Anda di halaman 1dari 19

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal

isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau

total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus tidak dapat melewati saluran gastrointestinal

(Nurarif & Kusuma, 2015).

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan (Indrayani, 2013).

Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat

diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau

kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor polipoid dan

neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses

(Nurarif& Kusuma, 2015).

B. Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain

1. Hernia inkarserata :

Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung hernia terjepit

oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi (penyempitan)dan strangulasi usus

(sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola

secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan reduksi

gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakanherniotomi segera

(Indrayani, 2013)

2. Non hernia inkarserata, antara lain :

a. Adhesi atau perlekatan usus

Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau

proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa perlengketanmungkin dalam bentuk

tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan

peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5%

dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan

kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak

(Indrayani, 2013).

b. Invaginasi (intususepsi)

Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang

muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatikkarena tidak

diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang

masuk naik kekolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini

dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk

dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas

pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan Rontgen dengan pemberian

enema barium (Indrayani,2013).

c. Askariasis

Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan

hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi

biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi

umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan

puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.

Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,

strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).

d. Volvulus

Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari

segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap aksis

sehingga pasase (gangguan perjalanan makanan) terganggu. Pada usus halus agak

jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan

mudah mengalami strangulasi (Indrayani,2013).


e. Batu empedu yang masuk ke ileus.

Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul (koneksi abnormal

antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur lainnya) dari saluran empedu

keduodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke raktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada

bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi. Penyebab

obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker yang dimulai di kulit atau

jaringan yang melapisi atau menutupi organ-organ tubuh) , terutama pada daerah

rektosigmoid dan kolon kiri distal (Indrayani,2013).

C. Manifestasi Klinis

a. Mekanik sederhana – usus halus atas

Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan

bising usus, nyeri tekan abdomen.

b. Mekanik sederhana – usus halus bawah

Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus meningkat, nyeri tekan

abdomen.

c. Mekanik sederhana – kolon

Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi

muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.

d. Obstruksi mekanik parsial

Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya kram nyeri

abdomen, distensi ringan.

e. Strangulasi

Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan terlokalisir, distensi

sedang, muntah persisten, biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir

hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah

samar. (Price &Wilson, 2007)


D. Patofisiologi Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu
empedu

ILEUS OBSTRUKTIF

Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak
obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, Kerja usus Klien rawat
isi usus terdorong ke lambung melemah inap
kemudian mulut
Gangguan
Poliferasi Tekanan peristaltic usus Reaksi
bakteri cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan Tekanan vena dicerna usus cemas
bakteri dan & arteri ↓ Mual muntah mual
toksin dari usus ansietas
yang infark Kehilangan Sulit
bakteri Iskemia cairan menuju dehidrasi BAB
dinding usus ruang peritonium
melepas konstipasi
endotoksin, Intake cairan ↓
melepaska Metabolism Pelepasan bakteri
n zat anaerob & toksin dr usus Cairan intrasel ↓
pirogen yg nekrotik ke
Merangsang dlm peritonium
Impuls Resiko syok
pengeluaran (hipovolemia)
hipotalamus mediator Resiko infeksi
bagian kimia
termoregulato
r melalui Merangsang reseptor Merangsang Saraf simpatis
ductus nyeri REM Pasien terjaga
susunan saraf terangsang utk
thoracicus mengaktivasi RAS ↓
otonom,
Suhu tubuh ↑ Nyeri mengaktivasi mengaktifkan kerja Gangguan
akut organ tubuh pola tidur
norepinephrine
hipertermi
E. Prognosis

Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur, etiologi,tempatdan

lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda ataupun tua maka toleransinyaterhadap

penyakit maupun tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan

mortalitas. Pada obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus

halus (Indrayani,2013).

F. Klasifikasi

1. Menurut sifat sumbatannya

Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :

a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam lumen usus

tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia usus dan neoplasma

b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai oklusi

pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan volvulus

(Pasaribu, 2012).

2. Menurut letak sumbatannya

Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :

a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus

b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).

3. Menurut etiologinya

Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:

a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi (postoperative),

hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses

intraabdominal.

b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital

(malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan

intususepsi.

c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam usus,

misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).


4. Menurut stadiumnya

ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain :

a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga

makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.

b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak disertai

terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).

c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya

pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau

gangren (Indrayani, 2013).

G. Komplikasi

a) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput

rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh terdapatnya bakteri dalam dalah

(bakteremia).

b) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan volume cairan.

c) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang

usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini dapat

menyebabkan peritonitis

d) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus

e) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.

f) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah anus oleh bakteri

atau kelenjar yang tersumbat pada anus.

g) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu keadaan dimana

tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena pembedahan.

h) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik


H. Pemeriksaan Diagnostik

1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) : meningkat akibat

dehidrasi

2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum meningkat, Na+ dan

Cl- rendah.

3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen

a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula connives

melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi perifer/bayangan haustra

tidak terlihat di seluruh lebar usus)

b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)

4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi barium sulfat

sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat tempat dan penyebab.

5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi untuk

menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).

I. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami

obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.

Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatupenyumbatan

sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan, terutama jikadisebabkan oleh perlengketan.

Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah sakit (Nurarif& Kusuma, 2015).

1. Persiapan

Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi

danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudiandilakukan

juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum.Setelah

keadaanoptimum tercapai barulah dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau

karsinomatosis abdomen dengan pemantauan dan konservatif (Nurarif& Kusuma, 2015).


2. Operasi

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organvital berfungsi

secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalahpembedahan sesegera

mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia

inkarserata-Tidak ada perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan

NGT, infus,oksigen dan kateter) (Nurarif& Kusuma, 2015).

3. Pasca Bedah

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan danelektrolit.Kita

harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikankalori yang cukup.Perlu

diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalamkeadaan paralitik(Nurarif& Kusuma,

2015).
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah

A. Pengambilan kasus nyata di Rumah Sakit

Asuhan Keperawatan

Unit : Ruang Walet

Kamar : K.6.2

Tanggal masuk : 28 Agustus 2021

I. DENTIFIKASI

Nama Pasien : Ny. J

Umur : 39 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah anak : 2 (dua)

Agama/suku : Islam / Bugis

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pendamping Desa

Alamat rumah : Kec. Mallasoro, Kel. Bangkala, Kab. Jeneponto

II. DATA MEDIK

Keluhan masuk RS : nyeri pada abdomen

Diagnosa medis : Ileus obstruktif

III. KEADAAN UMUM

a. Keadaan sakit : pasien nampak lemah, terpasang cairan RL 500cc/iv dengan 20

TPM, pasien terpasang NGT

b. Tanda-tanda vital

- Kesadaran composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5)

- Tekanan darah : 130/80 mmHg

- Suhu : 36,7 C
- Nadi : 88 x/i

- Pernafasan : 22 x/i

B. Penerapan teori keperawatan dalam Asuhan Keperawatan

Aplikasi teori kenyamanan di area keperawatan menggunakan metode pendekatan


proses keperawatan. Proses keperawatan mencakup pengkajian, penegakan diagnose
keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. (Kolcaba &
DiMarco, 2005)

1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan untuk menggali kebutuhan rasa nyaman klien dan keluarga
pada empat konteks pengalaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan.
Kenyamanan fisik terdiri dari sensasi tubuh dan mekanisme homeostasis. Kenyamanan
psikospiritual mencakup kesadaran diri dan hubungan manusia pada tatanan yang lebih
tinggi. Kenyamanan lingkungan terdiri dari lampu, bising, lingkungan sekeliling,
cahaya, dan suhu
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapatkan dari masalah klien, baik kenyamanan fisik,
psikospiritual dan kenyamanan lingkungan.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan bertujuan meningkatkan rasa nyaman. Intervensi
kenyamanan memiliki tiga kategori :
a. ntervensi kenyamanan standar untuk mempertahankan homoestasis dan mengontrol
rasa sakit
b. Latihan untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi,
menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan
c. Tindakan yang menenangkan bagi jiwa
4. Implementasi keperawatan
Kebutuhan kenyamanan fisik termasuk deficit dalam mekanisme fisiologis yang
terganggu atau beresiko karena sakit atau prosedur invasive. Kebutuhan fisik yang tidak
jelas terlihat dan yang mungkin tidak disadari seperti kebutuhan cairan atau
keseimbangan elektrolit, oksigenasi atau termoregulasi. Kebutuhan fisik yang terlihat
seperti sakit, mual, muntah, menggigil atau gatal lebih mudah ditangani dengan maupun
tanpa obat. Standar kenyamanan intervensi di arahkan untuk mendapatkan kembali dan
mempertahankan homoestasis.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan setelah implementasi. Beberapa instrument telah
dikembangkan untuk mengukur pencapaian tingkat kenyamanan seperti behaviors ceklist
ataupun children comfort disiases sesuai dengan usia klien.

Tipe perawatan dalam teori comfort Kolkaca (2003) dalam Hasanah (2013) meliputi:
technical, coaching dan comforting. Technical adalah tindakan technical yang dirancang untuk
mempertahankan homeostatis dan mengelolah rasa sakit, seperti monitoring tanda-tanda vital
dan kimia darah. Itu juga mencakup pemberian obat nyeri. Coaching adalah tindakan yang
dirancang untuk mengurangi kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menumbuhnkan
harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan realistis untuk pemulihan, integrase atau
kematian dalam budaya. Comforting adalah tindakan yang meliputi sikap dan pemberian
dukungan.

C. Pengkajian Keperawatan

1. Keadaan sebelum sakit:

Pasien mengatakan bila sakit pergi ke pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit. Pasien

mengatakan bekerja sehari – hari sebagai pendamping desa. Pasien mengatakan

sebelumnya pernah di operasi Appendisitis.

2. Riwayat penyakit saat ini:

a. Keluhan utama :

Pasien mengatakan nyeri pada Abdomen

b. Riwayat keluhan utama :

Pasien mengatakan sudah ± 2 minggu nyeri pada abdomen menjalar ke perut bagian

bawah, nyerinya seperti ditusuk-tusuk dengan skala 5/10 NRS, nyeri yang dia rasakan

hilang timbul (2-3 menit), nyeri akan semakin bertambah bila banyak bergerak.

c. Riwayat penyakit yang pernah dialami :

Pasien mengatakan memiliki riwayat operasi appendisitis pada saat duduk di bangku

SMA

d. Riwayat Kesehatan keluarga :

Pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit keturunan


3. Pola Nutrisi dan Metabolik

a. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sebelumnya pola makannya teratur yaitu 3 x sehari dengan menu

nasi putih, tempe/tahu, ayam, kadang daging merah dan pasien mengatakan tidak suka

makan sayur.

b. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan sejak sakit dan dirawat di Rumah Sakit di anjurkan untuk puasa,

nafsu makannya menurun dan tidak pernah makan nasi, pasien hanya minum sedikit-

sedikit. Pasien juga tampak dipasang NGT, pasien mengatakan bahwa dia mengalami

mual, muntah. Pasien mengatakan berat badannya berkurang 8 kg dalam sebulan.

c. Observasi

Tampak pasien hanya minum air putih sedikit – sedikit (± 5 sendok) dan tampak

terpasang selang NGT untuk pengeluaran cairan lambung, tampak pasien mual

muntah

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan rambut :

tampak rambut berwarna hitam, besih dan terdapat uban serta rambut pasien rontok

b. Hidrasi kulit :

kulit terhidrasi normal

c. Palpebrae/conjungtiva :

tampak palpebrae tidak edema dan tampak konjungtiva tidak anemis

d. Sclera :

tampak tidak ikterik

e. Hidung :

tampak tidak ada secret maupun perdarahan

f. Rongga mulut :
tampak mukosa bibir kering dan pucat

g. Gigi :

tampak gigi bewarna kuning

h. Kemampuan berkunyah :

teraba pasien lemah saat menguyah

i. Lidah :

tampak lidah kering

j. Pharing :

tampak tidak meradang

k. Kelenjar getah bening :

tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

l. Kelenjar parotis :

tidak ada pembesaran

m. Abdomen:

 Inspeksi : Tampak perut pasien membuncit

 Auskultasi : Terdengar peristaltic usus pasien 4x/ menit

 Palpasi : Pasien mengatakan nyeri tekan pada abdomen

 Perkusi : Tidak di kaji (pasien menolak untuk dilakukan perkusi)

n. Kulit

 Edema : Tidak ada

 Ikterik : Tidak ada

o. lesi

Tidak Nampak adanya lesi


5. WOC/Pathoflow Manifestasi Klinis

ILEUS
OBSTRUKTIF 1) Nyeri abdomen 1) Lokasi obstruksi
2) Muntah 2) Lamanya obstruksi
3) Distensi 3) Penyebabnya
Pengertian:
4) Kegagalan buang air besar 4) Ada atau tidaknya iskemia
gangguan pada aliran normal isi
usus sepanjang traktus intestinal atau gas (konstipasi). usus

Patofisiologi
Akumulasi gas
Pemeriksaan Diagnostik dan cairan
Etiologi
 Foto polos abdomen Komplikasi dalam lumen
a. Intususepsi Perlengketan, intususepsi,
letak obstruksi
b. Tumor dan neoplasma  Pemeriksaan radiologi dengan volvulus, hernia dan tumor
 Peritonitis
barium enema
c. Stenosis  Perforasi
 CT Scan Distensi
 Sepsis
d. Striktur  USG abdomen
 Syok Hipovolemik abdomen,spingter
e. Perlekatan (adhesi)  MRI, Angiografi ani eksterna tidak
f. Hernia  Pemeriksaan Laboratorium relaksasi
leukositosis Ekspalasi
g. Abses isi lambung
ke esofagus
Tekanan intra
Penatalaksanaan Medis lumen meningkat
Mual muntah
 Resusitasi
 Farmakologis
Tidak nafsu Merangsang Kontraksi otot
 Operatif
makan reseptor abdomen ke
nyeri diafragma
Relaksasi otot
diafragma
Tinja tertahan di Hospitalisasi
terganggu
usus dan sulit
keluar
Kehilangan H2O Intake kurang
dan elektrolit Intervensi pembedahan Ekspansi paru menurun

Resiko kekurangan Ketidakseimbangan Nyeri


Konstipasi Ansietas Pola nafas tidak efektif
volume cairan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

1. Kaji nyeri secara


1. Pertahankan intake dan 1. Monitor turgor kulit komprehensif
2. Berikan pijatan lembut 1. Identifikasi tingkat kecemasan keluarga
output yang akurat 2. Dorong nutrisi (Asi) Ibu
dipunggung jika bayi 2. Gunakan pendekatan yang
2. Observasi tingkat kesadaran 3. Pertahankan intake cairan
menangis menenangkan kepada keluarga
dan tanda-tanda syok 4. Auskultasi bising usus,
3. Kontrol lingkungan yang 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
3. Observasi vital sign palpasi abdomen
dapat mempengaruhi nyeri dirasakan selama prosedur
4. Beri penjelasan kepada 5. Monitor kulit kering, pucat,
seperti suhu ruangan dan 4. Dengarkan respon keluarga dengan
keluarga pasien tentang dan perubahan pigmentasi.
pencahayaan. penuh perhatian
tindakan yang dilakukan :
pemasangan NGT dan puasa
5. Kolaborasi dengan medik
1. Observasi tanda-tanda vital
pemberian terapi intravena 1. Kaji dan catat frekuensi, warna dan
2. Observasi adanya tanda-tanda hipoksia
konsistensi feses 3. Monitor hasil AGD
2. Auskultasi bising usus 4. Beri posisi yang nyaman
3. Kaji adanya flatus dan distensi abdomen 5. Laksanakan program medik pemberian
4. Catat perkembangan baik maupun buruk terapi oksigen
5. Observasi tanda-tanda vital 6. Kaji status pernafasan
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar 7. Beri posisi yang nyaman
5. Diagnosis keperawatan

Nama/umur : Ny. J. / 39 Tahun

Ruang : Walet / K6.2

No DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1 Nyeri akut b/d Agen pencedera fisiologis (D.0077) d/d mengeluh nyeri,

tampak meringis, tekanan darah meningkat, nafsu makan berubah

2 Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien (D.0019) d/d berat

badan menurun, nafsu maka menurun, otot penguyah lemah, membran

mukosa pucat, rambut rontok berlebihan, nyeri abdomen


3
Konstipasi b/d ketidak cukupan asupan serat (D.0049) d/d defekasi kurang

dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, peristaltik usus

menurun, distensi abdomen dan kelemahan umum


6. Intervensi keperawatan berdasarkan evidence based practice nursing

Diagnosis Keperawatan Hasil yang diharapkan Rencana Tindakan

Nyeri akut b/d Agen Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri

pencedera fisiologis d/d selama 3 x 24 jam maka: a. Observasi :

mengeluh nyeri, tampak 1.Keluhan nyeri cukup  Identifikasi local, karakteristik,

meringis, tekanan darah menurun durasi, frekuensi, kualitas dan

meningkat, nafsu makan 2.Meringis cukup menurun intensitas nyeri

berubah 3.Tekanan darah membaik  Identifikasi skala nyeri

4.Nafsu makan cukup  Identifikasi factor yang

membaik memperberat dan meringankan

nyeri

 Monitor efek samping

penggunaan Analgetik

b. Teraputik

 Berikan Teknik

nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

 Kontrol lingkungan

c. Edukasi

 Anjurkan memonitor nyeri

secara mandiri

Defisit nutrisi b/d Setelah dilakukan tindakan a. Observasi

ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien d/d selama 3 x 24 jam maka: - Identifikasi status nutrsi

berat badan menurun, 1. Porsi makan di habiskan - Monitor asupan makanan

nafsu maka menurun, 2. Berat badan membaik - Monitor berat badan

otot penguyah lemah, 3. Pengetahuan tentang b. Terapeutik

membran mukosa pucat, standart asupan nutria yang - Lakukan oral hygiene sebelum

rambut rontok sehat meningkat makan

berlebihan, nyeri - Berikan suplemen makanan

abdomen c. Edukasi

- Edukasi makan makanan yang

sehat

Konstipasi b/d Setelah dilakukan tindakan a. Observasi

ketidakcukupan asupan selama 3 x 24 jam maka: - Monitor tanda konstipasi

serat d/d defekasi kurang 1. Kontrol pengeluaran fases b. Terapeutik

dari 2 kali seminggu, sedang - Berikan air hangat setelah

pengeluaran feses lama 2. Keluhan defekasi lama dan makan

dan sulit, peristaltik usus sulit sedang c. Edukasi

menurun, distensi 3. Peristaltic usus cukup - Jelaskan jenis makanan yang

abdomen dan kelemahan membaik membantu meningkatkan

umum 4. Distensi abdomen sedang peristaltic usus menjadi normal

5. - Anjurkan mengkomsumsi

makanan yang mengandung

tinggi serat
7. Terapi modalitas dan komplementer terkait kasus

a. Terapi Farmakologis

- Ondansetron 4 mg/iv/8 jam

- Neurobion 1 amp/iv//12 jam

- Ceftriaxone 1 gr/iv/12 jam

- Santagesik 1 amp/iv/8 jam

b. Terapi cairan

- Cairan RL 500 cc / IV

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2. Media
Action : Yogjakarta.

Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi  6,


Volume1. EGC: Jakarta.

Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif. Universitas Udayana
: Denpasar (jurnal)

Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat Inap Di Rsud
Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara : Sumatera Utara
(jurnal)

Anda mungkin juga menyukai