Oleh:
Oleh:
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk
dipertahankan dihadapan tim penguji Proposal Program Studi
S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jember
Pembimbing II
iii
PENGESAHAN
Penguji,
1. Ketua :
Mengetahui,
Dekan
iv
PENGUJI PROPOSAL
Penguji I
Ns.
NIDN
Penguji II
Penguji III
v
HALAMAN MOTTO
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”
(Q.S Al- Baqarah: 216)
Ilmu itu lebih baik dari harta, ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta,
ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum, harta itu kurang apabila
dibelanjakan tapi, ilmu bertambah apabila dibelanjakan
(Ali bin Abi Thalib)
Sesungguhnya ilmu ini adalah daging dan darahmu, dan pada hari kiamat kelak
kamu akan ditanya tentangnya. Maka perhatikanlah dari siapa kamu
mengambilnya.
(Imam Malik bin Anas)
Mimpi tidak pernah menyakiti siapapun jika dia terus bekerja tetap di belakang
mimpinya untuk mewujudkannya semaksimal mungkin.
(F.W. Woolworth)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmad dan
Food manual Massage Terhadap Sensitivitas Kaki Pasien Diabetes Melitus (DM)
Jember.
2. Ns. Awatiful Azza, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. Mat. Selaku Dekan
Kesehatan.
Keperawatan.
5. Ns. Ginanjar Sasmito Adi, S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. MB. Selaku dosen
vii
viii
6. Semua dosen Fakultas Ilmu Kesehatan baik dalam maupun luar yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sudah dengan sabar dalam
mengajar.
7. Kedua orang tua saya Ayah Wasit Teguh Praptono dan Mama Hartin
Indiani, serta kakak saya yaitu Perdani Mumtahinah Baroroh yang telah
8. Segenap keluarga besar saya yang tidak bisa saya sebutkan yang telah
ini.
10. Kepada teman- teman sesama mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan yang
itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun penulis, guna
kebaikan dalam penulisan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
ix
x
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tinggi), dimana penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit tidak menular
diabetes melitus dibedakan menjadi dua jenis yaitu Diabetes Melitus tipe I
dan diabetes melitus tipe II. Diabetes melitus tipe I terjadi karena destruksi sel
melitus tipe II merupakan 90% - 95% dari jenis diabetes di seluruh dunia.
(Black & Hawks, 2014; Kementrian Kesehatan RI, 2014; Russell & Zilliox,
2014)
juta orang mengalami diabetes pada tahun 2015 dan tahun 2040 diperkirakan
akan meningkat menjadi 642 juta orang. Sementara itu menurut hasil Riset
peningkatan dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018.
1
2
sebanyak 10,3 juta pada tahun 2017. Jawa Timur menempati urutan ke-10
1,8% pada tahun 2007 menjadi 2,8% pada tahun 2013. Hasil dari dinas
2 pada tahun 2018 sebanyak 17.897 kunjungan. (IDF, 2017; Putri, Wahjudi,
kadar sorbitol intraseluler dan tekanan osmotik intraseluler. Selain itu kondisi
Product (AGEs) yang dapat merusak sel saraf. AGEs dan sorbitol
vasodilatasi dan aliran darah ke saraf menurun. Hal tersebut juga diperkuat
aksonal terganggu dan penurunan aktivitas NA+/ K+ ATP ase, yang dapat
Salah satu gejala yang paling sering dirasakan yaitu penurunan sensitivitas
60% pasien diabetes melitus mengalami neuropati perifer diabetik yang dapat
sampai ke tulang atau sendi dan terjadi infeksi yang tidak dapat dikendalikan,
maka tindakan amputasi merupakan jalan keluar satu- satunya yang dapat
4
untuk mengatasi penurunan sensitivitas kaki yaitu senam kaki, rendaman air
hangat, dan terapi pijat atau massage. Terapi pijat atau massage merupakan
salah satu terapi yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia dalam
pemijatan dengan dengan telapak tangan akan lebih mudah dilakukan, karena
selain lebih ekonomis juga dapat menurunkan efek samping dari massage,
meningkatkan aliran balik vena. Selain itu saat seseorang dilakukan massage
sehingga sirkulasi darah menjadi lancar. Salah satu terapi massage yang dapat
area kaki.(Bisono & Nasution, 2014; Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014)
Terapi massage di area kaki selama ini sering dikenal dengan nama
foot massage, dimana terapi foot massage dilakukan dengan cara memijat
area telapak kaki dengan menggunakan telapak tangan yang bertujuan untuk
area yang diberi massage. Sirkulasi darah yang lancar dapat membawa
oksigen dan nutrisi menuju jaringan dan sel saraf yang akan mempengaruhi
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lisanawati, Hasneli, & Hasanah, (2015)
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi. Selain itu penelitian oleh
latihan range of motion dan foot massage terhadap nilai ABI pada pasien
Affiani & Astuti (2017) yang menyatakan bahwa spa kaki diabetik efektif
range of motion kaki pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan neuropati
perifer.
pada tahun 2018 terdapat 699 kunjungan pasien diabetes melitus Puskesmas
Sumbersari Jember.
B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan Masalah
2. Pertanyaan Masalah
Sumbersari Jember?
Jember?
C. Tujuan
1. Tujuan Umun
2. Tujuan Khusus
Sumbersari Jember.
Jember.
D. Manfaat
2. Keluarga
3. Petugas Kesehatan
diabetes melitus.
6. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kronis yang terjadi ketika ada peningkatan kadar glukosa dalam darah
darah ke sel-sel tubuh dimana glukosa diubah menjadi energi. (IDF, 2017).
terkadang dirujuk sebagai “gula tinggi”, baik oleh klien maupun oleh
10
11
Hawks, 2014).
yang terjadi. Peningkatan asam lemak bebas dalam waktu lama dapat
4. Manifestasi Klinis
dan minum), dan polifagia (penurunan berat badan meskipun lapar dan
mg/ dL. Sementara itu suatu kondisi yang disebut sebagai kondisi
pra diabetes jika kadar glukosa darah puasa klien berada pada 100-
124 mg/dL. (Black & Hawks, 2014; Russell & Zilliox, 2014).
manifestasi klinis dan dan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL.
setelah makan > 200 mg/dL selama tes toleransi glukosa oral
dapat diketahui jika kadar glukosa darah setelah makan berada pada
kisaran 140-199 mg/ dL.(Black & Hawks, 2014; Russell & Zilliox,
2014).
dengan 6,5%. (Black & Hawks, 2014; Russell & Zilliox, 2014)
2014).
4) Ketonuria
Hawks, 2014).
5) Proteinuria
Hawks, 2014).
5. Patofisiologi
Hal ini secara pelan- pelan terus menyerang sel beta dan molekul
2014).
6. Komplikasi
a. Komplikasi akut
3) Hipoglikemia
atau terapi oral. Kadar glukosa darah yang tepat pada klien
terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-60 mg/ dL. (Black &
Hawks, 2014).
b. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi Makrovaskuler
Hawks, 2014).
b) Penyakit serebrovaskuler
Hawks, 2014).
d) Infeksi
2014).
18
2) Komplikasi Mikrovaskuler
a) Retinopati diabetik
Hawks, 2014)
b) Nefropati
Hawks, 2014)
19
c) Neuropati
sendiri, saraf bergantung pada difusi zat gizi dan oksigen lintas
membran. Ketika akson dan dendrit tdak mendapat zat gizi, saraf
(1) Patofisiologi
(a) Polineuropati
2014)
(c) Mononeuropaty
(3) Diagnosis
2014)
2014)
25
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
2014).
3) Pengobatan
Hawks, 2014)
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Menjelaskan patofisologi DM
B. Konsep Massage
1. Pengertian Massage
berasal dari bahasa arab yaitu “mass atau mas’h” yang artinya penekanan
lembut.
dan saraf. Memanipulasi kulit dan otot yang mendasarinya membuat kulit
dan meningkatkan aliran balik vena (Snyder & Taniguki, 2010 dalam
hormon stres seperti kortisol dan epinefrin. Stimulasi taktil dalam jaringan
30
a. Mengusap (Efflurage/Strocking)
b. Meremas (Petrisage)
di area tubuh yang berlemak dan jaringan otot yang tebal. Dengan
darah vena dan limfe. Suplai darah yang lebih banyak dibawa ke otot
c. Menekan (Fricton)
yang lebih dalam dengan menggunakan jari, ibu jari, buku jari, bahkan
tubuh sehingga aliran darah lebih lancar di bagian yang terasa sakit
d. Menggetar (Vibration)
akan digetar, kemudian tekan dan getarkan dengan gerakan kuat atau
otot.
e. Memukul (Tapotement)
otot yang tegang serta area yang terasa sakit atau nyeri. Tapotement
juga berguna untuk mengurangi deposit lemak dan bagian otot yang
lembek.
hasil pijatan.
b. Irama (rythme)
5. Manfaat Massage
menjadi bugar. Jika tubuh bugar, itu akan mencegah timbulnya penyakit
tubuh;
a. Kondisi klien
klien tidak merasakan nyeri tekan saat dipijat. Namun, pijatan tetap
lemah.
transplantasi.
3) Menderita epilepsi.
muda).
35
segar.
3) Alat dan bahan yang digunakan harus bersih, steril, dan dalam
keadaan baik.
C. Penelitian Terkait
gula darah pasien diabetes melitus tipe 2. Desain penelitian yang digunakan
36
adalah pra eksperimental dengan one group pretest post test design. Teknik
Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap Sirkulasi Darah Perifer pada Pasien
Surabaya, didapatkan bahwa spa kaki diabetik efektif terhadap sirkulasi darah
Ankle Brachial Indeks pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit
diabetes terhadap nilai Ankle Bracial Indeks pada pasien diabetes melitus tipe
value sebesar 0,00 dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank
uji beda didapatkan p value < 0,05 dengan jumlah sampel sebanyak 60
eksperimen semu dengan pre and post test group design dengan kelompok
kontrol. Jumlah sampel pada penelitian sebanyak 123 responden yang diabagi
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat refleksi pada penderita diabetes
melitus tipe 2. Desain penelitian ini yaitu Quasi eksperimental dengan jumlah
pengaruh terapi spa dan senam kaki diabetik pada pasien neuropati perifer
diabetik didapatkan hasil bahwa tindakan kombinasi senam kaki diabetik dan
terapi spa lebih efektif meningkatkan sesnsai kaki yang akan berpengaruh
kaki diabetik dan terapi spa dibandingkan hanya diberikan tindakan senam
dorsofleksi dan foot massage terhadap peningkatan nilai ABI dengan nilai p=
0,033 untuk ekstremitas kanan dan nilai p= 0,001 untuk ekstremitas kiri.
metode pre dan post test without control. Responden dari penelitian sebanyak
sensasi proteksi kaki dan ROM kaki dengan nilai p< 0,005. Penelitian ini
adalah penderita DM tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Ibnu Sina Gresik
sebanyak 28 orang.
BAB III
A. Kerangka Konsep
INPUT PROSES OUTPUT
Variabel Independen Variabel Dependen
Kelompok Intervensi
Intervensi pemberian
foot manual massage
Sensitivitas kaki
Sensitivitas kaki pasien
pasien diabetes
melitus tipe 2 Kelompok Kontrol diabetes melitus tipe 2
Tidak diberikan
intervensi
Variabel Confounding
Keterangan:
Diteliti
Tidak diteliti
Sumbersari Jember.
39
40
B. Hipotesis Penelitian
Jember.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang
dipilih untuk mencapai tujuan penelitian, serta berperan sebagai alat dan
Pre-post with control group design adalah suatu penelitian eksperimen yang
dilakukan dengan cara memilih dua kelompok dalam kelompok studi tetapi
post test untuk melihat efek dari perlakuan yang diberikan. (Budiman, 2011).
41
42
A C D
B E
Keterangan:
kelompok kontrol
kelompok kontrol
1. Populasi
2018)
43
orang.
2. Sampel
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2018). Dengan kata lain, sampel adalah
sebagai berikut:
n= N.z2.p.q
d2(N-1) + z2.p.q
n= 38,416
0,0975 + 0,9604
n = 38,416
1,0579
Keterangan:
q = 1 – p (100% - p)
a. Kriteria Inklusi
b. Kriteria eksklusi
3. Sampling
2013)
C. Definisi Operasional
Tabel 4.1 Definisi Operasional Pengaruh Foot Manual Massage terhadap Sensitivitas Kaki Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
D. Tempat Penelitian
E. Waktu Pemelitian
Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April- Juni 2019
F. Etika Penelitian
manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Etika penelitian yang
1. Informed Consent
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
3. Confidentiallity (Kerahasiaan)
dan cara pengumpulan data yang baik, sehingga data yang dikumpulkan
adalah data yang valid, andal (reliable) dan aktual. (Nursalam, 2013). Alat
observasi skor monofilamen 10g, yaitu alat untuk pengumpulan data variabel
dependen, untuk mengukur sensitivitas kaki pada pasien diabetes melitus tipe
data. (Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini peneliti melakukan dua prosedur
1. Prosedur Administratif
Sumbersari Jember.
2. Prosedur Teknis
responden.
g. Setelah itu peneliti akan melakukan post test pada pertemuan ke- 3 di
h. Setelah data pre test dan post test terkumpul dilanjutkan dengan
I. Analisis Data
Selain itu, analisis data jug dapat menggunakan uji statistik bila data tersebut
harus di uji dengan uji statistik. Kegiatan dalam analisis data adalah sebagai
1. Pengolahan Data
a. Editing
b. Scoring
terhadap item pada setiap item pernyataan dalam kuisioner yang diberi
1) Skor 1: sensitif
c. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
10g, dengan skor terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 10.
d. Processing
komputer.
e. Cleaning
2. Analisis Data
sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
menguji skor monofilamen pre dan post test baik untuk kelompok
nominal. Selain itu peneliti juga menggunakan uji chi square untuk
pre dan post test antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Bila p value < 0,05 berarti H1 diterima yang artinya ada pengaruh foot
Affiani, R., & Astuti, P. (2017). Efektivitas Spa Kaki Diabetik terhadap Sirkulasi
Darah Perifer pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah Kerja
Puskesmas Wonokromo Surabaya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(1), 120–129.
Ardiyanti, A. V. (2014). Hubungan Antara Skor Monofilamen dengan Ulkus
Diabetika di Klinik Perawatan Luka Rumat Bekasi. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bisono, L., & Nasution, A. H. (2014). Prosedur Masase Neuroperfusi untuk
Penanganan Nyeri dan Gangguan fungsi: Inovasi dan Modalitas Baru dalam
terapi Nyeri. Jurnal Anestesiologi Indonesia, IX(1), 1–9.
Black, M. J., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. (S. A. Mifka, Ed.) (1st ed.). Bandung: PT
Refika Aditama.
Chatchawan, U., Eungpinichong, W., Plandee, P., & Yamauchi, J. (2015). Effects
of Thai Foot Massage on Balance Performance in Diabetic Patients with
Peripheral Neuropathy : A Randomized Parallel-Controlled, 21, 68–75.
https://doi.org/10.12659/MSMBR.894163
Fahra, R. U., Widayati, N., Sutawardana, J. H., Studi, P., Keperawatan, I., &
Jember, U. (2017). Hubungan Peran Perawat Sebagai Edukator dengan
Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Bina Sehat Jember. NurseLine Journal, 2(1), 61–72.
Hidayat, A. A. (2008). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
IDF. (2017). IDF Diabetes Atlas (8th ed.). International Diabetes federation.
Istiroha, Asnar, E., & Harmayetty. (2017). Pengaruh Aktivitas Perlindungan Kaki
terhadap Sensasi Proteksi dan Range of Motion Kaki pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2 dengan Neuropati Perifer. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2),
156–163.
Kawano. (2014). A Curent Overview of Diabetic Neuropathy- Mecanism,
Symptoms, Diagnosis, and Treatment. INTECH.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Waspada Diabetes Eat Well Live Well. Jakarta:
InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Ilmu Pijat Pengobatan Refleksi
Relaksasi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
54
55
Lindquist, R., Snyder, M., & Tracy, M. F. (2014). Complementary & Alternative
Therapies in Nursing (8th ed.). New York: Springer Publishing Company
Lisanawati, R., Hasneli, Y., & Hasanah, O. (2015). Perbedaan Sensitivitas Tangan
dan Kaki Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Pijat Refleksi pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II. JOM, 2.
Mangiwa, I., Mario E. Katuk, & Lando Sumarauw. (2017). Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus.
eJournal Keperawatan, 5.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian dan Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
Prasetyo, G. A. (2011). Lama Menderita Diabetes Melitus Tipe 2 Sebagai Faktor
Risiko Nyeri Neuropati Diabetik. Universitas Gadjah Mada.
Priyanto, S., Sahar, J., & Widyatuti. (2013). Pengaruh Senam Kaki terhadap
Sensitivitas Kaki dan Kadar Glukosa Darah pada Agregat Lansia Diabetes
Melitus di Magelang. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah
2013, 76–82.
Purwanti, L. E., & Maghfirah, S. (2016). Faktor Risiko Komplikasi Kronis (Kaki
Diabetik) dalam Diabetes Melitus Tipe 2. The Indonesian Journal of Health
Science, 7(1), 26–39.
Putri, M. D. M. T., Wahjudi, P., & Prasetyowati, I. (2018). Gambaran Kondisi Ibu
Hamil dengan Diabetes Mellitus di RSD dr . Soebandi Jember Tahun 2013-
2017. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6(1), 46–52.
Ruben, G., Rottie, J., & Karundeng, M. Y. (2016). Pengaruh Senam Kaki
Diabetes Terhadap Perubahan Kadar Gula Darah Pada pasien Diabetes
Melitus Tipe 2. eJournal Keperawatan, 4, 1–5.
Russell, J. W., & Zilliox, L. A. (2014). Diabetic Neuropathies, (October), 1226–
1240.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Subekti. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Neuropati Diabetik, Jilid III
(4th ed.). Jakarta: FK UI pp.
Suri, M. H., Haddani, H., & Sinulingga, S. (2015). Hubungan Karakteristik ,
Hiperglikemi , dan Kerusakan Saraf Pasien Neuropati Diabetik di RSMH
Palembang Periode 1 Januari 2013 Sampai Dengan 30 November 2014
observasional dengan metode cross sectional . diabetik di RSMH Palembang
tahun 2013- Pengujian hu. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(3), 305–310
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
56
Suyanto. (2017). Pengaruh Terapi Spa dan Senam Kaki Diabetik pada Pasien
Neuropati Perifer Diabetik. Jurnal Keparawatan Dan Pemikiran Ilmiah, 3(4),
29–37.
Yuanita, A., Wantiyah, & Susanto, T. (2014). Pengaruh Diabetes Self
Management Education (DSME) terhadap Resiko Terjadinya Ulkus Diabetik
Pada Pasien Rawat Jalan Dengan Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Di RSD Dr.
Soebandi Jember. E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 2(1), 119–124. Retrieved
from https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/607
Zamaa, M. S. (2016). Pengaruh Kombinasi Latihan Range of Motion Ankle
Dorsofleksi dan Foot Massage Terhadap Nilai Ankle Brachial Indeks pada
Pasien diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Mitrasehat, VI, 813–822.
LAMPIRAN
57
Lampiran 1
(INFORMED CONSENT)
Nama (Inisial) :
Usia :
Setelah saya membaca dan memahami tujuan dari penelitian ini, saya selaku
responden dengan sukarela dan tanpa paksaan bersedia jika hanya diberi
perlakukan sesuai standar operasional prosedur intervensi yang telah dijelaskan
oleh peneliti.
Responden
58
Lampiran 2
Kepada
Yth. Bapak/ Ibu Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyan Jember.
NIM : 1511011083
Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas bapak/ ibu. Informasi yang
bapak/ ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian saya.
Hormat saya,
59
Lampiran 3
A. Identitas Responden
1. Nama (Inisial) :
3. Usia :
5. Lama Menderita DM :
a. < 1 tahun
b. 1-5 tahun
c. >5 tahun
6. Skor Monofilamen
a. Kaki kanan :
b. Kaki kiri :
B. Hasil Tes
60
Lampiran 4
JUDUL SOP
1. Cuci tangan
2. Posisikan pasien dengan nyaman
3. Bersihkan kaki klien
4. Berikan perlak bawah telapak kaki klien
5. Usapkan minyak zaitun secara merata di area telapak dan punggung kaki klien
6. Stroking/ mengusap
Merangsang sirkulasi dan menghangatkan kaki. Pegang kaki pasien dengan kedua
tangan, pada kaki bagian atas lakukan gerakan stroking yang panjang, perlahan dan
61
Lampiran 4
tegas dengan kedua ibu jari. Gerakan dimulai dari ujung jari kaki dan tekan menjauh
dari terapis menuju ke pergelangan kaki, dan kembali ke ujung jari kaki dengan
gerakan stroking yang lebih ringan. Lakukan gerakan ini 3-5 kali
Lanjutkan dengan gerakan stroke pada kaki bagian bawah dengan kedua ibu jari,
dimulai pada pangkal jari kaki dan bergerak melalui lengkungan kaki menuju tumit
dan kembali lagi. Gunakan gerakan stroking yang panjang dan tegas, tekan dengan
lembut telapak kaki dengan kedua ibu jari. Lakukan gerakan ini 3-5 kali.
7. Ankle Rotations
Longgarkan sendi dan relaksasikan kaki. Genggam kaki dibawah tumit dengan satu
tangan, dibelakang pergelangan kaki untuk menahan kaki. Genggam punggung dan
telapak kaki dengan tangan yang lain kemudian putar telapak kaki. Gerakan dilakukan
masing-masing 3 kali pada masing-masing arah.
62
Lampiran 4
9. Toe Slides
Pegang kaki pada bagian belakang pergelangan kaki. Dengan jari telunjuk pada tangan
lainnya, sisipkan jari diantara jari-jari kaki pasien, lakukan gerakan maju mundur
sebanyak 3-5 kali.
63
Lampiran 4
11. Stroking
Lakukan gerakan yang sama pada poin pertama seperti yang sudah disebutkan diatas.
Langkah ini sangat bagus untuk memulai dan mengakhiri kegiatan pijat. Seluruh
rangkaian gerakan ini mudah dilakukan oleh siapapun untuk memijat orang lain atau
dirinya sendiri.
8. EVALUASI
64
Lampiran 5
JUDUL SOP
7. CARA BEKERJA
1. Cuci tangan
2. Minta pasien untuk melepas alas kaki dan kaos kaki
3. Jelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien dan tunjukkan monofilamen 10g pada
klien
4. Sebelum melaksanakan pemeriksaan pada kaki pasien, monofilamen diuji cobakan
pada sternum atau tangan dengan tujuan pasien dapat mengenal sensasi rasa dari
sentuhan monofilamen
5. Minta pasien untuk menutup kedua mata.
6. Monofilamen diletakkan tegak lurus pada kulit yang diperiksa, penekanan dilakaukan
selama 2 detik, kemudian segera ditarik.
7. Gunakan monofilamen pada 10 titik lokasi di kaki kanan dan kiri seperti pada gambar
65
Lampiran 5
dibawah ini.
8. Pada masing- masing lokasi dilakukan tiga kali pemeriksaan, jika pasien terindikasi
tidak merasakan monofilamen.
8. EVALUASI
66
Lampiran 6
Pekerjaan : Mahasiswi
Sumbersari, Jember
Riwayat Pendidikan
67