Anda di halaman 1dari 52

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah Lanjut II

Dosen MK : Prof. Dr. Elly L. Sjattar., S.Kp., M.Kes

KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PASIEN
DENGAN OSTEOSARKOMA

OLEH:
KELOMPOK VI

AMRI RAHMAN (R012221018)


ASRI WAHYUNI A. (R012221027)
NASRAWATI P. (R012221005)
RATNA YUNITA (R012221015)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pasien Dengan
Osteosarkoma”
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan pemahaman
yang bermanfaat bagi pembaca mengenai teori dan asuhan keperawatan
Osteosarkoma. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, kami sangat mengharapkan masukan dan saran dari pembaca
untuk penyempurnaan makalah ini serta meningkatkan keilmuan kita dibidang
keperawatan khususnya terkait asuhan keperawatan pada pasien Osteosarkoma.
Terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Prof. Dr. Elly L. Sjattar., S.Kp.,
M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah KMB Lanjut II dan seluruh pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Demikian, harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat menjadi bahan referensi yang berguna bagi mahasiswa Program Studi
Magister Ilmu Keperawatan.

Makassar, Mei 2023

Kelompok VI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II KONSEP MEDIS OSTEOSARKOMA........................................... 3
A. Definisi Osteosarkoma.......................................................................... 3
B. Etiologi Osteosarkoma ......................................................................... 3
C. Tanda dan Gejala.................................................................................. 4
D. Klasifikasi Histologi Stadium Osteosarkoma....................................... 5
E. Anatomi Fisiologi ................................................................................ 6
F. Patofisiologi.......................................................................................... 16
G. Penatalaksanaan.................................................................................... 16
H. Komplikasi............................................................................................ 16
I. Prognosis............................................................................................... 17
J. Tes Diagnostik...................................................................................... 17
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................ 21
A. Penerapan Teori Keperawatan Orem.................................................... 21
B. Pengkajian Keperawatan...................................................................... 22
C. Analisa Data ......................................................................................... 26
D. Web Of Caution (WoC) / Pathoflow..................................................... 32
E. Prioritas Diagnosis Keperawatan.......................................................... 33
F. Luaran dan Intervensi Keperawatan..................................................... 34
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 45
BAB V PENUTUP.......................................................................................... 47
A. Kesimpulan........................................................................................... 47
B. Rekomendasi......................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 49

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteosarkoma masih menjadi permasalahan serius saat ini.
Osteosarkoma atau yang biasa disebut tumor tulang ini dapat mengakibatkan
penurunan fungsi manusia sebagai makhluk hidup baik secara fisiologis
maupun psikologis. Hal ini menyebabkan pasien memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas.
Tumor adalah pembengkakan atau massa yang disebabkan oleh
pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak beraturan serta berkelanjutan
didalam jaringan. Tumor diklasifikasikan menjadi tumor jinak dan ganas.
Tumor jinak secara genetik “sederhana” dan dalam perjalanan waktu
mengalami sedikit perubahan genotip. Sedangkan tumor ganas lesi dapat
menginvasi dan merusak struktur di sekitarnya dan menyebar ke tempat jauh
(metastasis) serta menyebabkan kematian (Cahyati et al., 2021). Salah satu
tumor ganas yang perlu diwaspadai adalah osteosarkoma yang merupakan
salah satu tumor ganas pada tulang dengan keluhan adanya nyeri hebat
dibagian tulang.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik
yang paling sering ditemukan. Karakteristik osteosarkoma adalah
kemampuan memproduksi osteoid secara langsung dari sel-sel ganas
(Ladesvita et al., 2021). Enam puluh persen kasus osteosarkoma terjadi
kurang dari 20 tahun. Puncak kedua insiden osteosarkoma terjadi pada usia
50-60 tahun, terutama pada individu yang pernah menjalani terapi radiasi
beberapa tahun sebelumnya (Huather & McCance, 2019).

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis Osteosarkoma?
2. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada pasien Osteosarkoma?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Osteosarkoma.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien
Osteosarkoma.
3. Untuk memperoleh gambaran langsung penerapan asuhan keperawatan
pada pasien Osteosarkoma dikaitkan dengan teori keperawatan Dorothea
Elizabeth Orem

4
BAB II
KONSEP MEDIS OSTEOSARKOMA

A. Definisi Osteosarkoma
Osteosarkoma merupakan keganasan primer pada tulang yang sering
terjadi dengan insiden yang tinggi pada anak-anak dan dewasa yang
menghasilkan matriks osteoid. Meskipun bisa terjadi pada semua umur,
puncak kejadian biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan
(Ladesvita et al., 2021).
Osteosarkoma atau disebut juga osteogenik sarcoma merupakan salah
satu bentuk neoplasma ganas primer pada tulang tersering kedua setelah
myeloma multiple. Osteosarkoma berasal dari sel primitif (poorly
differentiated calls) pada bagian metafisis tulang panjang atau
perkembangannya berasal dari osteoblastik sel mesenkim primitif yang
merupakan sel yang memproduksi tulang atau matriks osteoid (Komite
Penanggulanan Kanker Nasional, 2015)
Osteosarkoma merupakaN tumor primer jaringan mesenkim pembentuk
tulang yang paling ganas. Sering bermetastasiss secara hematogen ke paru-
paru. Predileksi umur: biasanya ditemukan pada usia dekade ke 2-3, jarang
diatas 50 tahun, kecuali pada penderita penyakit paget. Ada dua bentuk
osteosarkoma yaitu tipe ostoblastik/sklerosing (pada gambaran radiologis
memberi gambaran “sun ray”) dan tipe osteolitik (lebih banyak penghancuran
tulang disbanding pembentukan (Sudiono et al., 2001)

B. Etiologi Osteosarkoma
Menurut Fuchs dan Pritchad (2013) dalam artikel (Refandi et al., 2022)
osteosarkoma dapat disebabkan oleh ebebrapa faktor, diantaranya:
a) Senyawa kimia, yaitu senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkilasi,
beryllium dan methylcholanthrene yang dapat menyebabkan perubahan
genetik.

5
b) Virus, diantaranya Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-src
yang merupakan protoonkogen dan virus FBJ yang mengandung
protoonkogen c-Fos yang dapat menyebabkan kurang responsif terhadap
kemoterapi.
c) Radiasi, yang dihubungkan dengan sarcoma sekunder pada orang yang
pernah mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.
d) Faktor resiko lainnya, seperti:
1) Penyakit lain seperti Paget’s disease, osteomyelitis kronis,
osteochondroma, poliostotik dysplasia fibrosis dan eksostosis
herediter multiple.
2) Genetik, pada sindroma Li-Fraumeni, Retinoblastoma, Sindrom
Werner, Routhmund Thomson dan Bloom.
3) Lokasi implant logam

C. Tanda dan Gejala


Pada umumnya gejala akan terlihat setelah beberapa minggu atau bulan
setelah adanya penyakit. Nyeri adalah gejala awal yang biasa terjadi, nyeri
yang dirasakan bisa disertai dengan adanya massa bisa juga tidak teraba
adanya massa, nyeri yang dirasakan dalam dan hebat. Pada pemeriksaan fisik
terdapat adanya massa nyeri, terasa keras, pergerakan tergangu, menurunnya
fungsi normal pada bagian yang dirasa nyeri, terdapat adanya edema, terasa
panas pada daerah setempat pada kulit yang didapatkan tumor hiperemi dan
terdapat pelebaran vena. Penyakit ini bisa terjadi pada tulang manapun, tetapi
sering terjadi pada tulang panjang. Osteosarkoma juga dapat bermetastasis
pada daerah perut, gejala utama yang terjadi adalah massa yang semakin
membesar dengan perlahan-lahan disertai nyeri, selain itu ulserasi massa juga
dapat ditemukan pada beberapa kasus, tumor yang teraba rata-rata 9 cm
(Refandi et al., 2022).

6
D. Klasifikasi Histologi dan Stadium Osteosarkoma
Terdapat tiga jenis sub tipe secara histologi:
1. Intermedullary
a. High-grade intermedullary osteosarcoma
b. Low-grade intermedullary osteosarcoma
2. Surface
a. Parosteal osteosarcomas
b. Periosteal osteosarcomas
c. High-grade surface osteosarcoma
3. Ekstraskeletal
Selain dapat menentukan klasifikasi berdasarkan histologi, terdapat 2
jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan Musculoskeletal Tumor
Spciety (MSTS) atau stratifikasi tumor berdasarkan derajat dan ekstensi
lokal serta stadium berdasarkan American Join Committee on Cancer
(AJCC) edisi ke-7
a. Sistem klasifikasi stadium MSTS (Enneking)
1) IA: derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
2) IB: derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
3) IIA: derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
4) IIB: derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
5) III: ditemukan adanya metastasis
b. Sistem klasifikasi AJCC edisi ke-7
1) IA: derajat kegansan rendah, ukuran ≤ 8
2) IB: derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya
diskontinuitas
3) IIA: derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8

7
4) Derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
5) III: derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
6) IVA: metastasis paru
7) IV: metastasis lain

E. Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal


Sistem muskuloskeletasl adalah sistem yang berperan dalam
menunjang, melindungi dan menggerakkan tubuh. Rangka merupakai bingkai
bagi struktur tubuh dan melindungi organ internal yang rentan dari kerusakan.
Otot dengan bantuan sendi, ligamen dan tendon memungkinkan rangka
bergerak. Sistem ini terdiri atas: 206 tulang yang merupakan penyokong
gerakan tubuh dan melindungi organ internal, sendi yang memungkinkan
gerakan tubuh dua atau tiga dimensi. Otot yang memungkinkan gerakan
tubuh dan internal, tendon dan ligamen yang menghubungkan tulang dengan
otot.
Sistem muskuloskeletal adalah seluruh kerangka manusia dengan
seluruh otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital dan
bertanggung jawab atas pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan
anggota badan dalam lingkup gerakan sendi tertentu.
1. Anatomi Tulang
Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang dengan melalui
proses “osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel
yang disebut “osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat
penimbunan garam kalsium. Sistem rangka ini dipelihara oleh “sistem
haversin” yaitu sistem yang berupa rongga yang ditengahnya terdapat
pembuluh darah.
2. Pembagian Tulang
Tulang mempunyai dua bagian besar:
a. Tulang axial (tulang pada kepala dan badan), seperti: tulang kepala
(tengkorak), tulang belakang (vertebrae), tulang rusuk dan sternum.

8
b. Tulang appendicular (tulang tangan dan kaki), seperti: extremitas
atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radius, telapak tangan),
extremitas bawah (pelvis, femur, patela, tibia, fibula, telapak kaki).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, tulang dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok berdasakan bentuknya:
a. Tulang panjang.
Tulang panjang terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis
dan dua ujung yang disebut epifisis. Disebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Diantara epifisis dan metafisis terdapat
daerah tulang rawan yang tumbuh yang disebut lempeng epifisis atau
lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi
tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-
sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblast dan tulang memanjang.
Epifisis dibentuk dari spongi bone (Cancellous atau trabecular).
Contoh tulang panjang yaitu femur, humerus.
b. Tulang pendek: bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongi) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat. Contoh
tulang pendek yaitu carpals.
c. Tulang pendek datar: terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous. Contoh tulang pendek datar
yaitu tengkorak.
d. Tulang yang tidak beraturan sama seperti dengan tulang pendek.
Contoh tulang yang tidak beraturan yaitu vertebra.
e. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar
tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon
dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

9
3. Fisiologi tulang
Fisiologi tulang adalah sebagai berikut:
a. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh
b. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak dan paru-paru) dan
jaringan lunak.
c. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi
dan pergerakan).
d. Membentuk sel-sel darah merah didalam sumsum tulang belakang
(hematopoeisis).
e. Menyimpan garam mineral misalnya kalsium, fosfor (Risnanto &
Insani, 2014).
4. Skeletal
Skeletal disebut juga sistem rangka, yang tersusun atas tulang-tulang.
Tubuh kita memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Bagian
terpenting adalah tulang belakang.
a. Fungsi sistem skeletal:
1) Memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis
2) Membentuk kerangka yang berfungsi untuk menyangga tubuh
dan otot-otot
3) Melekat pada tulang
4) Berisi dan melindungi sum-sum tulang merah yang merupakan
salah satu jaringan pembentuk darah
5) Merupakan tempat penyimpanan bagi mineral seperti kalsium
dari dalam darah
6) Hemopoesis
b. Struktur tulang
1) Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material
tidak hidup (matriks)

10
2) Matriks tersusun atas osteoblast (sel pembentuk tulang)
3) Osteoblast membuat dan mensekresi protein kolagen dan garam
mineral
4) Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblast baru akan
dibentuk
5) Jika tulang telah dibentuk, osteoblast akan berubah menjadi
osteosit (sel tulang dewasa)
6) Sel tulang yang telah mati akan rusak oleh osteoklas (sel
perusak tulang)
c. Jaringan tulang terdiri atas:
1) Kompak (sistem harvensin: matrik dan lacuna, lamella
intersisialis)
2) Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang dan
pembuluh darah)
5. Klasifikasi tulang berdasarkan penyusunannya
a. Tulang kompak: padat, halus dan homogen, pada bagian tengah
terdapat medullary cavity yang mengandung “yellow bone marrow”,
tersusun atas unit (osteon, Harvensian System), tulang kompak dan
spongiosa dikelilingi oleh membrane tipis yang disebut periosteur.
b. Tulang spongiosa: tersusun atas “honeycomb” network yang disebut
trabekula, struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan
tekanan, rongga antara trabekula terisi “red bone marrow” yang
mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
Contoh tulang pelvis, rusuk, tulang belakang, tengkorak dan pada
ujung tulang lengan dan paha (Suriya & Zuriati, 2019).
6. Unsur-unsur tulang
a. Unsur tetap
Osteosit
Matrix (jaringan intraseluler) yang mengandung mineral (calcium
phosphate, hydroxyapatite crystal). Sel besar bercabang ke berbagai
arah dan banyak cabang bersatu dengan osteosit lain-lain. Badan

11
osteosit terletak di dalam lakuna dan cabang-cabangnya terletak di
dalam kanalikulus. Salah satu ciri khas osteosit ialah tidak dapat
mengadakan mitosis.
b. Unsur sementara
Osteoblast
Osteoblast bila memperbanyak diri/aktif menghasilkan enzim
fosfatase alkalik, yang berfungsi mengadakan kalsifikasi pada
matrix.
Osteoklas
Sebuah sel raksasa berinti banyak suatu fagosit tulang, dijumpai
pada permukaan tulang yang mengalami resorpsi. Perubahan vital
pada tulang terjadi oleh karena adanya keseimbangan antara
pembentukan dan perusakan tulang.
Matrix
Mengandung gugusan kalsium-fosfat-karbonat yang memberikan
sifat keras/kukuh pada tulang. Gugusan ini diendapkan pada jaringan
interseluler akibat pengaruh enzim fosfatase alkalik. Jaringan
interseluler (matrix) yang belum mengandung mineral disebut
osteoid.
c. Pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh:
a. Berbagai hormon hipofisis, tyroid, kortex adrenal, parathyroid,
estrogen dan androgen
b. Vitamin A. mempengaruhi kegiatan osteoklas
c. Vitamin B complex. Mempercepat pembentukan callus pada
fraktura
d. Vitamin C. mempengaruhi pembuatan bahan kolagen antarsel
(merangsang osteoblast)
e. Vitamin D. mempengaruhi pengendapan mineral pada tulang
(Wahyuni, 2021).

12
7. Sendi
Pergerakan tidak mungkinterjadi jika kelenturan dalam rangka tulang
tidak ada. Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi
adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling
berdekatan. Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan
fleksibilitas dalam tubuh.

a. Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:


1) Sendi sinartosis (sendi tidak bergerak sama sekali). Contohnya
sutura tulang tengkorak
2) Sendi amfiartosis (sendi gerak terbatas). Contohnya pelvik,
simfisis dan tibia
3) Sendi diartosis/sinovial (sendi bergerak bebas). Contohnya siku,
lutut dan pergelangan tangan.
Sendi sinovial dapat membuat berbagai macam gerakan, yaitu:
a) Abduksi yaitu menggerakkan tungkai menjauhi bagian
tubuh

13
b) Adduksi yaitu menggerakkan tungkai mendekati tubuh
c) Ekstensi yaitu meluruskan tungkai pada persendian
d) Fleksi yaitu membengkokkan tungkai pada sendi
e) Dorso-fleksi yaitu membengkokkan pergelangan agar kaki
keatas
f) Plantar-fleksi yaitu meluruskan pergelangan kea rah bawah
g) Pronasi yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan
berada dibawah
h) Supinasi yaitu memutar lengan atas sehingga telapak tangan
berada diatas
i) Eversi yaitu memutar keluar
j) Inversi yaitu memutar kedalam
k) Sirkumduksi yaitu bergerak dalam lingkaran
l) Internal rotasi yaitu bergerak ke dalam sumbu pusat
m) Eksternal rotasi yaitu bergerak keluar pada sumbu pusat
b. Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas:
1) Fibrosa. Sendi ini tidak memiliki tulang rawan dan tulang yang
satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh jaringan
penyambung fibrosa. Contohnya sutura pada tulang tengkorak
perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal
2) Kartilago yaitu sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus
oleh tulang rawan hialin, disokong oleh ligamen
a) Sinkondrosis yaitu sendi-sendi yang seluruh persendiannya
diliputi oleh tulang rawan hialin. Contohnya sendi-sendi
kostokondral
b) Simfisis yaitu sendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu
hubungan fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin
yang menyelimuti permukaan sendi. Contuhnya simfisis
pubis dan sendi tulang punggung

14
3) Sendi Sinovial yaitu sendi tubuh yang dapat digerakkan serta
memiliki rongga sendi dan permukaan sendi yang dilapisi tulang
rawan hialin (Suratun et al., 2008)
8. Sistem Otot (Muscular System)
Kerangka merupakan dasar bentuk tubuh sebagai tempat melekatnya
otot-otot, pelindung organ tubuh yang lunak, penentuan tinggi, pengganti
sel-sel yang rusak, memberikan sistem sambungan untuk gerak
pengendali dan untuk menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut.
Fungsi utama sistem muskuloskeletal adalah untuk mendukung dan
melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak
(Suriya & Zuriati, 2019).

a. Kemampuan otot
Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu:
1) Kontraktibilitas: kemampuan untuk berkontraksi/memendek
2) Ekstensibilitas: kemampuan untuk melakukan gerakan yang
ditimbulkan saat kontraksi
3) Elastisitas: kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula
setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot
disebut dalam keadaan relaksasi (Risnanto & Insani, 2014).
b. Jenis otot terdiri dari:
1) Otot rangka (Lurik) diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisan
jaringan ikat (serat-serat kolagen) yang membungkus otot

15
disebut fasia otot atau episium. Otot rangka merupakan otot
yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk panjang, tipis,
sampai lebar dan datar
2) Otot visceral (otot polos) terdapat pada saluran pencernaan,
saluran perkemihan dan pembuluh darah. Otot ini dipersarafi
oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah
control kainginan.
3) Otot jantung ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya
diluar kontrol keinginan (pengendalian). Otot berkontraksi jika
ada rangsangan dari adenosine fosfat (ATP) dan kalsium
(Suratun et al., 2008).

9. Kartilago
Kartilago merupakan suatu material yang terdiri dari serat-serat yang
kuat tapi fleksibel dan avascular. Zat mencapai kartilago melalui difusi
dari kapiler yang berada di perikondrium (jaringan fibrous yang
menutupi kartilago) atau melalui cairan sinovial. Yang membentuk
kartilago adalah fibrous, hyaline dan elastic. Fibrokartilago ditemukan
pada intervertebral disk, articular atau hyaline lembut, putih yang
menutupi permukaan tulang. Elastic kartilago bisa ditemukan pada
telinga luar (Risnanto & Insani, 2014).

16
10. Ligamen
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat yang merupakan
jaringan elastis penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen
membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen:
a. Ligamen tipis: ligamen pembungkus tulang dan kartilago.
Merupakan ligamen kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya pergerakan.
c. Ligamen jaringan elastic kuning: merupakan ligamen yang dipererat
oleh jaringan yang membungkus dan memperkuat sendi seperti pada
tulang bahu dengan tulang lengan atas (Risnanto & Insani, 2014).

11. Tendon

17
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel,
yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi melekatkan
tulang dengan otot atau otot dengan otot.

F. Patofisiologi
Osteosarkoma disebabkan oleh beberapa fakor predisposisi, yaitu dapat
disebabkan oleh mutasi genetik dan faktor lingkungan. Terjadi inaktivasi
pada jalur P53 dan RB yang berperan dalam pertumbuhan osteosarkoma.
Osteoblast memiliki fungsi membentuk struktur tulang. Pada osteosarkoma
terjadi mutasi gen yang mengatur osteoblast yaitu onkogen dan tumor
suppressor genes. Mutasi tersebut mengakibatkan terjadi proliferasi osteoblast
secara berlebih yang mengarah keganasan. Sehingga menyebabkan
pembentukan jaringan osteoid ganas pada tulang yang berakibat terjadi
penekanan pada sumsum tulang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya
penurunan produksi sel darah merah yang dapat menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi. Selain penekanan
pada sumsum tulang, terjadi juga metastasis sel kanker dan peningkatan
tekanan pada tulang yang menyebabkan nyeri, bengkak dan fraktur pada
tulang tersebut. Siddiqui S et al., (2019) dalam artikel (Refandi et al., 2022).

G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat
jaringan ganas dengan metode seefektif mungkin. Tindakan pengangkatan
tumor biasanya dengan mengamputasi. Kemoterapi mengurangi massa tumor

18
dengan agen alkylating kemoterapi yang dikombinasikan yang dilaksanakan
sebelum dan sesudah pembedahan dengan tujuan untuk membasmi lesi
micrometastatik, analgetik dan narkotik.
Allopurinol untuk hiperurisemia. Output urin harus baik (2500-3000 ml
perhari), untuk mengukur tingkat serum kalsium dan mencegah hiperkalsium
dan hiperurisemia (Risnanto & Insani, 2014)

H. Komplikasi
Kanker yang menyebar (metastasis) ke tulang lain dan paru-paru. Efek
samping kemoterapi seperti rambut rontok, mual dan muntah. Efek samping
pascaoperasi seperti infeksi atau penyembuhan yang lambat.
I. Prognosis
Beberapa faktor yang menentukan prognosis pada pasien osteosarkoma
(Komite Penanggulanan Kanker Nasional, 2015)
1. Tumor related
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Hispatologi (High grade, low grade)
d. Luasnya (Infiltrati, kelenjar regional, penyebaran/metastasis
lokal/jauh)
e. Respon terhadap pengobatan: respon histologi terhadap kemoterapi
(Hovus)
f. Tipe dan mergin operasi
g. ALP dan LDH level: menggambarkan luasnya lesi
h. D dimer (hiperkoagulasi)
2. Patient related
a. Usia
b. Status gizi (BMI)
c. Performance status
d. Komorbiditas (Mis. TB, Hepatitis, gagal ginjal, gagal jantung)
3. Management related

19
a. Delay diagnosis dan terapi
b. Pengalaman tenaga medis (operasi, kemoterapi, radiasi dan suprtif
terapi)
c. Fasilitas kuramg (tenaga dan alat)

H. Tes Diagnostik
Dalam buku (Ladesvita et al., 2021) pengobatan multi disiplin
diperlukan pada pasien dengan osteosarkoma, meliputi ahli bedah, onkologi,
radiologi dan patologi. Pasien tanpa metastasis klinis yang terdeteksi
dianggap memiliki mikrometastasis dan diberi kemoterapi preoperatif dan
postoperatif.

1. Kemoterapi.
Agen kemoterapi yang paling efektif dalam pengobatan osteosarkoma
antara lain doxorubicin, cisplatin, methotrexate dan ifosfamide.
Kombinasi obat dilakukan untuk menghindari kemoresisten dan
meningkatkan derajat nekrosis tumor.
2. Neoadjuvant Kemoterapi.
Tujuan neoadjuvant kemoterapi untuk mengobati metastasis yang
terdeteksi atau yang dianggap mikrometastasis. Selain itu juga dapat
mengurangi ukuran tumor dengan mengurangi neovaskularsasinya
sehingga tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
3. Adjuvant Kemoterapi.
Kemoterapi post operatif dimulai 2 minggu setelah reseksi pembedahan
dengan asumsi luka operasi telah sembuh sempurna
4. Pembedahan.
Reseksi bedah dilakukan pada semua tumor yang terdeteksi termasuk
metastasis dan merupakan langkah pertama pengobatan osteosarkoma.
Ada dua pilihan operasi yang dapat dilakukan, eksisi dan amputasi. Batas
eksisi pembedahan harus meliputi tumor, pseudokapsul dan jaringan
normal en bloc.

20
BAB III
TINJAUN KASUS

A. Penerapan Teori Keperawatan Orem


1. Pengamatan kasus
Seorang wanita SR usia 28 thn masuk UGD dengan keluhan sesak
napas sejak 6 hari yang lalu. Memberat sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berlendir, tidur selalu miring kekanan sulit dengan
posisi terlentang dan miring kiri, sulit berjalan dan lebih banyak di
tempat tidur. Pasien mengatakan mempunyai benjolan dikaki kiri sejak
3 tahun yang lalu, awalnya benjolan sebesar telur ayam, sudah pernah
dibiopsy dengan hasil pemeriksaan patologi anatomi menunjukkan
suatu gambaran osteosarcoma. Pasien sudah pernah disarankan untuk
operasi dan kemoterapi namun menolak dan memilih berobat alternatif.
Benjolannya semakin membesar sejak 5 bulan terakhir dan nyeri mulai
dirasakan sejak 5 bulan lalu hilang timbul dengan skala nyeri skala 7-8
dan semakin nyeri bila bergerak dan sulit tidur, pasien nampak gelisah,
selama sakit pasien mengkonsumsi obat-obat alternatif (daun-daunan).

21
Pasien mengatakan ayah pasien meninggal 5 tahun lalu dengan kasus
yang sama dengan pasien yaitu tumor tulang dan sudah menjalani
kemoterapi. Saat dilakukan pengkajian fisik, diperoleh data : kesadaran
pasien kompos mentis, pasien tampak meringis kesakitan, TTV: BP :
120/70mmHg, RR : 28x/menit dengan suara napas ronchi pada kedua
lapang paru (kiri dan kanan) dan tampak pernapasan cuping hidung,
suhu : 37 0C, HR : 128x/menit, SpO2: 96% dengan oksigen nasal 5
LPM, kedua ekstremitas bawah bengkak, tampak massa pada paha kiri
pasien teraba padat dan keras, ADL pasien dibantu, hasil lab : wbc : 10
x103/µL, RBC : 3x106/µL, HB : 12,7 g/dL, plt : 254x103/µL, alb: 2,1
g/dL, hasil foto thorak : gambaran tumor paru. Saat ini pasien
mendapatkan terapi: cefotaxime 1gr/12jam, metronidazole
500mg/8jam, ranitidine 50mg/8jam, ketesse 1amp/8jam, MST tab 5mg
2x1,infus RL 16tpm. Oksigen nasal 5 LPM, alprazolam 0,5mg 0-0-1
combiven nebulizer 1 refflus/8jam
B. Pengkajian Keperawatan Menurut Teori Self Care Dorothea Orem
1. Basic Conditioning factor
Nama : Nn “SR”
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Tidak ada
Pendidikan : SMA
Alamat : Makasar
Status perkawinan : belum menikah
Suku : Makasar
Tanggal MRS : 1 Mei 2023
Tanggal Pengkajian : 2 Mei 2023
Diagnosa medik : Osteosarcoma suspek malinancy
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama : Sesak

22
b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengatakan sesak napas
sejak 6 hari yang lalu. Memberat sejak 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berlendir, tidur selalu miring kanan sulit untuk
posisi terlentang dan miring kiri, sulit berjalan lebih banyak di
tempat tidur. Pasien mengatakan bengkak pada tangan kiri dan
kedua kaki sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan benjolan
di kaki kiri sejak 3 tahun, awalnya benjolan sebesar telur ayam,
sudah pernah dibiopsy dengan hasil patologi anatomi menunjukkan
suatu gambaran osteosarcoma dengan proses malignancy, sudah
pernah disarankan untuk operasi dan kemoterapi namun menolak
memilih berobat alternatif, Benjolannya semakin membesar sejak 5
bulan terakhir dan nyeri mulai dirasakan sejak 5 bulan lalu hilang
timbul dengan skala 7-8 dan semakin nyeri bila bergerak dan sulit
tidur sehingga keluarga membawa pasien UGD.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat biopsy
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah pasien meninggal 5
tahun lalu dengan kasus yang sama dengan pasien yaitu tumor
tulang
3. Universal Self Care Requisites
a. Kebutuhan Oksigen
1) Sebelum Sakit : Pasien mengatakan dapat bernafas tanpa
bantuan alat pernafasan
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan sesak
TTV: BP: 120/70mmHg, RR: 28x/menit dengan suara napas
ronchi pada kedua lapang paru (kiri dan kanan) dan tampak
pernapasan cuping hidung, suhu: 370C, HR : 128x/menit, spo2:
96% dengan oksigen nasal 5 LPM.
b. Kebutuhan Cairan
1) Sebelum sakit: Pasien mengatakan minum air putih ± 1000-
2000 ml/hari dan setiap hari

23
2) Sejak Sakit
Pasien mengatakan selama sakit sama saat sakit, karena
keluarga memberikan botol minum dikamar pasien jika ingin
minum. Membrane mukosa lembab, Hasil pemeriksaan
Laboratorium: wbc: 10 x103/µL, RBC: 3x106/µL, HB: 12,7
g/dL, plt: 254x103/µL, alb: 2,1 g/dL, PH: 7,36mmol, PCO2:
18,9 mmol, HCO3: 12,2 Mmol
c. Kebutuhan Nutrisi
1) Sebelum Sakit: Pasien mengatakan makan 3x sehari dengan
menu nasi, sayur, lauk pauk, pasien suka makan makanan siap
saji (junkfood) seperti ayam goreng, indomie dan sejenisnya
2) Sejak Sakit: Pasien mengatakan tidak ada perubahan pola
makan selama sakit, namun selama sakit pasien lebih suka
makan telur rebus dan indomie dan klien bisa makan sendiri
tapi disiapkan oleh keluarga makanannya.
d. Kebutuhan Eliminasi
1) Sebelum Sakit: Pasien mengatakan BAB 1x sehari dengan
konsitensi lunak, dan berwarna kuning kecoklatan sedangkan
BAK 6-7 kali dalam sehari, berwarna kuning jernih dan berbau
amoniak.
2) Sejak sakit: Pola defekasi 1x/3hr. karena pasien sulit berjalan
lebih banyak di tempat tidur, warna kuning kecoklatan dan
lunak.
Pola BAK sama seperti sebelum sakit, warna kuning jernih dan
berbau amonika, dan saat ingin berkemih dan BAB klien
dibantu oleh keluarga ke kamar mandi
e. Kebutuhan aktivitas dan istirihat
1) Sebelum Sakit: Pasien mengatakan aktivitas sehari-hari
dirumah saja seperti membersihkan rumah dan menemani ibu
berjualan kue di jalanan. Pasien mengatakan tidak pernah
olahraga dan istirahat tidur 6-8 jam/hari.

24
2) Sejak Sakit: ADL pasien dibantu oleh keluarga karena sulit
berjalan terutama saat benjolan sudah membesar dan disertai
nyeri, pasien hanya baring di tempat tidur sudah tidak pernah
berjualan kue lagi. Pasien Nampak gelisah dan tidak bisa tidur,
klien mengeluh istirahatnya tidak cukup dan tidak merasa puas
tidur
f. Interaksi Sosial
Pasien mengatakan selama sakit pasien tinggal bersama ibu dan 2
orang adiknya beserta 1 tante yaitu adik dari ayah pasien.
Interaksi/komunikasi dengan ibu, tante dan saudara, teman tetangga
dan keluarga lainnya baik, pasien mampu berinteraksi baik dan
sangat kooperatif dengan petugas kesehatan. Keluarga klien
mengatakan selalu membantu klien dalam kegiatan sehari-hari
(klien dapat menggunakan pakaian sendiri, dapat berhias secara
mandiri, ketoilet dibantu oleh keluarga, dan tidak dapat mandi
sendiri).
g. Development Self Care Requisites
Pasien tinggal dirumah dengan ibu, tante dan 2 adiknya, perawatan
pasien selama di rumah dilakukan oleh ibu, tante dan saudara.
Keluarga tidak mengerti dan belum mampu melakukan perawatan
di rumah dan belum paham terkait pentingnya deteksi dini dengan
cara kontrol ke pusat pelayanan Kesehatan dan pengobatan yang
sesuai dengan penyakit pasien, pasien lebih memilih berobat
alternatif daripada kepusat pelayanan kesehatan. Pasien dapat
berinterksi dengan baik dengan lingkungan yaitu dengan keluarga,
tetangga dirumah, petugas kesehatan. Kebutuhan pengajaran
sebelum pulang yaitu minum obat sesuai anjuran dokter, mobilisasi
dini, perawatan luka dan rajin kontrol ke pusat pelayanan kesehatan
terdekat. Hambatan untuk melakukan tindakan preventif: kontrol
ke pusat pelayanan kesehatan.
h. Health Self Care requisites

25
Pasien mengatakan tidak langsung kontrol kepusat pelayanan
kesehatan karena pasien belum paham tentang deteksi dini dari
penyakitnya. Pasien mengatakan tidak langsung ke RS waktu
benjolan kembali muncul karena takut jika dike RS akan
dianjurkan lagi untuk operasi dan kemoterapi karena pasien
berpikir bahwa ayah pasien meninggal dengan kemoterapi sehingga
pasien dan keluarga memilih untuk berobat alternatif.
Hasil laboratorium : hasil lab: lab : wbc : 10 x10 3/µL, RBC :
3x106/µL, HB : 12,7 g/dL, plt : 254x103/µL, alb: 2,1 g/dL, PH: 7,36
mmol, PCO2: 18,9 mmol, HCO3: 12,2 Mmol, PO2: 10,8 mmol.
Hasil foto thorak: gambaran tumor paru. saat ini pasien
mendapatkan terapi: cefotaxime 1gr/12jam, metronidazole
500mg/8jam, ranitidine 50mg/8jam, ketesse 1amp/8jam, MST tab
5mg 2x1,infus RL 16tpm. Oksigen nasal 5 LPM, alprazolam 0,5mg
0-0-1.combiven nebulizer 1 refflus/8jam.

C. Analisa data osteosarcoma


No Data fokus Masalah Etiologi
1. Data subjektif Gangguan Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan pertukaran gas ventilasi-perfusi
sesak sejak 6 hari yang (SDKI, D.0003,
lalu, memberat sejak 2 hal 22)
hari sebelum masuk RS
- Pasien mengatakan
batuk berlendir
Data objektif
- tampak tangan kiri
bengkak, kedua
ekstremitas bawah
bengkak
- hasil foto thorak :

26
gambaran tumor paru
- ADL dibantu
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,
- RR : 28x/menit dengan
suara napas ronchi pada
kedua lapang paru (kiri
dan kanan) dan tampak
pernapasan cuping
hidung,
- suhu : 370C,
- HR : 128x/menit,
- spo2: 96% dengan
oksigen nasal 5 LPM
- Foto thorax tumor paru
- PH: 7,36 mmol, PCO2:
18,9 mmol, HCO3: 12,2
Mmol, PO2: 10,8 mmol.
2. Data subjektif Nyeri kronis Infiltrasi tumor
- Pasien mengatakan nyeri (SDKI D. 0078,
mulai dirasakan sejak 5 hal:174)
bln lalu hilang timbul
namun nyeri memberat
2 minggu terakhir
- Pasien mengatakan skala
7-8
- Pasien mengatakan sulit
tidur
Data objektif
- Pasien tampak meringis
kesakitan,

27
- Pasien nampak gelisah
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,
- suhu : 370C,
- HR : 128x/menit

3 Data subjektif Gangguan Gangguan


- Pasien mengatakan tidur mobilitas fisik muskuloskeletal
selalu miring kekanan (SDKI. D. 0054,
sulit posisi terlentang hal 124)
dan miring kiri, sulit
berjalan dan lebih
banyak ditempat tidur.
- Pasien mengatakan
bengkak pada tangan
kiri dan kedua kaki sejak
1 minggu.
- Pasien mengatakan nyeri
mulai dirasakan sejak 5
bln lalu hilang timbul
namun nyeri memberat
2 minggu terakhir skala
nyeri 7-8 dan semakin
memberat bila bergerak
Data objektif
- skala nyeri 7-8
- Tampak Tangan kiri
bengkak, kedua
ekstremitas bawah
bengkak,
- tampak massa pada paha

28
kiri pasien teraba padat
dan keras
- pasien tampak sesak
- ADL pasien dibantu
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,
- RR : 28x/menit dengan
suara napas ronchi pada
kedua lapang paru (kiri
dan kanan) dan tampak
pernapasan cuping
hidung,
- suhu : 370C,
- HR : 128x/menit,
- spo2: 96% dengan
oksigen nasal 5 LPM
4 Data subjektif: Gangguan pola Nyeri
- Pasien hanya baring di tidur (SDKI
tempat tidur sudah tidak D.0055, hal 126 )
pernah berjualan kue
lagi.
- Pasien nampak gelisah
dan tidak bisa tidur
- Tidur selalu miring
kanan sulit untuk posisi
terlentang dan miring
kiri
- Klien mengeluh
istrahatnya tidak cukup
Data Objektif :
- skala nyeri 7-8

29
- Tampak Tangan kiri
bengkak, kedua
ekstremitas bawah
bengkak,
- tampak massa pada paha
kiri pasien teraba padat
dan keras
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,
- RR : 28x/menit
- HR : 128x/menit,
5 Data subjektif: Defisit Gangguan
- Pasien mengatakan perawatan diri muskulosletal
selama sakit sama saat Mandi dan
sakit, karena keluarga ketoilet (D.0111
memberikan botol hal 246 )
minum dikamar pasien
jika ingin minum
- Klien bisa makan sendiri
tapi disiapkan oleh
keluarga makanannya.
- Klien mengatakan saat
ingin berkemih dan
BAB klien dibantu oleh
keluarga ke kamar
mandi
- ADL pasien dibantu
oleh keluarga karena
sulit berjalan terutama
saat benjolan sudah
membesar dan disertai

30
nyeri, pasien hanya
baring di tempat tidur
sudah tidak pernah
berjualan kue lagi
- Keluarga klien selalu
membantu klien dalam
kegiatan sehari – hari.
Data Objektif :
- Pasien Nampak gelisah
dan tidak bisa tidur
- klien dapat
menggunakan pakaian
sendiri
- Dapat berhias secara
mandiri
- Ketoilet dibantu oleh
keluarga
- Klien tidak dapat mandi
sendiri
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,
- RR : 28x/menit
- HR : 128x/menit

31
Metastase tumor
Dapat terjadi pada
D. Web Of Caution (WoC)/Pathoflow masuk ke pembuluh
semua sistem organ
Masuk ke paru-paru
darah
Radiasi Radium,
genetik, mutasi gen Batuk berlendir,
tumor paru
Menekan jaringan
Gangguan sekitar Gen penekan tumor
muskuloskeletal TP53/MDM2 Batuk berlendir
Tumbuh 2x lebih
Penurunan cepat Metafisis Tulang
minatdan motivasi Gangguan AGD

Perubahan bentuk Tumor menginvasi


Defisit Perawatan tulang (benjolan) jaringan lunak Merangsang Gangguan
Peningkatan Pertukaran Gas
Diri peningkatan
saraf simpatis
histamin
Sel-sel yang tidak
Terpapar Respon osteolitik osteoblastik Peristaltik
Infeksi dapat nutrisi Distensi
mikroorganisme usus lambung
menurun
Resiko Infeksi Luka Destruksi tulang lokal
Distropi dan atropi otot Anoreksia,
Penimbunan periosteum kurang energi
Kerusakan sel
tulang yang baru
Traktus Takut gerak
Pelepasan mediator nyeri Gangguan
neospinothalamus
(histamine, bradikinin, Penimbunan periosteum nutrisi kurang
prostaglandin, serotonin, ion tulang yang baru dari kebutuhan
Mobilisasi terganggu
kalium
Pertumbuhan tulang abortif
Thalamus (kanker) Gangguan mobilitas
Merangsang noci
fisik Faktor psikologis
reseptor nyeri
paleospirotalamus
OTAK (Korteks Area grisea Gelisah, tidak
somatosensorik) periakueduktus cukup tidur, tidak
Dihantarkan serabut Merangsang korteks serebral
tipe A + tipe C puas tidur
untuk meningkatkan
pengeluaran seroton
Thalamus
Nyeri di
Medulla spinalis Gangguan pola
persepsikan
tidur
Merangsang SAR
menurunkan seroton
Hipotalamus dan Sistem aktivasi
Nyeri sistem limbik retikular
32
E. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian keperawatan yang telah kami lakukan diangkat
lima diagnose keperawatan yang terkait dengan data subjektif dan data
objektif dari klien, terdiri dari:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi-perfusi
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
5. Defisit perawatan diri Mandi dan ketoilet berhubungan dengan dengan
gangguan muskuloskletal.

33
F. Luaran dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa keperawatan Standart outcome Intervensi


1 Gangguan pertukaran gas b/d Setelah dilakukan perawatan  Pemantaua respirasi (SIKI I.01008, hal 154)
Hambatan upaya bernapas (PPNI, selama 3x24jam, diharapkan (PPNI, 2018a)
2018b) (PPNI, 2018c): - Observasi :
Data subjektif Kriteria hasil: 1. Identifikasi terjadinya penyebab alkalosis
Data subjektif Dispnea bunyi napas tambahan respiratorik
- Pasien mengatakan sesak (SLKI L.01003, hal.94) 2. Monitor hasil AGD
sejak 6 hari yang lalu, - Gelisah : meningkat (1) - Terapeutik :
memberat sejak 2 hari menjadi menurun (5) Pertahankan kepatenan jalan napas,
sebelum masuk RS - Napas cuping hidung : pertahankan akses intravena, pertahankan
- Pasien mengatakan batuk meningkat (1) menjadi posisi untuk ventilasi adekuat.
berlendir menurun (5) - Edukasi :
Data objektif - PCO2 memburuk (1) 1. Jelaskan penyebab dan mekanisme
- tampak tangan kiri mejadi cukup membaik (4) terjadinya alkalosis respiratorik
bengkak, kedua - PO2 memburuk (1) Pengaturan posisi (SIKI I.01019)
ekstremitas bawah menjadi cukup membaik - Observasi
bengkak (4) 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan

34
- hasil foto thorak : - PH arteri memburuk ( 1 ), sesudah mengubah posisi
gambaran tumor paru membaik (5) - Terapeutik
- ADL dibantu Tingkat keletihan (SLKI. 1. Atur posisi untuk mengurangi sesak, mis:
- TTV: L.05046, hal. 141) semifowler
- BP : 120/70mmHg, - Kemampuan melakukan 2. Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif
- RR : 28x/menit dengan aktivitas rutin : menurun - Edukasi
suara napas ronchi pada (1) menjadi meningkat (5) Informasikan saat akan dilakukan perubahan
kedua lapang paru (kiri - Pola napas : memburuk (1) posisi
dan kanan) dan tampak menjadi membaik (5)  Pemberian obat (SIKI I.02062, hal.257)
pernapasan cuping hidung, - Observasi
- suhu : 370C, 1. Monitor efek samping obat
- HR : 128x/menit, 2. Periksa tanggal kadaluarsa obat
- spo2: 96% dengan - Terapeutik
oksigen nasal 5LPM Lakukan prinsip 6 benar
- PH: 7,36 mmol, PCO2: - Edukasi
18,9 mmol, HCO3: 12,2 Jelaskan jenis obat, alasan pemberian obat
Mmol, PO2: 10,8 mmol.
2. Nyeri kronis b/d infiltrasi tumor Setelah dilakukan perawatan  Manajemen nyeri (SLKI, I.08238)
Data subjektif selama 3x24jam, diharapkan: - Observasi

35
- Pasien mengatakan nyeri  Tingkat nyeri (SLKI L.08065, 1. Identifikasi nyeri : P,Q,R,S,T
mulai dirasakan sejak 5 hal 145) 2. Identifikasi perilaku non verbal
bln lalu hilang timbul - Keluhan nyeri: meningkat - Terapeutik
namun nyeri memberat 2 (1) menjadi menurun (5) 1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk
minggu terakhir - Meringis : meningkat (1) mengurangi nyeri, mis; terapi musik
- Pasien mengatakan skala menjadi menurun (5) 2. Control lingkungan, mis: kebisingan
7-8 - Kesulitan tidur : 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pasien mengatakan sulit meningkat (1) menjadi - Edukasi
tidur menurun (5) 1. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
Data objektif - Frekuensi mengurangi nyeri
- Pasien tampak meringis nadi :memburuk(1) 2. Anjurkan menggunakan analgetic yang
kesakitan, menjadi membaik (5) tepat
- Klien Nampak gelisah  Control nyeri (SLKI L.08063, - Kolaborasi
- TTV: hal 58) 1. Kolaborasi pemberian analgetik
- BP : 120/70mmHg, - Kemampuan  Perawatan kenyamanan (SLKI. I.08245, hal
- RR : 28x/menit dengan menggunakan teknik 326)
suara napas ronchi pada nonfarmakologi : - Observasi
kedua lapang paru (kiri menurun(1) menjadi 1. Identifikasi gejala yang tidak
dan kanan) meningkat(5) menyenagka, mis:nyeri

36
- suhu : 370C, - Penggunaan analgesic : - Terapeutik
- HR : 128x/menit, meningkat (1) menjadi 1. Berikan posisi nyaman
- spo2: 96% dengan oksigen meningkat (5) 2. Dukung keluarga terlibat dalam
nasal 5LPM, terapi/pengobatan
3. Berikan teknik akupresure
3. Gangguan mobilitas fisik b/d Setelah dilakukan perawatan - Dukungan ambulasi (I.06171, hal 22)
gangguan muskuloskeletal selama 3x24jam, diharapkan: - Observasi
Data subjektif:  Mobilitas fisik (SLKI L.05042, 1. Identifikasi adanya nyeri
- Pasien mengatakan tidur hal 65) 2. Identikasi toleransi fisik melakukan
selalu miring kekanan sulit - Pergerakan ekstremitas : ambulasi
posisi terlentang dan menurun (1) menjadi - Terapeutik
miring kiri, sulit berjalan meningkat (5) Fasilitasi dalam melakukan mobilisasi fisik
dan lebih banyak ditempat - Nyeri : meningkat (1) - Edukasi
tidur. menjadi menurun (5) 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
- Pasien mengatakan  Toleransi aktivitas (SLKI 2. Ajarkan ambulasi sederhana
bengkak pada tangan kiri L.05047, hal 149) - Dukungan mobilisasi (SIKI I.05173
dan kedua kaki sejak 1 - Kemudahan dalam - Observasi
minggu. melakukan aktivitas Monitor frekuendi jantung dan tek.darah
- Pasien mengatakan nyeri sehari-hari : menurun (1) sebelum dan sesudah mobilisasi

37
mulai dirasakan sejak 4 menjadi meningkat (5) - Terapeutik
bln lalu hilang timbul Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat
namun nyeri memberat 2 bantu, mis: pagar tempat tidur
minggu terakhir skala - Edukasi
nyeri 7-8 dan semakin 1. Jelaskan tujuan mobilisasi
memberat bila bergerak 2. Anjurkan mobilisasi dini
Data objektif 3. Ajarkan mobilisasi sederhana.
- skala nyeri 7-8
- Tampak Tangan kiri
bengkak, kedua
ekstremitas bawah
bengkak,
- tampak massa pada paha
kiri pasien teraba padat
dan keras
- pasien tampak sesak
- ADL pasien dibantu
- TTV:
- BP : 120/70mmHg,

38
- RR : 28x/menit dengan
suara napas ronchi pada
kedua lapang paru (kiri
dan kanan) dan tampak
pernapasan cuping hidung,
- suhu : 370C,
- HR : 128x/menit,
- spo2: 96% dengan
oksigen nasal 5LPM
4 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan perawatan Dukungan tidur ( I. 05163, hal 48 )
berhubungan dengan nyeri selama 3x24jam, diharapkan: Observasi:
Data subjektif: Pola tidur ( L.05045 hal 96 ): - Identifikasi pola aktivitas dan tidur
- Pasien hanya baring di - Keluhan kesulitan tidur - Identifikasi factor penggangu tidur
tempat tidur sudah tidak Menurun (1),meningkat Terapeutik:
pernah berjualan kue lagi. (5) - Modifikasi lingkungan (mis, pencahayaan,
- Pasien Nampak gelisah - Keluhan tidak puas tidur, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
dan tidak bisa tidur menurun(1), meningkat (5) - Fasilitasi menghilang stress sebelum tidur
- Tidur selalu miring kanan - Keluhan istirahat tidak - Lakukan prosedur untuk meningkatkan
sulit untuk posisi cukup, menurun(1), kenyamanan ( mis pijat, pengaturan posisi,

39
terlentang dan miring kiri meningkat(5) terapi akupresur )
- Klien mengeluh - Sesuaikan jadwal pemberian obat dan / atau
istrahatnya tidak cukup tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga
Data Objektif : - Berikan terapi music untuk merelaksasikan
- skala nyeri 7-8 klien
- Tampak Tangan kiri Edukasi:
bengkak, kedua - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
ekstremitas bawah - Anjurkan menghindari makanan/ minuman
bengkak, yang mengganggu tidur
- tampak massa pada paha - Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak
kiri pasien teraba padat mengandung supresor terhadap tidur REM
dan keras - Ajarkan factor-faktor yang berkontribusi
- TTV: terhdapa gangguan ppola tidur ( mis
- BP : 120/70mmHg, psikologis, gaya hidup, kebisaan pekerjaan )
- RR : 28x/menit - Ajarkan relaksasi otot
- HR : 128x/menit,
5 Defisit perawatan diri mandi Setelah dilakukan perawatan Edukasi perawatan diri ( I. 13428 hal 90 )
dan ketoilet berhubungan selama 3x24jam, diharapkan: Observasi:
dengan gangguan Defisit perawata diri ( L.11103 hal - Identifikasi pengetahuan tentang perawatan

40
muskuloskletal 81): diri
Data subjektif: - Kemampuan mandi, - Identifikasi masalah dan hambatan perawatn
- Pasien mengatakan selama Menurun(1), meningkat diri yang dialami
sakit sama saat sakit, (5) Terapeutik:
karena keluarga - Kemampuan ketoilet , - Rencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan
memberikan botol minum menurun(1), meningkat(5) realistis
dikamar pasien jika ingin - Minat melakukan - Jadwalkan waktu dan intensitas pembelajaran
minum perawatan diri, sesuai penyakit
- Klien bisa makan sendiri menurun(1), meningkat(5) - Berikan penguatan positif terhadap
tapi disiapkan oleh - Mempertahankan kemampuaan yang didapat
keluarga makanannya. kebersihan diri, Edukasi:
- Klien mengatakan saat menurun(1), meningkat(5) - Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan
ingin berkemih dan BAB diri, dan aktifitas kehidupan sehari –hari
klien dibantu oleh - Ajarkan demonstrasi praktik perawatan diri
keluarga ke kamar mandi sesuai dengan kemapuan klien
- ADL pasien dibantu oleh - Anjurkan untuk mengulang kembali
keluarga karena sulit informasi edukasi tentang perawatan diri.
berjalan terutama saat
benjolan sudah membesar

41
dan disertai nyeri, pasien
hanya baring di tempat
tidur sudah tidak pernah
berjualan kue lagi
- Keluarga klien selalu
membantu klien dalam
kegiatan sehari-hari.
Data Objektif :
- Pasien Nampak gelisah
dan tidak bisa tidur
- klien dapat menggunakan
pakaian sendiri
- Dapat berhias secara
mandiri
- Ketoilet dibantu oleh
keluarga
- Klien tidak dapat mandi
sendiri
- TTV:

42
- BP : 120/70mmHg,
- RR : 28x/menit
- HR : 128x/menit,

43
Terapi musik
Terapi musik adalah suatu bentuk intervensi keperawatan dengan
menggunakan media musik atau lagu yang diperdengarkan kepada
seseorang dengan maksud untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi
fisik, emosi, kognitif, dan social bagi individu pada semua kalangan usia
(Suhartini, 2008). Menurut Stuart, Gail,(2016) bahwa mendengarkan
musik yang dipilih sendiri setelah terpapar stressor dapat menyebabkan
terjadinya pengurangan kecemasan, kemarahan, dan akan mengaktifkan
system saraf simpatis sehingga relaksasi meningkat. Menurut Novita,
(2012) musik adalah suatu komponen yang dinamis yang dapat
mempengaruhi psikologis dan fisiologi bagi yang mendengarkanya.
Adapun tujuan dari terapi musik adalah membantu mengekspresikan
perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap
suasana hati dan emosi juga membantu mengatasi stress atau kecemasan,
mencegah penyakit dan menghilangkan rasa sakit. Mengurangi rasa sakit,
dengan Mendengarkan musik akan merangsang system saraf otonom
dimana saraf otonom yang bertanggung jawab terhadap mengontrol
tekanan darah, denyut jantung, fungsi otak, mengontrol perasaan dan
emosi (Djohan, 2006).

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer nonhemopoetik


yang paling sering ditemukan. Penyakit ini diduga berasal dari sel-sel
pembentuk tulang mesenkimal primitif, dan ciri histologisnya terdapat
produksi osteoid ganas. Populasi sel lain juga dapat terlihat, karena jenis
sel ini juga mungkin timbul dari sel-sel mesenkimal pluripotential, tetapi
setiap tumor tulang ganas di diagnosis sebagai osteosarcoma (Seger,
2014).
Dalam hal ini, perawat memiliki peran penting untuk memberikan
bantuan terkait pemenuhan kebutuhan self care pasien. Dorothea Elizabeth
Orem adalah tokoh keperawatan yang mengangkat teori tentang self care
dimana kebutuhan self care masing-masing individu disesuaikan dengan
kondisi dasar pasien (Alligood, 2017).
Teori ini dapat dilihat aplikasinya pada kasus osteosarkoma dimana
kebutuhan self care pasien menjadi masalah keperawatan yang paling
dibutuhkan pasien ditengah keterbatasan fisik yang dialami. Dasar dari
teori ini adalah anggapan bahwa setiap manusia diharapkan mandiri dan
bertanggung jawab atas perawatan dirinya sendiri. Hal ini erat kaitannya
dengan apa yang dialami oleh pasien dengan kassus osteosarkoma. Mereka
memiliki potensi besar tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri
oleh karena keterbatasan karena keadaan fisik yang tidak memungkinkan
selain dari factor utama dari tumor yang dialaminya seperti nyeri,
kelemahan dan benjolan yang dirasakan. Dalam hal ini, perawat
memegang peranan besar mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
perawatan diri yang dibutuhkan oleh pasien.
Dalam kasus yang kami temukan dilapangan pengkajian yang kami
lakukan berdasarkan konsep teori dari Dorothea Orem yaitu mencakup:

45
1. Basic Conditioning factor adalah data dasar dari pengkajian terdiri dari
identitas klien, tanggal masuk rs, tanggal dilakukan pengkajian dan diagnose
medis dari klien.
2. Riwayat penyakit meliputi riwayat penyakit, terdiri dari keluhan, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit keluarga.
3. Universal Self Care Requisites terdiri dari kebutuhan oksigen, cairan,
nutrisi, eliminasi, aktivitas/ istirahat, interaksi sosial
4. Development Self Care Requisites meliputi pengembangan perawatan diri
dari klien, klien aktivitas perawatan diri dibantu oleh keluarga klien.
5. Health Self Care requisites meliputi kemampuan individu menyangkut klien
pribadi untuk mau melakukan aktivitas perawatan diri. Disini klien mau dan
dapat melakukan aktifitas perawatan diri sendiri seperti klien mau mandi,
dapat mengganti pakaian sendiri, dapat makan sendiri, dapat berhias sendiri,
tapi kondisi yang membatasi klien tidak bisa sendiri ke toilet. Oleh karena
itu peran keluarga sangat penting dalam membantu memenuhi kebutuhan
klien.

46
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteosarkoma masih menjadi permasalahan serius saat ini.
Osteosarkoma atau yang biasa disebut tumor tulang ini dapat mengakibatkan
penurunan fungsi manusia sebagai makhluk hidup baik secara fisiologis
maupun psikologis. Hal ini menyebabkan pasien memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas.
Osteosarkoma merupakan tumor primer jaringan mesenkim pembentuk
tulang yang paling ganas. Sering bermetastasiss secara hematogen ke paru-
paru. Predileksi umur: biasanya ditemukan pada usia dekade ke 2-3, jarang
diatas 50 tahun, kecuali pada penderita penyakit paget. Ada dua bentuk
osteosarkoma yaitu tipe ostoblastik/sklerosing (pada gambaran radiologis
memberi gambaran “sun ray”) dan tipe osteolitik (lebih banyak penghancuran
tulang disbanding pembentukan (Sudiono et al., 2001).

B. Rekomendasi
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi tambahan
mengenai mengenai osteosarcoma agar mahasiswa mampu
mengembangkan diri dalam memberikan asuhan keperawatan dan
mampu memberikan pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai
osteosarcoma.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan hendaknya senantiasa mengembangkan ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa tentang konsep teori dan studi kasus agar

47
mahasiswa lebih paham dan mampu menerapkan asuhan keperawatan
yang sesuai pada pasien osteosarcoma.

3. Bagi Rumah Sakit


Pasien yang dirawat dengan osteosarcoma hendaknya diberikan
perawatan yang intensif, pemberian tindakan dilakukan secepat mungkin
dengan harapan pasien lebih cepat tertangani maka prognosis
penyembuhannya akan lebih optimal.
4. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai tenaga kesehatan perlu memperhatikan prinsip dalam


penatalaksanaan osteosarcoma.

48
DAFTAR PUSTAKA

Cahyati, M., Abidin, Z. Z., Lodra, E. H., & Pasaribu, R. (2021). Buku Ajar Tumor
Odontogenik. UB Press.
https://www.google.co.id/books/edition/Tumor_Odontogenik/VKFgEAAAQ
BAJ?hl=id&gbpv=1&dq=definisi+tumor&pg=PT29&printsec=frontcover
Djohan. (2006). Terapi musik: teori dan aplikas. Galangpress Group.

Huather, S. E., & McCance, K. L. (2019). Buku Ajar Patofisiologi (VI). Elsevier
(Singapore) Pte Ltd.
Komite Penanggulanan Kanker Nasional. (2015). Panduan Penatalaksanaan
Osteosarkoma. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1–40.
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOsteosarkoma.pdf
Ladesvita, F., Sucipto, U., Lisnawati, K., Santi, R. D., & Pratiwi, C. J. (2021).
Asuhan Keperawatan Onkologi Berdasarkan Teori Virginia Henderson (I).
PT. Nas Media Indonesia.
https://www.google.co.id/books/edition/Asuhan_Keperawatan_Onkologi_Be
rdasarkan/6noeEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=osteosarkoma&pg=PA12&printsec=frontcover
Novita, D. (2012). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction And Internal Fixation.

PPNI, T. P. S. D. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (cetakan I:).


Dewan pengurus pusat persatuan perawat nasionalindonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018b). Standar Intervensi Kperawatan Indonesia (cetakan I).


Dewan pengurus pusat Persatuan perawat nasional indonesia.

49
http://www.inna-ppni.or.id

PPNI, T. P. S. D. (2018c). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defenisi dan


Kriteria hasil keperawatan (cetakan I:). Dewan pengurus pusat persatuan
perawat nasional indonesia.

Refandi, T. D., Amalia, R., & Zuhan, A. (2022). Osteosarkoma dengan Metastasis
pada Sistem Digestif. Unram Medical Journal, 11(3), 1112–1116.
https://doi.org/10.29303/jku.v11i3.773
Risnanto, & Insani, U. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem
Muskuloskeletal). Deepublish CV Budi Utama.
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Asuhan_Keperawatan_
Medikal_Bed/Si88DAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=buku+osteosarcoma&pg=PA168&printsec=frontcover
Stuart, Gail, W. (2016). Prinsip dan praktik keperawatan kesehatan jiwa.

Sudiono, J., Kurniadhi, B., Hendrawan, A., & Djimantoro, B. (2001). Penuntun
Praktikum Patologi Anatomi (I). Buku Kedokteran EGC.
https://www.google.co.id/books/edition/Penuntun_Praktikum_Patologi_Anat
omi/PgTdKvlA-noC?
hl=id&gbpv=1&dq=osteosarkoma&pg=PA81&printsec=frontcover
Suhartini. (2008). Effectiveness Of Music Therapy Toward Reducing Patient’s
Anxiety In Intensive Care Unit. Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol 2 . No.

Suratun, Heryati, Manurung, S., & Raenah, E. (2008). Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Muskuloskeletal (I). EGC.
https://www.google.co.id/books/edition/Klien_Gangguan_Sistem_Muskulos
keletal_sA/PUjw-sEgCSEC?
hl=id&gbpv=1&dq=sistem+muskuloskeletal&pg=PA22&printsec=frontcove
r
Suriya, M., & Zuriati. (2019). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Ganguan
Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi Nanda NOC & NOC. Pustaka Galeri

50
Mandiri.
https://www.google.co.id/books/edition/BUKU_AJAR_ASUHAN_KEPERA
WATAN_MEDIKAL_BED/GYH1DwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=buku+osteosarcoma&printsec=frontcover
Wahyuni, T. D. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal
(I). PT. Nasya Expanding Management.
https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_KEPERAWATAN_GA
NGGUAN_SISTEM_MUSKU/g24vEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=sistem+muskuloskeletal&pg=PA18&printsec=frontcove
r

51

Anda mungkin juga menyukai