TRENGGALEK
NIS : 384/182/076
TAHUN 2015/2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PPOM
1.1 Definisi
Bronkhitis kronis, gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang
berlebihan dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta
membentuk sputum selama tiga bulan dalam setahun, minimal dua tahun berturut-turut.
1.2 Etiologi
Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam timbulnya PPOM/PPOK.tiga faktor resiko
tertinggi pada perkembangan PPOM/PPOK adalah:
1. Merokok :PPOM/PPOK sering terjadi pada orang berumur 40 atau lebih dan yang
memiliki riwayat merokok.sekitar 90%kasus PPOM/PPOK berhubungan dengan
merook
2. Faktor lingkungan:PPOM/PPOK timbul pada orang yang memiliki hubungan
dengan polutan berbahaya meliuti zat kimia,bahan bakar,uap atau debu.
3. Faktor keturunan :penelitian telah menemukan bahwa kekurangan protein
antittripsin meningkatan seseorang terkena PPOM/PPOK.tanpa protein ini,sistem
kekbalan alami tubuh akan melawan sel paru-paru dan berujung pada kemrosotan
fungsi paru.
1.3 Manfestasi Klinis
a. Elektronistagmografi
Yaitu alat yang digunakan untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul.
b. CT-Scan atau MRI kepala
Digunakan untuk memeriksa kelainan tulang atau tumor yang menekan saraf. Jika diduga
infeksi maka bisa diambil contoh cairan dari teling atau dari tulang belakang.
c. Pemeriksaan angiogram
Dilakukan karena didug terjadi penurunan aliran darah ke otak. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak.
1.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Beberapa therapy yang dapat diberikan adalah :
a) Anti kolinergik : Sulfas atropine : 0,4 mg/im
Scopolamine : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b) Simpatomimetika : Epidame :1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c) Menghambat aktivitas nucleus vestibuler (gol. Antihistamin) golongan ini menghambat
aktivitas nucleus vestibularis :
: Diphentiadramin : 1,5 mg/im/oral dapat diulng tiap 2 jam
Dimenhidrinat : 50-100 mg/jam
Jika teraphy di atas tidak dapat mengatasi kalainan yang diderita,
dianjurkanuntuk therapy bedah.
b. Penatalaksanaan keperawatan
a) Tirah baring
b) Relaksasi disertai viksasi visual yang kuat
c) Latihan vestibular yang dapat dimul;ai beberapa hari setelah gejala akut mereda untuk
memperkuat mekanisme komensasi system saraf pusat untuk gangguanvestibular akut.
d) Diet : makanan yang pedas dan asam tidak diperbolehkan
Mengonsumsi makanan yang halus/bubur.
1.7 Komplikasi
a. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
vestibularis, eshingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan
berjalan.
b. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo sering kali tidak melakukan aktivitas. Merek lebih sering
berbaring atau tiduran sehingga berbaring terlalu lama dapat menyebabkan kelemahan otot.
DAFTAR PUSTAKA
Sanders, Valena C. Scanlon Tina. (2006). Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi, edisi 3.
Jakarta :ECG.