Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

BLADDER TRAINING

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Deskila Putri Yantika Sari 6. M. Rico Alvi Fakhrudin


2. Esti Yuli Lestari 7. Nanda Ayu Sasmita Ningsih
3. Erika Rizquna Wati 8. Nurul Asna
4. Isna Fadilatur Rosidah 9. Satria Surya Prayoga
5. Lutvi Nurdiyanti

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG


TAHUN 2018/2019
1. DEFINISI BLADDER TRAINING
Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan, terutama pada pasien yang
baru saja terlepas dari kateter urin, namun bisa juga dilakukan oleh semua orang untuk lebih
melatih kekuatan otot sfingter eksterna dalam menahan pengeluran urin. Bladder training
merupakan terapi yang sangat sederhana dan tidak memiliki efek samping. Latihan ini juga
dapat dikombinasikan dengan terapi pengobatan lain.
Bladder training dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih).
Pada pasien yang terpasang kateter, Bladder training dilakukan dengan mengklem aliran urin
ke urin bag yang dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan menjepit kateter ini
memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi sedangkan
pelepasan klem memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer,
2001).

2. TUJUAN BLADDER TRAINING


Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan
pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih
(potter&perry, 2005). Mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan ke
keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (Potter dan Perry, 2005).
1. Untuk mengurangi gejala dari:
- Frekuensi urin: mengeluarkan urin lebih dari 6-7 kali per hari.
- Nokturia: sering kencing di malam hari.
- Inkontinensia urge.
2. Untuk mempersiapkan klien sebelum pelepasan kateter yang terpasang lama
3. Untuk mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak
ada karena pemasangan kateter.
4. Untuk melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
5. Agar klien dapat mengontrol berkemih
6. Agar klien dapat mengontrol buang air besar

3. INDIKASI BLADDER TRAINING


1. Pasien yang mengalami retensi urin (susah mengeluarkan urin)
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi sfingter
kandung kemih terganggu.
3. Pasien yang menderita inkontinensia urin (tidak dapat mengontrol pengeluaran urin)
4. Klien yang pemasangan kateter dengan cukup lama
5. Klien post operasi
6. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan

4. KONTRA INDIKASI BLADDER TRAINING


1. Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra) berat.
2. Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena
adanya infeksi oleh bakteri).
3. Gangguan atau kelainan pada uretra.
4. Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di
saluran kemih bagian atas).
5. Vesicourethral reflux (aliran urin yang abnormal dari kandung kemih kembali ke
ureter yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih).
6. Gagal ginjal

5. PROSEDUR BLADDER TRAINING

A. PERSIAPAN ALAT
1. Handscoon
2. Kateter dan urine bag
3. Kassa
4. Jelly
5. Bengkok
6. Spuit 5-10cc
7. NaCl
8. Kom
9. Korentang
10. Klem
11. Bak instrument
12. Perlak dan pengalas
13. Plester
14. air minum
15. Penampung urin (pispot)

B. TAHAP PRA-INTERAKSI
1. Verifikasi order : akan melakukan bladder training pada klien Ibu M.
2. Siapkan alat-alat
3. Siap bertemu dengan klien

C. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam, panggil klien dengan nama serta memperkenalkan diri.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3. Beri kesempatan klien untuk bertanya dan meminta persetujuan klien dan keluarga .
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan
(ciptakan privasi bagi klien).
5. Peralatan didekatkan ke klien.

D. TAHAP KERJA
1. Klien masih menggunakan kateter.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00- 19.00. Setiap
kali diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-21.00
dengan cara klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 21.00) buka klem kateter dan klien boleh minum
tanpa ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.
- Setiap menyelesaikan tindakan; bereskan alat, lepas hanscoon dan cuci tangan

2. Pada klien yang tidak menggunakan kateter.


- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00, lalu
kandung kemih dikosongkan.
- Kateter dilepas.
- Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1-2 hari setelah pelepasan
kateter.
- Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK,
kemudian lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan
kandung kemih setiap 2 jam secara urinal.
- Berikan minum terakhir pukul 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum
sampai pukul 07.00 pagi untuk menghindari klien berkemih pada malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap
2 jam sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan untuk
menahannya.
- Buat sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih
secara urinal.
- Setiap menyelesaikan tindakan; bereskan alat, lepas hanscoon dan cuci tangan

E. Tahap terminasi
1. Evaluasi respon dan kondisi klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

F. Dokumentasi
1. Nama Pasien
2. Usia
3. Tindakan
4. Hari/Tanggal
5. S (subjektif) : Data subektif Berisi data dari pasien melalui anamnesis
(wawancara) yang merupakan ungkapan langsung
6. O (objektif) : Data objektif Data yang dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik
7. A (assesment) : Analisis dan interpretasi Berdasarkan data yang terkumpul
kemudian dibuat kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau
masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
8. P (plan) : Perencanaan Merupakan rencana dari tindakan yang akan
diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, diagnosis atau labolatorium, serta
konseling untuk tindak lanjut.

Anda mungkin juga menyukai