk skema sebagai berikut :

Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak program


studi Ilmu Keperawatan ke pihak fakultas Ksehatan dan
Olahraga

Mengajukan surat rekomendasi penelitian dari pihak fakultas


Kesehatan dan Olahraga ke pihak PTSP Bone Bolango

40
Mengajukan surat rekomendasi izin menelitian dari pihak
PTSP Bone Bolango ke pihak Puskesmas Tilongkabila

Melakukan penelitian dengan mengambil sampel penelitian berdasarkan


kriteria inklusi dan eksklusi

Penjelasan tentang penelitian dan persetujuan untuk menjadi responden

Pretest : Melakukan pengukuran tekanan darah pada penderita hipertensi


kemudian hasilnya dicatat dilembar observasi

Memberikan perlakuan selama 1 hari dengan 1 kali perlakuan selama 2 hari


berturut-turut, dengan melakukan pijat pada kaki sesuai prosedur yang telah
disediakan dengan menggunakan baby oil. Foot massage ini diberikan selama
30 menit untuk kedua kaki.

Posttest: Mengukur kembali tekanan darah dan mencatat


hasilnya dilembar observasi

Pengumpulan data dan pengolahan data

Hasil Penelitian

Gambar 3.2 Alur Penelitian

41
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia

Distribusi hasil penelitian berdasarkan umur beserta uji univariat di Wilayah

Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas


Tilongkabila Kabupaten Bonebolango
No Usia N %

Depkes RI (2009):
1 46-55 Tahun (Lansia Awal) 4 26,7%
2 56-65 Tahun (Lansia Akhir) 11 73,3%
Total 15 100.0%
Sumber: Data primer, 2019

Dari tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penderita hipertensi

berdasarkan umur, responden yang paling dominan yakni yang berumur 56-65

tahun sebanyak 11 orang (73,3%). Sementara itu yang paling rendah frekuensinya

yakni yang berumur 46-55 tahun sebanyak 4 orang (26,7%) dari keseluruhan

jumlah sampel penelitian.

2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi hasil penelitian berdasarkan Jenis Kelamin beserta uji univariat di

Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

42
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bonebolango
No Jenis Kelamin N %
1 Laki-Laki 5 33,3%
2 Perempuan 10 66,7%
Total 15 100.0%
Sumber: Data primer, 2019

Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa jumlah penderita Hipertensi

berdasarkan Jenis kelamin maka responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 5 orang atau sebesar 33,3% sementara itu yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 10 orang atau sebesar 66,7%.

3. Tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan foot massage

Tabel 4.3 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberikan foot massage di
Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango
Tekanan Darah
No
Responden Sebelum Sesudah
Sistol Diastol Sistol Diastol
1 153 93 128 71
2 155 92 140 87
3 145 83 130 77
4 140 85 125 75
5 139 84 128 67
6 149 87 139 74
7 150 92 139 84
8 155 93 141 85
9 158 93 143 83
10 140 83 125 77
11 153 91 139 86
12 136 83 122 63
13 158 93 146 77
14 149 84 138 71
15 150 90 136 75
Rata-rata 148,67 88,4 134,6 76,8
Sumber: Data primer, 2019

Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistol

pada pretest yakni sebesar 148,7 dan rata-rata tekanan darah diastol pada pretest

43
yakni sebesar 88,4. Kemudian untuk rata-rata tekanan darah sistol pada posttest

yakni sebesar 134,6 dan rata-rata tekanan darah diastol pada posttest yakni sebesar

76,8.

4. Hasil Uji Normalitas Data

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi
Tests of Normality

Shapiro-Wilka

Kelas Df Sig.

Hasil Tekanan Darah Sistol Pre Test 15 ,209

Diastol Pre Test 15 ,005

Sistol Pos Test 15 ,170

Diastol Pos Test 15 ,531

Sumber: Pengolahan data primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa pengujian normalitas

data (Shapiro Wilk) ditemukan bahwa Probabilitas pengujain dari hasil penurunan

tekanan darah untuk pre tes sistol yakni sebesar 0,209, dan untuk pre tes diastol

yakni sebesar 0,005. Untuk post test tekanan darah sistol hari kedua sebesar 0,170

dan untuk post test diastol eksperimen yakni sebesar 0,531. Hasil tersebut

kemudian dibandingkan dengan taraf signifikansi p<0,05. Sehingga dengan

demikain pengujian untuk mengetahui Pengaruh Foot Massage Terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hiipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dilakukan dengan uji statistic

nonparametrik Wilcoxon.

44
4.1.2 Hasil Analisis Bivariat

Untuk mengetahui Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bone Bolango dilakukan dengan pengujian analisis uji statistik

nonparametrik Wilcoxon.

1. Hasil Uji Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Foot Massage di

Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bonebolango

Tabel 4.5 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah diberikan Perlakuan Foot
Massage Pada Pasien Hipertensi
Mean Rank Sum Of Ranks Z p(Value)
Pretest Sistol 8,00 120,00 -3,431 0,001
Pretest Diastol
Posttest Sistol 8,00 120,00 -3,411 0,001
Posttest Diastol
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank

Test yang ditunjukkan bahwa besar nilai Z pada pre test sistol dan pre test diastol

sebesar -3,431 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0,001, dan nilai Z pada post

test sistol dan post test diastol sebesar -3,411 dengan signifikansi (p=value)

sebesar 0,001 dengan demikian nilai probabilitas 0,001 lebih kecil dari pada

α=0,05 maka dengan ini H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat Pengaruh

Foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

45
4.2 Pembahasan

4.2.1 Tekanan darah pasien hipertensi sebelum dilakukan perlakuan foot

massage di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan darah sebelum dilakukan

perlakuan foot massage masih terbilang tinggi pada seluruh pasien hipertensi di

Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bonebolango dengan

frekuensi 15 responden (100%). Hasil penelitian ini berdasarkan nilai yang sudah

dirata-ratakan tekanan darah sistol dan diastol sebelum diberikan intervensi

menunjukkan bahwa dari 15 responden dengan nilai sistol dan diastol mayoritas

hipertensi sebanyak 15 orang (100%). Dimana berdasarkan hasil tabel 4.3

menunjukkan bahwa rata-rata dari tekanan darah sistol pada pre test yakni sebesar

148,67 mmHg dan diastol sebesar 88,40 mmHg pada pre test.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tingginya tekanan darah antara

lain adalah usia itu sendiri, dimana responden yang berusia 46-55 tahun kategori

lansia awal sebanyak 4 responden (26,7%), kemudian responden yang berusia 65-

65 tahun kategori lansia akhir sebanyak 11 responden (73,3%). Hal ini dibenarkan

dalam teori Potter and Perry (2009) yang menyatakan bahwa, semakin

bertambahnya usia seseorang maka semakin tinggi pula tekanan darahnya karena

adanya terjadi penurunan elastisitas pada pembuluh darah.

Sebelum dilakukan perlakuan sebagian besar responden mengeluh sakit

kepala dan pusing, dan juga sulit untuk tidur nyenyak. Setelah dilakukan

wawancara dengan responden ternyata masih banyak mereka yang makan

46
makanan berlemak seperti daging, dan gorengan. Hal ini didukung oleh teori dari

Tim Bumi Medika (2017) bahwa makanan berlemak biasanya memiliki kalori

yang tinggi, sehingga berhubungan dengan peningkatan berat badan dan

peningkatan kadar lemak dalam darah yang dapat memicu dan memperburuk

keadaan penderita hipertensi.

Berdasarkan penelitian oleh Fitriani (2015) yang berjudul Pengaruh Masase

Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Bontomarannu Kabupaten Gowa bahwa sebelum diberikan

perlakuan masase kaki nilai rata-rata tekanan darah pre test sebesar 142.00 mmHg

pada sistol dan 93.00 mmHg pada diastol.

Perlakuan foot massage atau masase kaki merupakan terapi yang sangat

efektif. Masase kaki baik untuk merilekskan otot-otot, mengurangi nyeri,

memperbaiki organ tubuh, memperbaiki postur tubuh, dan sebagai latihan pasif

(Perry & Potter, 2005 dalam Safitri, 2012).

Berdasarkan teori dan penelitian-penelitian yang di sebutkan di atas, peneliti

berasumsi bahwa meningkatnya tekanan darah pada penderita hipertensi

disebabkan karena semakin bertambahnya usia seseorang serta pola hidup yang

tidak sehat sehingga perlu diberikan intervensi nonfarmakologis seperti pemberian

perlakuan foot massage.

47
4.2.2 Tekanan darah pasien hipertensi sesudah dilakukan perlakuan foot

massage di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango

Setelah dilakukan foot massage hasil menunjukkan dimana berdasarkan

tabel 4.3 pada hasil tekanan darah sistol pada post test telah mengalami penurunan

tekanan darah tetapi masih dalam kategori tidak normal karena tidak sampai

mencapai nilai normal tekanan darah, tetapi pada tekanan darah diastol post test

yang mencapai nilai normal diastol itu ada 10 responden dan 5 responden masih

dalam kategori tidak normal serta belum mencapai batas normal diastol ini di

karenakan responden yang sedang tidak rileks, berbadan gemuk, dan makan

makanan yang berlemak. Nilai rata-rata tekanan darah sistol dan diastol setelah

diberi perlakuan yaitu 134,60/76,80 mmHg.

Dari hasil ini secara umum dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan foot

massage didapatkan hasil rata-rata sistol memiliki selisih 14,07 mmHg dan rata-

rata diastole memiliki selisih sebesar 11,60 mmHg ini memperlihatkan bahwa

setelah dilakukan perlakuan mengalami penurunan tekanan darah yang signifikan.

Meski masih ada responden yang tidak mengalami penurunan tekanan darah di

bawah rata-rata secara umum yang tekanan darahnya turun di bawah dari 15

mmHg.

Sebagian besar dari responden mengatakan bahwa setelah dilakukan

perlakuan foot massage, mereka merasakan bahwa pusing mereka berkurang, dan

merasa lebih rileks sehingga ketika setelah 10 menit susudah perlakuan tekanan

tekanan darah responden di ukur kembali dan hasil yang didapatkan peneliti yaitu

48
terdapat penurunan tekanan darah setelah diberi perlakuan foot massage ini.

Tetapi, masih ada beberapa responden yang tekanan darahnya tidak mengalami

penurunan drastis karena tubuh responden yang terlihat gemuk sehingga pada saat

peneliti melakukan pemijatan pada titik titik refleksi kaki itu tidak maksimal

karena tebalnya lemak pada bagian kaki responden, sehingga hasil yang di

dapatkan tidak maksimal.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Rezky dkk (2015), yang berjudul

“pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita

hipertensi primer” yang mengatakan setelah dilakukan terapi pijat refleksi kaki

didapatkan bahwa tekanan darah mengalami penurunan, badan lebih ringan dan

sakit kepala berkurang karena pijat refleksi kaki merangsang pada sistem saraf

simpatis yang mengalami penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan penurunan

tekanan darah. Pada penelitian Hartutik dan Suratih (2017), membandingkan

pemberian pijat refleksi kaki pada penderita hipertensi primer dengan kelompok

kontrol yang tidak diberikan terapi. Hasilnya menunjukkan penurunan tekanan

darah pada kelompok terapi.

Secara fisiology, tekanan darah dan nadi dipengaruhi oleh sistem saraf

otonom dalam hal ini saraf simpatis dan para simpatis (Medic, 2016). Menurut

Mancia & Grassi (2014), Pada individu yang mengalami peningkatan tekanan

darah seperti kondisi prehipertensi terjadi peningkatan aktivitas pusat simpatis dan

perubahan pada fungsi saraf parasimpatis. Penurunan tekanan darah sistolik

maupun diastolik serta penurunan kecepatan nadi setelah dilakukan pemijatan

pada kaki merupakan pengaruh dari sistem saraf simpatis.

49
Beberapa peneliti sebelumnya (Sakuragi, 2014; Kito & Suzuki, 2016;

Naseri, et al., 2016; Khalili, et al., 2016) yang melakukan penelitian berbeda-beda

dengan intervensi pijat kaki menegaskan bahwa pijat kaki dapat memberi efek

relaksasi. Relaksasi terjadi oleh adanya stimulasi taktil dijaringan tubuh. Menurut

Lee, Park dan Kim (2011), pemijatan pada bagian tubuh dapat mempengaruhi

kerja saraf simpatis, sehingga terjadi relaksasi tubuh, penurunan serum kortisol

dan epinefrin.

Berkurangnya kerja saraf simpatis, menimbulkan vasodilatasi pembuluh

darah perifer, dengan demikian terjadi penurunan tekanan darah dan heart rate

(Vicar et al. dalam Ramos et al. 2015). Maka dalam penelitian ini dapat dikatakan

terdapat perubahan tekanan darah setelah dilakukan foot massage pada penderita

hipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebanyak 10-15 mmHg

dan diastolik sebanyak 5-10 mmHg selama 10 menit setelah perlakuan.

4.2.3 Pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten

Bonebolango

Hasil penelitian ini terlihat bahwa ada pengaruh diberikan perlakuan foot

massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Setelah dilakukan

intervensi selama 2 hari berturut-turut didapatkan rata-rata hasil tekanan darah

sistol sebelum 148,67 mmHg dan sesudah perlakuan 134,60 mmHg. Nilai rata-

rata tekanan darah diastol sebelum 88,40 mmHg dan sesudah perlakuan 76,80

50
mmHg. Hasil ini menyatakan bahwa pijat kaki selama 30 menit memberikan efek

langsung penurunan tekanan darah sitolik, dan tekanan darah diastolik.

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon

Signed Rank Test yang ditunjukan bahwa besar nilai Z pada pre test sistol dan pre

test diastol sebesar -3,431 dengan signifikansi (p=value) sebesar 0,001, dan nilai

Z pada post test sistol dan post test diastol sebesar -3,411 dengan signifikansi

(p=value) sebesar 0,001 dengan demikian nilai probabilitas 0,001 lebih kecil dari

pada α=0,05 maka dengan ini H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat

Pengaruh Foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

Menurut Chanif dan Khoiriyah (2016), Foot massage dilakukan dengan

teknik pemijatan dengan kedua tangan di kedua kaki responden yang ada bagian

titik refleksi di kaki, membelai lembut secara teratur untuk mengurangi nyeri,

membuat rileks atau meningkatkan sirkulasi.

Aliran darah yang lancar akan meningkatkan sirkulasi darah yang

membawa nutrisi dan oksigen ke sel-sel tubuh tanpa ada hambatan serta

memberikan efek relaksasi dan kesegaran pada seluruh tubuh sehingga kondisi

tubuh seimbang. Dalam hal ini pijat refleksi kaki juga merangsang pada sistem

saraf simpatis yang mengalami penurunan aktivitas sehingga mengakibatkan

penurunan tekanan darah (Zunaidi dkk, 2014).

Menurut Palmer dan William (2007), mengatakan terjadinya peningkatan

tekanan darah lebih sering terjadi karena perubahan gaya hidup yang buruk.

Terapi pijat refleksi disini adalah bentuk upaya dalam menurunkan tekanan darah

51
karena dapat memiliki pengaruh pada peningkatan sirkulasi darah keseluruh tubuh

yang efeknya dapat merelaksasi secara fisik dan psikis serta mengurangi rasa sakit

yang diakibatkan dari gejala hipertensi.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zunaidi dkk (2014),

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara terapi pijat refleksi kaki dan massage

kaki terhadap perubahan tekanan darah pada responden di Klinik Sehat Hasta

Therapetika nilainya sistol p Value=0,033 dan diastol p Value= 0,017.

Menurut nugroho, asrin dan sarwono menyatakan pijat refleksi kaki lebih

efektif dalam menurunkan tekanan darah yang telah dibuktikan dengan nilai mean

rank pijat refleksi kaki lebih tinggi yaitu nilai sistol sebanyak 40,00 dan nilai

diastol sebanyak 35,50.

Responden yang dilakukan foot massage selama 30 menit dalam sehari

selama 2 hari berturut-turut mengatakan bahwa gejala yang muncul seperti rasa

pusing kepala, tengkuk yang tegang menjadi berkurang bahkan ada yang hilang,

rasa pegal dan kebas dikaki berkurang serta badan menjadi rileks setelah

dilakukan foot massage.

Penelitian ini didapatkan responden yang kooperatif sehingga hasil yang

didapatkan peneliti, penderita hipertensi setelah diberikan intervensi tekanan

darah bisa menurunkan tekanan darah sistol dan diastol, menurunkan kadar

hormon stres kortisol, membuat rasa rileks pada tubuh sehingga tekanan darah

dapat menurun dan memperbaiki fungsi tubuh. Penelitian ini menjadikan

pengalaman, informasi tambahan bagi responden dan bisa dijadikan salah satu

terapi yang sangat baik bagi kesehatan dan tidak menimbulkan komplikasi, oleh

52
sebab itu dengan menggunakan terapi foot massage dapat dijadikan suatu terapi

nonfarmakogi untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian awal yang dilakukan oleh peneliti,

sehingga hasil penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Adapun keterbatasan

peneliti meliputi hanya diuji pada satu karakteritik yaitu pada penderita hipertensi,

serta hanya menggunakan desain penelitian one-group pra-post test design

dimana hanya melibatkan satu kelompok dan tidak menggunakan kelompok

kontrol sebagai pembanding. Keterbatasan lain juga meliputi responden yang

tidak kooperatif atau tidak mau menjadi responden ketika diminta bekerja sama

sehingga responden yang di dapatkan hanya berjumlah 15 responden.

53
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tekanan darah sistol sebelum diberikan perlakuan (pre test) dengan hasil

rata-rata yakni sebesar 148,6667 mmHg dan hasil rata-rata tekanan darah

diastol sebelum diberikan perlakuan (pre test) yakni sebesar 88,4000

mmHg.

2. Tekanan darah sistol sesudah diberikan perlakuan (post test) dengan hasil

rata-rata yakni sebesar 134,6000 mmHg dan hasil rata-rata tekanan darah

diastol sesudah diberikan perlakuan (post test) yakni sebesar 76,8000

mmHg.

3. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji statistic Wilcoxon

Signed Rank Test yang ditunjukan bahwa besar nilai Z pada pre test sistol

dan pre test diastol sebesar -3,431 dengan signifikansi (p=value) sebesar

0,001, dan nilai Z pada post test sistol dan post test diastol sebesar -3,411

dengan signifikansi (p=value) sebesar 0,001 dengan demikian nilai

probabilitas 0,001 lebih kecil dari pada α=0,05 maka dengan ini H0

ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat Pengaruh Foot massage

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.

54
5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas tentang pengaruh foot massage terhadap

penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango, adapun saran :

1. Bagi Perawat Puskesmas

Petugas kesehatan dapat mengevaluasi dan dapat menjadikan metode foot

massage sebagai salah satu intervensi mandiri perawat untuk menurunkan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hendaknya selalu memberikan pendidikan kesehatan tentang foot massage

untuk menurunkan tekanan darah serta dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan kepada pendidik dan mahasiswa terhadap kasus hipertensi

yaitu melalui terapi foot massage yang dapat dijadikan sebagai

komplementer, sehingga dapat diterapkan dalam praktik mandiri

keperawatan oleh mahasiswa keperawatan suatu saat nanti.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat melakukan penelitian yang sama tetapi dengan menambahkan

kelompok kontrol sebagai pembanding untuk hasil penelitian yang

didapatkan.

55
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini dkk. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas
Bangkinang periode januari sampai juni 2008. Universitas Riau Pekan
Baru.

Chanif dan Khoiriyah.(2016). Efektifitas Terapi Refleksi Kaki Terhadap Tekanan


Darah Pada Pasien Hipertensi. The 4th university Research Coloquium. Hal:
214-221.2016. Hal: 415-420.

Coban, A., & Sirin, A. 2010. Effect of foot massage to decrease physiological
lower leg oedema in late pregnancy: A randomized controlled trial in
Turkey. International Journal of Nursing Practice, 16(5), 454-60.
doi:10.1111/j.1440-172X.2010.01869.x

Dalimartha, S., Purnama, B.T., Sutarina, N., Mahendra, B., & Darmawan, R.
(2008). Care your self hipertensi. Depok : Penerba Plus.

Desi Marisna. (2017). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap perubahan
tekanan darah pada penderita hipertensi Wilayah Kerja Puskesmas
Kampung Dalam. Artikel Penelitian. Pontianak : Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura.

Fitriani. (2015). Pengaruh masase kaki terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas bontomarannu kabupaten
gowa. Fakultas ilmu kesehatan uin alauddin makassar , 37.

Gala. (2009). Refleksologi kaki jurus sehat dengan refleksi secara mandiri.
Yogyakarta : Image Press.

Hastianah & Suprapto. (2014). Patologi & Patofisiologi penyakit, Medical


Book.Yogyakarta : Nuha Medika.

Hasmi. (2016). Metode Penelitian Epidemiologi, Edidi Revisi. Jakarta: Penerbit


Trans Info Media.

Hidayati, A. S. (2005). Terapi Alternatif & Gaya Hidup Sehat. Yogyakarta:


Pradipta Publishing.

Jones, J. (2012). The Acute (immediate) Specific Hemodynamic Effect of


Reflexology. Departement of Nursing & Midwifery Stirling University,
Center for Health Science Old Perth Road, Inverness, IV 3JH.

Jones, J., Thompson, Patricia., Irvine, Katheleen., Leslie, Stephen. J. (2011). Is


there a specific hemodynamic effect in reflexology? A systemic review of
randomized controlled trials.

56
Kaplan. (2006). Kaplan’s clinical hypertension, Ninth edition. Lippicott :
Williams & Willkins.

Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Tahun 2013.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2017).Sebagian Besar Penderita Hipertensi Tidak Menyadarinya.


Artikel(online),
http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-
penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html, akses tanggal 24 juni 2019.

Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi : Program 8 minggu menurunkan


tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko serangan jantung dan stroke
secara alami. Bandung : Penerbit Qanita.

Klabunde. (2015). Konsep Fisiologi Kardiovaskular. Edisi 2. Jakarta : Penerbit


Buku Kedokteran EGC.

M. Rizky. (2018). Analisis praktik klinik keperawatan pada pasien hipertensi


primer dengan intervensi inovasi terapi kombinasi foot massage dan terapi
murrotal surah Ar-Rahman terhadap penurunan tekanan darah diruang
Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Program Studi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur
Samarinda.

Muttaqin. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Noviyanti dkk. (2015). Hipertensi kenali, cegah & obati. Yogyakarta : Notebook.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan Pendekatan Praktis Edisi 4.


Jakarta: Salemba Medika.

Oh, K., Kim, K. S., Kwon, S. H., & Park, J. W. (2006). Research Trend of
Complementary and Alternative Medicine. J Korean Acad Nurs. 2006 Aug;
36(5): 721-731. Korean.

Palmer dan William.(2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Jakarta:


Erlangga..

Pamungkas, R. (2010). Dahsyatnya jari refleksi. Yogyakarta: Pinang Merah

57
Potter dan Perry. (2009). Fundamental Keperawatan Buku I Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika.

Potter dan Perry. (2011). Fundamental Keperawatan Buku I Edisi 8. Jakarta :


Salemba Medika.

Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2011). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit.(H.Hartanto, Ed) (6th Ed). Terjemahan oleh Brahm U. Pendit.
Jakarta : EGC.

Rindang dkk. (2015). Pengaruh terapi pijat refleksi kaki terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi primer. Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau

Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan, Edisi 2.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Synder, M., Lindquist, R. (2010). Complementary and Alternative Therapies in


Nursing (Sixth). New York: Springer Publishing Compani.

Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai dengan hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.

Triyanto. (2014). Penderita hipertensi secara terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Udjianti. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta : Salemba Medika.

Wahyuni, I. S. 2014. Pengaruh Massase Ekstremitas dengan Aroma Terapi


Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Di
Kelurahan Grendeng Purwokerto. Skripsi. Purwokerto : Universitas Jendral
Soedirman

Windo Wiria. (2015). Menurunkan tekanan darah pada lansia melalui senam
yoga. Jurnal olahraga prestasi : Vol.11 No.2.

Znaidui A, Susi N, Tut WP. (2014). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Terhadapa
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Hasta Therapetika
Tugurejo Semarang. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah.
Hal 56-65.

58
LAMPIRAN

59
Lampiran 1. Lembar Permohonan Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada :
Yth. Calon Responden Penelitian
Di tempat

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Jurusan S1

Keperawatan, Universitas Negeri Gorontalo, bermaksud melaksanakan penelitian

mengenai “Pengaruh Foot Massage Terhadap Penurunan Tekanan Darah

pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila

Kabupaten Bonebolango”. Data yang diperoleh dari penelitian ini akan

bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan pengetahuan

tentang perawatan hipertensi.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, saya mohon kesediaan saudara

untuk menjadi sampel dalam penelitian sesuai dengan petunjuk. Kerahasiaan data

pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang saya dapatkan akan

saya gunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Saya menjamin data yang

dapatkan dari penelitian ini tidak akan merugikan saudara, apabila saudara

bersedia menjadi sampel, saya mohon untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden (terlampir) dan mohon dikembalikan setelah diisi. Atas

perhatian dan kesediaan saudara, saya mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya,
Peneliti

Inda Apriana D.K Abdurrahman

60
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah saya membaca dan memahami isi dan penjelasan pada lembar

permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : …. (L/P)

Saya mengerti bahwa data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan

hanya untuk kepentingan penelitian, sehingga saya bersedia menjadi responden

dalam penelitian ini.

Gorontalo, Juli 2019

Responden

( )

61
Lampiran 3. SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Foot massage

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

FOOT MASSAGE PADA PASIEN HIPERTENSI

POKOK BAHASAN : PIJAT KAKI PASIEN HIPERTENSI

SUB POKOK BAHASAN : PIJAT KAKI (FOOT MASSAGE) HIPERTENSI

SASARAN : PASIEN DENGAN HIPERTENSI

TEMPAT : WILAYAH KERJA PUSKESMAS

HARI/TANGGAL :

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penjelasan tentang pijat hipertensi selama 1 x 30 menit

di harapkan klien dan keluarga mampu memahami dan menerapkan pijat

hipertensi dalam kehidupan sehari- hari.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penjelasan tentang pijat hiperten siselama 1 x 30 menit

diharapkan klien mampu :

1. Menjelaskan pengertian pijat hipertensi

2. Menyebutkan tujuan pijat hipertensi

3. Mengetahui manfaat pijat hipertensi

62
III. Strategi Pelaksanaan

No Tahap Kegiatan Media Waktu


1 Pembukaan a. Mengucapkan salam Verbal 5 menit
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan maksud dan
tujuan
d. Melakukan kontrak waktu
2 Pelaksanaan:
1. Penyajian a. Menjelaskan materi Verbal 10 menit
b. Memberi kesempatan bertanya
c. Menjawab pertanyaan

2. Pretest a. Mengukur tekanan darah Lembar 5 menit


b. Mencatat hasil tekanan darah observasi

3. Pemberian a. Melakukan foot massage SOP 30 menit


Pijat sesuai SOP pijat

4. Post test a. Mengukur tekanan darah Lembar 5 menit


setelah 10 menit observasi
b. Mencatat hasil tekanan darah
3 Penutup a. Mengevaluasi Verbal 5 menit
b. Menyimpulkan
c. Menutup salam

IV. Media dan Alat bantu

1. SOP (Standar Oprasional Prosedur)

2. Tensimeter digital (sphygmomanometer)

63
V. Evaluasi

1. Evaluasi Persiapan

a. SOP sudah dipersiapkan

2. Evaluasi Proses

a. Peserta sudah sesuai dengan kriteria (sasaran)

b. Tersedianya alat atau media

3. Evaluasi hasil

Peserta dapat menjawab pertanyaan:

a. Menjelaskan 80% manfaat pijat hipertensi

b. Menjelaskan perasaan pasien setelah dilakukan pijat

64
Lampiran 4. SOP (Standar Operasional Prosedur) Foot massage

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


FOOT MASSAGE PADA PASIEN HIPERTENSI
Tanggal Penelitian :
Nama Responden :

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


NO FOOT MASSAGE PADA PASIEN HIPERTENSI

1. PENGERTIAN:
Masase kaki (foot massage) adalah sentuhan yang dilakukan pada kaki dengan sadar
dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan
2. TUJUAN:
1. Menimbulkan relaksasi yang dalam
2. Memperbaiki sirkulasi darah pada otot sehingga mengurangi nyeri dan
inflamasi,
3. Memperbaiki secara langsung maupun tidak langsung fungsi setiap organ
internal,
4. Membantu memperbaiki mobilitas
5. Menurunkan tekanan darah
3. INDIKASI:
Klien denga hipertensi
4. KONTRAINDIKASI:
Klien yang menderita luka bakar hebat, fraktur.
5. PERSIAPAN PASIEN:
1. Menyediakan alat
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan
3. Mengukur tekanan darah penderita hipertensi (ringan dan sedang) sebelum
melakukan masase kaki dan di catat dalam lembar observasi.
6. CARA KERJA:
Tahap Pertama: masase kaki bagian depan
1. Ambillah posisi menghadap ke kaki klien dengan kedua lutut berada disamping
betisnya.
2. Letakkan tangan kita sedikit diatas pergelangan kaki dengan jari-jari menuju ke
atas, dengan satu gerakan tak putus luncurkan tangan ke tas panggkal paha dan
kembali turun di sisi kaki mengikuti lekuk kaki.
3. Tarik ibu jari dan buat bentuk V (posisi mulut naga). Letakkan tangan di atas
tulang garas dibagian bawah kaki. Gunakan tangan secar bergantian untuk

65
memijat perlahan hingga ki bawah lutut. Dengan tangan masih pada posisi V urut
ke atas dengan sangat lembut hingga ke tempurung lutut, pisahkan tangan dan
ikuti lekuk tempurung lutut pijat ke bagian bawah.
4. Lalu ulangi pijat keatas bagian tempurung lutut.

5. Tekanlah dengan sisi luar telapak tangan membuat lingkaran secara bergantian
mulai dari atas lutut hingga pangkal paha dan mendorong otot.
6. Dengan keedua tangan pijatlah kebawah pada sisi kaki hingga ke pergelangan
kaki. Kemudian remas bagian dorsum dan plantaris kaki dengan kedua tangan
sampai ke ujung jari.
7. Ulangi pada kaki kiri.

66
Tahap Kedua : Masase pada telapak kaki
1. Letakkan alas yang cukup besar dibawah kaki klien
2. tangkupkan telapak tangan kita di sekitar sisi kakii kanannya
3. Rilekskan jari-jari serta gerakkan tangan kedepan dan kebelakang dengan cepat.
Ini akan membuat kaki rileks.

4. Biarkan tangan tetap memegang bagain atas kaki.


5. Geser tangan kiri kebawah tumit kaki, dengan lembut tarik kaki ke arah pemijat
mulai da ri tumit. Dengan gerakan oval putar kaki beberapa kali kesetiap arah.

6. Pegang kaki pasangan dengan ibu jari kita berada di atas dan telunjuk di bagian
bawah.
7. Kemudian dengan menggunakan ibu jari, tekan urat-urat otot mulai dari jaringan
antara ibu jari dan telunjuk kaki. Tekan diantara urat-urat otot dengan ibu jari.
Ulangi gerakan ini pada tiap lekukan.

67
8. Pegang tumit kaki klien dengan tangan kanan, gunakan ibu jari dan telunjuk
tangan kiri pemijat untuk menarik kaki dan meremas jari kaki. Pertama, letakkan
ibu jari pemijat diatas ibu jari kaki dan telunjuk dibawahnya. Lalu pijat dan tarik
ujungnya, dengan gerakan yang sama pijat sisi-sisi jari. Lakukan gerakan ini pada
jari yang lain.

8. EVALUASI:
1. Tanyakan pada klien bagaimana perasaannya
2. Kaji tekanan darah klien
9. Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Kondisi klien jika terlalu lapar, terlalu kenyang.
2. Kondisi ruangan yang nyaman, suhu tidak terlau panas, tidak terlalu dingin,
pencahayaan yang cukup tidak remang-remang.
3. Posisi klien dalam keadaan berbaring yang mana bagian pinggang sampai
telapak kaki ditutup oleh handuk dan posisi pemijat dibelakang klien
Sumber : Kementrian Pendidikan Nasional RI. Program Pendidikan Ners
Universitas Jember (2013).

68
MASTER TABEL

Keterangan :
Tekanan Darah
Jenis
No Inisial Usia Jenis Kelamin
Kelamin Pretest Posttest
Sistol kode Diastol kode Sistol kode Diastol kode 1 = Laki-Laki
1 Ny.RI 59 2 153 2 93 2 128 2 71 1
2 = Perempuan
2 Tn.KR 63 1 155 2 92 2 140 2 87 2
Usia
3 Tn.IM 56 1 145 2 83 2 130 2 77 1
4 Ny.SM 50 2 140 2 85 2 125 2 75 1 1 = 46-55 tahun

5 Ny.MA 50 2 139 2 84 2 128 2 67 1 2 = 56-65 tahun


6 Ny.SP 53 2 149 2 87 2 139 2 74 1 Tekanan Darah
7 Ny.ZA 60 2 150 2 92 2 139 2 84 2 1 = Normal
8 Ny.SN 59 2 155 2 93 2 141 2 85 2
2 = Tidak normal
9 Tn.SH 63 1 158 2 93 2 143 2 83 2
10 Tn.AU 60 1 140 2 83 2 125 2 77 1
11 Tn.SA 60 1 153 2 91 2 139 2 86 2
12 Ny.RG 50 2 136 2 83 2 122 2 63 1
13 Tn.NH 60 2 158 2 93 2 146 2 77 1
14 Tn.RH 60 2 149 2 84 2 138 2 71 1
15 Ny.RM 61 2 150 2 90 2 136 2 75 1
Rata-rata 148,6666667 88,4 134,6 76,8

69
Hasil Uji Statistik Usia dan Jenis Kelamin

Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 46-55 Tahun 4 26,7 26,7 26,7

56-65 Tahun 11 73,3 73,3 100,0

Total 15 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 5 33,3 33,3 33,3

Perempuan 10 66,7 66,7 100,0

Total 15 100,0 100,0

70
Hasil Uji Statistik Normalitas Data

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Kelas Statistic df Sig. Statistic

Hasil Tekanan Darah Sistol Pre Test ,185 15 ,176 ,922

Diastol Pre Test ,198 15 ,116 ,812

Sistol Pos Test ,208 15 ,081 ,916

*
Diastol Pos Test ,155 15 ,200 ,950

Tests of Normality

a
Shapiro-Wilk

Kelas df Sig.

Hasil Tekanan Darah Sistol Pre Test 15 ,209

Diastol Pre Test 15 ,005

Sistol Pos Test 15 ,170

Diastol Pos Test 15 ,531

Descriptives

Kelas Statistic Std. Error

Hasil Tekanan Sistol Pre Test Mean 148,67 1,843


Darah Eksperimen
95% Confidence Interval Lower Bound 144,71
for Mean
Upper Bound 152,62

5% Trimmed Mean 148,85

Median 150,00

Variance 50,952

71
Std. Deviation 7,138

Minimum 136

Maximum 158

Range 22

Interquartile Range 15

Skewness -,450 ,580

Kurtosis -1,016 1,121

Diastol Pre Test Mean 88,40 1,112


Eksperimen
95% Confidence Interval Lower Bound 86,02
for Mean
Upper Bound 90,78

5% Trimmed Mean 88,44

Median 90,00

Variance 18,543

Std. Deviation 4,306

Minimum 83

Maximum 93

Range 10

Interquartile Range 9

Skewness -,186 ,580

Kurtosis -1,974 1,121

Sistol Pos Test Mean 134,60 1,944


Eksperimen
95% Confidence Interval Lower Bound 130,43
for Mean
Upper Bound 138,77

5% Trimmed Mean 134,67

Median 138,00

Variance 56,686

72
Std. Deviation 7,529

Minimum 122

Maximum 146

Range 24

Interquartile Range 12

Skewness -,319 ,580

Kurtosis -1,304 1,121

Diastol Pos Test Mean 76,80 1,844


Eksperimen
95% Confidence Interval Lower Bound 72,84
for Mean
Upper Bound 80,76

5% Trimmed Mean 77,00

Median 77,00

Variance 51,029

Std. Deviation 7,143

Minimum 63

Maximum 87

Range 24

Interquartile Range 13

Skewness -,224 ,580

Kurtosis -,625 1,121

73
Uji Wilcoxon Signed Rank Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

a
Post Test Sistol - Pre Test Negative Ranks 15 8,00 120,00
Sistol
b
Positive Ranks 0 ,00 ,00

c
Ties 0

Total 15

d
Post Test Diastol - Pre Test Negative Ranks 15 8,00 120,00
Diastol
e
Positive Ranks 0 ,00 ,00

f
Ties 0

Total 15

a. Post Test Sistol < Pre Test Sistol

b. Post Test Sistol > Pre Test Sistol

c. Post Test Sistol = Pre Test Sistol

d. Post Test Diastol < Pre Test Diastol

e. Post Test Diastol > Pre Test Diastol

f. Post Test Diastol = Pre Test Diastol

Test Statisticsa

Post Test
Post Test Sistol Diastol - Pre
- Pre Test Sistol Test Diastol

b b
Z -3,431 -3,411

Asymp. Sig. (2-tailed) ,001 ,001

74
DOKUMENTASI

75
76
45
46
77
47
78
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

PENGARUH FOOT MASSAGE TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS TILONGKABILA
KABUPATEN BONEBOLANGO

Inda Apriana Devi K. Abdurrahman¹, Rosmin Ilham², Rachmawaty D. Hunawa³


1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UNG
2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UNG
3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UNG

ABSTRAK

Inda Apriana Devi K. Abdurrahman. 2019. Pengaruh Foot Massage


Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan. Fakultas Olahraga dan Kesehatan. Universitas Negeri Gorontalo.
Pembimbing I Dr. Rosmin Ilham, S.Kep.,Ns.,M.M dan Pembimbing II Ns.
Rachmawaty D. Hunawa, S.Kep.,M.Kep.
Foot massage merupakan intervensi yang diberikan untuk memperlancar
kembali aliran darah pada penderita hipertensi dengan pijatan-pijatan terhadap titik
sentrarefleks. Sehingga diharapkan putusnya aliran darah, penyempitan, dan atau
penyumbatan pada pembuluh darah menjadi normal kembali. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone Bolango.
Metode penelitian ini menggunakan quasy-eksperimen design dengan
pendekatan one-group pra-post test design. Sampel terdiri dari 15 responden, dengan
teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji statistic nonparametrik wilcoxon
signed rank test dan didapatkan nilai p value tekanan darah sistol yaitu 0,001 dan
nilai p value tekanan darah diastol yaitu 0,001. Dengan demikian terdapat pengaruh
foot massage terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tilongkabila Bone Bolango. Diharapkan penelitian ini menjadi
masukkan bagi petugas kesehatan di puskesmas untuk dapat menjadikan metode foot
massage sebagai salah satu intervensi mandiri untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.

