Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KEPERAWATAN:

UPAYA MENGHASILKAN TENAGA PERAWAT BERKUALITAS

Nursing Education:
Effort to Produce Quality Nurses Personnel

Tri Rini Puji Lestari


Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI
Kompleks DPR MPR RI Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta

Naskah diterima: 17 Februari 2014


Naskah dikoreksi: 9 Mei 2014
Naskah diterbitkan: Juni 2014

Abstract: Arrangements regarding the establishment and organization of nursing education are still not decisive
and visible. As a result, general recognition of nursing as a profession and the number of nurses that dominates the
health workforce have not been optimal. This paper uses descriptive qualitative analysis method as an approach
to the study of literature. The purpose of this study is to determine the current condition of and the future hope for
nursing education system, as to create quality nurses. Based on the results of the study, in order to create quality
nurses there is a need for quality nursing education. It is because nursing education is an important process that
every nurse must undertake. This is an effort for quality assurance of nursing education which required necessary
standards of research and development of nursing education.
Keywords: Nursing education, nursing, quality.

Abstrak: Pengaturan mengenai pendirian dan penyelenggaraan pendidikan keperawatan masih belum tegas dan
jelas. Akibatnya pengakuan keperawatan sebagai sebuah profesi dan jumlah perawat yang mendominasi tenaga
kesehatan belum optimal. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif dengan pendekatan
studi kepustakaan. Tujuan penulisan untuk mengetahui kondisi sistem pendidikan keperawatan selama ini dan
harapan kedepannya, sehingga dapat menghasilkan tenaga perawat yang berkualitas. Berdasarkan hasil kajian,
untuk menghasilkan tenaga perawat yang berkualitas diperlukan pendidikan keperawatan yang berkualitas
pula. Sebab Pendidikan keperawatan merupakan satu proses penting yang harus dilalui oleh setiap perawat. Ini
merupakan suatu upaya penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan dimana diperlukan sebuah
standar penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan penelitian keperawatan.
Kata Kunci: Pendidikan keperawatan, perawat, kualitas.

Pendahuluan perbedaan sosial budaya, serta mempunyai


Kualitas pelayanan kesehatan sangat pengetahuan yang luas dan mampu memanfaatkan
berkaitan erat dengan kualitas tenaga perawat, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek).
karena sebagian besar tenaga kesehatan Indonesia Tenaga perawat yang berkualitas identik
adalah perawat. Selain itu tenaga perawat juga dengan perawat profesional. Keperawatan
mempunyai kedudukan yang penting dalam yang profesional mempersyaratkan pelayanan
menghasilkan kualitas pelayanan kesehatan keperawatan diberikan dengan kompetensi yang
di rumah sakit, karena pelayanan perawatan memenuhi standar dan memperhatikan kaidah etik
yang diberikannya berdasarkan pendekatan dan moral, sehingga masyarakat terlindungi karena
biopsikososial-spiritual, dilaksanakan selama 24 menerima pelayanan dan asuhan keperawatan
jam secara berkesinambungan. yang bermutu. Keperawatan sebagai profesi juga
Di Era globalisasi, kualitas perawat yang memiliki body of knowledge yang jelas berbeda
bertaraf internasional menjadi prasyarat mutlak dengan profesi lain, altruistis, memiliki wadah
untuk dapat bersaing dengan perawat-perawat profesi, memiliki standar, dan etika profesi,
dari negara lain.Untuk itu diperlukan perawat akuntabilitas, otonomi, serta kesejawatan (Leddy &
yang mempunyai kemampuan profesional dengan Pepper, 1993). Perawat juga diharuskan akuntabel
standar internasional dalam aspek intelektual, terhadap praktik keperawatan, yang berarti dapat
interpersonal, dan teknikal, bahkan peka terhadap memberikan pembenaran terhadap keputusan dan

Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat | 1
tindakan yang dilakukan dengan konsekuensi dapat Indonesia? bagaimana perkembangan Pendidikan
digugat secara hukum apabila tidak melakukan Keperawatan selama ini? dan bagaimana harapan
praktik keperawatan sesuai dengan standar profesi, kedepannya sehingga dapat menghasilkan tenaga
kaidah etik dan moral (Darmawan, 2003). perawat yang berkualitas? Tulisan ini menggunakan
Di Indonesia, selama ini pengaturan mengenai metode deskriptif analisis kualitatif dengan
pendirian dan penyelenggaraan pendidikan pendekatan studi kepustakaan dengan mempelajari
keperawatan masih belum tegas dan jelas, dan membaca literatur-literatur yang berhubungan
sehingga banyak sekali berdiri institusi pendidikan dengan permasalahan penyelenggaraan Pendidikan
keperawatan yang kualitasnya masih diragukan. Keperawatan. Terutama dalam menganalisa lebih
Selain itu standardisasi dalam penyelenggaraan lanjut terkait penyediaan tenaga perawat yang
uji kompetensi masih belum ada, sehingga hasil berkualitas. Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui
yang dicapai juga beragam kualitasnya. Di sisi kondisi sistem Pendidikan Keperawatan selama
lain, penjenjangan pendidikan tidak berpengaruh ini dan harapan kedepannya, agar mampu
banyak terhadap kompetensi, pengakuan, dan menghasilkan tenaga perawat yang berkualitas.
kesejahteraan perawat di tempat kerja di dalam
melakukan asuhan keperawatan. (Setjen DPR RI, Konsep Perawat Berkualitas
2011). Perawat berkualitas identik dengan perawat
Padahal pendidikan keperawatan merupakan profesional. Untuk itu, perawat dikatakan
satu proses penting yang harus dilalui oleh setiap berkualitas apabila mampu memberi pelayanan
perawat. Untuk itu langkah yang  paling awal dan yang sesuai dengan standar profesi keperawatan
penting dilakukan dalam proses profesionalisme dan dapat diterima oleh pasiennya. Sedangkan
keperawatan di Indonesia adalah menata pendidikan menurut Kelly dan Joel (1995), Profesional adalah
keperawatan sebagai pendidikan profesional, suatu karakter, spirit atau metode profesional
agar peserta didik memperoleh pendidikan dan dibentuk melalui proses pendidikan dan kegiatan
pengalaman belajar sesuai dengan tuntutan profesi di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya
keperawatan. Oleh karena itu sifat pendidikan berkeinginan menjadi profesional. Profesional
keperawatan juga harus menekankan pemahaman merupakan suatu proses yang dinamis untuk
tentang keprofesian (Nurhidayah, 2011). memenuhi atau mengubah karakteristik ke arah
Pada hakikatnya Pendidikan Keperawatan suatu profesi (Deden Darmawan, 2013).
merupakan institusi yang memiliki peranan besar Perawat berkualitas (perawat profesional) dapat
dalam mengembangkan dan menciptakan proses terwujud bila profesionalisme keperawatannya
profesionalisasi para tenaga keperawatan. Pendidikan dibangun berdasarkan tiga fondasi, yaitu:
Keperawatan mampu memberikan bentuk dan Pertama, Evidence Based. Keperawatan harus
corak tenaga yang pada gilirannya memiliki tingkat memiliki keilmuan dan hasil-hasil penelitian
kemampuan dan mampu memfasilitasi pembentukan yang kuat. Hal ini yang membedakan body of
komunitas keperawatan dalam memberikan suara dan knowledge keperawatan dengan profesi lain,
sumbangsih bagi profesi dan masyarakat (Ma’rifin, khususnya ilmu kedokteran. Membangun ilmu
1999). Selain itu, ada beberapa perubahan mendasar keperawatan membutuhkan waktu panjang dan
terkait pelayanan kesehatan di era globalisasi harus berbasis perguruan tinggi/universitas. Karena
dan perubahan-perubahan tersebut merupakan itu peletakan fondasi perubahan pendidikan bukan
dampak dari perubahan: ekonomi, kependudukan, hanya pendidikan vokasi semata, tetapi juga lebih
perkembangan ilmu pengetahuan dan Iptek, serta diarahkan pada pendidikan akademik (sarjana,
tuntutan profesi. Dampak perubahan-perubahan magister, dan doktoral) dan pendidikan profesi
tersebut membawa dampak terhadap perubahan (ners, spesialis, dan konsultan).
praktik keperawatan, pendidikan keperawatan, dan Kedua, Quality of Practice. Fondasi ilmu
perkembangan Iptek keperawatan. Perawat di masa yang kuat dan hasil-hasil penelitian yang dimiliki
depan akan menghadapi suatu kesempatan dan oleh perawat akan meningkatkan kompetensi,
tantangan yang sangat luas, sekaligus suatu ancaman. kemampuan berpikir kritis, kemampuan mengambil
Untuk itu, perawat selaku tenaga keperawatan harus keputusan yang tepat dan kepercayaan diri yang
mempersiapkan diri secara baik dan menyeluruh, baik dalam praktik dan berinteraksi dengan
mencakup seluruh aspek keadaan dan kejadian atau profesi lain. Kualitas praktik juga harus didukung
peristiwa yang terjadi saat sekarang dan masa yang oleh berbagai kebijakan, regulasi dan peraturan-
akan datang. peraturan yang sinergi antara pemerintah, institusi
Berikut ini akan dikaji lebih lanjut bagaimana pendidikan, institusi pelayanan dan organisasi
konsep sistem Pendidikan Keperawatan yang ada di profesi.

2| Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


Ketiga, Patient Safety. Masyarakat yang c. Spesialis Keperawatan Komunitas,
dilayani oleh perawat akan memperoleh tingkat lulusannya (Sp.Kep.Kom);
keamanan yang tinggi karena kualitas praktik. d. Spesialis Keperawatan Anak, lulusannya
Untuk itu diperlukan adanya sistem pendidikan (Sp.Kep.Anak);
yang efektif, standar praktik keperawatan, kode e. Spesialis Keperawatan Jiwa, lulusannya
etik keperawatan, sertifikasi perawat, dan kejelasan (Sp. Kep.Jiwa);
regulasi keperawatan. (Deden Darmawan, 2013). 5. Pendidikan jenjang Doktor Keperawatan,
lulusannya (Dr. Kep).
Sistem Pendidikan Keperawatan Indonesia
Pendidikan Keperawatan profesional minimal
Secara umum Pendidikan Keperawatan di
harus melalui dua tahapan, yaitu: tahap pendidikan
Indonesia mengacu kepada Undang-Undang (UU)
akademik yang lulusannya mendapat gelar
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Sarjana Keperawatan (S.Kep.) dan dilanjutkan
Nasional yang mencakup tiga tahap, yaitu:
dengan tahap pendidikan profesi yang lulusannya
1. Pendidikan Vokasional, yaitu jenis Pendidikan
mendapat gelar Ners (Ns). Kedua tahapan tersebut
Diploma Tiga (D3) Keperawatan yang
wajib diikuti, karena merupakan tahap pendidikan
diselenggarakan oleh pendidikan tinggi
yang terintegrasi, sehingga tidak dapat dipisahkan
keperawatan untuk menghasilkan lulusan
antara satu dengan lainnya. Program Pendidikan
yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana
Ners merupakan program pendidikan akademik
asuhan keperawatan;
profesi yang bertujuan menghasilkan Ners yang
2. Pendidikan Akademik, yaitu pendidikan
memiliki kemampuan sebagai perawat profesional
tinggi program sarjana dan pasca sarjana yang
jenjang pertama (first professional degree).
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin
Program magister keperawatan, merupakan
ilmu pengetahuan tertentu;
program pendidikan akademik pasca sarjana yang
3. Pendidikan Profesi, yaitu pendidikan tinggi
bertujuan menghasilkan magister yang memiliki
setelah program sarjana yang mempersiapkan
kemampuan sebagai berikut: 1) Mengembangkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
dan memutakhirkan Iptek dengan menguasai
persyaratan keahlian khusus (program spesialis
dan memahami, pendekatan, metode, kaidah
dan doktor keperawatan).
ilmiah disertai keterampilan penerapannya; 2)
Pendidikan Keperawatan diselenggarakan Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan
berdasarkan kebutuhan akan pelayanan keperawatan, melalui kegiatan penelitian dan pengembangan
seperti yang tercantum dalam UU No. 36 Tahun berdasarkan kaidah ilmiah; dan (3) Mengembangkan
2009 tentang Kesehatan Pasal 1 Ayat (6), yang kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
menyebutkan bahwa tenaga kesehatan adalah ketajaman analisis permasalahan, ketercakupan
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/ profesi yang serupa.
atau keterampilan melalui pendidikan di bidang Program spesialis keperawatan diarahkan pada
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan hasil lulusan yang memiliki kemampuan sebagai
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. berikut: 1) Mengembangkan dan memutakhirkan
Adapun sebutan gelar untuk jenjang pendidikan Iptek dengan menguasai dan memahami,
tinggi keperawatan adalah: pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai
1. Pendidikan jenjang D3 keperawatan lulusannya keterampilan penerapannya; 2) Memecahkan
mendapat sebutan Ahli Madya Keperawatan permasalahan di bidang keperawatan melalui
(AMD.Kep); kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan
2. Pendidikan jenjang Ners (Nurse) yaitu (level kaidah ilmiah; dan 3) Mengembangkan kinerja
Sarjana plus Profesi), lulusannya mendapat profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman
sebutan Ners (Nurse),sebutan gelarnya (Ns); analisis permasalahan, ketercakupan tinjauan,
3. Pendidikan jenjang Magister Keperawatan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang
lulusannya mendapat gelar (M.Kep); serupa.
4. Pendidikan jenjang spesialis keperawatan, Program doktor Keperawatan diarahkan
terdiri dari: pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, sebagai berikut: 1) Mengembangkan konsep ilmu,
lulusannya (Sp.KMB); teknologi/atau kesenian baru di dalam bidang
b. Spesialis Keperawatan Maternitas, keahliannya melalui penelitian, 2) Mengelola,
lulusannya (Sp.Kep.Mat); memimpin dan mengembangkan program

Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat | 3
penelitian; dan 3) Pendekatan interdisipliner dalam pendidikan profesi dan harus berada pada
berkarya di bidang keperawatan. pendidikan jenjang tinggi. Kegiatan tersebut diikuti
Penyelenggara pendidikan tersebut harus seluruh komponen keperawatan Indonesia dengan
memenuhi standar penyelenggaraan pendidikan dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional
yang mencakup tujuh standar yaitu: 1) Visi, misi, (Kemendiknas) dan Kementerian Kesehatan
tujuan, sasaran dan strategi pencapaian; 2) Tata (Kemenkes), serta difasilitasi oleh Konsorsium
pamong, kepemimpinan, sistem pengelolaan dan Pendidikan Ilmu Kesehatan. Sejak saat itu mulai
penjaminan mutu; 3) Mahasiswa dan lulusan; 4) dikaji dan dirancang suatu bentuk Pendidikan
Sumber daya manusia; 5) Kurikulum, pembelajaran Keperawatan Indonesia, yang program pertamanya
dan suasana akademik; 6) Pembiayaan, sarana dan dibuka tahun 1985 di Universitas Indonesia (UI)
prasarana, sistem informasi; serta 7) Penelitian, dengan nama Program Studi Ilmu Keperawatan
pelayanan/pengabdian kepada masyarakat dan (PSIK).
kerjasama. Standar tersebut juga mengacu Pendirian PSIK merupakan momentum
pada perkembangan keilmuan keperawatan, kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia
perkembangan dunia kerja yang selalu berubah. sekaligus sebagai embrio dari Fakultas Ilmu
Seiring perkembangan Iptek dan tuntutan Keperawatan (FIK). Tujuan pendiriannya adalah
masyarakat akan kualitas lulusan pendidikan untuk menghasilkan sarjana keperawatan sebagai
keperawatan yang berkualitas, dikembangkan perawat profesional. Sehingga perawat dapat
suatu desain kurikulum yang didasarkan pada bermitra dengan dokter dan perawat dapat bekerja
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) secara ilmiah, tidak hanya berdasarkan instruksi
menggantikan kurikulum berbasis isi atau materi. dokter saja. Secara konseptual pendirian Program
Pada KBK pelaksanaan penilaian dilakukan secara Studi Ilmu Keperawatan tersebut bertujuan untuk
berkelanjutan dan komprehensif yang meliputi menghasilkan sarjana keperawatan sebagai perawat
aspek hasil belajar, proses belajar dan mengajar, profesional memantapkan peran dan fungsi perawat
kompetensi mengajar dosen, relevansi kurikulum sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, peneliti
dan daya dukung sarana dan fasilitas serta program di bidang keperawatan profesional yang dapat
melalui akreditasi. (Nurhidayah, 2011: 19). mengimbangi kemajuan dan ilmu pengetahuan,
Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan terutama Iptek di bidang kedokteran. PSIK tidak
Nasional No. 232/U/2000 menetapkan Pedoman dapat dipisahkan dari peran Konsorsium Ilmu
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Kesehatan.
Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menyebutkan Melalui SK Menteri Pendidikan dan
bahwa struktur kurikulum yang disusun mengacu Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 1995, PSIK-
pada pembelajaran dengan konsep: 1) Learning FKUI telah berubah status sebagai fakultas mandiri
to know, 2) Learning to do, 3) learning be, dan menjadi FIK-UI. Melengkapi FIK-UI, pada tahun
4) Learning to live together. Ini ditujukan agar 1994 di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung
kompetensi sifatnya terus berkembang sesuai juga didirikan Program Studi Ilmu Keperawatan
tuntutan dunia kerja dan perkembangan ilmu dan telah berubah status menjadi FIK-Unpad.
pengetahuan dan teknologi. (Nurhidayah, 2011: Pada tahun 1999, Direktorat Pendidikan Tinggi
30-31). mengeluarkan SK No.427/dikti/kep/1999, tentang
landasan dibentuknya pendidikan keperawatan
Perkembangan Pendidikan Keperawatan di Indonesia berbasis S1 Keperawatan. SK
Perkembangan pendidikan keperawatan sangat ini didasarkan karena keperawatan memiliki
panjang dengan berbagai dinamika perkembangan “body of knowladge” yang jelas dan dapat
pendidikan di Indonesia. Sampai saat ini, secara dikembangkan setinggi-tingginya karena memiliki
kuantitas perkembangan Pendidikan Keparawatan dasar pendidikan yang kuat. Penerbitan SK tersebut
di Indonesia berkembang pesat, banyak Pendidikan direkomendasikan oleh Kemenkes dan PPNI.
Keperawatan yang dibuka baik Akademi Dengan demikian ada kolaborasi yang baik antara
Keperawatan (Akper), Sekolah Tinggi Kesehatan keduanya dalam memajukan dunia keperawatan di
(Stikes), maupun Program Studi Ilmu Keperawatan Indonesia.
(PSIK). Namun demikian, perkembangan sistem
Pada tahun 1983, saat Persatuan Perawat pendidikan keperawatan di Indonesia masih belum
Nasional Indonesia (PPNI) menyelenggarakan dilaksanakan secara utuh. Hal ini dikarenakan
deklarasi dan kongres nasional pendidikan regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani
keperawatan Indonesia, telah disepakati bahwa oleh dua kementerian, yaitu Kemenkes dan
pendidikan keperawatan Indonesia merupakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

4| Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


(Kemendikbud). Kondisi ini membawa dampak kesehatan adalah penampilan yang pantas atau
adanya kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan sesuai (yang berhubungan dengan standar-standar)
D3 Keperawatan berupa: perizinan, mekanisme dari suatu intervensi yang diketahui aman, dapat
seleksi, ujian, penerbitan ijazah dan akreditasi memberikan hasil kepada masyarakat yang
pendidikan yang berbeda antara kebijakan bersangkutan dan telah mempunyai kemampuan
Kemendikbud dan Kemenkes. Akibatnya, untuk menghasilkan dampak pada kematian,
perkembangan jumlah institusi pendidikan tidak kesakitan, ketidakmampuan dan kekurangan gizi
terkendali, terjadi perbedaan standar dan kualitas (Wijono, 2000).
pengelolaan, serta mutu lulusan yang berimbas Di masa transisi perkembangan profesi
pada kinerja perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menuju pada keperawatan yang
keperawatan. profesional seperti sekarang ini, Kemenkes masih
Selain itu, kinerja perawat dalam memberikan memberlakukan kebijakan mengenai dibentuknya
pelayanan keperawatan hingga saat ini masih belum Pendidikan Keperawatan Diploma Empat (D4)
optimal. Pelayanan keperawatan yang merupakan di beberapa Politeknik Kesehatan (Poltekes),
tugas sehari-hari perawat hanya dianggap sebagai yang disetarakan dengan S1 Keperawatan, dan
suatu rutinitas dan merupakan sebuah intuisi bisa langsung melanjutkan ke pendidikan strata
semata. Padahal perawat yang mempunyai motivasi dua (S2). Meskipun sudah ada beberapa Program
tinggi dalam melaksanakan asuhan keperawatan Studi Ilmu Keperawatan seperti PSIK Univesitas
yang berkualitas mempunyai arti penting dalam Sumatera Utara (USU) dan PSIK Universitas
upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Diponegoro (Undip), yang sudah membubarkan
Sebagai contoh, dari hasil penelitian dan menutup pendidikan D4 Keperawatan karena
Arisnawati (2008) menemukan bahwa kelemahan menghambat perkembangan profesi keperawatan.
atas kemampuan perawat dalam menangani Pemberlakuan kebijakan oleh Kemenkes
keluhan atau respons penyakit, penjelasan perawat dan masih beraktivitasnya beberapa Poltekes di
terhadap keluhan yang dirasakan, perawat kurang Indonesia merupakan suatu pelanggaran terhadap
profesional dalam menangani masalah perawatan, kebijakan Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
dan kurangnya komunikasi perawat dengan pasien yang ada tentang pendirian Poltekes, yakni UU
menimbulkan ketidakpuasan terhadap pelayanan No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Kedinasan.
dan perawatan. Kemudian Mustofa (2008: 36) Dimana pendirian Poltekes yang langsung berada
juga menemukan adanya hubungan yang signifikan dalam wewenang Kemenkes bertujuan dalam
antara persepsi pasien terhadap dimensi mutu mendidik Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di
pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien. bidang kesehatan, sehingga setelah lulus Poltekes
Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan akan langsung diangkat menjadi Pegawai Negeri
berbanding lurus dengan kepuasan pasien. Semakin Sipil (PNS). Sedangkan saat ini, Poltekes bukan
sempurna kepuasan pasien, maka semakin baik pula lagi merupakan lembaga pendidikan kedinasan,
kualitas pelayanan kesehatan yang didapatnya. sehingga para lulusannya tidak lagi mendapat
Kondisi ini juga sejalan dengan hasil penelitian ikatan dinas untuk menjadi PNS.
yang pernah dilakukan oleh Ertanto (2002:2) yang Kemenkes telah membuat kebijakan yang
menunjukkan bahwa adanya korelasi positif antara menghentikan utilisasi S1 Keperawatan. Kalaupun
dimensi kualitas perawat dengan tingkat kepuasan pendidikan keperawatan S1 masih ada, mereka
pasien. lebih difokuskan menjadi perawat-perawat S1 yang
Dengan demikian kualitas pelayanan kesehatan siap dikirim ke luar negeri. Hal ini bertujuan untuk
harus dimulai dari kebutuhan pasien dan berakhir ”menggolkan” D4 Keperawatan. Padahal profesi
dengan kepuasan pasien (persepsi positif terhadap perawat sedang menata kategori jenjang perawat
kualitas pelayanan yang didapatnya). Sebagaimana dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) menjadi
tercantum dalam buku The Definition of Quality and D3 dan sarjana. Kebijakan tersebut menunjukkan
Approaches to its Assessment, Avedis Donabedian ketidakberpihakannya kepada perawat. Kebijakan
(1980) yang mengatakan, bahwa mutu atau kualitas yang ada belum banyak berpihak pada keadilan,
adalah suatu sifat yang dimiliki dan merupakan sosial, ekonomi, dan hukum, bagi perawat.
suatu keputusan terhadap unit pelayanan tertentu Saat ini, masih banyak tempat penyelenggaraan
dan bahwa pelayanan dibagi ke dalam paling pendidikan keperawatan yang menghasilkan
sedikit dua bagian, yaitu: teknik dan interpersonal. kompetensi perserta didik yang tidak seragam,
Kualitas atau mutu merupakan fokus sentral dari dikarenakan standar pendidikan termasuk kurikulum
upaya pelayanan kesehatan dan kebutuhan dasar yang digunakan sebagai acuan penyelenggaraan
yang diperlukan bagi setiap orang. Mutu pelayanan pendidikan berbeda satu sama lainnya. Banyaknya

Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat | 5
pihak yang membuat kurikulum pendidikan sehingga belum menyelesaikan permasalahan
perawat membuat kualitas lulusan tidak seragam. penyelenggaraan pendidikan terutama pada
Banyaknya jenjang pendidikan dasar perawat tingkat diploma. Kemenkes sampai saat ini masih
seperti SPK, D3, D4, dan S1, menyebabkan tidak mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan
adanya perbedaan antara tugas dan wewenang mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru
yang dilakukan dalam memberikan pelayanan sampai penyelenggaraan wisuda.
keperawatan. Dapat dikatakan bahwa tidak ada Kebijakan pemerintah tentang perencanaan
pembedaan tugas pada tiap jenjang pendidikan dan pendayagunaan tenaga keperawatan ditatanan
perawat. pelayanan, baik dalam hal jenjang, jenis, jumlah,
Selain itu, masih banyaknya juga sekolah maupun penyebaran masih belum selaras dengan
menengah dengan kejuruan keperawatan, yang tuntutan masyarakat dan tantangan perkembangan
berpotensi menimbulkan persepsi keliru di tengah ilmu dan teknologi, serta penataan di bidang
masyarakat bahwa perawat lulusan sekolah pendidikan. Hal ini mengakibatkan lulusan
menengah kejuruan dapat bekerja sebagaimana pendidikan ners dan ners spesialis lebih memilih
perawat. Padahal untuk menjadi perawat yang bekerja di institusi pendidikan. Selain masalah
profesional yang dapat memberikan pelayanan pendayagunaan tenaga kesehatan dan persoalan
harus mempunyai kompetensi yang cukup yang lain yaitu tentang credentialing system.
dapat didapatkan dengan menempuh pendidikan Credentialing system keperawatan di Indonesia
yang lebih tinggi. saat ini masih belum dilakukan oleh lembaga
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat credentialing sebagai badan regulator independen
itu, dimana kualifikasi dosen minimal satu tingkat yang ditetapkan melalui UU. Pada tahun 2001
di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dikeluarkan kebijakan yang mengatur sistem
dosen khususnya pada pendidikan D3 maka pada registrasi dan lisensi yaitu Peraturan Menteri
tahun 1998, telah dibuka Program Studi Perawat Kesehatan (Permenkes) No. 1239 Tahun 2001
Pendidik (jenjang D4) berdasarkan SK Dirjen Dikti dalam bentuk Surat Izin Perawat (SIP), Surat Izin
No 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan Tinggi Kerja (SIK), dan Surat Izin Praktik Perawat (SIPP).
Negeri yaitu Universitas Gajah Mada (UGM), Peraturan ini khususnya tentang SIPP digantikan
Undip, Universitas Airlangga (Unair), Universitas dengan Permenkes No. 148 Tahun 2010, dan
Hasanuddin (Unhas), dan USU. Program tersebut Permenkes No. 161 Tahun 2010 tentang Registrasi
merupakan crash program untuk memenuhi Tenaga Kesehatan. Namun dikarenakan Permenkes
kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan No. 161 Tahun 2010 tidak dapat dioperasionalkan
D3. Program studi D4 perawat pendidik di lima maka kemudian diganti dengan Permenkes No. 1796
Pendidikan Tinggi Nasional (PTN) ini telah Tahun 2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan,
ditutup, karena adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang hingga saat ini pelaksanaannya pun masih
tentang Guru dan Dosen. Dalam Pasal 46 Ayat (2), mengalami banyak kendala. Ini merupakan akibat
menyebutkan kualifikasi akademik dosen untuk akibat dari tidak dapat dibedakannya antara tenaga
program diploma dan sarjana adalah minimal keperawatan yang memiliki kewenangan dengan
magister. Namun demikian, Kemenkes justru yang tidak memiliki kewenangan sesuai UU No. 36
menginstruksikan membuka kembali pendidikan Tahun 2009 tentang Kesehatan.
D4 di seluruh Poltekes di Indonesia, dengan konsep Khusus terkait dengan akreditasi program
satu tahun setelah D3 dan lulusan difungsikan studi, pada saat ini pelaksanaan akreditasi baru
sebagai mitra dokter spesialis. Hal ini tidak sesuai sebatas pada penyelenggaraan program pada
dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan. tahap akademik dan belum termasuk pada
Pada tahun 2010, untuk mengatasi kebijakan penyelenggaraan program profesi. Selain itu
ganda yang ada pada penyelenggaraan pendidikan pelaksanaan akreditasi program studi juga masih
keperawatan, diterbitkanlah Surat Keputusan bersifat umum untuk semua jenis program studi
Bersama (SKB) tiga menteri yaitu: No. 07/XII/ sehingga kekhasan atau kekhususan program studi
SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; keperawatan belum dapat dinilai. Hal tersebut
dan No. 420/1072/2010 tentang Pengelolaan belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi
Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan keperawatan.
Milik Pemerintah Daerah (Pemda)”, dan SKB Selain itu, standar kompetensi keperawatan
dua menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/ di Indonesia juga masih belum diakui oleh dunia
SKB/VIII/2011 tentang Penyelenggaraan Poltekes internasional. Kemampuan bahasa Inggris masih
yang diselenggarakan oleh Kemenkes. Namun lemah (TOEFL dan IELTS) dan keterampilan
demikian, kedua SKB tersebut belum cukup jelas keperawatan juga masih rendah. Hal ini dilihat

6| Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


dari hasil skoring The National Council Licensure dukung oleh sistem ketenagaan dan credentialing
Examination (NCLEX) yang sekitar 40, padahal system yang mengacu pada UU Keperawatan di
yang dibutuhkan untuk bekerja di Eropa antara 50- negara-negara tersebut. Selain itu telah terbina
70 dan AS antara 70-80 (Pusat Pendidikan Tenaga interprofessional collaboration yang efektif dimana
Kesehatan/Pusdiknakes, 2007). Akibatnya terdapat pengambilan keputusan tentang pasien dilakukan
700 perawat Indonesia di Kuwait yang nasibnya bersama-sama antardisiplin, sehingga penanganan
terkatung-katung dan terancam di deportasi karena pasien dilaksanakan secara komprehensif dan
terhalang akreditasi. Hal ini karena masih simpang holistik melibatkan semua tenaga kesehatan
siurnya pengaturan sistem pendidikan tinggi termasuk profesi keperawatan.
keperawatan dan belum adanya perlindungan Di Indonesia, kondisi di atas belum terwujud
hukum yang kuat bagi perawat yang akan sehingga diharapkan perlu adanya penataan
bekerja di luar negeri. Padahal AFTA 2010 yang dan pengembangan Pendidikan Keperawatan di
merupakan aplikasi dari ditandatanganinya Mutual Indonesia. Penataan jenis dan jenjang Pendidikan
Recognicion Arrangement (MRA) di Philipina Keperawatan yang baik dan terarah sangat
pada tahun 2006 sudah berlaku. Dibukanya pasar diperlukan, sehingga dapat dijadikan bahan rujukan
bebas bagi perawat Indonesia ini tidak diimbangi dalam mengembangkan profesi keperawatan
dengan penataan sistem pendidikan keperawatan di masa depan. Saat ini pengembangan jenjang
serta pemberian jaminan perlindungan hukum yang Pendidikan Keperawatan sudah dilakukan,
kuat oleh pemerintah. Tidak adanya pengaturan termasuk jenjang akademik pendidikan tingkat
yang kuat untuk menjamin kompetensi dan magister, yaitu: Magister Kepemimpinan dan
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan, serta Manajemen Keperawatan. Selain itu sejak tahun
perlindungan dalam melayani masyarakat, tentu 1998 juga telah diselenggarakan jenis pendidikan
berakibat pada buruknya kompetensi dan citra profesi tingkat spesialis di berbagai bidang layanan
pelayanan keperawatan. Terutama memberikan spesialisasi, antara lain: Keperawatan Maternitas
imbas negatif pada pelayanan kesehatan secara dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal
umum. Hal tersebut sejalan dengan hasil survei Bedah, Keperawatan Jiwa, dan Keperawatan
tahun 2010 yang dilansir oleh Kompas (2013) Anak. Pengembangan pendidikan keperawatan
bahwa ada kesenjangan antara harapan masyarakat untuk jenjang doktordi FIK-UI juga harus terus
dengan kompetensi perawat, yaitu 92,3%: 68,7%. mengalami peningkatan.
Perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar
Harapan ke Depan dari seluruh tenaga kesehatan yang ada, dimana 80%
Pendidikan keperawatan sebagai proses untuk kegiatan pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan
menghasilkan profesi perawat yang berkualitas asuhan keperawatan (Gilles, 2000). Untuk itu dengan
saat ini dan di masa mendatang, dihadapkan pada karakteristik pelayanan yang kontinu, sangat dekat
berbagai tantangan, antara lain: berkembangnya dan lama dengan pasien serta cakupan praktik yang
Iptek kesehatan, tuntutan kebutuhan masyarakat luas tidak terbatas pada kondisi geografis dan sosial
akan layanan yang berkualitas, pengembangan ekonomi, pelayanan keperawatan yang diberikan
profesi keperawatan, meningkatnya kompleksitas harus berkualitas dan melindungi pasien. Hal ini
penyakit dan respons pasien terhadap penyakit, perlu dilakukan karena akan berpengaruh langsung
serta pengobatan dan lingkungan. Disamping itu terhadap pencapaian tujuan pembangunan kesehatan,
dampak dan tuntutan globalisasi dengan adanya: 1) yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
MRA yang sejak tahun 2006 ditandatangani oleh setinggi-tingginya.
Menteri Perdagangan yang memungkinkan adanya Perawat sebagai garda terdepan dari pelayanan
peluang bekerja di wilayah Asia Tenggara bagi kesehatan dan sebagai mitra dokter dituntut
para perawat lulusan ners dan terdaftar; 2) ASEAN untuk dapat bersikap profesional. Perawat sudah
Community yang menekankan kesetaraan standar seharusnya mampu memberikan pelayanan
pendidikan dan pelayanan bidang kesehatan, serta kesehatan secara maksimal dengan di dukung
keterbukaan pasar kerja; dan 3) Peluang kerja yang oleh ilmu pengetahuan kesehatan, terutama ilmu
tersedia sampai tahun 2020 sebesar 1,5 juta tenaga keperawatan. Terlebih lagi dengan kondisi klien dan
perawat terutama di USA, Eropa, dan Australia, keluarganya yang semakin kritis terhadap upaya
belum termasuk di Timur Tengah. pelayanan kesehatan terutama bidang keperawatan.
Saat ini hasil benchmarking di berbagai Selain itu, perawat sebagai tenaga kerja profesional
negara menunjukkan bahwa sistem pendidikan yang bekerja di luar negeri juga merupakan salah
keperawatan dan sistem pelayanan keperawatan satu aset bangsa, yang dapat mendatangkan sumber
telah berkembang dengan sangat baik, karena di devisa yang cukup menjanjikan.

Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat | 7
Sebagai suatu profesi mandiri dalam rumpun 3. Teleologic, sistem pelayanan keperawatan
profesi kesehatan, perawat mempunyai kewenangan selalu mengarah ke satu tujuan yaitu
khusus, yakni melakukan asuhan keperawatan. meningkatkan derajat kesehatan klien.
Asuhan keperawatan (nursing services) adalah 4. Entropi yang menggambarkan suatu sistem
upaya membantu orang sakit maupun sehat, tertutup supaya tidak timbul keparahan dan
sejak dari lahir sampai meninggal dunia, dalam dapat tetap survive.
bentuk meningkatkan pengetahuan, kemauan, 5. Memiliki regulasi.
dan kemampuan yang dimiliki, sehingga secara 6. Hirarki, berkaitan dengan sistemnya.
optimal dapat melakukan aktivitas guna memenuhi 7. Diferensiasi yaitu terkait perbedaan-perbedaan
kebutuhan dasar sehari-hari secara mandiri tanpa tugas dan fungsi dalam mencakup tujuan.
memerlukan bantuan dan/ataupun tergantung pada 8. Ekufinalitas yaitu keadaan keseimbangan yang
orang lain (Henderson, 1980). dinamis.
Pada saat menyelenggarakan asuhan 9. Fleksibel yaitu mampu menyesuaikan diri
keperawatan tersebut, setiap perawat harus terhadap perubahan-perubahan lingkungan dan
menerapkan kiat tersendiri yang berkaitan dengan sumber daya yang ada.
kebutuhan dasar manusia dan ditunjang oleh 10. Dinamis yaitu dapat senantiasa membaca dan
ilmu khusus yang disebut ilmu keperawatan. memanfaatkan peluang yang menguntungkan
Ilmu keperawatan (nursing science) adalah ilmu agar dapat survive.
yang mempelajari macam, serta sebab tidak
Untuk itu keberadaan perawat yang
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui
profesional mutlak di dukung. Ciri-ciri perawat
pengkajian yang seksama tentang hal-hal yang
profesional menurut Handoko (1995) ialah lulusan
melatarbelakanginya, serta mempelajari berbagai
pendidikan tinggi keperawatan minimal D3,
bentuk upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar
mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan
tersebut melalui pemanfaatan berbagai sumber
pendekatan proses keperawatan, menaati kode
yang tersedia (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1991).
etik, mampu berkomunikasi dengan klien dalam
Untuk itu, proses pendidikan perawat harus
penyuluhan kesehatan, mampu memanfaatkan
dapat mempersiapkan tenaga perawat sebagai
sarana kesehatan yang tersedia secara berdaya
profesi yang sudah mendapatkan pengakuan
guna dan berhasil guna, berperan sebagai agen
dari profesi lain. Pendidikan keperawatan juga
pembaharu, serta mengembangkan ilmu dan
dituntut sebagai media bagi perawat agar kelak
teknologi keperawatan. Tanggung jawab moral ini
dapat mengembangkan dirinya berpartisipasi
salah satunya bisa diwujudkan dalam kemandirian
aktif dalam sistem pelayanan kesehatan di
mengatur kehidupan profesi melalui pengembangan
Indonesia agar keberadaannya mendapat pengakuan
profesionalisme keperawatan, yang diawali
dari masyarakat. Dengan demikian, pelayanan
dengan perbaikan sistem pendidikan keperawatan.
keperawatan yang diberikan kepada klien
Sebab tujuan akhir dari penyelenggaraan sistem
bertanggung jawab, akuntabel, berkualitas, aman,
pendidikan keperawatan adalah terwujudnya
dan dilakukan oleh perawat yang telah tersertifikasi,
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
terdaftar, serta terlisensi.
tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan
Kualitas pelayanan keperawatan merupakan
seluruh masyarakat.
hasil akhir dari interaksi dan ketergantungan antara
Untuk menghasilkan tenaga perawat yang
berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi
berkualitas diperlukan pendidikan keperawatan
pelayanan perawatan sebagai suatu sistem. Menurut
yang berkualitas. Sebagai upaya penjaminan
Wijono (1999), Sistem pelayanan keperawatan
mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan
sebagai sistem umum dapat dijabarkan sebagai
tersebut, perlu ditetapkan standar penyelenggaraan
berikut:
pendidikan keperawatan untuk setiap jenis dan
1. Interrelated dan interdependensi, banyak
jenjang pendidikan, dengan mengacu pada berbagai
unsur-unsur pelayanan keperawatan yang
ketentuan perundangan yang berlaku khususnya
saling berhubungan dan saling tergantung.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, UU
2. Holistic, sistem pelayanan keperawatan
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menjadi permasalahan keperawatan seutuhnya
dan lainnya. Upaya penjaminan mutu ini juga
baik manusia secara fisik, mental, sosial,
direpresentasikan melalui pengembangan sistem
lingkungannya serta pendekatan integrated,
akreditasi pendidikan keperawatan.
komprehensif, kegiatan preventif, kuratif,
Selain itu, untuk dapat meningkatkan kualitas
rehabilitatif, dan promotif.
penyelenggara pendidikan, standar kompetensi

8| Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014


minimal lulusan setiap jenis dan jenjang Guru dan Dosen, dan Permendiknas No. 42
Pendidikan Keperawatan perlu dikembangkan. Hal Tahun 2007 tentang Sertifikasi Dosen;
ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang d. Pengelolaan, dilakukan berdasarkan standar
perbedaan kompetensi dan kewenangan lulusan, pengelolaan; dan
dari setiap jenis dan jenjang yang kemudian e. Akreditasi, dilakukan berdasarkan standar
dituangkan indikator pengukurannya melalui pengelolaan Akreditasi pada UU Sisdiknas.
sistem uji kompetensi. Untuk itu diperlukan sistem
Institusi Pendidikan Keperawatan baik milik
akreditasi yang dapat mengakomodasi kebutuhan
pemerintah maupun swasta, selain sebagai tempat
dan kekhususan profesi keperawatan. Ini hanya
untuk menyelenggarakan Pendidikan Keperawatan
dimungkinkan untuk dikembangkan, dengan
juga harus berfungsi sebagai penyelenggara penelitian
membentuk lembaga akreditasi mandiri yang
dan pengembangan, serta penapisan teknologi
sesuai dengan UU Sisdiknas.
bidang keperawatan. Namun demikian fungsi
Lulusan dari berbagai jenjang Pendidikan
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan ini
Keperawatan juga perlu diatur pendayagunaannya
pelaksanaannya harus memperhatikan etika disiplin
secara benar dan baik, berasaskan keadilan
ilmu keperawatan. Dengan demikian, pengawasan
dan pemerataan keterjangkauan. Dengan
dan pemantauan mulai dari perizinan sampai
memperhatikan aspek efisiensi dan mutu pelayanan,
pada pelaksanaan penyelenggaraan Pendidikan
serta lingkungan kehidupan kerja yang baik bagi
Keperawatan oleh lembaga yang independen
tenaga kesehatan, khususnya bagi perawat.Upaya
sangat diperlukan, guna menjaga kualitas institusi
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan itu sendiri.
lulusan, antara lain:
Saat ini Rancangan Undang-Undang (RUU)
a. Proses seleksi, dilakukan sesuai dengan standar
tentang Keperawatan masih dibahas di Dewan
pengelolaan;
Perwakilan Rakyat (DRP) RI, dan untuk menjawab
b. Proses pembelajaran, dilakukan sesuai dengan
tantangan yang dihadapi keperawatan di Indonesia,
standar isi, standar proses, standar pendidik,
perlu ditetapkan standar Pendidikan Keperawatan
standar kependidikan, standar sarana dan
di Indonesia dalam suatu undang-undang.
prasarana, dan standar penilaian Evaluasi/
Penentuan standar Pendidikan Keperawatan ini
Ujian Akhir, dilakukan sesuai dengan standar
merupakan upaya untuk:1
penilaian pendidikan, dan standar pengelolaan;
a. Menyesuaikan dengan perkembangan
dan
keperawatan;
c. Ijazah, diberikan sesuai dengan standar
b. Membenahi kualitas praktik keperawatan;
pengelolaan dan standar kompetensi lulusan.
c. Membenahi aspek hukum yang melindungi
Selain itu, para pendiri institusi pendidikan perawat sebagai tenaga kesehatan yang
tinggi keperawatan yang umumnya berasal dari memberikan pelayanan dan masyarakat yang
pelaku bisnis murni dan profesi non keperawatan, menerima layanan kesehatan; dan
harus mempunyai pemahaman yang baik d. Meningkatkan profesionalitas pelayanan
tentang hakikat profesi keperawatan dan arah keperawatan sesuai dengan hukum, etika, dan
pengembangan perguruan tinggi keperawatan. peran perawat.
Sehingga penekanan pada pemahaman tentang
keprofesian dari Pendidikan Keperawatan dapat Penutup
terlaksana dengan baik. Sedangkan upaya untuk Simpulan
meningkatkan mutu institusi penyelenggara Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia
pendidikan keperawatan, yaitu: belum sepenuhnya menjawab kebutuhan profesi dan
a. Perijinan pendirian institusi, dilakukan bangsa. Hal ini terjadi karena belum adanya aturan
berdasarkan UU Sisdiknas, Kepmendiknas No. yang jelas seputar pendirian dan penyelenggaraan
234 Tahun 2000 tentang Pendirian Perguruan Pendidikan Keperawatan dan kurang dilibatkannya
Tinggi, dan Lampiran PP No. 38 Tahun 2007 organisasi profesi keperawatan oleh pemerintah
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan dalam mengambil kebijakan yang menyokong ke
Bidang Pendidikan; arah perkembangan profesionalisme keperawatan.
b. Sarana Prasarana, dilakukan berdasarkan Perkembangan Pendidikan Keperawatan di
standar sarana dan prasarana; Indonesia secara kuantitas berkembang pesat. Hal
c. Tenaga Pendidik dan Kependidikan, dilakukan
berdasarkan standar Pendidik dan Tenaga Mindyarina, “Standar Profesional dalam Praktek Keperawatan”,
1

dalam http://regional.kompasiana.com/2011/05/12/standar-
Kependidikan, UU No. 14 Tahun 2005 tentang profesional- dalam-praktek-keperawatan/, diakses 14 Juli 2011.

Tri Rini Puji Lestari, Pendidikan Keperawatan: Upaya Menghasilkan Tenaga Perawat | 9
ini terlihat dari banyaknya institusi pendidikan Dokumen
keperawatan di buka. Namun secara kualitas, Arisnawati. 2008. Tingkat Kepuasan Pasien terhadap
pengakuan keperawatan sebagai sebuah profesi Pelayanan Keperawatan di Bangsal Rawat Inap
serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga RSUD Kab. Brebes. Skripsi. Semarang: Program
kesehatan belum sepenuhnya termanfaatkan Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
dengan optimal oleh penyelenggara negara. Jika
hal ini dibiarkan dalam jangka panjang, maka Ertanto Widiyo. 2002. Hubungan Antara Kualitas
akan sulit untuk mencapai tujuan pembangunan Pelayanan Tenaga Perawat Dengan Tingkat
kesehatan nasional, yaitu mewujudkan derajat Kepuasan Pasien Di Ruang Rawat Inap Badan
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah Sakit Umum Dr. H. Soewondo Kendal.
Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro.
Saran
Dalam memenuhi standar pendidikan profesi Harif Fadillah. Urgensi Percepatan Pengesahan RUU
keperawatan, untuk kedepannya selain kualitas Keperawatan di Indonesia, makalah disampaikan
institusi Pendidikan Keperawatan, seorang perawat dalam Diskusi tim kerja kajian RUU Keperawatan
minimal wajib menyelesaikan jenjang pendidikan Setjen DPR RI dengan Persatuan Perawat Nasional
tinggi. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas yaitu Indonesia (PPNI). Jakarta, 23 Juni 2011.
dengan mengikuti program pendidikan sarjana Setiawan Soeparan. 2008. Standar Pendidikan Tenaga
keperawatan selama empat tahun yang lulusannya Kesehatan.Pertemuan Koordinasi Pengelola
bergelar S.Kp. dan program pendidikan profesi Penyelenggara Pendidikan Tenaga Kesehatan
keperawatan selama satu setengah tahun yang (PERKONAS).Yogyakarta,10-13 Desember 2008.
lulusannya bergelar Ns. Selain itu, yang tidak Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia. Kompas
kalah pentingnya adalah pengembangan penelitian 3 Maret 2013.
keperawatan. Sebab melalui penelitian konsep Setjen DPR RI. 2011. Gambaran Keperawatan di
keperawatan yang ada dapat dikembangkan. Makassar, Laporan Penelitian. Jakarta: Bagian
PUU Kesra Setjen DPR RI, 20-24 Juni 2011.

DAFTAR PUSTAKA Internet


Mindyarina. Standar Profesional dalam Praktek
Keperawatan. Dalam http://regional.kompasiana.
com/2011/05/12/standar-profesional-dalam-
praktek-keperawatan/, diakses 14 Juli 2011.
Buku
Darmawan Deden. 2013. Pengantar Keperawatan
Profesional. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Iskandar. 2013. Keperawatan Profesional. Jakarta:
Penerbit In Media.
Mustofa Akhmad. 2008. “Hubungan antara Persepsi
Pasien terhadap Dimensi Mutu Pelayanan
Keperawatan dengan Kepuasan Pasien di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
PKU Muhammadiyah Temanggung.” Jurnal
Keperawatan Vol. 1 No. 2 Maret 2008:23–37.
Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah.
Nurhidayah Rika Endah. 2011. Pendidikan Keperawatan,
Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Medan: USU Press.
Wijono Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan
Kesehatan, Teori, Strategi dan Aplikasi,Vol.
1.Surabaya: Airlangga University Press.

10 | Aspirasi Vol. 5 No. 1, Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai