DENGAN SINDROM
GERIATRI DI WISMA MELATI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) JEMBER
Oleh:
Nada Azhar Prandini, S. Kep.
NIM. 1901031002
Asuhan keperawatan pada Ny. S. dengan sindrom geriatri di Wisma Melati UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha telah selesai dilakukan pada tanggal 4 Februari
2020 oleh mahasiswa praktik profesi ners.
Nama : Nada Azhar Prandini, S. Kep.
NIM : 1901031002
Nama Pasien : Ny. S.
Diagnosa Medis : Sindrom Geriatri
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri kronis ybd proses penyakit
2. Risiko jatuh ybd penurunan kekuatan ekstremitas
3. Sindrom lansia lemah
Jember, 4 Februari 2020
Mahasiswa Ners
A. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
(Kholifah, 2016).
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu
atau lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien geriatrik (Yulianti,
2015).
B. Klasifikasi
1. Imobilisasi
Didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari
atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan
fungsi fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi
adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan, dan
masalah psikologis. Beberapa informasi penting meliputi lamanya
menderita disabilitas yang menyebabkan imobilisasi, penyakit yang
mempengaruhi kemampuan mobilisasi, dan pemakaian obat-obatan untuk
mengeliminasi masalah iatrogenesis yang menyebabkan imobilisasi
(Yulianti, 2015).
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan
jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin (Yulianti, 2015).
3. Incontinence (Inkontinensia Urin dan Alvi)
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin merupakan salah
satu sindroma geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut.
Diperkirakan satu dari tiga wanita dan 15-20% pria di atas 65 tahun
mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan fenomena
yang tersembunyi, disebabkan oleh keengganan pasien
menyampaikannya kepada dokter dan di lain pihak dokter jarang
mendiskusikan hal ini kepada pasien (Kane et al., 2008; Cigolle et al.,
2007 dalam Yulianti, 2015). International Consultation on Incontinence,
WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar
feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis.
Definisi lain menyatakan, Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan
spontan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses
melalui anus. Kejadian inkontinensia alvi/fekal lebih jarang
dibandingkan inkontinensia urin (Kane et al., 2008 dalam Yulianti,
2015).
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan
fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas (Geddes et al.,2005; Blazer et
al., 2009 dalam Yulianti, 2015).
5. Infection (infeksi)
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini
terjadi akibat beberapa hal antara lain: adanya penyakit komorbid kronik
yang cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi,
menurunnya daya komunikasi usia sehingga sulit/jarang mengeluh,
sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada semua
penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur
badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia
lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah
suhu badan dibawah 36°C lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala
infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai
koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas,
dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut
(Kane et al., 2008 dalam Yulianti, 2015).
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri. Prevalensi
gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada
kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Pada
dasarnya, etiologi gangguan pendengaran sama untuk semua umur,
kecuali ditambah presbikusis untuk kelompok geriatri (Yulianti, 2015).
Otosklerosis biasanya ditemui pada usia dewasa muda, ditandai dengan
terjadinya remodeling tulang di kapsul otik menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif, dan jika penyakit menyebar ke telinga bagian
dalam, juga dapat menimbulkan gangguan sensorineural. Penyakit
Ménière adalah penyakit telinga bagian dalam yang menyebabkan
gangguan pendengaran berfluktuasi, tinnitus dan pusing. Gangguan
pendengaran karena bising yang disebabkan oleh energi akustik yang
berlebihan yang menyebabkan trauma permanen pada sel-sel rambut.
Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri
disebabkan oleh degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan
pendengaran dengan frekuensi tinggi. Pada pasien juga ditemui adanya
gangguan pendengaran sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah
berupa implantasi koklea (Salonen, 2013 dalam Yulianti, 2015).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang
disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-
obatan yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien
geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang
diderita banyak dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa
dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan
pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek
samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip
pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum
waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang
digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan, obati
sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati- hati
mengguakan obat baru (Setiati dkk.,2006 dalam Yulianti, 2015).
7. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia
lanjut adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri
dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi.
Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan
menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan (Yulianti, 2015).
8. Inanition (malnutrisi)
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak
disengaja. Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat
badan yang tidak diinginkan. Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan
oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan
nafsu makan pasien (Yulianti, 2015).
9. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik
untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang
lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang
harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang
yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja,
membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” . Selain sosialpun berkurang
memudahakan seorang lansia mengalami depresi (Yulianti, 2015).
10. Iatrogenic
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri
yaitu multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu
mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang
ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia
haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di
hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga
terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati
juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek
toksik (Yulianti, 2015).
11. Insomnia
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa
penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan
hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga
dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya (Yulianti, 2015).
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal
yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut
seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T)
meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T
CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya.
Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan
mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi
mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah.
Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan
jumlah antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap
rentannya seseorang terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga
penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia (Yulianti,
2015).
13. Impotence
Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual
pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti
gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena
terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan
vaskuler seperti sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok)
dapat menyumbat aliran darah sehingga penis tidak dapat ereksi.
Penyebab lainnya adalah depresi (Yulianti, 2015).
14. Irritable bowel
Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya
tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot
polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf
sensorik usus, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres,
fermentasi gas yang dapat merangsang syaraf, kolitis (Yulianti, 2015).
C. Etiologi
1. Imobilisasi
Berbagai faktor baik fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada pasien usia lanjut. Beberapa penyebab
utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Penyakit Parkinson, artritis
reumatoid, gout, dan obat‐obatan antipsikotik seperti haloperidol juga
dapat menyebabkan kekakuan. Rasa nyeri, baik dari tulang (osteoporosis,
osteomalasia, Paget’s disease, metastase kanker tulang, trauma), sendi
(osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot (polimalgia,
pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat menyebabkan
imobilisasi. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan
gangguan fungsi mental seperti pada depresi tentu sangat sering
menyebabkan terjadinya imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
berlebihan atau kemalasan petugas kesehatan dapat pula menyebabkan
orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di umah
maupun di rumah sakit. Efek samping beberapa obat misalnya obat
hipnotik dan sedatif dapat pula menyebabkan gangguan mobilisasi
(Yulianti, 2015).
2. Instability (Instabilitas Dan Jatuh)
Menurut Yulianti (2015) penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan
gabungan beberapa faktor, antara lain
a. Kecelakaan (merupakan penyebab utama)
b. Nyeri kepala dan/atau vertigo
c. Hipotensiorthostatic:
d. Obat-obatan
3. Incontinence (Inkontinensia Urin Dan Alvi)
Pada lansia biasanya terjadi penurunan kemampuan berkemih. Pada
lansia terjadi proses menua yang berdampak pada perubahan hampir
seluruh organ tubuh termasuk organ berkemih yang menyebabkan lansia
mengalami inkontinensia urin. Perubahan ini diantaranya adalah
melemahnya otot dasar panggul yang menjaga kandung kemih dan pintu
saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung kemih yang
menimbulkan rangsangan berkemih sebelum waktunya dan
meninggalkan sisa. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
menyebabkan urine di dalam kandung kemih yang cukup banyak
sehingga dengan pengisian sedikit saja sudah merangsang untuk berkeih.
Hipertrofi prostat juga dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di
kandung keih sebagai akibat pengosongan yang tidak sempurna (Setiati,
2000 dalam Yulianti, 2015).
4. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran
penglihatan dan penciuman)
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,
infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60
tahun. Progesifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan
jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan
kornea, lensa iris, aquous humormvitorous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia, karena bagian utama yang
mengalami perubahan/penurunan sensifitas yang menyebabkan lensa
pada mata, produksi aquosus humor juga mengalami penurunan tetapi
tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler
lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengarui fungsi organ pada
mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan
tersebut meliputi ukuran – ukuran pupil dan kemampuan melihat dari
jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat
benda – benda dari jarak dekat maupun jauh (Yulianti, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Sebagai sistem dalam tubuh, perubahan yang terjadi cenderung mengarah
pada penurunan berbagai fungsi tersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi
pengurangan massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik,
reseptor glukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi perfusi.
Timbul proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmiter, termasuk
dopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan aktivitas monoamin oksidase dan
melambatnya proses sentral dan waktu reaksi (Yulianti, 2015).
Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkan fungsi
intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi,
berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi
(Yulianti, 2015).
Pada fungsi penglihatan terjadi gangguan adaptasi gelap, pengeruhan pada
lensa, ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat
(presbiopia); berkurangnya sensitivitas terhadap kontras dan lakrimasi.
Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral timbul pada funsgsi
pendengaran. Di samping itu pada usia lanjut terjadi kesulitan untuk
membedakan sumber bunyi dan terganggunya kemampuan membedakan
target dari noise. Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel
pacu jantung (pacemaker) di nodus SA berkurang, terjadi hipertrofi atrium
kiri; kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama, respons inotropik,
kronotropik, terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang, menurunnya
curah jantung maksimal, peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum
dan resistensi vaskular perifer (Yulianti, 2015).
Pada fungsi paru-paru terjadi penurunan forced expiration volume 1 second
(FEVI) dan forced volume capacity (FVC), berkurangnya efektivitas batuk
dan fungsi silia dan meningkatnya volume residual. Adanya ‘ventilation-
perfusion mismatching’ yang menyebabkan PaO2 menurun seiring
bertambahnya usia : 100 – (0,32 x umur) (Yulianti, 2015).
Pada fungsi gastrointestinal terjadi penururan ukuran dan aliran darah ke hati,
terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hati sehingga membutuhkan
metabolisme fase I yang lebih ekstensif. Terganggunya respons terhadap
cedera pada mukosa lambung, berkurangnya massa pankreas dan cadangan
enzimatik, berkurangnya kontraksi kolon yang efektif dan absorpsi kalsium
(Yulianti, 2015).
Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan laju filtrasi
glomerulus (GFR) 10 ml/dekade terjadi dengan semakin bertambahnya usia
seseorang. Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks
dengan peningkatan relatif perfusi nefron jukstamedular. Aksentuasi
pelepasan anti diuretik hormone (ADH) sebagai respons terhadap dehidrasi
berkurang dan meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk
mempertahankan perfusi. Pada saluran kemih dan kelamin timbul
perpanjangan waktu refrakter untuk ereksi pada pria, berkurangnya intensitas
orgasme pada pria maupun wanita, berkurangnya sekresi prostat di urin dan
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna serta peningkatan volume
residual urin (Yulianti, 2015).
Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade;
gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade). Insulin serum
meningkat, HbA1C meningkat, IGF-1 berkurang. Penurunan yang bermakna
pada dehidroepiandrosteron (DHEA), hormon T3, testosteron bebas maupun
yang bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta peningkatan
hormon paratiroid (PTH). Ovarian failure disertai menurunnya hormon
ovarium (Yulianti, 2015).
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor
spinal, berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya
sensitivitas termal (hangat dingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial
yang termielinasi dan meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin
(Yulianti, 2015).
Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya
serat otot. Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma; berkurangnya
sintesis rantai berat miosin, inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per unit
otot dan berkurangnya laju basal metabolik (berkurang 4%/dekade setelah
usia 50) (Yulianti, 2015).
Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya
produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas
tipe lambat, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang, dan
meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi (Yulianti, 2015).
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi
menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari,
dan dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala
depresi lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan
kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia
depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat
menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut
perlu dibedakan. Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fi sik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan
pada lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fi sik, perubahan
dalam pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku
(Yulianti, 2015).
Proses Menua
Sindrom Geriatri
Sindrom Geriatri
Penurunan massa
Penurunan aliran Kontraksi kolon ginjal Toleransi glukosa Imunitas menurun Timbul beberapa penyakit
darah ke hati menurun terganggu
Rentang gerak
Nyeri kronis menurun
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostik
Assessmen geriatri komprehensif mencakup: kesehatan fisik, mental, status
fungsional, kegiatan sosial, dan lingkungan. Tujuan asesmen ialah
mengetahui kesehatan penderita secara holistik supaya dapat
memberdayakan kemandirian penderita selama mungkin dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Asesmen ini bersifat tidak
sekedar multi-disiplin tetapi interdisiplin dengan koordinasi serasi antar
disiplin dan lintas pelayanan kesehatan (Forciea MA. 2004, Darmojo BR,
2010 dalam Yulianti, 2015).
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat : menelan,
masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang
terbatas pada anggota badan dan lain-lain (Yulianti, 2015).
a. Penilaian sistem
Penilaian sistem dilaksanakan secara urut, mulai dari system syaraf
pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular, gastrointestinal
(seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti
inkontinensia urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan penyakit dan
keluhan penderita tidak tentu berwujud sebagai penampilan organ
yang terganggu (Yulianti, 2015).
b. Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok,
minum alkohol) (Yulianti, 2015).
c. Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
d. Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali
ditanyakan, bila perlu, penderita atau keluarganya (Yulianti, 2015).
e. Ada tidaknya perubahan perilaku (Yulianti, 2015).
Anamnesis Nutrisi
a. Pada gizi perlu diperhatikan :
1) Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
2) Cukup mikronutrien (vitamin dan mineral)
3) Perlu macam makanan yang beranekaragam.
4) Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan kegiatan
AHS- nya, dengan tujuan mencapai berat badan ideal.
5) Keadaan gigi, mastikasi dan fungsi gastro-intestinal.
6) Penurunan atau kenaikan berat badan.
b. Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massa tubuh.
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) :
Berat Badan (kg)
[Tinggi Badan (m)2]2
IMT : 18 – 23 (normal)
Rumus Tinggi Badan Populasi Geriatri :
Pria : TB = 59.01 + (2.08 X Tinggi Lutut)
Wanita: TB = 75.00 + (1.91 X Tinggi Lutut) – (0.17 X Umur).
(Depkes RI, 2005)
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital.
a. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk
melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik (Yulianti,
2015).
b. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem.
Pemeriksaan organ dan sistem ini disesuaikan dengan tingkat
kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah pemeriksaan secara
sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya gangguan organ
atau sistem (Yulianti, 2015).
c. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian
sistem, yaitu :
1) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
2) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
3) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
4) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu
dilakukan dengan cermat.
5) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan
sendi- sendi perlu diperiksa :sendi panggul, lutut dan kolumna
vertebralis.
6) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
7) Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti
“get up and go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik),
mengambil benda di lantai, beberapa tes keseimbangan, kekuatan,
ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila dapat mengamati
cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan
terpaksa.Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis
(Kuswardhani, RAT. 2011dalam Yulianti, 2015).
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, 3
koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tersebut
dengan benar dan catat jumlah pengulangan
TOTAL 30
Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
APGAR Keluarga
1. Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk
membantu saya pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau
mencintai
5. Saya puas dengan cara teman saya menyediakan waktu bersama-
sama
Pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1),
hampir tidak pernah (poin 0)
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2017).
a. Diagnosis keperawatan aktual
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) Ketidakefektifan pola nafas,
3) Gangguan pola tidur
4) Disfungsi proses keluarga
5) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
b. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi
1) Risiko infeksi,
2) Risiko intoleran aktifitas
3) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
4) Risiko distress spiritual.
5) Risiko jatuh
c. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.
d. Diagnosis keperawatan sindrom
1) Sindrom lansia lemah
2) Sindrom tidak berguna
3) Sindrom post trauma
4) Sindrom kekerasan
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia (Kholifah, 2016).
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
3) Berikan makanan yang mengandung serat
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
5) Batasi minum kopi dan teh
b. Risiko jatuh
1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang/diuretik.
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan
sesuatu. Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
7) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau
8) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
9) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
10) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia
menempatkan alat-alat yang biasa digunakannya.
11) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
12) Pasang pegangan dikamar mandi/WC
13) Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan
lampu 70-100 watt.
14) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri
1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan skin lotion
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku.
5) Gangguan istirahat tidur
6) Sediakan tempat tidur yang nyaman
7) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari
8) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-
bauan,
9) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi darah dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan
hobi),
10) Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.
d. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
4) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau
perawat tanggap terhadap respon verbal lansia,
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) Menghargai pendapat lansia.
e. Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)
1) Dorong aktifitas sosial dan komunitas
2) Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki
tujuan dan ketertarikan yang sama,
4) Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai
5) Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
f. Masalah cemas
g. Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat
terjadinya cemas
h. Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan
mengurangi ketakutan
i. Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
j. Latih klien untuk teknik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA
A. DATA BIOGRAFIS
Nama : Ny. S.
Umur : + 80 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Status perkawinan : Cerai mati
Alamat : Surabaya
Orang terdekat yang dihubungi : Tidak ada
B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan masih hidup,
Status kesehatan :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal : + 20 tahun yang lalu
Penyebab kematian : Sakit
2. Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
Nama dan alamat :-
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Tahun meninggal : + 40 tahun yang lalu
Penyebab kematian : Sakit
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta (tukang pijat)
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Tidak sesuai
E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Menyanyi
2. Keanggotaan kelompok : Anggota kelompok di wisma Melati
3. Liburan/perjalanan : Berkumpul bersama lansia lain dan
bernyanyi
I. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi,
saudara kandung, pasangan, anak-anak)
Ny. S, + 80 tahun
Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
Laki- laki meninggal
Perempuan meninggal
Serumah
Abortus
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
Cerai
Pasien dengan umur
Kalus : ( ) ya ( ) tidak
Pemajanan lama terhadap matahari : ( ) ya ( ) tidak
Turgor : tidak elastis
Pola penyembuhan lesi, memar : tidak terkaji
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya ( ) tidak
Anemia : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya ( ) tidak
6. Kepala
Sakit kepala : ( ) ya ( ) tidak
Trauma : ( ) ya ( ) tidak
Pusing : ( ) ya ( ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya ( ) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : ( ) ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri : ( ) ya ( ) tidak
Air mata berlebihan : ( ) ya ( ) tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) ya ( ) tidak
Floater : ( ) ya ( ) tidak
Diplopia : ( ) ya ( ) tidak
Pandangan kabur : ( ) ya ( ) tidak
Fotofobia : ( ) ya ( ) tidak
Skotomata : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : -
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : .-
Dampak pada penampilan ADL : klien kesushan dalam berjalan karena
penglihatannya terganggu
8. Telinga
Perubahan pendengaran : ( ) ya ( ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Tinitus : ( ) ya ( ) tidak
Vertigo : ( ) ya ( ) tidak
Sensitivitas pendengaran : ( ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : -
Kebiasaan perawatan telinga : klien mengatakan sudah lama tidak
membersihkan telinga dan hanya dibersihkan saat mandi dengan diguyur
Dampak pada penampilan ADL : -
9. Hidung dan sinus
Rinorea : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Epistaksis : ( ) ya ( ) tidak
Obstruksi : ( ) ya ( ) tidak
Mendengkur : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pada sinus : ( ) ya ( ) tidak
Drip postnasal : ( ) ya ( ) tidak
Alergi : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : klien mengatakan tidak pernah
terkena flu dan tidak mengalami masalah penciuman
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya ( ) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya ( ) tidak
Serak : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan suara : ( ) ya ( ) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya ( ) tidak
Karies : ( ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya ( ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : klien tidak pernah periksa gigi
Pola menggosok gigi : 2x/ hari saat mandi
Pola flossing : tidak pernah
Masalah dan kebiasaan membersihkan :
Gigi palsu : ( ) ya ( ) tidak
11. Leher
Kekakuan : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Benjolan/ massa : ( ) ya ( ) tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya ( ) tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya ( ) tidak
Bengkak : ( ) ya ( ) tidak
Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya ( ) tidak
Perubahan pada puting susu : ( ) ya ( ) tidak
Pola pemeriksaan payudara sendiri : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : klien tidak
pernah periksa mamae
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya ( ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya ( ) tidak
Hemoptisis : ( ) ya ( ) tidak
Sputum : ( ) ya ( ) tidak
Asma/alergi pernafasan : ( ) ya ( ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : tidak pernah periksa
foto thoraks sebelumnya
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya ( ) tidak
Palpitasi : ( ) ya ( ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya ( ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
Nokturia : ( ) ya ( ) tidak
Inkontinensia : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri saat berkemih : ( ) ya ( ) tidak
Batu infeksi : ( ) ya ( ) tidak
17. Genitalia pria
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri testikular : ( ) ya ( ) tidak
Massa testikular : ( ) ya ( ) tidak
Masalah prostate : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelaminn : ( ) ya ( ) tidak
18. Genitalia wanita
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Dispareuni : ( ) ya ( ) tidak
Perdarahan pasca senggama : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri pelvis : ( ) ya ( ) tidak
Sistokel/rektokel/prolpas : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelamin : ( ) ya ( ) tidak
Infeksi : ( ) ya ( ) tidak
Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode menstruasi)
Klien mengatakan menarche pada usia 15 tahun, sudah menopouse sejak
+ 30 tahun yang lalu.
Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse)
Klien mengatakan sudah menopouse + 30 tahun yang lalu, klien
mengatakan sudah lupa tanda dan gejala menopouse.
Tanggal dan hasil pap smear paling akhir
Klien tidak pernah menjalani pemeriksaan pap smear
19. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : ( ) ya ( ) tidak
Kekakuan : ( ) ya ( ) tidak
Pembengkakan sendi : ( ) ya ( ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
Deformitas : ( ) ya ( ) tidak
Spasme : ( ) ya ( ) tidak
Kelemahan otot : ( ) ya ( ) tidak
Masalah cara berjalan : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri punggung : ( ) ya ( ) tidak
Prostesa : ( ) ya ( ) tidak
Kekuatan otot : 3333 3333
3333 3333
Tes koordinasi/keseimbangan
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 3
2 Berdiri dengan postur normal (dengan 3
mata tertutup)
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : 2
Kiri : 2
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke 2
posisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 2
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit 2
di depan jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 2
8 Berjalan mengikuti tanda gambar 1
pada lantai
9 Berjalan mundur 1
10 Berjalan mengikuti lingkaran 2
11 Berjalan dengan tumit 2
12 Berjalan dengan ujung kaki 2
JUMLAH 26
Kriteria penilaian
4 :melakukan aktifitas dg lengkap Keterangan
3 :sedikit bantuan (untuk 42 – 54 : Melakukan aktifitas
keseimbangan) dengan lengkap
2 :dg bantuan sedang – maksimal 28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk
1 :tidak mampu melakukan keseimbangan)
aktivitas 14 – 27 : Dengan bantuan sedang
sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan
aktifitas
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya ( ) tidak
2. Stabilitas emosi
a. Labil b. Stabil c. Iritable d. Datar
Jelaskan klien mengatakan saat ini tidak memiliki masalah kecemasan.
3. Permasalahan emosional
Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur? tidak
(2) Apakah klien merasa gelisah? Tidak
(3) Apakah klien murung menangis sendiri? Tidak
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama
dengan jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan.
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri ?
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
4. Insomnia : ( ) ya ( ) tidak
5. Gugup : ( ) ya ( ) tidak
6. Takut : ( ) ya ( ) tidak
7. Stres : ( ) ya ( ) tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : Klien mengatakan jika
memiliki masalah akan berdoa kepada tuhan dan berpasrah dengan segala
keputusan tuhan
9. Pola respon seksual : Tidak terkaji
L. STATUS FUNGSIONAL
Indek barthel
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 5
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5 5
dll
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 0
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 5
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 60
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
M. STATUS KOGNITIF
Short Portable Mental Status Questsionnaire
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Di mana alamat Anda?
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, 3
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan
benar dan catat jumlah pengulangan
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2
7 buku)
8 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3
9 tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
10 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1
11 Anda” 1
Klien disuruh menulis dengan spontan 1
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
TOTAL 30
Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
ANALISA DATA
Tgl Data Masalah Etiologi
28/01/20 DS: Nyeri kronis Proses
Klien mengatakan nyeri di area penyakit
lutut dan betis sejak +2 tahun yang
lalu, nyeri disebabkan oleh usia
yang menua, nyeri hilang timbul,
skala 4, bertambah jika kelelahan
DO:
1. Ekspresi wajah meringis
2. Skala nyeri 4 dengan manual
rating scale
3. Klien memengang area yang
nyeri
4. TD: 130/ 90 mmHg
5. Nadi: 63x/ menit
6. RR: 20x/ menit
7. Diaforesis (-)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN
28/01/20 Nyeri Tujuan: 1. Lakukan manajemen nyeri kronis 1. Penatalalaksanaan yang baik
kronis menjamin keberhasilan
Nyeri kronis klien teratasi dalam a. Berikan lingkungan yang nyaman a. Memberikan rasa rileksasi
waktu 7x24 jam b. Batasi pergerakan anggota tubuh b. Mengurangi rasa nyeri
yang sakit
KH:
c. Istirahatkan klien c. Memberikan kesempatan
1. Skala nyeri 0-1 bagi tubuh untuk
2. Diaforesis (-) mengemabalikan
3. Ekspresi wajah rileks kebugaran
4. Nadi 60-100x/ menit d. Posisikan senyaman mungkin d. Memberikan efek relaksasi
5. Tekanan darah dalam batas bagi tubuh
normal (sistole 100-130 mmHg, e. Berikan massage di area yang sakit e. Massage menyebabkan
diastole 70-85 mmHg) vasodilatasi pembuluh
6. RR 12-20x/ menit darah
7. Intensitas nyeri berkurang f. Baluri area yang sakit dengan f. Minyak kayu putih sebgai
minyak kayu putih pengganti kompres hangat
mampu meningkatkan efek
vasodilatasi
g. Bantu mobilisasi klien g. Membantu memenuhi
ADL
2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan status nyeri
diketahui dengan monitoring
a. Skala nyeri dan evaluasi
a. Indikator peningkatan
nyeri
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
PERENCANAAN
28/01/20 Risiko Tujuan: 1. Lakukan manajemen risiko jatuh 1. Penatalalaksanaan yang baik
jatuh menjamin keberhasilan
Risiko jatuh klien teratasi dalam a. Jauhkan klien dari benda berbahaya a. Mencegah adanya bahaya
waktu 7x24 jam b. Pastikan lantai tidak licin b. Meminimalisir kejadian
jatuh
KH:
c. Bantu klien dalam mobilisasi c. Membantu memenuhi
1. Skala nyeri 0-2 kebutuhan ADL
2. Kekuatan otot maksimal d. Libatkan orang terdekat dalam d. Membantu memenuhi
3. Tidak ada kejadian jatuh pemenuhan ADL kebutuhan ADL
4. Klien mampu mamhami e. Gunakan alas kaki dengan bahan e. Meminimalisir jatuh
kondisinya pribadi karet untuk mencegah tergelincir
5. Lingkungan tempat tinggal aman f. Berikan penerangan yang optimal f. Mempermudah mobilisasi
6. Lantai tidak licin klien
7. Menggunakan alat bantu berjalan g. Berikan alat bantu jalan bila perlu g. Membantu memenuhi
ADL
2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan risiko jatuh
diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Skala nyeri a. Indikator peningkatan
nyeri
b. Kekuatan otot b. Indikator kemampuan
tubuh dalam melakukan
aktivitas
c. Kejadian jatuh c. Indikator respon dalam
pencegahan jatuh
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
PERENCANAAN
28/01/20 Sindrom Tujuan: 1. Lakukan manajemen sindrom lansia 1. Penatalalaksanaan yang baik
lansia lemah menjamin keberhasilan
lemah Sindrom lansia lemah klien teratasi a. Bantu klien mengganti baju a. Membantu pemenuhan
dalam waktu 7x24 jam kebutuhan
b. Bantu klien berjalan b. Membantu pemenuhan
KH:
kebutuhan
1. Klien tidak mudah kelelahan c. Bantu klien makan c. Membantu memenuhi
2. Klien mampu memotong kuku kebutuhan ADL
sendri d. Libatkan orang terdekat dalam d. Membantu memenuhi
3. Klien mengganti baju setiap hari pemenuhan ADL kebutuhan ADL
4. Makan dan minum mandiri e. Bantu klien dalam berpakaian e. Menjaga kebersihan
5. IMT > 21 kg/ m 2 f. Potong kuku klien f. Mempermudah mobilisasi
6. Klien mampu beraktivitas sesuai klien
kemampuan g. Berikan alat bantu jalan bila perlu g. Membantu memenuhi
7. Klien mampu mengingat dengan ADL
baik 2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan status nyeri
diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Tingkat kelelahan a. Indikator kelemahan fisik
b. Kemampuan memotong kuku b. Indikator bersihan diri
klien
c. Kemampuan makan dan minum c. Indikator kemampuan
ADL
d. Kemampuan dalam mengganti baju d. Indikator bersihan diri
e. IMT e. Indikator pemenuhan
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
nutrisi
f. Kemampuan melakukan aktivitas f. Indikator pemenuhan ADL
g. Kemampuan mengingat g. Meningkatkan kemampuan
kognitif lansia
3. Beri edukasi tentang kesehatan di masa 3. Pengetahuan merupakan
senja modal bagi perilaku sehat
yang lebih permanen
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK
IMPLEMENTASI
CATATAN PERKEMBANGAN
Nada
Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya masih
bermasalah
O:
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
O:
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
Nada
Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya masih
bermasalah
O:
1. Skala nyeri 3
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan