Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

NAMA KELOMPOK:
Enjelia Purwaty (1904055)
Grachia Gaicha Uneputty (1904058)
Janah (1904063)
Jesica Anggraeni Toala (1904065)
Romenson Wolla (1904084)
Silvester Trias Nugroho (1904089)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA YAKUM
YOGYAKARTA
2020
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

1. Tema : Managemen Cairan Pada Penderita Gagal Ginjal

2. Sub tema : Cara Mengontrol Rasa Haus Dengan Ice Lips Frozen

(Mengulum Es Batu) Pasien Hemodialisa

3. Sasaran : Keluarga dan Pasien Hemodialisa

4. Tempat : Ruang Hemodialisa RS Bethesda Yakkum Yogyakarta

5. Hari/tanggal : Jumat, 31 Januari 2020

6. Waktu : 30 menit

7. Tujuan instruksional umum

Pasien dan Keluarga mampu mengetahui tentang cara mengontrol rasa

haus dengan Ice Lips Frozen (Mengulum Es Batu)pada pasien

hemodialisa.

Tujuan instruksional khusus :

a. Pasien dan Keluarga mampu mengetahui tentang definisi gagal ginjal.

b. Pasien dan Keluarga mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal.

c. Pasien dan Keluarga mampu mengetahui cara mengontrol rasa haus

dengan Ice Lips Frozen (Mengulum Es Batu).

8. Metode : Ceramah dan diskusi

9. Materi :

a. Definisi Gagal Ginjal

Gagal ginjal kronik (GGK) adalah gangguan fungsi ginjal yang

progresif dan tidak dapat pulih kembali, dimana tubuh tidak mampu

memelihara metabolisme ,keseimbangan cairan, dan elektrolit yang


berakibat pada peningkatan ureum. Pada pasien gagal ginjal kronik

mempunyai karakteristik bersifat menetap, tidak bisa disembuhkan,

dan memerlukan pengobatan berupa transplantasi ginjal, dialisis

peritoneal, hemodialisis, dan rawat jalan dalam jangka waktu yang

lama (Black & Hawk, 2014).

Penyakit ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal

progresif dan lambat (berlangsung beberapa tahun) (Price & Wilson,

2013)

b. Tanda dan gejala gagal ginjal

Menurut Black & hawks (2014), yaitu:

1. Anemia, trombositopenia, cepat lelah

2. Sesak nafas

3. Mual, muntah, anoreksia

4. Pucat, ekimosis

5. Urin berkurang sampai tidak ada produksi urine

6. Bengkak pada ekstremitas

7. Penurunan kesadaran

8. Hipertensi

c. Cara mengontrol rasa haus

1) Pengertian

Haus adalah perasaan seseorang yang secara sadar menginginkan

air dan merupakan faktor utama yang menentukan kebutuhan

asuhan cairan (Potter & Perry, 2010)


Haus adalah insting atau keinginan untuk memenuhi cairan yang

mendorong naluri dasar untuk minum, dengan suatu mekanisme

penting yang terlibat dalam keseimbangan cairan (Said &

Mohhamed, 2013)

2) Faktor yang mempengaruhi rasa haus

Pemenuhan kebutuhan cairan dalam tubuh manusia diatur oleh

mekanisme rasa haus, pusat reseptor stimulus fisiologi utama yang

mengendalikan rasa haus ada di hipotalamus di otak. Faktor yang

mempengaruhi munculnya atau timbulnya rasa haus diantaranya

karena adanya peningkatan konsentrasi plasma, penurunan volume

darah, membran mukosa dan mulut yang kering, angiotensin II,

kehilangan kalium dan faktor-faktor psikologis. Sel reseptor

osmoreseptor secra terus menerus memantau osmolalitas, apabila

tubuh kehilangan cairan banyak osmoreseptor akan bekerja

mendeteksi kehilangan cairan dan mengaktifkan pusat rasa haus,

hal ini yang mengakibatkan seseoran merasa haus dan muncul

keinginan untuk minum (Potter & Perry, 2006)

Faktor lain yang memicu munculnya rasa haus menurut Arfany

dkk (2015) adalah prosedur hemodialisis pada pasien penyakit

gagal ginjal kronik (PGK) yang dilakukan setiap hari akan memicu

munculnya masalah penumpukan cairan diantara sesi dialisis. Hal

ini yang akan menyebabkan berat badan pasien bertambah, tekanan

darah meningkat, sesak nafas, gangguan jantung dan edema karena


ginjal tidak mampu mengeluarkan cairan. Retensi natrium dan air

terjadi akibat hilangnya fungsi ginjal, sehingga fungsi tubulus juga

hilang, yang mengakibatkan sekresi urine encer dan terjadi

dehidrasi. Keadaan dehidrasi ini menyebabkan peningkatan

osmolalitas, sehingga sel akan mengerut dan muncul perasaan haus

(Kowalak, 2011).

3) Proses penurunan rasa haus pada pada pasien CKD

Menghisap/mengulum es yang dibekukan sangat

direkomendasikan untuk membantu dalam mengurangi rasa haus

pada pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani

hemodialisis. Dengan menggunakan alternatif es batu tersebut

dapat merangsang sekresi saliva oleh kelenjar saliva di mulut.

Saliva terakumulasi di mulut akan membasahi mulut, sehingga hal

ini dapat menurunkan sensasi rasa haus yang muncul (Said &

Mohhamed, 2013)

Menghisap/ mengulum es batu dinilai efektif untuk mengurangi

rasa haus yang dirasakan. Dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan Arfany dkk (2014), menyebutkan bahwa dengan

mengulum es batu selama 5 menit akan dapat menurunkan rasa

haus pasien gagal ginjal kronik. Alasanya bahwa dengan

mengulum es batu, lama kelamaan es batu akan mencair. Es batu

yamg telah mencair tersebut akan memberikan efek dingin dan

menyegarkan sehingga keluhan haus pasien berkurang.


4) Mengontrol rasa haus dengan Ice Lips Frozen (Mengulum Es

Batu)

a) Pengertian

Ice Lips Frozen/ mengulum es batu merupakan istilah yang

digambarkan dalam salah satu metode manajemen rasa haus

pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD). Salah satu cara

atau strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan

kebutuhan asupan cairan diantaranya adalah dengan

memberikan secara sering sedikit asupan cairan (air),

memberikan es batu atau es batang (Kozier dkk, 2011). Suatu

metode mengulum es batu selama 5 menit yang lama kelamaan

es batu tersebut akan mencair dan akan memberikan efek

dingin di mulut dan menyegarkan sehingga haus pasien

berkurang. Metode mengulum es batu lebih efektif daripada air

dalam menurunkan rasa haus pada pasien periode pemulihan di

recovery room (RR). Jumlah es yang dikulum sata mengontrol

rasa haus tetap harus dipertimbangkan jumlah cairan yang

dikonsumsi.

Sesuai penelitian yang telah dilakukan oleh Arfany dkk (2015),

menyebutkan bahwa dengan mengulum es batu selama 5 menit

efektif dapat menurunkan rasa haus pasien PGK. Alasannya

disebutkan bahwa dengan mengulum es batu, lama kelamaan es


batu akan mencair dan es batu yang mencair dalam mulut dapat

memberikan efek dingin serta menyegarkan sehingga keluhan

haus pasien menjadi berkurang. Serta dengan mengulum es

batu akan membuat mukosa mulut lembab setelah es batu

mencair, sehingga mulut pasien tidak kering yang dapat

memicu munculnya rasa haus (Igbokwe & Obika, 2008).

Pasien dengan pembatasan asupan cairan dengan mengulum es

batu sangat bermanfaat mengurangi haus. Air yang terkandung

didalam es batu membantu memberikan efek dingin yang dapat

menyegarkan dan mengatasi haus pasien yang sedang

menjalani hemodialisa (Arfany dkk, 2015).

b) Alat dan bahan

 2 buah es batu

 Gelas

 Tissue

 Handuk kecil

c) Prosedur

 Mencuci tangan

 Mengatur posisi pasien duduk

 Meletakkan handuk kecil diatas dada pasien

 Menyiapkan es batu yang berada dalam gelas


 Berikan es batu kepada pasien untuk dihidap/dikulum

selamam 5 menit sampai es nya mencair.

 Ulangi prosedur tersebut kurang lebih 3-4 kali/hari selama

5 menit dengan frekuensi es batu yang diberikan 2 buah

yang setara dengan 50 cc air sampai rasa hasusnya

berkurang.

 Membersihkan mulut dengan tissue

 Bereskan alat-alat

 Mencuci tangan

 Evaluasi kondisi sebelum dan sesudah pemberian terapi ice

lips frozen/menghisap es batu

10. Kegiatan penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu

1. Pendahuluan 1. Salam pembuka 1. Menjawab salam 5 menit

2. Menyampaikan 2. Menyimak dan

tujuan mendengarkan

2. Isi 1. Definisi gagal 1. Menyimak dan 20 menit

ginjal kronik mendengarkan

2. Tanda dan 2. Menyimak dan

gejala gagal mendengarkan

ginjal kronik 3. Menyimak dan


3. Menjelaskan mendengarkan

cara mengontrol 4. Menyimak dan

rasa haus memperhatikan

dengan es batu 5. Mengajukan

4. Memberi pertanyaan

kesempatan 6. Menyimak dan

bertanya mendengarkan

5. Menjawab 7. Menyimak dan

pertanyaan mendengarkan

6. Evaluasi

3. Penutup 1. Menyimpulkan 1. Menyimak dan 5 menit

2. Salam penutup mendengarkan

2. Menjawab

salam

11. Media : leaflet dan power point

12. Daftar Pustaka

Arfany, N. W., Armiyati, Y., & Kusuma, M. A. B. (2015). Efektivitas

mengunyah permen karet rendah gula dan mengulum es batu

terhadap penurunan rasa haus pada pasien penyakit ginjal kronis

yang menjalani hemodialisis di RSUD Tugurejo Semarang.

Diakses pada 28 Januari 2020 dari:

http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah edisi 8.

Singapura: Elsevier

Kowalak, J. P. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC

Kozier, B., et all. (2011). Buku ajak fundamental keperawatan: konsep,

proses dan praktik. Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan:

konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC

Potter, P. A., & Perry, G. G. (2010). Fundamental keperawatan: buku 3,

edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Prince, S. A., & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: konsep klinis proses-

proses penyakit. Jakarta: EGC

Yogyakarta,31 Januari 2020

Preceptor Penyuluh

(……………………) (……………………)

Anda mungkin juga menyukai