Anda di halaman 1dari 16

ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Aspek Legal Praktik Keperawatan : Hukum Kesehatan, UU Kesehatan,


UU Keperawatan, UU Tenaga Kesehatan pada sarana kesehatan di
Indonesia

OLEH

Dirga Dijaya Mulyadi R012211001

Christin Satiawati Susana Mahalang R012211002

Khumairah R012211023

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


2021

1
DAFTAR ISI

BAB ...................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN.............................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG.................................................................................3
B. TUJUAN..............................................................................................4

BAB II................................................................................................................................... 4

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................... 4

A. PENGERTIAN ASPEK LEGAL KEPERAWATAN..........................................5


B. STANDART PRAKTIK KEPERAWATAN.....................................................7
C. TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT PERAWAT......................8
D. HUKUM KESEHATAN.......................................................................11
E. UNDANG-UNDANG KESEHATAN..........................................................12
1. Undang-undang Keperawatan......................................................12
2. Undang-undang Tenaga Kesehatan............................................13

BAB III................................................................................................................................ 14

PENUTUP......................................................................................................................... 14

A. KESIMPULAN.....................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan


perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu
membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi
tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihat sebagai praktik profesi,
maka harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan, siapa
melakukan apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa digugat,
perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan.Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak
mencerminkan kondisi dilapangan yang sebenarnya, hal ini dibuktikan
banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan mengenai semaraknya
razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan diberbagai
rumah sakit belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkanl ebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.

Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan


dengan di negara Barat memang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-
negara Asia sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai
sejak tujuh tahun terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah
pasti memerlukan dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting
adalah dukungan pemikiran-pemikiran kritis terutama dari nurses itu

3
sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan tindakan yang mendasari evidence-
based practice dunia nursing yang memerlukan proses pembuktian
sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut bukan berarti
mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher. Sebaliknya,
sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-hari. Dengan demikian
kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan dasar ilmu
nursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses kepada
pasien ataupun dalam melaksanakan program pendidikan nursing, sudah
seharusnya menyatu dalam intelektualitas nurses

B. Tujuan

Untuk mengetahui deskripsi aspek legal keperawatan, dasar hukum


keperawatan, standart praktik keperawatan serta tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan  dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan


kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi
altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja


kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and
Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna

5
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting
kepada masyarakat.

Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang


bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa
ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti
kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan
waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap
altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang
profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan
diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut
melalui pemberian izin.

Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan


izin melaksanakan praktik profesi. Pada PMK No 26 tahun 2019 tentang
PP UU no 38 tahuj 2014. Di jelaskan bahwa
1. Pasal 3, jenis perawat ada 2 yaitu perawat vokasi dan perawat
profesi (Ners dan Ners spesialis)
2. Pasal 4, setiap perawat wajib memiliki STRP yang berlaku selama
5 tahun.
3. Pasal 6, STRP wajib di perpanjang setelah masa berlaku 5 tahun
habis, dengan memenuhi syarat dan ketentuan berlaku.
4. Pasal 7, perawat yang melakukan praktik keperawatn wajib
memiliki SIPP, yang dikenal dengan istilah SIP dan SIK, SIPP ini
diajukan di pemerintah daerah kota/kabupaten setempat.

Kewenangan perawat, hanya diberikan kepada mereka yang


memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam

6
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui, kewenangan tersebut
di atur dalam KMK RI No HK,01,07/MenKes/425/2020 tentang standar
profesi perawat.

B. Standart Praktik Keperawatan

Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek


terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah
ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenang tertentu
(Schroeder, 1991). Sebuah standar secara komprehensif menguraikan
semua aspek profesionalisme, termasuk sistem, praktisi dan pasien.
Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatan dan
memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para
anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan
publik 
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan
kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau
penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu
profesi yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada
publik terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang
spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik 

7
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik 
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.

Tipe standar keperawatan :


1. Standar Praktek  meliputi kebijakan, uraian tugas dan standar kerja.
Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber ± sumber untuk memfasilitasi
pemberian asuhan

2. Standar Asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan generik dan


rencana asuhan. Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

C. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat

Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas-


tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. Tanggung
jawab perawat secara umum :
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau
obat ± obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada
dokterdan orang ± orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan
informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan ±
pertanyaan pasien dan memberikan informasi biasanya diberikan
oleh dokter

8
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal
penting kepada orang yangtepat.

Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggung jawabkan


perilaku dan hasil baik atau buruk, hasilnya termasuk dalam lingkup peran
profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik
secara tertulis tentang perilaku tersebut dan hasilnya. Terhadap dirinya
sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat. Akuntabilitas
bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi ± praktisi profesional baru dan mengkaji
ulang praktisi ± praktisi yangsudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan
pertumbuhan pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan
kesehatan
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis

Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :


1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya
kewajiban dari hubungan kontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh
tenaga kesehatan yang ada dalam tanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum

Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:


a. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi,
mendorong partisipasi pasiendan penentuan keabsahan data yang
dikumpulkan.

9
b. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat
tentang masalah ± masalahkesehatan pasien seperti pertanyaan
diagnostik.
c. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien
juga dipertimbangkan dalammenetapkan prioritas asuhan.
d. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang
dilakukannya dalam memberikan asuhankeperawatan.
e. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan
tindakan keperawatan.

Empat hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka


secara hukum
a. Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi
d. Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman

Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri


a. Ketahui pembagian tugas mereka
b. Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
c. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan
intervensi utama
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu
dan pasien yang benar
e. Lakukan setiap prosedur secara tepat
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan
tepat dan akurat

10
g. Catat semua kecelakaan mengenai pasien
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan
pasien
i. Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
j. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
k. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan
orang yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus
dikerjakan dan memiliki pengetahuan danketerampilan yang
dibutuhkan
l. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan

D. Hukum Kesehatan

Istilah hukum kesehatan (medical law) dalam negara yang


menganut sistim hukum eropa kontinental (anglo saxon) seperti,
belanda , perancis berbeda dengan health law bagi negara yang
menganut sistim hukum common law system (amerika serikat, inggris)
yang dikarenakan bahwa helath law merupakan istilah ruang
lingkupanya lebih luas dibanding dengan medical law karena sebagian
orang yang menyatakan bahwa medical law adalah bagian dari health
law.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur
hak individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di
pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah
perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional, dan internasional.
Menurut prof. Van der mijn yang mengatakan bahwa hukum
kesehatan adalah merupakan sekumpulan peraturan yang berkaitan

11
dengan pemberian perawatan dan juga penerapanya kepada hukum
perdata, hukum pidana, dan  hukum administrasi negara.Sedangkan
hukum medis (medical law) yaitu hukum yuridis dimana dokter menjadi
salah satu pihak dan bagian dari hukum kesehatan.
Sedangkan menurut prof. H.J.J.Leneen mengatakan bahwa hukum
kesehatan adalah semua peraturan-peraturan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan
penerapanya kepada hukum perdata, hukum pidana, dan hukum
administarsi Negara.

E. Undang-Undang Kesehatan

1. Undang-undang Keperawatan

Undang-Undang Keperawatan sangat diperlukan bagi profesi


perawat karena tanpa ada regulasi secara nasional berupa undang-
undang tidak akan ada pengakuan dari segi pendidikan, kompetensi,
dan profesi bagi perawat Indonesia baik secara internasional maupun
di dalam negerinya sendiri. Selain itu, berdasarkan muatan materi
serta landasan sosiologis, filosofis, dan yuridis, undang-undang
keperawatan mempunyai urgensitas untuk segera dibentuk secara
spesifik dan terpisah dari undang-undang tenaga kesehatan.
Materi muatan dari undang-undang keperawatan jelas dan tegas
mengatur mengenai sistem pendidikan keperawatan, penyelenggaraan
praktik keperawatan (peran dan wewenang perawat, serta hak dan
kewajiban perawat dan masyarakat), kompetensi (registrasi, dan
lisensi) serta kelembagaannya yang terdiri dari organisasi profesi,
kolegium, dan konsil. Berdasarkan materi muatan tersebut, undang-
undang keperawatan ini mengandung norma yang bersifat perintah
terkait dengan pendidikan, kompetensi, kelembagaan (konsil
keperawatan sebagai regulatory body, kolegium, dan organisasi
profesi), penyelenggaraan praktik keperawatan. Norma yang bersifat

12
kebolehan dan larangan tercermin dalam penyelenggaraan praktik
keperawatan.
Undang-undang Keperawatan ini sangat diperlukan bagi
kedudukan hukum perawat dan perlindungan hukum pelayanan
kesehatan melalui keperawatan di Indonesia.
Maka dengan itu UU Keperawatan telah disahkan, PerMenKes No
26 Tahun 2019 tentang peraturan pelaksanaan UU No 38 tahun 2014
tentang Keperawatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan disahkan oleh Presiden Dr. H.
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014 dan UU
Keperawatan mulai diberlakukan setelah diundangkan oleh
Menkumham Amir Syamsudin di Jakarta dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014.
Selain itu ada UU yang mengatur tentang perlindungan perawat,
Perda kota Makassar tentang Perlindungan Perawat No 4 Tahun 2019
ini di sahkan pada tanggal 3 September 2019, penetapan dan
pengesahan Perda tersebut melalui rapat paripurna DPRD Kota
Makassar.
Ada pula Perda Kota Makassar yang mengatur tentang layanan
dalam praktik home care yaitu PerWali Kota Makassar no 6 tahun
2016.

2. Undang-undang Tenaga Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap
kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta

13
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional. setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan Negara. Bahwa setiap upaya pembangunan harus
dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan
nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.
Penjelasan UU 36-2009 tentang Kesehatan. Dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita
bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional bangsa
Indonesia. Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain
dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,
maupun sosial. Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat
untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan
yang setinggi-tingginya.
Undang-undang tentang tenaga Kesehatan yaitu UU No 36 Tahun
2014, diputuskan dan di tetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG
TENAGA KESEHATAN. Untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Di UU ini juga memuat tentang Untuk meningkatkan mutu Praktik
Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan dan masyarakat,
dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya sebagai tenaga kesehatan yang melayani
masyarakat tenaga kesehatan harus mendapatkan perlindungan atau
kepastian hukum. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI)
merupakan salah satu lembaga yang dibentuk oleh presiden untuk
keperluan registrasi, hukum dalam bidang kesehatan.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek legal keperawatan  adalah suatu aturan keperawatan  dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya. Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan
berkaitan  dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak
terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek
Keperawatan.

Fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan


merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan
batas – batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai
perawat.

Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas-


tugas yang berhubungandengan peran tertentu dari perawat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan
perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran profesional
seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara
tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya
sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat. Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien, sehingga
aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan
dengan sebaik-baiknya.

15
DAFTAR PUSTAKA

M, A. C. (2006). Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalan Tantangan


Zaman . Jakarta.

Ali, M. M. (2006). Kemitraan Dalam Hubungan Dokter Pasien. Jakarta:


Konsil Kedokteran Indonesia.

Darmadipura, S. (2005). Kajian Biotek. Surabaya: Airlangga University


Press.

Guwandi, J. (2000). Dokter dan Hukum. Jakarta: Monellab.

Iskandar, D. (2001). Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien.


Jakarta: Sinar Gramatika.

Mimin, S. (2003). Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen, B. K. (2006). Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan


Perspektif Edisi 4. Jakarta: EGC.

16

Anda mungkin juga menyukai