OLEH
KELOMPOK 1:
ASRIYANTI
NURYADI
RENNY SARAH
YUYUN YUCHANI
ZAINAB
JAKARTA
2021
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Profesionalisme didefinisikan sebagai pelaksanaan secara konsisten nilai-
nilai utama yang dibuktikan dengan pelaksanaan kerja perawat dengan
profesional kesehatan lain guna mencapai kesehatan optimal dan
kesejahteraan bagi pasien, keluarga, dan komunitas dengan secara bijak
menerapkan prinsip altruisme, keunggulan, kepedulian, etik, rasa hormat,
komunikasi, dan akuntabilitas (AACN, 2009). Keperawatan sebagai pelayanan
atau asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan
holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada
kebutuhan objektif pasien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan
menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama.
Menurut UU no 44 tentang RS menyatakan bahwa setiap tenaga kesehatan
yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku,
etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan
pasien. Hal ini menunjukkan bahwa keperawatan sudah diakui sebagai sebuah
profesi, namun dalam penerapannya masih terdapat banyak penyimpangan,
baik itu dari aspek manajemen maupun aspek praktik klinik.
Utami, N (2016) dalam bukunya tentang Etika Keperawatan dan
Keperawatan Profesional menjelaskan tentang ciri keperawatan sebagai
profesi adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Mempunyai body of knowledge yang mencakup ilmu–ilmu dasar (alam,
sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu
keperawatan dasar, ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan
komunitas.
b. Pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, Di
Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan
mempunyai standar kompetensi yang berbeda-beda mulai DIII
keperawatan sampai dengan S3 sudah dikembangkan.
c. Memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang
profesi, keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem
kesehatan nasional. Pelayanan/askep yang dikembangkan bersifat
humanistik/ menyeluruh didasarkan pada kebutuhan pasien, berpedoman
pada standar asuhan keperawatan dan etika keperawatan.
d. Memiliki perhimpunan/organisasi profesi, keperawatan memiliki
organisasi profesi, yaitu PPNI, organisasi profesi ini sangat menentukan
keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai
profesi serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan
profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di
Indonesia.
e. Pemberlakuan kode etik keperawatan, dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan, perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah
laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
f. Otonomi Keperawatan memiliki kemandirian, wewenang, dan tanggung
jawab untuk mengatur kehidupan profesi, mencakup otonomi dalam
memberikan askep dan menetapkan standar asuhan keperawatan melalui
proses keperawatan, penyelenggaraan pendidikan, riset keperawatan dan
praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan (UU No.38 tahun
2014 tentang Keperawatan).
g. Motivasi Bersifat Altruistik, masyarakat profesional keperawatan
Indonesia bertanggung jawab membina dan mendudukkan peran dan
fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan
kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan
sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Penerapan professional status di tatanan RS dari aspek manajemen saat ini
masih mengalami berbagai tantangan diantaranya:
1) Belum ada kejelasan mengenai hirarki kompetensi perawatan yang berlaku
secara umum.
2) Tuntutan kompetensi dari perawat yang diangkat sebagai supervisor pun
belum didefinisikan secara khusus.
3) Hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya (terutama dokter) juga belum
distandarisasi.
4) Standar kompensasi yang saat ini berlaku, masih berbasis profesi. Ini
menyebabkan timbulnya rasa ketidakadilan di sisi tenaga perawat karena
untuk tindakan yang sama dengan durasi serta risiko yang sama, tenaga
perawat mungkin menerima kompensasi yang lebih rendah dibandingkan
profesi lainnya.
Penerapan professional status di tatanan RS dari aspek praktik klinik
diupayakan dengan melaksanaan sistem jenjang karir di rumah sakit
diharapkan dapat meningkatkan loyalitas kerja, memotivasi perawat agar
dapat mengembangkan bakat dan kemampuan, mengurangi subjektivitas
dalam promosi, mendukung rumah sakit memperoleh tenaga yang cakap dan
terampil dalam melaksanakan tugas, meningkatkan prestasi perawat dan
mencegah perawat untuk berhenti bekerja karena pindah ke rumah sakit lain
(Sulistiyani & Rosidah, 2009). Namun pada kenyataannya masih banyak RS
yang belum menerapkan hal tersebut. Hal ini membuat perawat jarang bahkan
masih ada yang tidak terpapar terkait jenjang karir dan berujung pada proses
pelayanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.aacn.nche.edu/education-resources/BaccEssentials08.pdf
Nelson, J., Sassaman, B., & Phillips, A. (2008). Perspectives in ambulatory care
Noe, R. A., Hollenbeck, J. R., Gerhart, B., & Wrigh, P. M. (2011). Manajemen
Empat.
Nurlina, F., Sekarwana, & Somantri, I,. (2018). Sistem Pengembangan Jenjang
AU Ciumbuleuit Bandung.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
komitmen perawat pada rumah sakit umum pusat dr. Hasan Sadikin
Bandung.
Risnah & Irwan (2021). Falsafah dan Teori Keperawatan dalam Integrasi
Rivai, V., & Sagala, E. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk
Weis, D., & Schank, M.J. (2009). Development and Psychometric Evaluation of