Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S.

DENGAN SINDROM
GERIATRI DI WISMA MELATI UPT PELAYANAN SOSIAL
TRESNA WERDHA (PSTW) JEMBER

(PERIODE 28 JANUARI- 8 FEBRUARI 2020)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:
Nada Azhar Prandini, S. Kep.
NIM. 1901031002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan pada Ny. S. dengan sindrom geriatri di Wisma Melati UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha telah selesai dilakukan pada tanggal 4 Februari
2020 oleh mahasiswa praktik profesi ners.
Nama : Nada Azhar Prandini, S. Kep.
NIM : 1901031002
Nama Pasien : Ny. S.
Diagnosa Medis : Sindrom Geriatri
Diagnosis Keperawatan:
1. Nyeri kronis ybd proses penyakit
2. Risiko jatuh ybd penurunan kekuatan ekstremitas
3. Sindrom lansia lemah
Jember, 4 Februari 2020
Mahasiswa Ners

Nada Azhar Prandini, S. Kep.


NIM. 1901031002
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Cahya Tribagus Hidayat, S. Kep., M. Kes. Hendro Sudarto, S. Sos.


NIDN. 717058603 NIP. 19641214 198910 1 002
Mengetahui,
PJMK Keperawatan Gerontik
Fikes Unmuh Jember

Ns. Sofia Rhosma Dewi, S, Kep., M. Kep.


NPK. 07 241284 03
LEMBAR KONSULTASI
NO MATERI YANG DIKONSULTASIKAN PARAF
PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh
(Kholifah, 2016).
Sindrom geriatri merupakan kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari satu
atau lebih penyakit yang sering dijumpai pada pasien geriatrik (Yulianti,
2015).

B. Klasifikasi
1. Imobilisasi
Didefinisikan sebagai keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari
atau lebih, dengan gerak anatomi tubuh menghilang akibat perubahan
fungsi fisiologis. Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada usia lanjut. Penyebab utama imobilisasi
adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak seimbangan, dan
masalah psikologis. Beberapa informasi penting meliputi lamanya
menderita disabilitas yang menyebabkan imobilisasi, penyakit yang
mempengaruhi kemampuan mobilisasi, dan pemakaian obat-obatan untuk
mengeliminasi masalah iatrogenesis yang menyebabkan imobilisasi
(Yulianti, 2015).
2. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
Terdapat banyak faktor yang berperan untuk terjadinya instabilitas dan
jatuh pada orang usia lanjut. Berbagai faktor tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada
pasien) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan).
Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti pencahayaan
yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin (Yulianti, 2015).
3. Incontinence (Inkontinensia Urin dan Alvi)
Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan
masalah sosial dan atau kesehatan. Inkontinensia urin merupakan salah
satu sindroma geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut.
Diperkirakan satu dari tiga wanita dan 15-20% pria di atas 65 tahun
mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan fenomena
yang tersembunyi, disebabkan oleh keengganan pasien
menyampaikannya kepada dokter dan di lain pihak dokter jarang
mendiskusikan hal ini kepada pasien (Kane et al., 2008; Cigolle et al.,
2007 dalam Yulianti, 2015). International Consultation on Incontinence,
WHO mendefinisikan Faecal Incontinence sebagai hilangnya tak sadar
feses cair atau padat yang merupakan masalah sosial atau higienis.
Definisi lain menyatakan, Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan
spontan atau ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses
melalui anus. Kejadian inkontinensia alvi/fekal lebih jarang
dibandingkan inkontinensia urin (Kane et al., 2008 dalam Yulianti,
2015).
4. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
Keadaan yang terutama menyebabkan gangguan intelektual pada pasien
lanjut usia adalah delirium dan demensia. Demensia adalah gangguan
fungsi intelektual dan memori didapat yang disebabkan oleh penyakit
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran.
Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien
menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas (Geddes et al.,2005; Blazer et
al., 2009 dalam Yulianti, 2015).
5. Infection (infeksi)
Infeksi pada usia lanjut (usila) merupakan penyebab kesakitan dan
kematian nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular di dunia. Hal ini
terjadi akibat beberapa hal antara lain: adanya penyakit komorbid kronik
yang cukup banyak, menurunnya daya tahan/imunitas terhadap infeksi,
menurunnya daya komunikasi usia sehingga sulit/jarang mengeluh,
sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini. Ciri utama pada semua
penyakit infeksi biasanya ditandai dengan meningkatnya temperatur
badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada usia lanjut, 30-65% usia
lanjut yang terinfeksi sering tidak disertai peningkatan suhu badan, malah
suhu badan dibawah 36°C lebih sering dijumpai. Keluhan dan gejala
infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium sampai
koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas,
dan adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut
(Kane et al., 2008 dalam Yulianti, 2015).
6. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada geriatri. Prevalensi
gangguan pendengaran sedang atau berat meningkat dari 21% pada
kelompok usia 70 tahun sampai 39% pada kelompok usia 85 tahun. Pada
dasarnya, etiologi gangguan pendengaran sama untuk semua umur,
kecuali ditambah presbikusis untuk kelompok geriatri (Yulianti, 2015).
Otosklerosis biasanya ditemui pada usia dewasa muda, ditandai dengan
terjadinya remodeling tulang di kapsul otik menyebabkan gangguan
pendengaran konduktif, dan jika penyakit menyebar ke telinga bagian
dalam, juga dapat menimbulkan gangguan sensorineural. Penyakit
Ménière adalah penyakit telinga bagian dalam yang menyebabkan
gangguan pendengaran berfluktuasi, tinnitus dan pusing. Gangguan
pendengaran karena bising yang disebabkan oleh energi akustik yang
berlebihan yang menyebabkan trauma permanen pada sel-sel rambut.
Presbikusis sensorik yang sering sekali ditemukan pada geriatri
disebabkan oleh degenerasi dari organ korti, dan ditandai gangguan
pendengaran dengan frekuensi tinggi. Pada pasien juga ditemui adanya
gangguan pendengaran sehingga sulit untuk diajak berkomunikasi.
Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan bedah
berupa implantasi koklea (Salonen, 2013 dalam Yulianti, 2015).
Terapi pengobatan pada pasien usia lanjut secara signifikan berbeda dari
pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang
disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-
obatan yang digunakan sebelumnya. Masalah polifarmasi pada pasien
geriatri sulit dihindari dikarenakan oleh berbagai hal yaitu penyakit yang
diderita banyak dan biasanya kronis, obat diresepkan oleh beberapa
dokter, kurang koordinasi dalam pengelolaan, gejala yang dirasakan
pasien tidak jelas, pasien meminta resep, dan untuk menghilangkan efek
samping obat justru ditambah obat baru. Karena itu diusulkan prinsip
pemberian obat yang benar pada pasien geriatri dengan cara mengetahui
riwayat pengobatan lengkap, jangan memberikan obat sebelum
waktunya, jangan menggunakan obat terlalu lama, kenali obat yang
digunakan, mulai dengan dosis rendah, naikkan perlahan-lahan, obati
sesuai patokan, beri dorongan supaya patuh berobat dan hati- hati
mengguakan obat baru (Setiati dkk.,2006 dalam Yulianti, 2015).
7. Isolation (Depression)
Isolation (terisolasi) dan depresi, penyebab utama depresi pada usia
lanjut adalah kehilangan seseorang yan disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan. Selain itu kecenderungan untuk menarik diri
dari lingkungan, menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi.
Keluarga yang mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan
menyebabkan pasien akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi.
Beberapa orang dapat melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang
berkepajangan (Yulianti, 2015).
8. Inanition (malnutrisi)
Kelemahan nutrisi merujuk pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak
disengaja. Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat
badan yang tidak diinginkan. Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan
oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan
nafsu makan pasien (Yulianti, 2015).
9. Impecunity (kemiskinan)
Impecunity (kemiskinan), usia lansia dimana seseorang menjadi kurang
produktif (bukan tidak produktif) akibat penurunan kemampuan fisik
untuk beraktivitas. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Pada dasarnya seorang
lansia masih dapat bekerja, hanya saja intensitas dan beban kerjanya yang
harus dikurangi sesuai dengan kemampuannya, terbukti bahwa seseorang
yang tetap menggunakan otaknya hingga usia lanjut dengan bekerja,
membaca, dsb., tidak mudah menjadi “pikun” . Selain sosialpun berkurang
memudahakan seorang lansia mengalami depresi (Yulianti, 2015).
10. Iatrogenic
Iatrogenics (iatrogenesis), karakteristik yang khas dari pasien geriatri
yaitu multipatologik, seringkali menyebabkan pasien tersebut perlu
mengkonsumsi obat yang tidak sedikit jumlahnya. Akibat yang
ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa. Pemberian obat pada lansia
haruslah sangat hati-hati dan rasional karena obat akan dimetabolisme di
hati sedangkan pada lansia terjadi penurunan fungsi faal hati sehingga
terkadang terjadi ikterus (kuning) akibat obat. Selain penurunan faal hati
juga terjadi penurunan faal ginjal (jumlah glomerulus berkurang), dimana
sebagaian besar obat dikeluarkan melalui ginjal sehingga pada lansia sisa
metabolisme obat tidak dapat dikeluarkan dengan baik dan dapat berefek
toksik (Yulianti, 2015).
11. Insomnia
Insomnia, dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa
penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan
hiperaktivitas kelenjar thyroid, gangguan neurotransmitter di otak juga
dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya (Yulianti, 2015).
12. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh) banyak hal
yang mempengaruhi penurunan sistem kekebalan tubuh pada usia lanjut
seperti atrofi thymus (kelenjar yang memproduksi sel-sel limfosit T)
meskipun tidak begitu bermakna (tampak bermakna pada limfosit T
CD8) karena limfosit T tetap terbentuk di jaringan limfoid lainnya.
Begitu juga dengan barrier infeksi pertama pada tubuh seperti kulit dan
mukosa yang menipis, refleks batuk dan bersin -yang berfungsi
mengeluarkan zat asing yang masuk ke saluran nafas- yang melemah.
Hal yang sama terjadi pada respon imun terhadap antigen, penurunan
jumlah antibodi. Segala mekanisme tersebut berakibat terhadap
rentannya seseorang terhadap agen-agen penyebab infeksi, sehingga
penyakit infeksi menempati porsi besar pada pasien lansia (Yulianti,
2015).
13. Impotence
Impotency (Impotensi), ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual
pada usia lanjut terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti
gangguan hormon, syaraf, dan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena
terisinya penis dengan darah sehingga membesar, pada gangguan
vaskuler seperti sumbatan plak aterosklerosis (juga terjadi pada perokok)
dapat menyumbat aliran darah sehingga penis tidak dapat ereksi.
Penyebab lainnya adalah depresi (Yulianti, 2015).
14. Irritable bowel
Irritable bowel (usus besar yang sensitif -mudah terangsang-) sehingga
menyebabkan diare atau konstipasi/ impaksi (sembelit). Penyebabnya
tidak jelas, tetapi pada beberapa kasus ditemukan gangguan pada otot
polos usus besar, penyeab lain yang mungkin adalah gangguan syaraf
sensorik usus, gangguan sistem syaraf pusat, gangguan psikologis, stres,
fermentasi gas yang dapat merangsang syaraf, kolitis (Yulianti, 2015).
C. Etiologi
1. Imobilisasi
Berbagai faktor baik fisik, psikologis, dan lingkungan dapat
menyebabkan imobilisasi pada pasien usia lanjut. Beberapa penyebab
utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Penyakit Parkinson, artritis
reumatoid, gout, dan obat‐obatan antipsikotik seperti haloperidol juga
dapat menyebabkan kekakuan. Rasa nyeri, baik dari tulang (osteoporosis,
osteomalasia, Paget’s disease, metastase kanker tulang, trauma), sendi
(osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot (polimalgia,
pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat menyebabkan
imobilisasi. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan
gangguan fungsi mental seperti pada depresi tentu sangat sering
menyebabkan terjadinya imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang
berlebihan atau kemalasan petugas kesehatan dapat pula menyebabkan
orang usia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di umah
maupun di rumah sakit. Efek samping beberapa obat misalnya obat
hipnotik dan sedatif dapat pula menyebabkan gangguan mobilisasi
(Yulianti, 2015).
2. Instability (Instabilitas Dan Jatuh)
Menurut Yulianti (2015) penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan
gabungan beberapa faktor, antara lain
a. Kecelakaan (merupakan penyebab utama)
b. Nyeri kepala dan/atau vertigo
c. Hipotensiorthostatic:
d. Obat-obatan
3. Incontinence (Inkontinensia Urin Dan Alvi)
Pada lansia biasanya terjadi penurunan kemampuan berkemih. Pada
lansia terjadi proses menua yang berdampak pada perubahan hampir
seluruh organ tubuh termasuk organ berkemih yang menyebabkan lansia
mengalami inkontinensia urin. Perubahan ini diantaranya adalah
melemahnya otot dasar panggul yang menjaga kandung kemih dan pintu
saluran kemih, timbulnya kontraksi abnormal pada kandung kemih yang
menimbulkan rangsangan berkemih sebelum waktunya dan
meninggalkan sisa. Pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna
menyebabkan urine di dalam kandung kemih yang cukup banyak
sehingga dengan pengisian sedikit saja sudah merangsang untuk berkeih.
Hipertrofi prostat juga dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di
kandung keih sebagai akibat pengosongan yang tidak sempurna (Setiati,
2000 dalam Yulianti, 2015).
4. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran
penglihatan dan penciuman)
Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses
degenerasi. Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis,
infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi
pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60
tahun. Progesifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia dan
jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan perempuan
kornea, lensa iris, aquous humormvitorous humor akan mengalami
perubahan seiring bertambahnya usia, karena bagian utama yang
mengalami perubahan/penurunan sensifitas yang menyebabkan lensa
pada mata, produksi aquosus humor juga mengalami penurunan tetapi
tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler
lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengarui fungsi organ pada
mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan
mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan
tersebut meliputi ukuran – ukuran pupil dan kemampuan melihat dari
jarak jauh. Proses akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat
benda – benda dari jarak dekat maupun jauh (Yulianti, 2015).
D. Manifestasi Klinis
Sebagai sistem dalam tubuh, perubahan yang terjadi cenderung mengarah
pada penurunan berbagai fungsi tersebut. Pada sistem saraf pusat terjadi
pengurangan massa otak, aliran darah otak, densitas koneksi dendritik,
reseptor glukokortikoid hipokampal, dan terganggunya autoregulasi perfusi.
Timbul proliferasi astrosit dan berubahnya neurotransmiter, termasuk
dopamin dan serotonin. Terjadi peningkatan aktivitas monoamin oksidase dan
melambatnya proses sentral dan waktu reaksi (Yulianti, 2015).
Pada fungsi kognitif terjadi penurunan kemampuan meningkatkan fungsi
intelektual, berkurangnya efisiensi transmisi saraf di otak yang menyebabkan
proses informasi melambat dan banyak informasi hilang selama transmisi,
berkurangnya kemampuan mengakumulasi informasi baru dan mengambil
informasi dari memori. Kemampuan mengingat kejadian masa lalu lebih baik
dibandingkan kemampuan mengingat kejadian yang baru saja terjadi
(Yulianti, 2015).
Pada fungsi penglihatan terjadi gangguan adaptasi gelap, pengeruhan pada
lensa, ketidakmampuan untuk fokus pada benda-benda jarak dekat
(presbiopia); berkurangnya sensitivitas terhadap kontras dan lakrimasi.
Hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara bilateral timbul pada funsgsi
pendengaran. Di samping itu pada usia lanjut terjadi kesulitan untuk
membedakan sumber bunyi dan terganggunya kemampuan membedakan
target dari noise. Pada sistem kardiovaskuler, pengisian ventrikel kiri dan sel
pacu jantung (pacemaker) di nodus SA berkurang, terjadi hipertrofi atrium
kiri; kontraksi dan relaksasi ventrikel kiri bertambah lama, respons inotropik,
kronotropik, terhadap stimulasi beta-adrenergik berkurang, menurunnya
curah jantung maksimal, peningkatan atrial natriuretic peptide (ANP) serum
dan resistensi vaskular perifer (Yulianti, 2015).
Pada fungsi paru-paru terjadi penurunan forced expiration volume 1 second
(FEVI) dan forced volume capacity (FVC), berkurangnya efektivitas batuk
dan fungsi silia dan meningkatnya volume residual. Adanya ‘ventilation-
perfusion mismatching’ yang menyebabkan PaO2 menurun seiring
bertambahnya usia : 100 – (0,32 x umur) (Yulianti, 2015).
Pada fungsi gastrointestinal terjadi penururan ukuran dan aliran darah ke hati,
terganggunya bersihan (clearance) obat oleh hati sehingga membutuhkan
metabolisme fase I yang lebih ekstensif. Terganggunya respons terhadap
cedera pada mukosa lambung, berkurangnya massa pankreas dan cadangan
enzimatik, berkurangnya kontraksi kolon yang efektif dan absorpsi kalsium
(Yulianti, 2015).
Menurunnya bersihan kreatinin (creatinin clearance) dan laju filtrasi
glomerulus (GFR) 10 ml/dekade terjadi dengan semakin bertambahnya usia
seseorang. Penurunan massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks
dengan peningkatan relatif perfusi nefron jukstamedular. Aksentuasi
pelepasan anti diuretik hormone (ADH) sebagai respons terhadap dehidrasi
berkurang dan meningkatnya ketergantungan prostaglandin ginjal untuk
mempertahankan perfusi. Pada saluran kemih dan kelamin timbul
perpanjangan waktu refrakter untuk ereksi pada pria, berkurangnya intensitas
orgasme pada pria maupun wanita, berkurangnya sekresi prostat di urin dan
pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna serta peningkatan volume
residual urin (Yulianti, 2015).
Toleransi glukosa terganggu (gula darah puasa meningkat 1 mg/dl/dekade;
gula darah postprandial meningkat 10 mg/dl/dekade). Insulin serum
meningkat, HbA1C meningkat, IGF-1 berkurang. Penurunan yang bermakna
pada dehidroepiandrosteron (DHEA), hormon T3, testosteron bebas maupun
yang bioavailable, dan produksi vitamin D oleh kulit serta peningkatan
hormon paratiroid (PTH). Ovarian failure disertai menurunnya hormon
ovarium (Yulianti, 2015).
Pada sistem saraf perifer lanjut usia mengalami hilangnya neuron motor
spinal, berkurangnya sensasi getar, terutama di kaki, berkurangnya
sensitivitas termal (hangat dingin), berkurangnya amplitudo aksi potensial
yang termielinasi dan meningkatnya heterogenitas selaput akson myelin
(Yulianti, 2015).
Massa otot berkurang secara bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya
serat otot. Efek penuaan paling kecil pada otot diafragma; berkurangnya
sintesis rantai berat miosin, inervasi, meningkatnya jumlah miofibril per unit
otot dan berkurangnya laju basal metabolik (berkurang 4%/dekade setelah
usia 50) (Yulianti, 2015).
Pada sistem imun terjadi penurunan imunitas yang dimediasi sel, rendahnya
produksi antibodi, meningkatnya autoantibodi, berkurangnya hipersensitivitas
tipe lambat, berkurangnya produksi sel B oleh sumsum tulang, dan
meningkatnya IL-6 dalam sirkulasi (Yulianti, 2015).
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi
menetap yang tidak naik, gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari,
dan dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh diri. Pada lansia gejala
depresi lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan
kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia
depresi akan membaik setelah depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat
menyerupai gangguan kognitif seperti demensia, sehingga dua hal tersebut
perlu dibedakan. Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fi sik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan
pada lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fi sik, perubahan
dalam pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku
(Yulianti, 2015).
Proses Menua

Penurunan beberapa fungsi tubuh

Sindrom Geriatri

Sistem saraf Sistem indera Kardiovaskuler Respirasi

Pendengaran Penglihatan Pengecap Penurunan Penurunan FEVI dan FVC


Pusat Perifer pengisisan
ventrikel kiri dan
pacemaker Penurunan efektifitas batuk dan
Suplai O2 Hilangnya Kemampuan Pengeropos Pengeruhan Penurunan fungsi silia
neuron motor menelan an tulang lensa mata kemampuan
spinal pendengar mengecap Hipertropi
Massa otak ventrikel Peningkatan volume residu
Gangguan menelan Penglihatan terganggu Napsu makan dekstra
Gangguan fungsi menurun Penurunan PaO2
Tonus otot Sensitivitas Pendengaran
kognitif berkemih Siklus jantung
termal terganggu Rentan jatuh
Intake nutrisi memanjang Proses pertukaran gas di alveoli
inadekuat terganggu
Hambatan proses Komunikasi Risiko jatuh
Ketidakefek Ketidakmam
perpikir inadekuat
tifan kontrol puan
mengontrol Penurunan BB Hambatan
berkemih Rentan terluka pertukaran gas
suhu
Nokturia Hambatan
komunikasi
Ketidakma Risiko cedera Ketidakseimbangan
verbal
mpuan Ketidakefekti nutrisi kurang dari
Pemenuhan tidur mencapai fan kebutuhan tubuh
terganggu toilet termoregulasi

Gangguan pola Inkontinensia Urine Suplai darah ke Suplai darah ke Perfusi O2 ke


tidur tubuh menurun otak menurun jaringan menurun

Penurunan curah Risiko Ketidakefektifan


jantung ketidakefektifan perfusi jaringan
perfusi jaingan otak perifer
Proses Menua

Penurunan beberapa fungsi tubuh

Sindrom Geriatri

GIT Urologi Endokrin Imun Penurunan fungsi beberapa


organ tubuh

Penurunan massa
Penurunan aliran Kontraksi kolon ginjal Toleransi glukosa Imunitas menurun Timbul beberapa penyakit
darah ke hati menurun terganggu

Peningkatan Produksi Stress Kelemahan fisik


Fungsi hati Laju peristaltik Penurunan perfusi nefron Insulin imunitas
menurun menurun absorbsi kalsium meningkat
jukstamedular menurun
Depresi Sindrom lansia
Risiko gangguan lemah
Pengeluaran Degenerasi tulang Berkurangnya
fungsi hati Pelepasan ADH Hipoglikemia
feses terganggu produksi sel B Ketidakefektifan
sumsum tulang koping individu
Tulang mudah Peningkatan Risiko
Konstipasi patah dan rapuh volume residual ketidakstabilan
urine kadar glukosa Mudah sakit
darah
Nyeri dalam Mobilisasi Gangguan
Risiko infeksi
jangka waktu terganggu eliminasi urine
lama

Rentang gerak
Nyeri kronis menurun

Tirah baring Ibadah terganggu Hambatan


mobilitas fisik

Risiko dekubitus Hambatan


religiusitas
E. Proses Menua
1. Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies– spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul– molekul / DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel – sel kelamin (Kholifah, 2016).
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
(Kholifah, 2016).
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat
tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit (Kholifah,
2016).
d. Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory)
Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh (Kholifah, 2016).
e. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah terpakai (Kholifah, 2016).
2. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-
sel tidak dapat regenerasi (Kholifah, 2016).
a. Teori rantai silang Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi
(Kholifah, 2016).
b. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah
setelah sel-sel tersebut mati (Kholifah, 2016).
3. Teori kejiwaan sosial
a. Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
dilakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran
optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia (Kholifah, 2016).
b. Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori
ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan
bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki (Kholifah, 2016).
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan
sosialnya (Kholifah, 2016). Keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya kontak komitmen

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Diagnostik
Assessmen geriatri komprehensif mencakup: kesehatan fisik, mental, status
fungsional, kegiatan sosial, dan lingkungan. Tujuan asesmen ialah
mengetahui kesehatan penderita secara holistik supaya dapat
memberdayakan kemandirian penderita selama mungkin dan mencegah
disabilitas-handicap diwaktu mendatang. Asesmen ini bersifat tidak
sekedar multi-disiplin tetapi interdisiplin dengan koordinasi serasi antar
disiplin dan lintas pelayanan kesehatan (Forciea MA. 2004, Darmojo BR,
2010 dalam Yulianti, 2015).
Anamnesis dilengkapi dengan berbagai gangguan yang terdapat : menelan,
masalah gigi, gigi palsu, gangguan komunikasi/bicara, nyeri/gerak yang
terbatas pada anggota badan dan lain-lain (Yulianti, 2015).

a. Penilaian sistem
Penilaian sistem dilaksanakan secara urut, mulai dari system syaraf
pusat, saluran nafas atas dan bawah, kardiovaskular, gastrointestinal
(seperti inkontinensia alvi, konstipasi), urogenital (seperti
inkontinensia urin). Dapat dikatakan bahwa penampilan penyakit dan
keluhan penderita tidak tentu berwujud sebagai penampilan organ
yang terganggu (Yulianti, 2015).
b. Anamnesis tentang kebiasaan yang merugikan kesehatan (merokok,
minum alkohol) (Yulianti, 2015).
c. Anamnesis Lingkungan perlu meliputi keadaan rumah tempat tinggal.
d. Review obat-obat yang telah dan sedang digunakan perlu sekali
ditanyakan, bila perlu, penderita atau keluarganya (Yulianti, 2015).
e. Ada tidaknya perubahan perilaku (Yulianti, 2015).
Anamnesis Nutrisi
a. Pada gizi perlu diperhatikan :
1) Keseimbangan (baik jumlah kalori maupun makronutrien)
2) Cukup mikronutrien (vitamin dan mineral)
3) Perlu macam makanan yang beranekaragam.
4) Kalori berlebihan atau dikurangi disesuaikan dengan kegiatan
AHS- nya, dengan tujuan mencapai berat badan ideal.
5) Keadaan gigi, mastikasi dan fungsi gastro-intestinal.
6) Penurunan atau kenaikan berat badan.
b. Pengkajian nutrisi dilakukan dengan memeriksa indeks massa tubuh.
Rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) :
Berat Badan (kg)
[Tinggi Badan (m)2]2
IMT : 18 – 23 (normal)
Rumus Tinggi Badan Populasi Geriatri :
Pria : TB = 59.01 + (2.08 X Tinggi Lutut)
Wanita: TB = 75.00 + (1.91 X Tinggi Lutut) – (0.17 X Umur).
(Depkes RI, 2005)

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital.
a. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur,
duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk
melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik (Yulianti,
2015).
b. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem.
Pemeriksaan organ dan sistem ini disesuaikan dengan tingkat
kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah pemeriksaan secara
sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya gangguan organ
atau sistem (Yulianti, 2015).
c. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian
sistem, yaitu :
1) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System).
2) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut.
3) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis.
4) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu
dilakukan dengan cermat.
5) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan
sendi- sendi perlu diperiksa :sendi panggul, lutut dan kolumna
vertebralis.
6) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan.
7) Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti
“get up and go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik),
mengambil benda di lantai, beberapa tes keseimbangan, kekuatan,
ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila dapat mengamati
cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan
terpaksa.Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan
mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis
(Kuswardhani, RAT. 2011dalam Yulianti, 2015).

3. Pemeriksaan Tambahan (Penunjang)


Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan kepastian
diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin.
a. X-foto thorax, EKG
b. Laboratorium :- DL,UL, FL
Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau
diperlukan tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi
(rujukan) kepada sub bagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan
alat yang lebih spesifik : FNB, EKG, CT-Scan (Yulianti, 2015).
4. Pengkajian Imobilisasi
Dalam mengkaji imobilisasi, perlu dilakukan anamnesis menenai riwayat
penyakit sekarang, lamanya mengalami disabilitas, penyakit yang dapat
memengaruhi kemampuan mobilisasi dan obat‐obatan yang dapat
menyebabkan imobilisasi. Keluhan nyeri, skrining depresi dan rasa takut
jatuh serta pengkajian lingkungan, termasuk kunjungan rumah bila perlu,
penting dilakukan. Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa status
kardiopulmonal, pemeriksaan muskuloskeletal yang mendetil misalnya
kekuatan otot dan gerak sendi, pemeriksaan status neurologis dan juga
pemeriksaan kulit untuk identifikasi ulkus dekubitus. Status imobilisasi
pasien harus selalu dikaji secara terus‐menerus (Rizka, 2015 dalam
Yulianti, 2015).
G. Penatalaksaan
Kondisi multipatologi mengakibatkan seorang usia lanjut mendapatkan
berbagai jenis obat dalam jumlah banyak. Terapi non-farmakologi dapat
menjadi pilihan untuk mengatasi masalah pada pasien usia lanjut, namun obat
tetap menjadi pilihan utama sehingga polifarmasi sangat sulit dihindari.
Prinsip penggunaan obat yang benar dan tepat pada usia lanjut harus menjadi
kajian multi/interdisiplin yang mengedepankan pendekatan secara holistik
(Setiati, Siti 2013 dalam Yulianti, 2015).

1. Pengelolaan inkontinensia urin


Pengelolaan inkontinensia urin pada penderita usia lanjut, secara garis
besar dapat dikerjakan sebagai berikut (Simposium “Geriatric Syndromes:
Revisited” 2011 dalam Yulianti, 2015):
a. Program rehabilitasi, antara lain:
1) Melatih perilaku berkemih.
2) Modifikasi tempat berkemih (komodo, urinal).
3) Melatih respons kandung kemih.
4) Latihan otot-otot dasar panggul.
b. Katerisasi, baik secara berkala (intermitten) atau menetap (indweling).
c. Obat-obatan, antara lain untuk relaksasi kandung kemih, estrogen.
d. Pembedahan, misalnya: untuk mengangkat penyebab sumbatan atau
keadaan patologik lain, pembuatan sfingter artefisiil dan lain-lain.
e. Lain-lain, misalnya penyesuaian lingkungan yang mendukung untuk
kemudahan berkemih, penggunaan pakaian dalam dan bahan-bahan
penyerap khusus untuk mengurangi dampak inkontinensia.
2. Jatuh
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau mengeliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya.
Penatalaksanaan ini harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri
dari dokter (geriatrik, neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik,
psikiatrik dan lain-lain), sosiomedik dan ahli lain yang terkait serta
keluarga penderita. Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda
untuk setiap kasus karena perbedaan faktor-faktor yang mengakibatkan
jatuh. Lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik,
multifaktoralsehingga diperlukan terapi gabungan antara obat, rehabilitasi
dan perbaikan lingkungan. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian,
penggunaan alat bantu gerak dan sebagainya (Yulianti, 2015).
Faktor pelindung terhadap Cedera Retak
a. Terapi estrogen
b. Berat badan setelah usia
c. Berjalan untuk latihan
d. Asupan kalsium yang cukup
Pengobatan untuk gangguan berjalan
a. Manajemen gangguan berjalan termasuk peningkatan kemampuan
fungsional dan pengobatan penyakit tertentu,namun banyak kondisi
yang menyebabkan kelainan gaya berjalan hanya sebagian dapat
diobati.
b. Peningkatan substansial terjadi dalam pengobatan gangguan sekunder
untukvitamin B12 dan folat, penyakit tiroid, radang sendi lutut,
penyakit Parkinson dan polineuropati inflamasi.
c. Peningkatan Sedang, tetapi dengan cacat sisa, dapat terjadi setelah
perawatan bedah untuk myelopathy serviks, stenosis lumbar, dan
hidrosefalus tekanan normal.
3. Sleep Dsiturbance Pengobatan
a. Perawatan Non-farmakologis
1) Hilangkan faktor yang dicurigai: mengobati penyakit yang
mendasari, menghentikan atau mengubah obat, menghentikan
alkohol, kafein atau penggunaan nikotin.
2) Perubahan Kebiasaan: mengembangkan rutinitas persiapan tidur,
gunakan kamar tidur untuk tidur saja, mengembangkan cerita tidur
untuk mempromosikan keadaan pikiran, mengurangi tidur siang hari,
dan mengembangkan latihan rutin sehari-hari.
b. Pengobatan farmakologis
1) Hanya direkomendasikan untuk penggunaan jangka pendek pada
pasien yang lebih tua.
2) Benzodiazepin dengan aksi pendek atau menengah seperti
Temazepam(7,5-15 mg), dengan jangka waktu maksimum dua
mingg uuntuk menghindari ketergantungan.
3) Antihistamin dapat diterima untuk digunakan sesekali, namun cepat
kehilangan khasiat.
4) Anti-depresan, misalnya, Trazadone, adalah pilihan yang baik untuk
insomnia kronis.
4. Pencegahan Komplikasi Imobilisasi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan meliputi penatalaksanaan
farmakologik dan non farmakologik.
Upaya non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa
terapi fisik dan latihan jasmani secara teratur. Pada pasien yang mengalami
tirah baring total, perubahan posisi secara teratur dan latihan di tempat
tidur Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat tidur, berpindah
dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional dapat dilakukan secara
bertahap. Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus dilakukan
adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas tekanan pada
kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi lateral 30°, penggunaan
kasur anti dekubitus, atau menggunakan bantal berongga. Pada pasien
dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap jam atau diistirahatkan dari
duduk. Melatih pergerakan dengan memiringkan pasien ke kiri dan ke
kanan serta mencegah terjadinya gesekan juga dapat mencegah dekubitus.
Pemberian minyak setelah mandi atau mengompol dapat dilakukan untuk
mencegah maserasi (Yulianti, 2015).
Kontrol tekanan darah secara teratur dan penggunaan obat‐obatan yang
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah serta mobilisasi dini perlu
dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi. Monitor asupan cairan
dan makanan yang mengandung serat perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya konstipasi. Selain itu juga perlu dilakukan evaluasi dan
pengkajian terhadap kebiasaan buang air besar pasien. Pemberian nutrisi
yang adekuat perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya malnutrisi
pada pasien imobilisasi (Yulianti, 2015)..
Tata laksana farmakologis yang dapat diberikan terutama pencegahan
terhadap terjadinya trombosis. Pemberian antikoagulan yaitu Low dose
heparin (LDH) dan low molecular weight heparin (LMWH) merupakan
profilaksis yang aman dan efektif untuk pasien geriatri denganimobilisasi
namun harus mempertimbangkan fungsi hati, ginjal dan interaksi dengan
obat lain (Rizka, 2015) (Yulianti, 2015).

Pengobatan Pressure Ulcer


a. Menilai seluruh aspek, bukan hanya ulkus karena tekanan, termasuk
kesehatan fisik, sakit, kesehatan psikososial, dan tekanan komplikasi
ulkus.
b. Mencoba untuk menggunakan langkah-langkah yang ditetapkan
penyembuhan luka (PUSH) (NPUAP, 1997).
c. Menjaga prinsip-prinsip perawatan luka yang relevan dengan ulkus
tekanan: debridement luka
1) Luka bersih
2) Menggunakan solusi yang tidak membunuh sel-sel, jangan
menggunakan solusi yang yaitu sitotoksik hidrogen peroksida, solusi
dahenitu, atau betadine
3) Mengairi luka, menggunakan kekuatan minimal
4) Tutup luka dengan bahan yang tepat
5. Delirium
Penggunaan benzodiazepin seharusnya dihindari, kecuali bila sumber
deliriumnya adalah reaksi putus zat alkohol atau sedatif atau ketika agitasi
yang berat tidak dapat dikontrol oleh obat neuroleptik. Hal ini disebabkan
karena benzodiazepin dapat menyebabkan reaksi berkebalikan yang
memperburuk delirium. Reaksi berkebalikan yang diakibatkan oleh
benzodiazepin adalah sedasi yang berlebihan yang dapat menyulitkan
penilaian status kesadaran pasien itu sendiri (Andri, Charles E. Damping,
2007 dalam Yulianti, 2015).
Pada beberapa penelitian penggunaan obat neuroleptik, obat yang sering
dipakai pada kasus delirium adalah Haloperidol. Haloperidol digunakan
karena profil efek sampingnya yang lebih disukai dan dapat diberikan
secara aman melalu jalur oral maupun parenteral. Dosis yang biasa
diberikan adalah 0,5 - 1,0 mg per oral (PO) atau intra muscular maupun
intra vena (IM/IV), titrasi dapat dilakukan 2 sampai 5 mg tiap satu jam
sampai total kebutuhan sehari sebesar 10 mg terpenuhi. Setelah pasien
lebih baik kesadarannya atau sudah mampu menelan obat oral maka
haloperidol dapat diberikan per oral dengan dosis terbagi 2-3 kali perhari
sampai kondisi deliriumnya teratasi. Haloperidol intravena lebih sedikit
menyebabkan gejala ekstrapiramidal daripada penggunaan oral (Andri,
Charles E. Damping, 2007 dalam Yulianti, 2015).
6. Infeksi
Pengobatan infeksi pada lansia juga merupakan masalah karena
meningkatkan bahaya toksisitas obat antimikroba pada lansia. Terapi
antibiotik tergantung pada kuman patogen yang didapati (Yulianti, 2015).
7. Gangguan pendengaran
Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran
dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid).
Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih memuaskan bila
dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran (speech reading), dan
latihan mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut
dilakukan bersama ahli terapi wicara (speech therapist) (Yulianti, 2015).
Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas pasien
dalam komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi
untuk mencapai tujuan ini tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap
gangguan komunikasi pasien secara individual serta kebutuhan
komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan oleh
motivasinya. Oleh karena komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan
dua orang atau lebih, maka keikutsertaan keluarga atau teman dekat dalam
bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat (Yulianti, 2015).
Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen
tradisional dari rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk
memanfaatkan secara maksimal isyarat-isyarat visual sambil mengenali
beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama latihan
pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara
mendengarkan kata-kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan
yang bising. Latihan tambahan dapat dipusatkan pada lokalisasi,
pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising dan
perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar (Yulianti, 2015).
Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok.
Penyuluhan dan tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara
perorangan, sedangkan program kelompok memberi kesempatan untuk
menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat dianggap sebagai
situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran (Yulianti,
2015).
Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran terhadap isyarat-
isyarat lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu
kekurangan informasi dengarnya. Perlu diperagakan bagaimana struktur
bahasa menimbulkan hambatan-hambatan tertentu pada pembicara.
Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami
cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar yang
diperlukan untuk memahami masih belum mencukupi, maka petunjuk-
petunjuk lingkungan dapat mengisi kekurangan ini. Seluruh aspek
rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat berinteraksi
lebih efektif dengan lingkungannya. (George L Adams,et al.,1997 dalam
Yulianti, 2015).
8. Depresi
Tata laksana depresi pada lansia dipengaruhi tingkat keparahan dan
kepribadian masing masing. Pada depresi ringan dan sedang, psikoterapi
merupakan tata laksana yang sering dilakukan dan berhasil. Akan tetapi,
pada kasus tertentu atau pada depresi berat, psikoterapi saja tidak cukup,
diperlukan farmakoterapi. Banyak orang membutuhkan dukungan dari
orang-orang terdekat terutama keluarga dan teman, keikutsertaan dalam
kegiatan kelompok, atau berkonsultasi dengan tenaga profesional untuk
mengatasi depresi. Selain itu, mengatasi masalah terisolasi ketika
memasuki usia lanjut merupakan salah satu bagian penting dalam
penyembuhan dan dapat mencegah episode kekambuhan penyakit. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa aktif dalam kegiatan kelompok di
lingkungan merupakan bagian penting dalam kesehatan dan dapat
meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya, tata laksana terapi hanya
menggunakan obat antidepresan, tanpa merujuk pasien untuk psikoterapi,
tetapi obat hanya mengurangi gejala, dan tidak menyembuhkan.
Antidepresan bekerja dengan cara menormalkan neurotransmiter di otak
yang memengaruhi mood, seperti serotonin, norepinefrin, dan dopamin.
Antidepresan harus digunakan pada lansia dengan depresi mayor dan
selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) merupakan obat pilihan
pertama. Beberapa obat antidepresan yang dapat digunakan pada lansia
dengan kelebihan dan kekurangan tiap golongan ada pada tabel 6.
Pemilihan obat tersebut per individu dengan pertimbangan efek samping
dari tiap golongan. Pengobatan monoterapi dengan dosis minimal
digunakan pada awal terapi, dievaluasi apabila tidak ada perubahan
bermakna dalam 6-12 minggu. Lansia yang tidak berespons pada
pengobatan awal perlu mendapatkan obat antidepresan golongan lain dan
dapat dipertimbangkan penggunaan dua golongan antidepresan Yulianti,
2015).
Pada lansia yang responsif dengan obat antidepresan, obat harus digunakan
dengan dosis penuh (full dose maintenance therapy) selama 6-9 bulan
sejak pertama kali hilangnya gejala depresi. Apabila kambuh, pengobatan
dilanjutkan sampai satu tahun. Strategi pengobatan tersebut telah berhasil
menurunkan risiko kekambuhan hingga 80%. Penghentian antidepresan
harus dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala
withdrawal seperti ansietas, nyeri kepala, mialgia, dan gejala mirip fl u (fl
u-like symptoms). Lansia yang sering kambuh memerlukan terapi
perawatan dosis penuh terapi selama hidupnya. Selain farmakoterapi
dengan obat antidepresan, psikoterapi (talk therapy) memiliki peranan
penting dalam mengobati berbagai jenis depresi. Psikoterapi dilakukan
oleh psikiater, psikolog terlatih, pekerja sosial, atau konselor. Pendekatan
psikoterapi dibagi dua, yaitu cognitive-behavioral therapy (CBT) dan
interpersonal therapy. CBT terfokus pada cara baru berpikir untuk
mengubah perilaku, terapis membantu penderita mengubah pola negatif
atau pola tidak produktif yang mungkin berperan dalam terjadinya depresi.
Interpersonal therapy membantu penderita mengerti dan dapat menghadapi
keadaan dan hubungan sulit yang mungkin berperan menyebabkan depresi.
Banyak penderita mendapat manfaat psikoterapi untuk membantu
mengerti dan memahami cara menangani faktor penyebab depresi,
terutama pada depresi ringan; jika depresi berat, psikoterapi saja tidak
cukup, karena akan menimbulkan depresi berulang (Yulianti, 2015).

H. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan
situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi
penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi
kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan
data obyektif meliputi data bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang
berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan lansia
seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada (Kholifah, 2016).
a. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan
pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat
bermakna
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat.
Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik
1) Pemeriksanaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi,
dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
2) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat
kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan
mempunyai daya ingatan menurun atau melemah
3) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya
katarak. Pupil: kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun
karena proses pemenuaan
4) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar,
tinnitus, serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di
bersihkan, apakah ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
5) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan),
auskultasi denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena
jugularis, apakah ada keluhan pusing, edema.
6) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia,
mual, muntah, kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi,
rahang dan rongga mulut, auskultasi bising usus, palpasi apakah
perut kembung ada pelebaran kolon, apakah ada konstipasi
(sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
7) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung
kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil),
frekuensi, tekanan, desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasa sakit saat buang air kecil, kurang minat untuk melaksanakan
hubungan seks, adanya kecacatan sosial yang mengarah ke
aktivitas seksual.
8) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban),
keutuhan luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya
jaringan parut, keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada
gangguan-gangguan umum.
9) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya
tendon, gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau
tanpa bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot,
kemampuan melangkah atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.

b. Perubahan psikologis, data yang dikaji


1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4) Bagaimana mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses
pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah.
c. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar
rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas
yang ada.
d. Perubahan spiritual, data yang dikaji
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau
fakir miskin.
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan
berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Pengkajian indeks Bartel
No Jenis aktivitas Nilai
Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5
dll
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10
5 Mandi 0 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10
9 Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
Jumlah
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

Short Portable Mental Status Questsionnaire


Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Di mana alamat Anda?
5 Kapan Anda lahir?
6 Berapa umur Anda?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu Anda?
10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya
dikurangi 3
Jumlah
Keterangan :
Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5: kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang
Salah 9 – 10: kerusakan intelektual berat
Mini Mental Status Exam (MMSE)
Item Tes Nilai Max Nilai
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), 5
2 (tanggal), (hari) apa? 5
Kita berada di mana? (negara), (provinsi),
(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, 3
koin) tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tersebut
dengan benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI 5


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap
jawaban benar. Hentikan setelah 5 jawaban.
Atau disuruh mengeja terbalik kata
“DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang
benar sebelum kesalaahn; misalnya
“aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama 3
benda di atas
BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda 2
7 yang ditunjukkan (pensil, buku)
8 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, 1
“tanpa”, “bila” 3
9 Klien diminta melakukan perintah : “Ambil
10 kertas ini dengan tangan Anda, lipatlah 1
11 menjadi dua bagian dan letakkan di lantai” 1
Klien disuruh membaca dan melakukan 1
perintah “Pejamkan mata Anda”
Klien disuruh menulis dengan spontan
Klien diminta menggambarkan bentuk di
bawah ini

TOTAL 30

Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat
APGAR Keluarga
1. Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk
membantu saya pada waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau
mencintai
5. Saya puas dengan cara teman saya menyediakan waktu bersama-
sama
Pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1),
hampir tidak pernah (poin 0)
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang

2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada
respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau
kerentanan (vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas (NANDA, 2017).
a. Diagnosis keperawatan aktual
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) Ketidakefektifan pola nafas,
3) Gangguan pola tidur
4) Disfungsi proses keluarga
5) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
b. Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi
1) Risiko infeksi,
2) Risiko intoleran aktifitas
3) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua
4) Risiko distress spiritual.
5) Risiko jatuh
c. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan,
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.
d. Diagnosis keperawatan sindrom
1) Sindrom lansia lemah
2) Sindrom tidak berguna
3) Sindrom post trauma
4) Sindrom kekerasan
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia (Kholifah, 2016).
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
1) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan
2) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin
3) Berikan makanan yang mengandung serat
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
5) Batasi minum kopi dan teh
b. Risiko jatuh
1) Anjurkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan
keselamatan
2) Latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi.
3) Biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur.
4) Bila mengalami masalah fisik misalnya reumatik, latih klien untuk
menggunakan alat bantu berjalan.
5) Bantu klien kekamar mandi terutama untuk lansia yang
menggunakan obat penenang/diuretik.
6) Anjurkan lansia memakai kaca mata jika berjalan atau melakukan
sesuatu. Usahakan ada yang menemani jika berpergian.
7) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau
8) Letakkan bel didekat klien dan ajarkan cara penggunaannya.
9) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi.
10) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia
menempatkan alat-alat yang biasa digunakannya.
11) Upayakan lantai bersih, rata dan tidak licin/basah.
12) Pasang pegangan dikamar mandi/WC
13) Hindari lampu yang redup/menyilaukan, sebaiknya gunakan
lampu 70-100 watt.
14) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk
memejamkan mata sesaat.
c. Gangguan kebersihan diri
1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang
mengandung minyak atau berikan skin lotion
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
4) Membantu lansia untuk menggunting kuku.
5) Gangguan istirahat tidur
6) Sediakan tempat tidur yang nyaman
7) Mengatur waktu tidur dengan aktivitas sehari-hari
8) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, bebas dari bau-
bauan,
9) Latih lansia dengan latihan fisik ringan untuk memperlancar
sirkulasi darah dan melenturkan otot (dapat disesuaikan dengan
hobi),
10) Berikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat.
d. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi
1) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan,
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
4) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau
perawat tanggap terhadap respon verbal lansia,
5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
6) Menghargai pendapat lansia.
e. Masalah mekanisme pertahanan diri (Koping)
1) Dorong aktifitas sosial dan komunitas
2) Dorong lansia untuk mengembangkan hubungan
3) Dorong lansia berhubungan dengan seseorang yang memiliki
tujuan dan ketertarikan yang sama,
4) Dukung lansia untuk menggunakan mekanisme pertahanan yang
sesuai
5) Kenalkan lansia kepada seseorang yang mempunyai latar belakang
pengalaman yang sama.
f. Masalah cemas
g. Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat
terjadinya cemas
h. Dampingi lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan
mengurangi ketakutan
i. Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas,
j. Latih klien untuk teknik relaksasi.
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia.
NANDA. (2017). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (11th ed.).
Jakarta: EGC.
Yulianti. (2015). Laporan Pendahuluan Gerontology Geriatric Syndrome.
Universitas Brawijaya Malang.
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Jl. Karimata no 49 Telp. (0331) 332240, Fax. (0331) 337957 Kotak Pos 104
Jember 68121
Website:http://www.unmuhjember.ac.id e-mail:
Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU USILA

A. DATA BIOGRAFIS
Nama : Ny. S.
Umur : + 80 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak Sekolah
Status perkawinan : Cerai mati
Alamat : Surabaya
Orang terdekat yang dihubungi : Tidak ada

B. RIWAYAT KELUARGA
1. Pasangan
Apabila pasangan masih hidup,
Status kesehatan :-
Umur :-
Pekerjaan :-
Apabila pasangan telah meninggal,
Tahun meninggal : + 20 tahun yang lalu
Penyebab kematian : Sakit
2. Anak –anak
Apabila anak-anak masih hidup,
Nama dan alamat :-
Apabila anak-anak sudah meninggal,
Tahun meninggal : + 40 tahun yang lalu
Penyebab kematian : Sakit
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

C. RIWAYAT PEKERJAAN
1. Status pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
2. Pekerjaan sebelumnya : Wiraswasta (tukang pijat)
3. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan : Tidak sesuai

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


1. Tipe tempat tinggal : Permanen
2. Jumlah kamar : 10 kamar
3. Jumlah tingkat :-
4. Jumlah orang yang tinggal di rumah : 23 orang
5. Derajat privasi : Terbatas
6. Tetangga terdekat : Ny. S.

E. RIWAYAT REKREASI
1. Hobi/minat : Menyanyi
2. Keanggotaan kelompok : Anggota kelompok di wisma Melati
3. Liburan/perjalanan : Berkumpul bersama lansia lain dan
bernyanyi

F. SUMBER/SISTEM PENDUKUNG YANG DIGUNAKAN


1. Dokter : klien mengatakan tidak pernah berobat ke dokter
2. Rumah sakit : klien mengatakan tidak pernah dirawat di RS
3. Klinik : klien mengatakan tidak pernah berobat ke klinik
4. Pelayanan kesehatan di rumah : klien mengatakan rutin minum jamu jika
sakit

G. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


1. Penyakit
a. Penyakit yang diderita 1 tahun terakhir (dapat lebih dari satu)
Klien mengatakan sering merasakan nyeri di area lutut dan betis, serta
penglihatannya mulai kabur.
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

b. Penyakit yang diderita saat ini (dapat lebih dari satu)


Penglihatan kabur
2. Keluhan
a. Keluhan yang dialami 1 tahun terakhir
Nyeri di area lutut dirasakan sejak + 2 tahun yang lalu dan betis serta
penglihatan kabur. Seain itu klien juga mengatakan sudah sering lelah.
b. Keluhan saat ini
Klien mengatakan saat ini penglihatannya semakin kabur dan sering
timbul nyeri di area betis dan lutut.
P: nyeri disebabkan karena usia yang menua karena nyeri sendi
Q: nyeri hilang timbul seperti diremas remas
R: lutut dan betis
S: skala nyeri 4
T: nyeri memberat jika kelelahan
3. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan (mis.
Diet khusus, mengganti balutan)
Klien mengatakan pantang makan makanan yang pedas karena akan
memperburuk kondisi kesehatannya, selain itu klien sudah terbiasa
pantang makanan pedas saat masih muda. Selain pantang makan
makanan pedas klien juga tidak suka makan ikan karena sudah terbiasa
jarang makan ikan sejak masih muda.
4. Derajat keseluruhan fungsi relatif terhadap masalah kesehatan dan
diagnosa medis
Klien mengalami masalah penglihatan dan keseimbangan dalam berjalan
karena mengalami nyeri di area lutut dan betis
5. Penggunaan obat-obatan
Nama obat :-
Dosis obat :-
Bagaimana/kapan menggunakan : -
Dokter yang menginstruksikan : -
Tanggal resep :-
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

6. Status imunisasi (catat tanggal terbaru imunisasi)


Tetanus, difteria : Tidak pernah
PPD : Tidak pernah
Influenza : Tidak pernah
Pneumovaks : Tidak pernah
7. Alergi (catat agen dan reaksi spesifik)
Obat-obatan :-
Makanan :-
Kontak substansi :-
Faktor lingkungan :-
8. Nutrisi ( ingat kembali diet 24 jam, termasuk intake cairan )
Kebiasaan makan (tinggi garam, kolesterol, purin) :
Klien mengatakan setiap hari makan makanan yang berasal dari PSTW,
makanan berupa nasi, sayur dan lauk nabati, tidak mau ikan
Diet khusus, pembatasan makanan :
Klien tidak makan ikan dan makan makanan pedas
Riwayat peningkatan/penurunan berat badan
Klien mengatakan tidak pernah menimbang BB dalam waktu dekat
Indeks Massa Tubuh :
26,61 kg/ m2
Pola konsumsi makanan (misal frekuensi, sendiri/dengan orang lain)
Klien makan 3x/ hari bersama teman sekamar
Masalah yang mempengaruhi intake makanan (mis. Pendapatan tidak
adekuat, kurang transportasi, masalah menelan/mengunyah, stres
emosional,dll)
Klien mengatakan jika makanan yang diberikan oleh petugas pedas maka
akan langsung menolak makanannya
9. Pola istirahat tidur
Lama tidur + 7 jam/ hari
Gangguan tidur yang sering dialami
Sering susah jatuh tidur karena kepanasan
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

H. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


1. Penyakit masa kanak-kanak
Klien mengatakan tidak pernah sakit sejak masih kecil
2. Penyakit serius/kronik
Klien mengatakan tidak memiliki riwat hipertensi, asma, dan DM
3. Trauma -
4. Perawatan di rumah sakit (catat alasan, tanggal, tempat, alasan)
Klien mengatakan tidak pernah MRS
5. Pembedahan
Klien mengatakan tidak pernah dioperasi
6. Riwayat obsetri klien memiliki anak 2 meninggal ketika dewasa karena
sakit, klien pernah mengalami keguguran sebanyak 2x

I. RIWAYAT KELUARGA
1. Silsilah keluarga (identifikasi kakek atau nenek, orang tua, paman, bibi,
saudara kandung, pasangan, anak-anak)

Ny. S, + 80 tahun

Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
Laki- laki meninggal
Perempuan meninggal
Serumah
Abortus
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Cerai
Pasien dengan umur

2. Riwayat penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga


Klien mengatakan baik orang tua, suami, anak pernah sakit tapi tidak tahu
sakit apa.
J. TINJAUAN SISTEM
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/ 90 Suhu : 36,7°C
mmHg RR : 20x/ menit
Nadi : 63x/ menit
3. Penilaian umum
Kelelahan : (  ) ya ( ) tidak
Perubahan BB satu tahun yang lalu : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya (  ) tidak
Demam : ( ) ya (  ) tidak
Keringat malam : ( ) ya (  ) tidak
Kesulitan tidur : (  ) ya ( ) tidak
Sering pilek, infeksi : ( ) ya (  ) tidak
Penialaian diri terhadap seluruh status kesehatan : (  ) ya ( )
tidak
Kemampuan melakukan ADL : ( ) ya (  ) tidak
4. Integumen
Lesi/luka : ( ) ya (  ) tidak
Pruritus : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan pigmentasi : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan tekstur : (  ) ya ( ) tidak
Perubahan nevi : ( ) ya (  ) tidak
Sering memar : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan rambut : (  ) ya ( ) tidak
Perubahan kuku : ( ) ya (  ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Kalus : (  ) ya ( ) tidak
Pemajanan lama terhadap matahari : ( ) ya (  ) tidak
Turgor : tidak elastis
Pola penyembuhan lesi, memar : tidak terkaji
5. Hemopoetik
Perdarahan/memar abnormal : ( ) ya (  ) tidak
Pembengkakan kelenjar limfe : ( ) ya (  ) tidak
Anemia : ( ) ya (  ) tidak
Riwayat transfusi darah : ( ) ya (  ) tidak
6. Kepala
Sakit kepala : ( ) ya (  ) tidak
Trauma : ( ) ya (  ) tidak
Pusing : ( ) ya (  ) tidak
Gatal pada kulit kepala : ( ) ya (  ) tidak
7. Mata
Perubahan penglihatan : (  ) ya ( ) tidak
Kacamata/lensa kontak : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri : ( ) ya (  ) tidak
Air mata berlebihan : ( ) ya (  ) tidak
Bengkak sekitar mata : ( ) ya (  ) tidak
Floater : (  ) ya ( ) tidak
Diplopia : ( ) ya (  ) tidak
Pandangan kabur : (  ) ya ( ) tidak
Fotofobia : ( ) ya (  ) tidak
Skotomata : (  ) ya ( ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (  ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : -
Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir : .-
Dampak pada penampilan ADL : klien kesushan dalam berjalan karena
penglihatannya terganggu
8. Telinga
Perubahan pendengaran : (  ) ya ( ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Rabas : ( ) ya (  ) tidak
Tinitus : ( ) ya (  ) tidak
Vertigo : ( ) ya (  ) tidak
Sensitivitas pendengaran : ( ) ya (  ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya (  ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (  ) tidak
Tanggal pemeriksaan paling akhir : -
Kebiasaan perawatan telinga : klien mengatakan sudah lama tidak
membersihkan telinga dan hanya dibersihkan saat mandi dengan diguyur
Dampak pada penampilan ADL : -
9. Hidung dan sinus
Rinorea : ( ) ya (  ) tidak
Rabas : ( ) ya (  ) tidak
Epistaksis : ( ) ya (  ) tidak
Obstruksi : ( ) ya (  ) tidak
Mendengkur : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri pada sinus : ( ) ya (  ) tidak
Drip postnasal : ( ) ya (  ) tidak
Alergi : ( ) ya (  ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (  ) tidak
Penilaian diri pada kemampuan olfaktori : klien mengatakan tidak pernah
terkena flu dan tidak mengalami masalah penciuman
10. Mulut dan tenggorokan
Sakit tenggorokan : ( ) ya (  ) tidak
Lesi/ulkus : ( ) ya (  ) tidak
Serak : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan suara : ( ) ya (  ) tidak
Kesulitan menelan : ( ) ya (  ) tidak
Perdarahan gusi : ( ) ya (  ) tidak
Karies : (  ) ya ( ) tidak
Alat-alat protesa : ( ) ya (  ) tidak
Riwayat infeksi : ( ) ya (  ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal pemeriksaan gigi paling akhir : klien tidak pernah periksa gigi
Pola menggosok gigi : 2x/ hari saat mandi
Pola flossing : tidak pernah
Masalah dan kebiasaan membersihkan :
Gigi palsu : ( ) ya (  ) tidak
11. Leher
Kekakuan : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (  ) tidak
Benjolan/ massa : ( ) ya (  ) tidak
Keterbatasan gerak : ( ) ya (  ) tidak
12. Payudara
Benjolan/ massa : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri/nyeri tekan : ( ) ya (  ) tidak
Bengkak : ( ) ya (  ) tidak
Keluar cairan dari puting susu : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan pada puting susu : ( ) ya (  ) tidak
Pola pemeriksaan payudara sendiri : ( ) ya (  ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan mamogram paling akhir : klien tidak
pernah periksa mamae
13. Pernafasan
Batuk : ( ) ya (  ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (  ) tidak
Hemoptisis : ( ) ya (  ) tidak
Sputum : ( ) ya (  ) tidak
Asma/alergi pernafasan : ( ) ya (  ) tidak
Tanggal dan hasil pemeriksaan foto thorak terakhir : tidak pernah periksa
foto thoraks sebelumnya
14. Kardiovaskular
Ditensi vena jugularis : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada : ( ) ya (  ) tidak
Palpitasi : ( ) ya (  ) tidak
Sesak nafas : ( ) ya (  ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Dispnea nocturnal paroksimal : ( ) ya (  ) tidak


Ortopnea : ( ) ya (  ) tidak
Murmur : ( ) ya (  ) tidak
Edema : ( ) ya (  ) tidak
Varises : ( ) ya (  ) tidak
15. Gastrointestinal
Disfagia : ( ) ya (  ) tidak
Tidak dapat mencerna : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri ulu hati : ( ) ya (  ) tidak
Mual/muntah : ( ) ya (  ) tidak
Hematemesis : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan nafsu makan : ( ) ya (  ) tidak
Intoleransi makanan : ( ) ya (  ) tidak
Ulkus : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri : ( ) ya (  ) tidak
Ikterik : ( ) ya (  ) tidak
Benjolan/massa : ( ) ya (  ) tidak
Perubahan kebiasaan defekasi : ( ) ya (  ) tidak
Diare : ( ) ya (  ) tidak
Konstipasi : ( ) ya (  ) tidak
Melena : ( ) ya (  ) tidak
Hemoroid : ( ) ya (  ) tidak
Perdarahan rektum : ( ) ya (  ) tidak
Pola defekasi biasanya : klien mengatakan biasa BAB 2 hari sekali
16. Perkemihan
Disuria : ( ) ya (  ) tidak
Frekuensi BAK : 5-6x/ hari
Urine menetes : ( ) ya (  ) tidak
Dorongan miksi : ( ) ya (  ) tidak
Hematuria : ( ) ya (  ) tidak
Poliuria : ( ) ya (  ) tidak
Oliguria : ( ) ya (  ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Nokturia : ( ) ya (  ) tidak
Inkontinensia : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri saat berkemih : ( ) ya (  ) tidak
Batu infeksi : ( ) ya (  ) tidak
17. Genitalia pria
Lesi : ( ) ya ( ) tidak
Rabas : ( ) ya ( ) tidak
Nyeri testikular : ( ) ya ( ) tidak
Massa testikular : ( ) ya ( ) tidak
Masalah prostate : ( ) ya ( ) tidak
Penyakit kelaminn : ( ) ya ( ) tidak
18. Genitalia wanita
Lesi : ( ) ya (  ) tidak
Rabas : ( ) ya (  ) tidak
Dispareuni : ( ) ya (  ) tidak
Perdarahan pasca senggama : ( ) ya (  ) tidak
Nyeri pelvis : ( ) ya (  ) tidak
Sistokel/rektokel/prolpas : ( ) ya (  ) tidak
Penyakit kelamin : ( ) ya (  ) tidak
Infeksi : ( ) ya (  ) tidak
Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode menstruasi)
Klien mengatakan menarche pada usia 15 tahun, sudah menopouse sejak
+ 30 tahun yang lalu.
Riwayat menopouse (usia, gejala, masalah pasca menopouse)
Klien mengatakan sudah menopouse + 30 tahun yang lalu, klien
mengatakan sudah lupa tanda dan gejala menopouse.
Tanggal dan hasil pap smear paling akhir
Klien tidak pernah menjalani pemeriksaan pap smear
19. Muskuloskeletal
Nyeri persendian : (  ) ya ( ) tidak
Kekakuan : ( ) ya (  ) tidak
Pembengkakan sendi : ( ) ya (  ) tidak
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Deformitas : ( ) ya (  ) tidak
Spasme : ( ) ya (  ) tidak
Kelemahan otot : ( ) ya (  ) tidak
Masalah cara berjalan : (  ) ya ( ) tidak
Nyeri punggung : ( ) ya (  ) tidak
Prostesa : ( ) ya (  ) tidak
Kekuatan otot : 3333 3333
3333 3333
Tes koordinasi/keseimbangan
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 3
2 Berdiri dengan postur normal (dengan 3
mata tertutup)
3 Berdiri dengan satu kaki Kanan : 2
Kiri : 2
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke 2
posisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 2
6 Berjalan, tempatkan salah satu tumit 2
di depan jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 2
8 Berjalan mengikuti tanda gambar 1
pada lantai
9 Berjalan mundur 1
10 Berjalan mengikuti lingkaran 2
11 Berjalan dengan tumit 2
12 Berjalan dengan ujung kaki 2
JUMLAH 26

Kriteria penilaian
4 :melakukan aktifitas dg lengkap Keterangan
3 :sedikit bantuan (untuk 42 – 54 : Melakukan aktifitas
keseimbangan) dengan lengkap
2 :dg bantuan sedang – maksimal 28 – 41 : Sedikit bantuan (untuk
1 :tidak mampu melakukan keseimbangan)
aktivitas 14 – 27 : Dengan bantuan sedang
sampai maksimal
< 14 : Tidak mampu melakukan
aktifitas
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Dampak pada penampilan ADL : semua aktivitas klien dibantu oleh


teman terdekat
20. Sistem saraf pusat
Sakit kepala :( ) ya (  ) tidak
Kejang :( ) ya (  ) tidak
Sinkope/serangan jatuh :( ) ya (  ) tidak
Paralisis :( ) ya (  ) tidak
Paresis :( ) ya (  ) tidak
Masalah koordinasi :( ) ya (  ) tidak
Tc/tremor/spasme :( ) ya (  ) tidak
Masalah memori :( ) ya (  ) tidak
21. Sistem endokrin
Intoleransi panas :( ) ya (  ) tidak
Intoleransi dingin :( ) ya (  ) tidak
Goiter :( ) ya (  ) tidak
Pigmentasi kulit/tekstur :( ) ya (  ) tidak
Perubahan rambut :( ) ya (  ) tidak
Polifagia :( ) ya (  ) tidak
Polidipsia :( ) ya (  ) tidak
Poliuria :( ) ya (  ) tidak

K. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Cemas : ( ) ya (  ) tidak
2. Stabilitas emosi
a. Labil b. Stabil c. Iritable d. Datar
Jelaskan klien mengatakan saat ini tidak memiliki masalah kecemasan.

3. Permasalahan emosional

Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah tidur? tidak
(2) Apakah klien merasa gelisah? Tidak
(3) Apakah klien murung menangis sendiri? Tidak
(4) Apakah klien sering was-was atau kuatir? Tidak
Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika lebih dari satu atau sama
dengan jawaban 1 ya
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan.
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri ?
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawabannya ya, maka masalah


emosional ada atau ada gangguan emosional

4. Insomnia : ( ) ya (  ) tidak
5. Gugup : ( ) ya (  ) tidak
6. Takut : ( ) ya (  ) tidak
7. Stres : ( ) ya (  ) tidak
8. Mekanisme koping yang biasa digunakan : Klien mengatakan jika
memiliki masalah akan berdoa kepada tuhan dan berpasrah dengan segala
keputusan tuhan
9. Pola respon seksual : Tidak terkaji

L. STATUS FUNGSIONAL
Indek barthel
No Jenis aktivitas Nilai Penilaian
Bantuan Mandiri
1 Makan/minum 5 10 5
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5-10 15 5
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri: cuci muka, menyisir, 0 5 5
dll
4 Keluar/masuk kamar mandi 5 10 0
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15 10
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Berpakaian/bersepatu 5 10 5
9 Mengontrol defekasi 5 10 10
10 Mengontrol berkemih 5 10 10
Jumlah 60
Keterangan :
0 – 20 : Ketergantungan penuh/total
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

M. STATUS KOGNITIF
Short Portable Mental Status Questsionnaire
Benar Salah Nomor Pertanyaan
 1 Tanggal berapa hari ini?
 2 Hari apa sekarang?
 3 Apa nama tempat ini?
 4 Di mana alamat Anda?
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

 5 Kapan Anda lahir?


 6 Berapa umur Anda?
 7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
 8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
 9 Siapa nama ibu Anda?
 10 Angka 20 dikurangi 3=? Dan seterusnya dikurangi 3
4 6 Jumlah
Keterangan :
Salah 0 – 3: fungsi intelektual utuh Salah 4 – 5: kerusakan
intelektual ringan
Salah 6 – 8: kerusakan intelektual sedang Salah 9 – 10: kerusakan
intelektual berat
Mini Mental Status Exam (MMSE)
ITEM TES NILAI MAX NI
ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), (hari) apa? 5
2 Kita berada di mana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), 5
(lantai/kamar)

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, koin) tiap benda 1 detik, 3
pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tersebut dengan
benar dan catat jumlah pengulangan

ATENSI DAN KALKULASI 5


4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk setiap jawaban benar.
Hentikan setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
“DUNIA” (nilai diberikan pada huruf yang benar sebelum
kesalaahn; misalnya “aiund”=3

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)


5 Klien diminta mengingat kembali nama benda di atas 3

BAHASA
6 Klien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, 2
7 buku)
8 Klien diminta mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1
Klien diminta melakukan perintah : “Ambil kertas ini dengan 3
9 tangan Anda, lipatlah menjadi dua bagian dan letakkan di lantai”
10 Klien disuruh membaca dan melakukan perintah “Pejamkan mata 1
11 Anda” 1
Klien disuruh menulis dengan spontan 1
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

Klien diminta menggambarkan bentuk di bawah ini

TOTAL 30

Keterangan :
Skor 24-30 = normal
Nilai 18-23 = gangguan kognitif sedang
Nilai 0-17 = gangguan kognitif berat

N. STATUS FUNGSI SOSIAL


APGAR Keluarga
6. Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) saya untuk
membantu saya pada waktu sesuatu menyusahkan saya hampir
tidak pernah
7. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan masalah dengan saya tidak hampir
tidak pernah
8. Saya puas bahwa keluarga ( teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas kadang-
kadang
9. Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya mengekspresikan
afek dan berespon terhadap emosi saya seperti marah, sedih, atau
mencintai kadang- kadang
10. Saya puas dengan cara teman saya menyediakan waktu bersama-
sama kadang- kadang

Pertanyaan yang dijawab selalu (poin 2), kadang-kadang (poin 1),


hampir tidak pernah (poin 0)
Keterangan
Nilai < 3 : disfungsi keluarga tinggi
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

ANALISA DATA
Tgl Data Masalah Etiologi
28/01/20 DS: Nyeri kronis Proses
Klien mengatakan nyeri di area penyakit
lutut dan betis sejak +2 tahun yang
lalu, nyeri disebabkan oleh usia
yang menua, nyeri hilang timbul,
skala 4, bertambah jika kelelahan
DO:
1. Ekspresi wajah meringis
2. Skala nyeri 4 dengan manual
rating scale
3. Klien memengang area yang
nyeri
4. TD: 130/ 90 mmHg
5. Nadi: 63x/ menit
6. RR: 20x/ menit
7. Diaforesis (-)

28/01/20 DS: Risiko jatuh Penurunan


Klien mengatakan matanya kekuatan
mengalami kekaburan secara terus ekstremitas
menerus
DO:
1. Usia + 80 tahun
2. Kekuatan otot 3333 3333
3333 3333
3. Perubahan gaya berjalan
4. Perubahan penglihatan (+)
5. Floater (+)
6. Diplopia (+)
7. Pandangan kabur (+)
8. Skotomata (+)
9. Skala nyeri 4

28/01/20 DS: Sindrom lansia


Klien mengatakan akhir- akhir ini lemah
mudah lelah
DO:
1. Mudah kelelahan (+)
2. Klien tidak mampu memotong
kuku sendiri
3. Klien tidak mengganti baju
selama 3 hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Skore MMSE 9 kerusakan
kognitif berat
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

7. Kerusakan intelektual sedang


8. Ketergantungan berat
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Tgl Diagnosa Keperawatan Paraf

28/01/20 Nyeri kronis ybd proses penyakit dd Klien mengatakan Nada


nyeri di area lutut dan betis, nyeri disebabkan oleh usia
yang menua, nyeri hilang timbul, skala 4, bertambah jika
kelelahan

28/01/20 Risiko jatuh ybd penurunan kekuatan ekstremitas Nada

28/01/20 Sindrom lansia lemah Nada


PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

PERENCANAAN

Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional

28/01/20 Nyeri Tujuan: 1. Lakukan manajemen nyeri kronis 1. Penatalalaksanaan yang baik
kronis menjamin keberhasilan
Nyeri kronis klien teratasi dalam a. Berikan lingkungan yang nyaman a. Memberikan rasa rileksasi
waktu 7x24 jam b. Batasi pergerakan anggota tubuh b. Mengurangi rasa nyeri
yang sakit
KH:
c. Istirahatkan klien c. Memberikan kesempatan
1. Skala nyeri 0-1 bagi tubuh untuk
2. Diaforesis (-) mengemabalikan
3. Ekspresi wajah rileks kebugaran
4. Nadi 60-100x/ menit d. Posisikan senyaman mungkin d. Memberikan efek relaksasi
5. Tekanan darah dalam batas bagi tubuh
normal (sistole 100-130 mmHg, e. Berikan massage di area yang sakit e. Massage menyebabkan
diastole 70-85 mmHg) vasodilatasi pembuluh
6. RR 12-20x/ menit darah
7. Intensitas nyeri berkurang f. Baluri area yang sakit dengan f. Minyak kayu putih sebgai
minyak kayu putih pengganti kompres hangat
mampu meningkatkan efek
vasodilatasi
g. Bantu mobilisasi klien g. Membantu memenuhi
ADL
2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan status nyeri
diketahui dengan monitoring
a. Skala nyeri dan evaluasi
a. Indikator peningkatan
nyeri
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

b. Diaforesis b. Penimgkatan intensitas


nyeri diikuti peningkatan
metabolisme
c. Ekspresi wajah c. Respon subjektif adanya
peningkatan reseptor nyeri
d. Nadi d. Indikator adanya
peningkatan intensitas
intensitas nyeri
e. Peningkatan intensitas
e. Tekanan darah
nyeri yang berlebih diikuti
oleh peningkatan tekanan
darah
f. Peningkatan intensitas
f. RR
nyeri diikuti dengan
peningkatan RR
g. Indikator penigkatan
g. Intensitas nyeri
intensitas nyeri
3. Pengetahuan merupakan
3. Beri edukasi tentang perawatan nyeri
modal bagi perilaku sehat
akut
yang lebih permanen
4. Laksanakan hasil kolaborasi
4. Kolaborasi meningkatkan
profesionalisme
a. Analgetik
a. Analgetik berfungsi
mengulangi reseptor nyeri
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

PERENCANAAN

Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional

28/01/20 Risiko Tujuan: 1. Lakukan manajemen risiko jatuh 1. Penatalalaksanaan yang baik
jatuh menjamin keberhasilan
Risiko jatuh klien teratasi dalam a. Jauhkan klien dari benda berbahaya a. Mencegah adanya bahaya
waktu 7x24 jam b. Pastikan lantai tidak licin b. Meminimalisir kejadian
jatuh
KH:
c. Bantu klien dalam mobilisasi c. Membantu memenuhi
1. Skala nyeri 0-2 kebutuhan ADL
2. Kekuatan otot maksimal d. Libatkan orang terdekat dalam d. Membantu memenuhi
3. Tidak ada kejadian jatuh pemenuhan ADL kebutuhan ADL
4. Klien mampu mamhami e. Gunakan alas kaki dengan bahan e. Meminimalisir jatuh
kondisinya pribadi karet untuk mencegah tergelincir
5. Lingkungan tempat tinggal aman f. Berikan penerangan yang optimal f. Mempermudah mobilisasi
6. Lantai tidak licin klien
7. Menggunakan alat bantu berjalan g. Berikan alat bantu jalan bila perlu g. Membantu memenuhi
ADL
2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan risiko jatuh
diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Skala nyeri a. Indikator peningkatan
nyeri
b. Kekuatan otot b. Indikator kemampuan
tubuh dalam melakukan
aktivitas
c. Kejadian jatuh c. Indikator respon dalam
pencegahan jatuh
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

d. Pemahaman kondisi klien d. Indikator adanya


peningkatan pengetahuan
klien
e. Kondisi tempat tinggal e. Analisis lingkungan
penyebab jatuh
f. Kondisi lantai f. Analiasis penyebab
kejadian jatuh pada lansia
g. Alat bantu jalan g. Meningkatkan kemampuan
lansia
3. Beri edukasi tentang bahaya jatuh 3. Pengetahuan merupakan
modal bagi perilaku sehat
yang lebih permanen
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

PERENCANAAN

Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Tindakan Rasional

28/01/20 Sindrom Tujuan: 1. Lakukan manajemen sindrom lansia 1. Penatalalaksanaan yang baik
lansia lemah menjamin keberhasilan
lemah Sindrom lansia lemah klien teratasi a. Bantu klien mengganti baju a. Membantu pemenuhan
dalam waktu 7x24 jam kebutuhan
b. Bantu klien berjalan b. Membantu pemenuhan
KH:
kebutuhan
1. Klien tidak mudah kelelahan c. Bantu klien makan c. Membantu memenuhi
2. Klien mampu memotong kuku kebutuhan ADL
sendri d. Libatkan orang terdekat dalam d. Membantu memenuhi
3. Klien mengganti baju setiap hari pemenuhan ADL kebutuhan ADL
4. Makan dan minum mandiri e. Bantu klien dalam berpakaian e. Menjaga kebersihan
5. IMT > 21 kg/ m 2 f. Potong kuku klien f. Mempermudah mobilisasi
6. Klien mampu beraktivitas sesuai klien
kemampuan g. Berikan alat bantu jalan bila perlu g. Membantu memenuhi
7. Klien mampu mengingat dengan ADL
baik 2. Monitoring dan evaluasi terhadap: 2. Perubahan status nyeri
diketahui dengan monitoring
dan evaluasi
a. Tingkat kelelahan a. Indikator kelemahan fisik
b. Kemampuan memotong kuku b. Indikator bersihan diri
klien
c. Kemampuan makan dan minum c. Indikator kemampuan
ADL
d. Kemampuan dalam mengganti baju d. Indikator bersihan diri
e. IMT e. Indikator pemenuhan
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

nutrisi
f. Kemampuan melakukan aktivitas f. Indikator pemenuhan ADL
g. Kemampuan mengingat g. Meningkatkan kemampuan
kognitif lansia
3. Beri edukasi tentang kesehatan di masa 3. Pengetahuan merupakan
senja modal bagi perilaku sehat
yang lebih permanen
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

IMPLEMENTASI

Dx Tgl / jam Implementasi Paraf


1 28/01/20/ Memberikan lingkungan yang nyaman Nada
07.00 R/ klien memahami instruksi perawat
1 08.00 Membatasi pergerakan anggota tubuh yang sakit Nada
R/ nyeri berkurang
1 08.15 Menganjurkan klien istirahat Nada
R/ klien menuruti nasihat
2 09.00 Pastikan lantai tidak licin Nada
2 09.15 Bantu klien dalam mobilisasi Nada
R/ klien memahai tindakan yang dilakukan oleh Nada
perawat
3 11.00 Bantu klien makan Nada
11.15 Libatkan orang terdekat dalam pemenuhan ADL Nada
R/ Klien merasa nyaman
1 12.00 Monitoring dan Evaluasi Nada
1. Skala nyeri 4
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 63x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 90 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
2 12.15 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
3 12.30 Monitoring dan evalusi Nada
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik

1 29/01/2020 Membantu klien mobilisasi ( membantu klien Nada


2 08.00 berjalan)
R/ klien bersedia dibantu berjalan
3 09.00 Menggunakan alas kaki dengan bahan karet untuk Nada
mencegah tergelincir kepada lansia
R/ Klien menuruti instruksi perawat
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

11.30 Membantu memberikan makan kepada klien Nada


R/ klien makan makanan yang sudah diberikan
1 12.00 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 2
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah rileks
4. Nadi 67x/ menit
5. Tekanan darah 110/ 70 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
2 12.15 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 2
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
3 12.30 Monitoring dan evalusi Nada
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik

1 30-01-2020 Membantu klien mobilisasi ( membantu klien Nada


08.00 berjalan)
R/ klien bersedia dibantu berjalan
2 09.00 Menggunakan alas kaki dengan bahan karet untuk Nada
mencegah tergelincir kepada lansia
R/ Klien menuruti instruksi perawat
3 11.30 Membantu memberikan makan kepada klien Nada
R/ klien makan makanan yang sudah diberikan
1 12.00 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 3
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah rileks
4. Nadi 62x/ menit
5. Tekanan darah 120/ 70 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
2 12.15 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 3
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

3. Tidak ada kejadian jatuh


4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
3 12.30 Monitoring dan evalusi Nada
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik

1 31-01-2020 Membatasi pergerakan anggota tubuh yang sakit Nada


08.00 R/ klien mengerti instruksi dari perawat
2 08.15 Memastikan lantai tidak licin (mengepel lantai) Nada
R/ klien memahami yang diinstruksikan perawat
3 08.30 Melibatkan teman klien dalam pemenuhan ADL Nada
R/ klien menuruti nasehat perawat
3 11.00 Memberi makan klien Nada
1 12.00 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 4
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah rileks
4. Nadi 67x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 70 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang Nada
2 12.15 Monitoring dan evaluasi
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
3 12.30 Monitoring dan evalusi Nada
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik

1 01/02/2020 Mengistirahatkan klien Nada


PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

08.00 R/ nyeri berkurang


2 10.00 Menjauhkan klien dari benda yang berbahaya Nada
3 11.00 Memberi klien makan Nada
R/ klien makan habis ½ porsi
1 12.00 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 3
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah rileks
4. Nadi 64x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 90 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
2 12.15 Monitoring dan evaluasi Nada
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan Nada
3 12.30 Monitoring dan evalusi
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan bai
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

CATATAN PERKEMBANGAN

Dx Tgl / jam Evaluasi Paraf


Dx1 28/01/20 S: Nyeri berkurang Nada
12.00 O:
1. Skala nyeri 4
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 63x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 90 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx2 12.15 S:klien mengatakan penglihatannya kabur Nada


O:
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin Nada
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx3 12.30 S:Klien mengatakan masih mudah lelah Nada


O:
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx1 29/01/20 S: Nyeri berkurang Nada


12.00 O:
1. Skala nyeri 2
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 67x/ menit
5. Tekanan darah 110/ 70 mmHg
6. RR 20x/ menit
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

7. Intensitas nyeri berkurang


A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya kabur Nada


O:
1. Skala nyeri 2
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx3 12.30 S:Klien mengatakan sering lelah Nada


O:
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx1 30/01/20 S: Nyeri berkurang Nada


12.00 O:
1. Skala nyeri 3
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 63x/ menit
5. Tekanan darah 120/ 70 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya masih Nada


bermasalah
O:
1. Skala nyeri 3
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi


5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx3 12.30 S:- Nada


O:
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx1 31-01-2020 S: Nyeri berkurang Nada


12.00 O:
1. Skala nyeri 4
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 63x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 90 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Nada
Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya masih
bermasalah
O:
1. Skala nyeri 4
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx2 12.30 S:Klien mengatakan masih sering capek dan Nada


lemas
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

O:
1. Klien mudah kelelahan
2. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
3. Klien tidak mengganti baju setiap hari
4. Makan dan minum dibantu
5. IMT 26,61 kg/ m2
6. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
7. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx1 01-02-2020 S: Nyeri berkurang Nada


12.00 O:
1. Skala nyeri 3
2. Diaforesis (-)
3. Ekspresi wajah meringis
4. Nadi 63x/ menit
5. Tekanan darah 130/ 90 mmHg
6. RR 20x/ menit
7. Intensitas nyeri berkurang
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Nada
Dx2 12.15 S:Klien mengatakan pandangannya masih
bermasalah
O:
1. Skala nyeri 3
2. Kekuatan 3333 3333
3333 3333
3. Tidak ada kejadian jatuh
4. Klien mampu mamhami kondisinya pribadi
5. Lingkungan tempat tinggal aman
6. Lantai tidak licin
7. Tidak menggunakan alat bantu berjalan
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

Dx2 12.30 S:Klien mengatakan masih sering capek dan Nada


lemas
O:
8. Klien mudah kelelahan
9. Klien tidak mampu memotong kuku sendri
10. Klien tidak mengganti baju setiap hari
11. Makan dan minum dibantu
12. IMT 26,61 kg/ m2
13. Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan
14. Klien tidak mampu mengingat dengan baik
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK

A: Masalah belum teratasi


P: Intervensi dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai