MINI RISET
Oleh :
1
EFEKTIVITAS POSISI SEMI FOWLER DAN POSISI SUPINE TERHADAP STATUS HEMODINAMIK
PADA PASIEN DI RUANGAN ICU RSUD DR H. MM DUNDA LIMBOTO
2
MINI RISET
Oleh :
3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Jl.Prof. DR. John Ario Katili No 44 Telp. (0435) 821698 Kampus III
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya MINI RISET yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Profesi dari Program Studi Profesi Ners, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo seluruhnya
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan MINI RISET yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah
dituliskan sumbernya secara jelas sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka sesuai dengan norma, kaidah dan etika
Jika dikemudian ternyata ditemukan seluruh atau sebagian MINI RISET ini bukan hasil karya sendiri atau
terdapat tindakan plagiarisme, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
4
PERSETUJUAN PEMBIMBING
MINI RISET yang berjudul PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN TERHADAP
TEKANAN DARAH DI RUANGAN CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe KOTA GORONTALO
Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
5
LEMBAR PENGESAHAN
MINI RISET yang berjudul MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN TERHADAP TEKANAN
DARAH DI RUANG CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe KOTA GORONTALO
Oleh
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Penguji:
Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan
6
ABSTRAK
Wahyudiaty S Hamid, S.Kep. 2017. Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Tehadap Tekanan Darah di
Ruangan CVCU Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Mini Riset, Program Studi Ners, Fakultas Olah Raga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ns. Andi Mursyidah, S.Kep, M.Kes, dan Pembimbing II Ns. Idris
Pakaya S.Kep.
Program latihan fisik rehabilitative bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Terhadap Tekanan
Darah Di Ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment) dengan rancangan pre test post test dalam satu kelompok (one
group Pre Test-Post Test Design) menggunakan instrument berupa lembar observasi. Populasi pada penelitian ini yaitu
pasien yang dirawat di ruang CVCU dengan jumlah sampel 10 responden dengan metode purposive sampling. Teknik
analisa data yaitu menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian Terdapat pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan terhadap tekanan darah di ruang CVCU
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Kata Kunci : Model Aktivitas, latihan intensitas ringan, gagal jantung, tekanan darah
Daftar Pustaka: 10 Referensi (2009-2014)
7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Thabrani & Daruquthni)
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang
Hanya kesabaran, doa dan usahalah yang aku miliki sehingga aku selalu banyak bersyukur mencapai hasil
Keberhasilanku hari ini bukan suatu tujuan untuk tetap tersenyum, maka bahagiakan orang yang engkau
sayangi.
PERSEMBAHAN
KARYA TULIS ILMIAH INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA KEDUA ORANG TUA, SUAMI, ANAKKU, SAUDARA , DAN TEMAN-TEMANKU
YANG SELALU MEMBERIKAN KASIH DAN SAYANG HINGGA AKU SELALU BERISTIQOMAH .
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat
menyelesaikan MINI RISET yang berjudul PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS
RINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH di Rang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”. Penulisan
MINI RISET ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners di Universitas
Negeri Gorontalo.
Saya menyadari dalam penyusunan MINI RISET ini, saya mengalami banyak rintangan, namun berkat doa,
bantuan dan bimbingan yang tak hentinya diberikan oleh berbagai pihak, yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis
sehingga saya dapat menyelesaikan MINI RISET ini. Dengan rasa hormat, terima kasih, dan tulus ikhlas penulis sampaikan
kepada kedua orang tua tercinta, bapak Suratman Hamid, S.Pd, ibu Hamria Thalib, S.Pd, yang senantiasa memberikan
dukungan, semangat, perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan doa yang tak henti-hentinya demi kelancaran selama
Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), terima kasih
atas fasilitas yang telah diberikan selama kulah di Univeritas Negeri Gorontalo
2. Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku wakil rektor I, Eduward Wolok, ST, MT selaku wakil rektor II, Dr.
Fence M. Wantu, SH, MH selaku wakil rektor III, dan Prof. Dr. Hasanudin Fatsah, M.Hum selaku wakil rektor IV
3. Dr. Hj. Linjte Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Wakil dekan I Risna Podungge,
S.Pd, M.Pd, Wakil Dekan II sekaligus dosen pembimbing akademik dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, Wakil Dekan III
Ruslan, S.Pd, M.Pd, dan seluruh staf tata usaha, terima kasih telah memberikan bantuan selama penulis menempuh
6. Ns. Andi Mursyidah, S.Kep.,M.Kes selaku dosen pembimbing pertama, dan Ns. Idris Pakaya, S.Kep terima kasih
yang tak terhingga atas kesediaan, keikhlasan, kesabarannnya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan
7. Seluruh staff Dosen Keperawatan, terima kasih telah memberikan ilmunya dan segala waktunya sehingga penulis
9
8. Ns. Rhein Djunaid, S.Kep, M.Kes selaku dosen penguji, terima kasih atas kesediaan dan keikhlasannya meluangkan
waktu untuk menguji, membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan MINI
RISET ini.
9. Kepada kedua suami saya Jupriandi Nento, dan anak saya Mohammad Hafidz Nento, ketiga kakakku Ahmad Hamid,
S.Kom, Affandi Hamid, SE, Ardiansyah Hamid, SKM yang selama ini telah menjadi motivator yang baik dan telah
memberikan dukungan moril dan materil sehingga saya dapat menyelesaikan mini riset ini. Terima kasih atas
kebahagiaan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga Allah SWT dapat membalas semuanya dengan
10. Seluruh staff perawat yang ada di ruangan CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, terimakasih atas bantuan yang
11. Keluarga besar Ners VI yang telah melewati Profesi baik suka maupun duka selama Profesi di Profesi Ners UNG
12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
Semoga Allah STW memberikan balasan kebaikan dunia dan akhirat, atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
Dalam penulisan MINI RISET ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwasanya masih banyak kekurangan-
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Akhirnya, semoga MINI RISET ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Penulis
10
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................................................
xii
11
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................................................................... 32
5.2 Saran........................................................................................................................................................................ 48
Lampiran
12
DAFTAR TABEL
13
DAFTAR GAMBAR
14
DAFTAR LAMPIRAN
15
BAB I
PENDAHULUAN
secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh akan nutrisi (Tony
Suharsono).
menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat17 juta atau sekitar 48% dari total
risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun dengan
kejadian >650.000 kasus baru yang diagnosis gagal jantung selama beberapa
Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu lima tahun (Arini,
2015).
penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan
0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang (dalam Kementerian Kesehatan RI.
2013.).
16
Dampak gagal jantung telah banyak menimbulkan masalah fisiologis
dengan gangguan kardiovaskuler. Hal ini didukung oleh diagnose yang muncul
pada pasien gagal jantung yaitu : (1) kerusakan difusi gas (o2) berhubungan
salah satunya yaitu curah jantung. Peningkatan tekanan darah hanya terjadi
jantung yaitu kelelahan. Dimana perasaan capek sepanjang waktu dan susah untuk
atau berjalan. Hal ini terjadi karena jantung tidak dapat memompa darah secara
untuk berisitirahat cukup dan beraktivitas ringan agar tidak membebani kerja
jantung.
17
Namun disisi lain pasien harus melakukan aktivitas fisik atau pergerakan
tubuh. Menurut Kemenkes RI (2006) aktivitas fisik secara teratur memiliki efek
stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi. Manfaat dari aktivitas fisik
perubahan gaya hidup yang antara lain meliputi pengaturan pola makan,
oleh klien dan asuhan lanjutan dirumah tidak terpantau. Secara fisiologis factor
rumah sakit dan di rumah. Tujuannya adalah untuk mencegah resiko kekambuhan
dan perawatan ulang klien gagal jantung dengan cara mendukung upaya perbaikan
Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Klien Gagal Jantung
18
Grade II Terhadap Perubahan Tekanan Darah di Ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H.
apakah ada perbedaan nilai tekanan darah (Sistol, Diastol dan rata-rata) sebelum
dan sesudah intervensi model aktivitas dan latihan intesitas ringan pada pasien
gagal jantung
model aktivitas dan latihan intensitas ringan pada pasien gagal jantung
19
1.4.2 Manfaat Praktis
gagal jantung.
dan latihan intensitas ringan pasien gagal jantung terhadap tekanan darah.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung
kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan. Suatu
ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Kasron, 2012).
2.1.2 Etiologi
2. Ateroskerosis koroner
21
jantung degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
menurun.
6. Faktor sistemik
22
2.1.3 Klasifikasi
hipertropi.
gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang
23
b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah
sering), pada saat istirahat, atau sementara tidur, dimana ini dapat terjadi secara
tiba-tiba dan membangunkan pasien dari tidurnya. Pasien akan sering merasa sulit
bernapas saat dalam posisi datar dan akan terasa nyaman saat kepala diletakkan
dalam posisi yang lebih tinggi atau dengan memakai dua bantal. Pasien akan
sering merasa lelah atau merasa khawatir dan gelisah. Hal ini terjadi karena aliran
darah balik dalam vena pulmonalis (pembuluh darah yang membawa darah
kembali dari paru-paru ke jantung) tidak dapat menuju ke jantung karena jantung
darah di paru-paru.
merah muda hingga merah darah. Batuk persisten atau mengi ini disebabkan oleh
24
Pembengkakan atau edema biasa terjadi pada kaki, pergelangan kaki,
tumit, atau perut. Pasien mungkin akan merasakan sempit atau ketat pada
sepatunya. Hal ini terjadi karena aliran darah yang keluar dari jantung melambat,
sehingga darah yang kembali ke jantung melalui pembluh darah terhambat. Hal
tidak mampu megeluarkan natrium dan air juga menyebabkan retensi cairan
dalam jaringan. Penumpukan cairan inilah yang dapat terlihat pada kaki dan
pembesaran perut.
seharihari, seperti berbelanja, naik tangga, membawa barang atau berjalan. Hal ini
terjadi karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat untuk
mencukupi kebutuhan jaringan tubuh. Tubuh akan mengalihkan darah dari organ
jantung dan otak sehingga otot ekstremitas kekurangan suplai energi yang dapat
menyebabkan kelelahan.
Perasaan perut yang penuh atau tidak nyaman. Hal ini terjadi karena sistem
pencernaan.
25
6. Kebingungan atau gangguan berpikir
oleh perubahan jumlah zat tertentu dalam darah, seperti sodium yang dapat
dari tipe gagal jantung yang dialami juga dikelompokkan oleh Black & Hawks
memori, kelelahan dan kelemahan otot, dan nokturia. Gagal jantung dengan
2.1.5 Patofisiologi
memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan
keadaan:
26
1. Prelood (beban awal)
2. Kontraktilitas
jantung
Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu/lebih dari keadaan diatas
aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas otot jantung dapat menurun pada
sekresi aldosterone dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut
volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi
27
akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial. Proses ini timbul seperti nokturia
redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut
pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah diparu-paru, sehingga oksigenisasi
arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang akan membentuk asam
didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak nafas (dyspnea),
ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas
1. EKG
fungsi ginjal.
28
Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan
protein
3. Radiologis
dinding
dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau
2.1.7 Komplikasi
1. Syok kardigenik
2.1.8 Penatalaksanaan
perfusi adekuat pada organ penting, mencegah bertambah parahnya gagal jantung
dan merubah gaya hidup (Black & Hawks, 2009). Penanganan yang spesifik
29
untuk mencoba menurunkan cairan dalam tubuh sehingga jantung tidak harus
diuretik (pil) bisa diberikan jika memungkinkan. Obat diuretik yang sering
dengan obat yang tersedia dapat membuat pompa jantung menjadi lebih efisien,
mempengaruhi kinerja jantung. Obat ini biasa digunakan dengan kombinasi obat
lain. Beta blocker juga dapat mengontrol denyut nadi dan meningkatkan curah
jantung dan fraksi ejeksi, dan memberikan respon yang menguntungkan terhadap
sirkulasi epinefrin. Digoxin merupakan obat tua yang juga meningkatkan curah
jantung dan mengontrol gejala penyakit jantung. Modifikasi faktor risiko penyakit
jantung merupaka kunci untuk pencegahan dan dapat juga menguntungkan pasien
yang telah menderita gagal jantung kongestif. Penurunan berat badan, membuat
kongestif. Pasien gagal jantung kongestif stadium akhir (NYHA stage 4) mungkin
jantung untuk berkontraksi, atau bahkan transplantasi jantung (Kullick DL, 2015)
30
2.2 Tinjauan Aktivitas dan Latihan Fisik
1. Pengertian aktivitas
diantaranya menurut (Almatsier, 2003) . Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang
dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah setiap
gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran
energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor
pengertian aktivitas fisik ialah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem
dengan melakukan latihan fisik/olahraga serta istirahat dan tidur yang cukup.
mengaktifkan kerja sel darah putih, yang merupakan komponen utama kekebalan
Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan
a. Ketahanan
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih
31
bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan
b. Kelenturan
lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi
dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan
c. Kekuatan
Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).
pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien
jantung.
rumah sakit
32
c. Mempercepat proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali pada
>100 mmHg
k. Embolisme
l. Tromboflebitis
33
3. Fase rehabilitas jantung
a. Fase 1 (Inpatient)
rumah sakit yaitu dimulai pada minggu kedua atau ketiga berupa
sakit.
34
riwayat gangguan jantung tersebut (Jolliffe, et al., 2001). Program ini
Arovah, 2012).
Fase ini dimulai segera setelah fase II, saat kondisi pasien sudah stabil
dan tetap dengan tindakan supervisi. Program fase III difokuskan pada
modifikasi gaya hidup dan latihan fisik. Fase ini berlangsung selama
tangan dan kaki dan pengubahan postur. Program latihan biasanya berupa
35
terapi fisik ambnulatory yang diawasi. Pada fase ini perlu dilakukan
monitoring ECG untuk menilai respon terhadap latihan. Latihan pada fase
ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat mengatasi keadaan gawat
darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan jantung. Manfaat dari
latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan survailance tambahan,
dan untuk menghindari efek fisiologis dan psikologis negatif pada bedrest.
Tujuan dari latihan fsik fase pertama ini harus disesuaikan dengan
activity of daily life). Pasien dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat
2003:2201).
36
e. Indeks jantung ≥2.1 L/min/m2 atau CVP <12 mmHg
atau setara dengan 3,5 ml O2/kg/ menit (Woods, et al., 2000 dalam
maksimal bila latihan dinamis dilakukan selama 15‐60 menit, tiga hingga
pendinginan (Lubis,2009).
1-3 METs, HR (heart rate) selama latihan tidak melebihi 20x/ menit HR
exertion) berdasarkan 6-20 skala Borg. Durasi latihan selama 3-5 menit
37
American College of Sports Medicine (2007 dalam Selig, et al.,
38
National Heart Foundation of Australia (2004) menjelaskan
mobilisasi pasien rawat inap (latihan aktivitas fisik). Topik edukasi pasien
akan dilakukan
39
3 Dapat mandi sendiri sambil duduk
Berjalan ke toilet sendiri
Duduk di kursi
Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari
4 Mandi sendiri (berdiri)
Berjalan biasa 3-4 menit 2x sehari
Sebagai tambahan pasien dapat berjalan sendiri
atas keinginan pasien
5 Mandi sendiri
Berjalan biasa 10 menit 2x sehari
Mendaki 1 set tangga dengan bantuan
6 Mandi sendiri
Mendaki 2 set tangga dengan bantuan
Latihan aktivitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sesuai dari
1. Hari 1:
a. Gerakan tidur terlentang mring kiri miring kanan di tempat tidur. Gerakan
di temapat tidur
2. Hari 2:
kaki, gerakan ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan dilakukan 2 kali
40
3. Hari ke 3
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan dilakukan dua kali sehari dengan
b. Turun dari tempat tidur, berdiri disamping tempat tidur, dilakukan dua
kali sehari.
4. Hari 4:
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Dilakukan dua kali sehari dengan waktu 5
b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur, dilakukan dua
kali sehari.
41
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar ruang rawat atau ke
kamar mandi
5. Hari 4:
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar ruang rawat atau ke
kamar mandi
pengawasan
2.3.1 Definisi
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
42
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai
140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan
gelombang, terdapat dua ukuran tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah
akibat kontraksi ventrikel ( yaitu, tekanan pada puncak gelombang darah) dan
tekanan yang paling bawah, ada disetiap waktu dalam arteri (Berman, 2009).
ventrikel jauh lebih besar dari pada tekanan dalam arteri saat ventrikel
sebagai tekanan sistolik diatas diastolik, misalnya 120/70 mmHg. Tekanan darah
arteri brakialis pada orang muda dewasa yang beristirahat pada posisi duduk atau
kearah jaringan. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah
43
jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan
kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah
kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-
2001).
darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah
TD = CO x TPR
Keterangan :
TD : Tekanan Darah
CO : Cardiac output
jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di
arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil
inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah (Green, 2008).
1. Curah jantung
adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit
(frekuensi jantung).
44
Curah jantung = Frekuensi jantung x Volume sekuncup
darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh
darah arteri naik (Potter & Perry, 2005). Hematokrit normal untuk laki-laki
kecil lumen pembuluh, semakain besar tahanan vaskuler terhadap aliran darah,
dengan naiknya tahanan tekanan darah arteri juga naik. Tekanan darah juga
turun pada saat dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun (Potter & Perry,
2005).
normalnya volum darah tetap konstan, volum sirkulasi darah dalam sistem
45
BAB III
Metode Mini Riset
(quasy-experiment) dengan rancangan pre test post test dalam satu kelompok
(one group Pre Test-Post Test Design). Rancangan ini memberikan perlakuan
Kelompok Intervensi a : 01 X 02
intensitas ringan
intesitas ringan
3.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang masuk di ruangan
46
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
47
3.6 Instrumen Mini Riset
tindakan.
sebagai berikut:
1. Editing
kuesioner.
2. Coding
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
3. Processing
4. Cleaning
Apabila semua data telah selesai dimasukan, maka perlu dicek kembali
48
3.8 Etika Mini Riset
hewan, peneliti harus memperhatikan isu etik yaitu berupa Informed consent,
1. Informed consent, yaitu pemberian informasi tentang maksud dan tujuan, sifat
diberikan pada seluruh penghuni kamar agar dapat ikut berpartisipasi dalam
2. Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
kelompok data yang sesuai dengan tujuan peneliti yang disajikan dalam hasill
penelitian.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe terletak di
Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Area lahannya
seluas 54.000 M2. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di
Provinsi Gorontalo dan berstandar rumah sakit tipe B, dan sering digunakan
daerah-daerah disekitarnya.
dokter baik spesialis maupun umum, perawat, bidan, ahli gizi, asisten perawat,
security dan bagian administrasi lainnya. Rumah sakit ini dilengkapi dengan
kebidanan (lantai 1) dan keperawatan anak (lantai 2), G2 untuk bagian Neuro dan
bedah kelas 1 (lantai 1) dan ruang SP2KP bedah kelas II dan III (lantai 2), G3
untuk penyakit dalam yang didalamnya terdapat ruang IMC dan SP2KP interna
(lantai 2) dan G4 sebagai ruang isolasi. Selain itu, terdapat ruang VIP, Pavillun,
50
administrasi dan 2 evakuasi. Ruanganan CVCU mempunyai 8 bed pasien.
Beranekaragam pasien jantung yang masuk CVCU diantaranya pasien CHF, IMA,
komplikasi.
51
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruangan ICU
Umur Frekuensi (n) Presentase (%)
26 – 35 0 0
36 – 45 3 30
46 - 55 5 50
56 - 65 2 20
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2017
tekanan darah pasien sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas dan latihan
intesitas ringan.
frekuensi tekanan darah systole sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tekanan darah systole sebelum dan sesudah
dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan
Tekanan darah systole
Responden
Sebelum Sesudah
1 150 120
2 150 120
3 150 120
4 160 110
5 140 110
6 110 110
7 140 110
52
8 170 110
9 150 110
10 170 110
darah systole tidak berubah sebelum dilakukan tindakan model aktivitas dan
model aktivitas dan latihan intensitas ringan yang berubah tekanan systole 9
frekuensi tekanan darah diastole sebelum dan sesudah dilakukan tindakan model
53
Hasil analisis tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan nilai tekanan
darah diatole pasien sebelum dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas
ringan yaitu 10 reponden (100%) dengan nilai tidak berubah, sedangkan setelah
darah dari hari ke 1 sampai hari k 5 dilakukan dilakukan model aktivitas dan
54
darah setiap harinya dan 1 responden (10%) tidak mengalami perubahan yang
signifikan.
1. Status nilai tekanan darah systole dan diastole, sebelum dan setelah
dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan.
darah systole dan diastole, sebelum dan setelah dilakukan model aktivitas dan
latihan intensitas ringan. Uji parametric yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Tabel 4.14 Perbedaan nilai tekanan darah systole dan diastole, sebelum
dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas
ringan
Selisih
Variabel Tahap n Mean SD P value
mean
diastole sebelum dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas
model aktivitas dan latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah
dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan menjadi 1.10 mmHg
dengan selisih mean yaitu 0.90 mmHg. Pada tekanan darah sistol
55
menggunakan uji paired sampel t-test didapatkan P Value 0.000 (<0,05).
Mean untuk tekanan darah diastole sebelum dilakukan model aktivitas dan
latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah dilakukan pengaturan
posisi semi fowler turun menjadi 1.30 mmHg dengan selisih mean 0.700.
Value 0,001 (<0,05). Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa ada pengaruh
darah.
4.2 Pembahasan
berjumlah 3 orang (30,0%) pada rentang >160 dan 2 orang (20,0%) dalam
56
sebelum dilakukan intervensi yaitu saat pasien baru masuk. Artinya pasien
baru masuk dari IGD. Dimana pasien beraktivitas berat yaitu beraktivitas
pindah dari bed satu ke bed yang lain. Sehingga menyebabkan tekanan darah
pasien naik hal ini disebabkan karena saat beraktivitas, jantung memompa
rimgan peneliti melakukan observasi tekanan darah sistol dan diastole selama
berubah. Tapi masih dalam batas normal. Hal ini disebabkan oleh ke 9
dengan baik dan teratur. Responden juga mau melakukan model aktivitas
tersebut. Reponden ini juga memiliki niat dan kemauan untuk dapat pulih.
Sedangkan yang responden 1 ini, tidak memiliki niat yang cukup tinggi,
tidak ada semangat untuk beraktivitas, dan tidak ada dukungan dari keluarga.
Orang jika memiliki kemauan yang bagus maka hasilnya juga akan
baik. Untuk melakukan hal yang kita inginkan harus ada kemauan dan niat.
57
seseorang yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu fungsi
dari keluarga yaitu fungsi cinta kasih dan fungsi perlindungan. Menurut
darah. KA
mean sebelum dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan adalah
2.0 mmHg dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan
menjadi 1.10 mmHg dengan selisih mean yaitu 0.90 mmHg. Pada tekanan
yaitu dengan menggunakan uji paired sampel t-test didapatkan P Value 0.000
(<0,05). , artinya ada pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan
58
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Halimuddin 2010,
intervensi aktivitas dan latihan 6 hari sebesar 2.25 mmHg. Hasil uji statistik
positif/kuat sempurna.
tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih
tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
Tekanan darah sistole adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan dari
proses siklus kontraksi atau sistole ventrikel jantung. Gangguan atau gagal
jantung yang timbul pada saat sistolik disebut dengan sistolic ventricular
disfunction(Ignativicius, 2006).
proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali pada level aktivitas sebelum
59
kekambuhan bukan faktor patuh obat, tetapi pasien jarang melakukan aktivitas
fisik. Untuk fasilitias rehabilitas fisik khusus untk penyakit jantung belum ada.
bahwa latihan merupakan faktor yang berpengaruh pada nilai tekanan darah.
dan latihan intensitas ringan yaitu 10 reponden (100%) dengan nilai tidak
berubah (40%)
dan latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah dilakukan
pengaturan posisi semi fowler turun menjadi 1.30 mmHg dengan selisih mean
aktivitas dan latihan intensitas ringan pada pasien gagal jantung di ruangan
CVCU.
60
Penelitian sama dengan Halimuddin dimana terjadi perubahan tekanan
darah diastole setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan.
rata-rata setelah dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan selama 6 hari
sebesar 2.25 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan tekanan
perubahan misalnya otot jantung bertambah kuat pada polosnya sehingga daya
tamping besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur selain itu
Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding arteri dan pembuluh
darah akibat mengendurnya otot ventrikel jantung (tekanan pada saat otot atrium
jantung kontraksi dan darah menuju ventrikel) (Nurunisa, 2014). Tekanan darah
perifer. Pada gagal jantung diastolic atau disebut dengan Diastolic Ventrikular
melakukan aktivitas fisik apabila pasien gagal jantung. Dimana pasien gagal
61
jantung itu otot-otot jantungnya kaku sehingga perederan darah kurang lancar.
Akibatnya pasien yang dinyatakan pulang dari rumah sakit bisa kambuh lagi.
Hal ini juga disebabkan sebagian responden ini yang sudah umur lansia.
sebagian responden adalah wanita. Dimana wanita yang sudah lansia jarang
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
2. Setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan pasien gagal
3. Terdapat pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan pasien gagal
tekanan darah sistol P Value 0.000 dan tekanan darah diastole P Value
0,001 (<0,05)
5.2 Saran
referensi yang dapat diajarkan oleh mahasiswa kepada pasien tentang model
latihan intensitas ringan berhasil. penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
pengaruh model aktivitas dan latihan fisik pasien gagal jantung outpatient.
63
DAFTAR PUSTAKA
Saunders
Halimuddin, 2013: Pengaruh Model Aktiitas dan Latihan Intensitas Ringan Klien
Gagal Jantung terhadap Tekanan Darah, Idea Nursing Journal. Vol.3 no.3
Kasron
Arini (2015), Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung Yang di
Rawat Inap di RSUD. DR.Soetomo.Surabaya. http://repository.wima.ac.id.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2016.
Kementerian Kesehatan Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan.
64
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Peneliti
Wahyudiaty S Hamid
65
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Nama :
Gorontalo, 2017
Responden/Keluarga
(……………………………….)
66
Lembar Observasi Latihan Fisik
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1 Hari 1:
a. Gerakan tidur terlentang mring kiri miring kanan
di tempat tidur. Gerakan dilakukan dua kali
sehari dengan waktu 5 menit stiap gerakan
b. ADL ( makan, minum, menggosok gigi,
berpakaian, BAB/BAK di bantu di temapat tidur
2 Hari 2:
a. Duduk di samping tempat tidur, gerakan
ekstensi dan fleksi pergelangan kaki, gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan
dilakukan 2 kali sehari dengan waktu 5 menit
setiap gerakan.
b. Makan dan minum sendiri di tempat tidur
c. BAB/BAK dibantu di tempat tidur
d. Mandi, menggosok gigi, berpakain dibantu
tempat tidur
3 Hari ke 3
a. Duduk disamping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan
dilakukan dua kali sehari dengan waktu 5 menit
setiap pergerakan.
b. Turun dari tempat tidur, berdiri disamping
tempat tidur, dilakukan dua kali sehari.
c. Sambil memegang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan, dilakukan dua
kali sehari dengan melangkah sebatas tempat
tidur
d. Duduk di kursi 15 – 30 menit dan kembali di
tempat tidur
e. Makan dan minum sendiri di tempat tidur
f. BAB/BAK dibantu di tempat tidur
g. Mandi, menggosok gigi, berpakaian sendiri di
tempat tidur
67
4 Hari 4:
a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Dilakukan dua
kali sehari dengan waktu 5 menit setiap gerakan
b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping
tempat tidur, dilakukan dua kali sehari.
c. Sambal memgang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan, dilakukan dua
kali sehari dan melangkah sebatas tempat tidur.
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar
ruang rawat atau ke kamar mandi
e. Makan, minum sendiri di tempat tidur
f. BAB dan BAK di kamar kecil
g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri
di tempat tidur
5 Hari 5:
a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut.
b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping
tempat tidur
c. Sambil memgang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar
ruang rawat atau ke kamar mandi
e. Makan, minum sendiri di tempat tidur
f. BAB dan BAK di kamar kecil
g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri
di kamar mandi dalam pengawasan
68
Lembar Observasi Tekanan Darah
69
70