Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. X.


DENGAN HEPATITIS DI RUANG ASTER
RSD dr. SOEBANDI JEMBER

PERIODE (18-24 NOVEMBER 2019)

OLEH:

NADA AZHAR PRANDINI


1901031002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis jaringan
hati. Dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin, gangguan
metabolik, maupun kelainan autoimun.(Wahyudi & Saturti, 2017)
2. Etiologi
Menurut Ahmad & Kusnanto (2017) penyeabab hepatitis adalah:
a. Hepatitis A: Virus hepatitis A
b. Hepatitis B: Virus Hepatitis B golongan DNA
c. Hepatitis C: Virus hepatitis C
d. Hepatitis D: Virus delta, perlu virus hepatitis B untuk berkembang
e. Hepatitis E: virus hepatitis E golongan RNA
3. Sumber Penularan
Menurut Kemenkes RI (2014)
a. Hepatitis A
1) Cara penularan adalah fecal oral
2) Sumber penularannya melalui air yang tercemar, makanan yang
tidak dimasak, makanan yang tersemar, sanitasi yang buruk, dan
personal hygiene yang buruk.
b. Hepatitis B
Sumber penularan dari hepatitis B yaitu darah dan cairan tubuh
penderita melalui 2 jalur yaitu:
1) Vertikal: 95% terjadi saat perinatal dan 5% melalui intra uterin
2) Horizontal: Tranfusi darah, jarum suntik, pisau cukur, transplantasi
organ, dan tatto.
c. Hepatitis C
Hepatitis C ditularkan melalui darah dan cairan tubuh
d. Hepatitis D
Sumber penularan sama seperti penularan hepatitis B mengingat virus
hepatitis D dapat berkembang melalui virus hepatitis B.
e. Hepatitis E
Penularannya adalah dengan melalui fecal oral
4. Masa Inkubasi
a. Hepatitis A: 14-49 hari dengan rata- rata adalah 30 hari
b. Hepatitis B: 60-90 hari
c. Hepatitis C: 2-24 minggu
d. Hepatitis D: 2-5 minggu
e. Hepatitis E: 2- 9 minggu
5. Manifestasi Klinis
a. Hepatitis A
1) Masa Tunas
Disebut sebagai fase viremia
2) Masa pra- ikterik/ pro dromal
Ikterik, urin berwarna gelap, lelah/lemas, hilang nafsu makan, nyeri
& rasa tidak enak di perut, tinja berwarna pucat, mual dan muntah,
demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri pada sendi,
pegal-pegal pada otot, diare dan rasa tidak enak di tenggorokan.
3) Fase ikterik
Demam turun penderita menyadari bahwa urinnya berwarna kuning
pekat seperti air teh ataupun tanpa disadari, orang lain yang melihat
sclera mata dan kulitnya berwarna kekuning-kuningan. Pada fase
ini kuningnya akan meningkat, menetap, kemudian menurun secara
perlahan-lahan, hal ini bisa berlangsung sekitar 10-14 hari.
4) Fase Penyembuhan
Ikterus mulai menghilang, penderita merasa segar kembali walau
mungkin masih terasa cepat capai.
b. Hepatitis B
Demam ringan, mual, lemas, hilang nafsu makan, mata jadi kuning,
kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot.
c. Hepatitis C
Malaise, jaundice, peningkatan kadar enzim hati (SGPT > 5-15 kali
rentang normal), fatique, tidak napsu makan, mual dan nyeri abdomen
kuadran kanan atas.
d. Hepatitis D
Keluhan pada masa preikterik biasanya merasa lemah, tak suka
makan, mual, keluhan-keluhan seperti flu. Fase ikterus ditandai
dengan feses pucat, urine berwarna gelap dan bilirubin serum
meningkat. Keluhan kelemahan umum dan mual dapat bertahan lama
bahkan pada fase penyembuhan.
e. Hepatitis E
Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala
anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap, icterus didahului
dengan kemunculan urin berwarna gelap, pruritus (biasanya ringan
dan sementara) dapat timbul ketika icterus meningkat.

B. Pathophysiological Pathway
Hati merupakan salah satu target organ virus hepatitis pada manusia. Diduga
hati merupakan tempat utama bahkan mungkin tempat satu-satunya bagi
replika virus hepatitis.
Menurut Underwood (1999), mula-mula virus tersebut melekatkan diri pada
reseptor-reseptor spesifik yang terletak pada membran sel hepar. Setelah
perlekatan tersebut, virus melakukan penetrasi dan memasukkan sitoplasma
sel hepar. Di dalam sitoplasma, sel hepar virus melepaskan kapsulnya dan
terbentuk nukleo kapsid. Selanjutnya nukleokapdis menembus dinding sel
hati sampai memasuki inti hati tersebut. Di dalam inti sel hati, asam nukleat
virus akan keluar dari nukleokapsid dan menempel pada DNA. DNA akan
merangsang hepar untuk membentuk protein dan asam nukleat bagi virus.
Pada akhirnya terbentuk virus baru dan akibat nekrosis sel-sel hati, maka
virus baru akan dilemparkan ke dalam peredaran darah.
Gejala ikterus pada hepatitis timbul sebagai akibat adanya obstruksi duktus
bilser maupun kerusakan sel-sel parenkim, sehingga terdapat peningkatan
bilirubin direk maupun indirek. Bukti lain menandakan adanya obstruksi
bilser adalah peningkatan serum alkali fosfatase,s-nukleotidase atau glutamil
transpeptidase. Pelepasan enzim-enzim dari hati yang rusak ke dalam aliran
darah ikut menentukan luasnya infeksi.
Transaminase serum digunakan untuk tujuan ini, SGPT memberi petunjuk
lebih khusus dari infeksi sel hati dibanding SGOT sebab adanya kelainan
pada sel-sel lain seperti eritrosit, sel otot skeletal dan miokard juga
menyebabkan peningkatan dari SGOT. Peningkatan waktu protrombin dapat
disebabkan oleh ketidak mampuan sel-sel hati membentuk protein yang
diperlukan bagi pembekuan disertai adanya penurunan absorpsi vitamin K
atau keduanya.
Adanya obstruksi dapat mengurangi ekskresi garam empedu ke usus halus,
dimana biasanya digunakan untuk absorpsi lemak termasuk vitamin K yang
dapat larut dalam lemak.
Virus Hepatitis A, B, C, D, E

Risiko gangguan fungsi hepar Masuk ke dalam sel hepar Suhu tubuh meningkat Hipertermia

Ketakutan Penurunan fungsi hepar Penetrasi Hipotalamus mengantifkan respon inflamasi

Adaptasi lingkungan Tubuh tidakdapat menetralisir


Hospitalisasi Kerusakan sel parenkim hepar Peradangan hepar (Hepatitis) Infeksi Risiko Infeksi
baru anak racun

Obstruksi duktus biliaris Proses pemecahan eritrosit di Distensi Hepar Kerusakan sel parenkim hepar
hepar terganggu

Peningkatan bilirubin direct Produksi asam lambung


Proses pembentukan eritrosit dalam Menekan gaster meningkat
sumsum tulang terhambat
Bilirubin tidak dapat dieksresikan dalam feses
Kadar Hb dalam tubuh Mual Nyeri ulu hati Nyeri Akut
Bilirubin tentimbun dalam jaringan hati Anemia menurun
Mual Muntah Pengeluaran cairan tubuh
Masuk ke dalam pembuluh darah Suplai darah ke jaringan menurun Proses pengikatan O2 dalam
paru terganggu
Intake nutrisi Tubuh kekurangan cairan
Menyebar ke seluruh tubuh Hiperekskresi dalam urine terganggu
Pucat Dipsnea
Ikterus Defisien volume cairan
Perubahan warna urine lebih pekat BB menurun
Ketidakefektifan perfusi Keletihan
jaringan perifer
Timbul rasa gatal Kerusakan integritas
kulit Aktivitas terganggu Ketidakseimbangan nutrisi:
Hambatan pertukaran gas kurang dari kebutuhan tubuh
Gangguan rasa nyaman
Intoleransi Aktivitas
C. Komplikasi
1. Kanker hepatoseluler
2. Gagal hati
3. Anemia aplastik
4. Sirosis
5. Nekrosis hepatik masif
6. Status karier (infeksi virus persisten tanpa gejala)
7. Penyakit hati kronik (pada 50% pasien dengan hepatitis C)
D. Penatalaksanaan
1. Istirahat
a. Tetap tenang, kurangi aktivitas dan banyak istirahat di rumah
b. Minum banyak air putih untuk menghindari dehidrasi
c. Hindari minum obat yang dapat melukai hati seperti asetaminofen dan
obat yang mengandung asetaminofen
d. Hindari minum minuman beralkohol
e. Hindari olahraga yang berat sampai gejala-gejala membaik
2. Diet
a. Makanan tinggi protein dan karbohidrat, rendah lemak untuk pasien
yang dengan anoreksia dan nausea.
b. Selama fase akut diberikan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
Bila diperlukan dilakukan pemberian cairan dan elektrolit intravena.
c. Menghindari obat-obatan yang di metabolisme di hati, konsumsi
alkohol, makan-makanan yang dapat menimbulkan gangguan
pencernaan, seperti makanan yang berlemak
3. Medikamentosa
a. Obat-obatan diberikan hanya untuk mengurangi gejala-gejala yang
ditimbulkan, yaitu bila diperlukan diberikan obat-obatan yang bersifat
melindungi hati, antiemetik golongan fenotiazin pada mual dan
muntah yang berat, serta vitamin K pada kasus yang kecenderungan
untuk perdarahan. Pemberian obat-obatan terutama untuk mengurangi
keluhan misalnya tablet antipiretik parasetamol untuk demam, sakit
kepala, nyeri otot, nyeri sendi.
b. Pada pasien dengan hepatitis B diberikan terapi Interferon α (IFN- α),
Lamivudine, Pegylated interferon α-2a.
c. Pada pasien denga hepatitis C diberikan terapi Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa, Ribavirin.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hepatitis A
Tes fungsi hati (terdapat peninggian bilirubin, SGPT dan kadang- kadang
dapat disertai peninggian GGT, fosfatase alkali), dan tes serologi anti
HAV, yaitu IgM anti HAV yang positif.
2. Hepatitis B
Virus hepatitis B memiliki antigen permukaan (disebut HBsAg) yang
menyebabkan sistem kekebalan tubuh membuat antibodi. HBsAg dapat
ditemukan dalam darah beberapa minggu setelah terinfeksi. Apabila
setelah pemeriksaan diketahui hasil HBsAg adalah positif, artinya
terinfeksi virus hepatitis B dan berpotensi menyebarkan VHB ke orang
lain.
3. Hepatitis C
Antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi dengan metode enzyme
immunoassay yang sangat sensitive dan spesifik. Enzyme immunoassay
generasi ke-3 yang banyak dipergunakan saat ini mengandung protein
core dan protein- protein struktural yang dapat mendeteksi keberadaan
antibody dalam waktu 4-10 minggu infeksi. Uji immunoblot rekombinan
(recombinant immunoblat assay, RIBA) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi hasil uji enzyme immunoassay yang positif.
4. Hepatitis D
Infeksi VHD hanya terjadi bila bersama-sama dengan infeksi VHB. Pada
masa inkubasi (koinfeksi HVB-HVD), dapat dijumpai HBsAg, HBeAg,
dan DNA HVB, IgM anti HVD, RNA HVD, HDAg, anti HBc akan
terdeteksi bila penyakit berlanjut, anti-HVD terdeteksi pada akhir masa
akut dan kemudian akan menurun titernya setelah penyakit membaik dan
semua petanda replikasi virus baik B maupun D akan menghilang pada
masa penyembuhan.
5. Hepatitis E
Diagnosis hepatitis E pada pemeriksaan serologis dengan metode ELISA
seperti anti-HEV, IgG dan IgM anti-HEV dan PCR serum dan kotoran
untuk mendeteksi HEV-RNA serta immunofluorescent terhadap antigen
HEV di serum dan sel hati.
F. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Identitas meliputi nama, usia, dan jenis kelamin. Hepatitis A sering
kali menyerang anak pada anak usia sekolah.
b. Riwayat penyakit
Meliputi keluahan utama, pada umumnya anak dengan hepatitis akan
mengalami gejala demam, mual, muntah, dan adanya ikterik di sklera
mata, kulit dan kuku. Selain itu lama keluhan tersebut muncul.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga berperan penting dalam penularan hepatitis A mengingat
penularan hepatitis A terjadi secara fecal oral, sehingga sanitasi dan
personal higiene yang buruk dalam keluarga juga menyebabkan
penularan virus hepatitis.
d. Pola nutrisi dan metabolisme
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak higienis juga menjadi
faktor terjangkitnya virus hepatitis A dan E.
e. Riwayat perinatal
Kaji apakah ibu mengidap hepatitis B selama kehamilan dan
persalinan, mengingat anak akan tertular infeksi virus hepatitis B
salah satunya melalui ibu.
f. Pola eliminasi
Pada anak dengan hepatitis ditemukan gejala tinja berwarna pucat dan
urine berwarna seperti teh.
g. Riwayat Imunisasi anak
Imunisasi tidak menjamin seorang anak akan terhindar dari hepatitis,
akan tetapi dengan dilakukannya imunisasi akan meringankan gejala
dari hepatitis itu sendiri.
h. Pemeriksaan fisik
1) Antropometri
Terjadi penurunan perat badan
2) Kepala- leher
Terdapat ikterik di sklera mata, selain itu adanya gejala mual dan
muntah menyebabkan klien dehidrasi muncul, sehingga sering
ditemukan mukosa bibir becah- pecah
3) Abdomen
Terjadi hepatomegali bahkan asites
4) Integumen
Ikterik juga dapat dijumpai di area kuku
2. Diagnosis
a. Hipertermia ybd penyakit dd peningkatan suhu tubuh
b. Nyeri akut ybd agens cidera biologis dd adanya respon nyeri abdomen
c. Mual ybd peregangan kapsul hati dd sensasi muntah
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh ybd asupan
diet kurang dd penurunan BB
e. Defisien volume cairan ybd kehilangan cairan aktif dd mukosa bibir
kering
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ybd gangguan produksi
eritrosit dd pucat
g. Kerusakan integritas kulit ybd gangguan metabolisme hati dd ikterik
h. Gangguan rasa nyaman ybd gejala penyakit terkait dd gatal di area
kulit
i. Ketakutan ybd lingkungan yang tidak dikenal (hospotalisasi) dd
gelisah
j. Risiko gangguan fungsi hati ybd infeksi virus
(Sumber: NANDA, 2017)
3. Perencanaan
a. Hipertermia ybd penyakit dd peningkatan suhu tubuh
1) Beri kompres hangat
2) Atur suhu ruangan
3) Beri pakaian tipis
4) Jangan beri selimut pada anak
5) Beri asupan cairan yang cukup sesuai kebutuhan
6) Istirahatkan anak
7) Monitoring dan evaluasi: suhu, RR, nadi
8) Beri antipiretik sesuai advis dokter
b. Nyeri akut ybd agens cidera biologis dd adanya respon nyeri abdomen
1) Posisikan pasien senyaman mungkin
2) Ajarkan teknik napas panjang
3) Ajarkan teknik distraksi relaksasi
4) Monitoring dan evaluasi: skala nyeri, ekspresi wajah, nadi
5) Kolaborasi pemberian analgetik
c. Mual ybd peregangan kapsul hati dd sensasi muntah
1) Beri makanan sedikit tapi sering
2) Hindari konsumsi makanan berlemak
3) Hindari makanan yang mengandung tinggi asam
4) Beri makanan lunak terlebih dahulu
5) Suapi anak dalam keadaan hangat
6) Monitoring dan evaluasi terhadap: rasa mual dan muntah
d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh ybd asupan
diet kurang dd penurunan BB
1) Beri makan sedikit tapi sering
2) Atur jam makan pada anak dengan baik
3) Jika anak mengkonsusmsi susu formula, maka ajarkan cara
membuat susu yang benar
4) Berikan makanan kesukaan anak
5) Suapi anak jika anak malas makan
6) Sajikan makanan dalam keadaan yang menarik
7) Ajak anak untuk makan bersama orang tua
8) Monitoring dan evaluasi terhadap: porsi makan, frekuensi makan,
jumlah kebutuhan kalori, status gizi.
9) Kolaborasi dengan ahli gizi
e. Defisien volume cairan ybd kehilangan cairan aktif dd mukosa bibir
kering
1) Beri anak minum air putih cukup
2) Beri anak makanan yang berkuah
3) Berikan buah dengan kandungan tinggi air seperti semangka dan
melon
4) Beri susu jika anak masih mengkonsumsi susu formula
5) Berikan ASI jika anak masih minum ASI
6) Monitoring dan evaluasi terhadap: turgor, akral, suhu
7) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer ybd gangguan produksi
eritrosit dd pucat
1) Posisikan kaki lebih tinggi dari kepala
2) Bebaskan segala pakaian yang mempengaruhi sirkulasi
3) Lepaskan segala perhiasan mengnggagu kelancaran sirkulasi darah
4) Atur diet klien dengan makanan tinggi zat besi
5) Monitoring dan evaluasi terhadap: CRT, konjungtiva, Hb
g. Kerusakan integritas kulit ybd gangguan metabolisme hati dd ikterik
1) Jaga kebersihan kulit klien secara berkala
2) Berikan bedak bila perlu
3) Beri minyak telon untuk mengurangi rasa gatal
4) Monitoring dan evaluasi terhadp: warna kulit, kelembapan kulit
h. Gangguan rasa nyaman ybd gejala penyakit terkait dd gatal di area
kulit
1) Jaga kebersihan di area kulit
2) Bersihkan area kulit secara berkala
3) Beri minyak telon bila perlu
4) Beri bedak untuk meminimalisir gatal
5) Monitoring dan evaluasi terdap: rasa gatal, ekspresi wajah
i. Ketakutan ybd lingkungan yang tidak dikenal (hospotalisasi) dd
gelisah
1) Perkenalkan diri dengan baik dan ramah pada anak
2) Bina hubungan saling percaya pada anak
3) Jelaskan pada anak secara perlahan tentang lingkungan baru anak
4) Ajak anak untuk berkenalan dengan teman sebaya di lingkungan
baru
5) Berikan terapi bermain sesuai dengan usia anak
j. Risiko gangguan fungsi hati ybd infeksi virus
a. Hindari makanan dengan tinggi lemak
b. Istirahatkan pasien
c. Batasi aktivitas anak
d. Batasi pengunjung
e. Pertahankan teknik aseptik
f. Monitoring dan evaluasi terhadap: hepatomegali, ikterik

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, N., & Kusnanto, H. (2017). Kejadian Infeksi Hepatitis B Pada Bayi Dan
Anak Yang Dilahirkan Oleh Ibu Dengan Hbsag Positif Di Kabupaten
Magelang Jawa Tengah Tahun 2014-2016. Berita Kedokteran Masyarakat,
33(11), 515. https://doi.org/10.22146/bkm.26310
NANDA. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (11th ed.).
Jakarta: EGC.
RI, K. K. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kementrian Kesehatan rRI. https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Wahyudi, H., & Saturti, T. istri anom. (2017). Hepatitis. FK UNUD. Universitas
Udayana.
Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai