Anda di halaman 1dari 41

PANDUAN

KODE ETIK DAN DISIPLIN KEPERAWATAN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PULANG PISAU


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya


Panduan Kode Etik Disiplin Keperawatan RSUD Pulang Pisau. Panduan ini
dibuat sebagai acuan bagi perawat di lingkungan RSUD Pulang Pisau
dalam melaksanakan tugas dan kehidupan profesi perawat.

Profesi Keperawatan merupakan profesi yang sangat menentukan


keberhasilan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat karena perawat
merupakan tenaga kesehatan yang paling lama berinteraksi dengan klien
maupun keluarganya. Sentuhan asuhan keperawatan sudah dirasakan
oleh klien sejak masuk rumah sakit, selama dirawat dan pada waktu
pulang, maka kemungkinan untuk membuat kesalahan juga semakin
besar, terutama yang terkait dengan permasalahan etik, oleh karena itu
perlu dibuat pedoman yang digunakan sebagai acuan.

Tiap individu perawat perlu memahami arti dan makna yang


terkandung dalam lambang Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
serta menghayati dan mengamalkan lkrar Perawat yang telah disepakati
dan ditetapkan dalam Musyawarah Nasional PPNI. Oleh karena itu, Bidang
Keperawatan bersama dengan Komite Keperawatan membuat Panduan
Kode Etik Disiplin Keperawatan RSUD Pulang Pisau. Panduan ini
diharapkan akan selalu mengingatkan perawat tentang hakikat
keperawatan dan tanggung jawab moral dalam menjalankan tugasnya.

Pulang Pisau, November 2022

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................

Daftar Isi......................................................................................

Bab I Pendahuluan......................................................................

A. Latar belakang........................................................................

B. Tujuan....................................................................................

Bab II Konsep Dasar....................................................................

Bab III Ruang Lingkup.................................................................

Bab IV Tata laksana Kode Etik Keperawatan................................

A. Batasan/Etika Dalam Keperawatan/Kebidanan.....................

B. Perilaku sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan.............

C. Jenis - Jenis Pelanggaran Etik Keperawatan..........................

D. Penanganan untuk Pelanggaran Etik Keperawatan................

Bab V Penutup.............................................................................

Lampiran Alur Pembinaan Masalah Etik..................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mencapai Indonesia sehat adalah melalui
profesionalisme di bidang kesehatan, berupa untuk meningkatkan dan
memelihara pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan te
angkau. Salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan adalah
pelayanan kesehatan yang perlu didukung dengan penerapan nilai-nilai
moral dan etika profesi. Perawat selalu dihadapkan dengan masalah-
masalah yang berhubungan dengan etik sehingga sangat penting untuk
memahami kode etik profesi keperawatan.
Etik merupakan perilaku dan sikap yang menuntun perawat
dalam bertindak sebagai anggota profesi. Etika keperawatan sebagai
tuntutan bagi profesi bersumber dari pernyataan Florence Nightingale
dalam ikrarnya (Nightingale Pledge) yang merupakan ikrar profesi
keperawatan kepada masyarakat yaitu profesi keperawatan
berkewajiban membantu yang sakit untuk mencapai keadaan sehat,
membantu yang sehat mempertahankan kesehatannya, dan membantu
mereka yang tidak dapat disembuhkan untuk menyadari potensinya
serta membantu seseorang yang menghadapi kematian untuk hidup
seoptimal mungkin sampai menjelang ajal (Yetti,K. 2014).
Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai pohon
pengetahuan (Body of Knowledge) dan keterampilan khusus yang
diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Pelayanan
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi kepentingan
pasien/keluarga serta masyarakat profesi. Keperawatan mempunyai
otonomi dalam mengatur dirinya sendiri, dan salah satu ciri khasnya
adalah patuh terhadap kode etik.
Sebagai seorang profesional, perawat mengemban tanggung
gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah
tentang asuhan keperawatan yang diberikan.

Perawat juga bekerja diberbagai tatanan dan mengemban


berbagai peran yang membutuhkan interaksi, bukan saja dengan
pasien, keluarga dan masyarakat saja, tetapi juga dengan tim
kesehatan lainnya.

Dalam melaksanakan tugasnya perawat akan sering mengalami


konflik, baik dengan pasien beserta keluarganya maupun dengan tim
kesehatan lain. Disamping itu perawat harus mempertahankan dan
meningkatkan kompetensinya dalam praktek sesuai dengan
pertimbangan IPTEK keperawatan dan kesehatan, terutama yang
berkaitan dengan perpanjangan dengan perpanjangan hidup yang
sering menimbulkan dilema etik. Etik keperawatan berkaitan dengan
hak, tanggung jawab dan kewajiban dari tenaga keperawatan
profesional dan institusi pelayanan dimana pasien dirawat.
Pernyataan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalam
pembuatan standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan
tugas. Kode etik ciri mutlak dari suatu profesi yang memberi makna
bagi pengaturan profesi itu sendiri meliputi bentuk pertanggung
jawaban dan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat.

B. Tujuan

Etik keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi,


mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-tindakan
kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu. Panduan
ini diharapkan dapat menjadi acuan perawat dalam praktik
keperawatan menghadapi situasi-situasi yang terjadi ditempat praktik
dan kehidupan profesinya. Pada setiap situasi akan tejadi beragam
masalah yang tidak pernah sama atau sangat unik, hal ini dipengaruhi
oleh keyakinan, budaya, nilai-nilai, ekonomi dan sosial dalam
pengambilan keputusan pelaksanaan asuhan dan pelayanan
keperawatan
BAB II
KONSEP DASAR

Masing-masing profesi mempunyai dasar pemikiran tentang etik yang


berbeda. Hal ini disebabkan oleh bentuk intervensi profesinya berbeda.
Profesi keperawatan bentuk intervensinya adalah care dan peduli. Dengan
demikian segala prinsip-prinsip etik yang digunakan oleh profesi
keperawatan adalah dalam rangka memenuhi kepedulian.

Dalam konteks kepedulian subjek yang berinteraksi diwujudkan dalam


bentuk relasi. Relasi ini tejadi antara perawat dengan pasien, perawat
dengan perawat, perawat dengan organisasi tempat ia bekerja dan perawat
dengan masyarakat luas. Bila antara subjek yang berelasi saling
menghargai dan tidak ada yang mendominasi, maka akan tercapai
kebahagiaan. Namun bila ada subjek yang mendominasi, maka akan te;jadi
masalah etik yang berarti syarat-syarat untuk menjadi peduli tidak lagi
terpenuhi.

Peduli pada profesi keperawatan ditunjang oleh 4 (empat) unsur utama:


1. Respect to others, bertujuan untuk menghargai subjek yang berelasi.
Subjek yang berelasi adalah perawat dengan pasien, atau antar subjek
lainnya. Contoh setiap perawat memulai tugasnya hendaklah
mengenalkan diri pada pasien. Apabila pasien sudah kenal dengan
perawat, maka perawat hendaklah menyampaikan bahwa ia yang
akan merawat pasien pada jam kerjanya itu. Demikian juga saat jam
ke a berakhir, perawat berpamitan pada pasien. Inilah contoh nyata
bagaimana sikap perawat menghargai pasien.
2. Compassion, secara sederhana dapat diartikan sebagai rasa iba. Rasa
iba ini juga dapat diartikan sebagai rasa sayang pada pasien. Rasa
sayang ini dapat dipelajari akibat sakit yang dialami. Wajah akan
memberikan kenyataan yang sesungguhnya. Dengan demikian,
kenalilah wajah pasien. Dari wajah ini akan menimbulkan belas kasih
dari yang melihatnya.
3. Advocacy, berarti melindungi. Melindungi pasien supaya selamat
berada dalam asuhan keperawatan pasien. Advocacy dapat dilakukan
dengan cara menjamin intervensi yang diberikan perawat agar selalu
aman. Hal ini dapat diperoleh bila perawat memberikan asuhan
keperawatan sesuai kompetensi yang dimilikinya. Bila perawat
memiliki kompetensi, maka ia tidak layak diberi penugasan untuk
intervensi tersebut.

4. Intimacy, adalah kedekatan, perawat terhadap pasien sangat dekat


sekali. Dari mulai pasien kontak dengan perawat, pasien akan selalu
berada dibawah pengawasan perawat. Pengawasan ini baru berakhir
bila pasien meninggal dunia. Sedemikian dekatnya sehingga dekat ini
digambarkan sebagai ibu dekat dengan anaknya.

Keempat unsur inilah diturunkan kode etik keperawatan.


Selain empat unsur utama etik keperawatan yang
sudah dijelaskan, ada unsur lain yang menjadi
pertimbangan. Unsur lain itu adalah benefìcence, non-
malefícience, justice yang disampaikan oleh Hippocrates
(400-300 SM). Kemudian Beauchamp & Childless (1969)
menambahkan dengan autonomy yang banyak terkait
dengan Informed Consent:

1. Beneficence, merupakan suatu kegiatan yang membawa


kebaikan untuk pasien atau lebih dikenal dengan doing good.

2. Non-maleficience, adalah kegiatan yang tidak menceløkakan


pasien dan dikenal dengan do no harm.

3. Justice, atau lebih dikenal dengan equal

4. Autonomy, atau patient rights banyak digunakan dalam proses


infomied ãnn consent.
Prinsip-prinsip ini di Indonesia dikenal dengan Kaidah Bioetik Dasar
(KDB). Didalam pelaksanaannya KDB ini lebih banyak digunakan oleh
profesi kedokteran dalam kaitan tindakan invasive. Profesi keperawatan
yang dalam intervensinya lebih ke arah tindakan non invasif menyebabkan
perawat tidak merujuk pada KDB. Dengan demikian perlu pengkajian lebih
lanjut penetapan prinsip-prinsip KDB pada profesi keperawatan.

Kembali pada prinsip utama etik profesi keperawatan, diperlukan suatu


dokumentasi pada setiap akhir pemberian asuhan keperawatan.
Dokumentasi merupakan suatu jaminan untuk pasien bahwa intervensi
yang diberikan benar adanya. Selain dari benar, dokumentasi ini
hendaklah memenuhi prinsip kemanusiaan. Prinsip itu adalah veracity,
privacy, confidentiality dan fidelity.

1. Veracity mempunyai pengertian agar perawat menjelaskan dengan


lengkap dan akurat ajar pasien memperoleh suatu pemahaman
terhadap masalah yang dideritanya yang terkait dengan asuhan
keperawatan. Walau dipahami oleh perawat tentang konsep veracity,
akan tetapi bila keluarga tidak menginginkan pasien mengetahuinya
dan atau karena pasien tidak siap menerima informasi maka perlu
dipertimbangkan untuk tidak dijelaskan. Tindakan tidak menjelaskan
ini merupakan salah satu pertimbangan terhadap budaya yang
dianut dimana keluarga mempunyai hak atas pasien. Hak keluarga
atas pasien ini disebut heteronomy.

2. Privacy, maksudnya adalah selain diri pasien tidak ada yang boleh
mengakses informasi tentang diri pasien. Privacy ini merupakan
wujud perlindungan yang diberikan oleh perawat pada pasien.
Perlindungan berlaku saat pasien masih sadar sampai meninggal atau
tidak sadar.

3. Confidentiality, bertujuan agar penjelasan yang diberikan secara jujur


hanya boleh diberikan kepada pasien, yang berarti tidak boleh
diberitakan kepada orang lain. memberikan kesempatan orang lain
mengetahui tentang keadaan pasien.
4. Fidelity, bermakna semua informasi dalam bentuk interaksi perawat
dan pasien dapat dipercaya kebenarannya. Percaya merupakan
prinsip yang sangat mulia yang dipunyai oleh perawat. Selain itu,
memercayai kebenaran merupakan dasar untuk terbentuk suatu
hubungan relasi. Sedangkan terbentuk hubungan relasi sangat
diperlukan untuk kesembuhan pasien.
Inilah prinsip yang harus selalu diingat oleh perawat dalam
mengemban tugasnya. Gagal memenuhi prinsip-prinsip ini memberikan
dampak akan menurunnya tingkat kepercayaan pada profesi perawat.
Sedangkan profesi perawat ini menipakan profesi yang mulia yang berarti
tingkat kepercayaan masyarakat padanya sangat tinggi.
Agar prinsip-prinsip etik keperawatan dapat dilaksanakan, maka perlu
suatu karakter yang baik. Karakter yang baik itu menurut Florence
Nightingale bila perawat mendedikasikan seluruh hidupnya untuk pasien.
Florence Nightingale meletakkan dasar- dasar agar perawat menjunjung
tinggi harkatnya dalam berelasi dengan pasien.
Karakter perawat yang baik juga dapat dirujuk kepada teori Carol Gilligan
yaitu Truth. Truth merupakan suatu karakter yang terpuji, dimana perawat
bertanggung jawab penuh terhadap intervensi keperawatan yang
diberikan. Perawat akan melihat kepentingan pasien dan bagaimana
kepentingan ini dapat dipenuhi. Bila prinsip-prinsip etik ini dapat dipenuhi
maka pasien merasa aman ditangan perawat dan perawat menunjukkan
profesi mulianya pada pasien dan masyarakat. Inilah nilai tertinggi suatu
profesi keperawatan.
Bila nilai-nilai tidak diterapkan akan terjadi suatu ketidakpatutan.
Ketidakpatutan ini karena berada diranah etik yang membahas tentang
baik dan buruk bukan salah atau benar, maka tidak dapat dikategorikan
sebagai suatu kesalahan. Oleh karena itu tidak dapat dijamah oleh ranah
hukum, sehingga tidak bisa dibawa ke pengadilan. Bila perawat tidak
dapat menerapkan kaidah-kaidah ini, hanya bisa dikucilkan oleh teman-
teman profesinya. Walau tidak dapat dijamah oleh hukum, ada suatu
keadaan yang memasuki ranah moral, yaitu ranah benar dan salah yang
lebih disebut sebagai ranah moral. Sebelum masuk ke ranah etik, ranah
moral ini dilalui terlebih dahulu.
BAB III
RUANG LINGKUP

Dimensi pelanggaran profesi keperawatan dapat diberikan dalam tiga


bentuk yaitu: dimensi etik, dimensi disiplin profesi dan dimensi hukum.
1. Dimensi Etik
Pelanggaran dimensi etik merupakan pelanggaran yang dilakukan
terhadap kode etik (sebagai aturan internal profesi). Pada umumnya
tidak merupakan kesalahan tetapi kurang tepat atau baik-buruk.
2. Dimensi Disiplin Profesi
Pelanggaran terhadap dimensi disiplin profesi keperawatan merupakan
pelanggaran yang dilakukan terhadap standar profesi yang ditetapkan.
Kesalahan yang mungkin timbul adalah penilaian benar salah. Sanksi
yang dikenakan berupa pencabutan sebagian kewenangan profesi
bahkan sampai pemberhentian profesi.
3. Dimensi Hukum
Pelanggaran terhadap dimensi hukum merupakan pelanggaran yang
dilakukan dalam melakukan kegiatan profesi yang berakibat fatal.
Penyidangan dilakukan oleh perangkat hukum. Sanksi yang dikenakan
oleh perangkat hukum disesuaikan dengan peraturan perundangan
yang berlaku dalam hukum, baik hukum perdata atau pidana.
Komite keperawatan dari ketiga dimensi tersebut memiliki peran sentral
dalam mekanisme etikdan disiplin para perawat/bidan karena tugas
utamanya menjaga profesionalisme tenaga perawat/bidan dan melindungi
pasien rumah sakit dari hal-hal yang berkaitan dengan tindakan medis dan
keperawatan.
Fungsi komite keperawatan dan sub komite etik-disiplin profesi ini
adalah melaksanakan kebijakan komite keperawatan dibidang etika dan
disiplin profesi perawat/bidan.
Tugas Sub Komite Etik dan Disiplin Keperawatan:
1) Bersama ketua komite keperawatan Menyusun garis besar kebijakan
sub komite etik dan disiplin profesi
2) Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan dan
kebidanan
3) Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan dan
kebidanan.
4) Merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan
masalah etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan asuhan
keperawatan dan kebidanan.
5) Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis.
6) Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam
asuhan keperawatan dan kebidanan.
7) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada ketua Komite Keperawatan.
8) Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.
Kewenangan Sub Komite Etik-Disiplin Keperawatan:
1) Memberi usul atau rekomendasi pencabutan kewenangan klinis tertentu
2) Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan
klinis.
3) Memberikan rekomendasi pemberian Tindakan disiplin.
Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan etik-disiplin ini adalah setiap
tenaga perawat/bidan harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam
memberikan asuhan keperawatan dan kebidanan serta menerapkan etika
profesi dalam praktiknya. Profesionalisme tenaga perawat dapat
ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplinprofesi
serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi. Berdasarkan hal
tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etik profesi perlu
dilakukansecara terencana, terarah, dan dengan semangat yang tinggi
sehingga pelayanan keperawatan dan kebidanan yang diberikan benar-
benar terjamin sehingga pasien akan aman dan mendapat kepuasan.
BAB IV
TATALAKSANA KODE ETIK KEPERAWATAN

Setiap perawat/bidan harus memiliki disiplin profesi dalam memberikan


asuhan keperawatan dengan menerapkan:
1) Standar Prosedur Operasional (SPO)
2) Menerapkan etika profesi dalam praktiknya
Profesionalisme tenaga keperawatan/kebidanan dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nila-
nilai etik dalam kehidupan profesi, berpedoman pada dasar-dasar dibawah
ini
A. BATASAN ETIKA DALAM KEPERAWATAN/KEBIDANAN
a) Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat, Keluarga dan Pasien
1. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa
berpedoman kepada tanggung jawab yang pangkal tolaknya
bersumber dari adanya kebutuhan akan perawatan untuk
pasien, keluarga dan masyarakat.
2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang
keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan
hidup bergama dari pasien, keluarga dan masyarakat.
3. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap pasien,
keluarga dan masyarakat senantiasa dilandasi dengan rasa tulus
ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur perawatan.
Perawat senantiasa menjalin hubungan kerjasama yang baik
dengan pasien, keluarga dan masyarakat sebagai bagian dari
tugas dan kewajiban bagi kepentiangan masyarakat demi
terciptanya kesejahteraan dan tujuan pelayanan yang
menyeluruh.
b) Tanggung Jawab Terhadap Tugas

1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan perawatan yang


tinggi disertai kejujuran profesional dalam menerapkan
pengetahuan serta keterampilan perawatan sesuai dengan
kebutuhan orang seorang, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat wajib merahasiakan sesuatu yang diketahuinya


sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.

3. Perawat tidak akan menggunakan dan keterampilan perawatan


untuk tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.

4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa


berusaha dengan penuh kesadaran agar tidak berpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, keagamaan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik serta kedudukan sosial.

5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindungan dan


keselamatan penderita dalam melaksanakan tugas perawatan
serta matang dalam pertimbangan kemampuan jika menerima
atau mengalih tugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya
dengan perawatan.

a. Terhadap Sesama Perawat dan Profesi Kesehatan Lainnya


 Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar
sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya baik dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
 Perawat senantiasa meyebarluaskan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman dari profesi lain dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang perawatan
b. Terhadap Profesi Keperawatan

 Perawat selalu berusaha meningkatkan kemampuan


profesional secara sendiri-sendiri dan atau secara bersama-
sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi
perkembangan keperawatan.

 Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi


perawatan dengan menunjukkan tingkah laku dan sifat-sifat
pribadi yang tinggi.

 Perawat senantiasa berperan dalam menentukan


pembakuan pendidikan dan pelayanan perawatan serta
menerapkannya dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dan
pendidikan perawatan.

 Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara


mutu organisasi profesi perawatan sebagai sarana
pengabdian.

c. Terhadap Pemerintah, Bangsa dan Tanah Air


 Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai kebijaksanaan yang digariskan oleh pemerintah
dalam bidang kesehatan dan perawatan.
 Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam rangka
meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.
B. PERILAKU SEBAGAI PENJABARAN KODE‹ETIK KEPERAWATAN

a. Perawat dan Klien

1. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan


menghargai harkat dan martabat manusia, keunikan klien,
dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, wama kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik
dan agama yang dianut serta kedudukan social. Perilaku
yang dapat diukur:

a. Perawat wajib memperkenalkan diri kepada klien dan


keluarganya
b. Perawat wajib menjelaskan setiap intervensi
keperawatan yang dilakukan pada klien dan keluarga
c. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dilarang / tidak mencela adat kebiasaan dan keadaan
khusus klien
d. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
dilarang / tidak membedakan pelayanan atas dasar
kebangsaan, kesukuan, warna kulit umur, jenis
kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta
kedudukan sosial pada klien.
2. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama. Perilaku yang dapat
diukur :
a. Perawat pada awal bertemu klien, wajib menjelaskan
bahwa mereka boleh menjalankan/ diizinkan
melaksanakan kegiatan yang terkait dengan budaya,
adat dan agama.
b. Perawat dalam memberikan pelayanan wajib
menfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai budaya, adat
istiadat dan kelangsungan hidup beragama dan wajib
mencari solusi, yang akan berpihak pada klien bila
tejadi konflik terkait nilai- nilai budaya, adat istiadat
dan kelangsungan hidup beragama.
c. Perawat wajib membantu klien memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan budaya, adat istiadat dan
agama.
d. Perawat wajib mengikut sertakan klien secara terus
menerus pada saat memberikan asuhan keperawatan.

3. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka


yang membutuhkan asuhan keperawatan.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat wajib melaksanakan asuhan keperawatan


sesuai standar prosedur operasional (SPO)

b. Perawat wajib melaksanakan intervensi keperawatan


sesuai dengan kompetensinya
c. Perawat wajib membuat dokumentasi asuhan
keperawatan sesuai SPO
4. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui
sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat tidak memberikan informasi tentang klien


kepada orang yang tidak berkepentingan
b. Perawat tidak mendiskusikan klien ditempat umum

c. Perawat menjaga kerahasiaan dokumen klien

b. Perawat dan Praktik

1. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetensi di


bidang keperawatan melalui belajar terns menerus.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat selalu mengikuti kegiatan-kegiatan untuk


meningkatkan ilmu dan keterampilan sesuai dengan
kemampuan.
b. Perawat menerapkan dalam praktik sehari-hari ilmu
pengetahuan dan teknologi terbaru dalam memberikan
pelayanan.

c. Perawat harus mempublikasikan ilmu dan keterampilan


yang dimiliki baik dalam bentuk hasil penelitian
maupun presentasi kasus diantaranya journal reading,
laporan kasus dan summary report.
d. Perawat melakukan evaluasi diri terhadap pencapaian
hasil asuhan keperawatan.
2. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan
keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional
yang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat mengikuti dan melaksanakan kegiatan-


kegiatan peningkatan dan penjaminan mutu antara
lain: GKM (Gugus Kendali Mutu), diskusi kasus dan
seterusnya.
b. Perawat selalu melakukan evaluasi terhadap perawat
lain yang menjadi tanggung jawabnya dalam
menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
terbaru.
c. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan wajib
mengidentifikasi asuhan keperawatan yang tidak sesuai
dengan standar mutu dan keselamatan pasien
d. Perawat wajib menyampaikan kepada atasan langsung,
apabila menemukan pelayanan kesehatan yang tidak
sesuai dengan standar mutu dan keselamatan pasien
untuk selanjutnya ditindak-lanjuti.
e. Perawat dalam memberikan intervensi keperawatan
wajib merujuk pada standar yang dikeluarkan institusi
pelayanan kesehatan.
f. Perawat menggunakan teknologi keperawatan yang
telah diuji validitas (kehandalan) dan reliabilitas
(keabsahan) oleh lembaga yang berwenang.

3. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada


informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikar‹/delegasi
kepada orang lain.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat selalu menggunakan data akurat dalam


mengambil keputusan
b. Perawat mendelegasikan pekerjaan harus
menggunakan komunikasi yang jelas dan lengkap
c. Perawat bertanggung jawab dalam pembinaan moral staf

d. Perawat harus membuat laporan terkait tugas yang


dilimpahkan
e. Perawat harus menjalankan tugas sesuai yang
didelegasikan

f. Perawat memberikan masukan berkaitan dengan kasus


yang dikonsulkan sesuai dengan tingkatan penerima
konsul.
4. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi
keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku
professional.
a. Perawat selalu berpenampilan rapi dan wangi

b. Perawat selalu dapat menjawab pertanyaan klien


sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
c. Perawat selalu menepati janji

d. Perawat selalu ramah

e. Perawat menggunakan seragam yang bersih dan sesuai


dengan norma kesopanan
f. Perawat berbicara dengan lemah lembut
c. Perawat dan Masyarakat

Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat


untuk memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam
memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

Perilaku yang dapat diukur :


 Perawat memperlihatkan perilaku hidup sehat di
lingkungannya.
 Perawat melakukan pembimbingan kepada masyarakat
untuk hidup sehat dengan berpartisipasi aktif dalam
tindakan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
 Perawat melaksanakan gerakan masyarakat sehat, seperti:
perilaku hidup sehat, hand higıeine, dan lain-lain
 Perawat mengajarkan masyarakat tentang bencana
 Perawat mengajarkan masyarakat menciptakan lingkungan
yang bersih, aman, dan nyaman.
 Perawat melakukan penelitian dan menerapkan praktik
berbasis bukti dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan
masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat


Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama
perawat maupun dengan tenaga kesehatan lainnya dan dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
Perilaku yang dapat diukur :
 Perawat mendiskusikan hal-hal terkait profesi secara
berkala dengan sejawat.
 Perawat dalam menyampaikan pendapat terhadap sejawat,
menggunakan rujukan yang diakui kebenarannya.
 Perawat menghargai dan bersikap terbuka terhadap
pendapat teman sejawat.

 Perawat menciptakan lingkungan yang kondusif


(keserasian suasana dan memperlihatkan privacy).

 Perawat menghargai sesama perawat seperti keluarga


sendiri.

 Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan


yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak
kompeten, tidak etis dan illegal.

 Perawat mempraktekkan penyelesaikan yang terjadi antar


sejawat sesuai alur penyelesaian masalah.

 Perawat melaporkan sejawat yang melakakan tindakan


yang tidak sesuai dengan standar, etik, dan tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.

 Perawat menegur sejawat atas perilaku yang tidak


kompeten, tidak etik dan tidak legal.

 Perawat membina sejawat agar memelihara tindakan yang


kompeten, etis dan legal.

e. Perawat dan Profesi

1. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan


standar pelayanan keperawatan serta menerapkannya
dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat menyusun standar yang dibutuhkan profesi di


institusi pelayanan.
b. Perawat melakukan sosialisasi ilmu penegetahuan dan
teknologi terbaru dalam lingkup profesi di institusi
pelayanan.
c. Perawat wajib menjaga nama baik profesi dan simbol-
simbol organisasi profesi termasuk di media social dan
lainnya.
2. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan
pengembangan profesi keperawatan.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat melaksanakan kajian asuhan keperawatan


yang diberikan secara terus-menerus dengan bimbingan
perawat yang ditunjuk.
b. Perawat menyampaikan hasil kajian asuhan
keperawatan dalam forum temu ilmiah perawat pada
institusi terkait.
3. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk
membangun dan memelihara kondisi kerja yang kondusif
demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu
tinggi.
Perilaku yang dapat diukur :

a. Perawat harus aktif memberikan usulan terhadap pihak


terkait agar tersedia sarana prasarana untuk
kelancaran asuhan keperawatan.
b. Perawat wajib menyampaikan asuhan keperawatan
yang telah dilakukannya pada setiap serah terima.
c. Perawat penanggung jawab wajib memastikan
terlaksananya asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat pelaksana yang ada dibawah tanggung
jawabnya.
d. Perawat penanggung jawab wajib menyampaikan
perkembangan asuhan keperawatan kepada
penanggung jawab perawatan yang lebih tinggi secara
berkala.
C. JENIS-JENIS PELANGGARAN ETIK KEPERAWATAN

1. Pelanggaran Ringan

a. Tidak mencuci tangan setiap kali akan dan selesai


berkontak dengan pasien atau melakukan tindakan (5
Moment Cuci Tangan)

b. Tidak memberi informasi/berkomunikasi ke pasien pada


saat akan melakukan tindakan keperawatan.

c. Perilaku yang dapat mengganggu kenyamanan dan


ketenangan pasien (suara/tertawa yang keras,
menyalakan Televisi/musik yang keras, dll).

d. Berpenampilan tidak rapi, rambut tidak rapi/gondrong,


kuku panjang, memakai cincin dan gelang tangan pada
saat dinas, tidak memakai pakaian dinas/seragam sesuai
yang ditetapkan.

e. Tidak mentaati ketentuan jam kerja yang sudah


ditentukan oleh Rumah Sakit.

f. Tidak mau bekerjasama dan membantu dalam tugas


dengan sesama perawat atau profesi lain.

g. Tidak memelihara suasana kerja yang harmonis


dan kondusif.

h. Membedakan pelayanan keperawatan terhadap pasien


berdasarkan status sosial, agama dan martabat pasien.

2. Pelanggaran Sedang
a. Tidak melakukan tindakan keperawatan sesuai SOP dan
tidak melakukan prosedur teknik aseptik/antiseptik yang
mengakibatkan terjadi infeksi.
b. Tidak melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan
keperawatan (respon pasien, kondisi, pasien dll).
c. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan. Apabila
pencapaian sasaran kerja pada akhir tahun hanya
mencapai 25% sampai dengan 50%.
d. Membicarakan kekurangan/keburukan perawat lain di
depan/ kepada pasien/keluarga.
e. Bertengkar dengan sesama perawat dan profesi lain.
f. Tidak menjaga kerahasiaan pasien/keluarga pada
profesi/orang yang tidak berhak mengetahuinya.
g. Meninggalkan/tidak dinas ketika dinas tanpa izin.
h. Tidak memperhatikan keamanan pasien (pasien jatuh,
tergelincir, dll)
i. Meminta imbalan/bayaran kepada pasien/keluarga.
j. Melindungi perbuatan teman yang tidak etis/praktek
ilegal
k. Mempublikasikan masalah yang terjadi di Rumah Sakit
ke media massa dan media sosial tanpa persetujuan
Direktur rumah sakit.
l. Merokok disaat Dinas

3. Pelanggaran Berat
a. Tidak bertindak pada saat pasien dalam keadaan
sekarat /henti jantung/pain (kecuali keinginan
keluarga/pasien/DNR).

b. Tidak memperhatikan keamanan pasien (salah pemberian


obat, salah tranfusi,dll).

c. Melakukan tindakan Keperawatan yang tidak sesuai


prosedur tetap yang dapat menyebabkan kematian/
kecacatan.

d. Melakukan tindakan tidak etis/asusila terhadap sesama


perawat profesi lain, pasien atau keluarga pasien.

e. Mengkormersilkan/pemperjualbelikan harta/barang milik


rumah sakit, milik pasien (obat-obatan, BHP) untuk
kepentingan pribadi.
f. Komsumsi obat-obat terlarang/alkohol saat bertugas.

g. Meninggalkan/tidak dinas selama 5 hari berturut-turut


dalam satu bulan tanpa izin.

D. PENANGANAN UNTUK PELANGGARAN ETIK KEPERAWATAN

1. Penanganan Masalah

a. Pelanggaran etik dan disiplin yang bersifat ringan dapat


ditangani/diselesaikan oleh kepala ruangan masing-masing
dan apabila belum selesai dapat dilaporkan kepada Komite
Keperawatan dengan tembusan sub komite etik dan
disiplin.

b. Pelanggaran yang bersifat kedisiplinan dan administrative


aktif, penyelesaiannya diarahkan ke Direktur/Bidang
Keperawatan agar diberikan sanksi sesuai jenis
pelanggarannya.

c. Pelanggaran yang berhubungan dengan etika profesi


(perawat/bidan) rekomendasi penyelesaiannya
disampaikan ke sub komite etik dan disipilin keperawatan.

d. Pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua


komite keperawatan untuk diteruskan kepada Direktur
Rumah Sakit.

2. Alur Penyelesaian Masalah


a. Adanya bukti informasi baik melalui layanan pengaduan,
laporan teman sejawat atau atasan langsung maupun
temuan langsung saat melakukan pelanggaran.
b. Perawat yang melakukan pelanggaran diberi teguran lisan
sebanyak 3 kali.
c. Pada teguran lisan ke 3 kepala ruangan melibatkan sub
komite etika dan disiplin profesi dalam memberikan
pengarahan.
d. Tim Ad-Hoc Etik dan Disiplin Keperawatan memanggil yang
bersangkutan dan saksi-saksi untuk dilakukan
pemeriksaan. Setelah melakukan konfirmasi atau
klarifikasi selanjutnya membuat koronologi kejadian.
e. Tim Ad-Hoc akan mengidentifikasi dan menilai bobot
pelanggaran
f. Membuat berita acara pemeriksaan dan rekomendasi
penyelesaian masalah.
g. Rekomendasi penyelesaian masalah akan disampaikan
kepada Ketua Komite Keperawatan dan akan diteruskan
kepada Direktur Rumah Sakit.
h. Evaluasi dilakukan tergantung dari tingkat dan jenis
pelanggaran yang dilakukan juga berhubungan dengan
pelaksanaan hasil rekomendasi.
i. Bila masalah etik dan disiplin menyangkut teman sejawat
lain dan Tim Ad-Hoc tidak mampu menyelesaikan masalah
yang ada maka akan dikoordinasikan dengan bagian
Keperawatan Rumah Sakit.

Prinsip-prinsip Etika dalam penanganan etik dan disiplin


1. Indepedensi
Dalam melakukan proses penanganan dalam pelanggaran etik dan
didiplin tidak boleh dipengaruhi oleh apapun termasuk hubungan baik,
hubungan saudara, atasan kerja, pemberian sesuatu, suku, rasa tau
agama serta lainnya.
2. Praduga tak bersalah
Memiliki persepsi atau opini bahwa pihak yang terduga melakukan
pelanggaran etik dan disiplin yang sedang ditangani adalah tidak
bersalah sampai dengan dinyatakan bersalah oleh tim yang berwenang.
3. Penghargaan terhadap profesi atau Lembaga
Dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mencederai kewibaan tim
yang berwenang, organisasi profesi maupun fasilitas peleyanan
Kesehatan atau Lembaga lain yang terlibat didalamnya.
4. Akuntabilitas
Semua Lembaga atau tim yang terlibat didalam penanganan
pelanggaran etik dan disiplin harus dapat mepertanggung jawabkan
segala sesuatu yang dilakukan sampai pada putusan yang diberikan
pada terduga pelanggar etik dan disiplin
5. Kehati-hatian dan kerahasiaan
Prinsip ini dimaksudkan bahwa setiap kegiatan pemeriksaan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan disiplin dilakukan
secara hati-hati dan hasilnya bersifat rahasia.
6. Obyektivitas
Prinsip ini dimaksudkan bahwa setiap kegiatan penanganan yang
berkaitan dengan dugaan pelanggaran etik dan disiplin dilakukan
dengan parameter yang jelas.
7. Efektif dan efisien
Prinsip ini dimaksudkan dilakukan dengan tepat waktu dan tepat
sasaran.
8. Perlakuan yang sama
Baik pihak pelapor maupun pihak terlapor diberikan kesempatan yang
sama.
9. Prinsip perilaku rendah hati
Prinsip ini dimaksudkan harus dilakukan dengan rasa empati dan
tidak bicara kasar dan menyudutkan.
BAB III
PENUTUP

Sebagai perawat selalu dihadapkan dengan masalah-masalah yang


berhubungan dengan etik. Oleh karena itu etik menjadi sangat penting
untuk dipahami oleh individu perawat sendiri. Etik merupakan perilaku
dan dalam skala yang lebih luas, etik merupakan sikap yang menuntun
perawat dalam bertindak sebagai anggota profesi.

Keperawatan adalah suatu profesi yang mempunyai keterampilan khusus


yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan. Pelayanan
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan demi kepentingan
pasien/klien serta masyarakat profesi. Keperawatan mempunyai otonomi
dalam mengatur dirinya sendiri, dan Salah satu ciri khasnya adalah patuh
terhadap kode etik.

Sebagai seorang profesional, perawat akan mengemban tanggung gugat


untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang
asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat juga bekerja diberbagai
tatanan dan mengemban berbagai peran yang membutuhkan interaksi
bukan saja dengan pasien, keluarga dan masyarakat tetapi juga dengan
tim kesehatan lainnya.

Panduan kode etik perawat dibuat untuk membantu dalam pembuatan


standar dan merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas. Kewajiban
dan tanggung jawab perawat profesional. Kode etik ciri mutlak dari suatu
profesi yang memberi makna bagi pengaturan profesi itu sendiri meliputi
bentuk pertanggung jawaban dan kepercayaan yang diberikan oleh
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

American Nursing Asociation (2010). Guide to the Code of Ethics for Nurses.
Diunduh dari www.nursesbooks.org/ebooks.

Beauchamp, T.L.& Children, J.F (2001) Principles of Biomedical Ethics (5 th ed). New
York : Oxford University Press.

Cohen, B I (1984). Florence Nightingale. Scientific American 250, 128-137.

Depkes.RI. 2015. lnstrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan


Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta.

PP PPNI, Jakarta (2000), Kode Etik Keperawatan, Lambang Panji PPNI dan
Ikrar Keperawatan.

PPNI, (2013). Kode Etik dan Penerapannya, Jakarta : Majelis Kehormatan


Etik Keperawatan Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PP PPNI (2013) Pedoman Pembinaan dan Penyelesaian Dilema Etik


Keperawatan; Jakarta PP PPNI (2015) Hasil Musyawarah Nasioanl IX :
Palembang.

PPNI (2016). Kode Etik Keperawatan Lambang Panji PPNI dan Ikrar
Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Penatuan Perawat Nasional
Indonesia.

PP PPNI (2017). Pedoman Perilaku sebagai Penjabaran Kode Etik


Keperawatan : Jakarta

Thompson, LE, Melia, K.M & Boyd, K.M (1988). Nursing Ethics (2nd ed).
Edinburgh : Churchill Livingston.
ALUR PENANGANAN MASALAH
ETIK KEPERAWATAN

Informasi adanya pelanggaran etik dan disiplin:


1. Aduan masyarakat
2. Laporan teman sejawat/Kepala ruangan/Kepala Instalasi
3. indikator
Memenuhi Adanya temuan langsung Tidak Memenuhi kriteria
pelanggaran ETIK dan ETIK dan DISIPLIN
DISIPLIN
Sidang Etik dan
Penelusuran Disiplin
Komite Keperawatan Lingkup:
fakta dan data: Masalah Etik
1. Konfirmasi Sub Komite Etik dan Disiplin
dan Disiplin
2. Validasi (Tim Ad-Hoc Etik dan Disiplin)
3. klarifikasi

Stop
PELANGGARAN

REKOMENDASI
PENYELASAIAN

1. Berdasarkan jenis
dan tingkatan
pelanggaran
2. Sanksi/punishment

KETUA KOMITE KEPERAWATAN

SUB KOMITE ETIK DAN DISIPLIN DIREKTUR


KEPERAWATAN: 1. Mengeluarkan kewenangan
1. Rekomendasi klinis sesuai rekomendasi
penanganan etik dari ketua komite
(konseling, pembinaan) berdasarkan hasil sidang
etik

Anda mungkin juga menyukai