Kata Kunci : Foot Massage, Penurunan tekanan darah


Daftar Pustaka : 38 (2005-2018)

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

PENDAHULUAN Berdasarkan hasil Riset


Hipertensi Menurut World Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Health Organization (WHO), batasan tahun 2013 menunjukkan angka
tekanan darah yang masih dianggap prevalensi hipertensi di Indonesia
normal adalah 140/90 mmHg, mencapai 25,8%, dengan angka
sedangkan tekanan darah ≥160/95 prevalensi tertinggi di Provinsi
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Bangka Belitung (30,9%), dan yang
Tekanan darah di antara normotensi terendah di Papua (16,8%). Sementara
dan hipertensi disebut borderline itu data survei Indikator Kesehatan
hypertension (Garis Batas Hipertensi). Nasional (Sirkesnas) tahun 2016
Batasan WHO tersebut tidak menunjukkan peningkatan prevalensi
membedakan usia dan jenis kelamin hipertensi pada penduduk usia 18
(Udjianti, 2010). tahun keatas sebesar 32,4%. Provinsi
Hingga kini, hipertensi masih Gorontalo memiliki angka prevalensi
menjadi masalah kesehatan di hipertensi sebesar (34,1%) (Kemenkes
beberapa negara maju dan negara RI, 2018).
berkembang. Timbulnya hipertensi Dari berbagai survei didapatkan
berkaitan dengan adanya pergeseran dalam sepuluh tahun terakhir
gaya hidup yang cenderung tidak prevalensi hipertensi di Indonesia
sehat pada masyarakat.istilah The meningkat secara bermakna.
Silent Killer (pembunuh diam-diam) Hipertensi merupakan penyumbang
kerap di sematkan pada penyakit ini kematian akibat penyakit tidak
karena kemunculannya yang sering menular (PTM) yang meningkat dari
kali tidak disadari dan tidak memiliki 41,7% menjadi 60%. Survey terakhir
gejala spesifik. Penyakit ini juga dapat di Indonesia menunjukkan PTM
memicu timbulnya masalah kesehatan mendominasi 10 urutan teratas
lain, bahkan kematian (Tim bumi penyebab kematian pada semua
medika, 2017). kelompok umur, dengan stroke yang
Menurut data WHO tahun 2015 merupakan komplikasi hipertensi
menunjukkan 1,13 miliar orang di sebagai penyebab kematian nomor
dunia menderita hipertensi. Artinya, 2 satu. Dimana perempuan memiliki
dari 3 orang di dunia terdiagnosis prevalensi hipertensi sedikit lebih
menderita hipertensi, hanya 36,8% di tinggi dari pada laki-laki. Peningkatan
antaranya yang minum obat. Jumlah prevalensi hipertensi, menjadi
penderita hipertensi di dunia terus ancaman serius bagi pembangunan
meningkat setiap tahunnya, kesehatan Indonesia karena di
diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 samping mengakibatkan mortalitas
miliar orang yang terkena hipertensi. dan morbilitas yang tinggi juga
Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 mahalnya biaya pengobatan yang
juta orang meninggal akibat hipertensi harus diberikan sepanjang hidup,
dan komplikasi (Kemenkes RI, 2018). sehingga berpotensi mengancam

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

pertumbuhan ekonomi nasional efek samping yang merupakan respon


(Kementrian Kesehatan, 2013). terhadap suatu jenis obat pada setiap
Banyak faktor resiko yang orang berbeda. Efek samping yang
menyebabkan tekanan darah mungkin timbul adalah sakit kepala,
meningkat antara lain usia, keturunan, pusing, lemas dan mual (Rindang,
kebiasaan merokok, konsumsi garam 2015).
berlebih. Gejala yang utama pada Salah satu alternatif yang tepat
penderita hipertensi secara umum untuk menurunkan tekanan darah
sering terjadi yaitu sakit kepala tanpa ketergantungan obat dan efek
sampai ke tengkuk bagian belakang samping adalah dengan menggunakan
dan tengkuk terasa pegal. Hipertensi pengobatan non farmakologis
ini dapat mengakibatkan terjadinya (Kowalski, 2010). Ada berbagai
komplikasi terutama pada sistem macam pengobatan non farmakologis
kardiovaskuler seperti stroke dan yang dapat dilakukan pada penderita
gagal jantung. Perlu dilakukan usaha hipertensi meliputi: teknik
untuk menekannya dengan mengurangi stres, penurunan berat
pengobatan yang tepat sehingga badan, pembatasan alkohol, natrium
tekanan darah dapat terkontrol ke dan tembakau, olahraga atau latihan,
tingkat yang normal (Desi, 2017) relaksasi, dan akupresur merupakan
Sehingga demikian, hipertensi intervensi yang bisa dilakukan pada
masih belum mendapat perhatian yang terapi hipertensi (Muttaqin, 2009).
cukup. Penyebab utamanya karena Intervensi lain yang dapat dilakukan
penyakit ini baru menunjukkan untuk menurunkan hipertensi adalah
gejalanya setelah tingkat lanjut. Hal Massage (Pijat) pada area kaki
ini yang menyebakan pengobatan (Rindang, 2015).
hipertensi belum mencapai hasil yang Berdasarkan telaah literatur,
memuaskan, contohnya di Amerika terdapat berbagai terapi non
Serikat keberhasilan terapi ini sampai farmakologis yang disarankan sebagai
tahun 1994 hanya sekitar 30% (Sheps, terapi pendamping terapi medis di
2005 dalam Fitriani, 2015). sebut juga terapi alternatif dan terapi
Tingginya angka prevalensi komplementer. National Center for
hipertensi setiap tahun menunjukkan Complementary and Alternative
bahwa hipertensi memerlukan Medicine (NCCAM) menyebutkan
penatalaksanaan yang benar. Menurut terapi komplementer adalah
Wirakusumah (2012), pengobatan sekelompok perawatan kesehatan,
hipertensi dapat dilakukan secara praktek, dan produk yang saat ini
farmakologis dan non farmakologis. tidak danggap sebagai bagian dari
Pengobatan farmakologis merupakan pengobatan konvensional (Synder &
pengobatan dengan menggunakan Lindquist, 2010). Oh, Kim, Kwon, &
obat-obatan yang dapat menurunkan Park (2006), menyatakan bahwa
serta menstabilkan tekanan darah. Complementary and Alternative
Pengobatan farmakologis memiliki Medicine (CAM) diperlukan dalam

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

intervensi keperawatan untuk dengan irama yang teratur pada kaki


membantu meningkatkan status akan merefleksi pada organ-organ
kesehatan seseorang. yang bersangkutan, menstimulasi
Salah satu bentuk terapi CAM syaraf tepi melalui alur-alur
adalah massage therapy. Di dalam persyarafan menuju sistem syaraf
message therapy ini terdapat pusat dan sistem syaraf belakang
perlakuan terhadap titik-titik sentra sehingga terjadi efek relaksasi dan
refleks di kaki dan hal ini disebut tubuh dalam keadaan homeostasis.
reflexology (Jones, 2012). Reflexology Keadaan homeostasis pada tubuh yang
merupakan salah satu message therapy mengenai jantung dan pembuluh darah
yang dapat menyembuhkan hampir dapat mengembalikan fungsi dan
semua penyakit, serta merupakan mampu mengembalikan tekanan darah
terap yang aman dan tanpa efek pada ambang normal (Jones, 2012).
samping (Pamungkas, 2010). Foot massage adalah manipulasi
Reflexology merupakan pemberian jaringan lunak pada kaki secara umum
energi yang dimasukkan ke dalam dan tidak terpusat pada titik-titik
tubuh melalui pemijatan untuk tertentu pada telapak kaki yang
memperlancar peredaran darah, berhubungan dengan bagian lain pada
melenturkan otot-otot, meningkatkan tubuh (Coban dan Sirin, 2010).
daya tahan tubuh, relaksasi, Manipulasi ini terdiri dari 5 teknik
meningkatkan kekuatan pikiran dan dasar yaitu effleurage (gosokan),
tubuh, menstabilkan emosi, petrissage (pijatan), tapoment
meningkatkan kualitas tidur, (pukulan), friction (goresan), dan
restrukturisasi tulang, otot, dan organ, vibration (getaran). Terapi foot
menyembuhkan cedera baru dan lama, massage dapat menurunkan denyut
meningkatkan konsentrasi dan nadi, dan memberikan efek relaksasi
ingatan, meningkatkan rasa percaya bagi otot-otot yang tegang sehingga
diri dan harmoni (Jones, Thompson, tekanan darah dan denyut nadi akan
Irvine, & Leslie, 2011). menurun dan mampu memberikan
Pada dasarnya foot massage rangsangan yang mampu
adalah metode untuk memperlancar memperlancar aliran darah (Wahyuni,
kembali aliran darah. Adanya pijatan- 2014).
pijatan terhadap titik sentrarefleks Penelitian yang dilakukan oleh
diharapkan terputusnya aliran darah, Fitriani (2015) menunjukkan hasil
penyempitan, penyumbatan pada pemberian intervensi foot massage
pembuluh darah menjadi normal pada pasien hipertensi secara
kembali. Pemijatan/penekanan pada signifikan pempunyai pengaruh
titik-titik sentrarefleks jantung dan terhadap penurunan tekanan darah
hypertension point akan merangsang stelah kelompok eksperimen diberi
impuls syaraf bekerja pada sistem intervensi foot massage selama 30
syaraf autonomik cabang dari menit. Hal ini sejalan dengan
parasimpatik. Pemijatan/penekanan penelitian Desi Marisna (2017) yang

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

menunjukkan dan membuktikan Puskesmas Tilongkabila Kabupaten


bahwa foot massage adalah intervensi Bonebolango”.
keperawatan yang efektif untuk
menurunkan tekanan sistol dan diastol METODE PENELITIAN
pada pasien hipertensi secara Lokasi penelitian ini
signifikan. dilaksanakan di Wilayah Kerja
Berdasarkan data awal yang di Puskesmas Tilongkabila Kabupaten
dapatkan dari Puskesmas Tilongkabila Bonebolango. Waktu penelitian
Kabupaten Bonebolango pada tahun dilakukan pada bulan Juli 2019.
2018 terdapat 361 kasus hipertensi. Penelitian ini menggunakan penelitian
Jumlah pasien yang berkunjung ke Eksperimental dimana peneliti akan
Puskesmas (rawat jalan) pada 3 bulan menjelaskan tentang pengaruh foot
terakhir Januari 2019 - Maret 2019 massage terhadap penurunan tekanan
didapatkan jumlah pasien hipertensi darah pada pasien hipertensi di
berjumlah 232 pasien. Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
petugas kesehatan yang bertanggung Tilongkabila Kabupaten Bonebolango.
jawab mengelola data untuk kasus Rancangan penelitian yang
hipertensi, program yang telah digunakan adalah quasy experimental
dilakukan adalah pemberian design dengan pendekatan one-group
pengobatan. Penjelasan dari pengelola pra-post test design. Dalam penelitian
puskesmas mengatakan bahwa ini variabel yang diamati adalah
pemberian pengobatan non perubahan tekanan darah setelah
farmakologis foot massage belum pemberian foot massage.
pernah dilakukan di puskesmas
tersebut. Dan dari hasil wawancara HASIL PENELITIAN
dengan pasien, masih banyak yang A. Hasil Analisis Univariat
belum mengetahui bahwa terapi foot 1. Karakteristik Responden
massage ini dapat menjadi pengobatan berdasarkan Usia
non farmakologis untuk penyakit
hipertensi. Sehingga hal inilah yang No Usia N %
mendasari penulis ingin menerapkan
Depkes RI
teknik non farmakologis foot massage
(2009):
terhadap penurunan tekanan darah
1 46-55 Tahun 4 26,7%
pada pasien hipertensi di Wilayah
(Lansia Awal)
Kerja Puskesmas Tilongkabila
Kabupaten Bonebolango.
2 56-65 Tahun 11 73,3%
Oleh karena itu dari data yang di
(Lansia Akhir)
peroleh, peneliti tertarik untuk
Total 15 100.0
melakukan penelitian tentang
%
“Pengaruh Foot Massage Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Sumber : Data Primer, 2019
Hipertensi Di Wilayah Kerja

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Dari tabel di atas dapat dilihat 13 158 93 146 77


bahwa jumlah penderita hipertensi 14 149 84 138 71
15 150 90 136 75
berdasarkan umur, responden yang Rata-rata 148,67 88,4 134,6 76,8
paling dominan yakni yang berumur Sumber: Data Primer, 2019
56-65 tahun sebanyak 11 orang Dari tabel di atas dapat dilihat
(73,3%). Sementara itu yang paling bahwa rata-rata tekanan darah sistol
rendah frekuensinya yakni yang pada pretest yakni sebesar 148,7 dan
berumur 46-55 tahun sebanyak 4 orang rata-rata tekanan darah diastol pada
(26,7%) dari keseluruhan jumlah pretest yakni sebesar 88,4. Kemudian
sampel penelitian. untuk rata-rata tekanan darah sistol
2. Karakteristik Responden pada posttest yakni sebesar 134,6 dan
berdasarkan Jenis Kelamin rata-rata tekanan darah diastol pada
No Jenis Kelamin N % posttest yakni sebesar 76,8.
1 Laki-Laki 5 33,3% B. Hasil Analisis Bivariat
2 Perempuan 10 66,7% 1. Hasil Uji Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Total 15 100.0%
Foot Massage
Sumber: Data Primer, 2019 Mea
Sum Of
Dari tabel di atas dapat dilihat n
Ranks
Z p(Value)
bahwa jumlah penderita Hipertensi Rank
Pretest 8,00 120,00 -3,431 0,001
berdasarkan Jenis kelamin maka Sistol
responden yang berjenis kelamin laki- Pretest
laki sebanyak 5 orang atau sebesar Diastol
33,3% sementara itu yang berjenis Posttest 8,00 120,00 -3,411 0,001
kelamin perempuan sebanyak 10 orang Sistol
atau sebesar 66,7%. Posttest
Diastol
3. Tekanan darah sebelum dan
sesudah dilakukan foot massage. Sumber: Data Primer, 2019
Tekanan Darah Berdasarkan tabel di atas
No menunjukkan hasil uji Wilcoxon
Responde Sebelum Sesudah
n Diasto Diasto Signed Rank Test yang ditunjukkan
Sistol l Sistol l bahwa besar nilai Z pada pre test sistol
1 153 93 128 71
2 155 92 140 87 dan pre test diastol sebesar -3,431
3 145 83 130 77 dengan signifikansi (p=value) sebesar
4 140 85 125 75
5 139 84 128 67 0,001, dan nilai Z pada post test sistol
6 149 87 139 74 dan post test diastol sebesar -3,411
7 150 92 139 84 dengan signifikansi (p=value) sebesar
8 155 93 141 85
9 158 93 143 83 0,001 dengan demikian nilai
10 140 83 125 77 probabilitas 0,001 lebih kecil dari pada
11 153 91 139 86
12 136 83 122 63
α=0,05 maka dengan ini H0 ditolak
dan H1 diterima. Artinya terdapat

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Pengaruh Foot massage terhadap ini dibenarkan dalam teori Potter and
penurunan tekanan darah pada pasien Perry (2009) yang menyatakan bahwa,
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas semakin bertambahnya usia seseorang
maka semakin tinggi pula tekanan
Tilongkabila Kabupaten Bone
darahnya karena adanya terjadi
Bolango. penurunan elastisitas pada pembuluh
darah.
PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan perlakuan
1. Tekanan darah pasien hipertensi
sebagian besar responden mengeluh
sebelum dilakukan perlakuan
sakit kepala dan pusing, dan juga sulit
foot massage di Wilayah Kerja
untuk tidur nyenyak. Setelah dilakukan
Puskesmas Tilongkabila
wawancara dengan responden ternyata
Kabupaten Bonebolango
masih banyak mereka yang makan
Hasil penelitian ini menunjukkan
makanan berlemak seperti daging, dan
bahwa tekanan darah sebelum
gorengan. Hal ini didukung oleh teori
dilakukan perlakuan foot massage
dari Tim Bumi Medika (2017) bahwa
masih terbilang tinggi pada seluruh
makanan berlemak biasanya memiliki
pasien hipertensi di Wilayah Kerja
kalori yang tinggi, sehingga
Puskesmas Tilongkabila Kabupaten
berhubungan dengan peningkatan
Bonebolango dengan frekuensi 15
berat badan dan peningkatan kadar
responden (100%). Hasil penelitian ini
lemak dalam darah yang dapat memicu
berdasarkan nilai yang sudah dirata-
dan memperburuk keadaan penderita
ratakan tekanan darah sistol dan
hipertensi.
diastol sebelum diberikan intervensi
Berdasarkan penelitian oleh
menunjukkan bahwa dari 15 responden
Fitriani (2015) yang berjudul Pengaruh
dengan nilai sistol dan diastol
Masase Kaki Terhadap Penurunan
mayoritas hipertensi sebanyak 15
Tekanan Darah pada Penderita
orang (100%). Dimana berdasarkan
Hipertensi di Wilayah Kerja
hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa
Puskesmas Bontomarannu Kabupaten
rata-rata dari tekanan darah sistol pada
Gowa bahwa sebelum diberikan
pre test yakni sebesar 148,67 mmHg
perlakuan masase kaki nilai rata-rata
dan diastol sebesar 88,40 mmHg pada
tekanan darah pre test sebesar 142.00
pre test.
mmHg pada sistol dan 93.00 mmHg
Adapun faktor yang dapat
pada diastol.
mempengaruhi tingginya tekanan
Perlakuan foot massage atau
darah antara lain adalah usia itu
masase kaki merupakan terapi yang
sendiri, dimana responden yang
sangat efektif. Masase kaki baik untuk
berusia 46-55 tahun kategori lansia
merilekskan otot-otot, mengurangi
awal sebanyak 4 responden (26,7%),
nyeri, memperbaiki organ tubuh,
kemudian responden yang berusia 65-
memperbaiki postur tubuh, dan
65 tahun kategori lansia akhir
sebagai latihan pasif (Perry & Potter,
sebanyak 11 responden (73,3%). Hal
2005 dalam Safitri, 2012).

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Berdasarkan teori dan penelitian- Sebagian besar dari responden


penelitian yang di sebutkan di atas, mengatakan bahwa setelah dilakukan
peneliti berasumsi bahwa perlakuan foot massage, mereka
meningkatnya tekanan darah pada merasakan bahwa pusing mereka
penderita hipertensi disebabkan karena berkurang, dan merasa lebih rileks
semakin bertambahnya usia seseorang sehingga ketika stelah 10 menit
serta pola hidup yang tidak sehat susudah perlakuan tekanan tekanan
sehingga perlu diberikan intervensi darah responden di ukur kembali dan
nonfarmakologis seperti pemberian hasil yang didapatkan peneliti yaitu
perlakuan foot massage. terdapat penurunan tekanan darah
setelah diberi perlakuan foot massage
2. Tekanan darah pasien hipertensi ini. Tetapi, masih ada beberapa
sesudah dilakukan perlakuan foot responden yang tekanan darahnya
massage di Wilayah Kerja tidak mengalami penurunan drastis
Puskesmas Tilongkabila karena tubuh responden yang terlihat
Kabupaten Bonebolango gemuk sehingga pada saat peneliti
Setelah dilakukan foot massage melakukan pemijatan pada titik titik
hasil menunjukkan dimana refleksi kaki itu tidak maksimal karena
berdasarkan pada hasil tekanan darah tebalnya lemak pada bagian kaki
sistol pada post test telah mengalami responden, sehingga hasil yang di
penurunan tekanan darah tetapi masih dapatkan tidak maksimal.
dalam kategori tidak normal karena Penelitian ini didukung oleh
tidak sampai mencapai nilai normal penelitian Rezky dkk (2015), yang
tekanan darah, tetapi pada tekanan berjudul “pengaruh terapi pijat refleksi
darah diastol post test yang mencapai kaki terhadap tekanan darah pada
nilai normal diastol itu ada 10 penderita hipertensi primer” yang
responden dan 5 responden masih mengatakan setelah dilakukan terapi
dalam kategori tidak normal serta pijat refleksi kaki didapatkan bahwa
belum mencapai batas normal diastol. tekanan darah mengalami penurunan,
Nilai rata-rata tekanan darah sistol dan badan lebih ringan dan sakit kepala
diastol setelah diberi perlakuan yaitu berkurang karena pijat refleksi kaki
134,60/76,80 mmHg. merangsang pada sistem saraf simpatis
Dari hasil ini dapat dilihat bahwa yang mengalami penurunan aktivitas
pemberian perlakuan foot massage sehingga mengakibatkan penurunan
didapatkan hasil rata-rata sistol tekanan darah. Pada penelitian
memiliki selisih 14,07 mmHg dan rata- Hartutik dan Suratih (2017),
rata diastole memiliki selisih sebesar membandingkan pemberian pijat
11,60 mmHg ini memperlihatkan refleksi kaki pada penderita hipertensi
bahwa setelah dilakukan perlakuan primer dengan kelompok kontrol yang
mengalami penurunan tekanan darah tidak diberikan terapi. Hasilnya
yang signifikan. menunjukkan penurunan tekanan
darah pada kelompok terapi.

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Secara fisiology, tekanan darah mmHg selama 10 menit setelah


dan nadi dipengaruhi oleh sistem saraf perlakuan.
otonom dalam hal ini saraf simpatis 3. Pengaruh foot massage terhadap
dan para simpatis (Medic, 2016). penurunan tekanan darah pada
Menurut Mancia & Grassi (2014), pasien hipertensi di Wilayah
Pada individu yang mengalami Kerja Puskesmas Tilongkabila
peningkatan tekanan darah seperti Kabupaten Bonebolango
kondisi prehipertensi terjadi Hasil penelitian ini terlihat
peningkatan aktivitas pusat simpatis bahwa ada pengaruh diberikan
dan perubahan pada fungsi saraf perlakuan foot massage terhadap
parasimpatis. Penurunan tekanan darah penurunan tekanan darah pada pasien
sistolik maupun diastolik serta hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
penurunan kecepatan nadi setelah Tilongkabila Kabupaten Bone
dilakukan pemijatan pada kaki Bolango. Setelah dilakukan intervensi
merupakan pengaruh dari sistem saraf selama 2 hari berturut-turut didapatkan
simpatis. rata-rata hasil tekanan darah sistol
Beberapa peneliti sebelumnya sebelum 148,67 mmHg dan sesudah
(Sakuragi, 2014; Kito & Suzuki, 2016; perlakuan 134,60 mmHg. Nilai rata-
Naseri, et al., 2016; Khalili, et al., rata tekanan darah diastol sebelum
2016) yang melakukan penelitian 88,40 mmHg dan sesudah perlakuan
berbeda-beda dengan intervensi pijat 76,80 mmHg. Hasil ini menyatakan
kaki menegaskan bahwa pijat kaki bahwa pijat kaki selama 30 menit
dapat memberi efek relaksasi. memberikan efek langsung penurunan
Relaksasi terjadi oleh adanya stimulasi tekanan darah sitolik, dan tekanan
taktil dijaringan tubuh. Menurut Lee, darah diastolik.
Park dan Kim (2011), pemijatan pada Berdasarkan hasil analisis
bagian tubuh dapat mempengaruhi dengan menggunakan uji statistik
kerja saraf simpatis, sehingga terjadi Wilcoxon Signed Rank Test yang
relaksasi tubuh, penurunan serum ditunjukan bahwa besar nilai Z pada
kortisol dan epinefrin. pre test sistol dan pre test diastol
Berkurangnya kerja saraf sebesar -3,431 dengan signifikansi
simpatis, menimbulkan vasodilatasi (p=value) sebesar 0,001, dan nilai Z
pembuluh darah perifer, dengan pada post test sistol dan post test
demikian terjadi penurunan tekanan diastol sebesar -3,411 dengan
darah dan heart rate (Vicar et al. dalam signifikansi (p=value) sebesar 0,001
Ramos et al. 2015). Maka dalam dengan demikian nilai probabilitas
penelitian ini dapat dikatakan terdapat 0,001 lebih kecil dari pada α=0,05
perubahan tekanan darah setelah maka dengan ini H0 ditolak dan H1
dilakukan foot massage pada penderita diterima. Artinya terdapat Pengaruh
hipertensi dan dapat menurunkan Foot massage terhadap penurunan
tekanan darah sistolik sebanyak 10-15 tekanan darah pada pasien hipertensi
mmHg dan diastolik sebanyak 5-10 di Wilayah Kerja Puskesmas

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Tilongkabila Kabupaten Bone Therapetika nilainya sistol p


Bolango. Value=0,033 dan diastol p Value=
Menurut Chanif dan Khoiriyah 0,017.
(2016), Foot massage dilakukan Menurut nugroho, asrin dan
dengan teknik pemijatan dengan kedua sarwono menyatakan pijat refleksi kaki
tangan di kedua kaki responden yang lebih efektif dalam menurunkan
ada bagian titik refleksi di kaki, tekanan darah yang telah dibuktikan
membelai lembut secara teratur untuk dengan nilai mean rank pijat refleksi
mengurangi nyeri, membuat rileks atau kaki lebih tinggi yaitu nilai sistol
meningkatkan sirkulasi. sebanyak 40,00 dan nilai diastol
Aliran darah yang lancar akan sebanyak 35,50.
meningkatkan sirkulasi darah yang Responden yang dilakukan foot
membawa nutrisi dan oksigen ke sel- massage selama 30 menit dalam sehari
sel tubuh tanpa ada hambatan serta selama 2 hari berturut-turut
memberikan efek relaksasi dan mengatakan bahwa gejala yang
kesegaran pada seluruh tubuh sehingga muncul seperti rasa pusing kepala,
kondisi tubuh seimbang. Dalam hal ini tengkuk yang tegang menjadi
pijat refleksi kaki juga merangsang berkurang bahkan ada yang hilang,
pada sistem saraf simpatis yang rasa pegal dan kebas dikaki berkurang
mengalami penurunan aktivitas serta badan menjadi rileks setelah
sehingga mengakibatkan penurunan dilakukan foot massage.
tekanan darah (Zunaidi dkk, 2014). Penelitian ini didapatkan
Menurut Palmer dan William responden yang kooperatif sehingga
(2007), mengatakan terjadinya hasil yang didapatkan peneliti,
peningkatan tekanan darah lebih sering penderita hipertensi setelah diberikan
terjadi karena perubahan gaya hidup intervensi tekanan darah bisa
yang buruk. Terapi pijat refleksi disini menurunkan tekanan darah sistol dan
adalah bentuk upaya dalam diastol, menurunkan kadar hormon
menurunkan tekanan darah karena stres kortisol, membuat rasa rileks
dapat memiliki pengaruh pada pada tubuh sehingga tekanan darah
peningkatan sirkulasi darah keseluruh dapat menurun dan memperbaiki
tubuh yang efeknya dapat merelaksasi fungsi tubuh. Penelitian ini
secara fisik dan psikis serta menjadikan pengalaman, informasi
mengurangi rasa sakit yang tambahan bagi responden dan bisa
diakibatkan dari gejala hipertensi. dijadikan salah satu terapi yang sangat
Hasil penelitian sebelumnya baik bagi kesehatan dan tidak
yang dilakukan oleh Zunaidi dkk menimbulkan komplikasi, oleh sebab
(2014), bahwa ada perbedaan yang itu dengan menggunakan terapi foot
signifikan antara terapi pijat refleksi massage dapat dijadikan suatu terapi
kaki dan massage kaki terhadap nonfarmakogi untuk menurunkan
perubahan tekanan darah pada tekanan darah pada penderita
responden di Klinik Sehat Hasta hipertensi.

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

terhadap penurunan tekanan darah


KESIMPULAN pada pasien hipertensi di Wilayah
Berdasarkan analisis data hasil Kerja Puskesmas Tilongkabila
penelitian dan pembahasan pada bab Kabupaten Bone Bolango, adapun
sebelumnya, maka dapat ditarik saran :
kesimpulan sebagai berikut: 1. Bagi Perawat Puskesmas
1. Tekanan darah sistol sebelum Petugas kesehatan dapat
diberikan perlakuan (pre test) dengan mengevaluasi dan dapat menjadikan
hasil rata-rata yakni sebesar 148,6667 metode foot massage sebagai salah
mmHg dan hasil rata-rata tekanan satu intervensi mandiri perawat untuk
darah diastol sebelum diberikan menurunkan tekanan darah pada
perlakuan (pre test) yakni sebesar penderita hipertensi.
88,4000 mmHg. 2. Bagi Institusi Pendidikan
2. Tekanan darah sistol sesudah Hendaknya selalu memberikan
diberikan perlakuan (post test) dengan pendidikan kesehatan tentang foot
hasil rata-rata yakni sebesar 134,6000 massage untuk menurunkan tekanan
mmHg dan hasil rata-rata tekanan darah serta dapat menambah wawasan
darah diastol sesudah diberikan ilmu pengetahuan kepada pendidik dan
perlakuan (post test) yakni sebesar mahasiswa terhadap kasus hipertensi
76,8000 mmHg. yaitu melalui terapi foot massage yang
3. Berdasarkan hasil analisis dengan dapat dijadikan sebagai komplementer,
menggunakan uji statistic Wilcoxon sehingga dapat diterapkan dalam
Signed Rank Test yang ditunjukan praktik mandiri keperawatan oleh
bahwa besar nilai Z pada pre test sistol mahasiswa keperawatan suatu saat
dan pre test diastol sebesar -3,431 nanti.
dengan signifikansi (p=value) sebesar 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
0,001, dan nilai Z pada post test sistol Dapat melakukan penelitian
dan post test diastol sebesar -3,411 yang sama tetapi dengan
dengan signifikansi (p=value) sebesar menambahkan kelompok kontrol
0,001 dengan demikian nilai sebagai pembanding untuk hasil
probabilitas 0,001 lebih kecil dari pada penelitian yang didapatkan.
α=0,05 maka dengan ini H0 ditolak
dan H1 diterima. Artinya terdapat DAFTAR PUSTAKA
Pengaruh Foot massage terhadap Anggraini dkk. (2009). Faktor-faktor
penurunan tekanan darah pada pasien yang berhubungan dengan
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas kejadian hipertensi pada pasien
Tilongkabila Kabupaten Bone yang berobat di poliklinik
Bolango. dewasa Puskesmas Bangkinang
periode januari sampai juni
SARAN 2008. Universitas Riau Pekan
Berdasarkan kesimpulan diatas Baru.
tentang pengaruh foot massage

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Chanif dan Khoiriyah.(2016). Hastianah & Suprapto. (2014).


