Anda di halaman 1dari 70

PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN PASIEN GAGAL JANTUNG

GRADE II TERHADAP TEKANAN DARAH DI RUANGAN CVCU


Prof. Dr. H. ALOEI SABOE
KOTA GORONTALO

MINI RISET

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti


Ujian Profesi Ners

Oleh :

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep


841 716 133

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2017

1
EFEKTIVITAS POSISI SEMI FOWLER DAN POSISI SUPINE TERHADAP STATUS HEMODINAMIK
PADA PASIEN DI RUANGAN ICU RSUD DR H. MM DUNDA LIMBOTO

2
MINI RISET

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mengikuti


Ujian Profesi Ners

Oleh :

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep


841 716 133

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS
2017

3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
Jl.Prof. DR. John Ario Katili No 44 Telp. (0435) 821698 Kampus III

SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan sesungguhnya MINI RISET yang saya susun sebagai syarat untuk memperoleh

gelar Profesi dari Program Studi Profesi Ners, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo seluruhnya

merupakan hasil karya sendiri tanpa tindakan plagiarisme.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan MINI RISET yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah

dituliskan sumbernya secara jelas sebagaimana tercantum dalam daftar pustaka sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan MINI RISET Universitas Negeri Gorontalo.

Jika dikemudian ternyata ditemukan seluruh atau sebagian MINI RISET ini bukan hasil karya sendiri atau

terdapat tindakan plagiarisme, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Negeri Gorontalo kepada saya.

Gorontalo, Desember 2017

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep

4
PERSETUJUAN PEMBIMBING

MINI RISET yang berjudul PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN TERHADAP
TEKANAN DARAH DI RUANGAN CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe KOTA GORONTALO

Oleh

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Andi Mursyidah, S.Kep.,M.Kes Ns. Idris Pakaya, S.Kep

Mengetahui

Ketua Jurusan Keperawatan

dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes


NIP. 19771028 200812 2 003

5
LEMBAR PENGESAHAN

MINI RISET yang berjudul MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS RINGAN TERHADAP TEKANAN
DARAH DI RUANG CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe KOTA GORONTALO

Oleh

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep

Telah dipertahankan didepan dewan penguji

Hari/ Tanggal :

Waktu :

Penguji:

1. Ns. Andi Mursyidah, S.Kep.,M.Kes

2. Ns. Idris Pakaya, S.Kep

3. Ns. Rhein Djunaid, S.Kep.,M.Kes

Mengetahui
Ketua Jurusan Keperawatan

dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes


NIP. 19771028 200812 2 003

6
ABSTRAK

Wahyudiaty S Hamid, S.Kep. 2017. Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Tehadap Tekanan Darah di
Ruangan CVCU Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Mini Riset, Program Studi Ners, Fakultas Olah Raga dan
Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ns. Andi Mursyidah, S.Kep, M.Kes, dan Pembimbing II Ns. Idris
Pakaya S.Kep.

Program latihan fisik rehabilitative bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh
Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Terhadap Tekanan
Darah Di Ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Desain penelitian eksperimen semu (quasy-experiment) dengan rancangan pre test post test dalam satu kelompok (one
group Pre Test-Post Test Design) menggunakan instrument berupa lembar observasi. Populasi pada penelitian ini yaitu
pasien yang dirawat di ruang CVCU dengan jumlah sampel 10 responden dengan metode purposive sampling. Teknik
analisa data yaitu menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian Terdapat pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan terhadap tekanan darah di ruang CVCU
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.

Kata Kunci : Model Aktivitas, latihan intensitas ringan, gagal jantung, tekanan darah
Daftar Pustaka: 10 Referensi (2009-2014)

7
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. (HR. Thabrani & Daruquthni)

“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang

lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu”. (Q.S Al Insyirah :6-8)

Hanya kesabaran, doa dan usahalah yang aku miliki sehingga aku selalu banyak bersyukur mencapai hasil

yang begitu nikmat

Keberhasilanku hari ini bukan suatu tujuan untuk tetap tersenyum, maka bahagiakan orang yang engkau

sayangi.

PERSEMBAHAN

KARYA TULIS ILMIAH INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA KEDUA ORANG TUA, SUAMI, ANAKKU, SAUDARA , DAN TEMAN-TEMANKU

YANG SELALU MEMBERIKAN KASIH DAN SAYANG HINGGA AKU SELALU BERISTIQOMAH .

ALMAMATERKU TERCINTA TEMPAT SAYA MENIMBA ILMU

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

8
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat

menyelesaikan MINI RISET yang berjudul PENGARUH MODEL AKTIVITAS DAN LATIHAN INTENSITAS

RINGAN TERHADAP TEKANAN DARAH di Rang CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo”. Penulisan

MINI RISET ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Profesi Ners di Universitas

Negeri Gorontalo.

Saya menyadari dalam penyusunan MINI RISET ini, saya mengalami banyak rintangan, namun berkat doa,

bantuan dan bimbingan yang tak hentinya diberikan oleh berbagai pihak, yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis

sehingga saya dapat menyelesaikan MINI RISET ini. Dengan rasa hormat, terima kasih, dan tulus ikhlas penulis sampaikan

kepada kedua orang tua tercinta, bapak Suratman Hamid, S.Pd, ibu Hamria Thalib, S.Pd, yang senantiasa memberikan

dukungan, semangat, perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan doa yang tak henti-hentinya demi kelancaran selama

penyusunan MINI RISET ini.

Tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syamsu Qamar Badu, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), terima kasih

atas fasilitas yang telah diberikan selama kulah di Univeritas Negeri Gorontalo

2. Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.Pd selaku wakil rektor I, Eduward Wolok, ST, MT selaku wakil rektor II, Dr.

Fence M. Wantu, SH, MH selaku wakil rektor III, dan Prof. Dr. Hasanudin Fatsah, M.Hum selaku wakil rektor IV

Universitas Negeri Gorontalo

3. Dr. Hj. Linjte Boekoesoe, M.Kes selaku Dekan Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Wakil dekan I Risna Podungge,

S.Pd, M.Pd, Wakil Dekan II sekaligus dosen pembimbing akademik dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes, Wakil Dekan III

Ruslan, S.Pd, M.Pd, dan seluruh staf tata usaha, terima kasih telah memberikan bantuan selama penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri Gorontalo

4. dr. Nanang Roswita Paramata, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

5. dr. Vivien Novarina A. Kasim, M.Kes, selaku Sekretaris Jurusan Keperawatan

6. Ns. Andi Mursyidah, S.Kep.,M.Kes selaku dosen pembimbing pertama, dan Ns. Idris Pakaya, S.Kep terima kasih

yang tak terhingga atas kesediaan, keikhlasan, kesabarannnya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan

motivasi penulis dalam menyelesaikan MINI RISET ini.

7. Seluruh staff Dosen Keperawatan, terima kasih telah memberikan ilmunya dan segala waktunya sehingga penulis

dapat menyelesaikan MINI RISET ini.

9
8. Ns. Rhein Djunaid, S.Kep, M.Kes selaku dosen penguji, terima kasih atas kesediaan dan keikhlasannya meluangkan

waktu untuk menguji, membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi penulis dalam menyelesaikan MINI

RISET ini.

9. Kepada kedua suami saya Jupriandi Nento, dan anak saya Mohammad Hafidz Nento, ketiga kakakku Ahmad Hamid,

S.Kom, Affandi Hamid, SE, Ardiansyah Hamid, SKM yang selama ini telah menjadi motivator yang baik dan telah

memberikan dukungan moril dan materil sehingga saya dapat menyelesaikan mini riset ini. Terima kasih atas

kebahagiaan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga Allah SWT dapat membalas semuanya dengan

kebahagiaan dunia akhirat.

10. Seluruh staff perawat yang ada di ruangan CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe, terimakasih atas bantuan yang

diberikan kepada peneliti selama peneliti menyelesaikan mini riset ini.

11. Keluarga besar Ners VI yang telah melewati Profesi baik suka maupun duka selama Profesi di Profesi Ners UNG

12. Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan MINI RISET ini.

Semoga Allah STW memberikan balasan kebaikan dunia dan akhirat, atas segala bantuan yang telah diberikan

kepada penulis.

Dalam penulisan MINI RISET ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwasanya masih banyak kekurangan-

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak. Akhirnya, semoga MINI RISET ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang keperawatan dan dunia kesehatan pada umumnya.

Gorontalo, Desember 2017

Penulis

10
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ............................................................................................................................................................... i

Halaman Logo ................................................................................................................................................................... ii

Halaman Judul .................................................................................................................................................................. iii

Surat Pernyataan ............................................................................................................................................................... iv

Lembar Persetujuan Pembimbing ..................................................................................................................................... v

Lembar Pengesahan .......................................................................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................................................................................ vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................................................... ix

DAFTAR ISI

....................................................................................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................................... 5

2.1 Tinjauan tentang Gagal Jantung ............................................................................................................................... 6

2.2 Tinjauan Aktivitas daan Latihan Fisik ..................................................................................................................... 16

2.3 Tinjauan Tekanan darah........................................................................................................................................... 27

BAB III METODOLOGI MINI RISET ......................................................................................................................... 31

3.1 Desain Mini Riset .................................................................................................................................................... 31

3.2 Lokasi dan Waktu .................................................................................................................................................... 31

3.3 Populasi .................................................................................................................................................................. 31

11
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................................................................................................... 32

3.5 Definisi Operasional ................................................................................................................................................... 32

3.6 Instrumen Mini Riset .............................................................................................................................................. 33

3.7 Teknik Pengolahan Data .......................................................................................................................................... 33

3.8 Etika Mini Riset ......................................................................................................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 35

4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................................................................................... 35

4.2 Pembahasan ............................................................................................................................................................. 41

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................................. 48

5.1 Simpulan ................................................................................................................................................................. 48

5.2 Saran........................................................................................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................................... 49

Lampiran

12
DAFTAR TABEL

No. Judul tabel Halaman

1. Tabel 2.1 1 Rekomendasi latihan dalam bentuk latihan .................................................................................. 23


2. Tabel 2.2 pedoman program latihan fisik rehabilitas jantung fase 1 .................................................................... 24
3. Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ........................................................................................................... 32
4. Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .............................................................................. 36
5. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur ........................................................................................... 37
6. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistol sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas dan latihan
intensitas ringan .................................................................................................................................................. 37
7. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Sistol sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas dan latihan
intensitas ringan ................................................................................................................................................. 38
8. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Hari 1 sampai Hari ke 5 ............................................................. 39
9. Tabel 4.6 Perbedaan Nilai Tekanan sistol dan diastole………………… 40

13
DAFTAR GAMBAR

No. Judul gambar Halaman

1. Gambar 3.1 Skema Desain Penelitian ...........................................................

14
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Lampiran Halaman


1. Lampiran 1. Persetujuan Responden ...................................................... 50
2. Lampiran 2. Lembar Observasi Latihan Fisik......................................... 52
3. Lampiran 3. Lembar Observasi Tekanan Darah .................................... 54
4. Lampiran 4. Master Tabel ....................................................................... 56
5. Lmpiran 5. Paired Sample Statistic……………………………………..57
6. Lampiran 6. Dokumentasi .................................................................... 58

15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah

secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism tubuh akan nutrisi (Tony

Suharsono).

Data yang diperoleh World HealthOrganization (WHO) tahun 2012

menunjukan bahwa pada tahun 2008 terdapat17 juta atau sekitar 48% dari total

kematian disebabkan oleh gagal jantung kongestif. Pada penelitian di Amerika

risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20% untuk usia ≥40 tahun dengan

kejadian >650.000 kasus baru yang diagnosis gagal jantung selama beberapa

dekade terakhir. Kejadian gagal jantung meningkat dengan bertambahnya usia.

Tingkat kematian untuk gagal jantung sekitar 50% dalam waktu lima tahun (Arini,

2015).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, gagal jantung kongestif

merupakan penyakit penyebab kematian di Indonesia dengan kisaran angka 9,7%

dari keseluruhan penyakit jantung. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi

penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau diperkirakan

sebesar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar

0,3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang (dalam Kementerian Kesehatan RI.

2013.).

16
Dampak gagal jantung telah banyak menimbulkan masalah fisiologis

maupun psikologis. Masalah keperawatan yang muncul pada pasien gagal

jantung yaitu penurunan curah jantung dan intoleran aktivitas.

Penurunan curah jantung adalah salah satu masalah keperawatan berkaitan

dengan gangguan kardiovaskuler. Hal ini didukung oleh diagnose yang muncul

pada pasien gagal jantung yaitu : (1) kerusakan difusi gas (o2) berhubungan

dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi (2) penurunan curah jantung

berhubungan dengan ketidakseimbangan dengan kontraktilitas, preload dan

afterload (3) intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen, serta penurunan curah jantung (Halimudin).

Rony 2010 mengungkapkan bahwa factor yang menentukan tekanan darah

salah satunya yaitu curah jantung. Peningkatan tekanan darah hanya terjadi

karena peningkatan curah jantung, peningkatan total resistensi vaskular perifer,

atau kombinasi keduanya. (Mayet, 2003). Jadi tekanan darah menggambarkan

masalah penurunan curah jantung pada pasien gagal jantung.

AHA 2015 menjelaskan beberapa manifestasi klinis pada pasien gagal

jantung yaitu kelelahan. Dimana perasaan capek sepanjang waktu dan susah untuk

melakukan aktivitas sehari-hari seperti berbelanja, naik tangga membawa barang

atau berjalan. Hal ini terjadi karena jantung tidak dapat memompa darah secara

adekuat untuk mencukupi kebutuhan jaringan tubuh. Sehingga pasien dianjurkan

untuk berisitirahat cukup dan beraktivitas ringan agar tidak membebani kerja

jantung.

17
Namun disisi lain pasien harus melakukan aktivitas fisik atau pergerakan

tubuh. Menurut Kemenkes RI (2006) aktivitas fisik secara teratur memiliki efek

yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari penyakit jantung,

stroke, osteoporosis, kanker, tekanan darah tinggi. Manfaat dari aktivitas fisik

diantaranya memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung serta

mencegah, menurunkan, mengendalikan tekanan darah tinggi.

Penderita gangguan jantung memerlukan program rehabilitatif yang

komprehensif untuk mengembalikan kemampuan fisik paska serangan serta

mencegah terjadinya serangan ulang. Program rehabilitasi pada tersebut meliputi

perubahan gaya hidup yang antara lain meliputi pengaturan pola makan,

manajemen stress, latihan fisik. (Novita, 2013)

Hasil yang didapatkan dari peneliti Halimudin perawatan berulang klien

gagal jantung dikarenakan ketidakpatuhan melakukan follow up secara teratur

oleh klien dan asuhan lanjutan dirumah tidak terpantau. Secara fisiologis factor

yang mempengaruhi fungsi kerja jantung misalnya stress psikologis dan

peningkatan aktivitas atau mobilitas fisik.

Berdasarkan kondisi di atas sangat dibutuhkan adanya standar asuhan

keperawatan khususnya terkait aktivitas dan latihan pasien selama perawatan di

rumah sakit dan di rumah. Tujuannya adalah untuk mencegah resiko kekambuhan

dan perawatan ulang klien gagal jantung dengan cara mendukung upaya perbaikan

nilai tekanan darah.

Berdasarkan beberapa hal di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Klien Gagal Jantung

18
Grade II Terhadap Perubahan Tekanan Darah di Ruang CVCU RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah

apakah ada perbedaan nilai tekanan darah (Sistol, Diastol dan rata-rata) sebelum

dan sesudah intervensi model aktivitas dan latihan intesitas ringan pada pasien

gagal jantung

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model aktivitas dan

latihan intensitas ringan pasien gagal jantung terhadap tekanan darah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui status tekanan darah sebelum dilakukan model

aktivitas dan latihan intensitas ringan

2. Untuk mengetahui status tekanan darah setelah dilakukan model

aktivitas dan latihan intensitas ringan

3. Untuk mengetahui pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas

ringan pada pasien gagal jantung terhadap tekanan darah

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan wawasan dan tambahan informasi mengenai pengaruh

model aktivitas dan latihan intensitas ringan pada pasien gagal jantung

terhadap tekanan darah.

19
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam

pengambilan keputusan dalam melakukan aktivitas dan latihan fisik pada

pasien gagal jantung.

2. Manfaat bagi pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan mahasiswa

keperawatan mengenai model aktivtas latihan intensitas ringan pada pasien

gagal jantung.

3. Manfaat bagi peneliti

a. Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu

yang di dapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan serta

pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai model aktivitas

dan latihan intensitas ringan pasien gagal jantung terhadap tekanan darah.

20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang gagal jantung

2.1.1 Definisi

Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung

kongestif sering digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan. Suatu

keadaan kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya

ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Kasron, 2012).

2.1.2 Etiologi

Ada beberapa etiologi penyebab dari gagal jantung:

1. Kelainan otot jantung

Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial dan

penyakit degeneratif atau inflamasi.

2. Ateroskerosis koroner

Ateroskerosis koroner mengakibatkan disfungsi otot jantung karena

terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis

(akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan dan penyakit otot

21
jantung degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang

secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkn kontraktilitas

menurun.

3. Hipertensi sistemik atau pulmonal

Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya

mengakibatkan hipertrophi serabut otot jantung.

4. Peradangan dan penyakit Miokardium Degeneratif

Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara

langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.

5. Penyakit jantung lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

biasanya terlibat mencakup gangguan alirang darah yang masuk jantung

(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),

peningkatan mendadak afteer load.

6. Faktor sistemik

Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya

gagal ginjal. Meningkatnya laju metbolisme, hipoksia dan anemia

memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen

sistemik. Hipoksia dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke

jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan abnormalita elektrinik dapat

menurunkan kontraktilitas jantung (Kasron, 2012).

22
2.1.3 Klasifikasi

1. Gagal jantung akut-kronik

a. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan

penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini

dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.

b. Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan ditandai dengan

penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung

kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga

menyebabkan hypervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan

hipertropi.

2. Gagal jantung kanan-kiri

a. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa

darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal,

hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral

b. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat

gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang

terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites,

hepatomegaly, efusi pleura dan lain-lain.

3. Gagal jantung sistolik-diastolik

a. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga

ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output

menurun dan ventrikel hipertropi.

23
b. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah

akibatnya stroke volume cardiac output menurun.

2.1.4 manifestasi klinis

Gagal jantung dapat menyebabkan berbagai manifestasi klinis yang dapat

dilihat dari penderita. American Heart Association (2015) menjelaskan beberapa

manifestasi klinis yang biasanya muncul, antara lain :

1. Sesak napas atau dispnea

Sesak napas atau dispnea biasanya dialami selama kegiatan (paling

sering), pada saat istirahat, atau sementara tidur, dimana ini dapat terjadi secara

tiba-tiba dan membangunkan pasien dari tidurnya. Pasien akan sering merasa sulit

bernapas saat dalam posisi datar dan akan terasa nyaman saat kepala diletakkan

dalam posisi yang lebih tinggi atau dengan memakai dua bantal. Pasien akan

sering merasa lelah atau merasa khawatir dan gelisah. Hal ini terjadi karena aliran

darah balik dalam vena pulmonalis (pembuluh darah yang membawa darah

kembali dari paru-paru ke jantung) tidak dapat menuju ke jantung karena jantung

tidak dapat mempertahankan suplai darah sehingga menyebabkan bendungan

darah di paru-paru.

2. Batuk persisten atau mengi

Batuk yang memproduksi mukus berwarna putih atau menyerupai warna

merah muda hingga merah darah. Batuk persisten atau mengi ini disebabkan oleh

penumpukan cairan di paru-paru akibat alira balik darah ke paru-paru.

3. Penumpukan cairan dalam jaringan atau edema

24
Pembengkakan atau edema biasa terjadi pada kaki, pergelangan kaki,

tumit, atau perut. Pasien mungkin akan merasakan sempit atau ketat pada

sepatunya. Hal ini terjadi karena aliran darah yang keluar dari jantung melambat,

sehingga darah yang kembali ke jantung melalui pembluh darah terhambat. Hal

tersebut mengakibatkan penumpukan cairan di jaringan. Kerusakan ginjal yang

tidak mampu megeluarkan natrium dan air juga menyebabkan retensi cairan

dalam jaringan. Penumpukan cairan inilah yang dapat terlihat pada kaki dan

pembesaran perut.

4. Kelelahan atau fatigue

Perasaan capek sepanjang waktu dan susah untuk melakukan aktivitas

seharihari, seperti berbelanja, naik tangga, membawa barang atau berjalan. Hal ini

terjadi karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat untuk

mencukupi kebutuhan jaringan tubuh. Tubuh akan mengalihkan darah dari organ

yang kurang penting, terutama otot-otot pada tungkai dan mengirimkannya ke

jantung dan otak sehingga otot ekstremitas kekurangan suplai energi yang dapat

menyebabkan kelelahan.

5. Penurunan nafsu makan dan mual

Perasaan perut yang penuh atau tidak nyaman. Hal ini terjadi karena sistem

pencernaan hanya menerima sedikit darah sehingga menyebabkan gangguan

pencernaan.

25
6. Kebingungan atau gangguan berpikir

Daya ingat menurun dan perasaan disorientasi. Hal tersebut disebabkan

oleh perubahan jumlah zat tertentu dalam darah, seperti sodium yang dapat

menyebabkan penurunan kerja impuls saraf.

7. Peningkatan denyut nadi

Peningkatan denyut nadi ditandai dengan denyut jantung yang berdebar-

debar (palpitasi). Hal ini merupakan upaya kompensasi jantung terhadap

penurunan kapasitas memompa darah.

Manifestasi klinis dari gagal jantung berdasarkan kekhasan yang timbul

dari tipe gagal jantung yang dialami juga dikelompokkan oleh Black & Hawks

(2009).Pada gagal jantung dengan kegagalan ventrikel kiri, manifestasi yang

biasanya muncul antara lain dispnea, paroxysmal nocturnal dyspnea (PND),

pernapasan cheyne-stokes batuk, kecemasan, kebingungan, insomnia, kerusakan

memori, kelelahan dan kelemahan otot, dan nokturia. Gagal jantung dengan

kegagalan fungsi ventrikel kanan biasanya mengakibatkan edema, pembesaran

hati (hepatomegali), penurunan nafsu makan dan mual.

2.1.5 Patofisiologi

Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh kemampuannya untuk

memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh bagian tubuh, baik dalam keadaan

istirahat maupun saat mengalami stress fisiologis

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi keadaan-

keadaan:

26
1. Prelood (beban awal)

Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan

yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung

2. Kontraktilitas

Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan serabut

jantung

3. Afterlood (beban akhir)

Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah

melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri.

Pada keadaan gagal jantung, bila salah satu/lebih dari keadaan diatas

terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang

menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi aorta, cacat spectrum

ventrikel sehingga menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan stenosis

aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas otot jantung dapat menurun pada

Infark miokardium dan kelainan otot jantung (Kasron, 2012).

Adapun mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi menurunnya

kemampuan kontraktilitas jantung, sehingga darah yang dipompa pada setiap

kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila

suplai darah kurang ke ginjal akan mempengaruhi mekanisme pelepasan renin-

angiotensin dan akhirnya terbentuk angiotensin II mengakibatkan terangsangnya

sekresi aldosterone dan menyebabkan retensi natrium dan air, perubahan tersebut

meningkatkan cairan ekstra-intravaskuler sehingga terjadi ketidakseimbangan

volume cairan dan tekanan selanjutnya terjadi edema. Edema perifer terjadi

27
akibat penimbunan cairan dalam ruang interstial. Proses ini timbul seperti nokturia

dimana berkurangnya vasokontriksi ginjal pada waktu istirahat dan juga

redistribusi cairan dan absorpsi pada waktu berbaring. Gagal jantung berlanjut

dapat menimbulkan asites, dimana asites dapat menimbulkan gejala-gejala

gastrointestinal seperti mual, muntah dan anoreksia.

Apabila suplai darah tidak lancer di paru-paru (darah tidak masuk ke

jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan

pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah diparu-paru, sehingga oksigenisasi

arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang akan membentuk asam

didalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu gejala sesak nafas (dyspnea),

ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi apabila aliran darah dari ekstremitas

meningkatkan aliran balik vena ke jantung dan paru-paru.

2.1.6 Pemeriksaan diagnostik

1. EKG

Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, infark, penyimpanan aksis,

kekurangan oksigen dan kerusakan pola

2. Tes laboratorium darah

Enzym hepar : meningkat dalam gagal jantung/kongesti

Elektrolit : kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan

fungsi ginjal.

Oksimetri : kemungkinan situasi oksigen rendah

AGD :gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik

ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2

28
Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan

protein

3. Radiologis

Sonogram ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik perubahan

dalam fungsi struktur katup, penurunan kontraktilitas ventrik

Scan jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan

dinding

Rontgen dada : menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan

dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau

peningkatanan tekanan pulnonal.

2.1.7 Komplikasi

1. Syok kardigenik

2. Episode tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena stasi darah

3. Efusi dan tamponade pericardium

4. Toksisitas digitalis akibat pemakaianan obat-obatan digitatis.

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap pasien gagal jantung harus dilakukan agar tidak

terjadi perburukan kondisi. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menurunkan

kerja otot jantung, meningkatkan kemampuan pompa ventrikel, memberikan

perfusi adekuat pada organ penting, mencegah bertambah parahnya gagal jantung

dan merubah gaya hidup (Black & Hawks, 2009). Penanganan yang spesifik

tergantung dari penyebab utama gagal jantung tersebut. Penanganan dilakukan

29
untuk mencoba menurunkan cairan dalam tubuh sehingga jantung tidak harus

bekerja keras untuk mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh.

Pembatasan cairan dan penurunan intake garam sangat bermanfaat. Obat

diuretik (pil) bisa diberikan jika memungkinkan. Obat diuretik yang sering

dipakai, misalnya furosemide, bumetanide, dan hidroklorotiazid. Penanganan

dengan obat yang tersedia dapat membuat pompa jantung menjadi lebih efisien,

meningkatkan curah jantung dan meingkatkan fraksi ejeksi.

ACE inhibitor (Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor) dan ARB

(Angiotensine Receptor Blocker) merupakan obat yang juga bekerja

meningkatkan harapan hidup pasien jantung dengan cara menurunkan resistensi

sistemik dan mengubah kondisi hormonal yang sesuai, yang dimana

mempengaruhi kinerja jantung. Obat ini biasa digunakan dengan kombinasi obat

lain. Beta blocker juga dapat mengontrol denyut nadi dan meningkatkan curah

jantung dan fraksi ejeksi, dan memberikan respon yang menguntungkan terhadap

sirkulasi epinefrin. Digoxin merupakan obat tua yang juga meningkatkan curah

jantung dan mengontrol gejala penyakit jantung. Modifikasi faktor risiko penyakit

jantung merupaka kunci untuk pencegahan dan dapat juga menguntungkan pasien

yang telah menderita gagal jantung kongestif. Penurunan berat badan, membuat

program olahraga, berhenti merokok, dan mengontrol tekanan darah tinggi,

kolesterol dan diabetes dapat membantu dalam penanganan gagal jantung

kongestif. Pasien gagal jantung kongestif stadium akhir (NYHA stage 4) mungkin

memerlukan LVAD, pompa implan yang dapat meningkatkan kemampuan

jantung untuk berkontraksi, atau bahkan transplantasi jantung (Kullick DL, 2015)

30
2.2 Tinjauan Aktivitas dan Latihan Fisik

2.1.1 Tinjauan Aktivitas

1. Pengertian aktivitas

Terdapat beberapa pengertian dari beberapa ahli mengenai aktivitas fisik

diantaranya menurut (Almatsier, 2003) . Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang

dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Aktivitas fisik adalah setiap

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

energi. Aktivitas fisik yang tidak ada (kurangnya aktivitas fisik) merupakan faktor

risiko independen untuk penyakit kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan

menyebabkan kematian secara global ( WHO, 2010). Jadi, kesimpulan dari

pengertian aktivitas fisik ialah gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang memerlukan pengeluaran energi.

2. Manfaat aktivitas fisik

Cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kekebalan tubuh adalah

dengan melakukan latihan fisik/olahraga serta istirahat dan tidur yang cukup.

Latihan fisik ringan sekalipun, seperti aerobic selama 30 menit, mampu

mengaktifkan kerja sel darah putih, yang merupakan komponen utama kekebalan

tubuh pada srkulasi darah (Yuliarto, 2012)

3. Tipe aktivitas fisik

Ada 3 tipe aktivitas fisik yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan

kesehatan tubuh yaitu:

a. Ketahanan

Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung,

paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih

31
bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (4-7 hari per minggu).

b. Kelenturan

Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan

lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi

dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan

selama 30 menit (4-7 hari per minggu).

c. Kekuatan

Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot

tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan

mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan

terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan kelenturan maka

aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).

2.1.2 Latihan Fisik penderita gangguan jantung

Program latihan fisik rehabilitative bagi penderita gangguan jantung

bertujuan untuk mengoptimalkankapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan

pada pasien dan keluarga dalam mencegah perburukan dan membantu pasien

untuk kembali dapat beraktivitas fisik seperti sebelum mengalami gangguan

jantung.

1. Manfaat latihan fisik pada penderita gangguan jantung

a. Mngurangi efek samping fisiologis dan psikologis tirah baring di

rumah sakit

b. Dapat dimanfaatkan untuk memonitor kondisi fisiologis penderita.

32
c. Mempercepat proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali pada

level aktivitas sebelum serangan jantung

2. Kontraindikasi latihan fisik

Selain memiliki manfaat yang vital, latihan fisik pada penderita

gangguan jantung dapat pula mencetuskan serangan ulang. Untuk

meminimalisir resiko tersebut, laihan fisik dikontraindikasikan pada

keadaan yang tercantum sebagai berikut:

a. Angina tidak stabil

b. Tekanan darah sistolik istirahat > 200 mm Hg atau diastolik istirahat

>100 mmHg

c. Hipotensi ortostatik sebesar ≥ 20 mmHg

d. Stenosis aorta sedang sampai berat

e. Gangguan sistemik akut atau demam

f. Disritmia ventrikel atau atrium tidak terkontrol

g. Sinus takikardia (>120 denyut/menit)

h. Gangguan jantung kongestif tidak terkontrol

i. Blok atrio ventricular

j. Miokarditis dan perikarditis aktif

k. Embolisme

l. Tromboflebitis

m. Perubahan gelombang ST (>3mm)

n. Diabetes tidak terkontrol

o. Problem ortopedis yang mengganggu istirahat

33
3. Fase rehabilitas jantung

a. Fase 1 (Inpatient)

Program rehabilitasi fase I merupakan program yang diberikan selama

pasien dirawat di rumah sakit. Rehabilitasi fase akut di rumah sakit

meliputi rehabilitasi di ruang ICCU/CVCU selama 3-5 hari dan

dilanjutkan di ruang perawatan lanjutan selama 2-3 minggu atau

hingga pasien pulang (Udjianti, 2011). Kegiatan program rehabilitasi

fase I terdiri dari pendidikan kesehatan dan latihan aktivitas fisik.

Aktivitas atau tingkat fungsional disusun berdasarkan diagnosis dan

kondisi medis pasien. Pasien dipantau secara ketat terhadap

kemungkinan tanda dan gejala yang timbul selama latihan (Irish

Association of Cardiac Rehabilitation, 2013).

b. Fase 2 (Outpatient/ Immediate outpatient)

Program outpatient dilakukan segera setelah kepulangan pasien dari

rumah sakit yaitu dimulai pada minggu kedua atau ketiga berupa

program latihan terstruktur, pasien individual/group, konseling, dan

edukasi (Tedjakusuma, 2010). Tujuan utama dari program ini adalah

untuk mengembalikan kemampuan fisik pasien pada keadaan sebelum

sakit.

Pasien yang pernah menjalani operasi CABG sering merasa pusing

dan disritmia supraventrikular sedangkan pada pasien infark miokard

sering mengalami perubahan segmen ST pada EKG. Sehingga

diperlukan pengawasan program rehabilitasi pada pasien dengan

34
riwayat gangguan jantung tersebut (Jolliffe, et al., 2001). Program ini

dikepalai oleh dokter yang dapat melakukan kontak secara teratur

dengan pasien, dapat melayani panggilan rumah atau dapat melakukan

pengawasan pada program latihan (Marchionni, et al., 2003 dalam

Arovah, 2012).

c. Fase 3 (Maintenance/ intermediate outpatient)

Fase ini dimulai segera setelah fase II, saat kondisi pasien sudah stabil

dan tetap dengan tindakan supervisi. Program fase III difokuskan pada

modifikasi gaya hidup dan latihan fisik. Fase ini berlangsung selama

3-6 bulan (Derstine, et al., 2001).

d. Fase 4 (Maintenance phase of indefinite length)

Fase yang tidak memerlukan supervisi dan berlangsung dalam waktu

tak terbatas. Tujuan pada fase IV yaitu melihara pencapaian kondisi

pasien yang optimal. Fase ini difokuskan pada perawatan jangka

panjang seumur hidup untuk menjaga gaya hidup sehat, menghindari

kemunduran dari target-target yang sebelumnya telah tercapai seperti

tingkat kesegaran fisik, mempertahankan berat badan, dan berhenti

merokok (Lubis, 2009).

4. Latihan fisik rehabilitas jantung fase 1

Program latihan inpatient dapat dilakukan sejak 48 jam setelah

gangguan jantung sepanjang tidak terdapat ada kontraindikasi. Latihan

fisik yang dilakukan terbatas pada aktivitas sehari-hari misalnya gerakan

tangan dan kaki dan pengubahan postur. Program latihan biasanya berupa

35
terapi fisik ambnulatory yang diawasi. Pada fase ini perlu dilakukan

monitoring ECG untuk menilai respon terhadap latihan. Latihan pada fase

ini harus menuntut kesiapan tim yang dapat mengatasi keadaan gawat

darurat apabila pada saat latihan terjadi serangan jantung. Manfaat dari

latihan fisik pada fase ini adalah sebagai bahan survailance tambahan,

melatih pasien untuk dapat mejalankan aktivitas pada aktivitas sehari-hari,

dan untuk menghindari efek fisiologis dan psikologis negatif pada bedrest.

Tujuan dari latihan fsik fase pertama ini harus disesuaikan dengan

kebutuhan pasien. Pasien dengan aktivitas rendah mungkin hanya

memerlukan latihan fisik untuk menunjang kegiatan sehari-hari (ADL:

activity of daily life). Pasien dengan kapasitas fisik yang lebih baik dapat

menjalankan program letihan untuk pencegahan tertier dan mengikuti

program jangka panjang untuk meningkatkan ketahanan kardiorespirasi,

komposisi tubuh, fleksibilitas dan ketahanan otot (Marchionni et al.,

2003:2201).

Indikasi relatif untuk memulai latihan aktivitas fisik rehabilitasi

jantung fase I (Working Group on Cardiac Rehabilitation and Exercise

Physiology and Working Group on Heart Failure of the European Society

of Cardiology, 2001 dalam Papathanasioui, et al., 2008) yaitu:

a. Gagal jantung terkompensasi minimal selama 3 minggu

b. Dapat berbicara tanpa dispnea (RR <30 kali permenit)

c. HR rest <110 kali permenit

d. Tidak merasa kelelahan

36
e. Indeks jantung ≥2.1 L/min/m2 atau CVP <12 mmHg

Program latihan sebaiknya dimonitor berdasarkan target frekuensi

denyut nadi, perceived exertion maupun prediksi METs (Metabolic

Equivalents). Metode METs dapat menilai kebutuhan latihan dan aktivitas

pasien. Satu METs menunjukkan kebutuhan oksigen individu saat istirahat

atau setara dengan 3,5 ml O2/kg/ menit (Woods, et al., 2000 dalam

Hoeman, 2002). Peningkatan acupan oksigen baru dapat diperoleh secara

maksimal bila latihan dinamis dilakukan selama 15‐60 menit, tiga hingga

lima kali dalam seminggu dengan intensitas 50 – 80% dari kemampuan

maksimalnya, dandisertai waktu singkat untuk pemanasan dan

pendinginan (Lubis,2009).

Latihan aktivitas fisik dilakukan terbatas pada intensitas ringan dan

tidak menyebabkan kelelahan. Bentuk latihan dapat berupa aktivitas

perawatan diri, latihan sederhana seperti ROM (range of motion), dan

terapi fisik ambulasi yang diawasi misalnya berjalan, bersepeda, latihan

ergometri lengan dan aquatic exercises (Brewer, et al., 2002 dalam

Hoeman 2002). Latihan aktivitas fisik diresepkan berdasarkan bentuk,

intensitas, durasi, dan frekuensi latihan. Intensitas latihan berkisar antara

1-3 METs, HR (heart rate) selama latihan tidak melebihi 20x/ menit HR

selama istirahat. Skala perceived exertion tidak lebih dari 11 (light

exertion) berdasarkan 6-20 skala Borg. Durasi latihan selama 3-5 menit

dan ditingkatkan hingga 15 menit.

37
American College of Sports Medicine (2007 dalam Selig, et al.,

2010) merekomendasikan latihan dalam bentuk latihan aerobik (aktivitas

seperti berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang) untuk pasien gagal

jantung kelas NYHA I-IV yaitu:

Tabel 2.1 Rekomendasi latihan dalam bentuk latihan aerobik (aktivitas


berjalan, berlari, bersepeda, dan berenang) untuk pasien gagal jantung
kelas NYHA I-IV (American College of Sports Medicine, 2007 dalam
Selig, et al., 2010)
Kelas Frekuensi Intensitas/volume Durasi
NYHA 4-7 hari/ Latihan berdasarkan Dimulai 10-15 menit pada
I-II m
ambang batas iskemik target intensitas latihan
i
yang dapat diterapkan. kemudian ditingkatkan
n secara berangsur-angsur
g berdasarkan kemajuan
g dan toleransi pasien
u hingga 45-60 menit.

RPE 11-14 (6-20 Jarak waktu latihan yang


skala Borg), atau ditoleransi dengan baik
oleh pasien yaitu 1:1
latihan/rasio istirahat,
ditingkatkan hingga 2:1
latihan/ rasio istirahat.
HRpeak 40-75% Sama dengan diatas
dimana HRpeak telah
ditentukan pada saat
tes latihan, atau VO2
peak 40-70%. Progresi
intensitas latihan
dibuat berdasarkan
penurunan RPE
dan HR pada
intensitas latihan
yang sama

RPE ≤ 13, atau HRpeak


40%- 65% dimana
HRpeak telah
ditentukan pada saat
tes latihan, atau VO2
peak 40-60% telah ditentukan pada saat tes latih

38
National Heart Foundation of Australia (2004) menjelaskan

program rehabilitasi jantung fase I terdiri dari edukasi pasien dan

mobilisasi pasien rawat inap (latihan aktivitas fisik). Topik edukasi pasien

rawat inap yaitu:

a. Penjelasan mengenai penyakit jantung, pengobatan, prosedur yang

akan dilakukan

b. Perubahan fisik dan sosial akibat penyakit, seperti

pekerjaan, mengemudi, dan aktivitas social

c. Penjelasan mengenai program rehabilitasi

d. Penjelasan mengenai obat-obatan kardiovaskular (indikasi,

efek samping dan sebagainya)

e. Penjelasan mengenai modifikasi faktor risiko, nutrisi/ diet, target

berat badan dan tekanan darah, target aktivitas fisik

f. Penjelasan manajemen nyeri dada saat di rumah

g. Penjelasan mengenai program rehabilitasi di rumah

Sedangkan program mobilisasi (latihan aktivitas fisik) pada

pasien rawat inap yaitu:

Tabel 2.3 pedoman program latihan fisik rehabilitas jantung fase 1


(National Heart Foundation of Australia, 2004)
Stage Latihan fisik
1  Mandi dengan bantuan
 Ke toilet dengan kursi roda/bantuan
 Mobilisasi tangan dan kaki seperti dicontohkan
2  Mandi dengan bantuan
 Ke toilet dengan kursi roda/bantuan
 Mobilisasi tangan dan kaki seperti dicontohkan
 Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari

39
3  Dapat mandi sendiri sambil duduk
 Berjalan ke toilet sendiri
 Duduk di kursi
 Berjalan perlahan 1-2 menit 2x sehari
4  Mandi sendiri (berdiri)
 Berjalan biasa 3-4 menit 2x sehari
 Sebagai tambahan pasien dapat berjalan sendiri
atas keinginan pasien
5  Mandi sendiri
 Berjalan biasa 10 menit 2x sehari
 Mendaki 1 set tangga dengan bantuan
6  Mandi sendiri
 Mendaki 2 set tangga dengan bantuan

Latihan aktivitas yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sesuai dari

pnelitian sebelumnya yaitu I Made Mertha. Tahapan latihan aktivitas tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Hari 1:

a. Gerakan tidur terlentang mring kiri miring kanan di tempat tidur. Gerakan

dilakukan dua kali sehari dengan waktu 5 menit stiap gerakan

b. ADL ( makan, minum, menggosok gigi, berpakaian, BAB/BAK di bantu

di temapat tidur

2. Hari 2:

a. Duduk di samping tempat tidur, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan

kaki, gerakan ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan dilakukan 2 kali

sehari dengan waktu 5 menit setiap gerakan.

b. Makan dan minum sendiri di tempat tidur

c. BAB/BAK dibantu di tempat tidur

d. Mandi, menggosok gigi, berpakain dibantu tempat tidur

40
3. Hari ke 3

a. Duduk disamping tempat tidur, menggerakan kepala ke atas dan ke

bawah, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan

ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan dilakukan dua kali sehari dengan

waktu 5 menit setiap pergerakan.

b. Turun dari tempat tidur, berdiri disamping tempat tidur, dilakukan dua

kali sehari.

c. Sambil memegang pinggir tempat tidur melangkah ke kiri dan ke kanan,

dilakukan dua kali sehari dengan melangkah sebatas tempat tidur

d. Duduk di kursi 15 – 30 menit dan kembali di tempat tidur

e. Makan dan minum sendiri di tempat tidur

f. BAB/BAK dibantu di tempat tidur

g. Mandi, menggosok gigi, berpakaian sendiri di tempat tidur

4. Hari 4:

a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan kepala ke atas dan ke

bawah, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan

ekstensi dan fleksi sendi lutut. Dilakukan dua kali sehari dengan waktu 5

menit setiap gerakan

b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur, dilakukan dua

kali sehari.

c. Sambal memgang pinggir tempat tidur melangkah ke kiri dan ke kanan,

dilakukan dua kali sehari dan melangkah sebatas tempat tidur.

41
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar ruang rawat atau ke

kamar mandi

e. Makan, minum sendiri di tempat tidur

f. BAB dan BAK di kamar kecil

g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di tempat tidur

5. Hari 4:

a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan kepala ke atas dan ke

bawah, gerakan ekstensi dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan

ekstensi dan fleksi sendi lutut.

b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur

c. Sambil memgang pinggir tempat tidur melangkah ke kiri dan ke kanan

d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar ruang rawat atau ke

kamar mandi

e. Makan, minum sendiri di tempat tidur

f. BAB dan BAK di kamar kecil

g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri di kamar mandi dalam

pengawasan

2.2 Tinjauan tekanan darah

2.3.1 Definisi

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.

Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.

Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.

Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap

42
tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai

140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam

pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam

proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk

menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan

ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan

darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

2.3.2 Tekanan darah arteri

Tekanan darah arteri adalah ukuran tekanan yang digunakan oleh

darah saat berdenyut melalui arteri. Kerena darah bergerak dengan

gelombang, terdapat dua ukuran tekanan darah: tekanan sistolik, tekanan darah

akibat kontraksi ventrikel ( yaitu, tekanan pada puncak gelombang darah) dan

tekanan diastolik, tekanan ketika ventrikel beristirahat. Tekanan diastolik adalah

tekanan yang paling bawah, ada disetiap waktu dalam arteri (Berman, 2009).

Tekanan yang dihasilkan arteri pada puncak tekanan kontraksi

ventrikel jauh lebih besar dari pada tekanan dalam arteri saat ventrikel

relaksasi (Elisabeth, 2009). Tekanan arteri secara konvensional ditulis

sebagai tekanan sistolik diatas diastolik, misalnya 120/70 mmHg. Tekanan darah

arteri brakialis pada orang muda dewasa yang beristirahat pada posisi duduk atau

berbaring sekitar 120/70 mmHg. (Ganong, 2008).

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong

kearah jaringan. Dua penentu utama tekanan darah arteri rata-rata adalah curah

43
jantung dan resistensi perifer total. Perubahan setiap faktor tersebut akan

mengubah tekanan darah kecuali apabila terjadi perubahan

kompensatorik pada variabel lain sehingga tekanan darah konstan. Aliran darah

kesuatu jaringan bergantung pada gaya dorong berupa tekanan darah arteri rata-

rata dan derajat vasokonstriksi arteriol-arteriol jaringan tersebut (Sherwood,

2001).

2.3.3 Faktor yang menentukan tekanan darah

Ronny, (2010) mengungkapkan bahwa untuk mendapatkan tekanan

darah maka harus ada curah jantung dan tahanan terhadap aliran darah

sirkulasi sistemik. Tahanan ini disebut tahanan perifer total.

TD = CO x TPR

Keterangan :

TD : Tekanan Darah

CO : Cardiac output

TPR : Total perifer resistence

Faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung seperti frekuensi

jantung dan isi sekuncup. Tahanan terhadap aliran darah terutama terletak di

arteri kecil tubuh, yang disebut arteriole. Pembuluh darah berdiameter kecil

inilah yang memberikan tahanan terbesar pada aliran darah (Green, 2008).

1. Curah jantung

Potter & Perry, (2005) menyatakan bahwa curah jantung seseorang

adalah volume darah yang dipompa jantung (volume sekuncup) selama 1 menit

(frekuensi jantung).

44
Curah jantung = Frekuensi jantung x Volume sekuncup

2. Visikositas darah dan tahanan

Kekentalan atau visikositas darah mempengaruhi kemudahan aliran

darah melewati pembuluh yang kecil, dan visikositas darah ditentukan oleh

hematokrit, apabila hematokrit meningkat, aliran darah lambat, tekanan

darah arteri naik (Potter & Perry, 2005). Hematokrit normal untuk laki-laki

± 42% sedangkan perempuan ± 38% (Muttaqim, 2009). Tahanan terhadap

aliran darah ditentukan tidak hanya oleh radius pembuluh darah

(halangan vascular) tetapi juga visikositas darah (Ganong, 2008). Semakin

kecil lumen pembuluh, semakain besar tahanan vaskuler terhadap aliran darah,

dengan naiknya tahanan tekanan darah arteri juga naik. Tekanan darah juga

turun pada saat dilatasi pembuluh darah dan tahanan turun (Potter & Perry,

2005).

3. Elastisitas dan volume darah

Normalnya dinding darah arteri elastis dan mudah berdistensi,

kemampuan distensi mencegah pelebaran fluktuasi tekanan darah, dan pada

penyakit tertentu seperti ateriosklerosis, dinding pembuluh darah kehilangan

elastisitasnya. Volume sirkulasi darah pada orang dewasa 5000 ml,

normalnya volum darah tetap konstan, volum sirkulasi darah dalam sistem

vaskuler mempengaruhi tekanan darah. Tekanan terhadap dinding arteri menjadi

lebih besar jika volume meningkat (Potter & Perry, 2005).

45
BAB III
Metode Mini Riset

3.1 Desain Mini Riset

Desain penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen semu

(quasy-experiment) dengan rancangan pre test post test dalam satu kelompok

(one group Pre Test-Post Test Design). Rancangan ini memberikan perlakuan

untuk mengetahui gejalayang timbul akibat dari perlakuan. Bentuk rancangan

dapat digambarkan sebagai berikut:

Subjek Pre test Perlakuan Post test

Kelompok Intervensi a : 01 X 02

Gambar 3.1 Desain Penelitian


Keterangan:

X : Intervensi model aktivitas dan latihan intensitas ringan

01 : Observasi sebelum dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan

intensitas ringan

02a : Observasi setelah dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan

intesitas ringan

3.2 Lokasi dan Waktu Mini Riset

Lokasi penelitian ini dilakukan di ruangan CVCU RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe Kota Gorontalo 2017 pada bulan desember 2017.

3.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Sugiyono, 2013).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang masuk di ruangan

CVCU RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo 2017.

46
3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian yaitu purposive sampling

dengan kriteria inklusi: gagal jantung garde II,

3.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Skala Skor


Ukur Ukur
Variabel Program latihan fisik Obser
Independen rehabilitative bagi vasi
Model penderita gangguan
aktivitas dan jantung bertujuan untuk
latihan mengoptimalkan
Intensitas kapasitas fisik tubuh
ringan pasien dalam mencegah
gagal jantung perburukan dan
membantu pasien untuk
kembali dapat
beraktivitas fisik seperti
sebelum mengalami
gangguan jantung.

Variable Tekanan darah adalah Obser Lembar Nominal 1. Tekanan


Dependen tekanan yang vasi observa darah
Tekanan ditimbulkan pada si berubah
darah dinding arteri. Tekanan jika
puncak terjadi saat terjadi
ventrikel berkontraksi penurunan
dan disebut tekanan atau
sistolik. Tekanan peningkat
diastolik adalah tekanan an
terendah yang terjadi 2. Tidak
saat jantung berubah
beristirahat. jika
tekanan
darah
tidak
menuruna
tau
meningkat

47
3.6 Instrumen Mini Riset

Dalam pelaksanaan penelitian alat yang digunakan adalah lembar

observasi untuk mengukur tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan.

3.7 Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012) proses pengolahan data melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

1. Editing

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan isian formulir dan

kuesioner.

2. Coding

Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan

3. Processing

Setelah data melalui tahap coding maka selanjutnya dimasukan kedalam

program atau software komputer untuk diproses atau diolah.

4. Cleaning

Apabila semua data telah selesai dimasukan, maka perlu dicek kembali

untuk melihat kemungkinan adanya kesalahn, kode, ketidaklengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

dengan proses pembersihan data.

48
3.8 Etika Mini Riset

Menurut Setiadi (2013), dalam penelitian yang melibatkan manusia atau

hewan, peneliti harus memperhatikan isu etik yaitu berupa Informed consent,

Anonymity, dan confidentiality. Dalam melakukan penelitian, peneliti

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Informed consent, yaitu pemberian informasi tentang maksud dan tujuan, sifat

keikutsertaan responden dalam penelitian serta dampak yang mungkin terjadi

selama penelitian berlangsung. Responden dapat menentukan bersedia

ataupun menolak menjadi sampel penelitian. Selain itu, informasi juga

diberikan pada seluruh penghuni kamar agar dapat ikut berpartisipasi dalam

melancarkan proses penelitian.

2. Anonymity yaitu tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan inisial dan nomor kode sampel.

3. Kerahasiaan (confidentiality) yang merupakan masalah etika dengan

menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Hanya

kelompok data yang sesuai dengan tujuan peneliti yang disajikan dalam hasill

penelitian.

49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe terletak di

Jalan Prof. Dr. H.Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan Wonggaditi

Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Area lahannya

seluas 54.000 M2. Rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit terbesar di

Provinsi Gorontalo dan berstandar rumah sakit tipe B, dan sering digunakan

sebagai rujukan untuk pengobatan bagi masyarakat provinsi Gorontalo dan

daerah-daerah disekitarnya.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof.Dr.H.Aloei Saboe memiliki

dokter baik spesialis maupun umum, perawat, bidan, ahli gizi, asisten perawat,

security dan bagian administrasi lainnya. Rumah sakit ini dilengkapi dengan

fasilitas kesehatan lainnya berupa Askes Center, apotik, Poliklinik, Medical

Record, Ruang Operasi, UGD,CVCU, ICU, NICU, PICU, Hemodialisa,

Radiologi, Laboratorium, Ruang VK dan ruang-ruang perawatan yaitu G1 untuk

kebidanan (lantai 1) dan keperawatan anak (lantai 2), G2 untuk bagian Neuro dan

bedah kelas 1 (lantai 1) dan ruang SP2KP bedah kelas II dan III (lantai 2), G3

untuk penyakit dalam yang didalamnya terdapat ruang IMC dan SP2KP interna

(lantai 2) dan G4 sebagai ruang isolasi. Selain itu, terdapat ruang VIP, Pavillun,

Instalasi Gizi, kamar mayat, serta berbagai fasilitas lainnya.

Di ruangan CVCU sendiri terdapat 3 dokter spesialis jantung, 21 perawat

diantaranya 1 kepala ruangan, 2 ketua tim, 18 perawat pelaksana, serta 1

50
administrasi dan 2 evakuasi. Ruanganan CVCU mempunyai 8 bed pasien.

Beranekaragam pasien jantung yang masuk CVCU diantaranya pasien CHF, IMA,

ALO, Penyakit Jantung Bawaan, Kardiomiopati dan juga terdapat penyakit

komplikasi.

4.1.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini responden yang terpilih sebanyak 10 pasien yang

sementara dilakukan perawatan di ruang CVCU. Dari keseluruhan responden

yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristiknya meliputi jenis kelamin

dan umur. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di


Ruangan CVCU
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Presentase (%)
Laki-laki 4 40
Perempuan 6 60
Total 12 100
Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 4.1 tentang distribusi responden berdasarkan jenis kelamin

diketahui bahwa dari 10 responden jenis kelamin terbanyak yaitu perempuan

dengan jumlah 6 responden (60%).

2. Distribusi responden berdasarkan umur

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh distribusi

responden berdasarkan jenis kelamin pada tabel sebagai berikut:

51
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruangan ICU
Umur Frekuensi (n) Presentase (%)
26 – 35 0 0
36 – 45 3 30
46 - 55 5 50
56 - 65 2 20
Total 10 100
Sumber : Data Primer, 2017

Dari tabel 4.2 tentang distribusi responden berdasarkan umur diketahui

bahwa dari 10 responden kelompok umur terbanyak yaitu kelompok umur 46 – 55

tahun dengan jumlah responden 5 (50%)

4.1.3 Analisa Univariat

Analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasi status

tekanan darah pasien sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas dan latihan

intesitas ringan.

1. Distribusi frekuensi tekanan darah sistole sebelum dan sesudah dilakukan


model aktivitas dan latihan intensitas ringan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh distribusi

frekuensi tekanan darah systole sebelum dan sesudah dilakukan model aktivitas

dan latihan intesnsitas ringan tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi tekanan darah systole sebelum dan sesudah
dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan
Tekanan darah systole
Responden
Sebelum Sesudah
1 150 120
2 150 120
3 150 120
4 160 110
5 140 110
6 110 110
7 140 110

52
8 170 110
9 150 110
10 170 110

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Hasil analisis tabel 4.3 distribusi frekuensi berdasarkan nilai tekanan

darah systole tidak berubah sebelum dilakukan tindakan model aktivitas dan

latihan intensitas ringan yaitu 10 reponden (100%) sedangkan setelah dilakukan

model aktivitas dan latihan intensitas ringan yang berubah tekanan systole 9

responden (90%) tidak berubah 1 responden (1%).

2. Distribusi frekuensi tekanan darah diastole sebelum dan sesudah dilakukan


tindakan model aktivitas dan latihan intesitas ringan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh distribusi

frekuensi tekanan darah diastole sebelum dan sesudah dilakukan tindakan model

aktivitas dan latihan intensitas ringan

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi tekanan darah diastole sebelum dan


sesudah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas
ringan
Tekanan darah diastole
Responden
Sebelum Sesudah
1 100 70
2 90 70
3 100 70
4 70 60
5 60 80
6 70 80
7 60 70
8 80 80
9 60 70
10 60 60

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

53
Hasil analisis tabel 4.4 distribusi frekuensi berdasarkan nilai tekanan

darah diatole pasien sebelum dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas

ringan yaitu 10 reponden (100%) dengan nilai tidak berubah, sedangkan setelah

dilakukan dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan yaitu 6

responden (60%) berubah dan 4 responden tidak berubah (40%)

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi tekanan darah hari 1 sampai hari ke 5


dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan
Tekanan Tekanan darah post
Resp darah
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
pre
1 150/100 140/80 150/80 130/70 120/80 120/70

2 150/90 130/70 130/80 120/70 120/60 120/70

3 150/100 130/90 130/80 120/70 120/70 120/60

4 160/70 140/80 140/90 130/70 120/60 110/60

5 140/60 140/80 130/70 120/80 120/70 110/80

6 110/70 120/80 100/60 110/60 110/50 110/80

7 140/60 140/80 130/70 130/80 120/70 110/70

8 170/80 140/70 130/70 120/80 120/70 110/80

9 150/60 140/70 140/80 130/80 130/90 110/70

10 170/60 140/80 120/70 120/60 120/70 110/60

Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Hasil analisis tabel 4.5 distribusi frekuensi berdasarkan nilai tekanan

darah dari hari ke 1 sampai hari k 5 dilakukan dilakukan model aktivitas dan

latihan intensitas ringan yaitu 9 (90%) responden mengalam perubahan tekanan

54
darah setiap harinya dan 1 responden (10%) tidak mengalami perubahan yang

signifikan.

4.1.4 Analisa Bivariat

1. Status nilai tekanan darah systole dan diastole, sebelum dan setelah
dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan.

Berdasarkan hasil miniriset yang dilakukan, diperoleh status nilai tekanan

darah systole dan diastole, sebelum dan setelah dilakukan model aktivitas dan

latihan intensitas ringan. Uji parametric yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

uji T berpasangan (paired sample t-Test) seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Perbedaan nilai tekanan darah systole dan diastole, sebelum
dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas
ringan
Selisih
Variabel Tahap n Mean SD P value
mean

Tekanan Sebelum 2.0 0.000


10 0.90 0.000
sistole Sesudah 1.10 0.316

Tekanan Sebelum 2.0 0.000


10 0.700 0.001
diastole Sesudah 1.30 0.483

Paired sampel t-test


Sumber : Data Primer, Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.14 diketahui tekanan darah systole, tekanan darah

diastole sebelum dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas

ringan diantaranya: tekanan darah sistole didapatkan mean sebelum dilakukan

model aktivitas dan latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah

dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan menjadi 1.10 mmHg

dengan selisih mean yaitu 0.90 mmHg. Pada tekanan darah sistol

menggunakan uji parametrik t dependen, uji yang digunakan yaitu dengan

55
menggunakan uji paired sampel t-test didapatkan P Value 0.000 (<0,05).

Mean untuk tekanan darah diastole sebelum dilakukan model aktivitas dan

latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah dilakukan pengaturan

posisi semi fowler turun menjadi 1.30 mmHg dengan selisih mean 0.700.

Tekanan diastole juga menggunakan uji parametrik t dependen, uji yang

digunakan yaitu dengan menggunakan uji paired sampel t-test didapatkan P

Value 0,001 (<0,05). Dari uraian diatas dapat disimpukan bahwa ada pengaruh

model aktivitas dan latihan intennsitas ringan terhadap perubahan tekanan

darah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Status tekanan darah sebelum dilakukan model aktivitas dan


latihan intensitas ringan terhadap tekanan darah di Ruang CVCU
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Sebelum dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan intensitas

rimgan peneliti melakukan observasi tekanan darah sistol dan diastole,

kemudian diukur kembali setelah memberikan intervensi. Sampel mini riset

ini berjumlah 10 responden. Berdasarkan data pada kelompok intervensi

model aktivitas dan latihan intensitas ringan sebelum dilakukan intervensi,

tekanan darah responden berada pada kategori hipertensi tahap 1 berjumlah

5 orang (50,0%) yakni pada rentang 140-159 mmHg, hipertensi tahap 2

berjumlah 3 orang (30,0%) pada rentang >160 dan 2 orang (20,0%) dalam

rentang normal yakni 100-120 mmHg.

Didapatkan data di atas, pasien sebelum dilakukan intervensi

mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan peneliti mengukur tekanan darah

56
sebelum dilakukan intervensi yaitu saat pasien baru masuk. Artinya pasien

baru masuk dari IGD. Dimana pasien beraktivitas berat yaitu beraktivitas

pindah dari bed satu ke bed yang lain. Sehingga menyebabkan tekanan darah

pasien naik hal ini disebabkan karena saat beraktivitas, jantung memompa

darah lebih cepat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

4.2.2 Status tekanan darah setelah dilakukan model aktivitas dan


latihan intensitas ringan terhadap tekanan darah di Ruang CVCU
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Setelah dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan intensitas

rimgan peneliti melakukan observasi tekanan darah sistol dan diastole selama

5 hari kemudian diukur kembali setelah memberikan intervensi. Sampel mini

riset ini berjumlah 10 responden. Berdasarkan data pada kelompok intervensi

model aktivitas dan latihan intensitas ringan setelah dilakukan intervensi, 9

responden tekanan darah systole berubah, satu responden yang tidak

berubah. Tapi masih dalam batas normal. Hal ini disebabkan oleh ke 9

responden ini melakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan

dengan baik dan teratur. Responden juga mau melakukan model aktivitas

tersebut. Reponden ini juga memiliki niat dan kemauan untuk dapat pulih.

Sedangkan yang responden 1 ini, tidak memiliki niat yang cukup tinggi,

tidak ada semangat untuk beraktivitas, dan tidak ada dukungan dari keluarga.

Orang jika memiliki kemauan yang bagus maka hasilnya juga akan

baik. Untuk melakukan hal yang kita inginkan harus ada kemauan dan niat.

Kemauan adalah salah satu factor personal dan situasioanal yang

mempengaruhi perilaku. Dukungan keluarga juga mempengaruhi psikologi

57
seseorang yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu fungsi

dari keluarga yaitu fungsi cinta kasih dan fungsi perlindungan. Menurut

Friedman, 2010 dukungan keluarga seperti dukungan penilaian, dukungan

instrumental, dukungan informasional dan dukungan emosional.

Untuk tekanan diastole, 8 responden yang mengalami perubahan

tekanan darah dan 2 responden yang tidak mengalami perubahan tekanan

darah. KA

4.2.3 Analisis pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan


terhadap perubahan tekanan darah di Ruang CVCU RSUD. Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Berdasarkan nilai tekanan darah systole tidak berubah sebelum

dilakukan tindakan model aktivitas dan latihan intensitas ringan yaitu 10

reponden (100%) sedangkan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan

intensitas ringan yang berubah tekanan systole 9 responden (90%) tidak

berubah 1 responden (1%).

Berdasarkan hasil analisis statistic tekanan darah systole didapatkan

mean sebelum dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan adalah

2.0 mmHg dan setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan

menjadi 1.10 mmHg dengan selisih mean yaitu 0.90 mmHg. Pada tekanan

darah sistol menggunakan uji parametrik t dependen, uji yang digunakan

yaitu dengan menggunakan uji paired sampel t-test didapatkan P Value 0.000

(<0,05). , artinya ada pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan

terhadap perubahan tekanan darah sistol pada pasien di ruang CVCU.

58
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Halimuddin 2010,

Tekanan darah sistole mengalami peningkatan rata-rata setelah dilakukan

intervensi aktivitas dan latihan 6 hari sebesar 2.25 mmHg. Hasil uji statistik

didapatkan ada perbedaan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah

intervensi aktivitas dan latihan (p = 0.000). Dengan kekuatan hubungan

positif/kuat sempurna.

Kurangnya aktivitas fisik meningktakan risiko hipertensi. Orang yang

tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih

tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar

tekanan yang diberikan pada arteri.

Tekanan darah sistole adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan dari

proses siklus kontraksi atau sistole ventrikel jantung. Gangguan atau gagal

jantung yang timbul pada saat sistolik disebut dengan sistolic ventricular

disfunction(Ignativicius, 2006).

Pada keadaan gagal jantung, bila preload, kontraktilitas dan afterload

terganggu, menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang

menyebabkan prelood meningkat contoh regurgitasi aorta, cacat spectrum

ventrikel sehingga menyebabkan afterlood meningkat yaitu pada keadaan

stenosis aorta dan hipertensi sistemik (Karson, 2012).

Manfaat dari latihan fisik pada pasien gagal jantung mempercepat

proses pemulihan dan kemampuan untuk kembali pada level aktivitas sebelum

serangan jantung. Sering kali pasien gagal jantung sering mengalami

59
kekambuhan bukan faktor patuh obat, tetapi pasien jarang melakukan aktivitas

fisik. Untuk fasilitias rehabilitas fisik khusus untk penyakit jantung belum ada.

Penelitian ini membuktikan pernyataa Kozier 2004 yang menyatakan

bahwa latihan merupakan faktor yang berpengaruh pada nilai tekanan darah.

Mengenai kemampuan dalam mempertahankan nilai tekanan darah sebagai

indikator keefektivan pompa jantung, menginspirasi peneliti untuk

menegakkan hipotesis ada perbedaan tekanan darah sistole, sebelum dan

sesudah intervensi aktivitas dan latihan pada klien gagal jantung.

Nilai tekanan darah diatole pasien sebelum dilakukan model aktivitas

dan latihan intensitas ringan yaitu 10 reponden (100%) dengan nilai tidak

berubah, sedangkan setelah dilakukan dilakukan model aktivitas dan latihan

intensitas ringan yaitu 6 responden (60%) berubah dan 4 responden tidak

berubah (40%)

Mean untuk tekanan darah diastole sebelum dilakukan model aktivitas

dan latihan intensitas ringan adalah 2.0 mmHg dan setelah dilakukan

pengaturan posisi semi fowler turun menjadi 1.30 mmHg dengan selisih mean

0.700. Tekanan diastole juga menggunakan uji parametrik t dependen, uji

yang digunakan yaitu dengan menggunakan uji paired sampel t-test

didapatkan P Value 0,001 (<0,05).

Dari data tersebut dapat terlihat adanya perbedaan antara rata-rata

tekanan darah daistol sebelum dan sesudah dilakukan tindakan model

aktivitas dan latihan intensitas ringan pada pasien gagal jantung di ruangan

CVCU.

60
Penelitian sama dengan Halimuddin dimana terjadi perubahan tekanan

darah diastole setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan.

Hasil penelitian didapatkan Tekanan darah diastole mengalami peningkatan

rata-rata setelah dilakukan intervensi model aktivitas dan latihan selama 6 hari

sebesar 2.25 mmHg. Hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan tekanan

darah diastole sebelum dan sesudah intervensi aktivitas dan latihan (p =

0.001). Dengan kekuatan hubungan positif/kuat sempurna

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur menyebabkan perubahan-

perubahan misalnya otot jantung bertambah kuat pada polosnya sehingga daya

tamping besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan teratur selain itu

elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena adanya rileksasi dan

vasodilatasi dan vasodilatsi sehingga timbunan lemak berkurang dan

meningkatkan kontraksi otot dinding pembuluh darah tersebut. Kurang

melakukan aktivitas menyebabkan aliran darah tidak lancar (Mirna, 2016)

Tekanan darah diastolik adalah tekanan pada dinding arteri dan pembuluh

darah akibat mengendurnya otot ventrikel jantung (tekanan pada saat otot atrium

jantung kontraksi dan darah menuju ventrikel) (Nurunisa, 2014). Tekanan darah

diastole erat kaitannya dengan peningkatan preload, dan peningkatan tahanan

perifer. Pada gagal jantung diastolic atau disebut dengan Diastolic Ventrikular

Disfunction, dimana terjadi gangguan relaksasi dan gangguan pengisian

ventrikel (Pangabean, 2006).

Menurut peniliti untuk mengembalikan otot jantung kita harus

melakukan aktivitas fisik apabila pasien gagal jantung. Dimana pasien gagal

61
jantung itu otot-otot jantungnya kaku sehingga perederan darah kurang lancar.

Akibatnya pasien yang dinyatakan pulang dari rumah sakit bisa kambuh lagi.

dengan kurangnya melakukan aktivitas yang benar dan teratur.

Hal ini juga disebabkan sebagian responden ini yang sudah umur lansia.

Dimana umur-umur ini sudah jarang beraktivitas. Ditambah dengan adanya

sebagian responden adalah wanita. Dimana wanita yang sudah lansia jarang

untuk melakukan aktivitas.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan waktu penelitian

sehingga jumlah responden sangat sedikit.

62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Sebelum dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan tekanan

darah tidak berubah dengan jumlah responden 10 (100%)

2. Setelah dilakukan model aktivitas dan latihan intensitas ringan pasien gagal

jantung, berubah 9 responden (90%) dan tidak berubah 1 responden (10%)

3. Terdapat pengaruh model aktivitas dan latihan intensitas ringan pasien gagal

jantung terhadap perubahan tekanan darah di ruangan CVCU dengan

tekanan darah sistol P Value 0.000 dan tekanan darah diastole P Value

0,001 (<0,05)

5.2 Saran

1. Bagi institusi pendidikan

Peneliti menyarankan agar hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan

referensi yang dapat diajarkan oleh mahasiswa kepada pasien tentang model

aktivitas dan latihan intensitas ringan pasien gagal jantung

2. Bagi rumah sakit

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ternyata model aktivitas dan

latihan intensitas ringan berhasil. penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam

melakukan intervensi kepada pasien khususnya pasien gagal jantung.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang

pengaruh model aktivitas dan latihan fisik pasien gagal jantung outpatient.

63
DAFTAR PUSTAKA

Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. (2006): Medical Surgical Nursing:

Critical Thingking For Collaborative Care. Volume 1, 5th edition. Elsevier

Saunders

Tony Suharsono (2013:

Halimuddin, 2013: Pengaruh Model Aktiitas dan Latihan Intensitas Ringan Klien

Gagal Jantung terhadap Tekanan Darah, Idea Nursing Journal. Vol.3 no.3

Novita, 2013: Program Latihan Fisik Rehabilitas pada Penderita Penyakit

Jantung, Medikora, Vol. VI No.1

Kasron

Arini (2015), Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantung Yang di
Rawat Inap di RSUD. DR.Soetomo.Surabaya. http://repository.wima.ac.id.
Diakses pada tanggal 5 Juli 2016.

Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung, Pencegahan Serta


Penangulangannya. Nuha Medika. Yogyakarta.

Kementerian Kesehatan Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan.

64
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Pasien


Gagal Jantung Terhadap Tekanan Darah di Ruangan CVCU
RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo

Dengan hormat,

Saya yang bernama Wahyudiaty S Hamid/841, adalah mahasiswa Program Ners


Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Negeri
Gorontalo. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh Model
Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Pasien Gagal Jantung Terhadap Tekanan
Darah di Ruangan CVCU RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Program Ners Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Olahraga dan Kesehatan
Universitas Negeri Gorontalo.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan bapak/Ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. Kerahasiaan informasi dan identitas
Bapak/Ibu dijamin oleh peneliti dan tidak akan disebar luaskan baik melalui
media massa atau pun elektronik.
Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga bebas
menolak atau mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi
Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya
digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu
dalam penelitian ini.

Peneliti

Wahyudiaty S Hamid

65
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Setelah mendapatkan penjelasan dan mengerti tentang tujuan penelitian:

Judul : “Pengaruh Model Aktivitas dan Latihan Intensitas Ringan Pasien


Gagal Jantung Terhadap Tekanan Darah di Ruangan CVCU
RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.”

Peneliti : Wahyudiaty S Hamid

Bahwa saya diminta untuk menjadi responden dalam penelitian ini.


Sebelumnya saya sudah diberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan
penelitian ini dan saya mengerti bahwa peneliti akan menjaga kerahasiaan diri
saya. Bila saya merasa tidak nyaman, maka saya berhak untuk mengundurkan diri.
Dengan ini secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani
lembar persetujuan ini.
Demikian pernyataan persetujuan menjadi responden dari saya semoga
dapat dipergunakan seperlunya.

Gorontalo, 2017
Responden/Keluarga

(……………………………….)

66
Lembar Observasi Latihan Fisik

Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak

1 Hari 1:
a. Gerakan tidur terlentang mring kiri miring kanan
di tempat tidur. Gerakan dilakukan dua kali
sehari dengan waktu 5 menit stiap gerakan
b. ADL ( makan, minum, menggosok gigi,
berpakaian, BAB/BAK di bantu di temapat tidur
2 Hari 2:
a. Duduk di samping tempat tidur, gerakan
ekstensi dan fleksi pergelangan kaki, gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan
dilakukan 2 kali sehari dengan waktu 5 menit
setiap gerakan.
b. Makan dan minum sendiri di tempat tidur
c. BAB/BAK dibantu di tempat tidur
d. Mandi, menggosok gigi, berpakain dibantu
tempat tidur
3 Hari ke 3
a. Duduk disamping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Gerakan
dilakukan dua kali sehari dengan waktu 5 menit
setiap pergerakan.
b. Turun dari tempat tidur, berdiri disamping
tempat tidur, dilakukan dua kali sehari.
c. Sambil memegang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan, dilakukan dua
kali sehari dengan melangkah sebatas tempat
tidur
d. Duduk di kursi 15 – 30 menit dan kembali di
tempat tidur
e. Makan dan minum sendiri di tempat tidur
f. BAB/BAK dibantu di tempat tidur
g. Mandi, menggosok gigi, berpakaian sendiri di
tempat tidur

67
4 Hari 4:
a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut. Dilakukan dua
kali sehari dengan waktu 5 menit setiap gerakan
b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping
tempat tidur, dilakukan dua kali sehari.
c. Sambal memgang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan, dilakukan dua
kali sehari dan melangkah sebatas tempat tidur.
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar
ruang rawat atau ke kamar mandi
e. Makan, minum sendiri di tempat tidur
f. BAB dan BAK di kamar kecil
g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri
di tempat tidur
5 Hari 5:
a. Duduk di samping tempat tidur, menggerakan
kepala ke atas dan ke bawah, gerakan ekstensi
dan fleksi pergelangan kaki, dan gerakan
ekstensi dan fleksi sendi lutut.
b. Turun dari tempat tidur, berdiri di samping
tempat tidur
c. Sambil memgang pinggir tempat tidur
melangkah ke kiri dan ke kanan
d. Berjalan lambat sekitar tempat tidur, atau sekitar
ruang rawat atau ke kamar mandi
e. Makan, minum sendiri di tempat tidur
f. BAB dan BAK di kamar kecil
g. Mandi, menggosok gigi dan berpakaian sendiri
di kamar mandi dalam pengawasan

68
Lembar Observasi Tekanan Darah

Tekanan Tekanan darah post


No Resp darah
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5
pre

69
70

Anda mungkin juga menyukai