Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Agama Islam

Dosen :Prof.Dr.H.Akhyak,M.Ag

DISUSUN OLEH:

1. Dewi Husnul Latifah


2. Putri Sintha Nurochmah
3. Satria Surya Prayoga

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


HUTAMAABDI HUSADA TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2018/2019
Pandangan Agama Islam Tentang Keluarga, KB, dan Ritual
Pada Masa Hamil, serta Kelahiran
1 Pandangan Agama Tentang Keluarga :
Keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil.Bahkan Islam menaruh perhatian besar
terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan
keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran.Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah
batu bata pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang
diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka
bumi.

Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya, maka akan kuat pula masyarakatnya dan
terwujud pula keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila ikatan keluarga tercerai-berai dan
kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada masyarakat, bagaimana
kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan, sehingga tidak diperoleh rasa aman.

Jauh sebelumnya Rasulullah telah memperingatkan kita akan makar Iblis terhadap anak Adam.
Bagaimana Iblis begitu bergembira bila anak buahnya dapat menghancurkan sebuah keluarga,
memutuskan hubungan antara suami dengan istri sebagai dua tonggak dalam kehidupan keluarga.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air kemudian ia mengirim tentara-tentaranya.


Maka yang paling dekat di antara mereka dengan Iblis adalah yang paling besar fitnah yang
ditimbulkannya. Datang salah seorang dari mereka seraya berkata: Aku telah melakukan ini dan itu.
Maka Iblis menjawab: “Engkau belum melakukan apa-apa.”

Lalu datang yang lain seraya berkata: “Tidaklah aku meninggalkan dia (manusia yang digodanya) hingga
aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.”

Maka Iblis pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya dengan berkata:
“Ya, engkaulah.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Naar,
Bab Tahrisyu Asy-Syaithan wa Ba’tsuhu Sarayahu Li Fitnatin Naas, 17/157- Syarah An-Nawawi)

Begitu kuat ambisi Iblis dan para setan sebagai tentaranya untuk menghancurkan kehidupan keluarga,
hingga mereka pun bersedia membantu setan dari kalangan manusia untuk mengerjakan sihir yang
dapat memisahkan suami dengan istrinya.

Allah berfirman menyebutkan ihwal orang–orang Yahudi yang biasa melakukan pekerjaan kufur ini
(sihir) guna memisahkan pasangan suami istri:

“Orang-orang Yahudi itu mengikuti apa yang dibacakan para setan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir).Padahal Sulaiman tidaklah kafir
(mengerjakan sihir) namun setan-setan itulah yang kafir.
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil yaitu
Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seorangpun sebelum
keduanya mengatakan: “Kami hanyalah ujian (cobaan) bagimu. Maka janganlah engkau kufur dengan
belajar sihir.” Maka mereka mempelajari sihir dari keduanya yang dengan sihir tersebut mereka bisa
memisahkan antara suami dengan istrinya…” (Al-Baqarah: 102)

Kita berlindung kepada Allah I dari kejahatan sihir dan pelakunya!

Untuk kepentingan ini, perlu dipersiapkan anggota keluarga yang shalih, tentunya dimulai dari pasangan
suami istri. Seorang pria ketika akan menikah hendaknya mempersiapkan diri dan melihat kemampuan
dirinya. Dia harus membekali diri dengan ilmu agama agar dapat memfungsikan dirinya sebagai
qawwam (pemimpin) yang baik dalam rumah tangga.

Karena Allah telah menetapkan:

“Kaum pria itu adalah pemimpin atas kaum wanita disebabkan Allah telah melebihkan sebagian mereka
(melebihkan kaum pria) di atas sebagian yang lain (di atas kaum wanita) dan karena kaum pria telah
membelanjakan harta-harta mereka untuk menghidupi wanita….” (An-Nisa: 34)

Hendaknya seorang pria menjatuhkan pilihan hidupnya kepada wanita yang shalihah karena
demikianlah yang dituntunkan oleh Nabi kita yang mulia Muhammad r.

Beliau bersabda tentang kelebihan wanita yang shalihah:

“Dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah “. (Shahih, HR.
Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-Radha’, Bab Istihbab Nikahil Bikr. 10/56, Syarah An-Nawawi)

“Ada empat perkara yang termasuk dari kebahagiaan:

istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan tunggangan (kendaraan) yang
nyaman. Dan ada empat perkara yang termasuk dari kesengsaraan: tetangga yang jelek, istri yang jelek
(tidak shalihah), tunggangan yang jelek, dan tempat tinggal yang sempit.”

(HR. Ibnu Hibban. Hadits ini dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil t dalam kitab beliau Ash-Shahihul Musnad
Mimma Laisa fish Shahihain, 1/277)

Beliau mengabarkan:

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena hartanya, kedudukannya (keturunannya),
kecantikannya dan agamanya.Maka pilihlah wanita yang memiliki agama.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam
Shahih-nya no. 5090, Kitab An-Nikah, bab Al-Akfaau fid Dien, dan Muslim dalam Shahih-nya, Kitab Ar-
Radha, bab Istihbab Nikahi Dzatid Dien, 10/51, Syarah An-Nawawi)
Di antara yang dijadikan Islam sebagai tujuan berumah tangga dan dibentuknya sebuah keluarga adalah
untuk memperbanyak umat Muhammad r. Karena itu ketika datang seorang pria menghadap beliau dan
mengatakan: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki kecantikan dan keturunan namun ia
tidak dapat melahirkan (mandul), apakah boleh aku menikahinya?” Rasulullah r menjawab: “Jangan
menikahinya.” Kemudian pria tadi datang menghadap Nabi untuk kedua kalinya dan mengutarakan
keinginannya untuk menikahi wanita tersebut, namun beliau melarangnya. Kemudian ia datang lagi
untuk ketiga kalinya, maka beliau r bersabda:

“Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang lagi subur (banyak anaknya). Karena aku akan berbangga-
bangga dengan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasai.
Dishahihkan Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 2/211)

Bila setiap muslim memperhatikan dan melaksanakan dengan baik apa yang ditetapkan dan digariskan
oleh syariat agamanya, niscaya ia akan mendapati hidupnya lurus dan tenang, termasuk dalam
kehidupan berkeluarga. Dan dia benar-benar dapat merasakan tanda kekuasaan Allah I sebagaimana
dalam firman-Nya:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian pasangan-pasangan kalian dari
diri-diri (jenis) kalian sendiri agar kalian merasa tenang dengan keberadaan mereka dan Dia menjadikan
di antara kalian rasa cinta dan kasih sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir.” (Ar-Rum: 21)

Wallahu ta’ala a‘lam bish-shawab.


2 Keluarga Berencana Menurut Pandangan Islam
A. pengertian Keluarga Berencana

keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai perencanaan yang kongkrit
mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan
syukur dan merencanakan berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya
dan situasi kondisi masyarakat dan negaranya.

B. Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana

Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita laksanakan dalam
kaitannya dengan KB diantaranya ialah :

Surat An-Nisa’ ayat 9 :

“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-
anak yang lemah.Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”..

C. Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana

Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan dari pada
meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan orang banyak.”

Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya rumah tangga selagi
keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan
demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan bersama.
D. Hukum Keluarga Berencana

a. Menurut al-Qur’an dan Hadits

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang melarang atau memerintahkan
KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:

‫تحريمها على الدليل على يدل حتى االباحة األشياء فى صل اال‬

Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB,
yakni karena hal-hal berikut:

• Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.

• Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai dengan hadits
Nabi:

“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu dekat sebagai
mana hadits Nabi:

“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.[3]

b. Menurut Pandangan Ulama’

1) Ulama’ yang memperbolehkan

Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’
yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan
antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak.
Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan karena
pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan
pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat: 12, 13, 14.[4]
2) Ulama’ yang melarang

Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang diantaranya ialah Prof. Dr.
Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk
membunuh keturunan seperti firman Allah:

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan memberi rizkqi
kepadamu dan kepada mereka”.

E. Macam-macam Alat Kontrasepsi

Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah dikenal diantaranya ialah:

Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk mencegah terjadinya
ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.

Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh.Cara kerjanya yaitu menghalangi ovulasi,
menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga
memperlambat perjalanan sperma melalui canalis servikalis.

Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan bagian
dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara kerjanya sama dengan suntik.

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi load terbuat dari plastik
harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi
sel telur wanita.

Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan saluran pembuluh yang
menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi)
bagi laki-laki. Atau tubektomi dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat
masuk kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul selamanya.

Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu yang dimasukkan
kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang bersifat tradisional seperti jamuan.

F. Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam

1) Cara yang diperbolehkan

Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh syara’ antara lain,
menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal
tidak membahayakan nyawa sang ibu.Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak
dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.

2) Cara yang dilarang

Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu dengan cara merubah atau
merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi,
tubektomi, aborsi. Hal ini tidak diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk
menghasilakn keturunan.

3 Ritual Pada Masa Hamil dan Kelahiran


Tradisi 4 bulan, 7 bulan dan semisalnya ketika seorang istri sdg hamil yg biasa dilakukan oleh sbgn kaum
muslimin adalah bukan termasuk ajaran Islam.

Maka kita wajib meninggalkannya karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai imam dan
panutan kita yg terbaik dan paling sempurna tidak pernah melakukan tradisi seperti itu ketika istri beliau
Khodijah radhiyallahu ‘anha hamil 4 bulan atau 7 bulan sebanyak 7 kali kehamilan.

Demikian pula Fatimah putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika ia hamil beberapa kali
kehamilan, tidak pernah sekali pun melakukan ritual dan tradisi 4 bulan atau 7 bulan ketika masa
kehamilannya.

Dan para wanita sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga demikian,

Tidak ada seorang pun dari mereka yang melakukan tradisi 4 bulan atau 7 bulan ketika mereka hamil.

» Di dlm hadits yg shohih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.”

(*) Adapun amalan-amalan yang semestinya dikerjakan oleh wanita yang sedang hamil adalah
sebagaimana amalan para wanita muslimah pada umumnya, baik ketika hamil ataupun tidak hamil,
yaitu:

»1. Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seperti sholat 5 waktu, memakai hijab syar’i ketika berada di luar
rumah dan di hadapan selain mahramnya.

»2. Mentaati suami dalam kebaikan dan melayaninya dengan baik.

»3. Memperbanyak dzikirullah dan amalan-amalan sunnah seperti baca Al-Qur’an, tasbih, tahmid,
takbir, istighfar, sholat sunnah, dsb.
»4. Bersyukur kpd Allah atas nikmat-Nya yg dianugerahkan kpdanya berupa kehamilan anak yg akan
menjadikannya keturunan yang sholih dan sholihah, insyaa Allah, yaitu dengan melaksanakan perintah-
perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

»5. Memperbanyak doa kpd Allah agar diberi kesehatan, kekuatan dan kemudahan serta keselamatan
selama hamil hingga proses melahirkan kandungannya.

Dengan demikian, Tidak Ada Amalan Khusus Yang Disyari’atkan dalam agama Islam ketika seorang
Wanita Muslimah Hamil.

Anda mungkin juga menyukai