Efektifitas Terapi Refleksi Patologi & Patofisiologi
Kaki Terhadap Tekanan Darah penyakit, Medical
Pada Pasien Hipertensi. The Book.Yogyakarta : Nuha
4th university Research Medika.
Coloquium. Hal: 214- Hasmi. (2016). Metode Penelitian
221.2016. Hal: 415-420. Epidemiologi, Edidi Revisi.
Coban, A., & Sirin, A. 2010. Effect of Jakarta: Penerbit Trans Info
foot massage to decrease Media.
physiological lower leg oedema Hidayati, A. S. (2005). Terapi
in late pregnancy: A Alternatif & Gaya Hidup Sehat.
randomized controlled trial in Yogyakarta: Pradipta
Turkey. International Journal of Publishing.
Nursing Practice, 16(5), 454- Jones, J. (2012). The Acute
60. doi:10.1111/j.1440- (immediate) Specific
172X.2010.01869.x Hemodynamic Effect of
Dalimartha, S., Purnama, B.T., Reflexology. Departement of
Sutarina, N., Mahendra, B., & Nursing & Midwifery Stirling
Darmawan, R. (2008). Care University, Center for Health
your self hipertensi. Depok : Science Old Perth Road,
Penerba Plus. Inverness, IV 3JH.
Desi Marisna. (2017). Pengaruh terapi Jones, J., Thompson, Patricia., Irvine,
pijat refleksi kaki terhadap Katheleen., Leslie, Stephen. J.
perubahan tekanan darah pada (2011). Is there a specific
penderita hipertensi Wilayah hemodynamic effect in
Kerja Puskesmas Kampung reflexology? A systemic review
Dalam. Artikel Penelitian. of randomized controlled trials.
Pontianak : Fakultas Kaplan. (2006). Kaplan’s clinical
Kedokteran Universitas hypertension, Ninth edition.
Tanjungpura. Lippicott : Williams &
Fitriani. (2015). Pengaruh masase kaki Willkins.
terhadap penurunan tekanan Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan
darah pada penderita hipertensi Dasar (RISKESDAS) Tahun
di wilayah kerja puskesmas 2013. Jakarta: Kementerian
bontomarannu kabupaten Kesehatan Republik Indonesia.
gowa. Fakultas ilmu kesehatan Kemenkes RI. (2017).Sebagian Besar
uin alauddin makassar , 37. Penderita Hipertensi Tidak
Gala. (2009). Refleksologi kaki jurus Menyadarinya. Artikel(online),
sehat dengan refleksi secara http://www.depkes.go.id/article
mandiri. Yogyakarta : Image /view/17051800002/sebagian-
Press. besar-penderita-hipertensi-

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

tidak-menyadarinya.html, akses Nursalam. (2017). Metodologi


tanggal 24 juni 2019. Penelitian Kesehatan
Kowalski, R.E. (2010). Terapi Pendekatan Praktis Edisi 4.
hipertensi : Program 8 minggu Jakarta: Salemba Medika.
menurunkan tekanan darah Oh, K., Kim, K. S., Kwon, S. H., &
tinggi dan mengurangi resiko Park, J. W. (2006). Research
serangan jantung dan stroke Trend of Complementary and
secara alami. Bandung : Alternative Medicine. J Korean
Penerbit Qanita. Acad Nurs. 2006 Aug; 36(5):
Klabunde. (2015). Konsep Fisiologi 721-731. Korean.
Kardiovaskular. Edisi 2. Palmer dan William.(2007). Simple
Jakarta : Penerbit Buku Guide Tekanan Darah Tinggi.
Kedokteran EGC. Jakarta: Erlangga..
M. Rizky. (2018). Analisis praktik Pamungkas, R. (2010). Dahsyatnya
klinik keperawatan pada pasien jari refleksi. Yogyakarta:
hipertensi primer dengan Pinang Merah
intervensi inovasi terapi Potter dan Perry. (2009). Fundamental
kombinasi foot massage dan Keperawatan Buku I Edisi 7.
terapi murrotal surah Ar- Jakarta : Salemba Medika.
Rahman terhadap penurunan Potter dan Perry. (2011). Fundamental
tekanan darah diruang Instalasi Keperawatan Buku I Edisi 8.
Gawat Darurat RSUD Abdul Jakarta : Salemba Medika.
Wahab Sjahranie Samarinda. Price, S.A., dan Wilson, L.M. (2011).
Program Studi Ners Universitas Patofisiologi : Konsep Klinis
Muhammadiyah Kalimantan Proses-Proses
Timur Samarinda. Penyakit.(H.Hartanto, Ed) (6th
Muttaqin. (2009). Pengantar Asuhan Ed). Terjemahan oleh Brahm
Keperawatan Klien dengan U. Pendit. Jakarta : EGC.
Gangguan Sistem Rindang dkk. (2015). Pengaruh terapi
Kardiovaskular. Jakarta : pijat refleksi kaki terhadap
Salemba Medika. tekanan darah pada penderita
Noviyanti dkk. (2015). Hipertensi hipertensi primer. Program
kenali, cegah & obati. Studi Ilmu Keperawatan
Yogyakarta : Notebook. Universitas Riau
Nursalam. (2008). Konsep dan Setiadi. (2013). Konsep dan Praktek
Penerapan Metodologi Penulisan Riset Keperawatan,
Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 2. Yogyakarta: Graha
Jakarta: Salemba Medika. Ilmu.
Nursalam. (2011). Konsep dan Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
penerapan Metodologi Kuantitatif, Kualitatif dan
Penelitian Ilmu Keperawatan. R&D. Bandung: Alfabeta.
Jakarta: Salemba Medika.

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN 2019
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
JURNAL KEPERAWATAN

Synder, M., Lindquist, R. (2010).


Complementary and
Alternative Therapies in
Nursing (Sixth). New York:
Springer Publishing Compani.
Tim Bumi Medika. (2017). Berdamai
dengan hipertensi. Jakarta :
Bumi Medika.
Triyanto. (2014). Penderita hipertensi
secara terpadu. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Udjianti. (2010). Keperawatan
Kardiovaskular. Jakarta :
Salemba Medika.
Wahyuni, I. S. 2014. Pengaruh
Massase Ekstremitas dengan
Aroma Terapi Lavender
Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi
Di Kelurahan Grendeng
Purwokerto. Skripsi.
Purwokerto : Universitas
Jendral Soedirman
Windo Wiria. (2015). Menurunkan
tekanan darah pada lansia
melalui senam yoga. Jurnal
olahraga prestasi : Vol.11 No.2.
Zunaidui A, Susi N, Tut WP. (2014).
Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Terhadapa Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di
Klinik Hasta Therapetika
Tugurejo Semarang. Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI
Jawa Tengah. Hal 56-65.

INDA APRIANA DEVI K. ABDURRAHMAN / 841415002


CURICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Inda Apriana Devi K. Abdurrahman Gorontalo, 03 April


1997 merupakan anak kedua dari pasangan Karim
Abdurrahman dan Armin N. Nusi. Beragama islam,
berdomisili di Desa Iloheluma, Kecamatan Tilongkabila,
Kabupaten Bone Bolango. Terdaftar sebagai mahasiswa di
Program Studi Ilmu Keperawatan dengan NIM 841415002,
Fakultas Olahraga dan Ksehatan. Universitas Negeri
Gorontalo, sejak tahun 2015.
B. Riwayat Pendidikan
1. Alumni TK OLUHUTA KABILA 2004
2. Alumni SDN 105 KOTA UTARA 2009
3. Alumni MTS NEGERI GORONTALO 2012
4. Alumni MAN MODEL NEGERI GORONTALO 2015
C. Kegiatan Yang Pernah di Ikuti
1. Peserta Masa Orientasi Mahasiswa Baru (MOMB) Tahun 2015
Universitas Negeri Gorontalo
2. Peserta Pelatihan Computer dan Internet Universitas Negeri Gorontalo
Tahun 2015
3. Peserta Seminar Kesehatan Peduli Kesehatan Reproduksi Remaja
Universitas Negeri Gorontalo 2015
4. Peserta Seminar dan Workshop Bedah Undang-Undang Keperawatan
No.38 tahun 2012 Bersama Dewan Pengurus Pusat PPNI pada tahun 2015
5. Peserta Seminar Nasional Keperawatan “Mewujudkan Generasi Perawat
Profesional Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean Tahun
2015” pada tahun 2015
6. Peserta Seminar Nasional Keperawatan “Perawatan Luka Modern” pada
tahun 2016
7. Peserta Seminar Nasional Keperawatan “Community Mental Health
Nursing Of Disaster Case” pada tahun 2016
8. Peserta Seminar Keperawatan dan Workshop Hipnoanestesi “Deteksi
Dini dan Penatalaksanaan Penyakit Mata” pada tahun 2016
9. Peserta Seminar The 1 ST Gorontalo International Nursing Conference
2017 “Nursing As The Key To Improve Of Case Through Patien Safety
In Achieving The Standars Of The Nasional And International Hospital
Acccreditation” pada tahun 2017
10. Peserta Seminar Keperawatan Kegawatdaruratan “Persiapan Generasi
Perawat Dalam Bidang Keperawatan Gawat Darurat” pada tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai