Anda di halaman 1dari 70

MAKALAH KEPERAWATAN ONKOLOGI

ASUHAN ANAK DENGAN GANGGUAN ONKOLOGI


WILMS TUMOR DAN OSTEOSARKOMA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Onkologi

Dosen Pembimbing:
Ilya Krisnana, S.Kep, Ns, M.Kep.

Disusun oleh:
Kelompok 10
Kelas A3/2018
1. Ahmad Junaidi (131811133140)
2. Realvan Margaret Eindhitya (131811133146)
3. Dewi Retno Ningsih (131811133139)
4. Nur ‘Aeni Maghfiroh (131811133150)

Program Studi S1 Pendidikan Ners


Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
Surabaya
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. karena berkat hidayah, ampunan, dan
karunia-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan cukup baik namun pasti tidak sempurna.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada manusia terbaik sepanjang masa, junjungan kita,
Nabi Muhammad SAW.

Adapun penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai
mata kuliah keperawatan onkologi, yaitu asuhan keperawatan anak dengan gangguan onkolog
pada system perkemihan (Wilm tumor) dan system musculoskeletal (osteosarcoma). Besar
harapan kami bahwa makalah kami dapat diterima oleh banyak orang dan dapat memberikan
manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Kami menyadari bahwa makalah kami ini memang masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat membuka pintu serta mengharapkan kritik, saran, serta informasi yang
sekiranya dapat berguna untuk kelengkapan dan kesempurnaan makalah kami.

Wassalamu’alaikum Wr . Wb.

Surabaya, November 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 6

1.3 Tujuan ................................................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. BAB 1 SISTEM PERKEMIHAN............................................................................ 7

2.2 WILMS TUMOR

2.1.1 Definisi........................................................................................................... 7

2.1.2 Etiologi........................................................................................................... 7

2.1.3 Patofisiologi................................................................................................... 8

2.1.4 Klasifikasi...................................................................................................... 9

2.1.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 12

2.1.6 Penatalaksanaan............................................................................................. 12

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 15

2.1.8 Komplikasi..................................................................................................... 16

2.1.9 Asuhan Keperawatan Teoritis........................................................................ 17

2.3 SISTEM MUSKULUSKELETAL.......................................................................... 23

2.4 OSTEOSARKOMA

2.1.1 Definisi........................................................................................................... 27

3
2.1.2 Etiologi........................................................................................................... 28

2.1.3 Klasifikasi...................................................................................................... 28

2.1.4 Hispatologi..................................................................................................... 33

2.1.5 Manifestasi Klinis.......................................................................................... 34

2.1.6 Prognosis........................................................................................................ 34

2.1.7 Patofisiologi................................................................................................... 36

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 37

2.1.9 Penatalaksanaan............................................................................................. 38

2.1.10 Komplikasi................................................................................................... 40

2.1.11 Asuhan Keperawatan Teoritis...................................................................... 40

BAB 3 WOC.................................................................................................................. 50

3.1 WOC Wilms Tumor.................................................................................................. 45

3.2 WOC Osteosarkoma................................................................................................. 47

BAB 4 TINJAUAN KASUS......................................................................................... 50

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 68

5.2 Saran......................................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 69

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh
yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieliminasi) dari dalam
tubuh karena dapatmenjadi racun. proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi eliminasi
unrine (buang air kecil) daneliminasi alvi (buang air besar).
Tumor Wilms adalah tumor ginjal padat yang dapat dijumpai pada anak berusia
di bawah 10 tahun (10%) dengan kemungkinan risiko terkena yang hampir sama pada
laki-laki maupun perempuan. Tumor Wilms paling sering dijumpai pada anak berusia 3
tahun dan sekitar 10% merupakan lesi bilateral. Tumor Wilms mungkin ditemukan pada
anak dengan kelainan anridia (tidak memiliki iris), dan sindrom BeckwithWiedemann
(makroglosia, omfalokel, viseromegali, dan hipoglikemia neonatal).1-5 Gambaran tumor
Wilms yang paling penting adalah kaitannya dengan anomali kongenital, yang meliputi
anomali urogenital (4,4%), hemihipertrofi (2,9%), dan anhidrida sporadik (1,1%). Satu
persen dari tumor Wilms bersifat familial dan diturunkan secara dominan autosomal.
Sistem musculoskeletal meliputi tulang, persendian, otot, tendon dan bursa.
Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25 % berat badan. Struktur
tulang memberikan perlindungan terhadap organ – organ penting dalam tubuh seperti
jantung, paru, otak. Penyakit musculoskeletal adalah salah satu penyakit yang banyak
ditemukan di hamper seluruh dunia, bahkan World Health Organization (WHO) sudah
menetapkan bahwa tahun 2000–2010 sebagai“The Bone and Joint Decade”. Penyakit
musculoskeletal merupakan penyakit yang terjadi pada otot, tendon, persendian,
atautulang, antara lain nyeri pada tulangpunggung, dan ekstremitas baik atas maupun
bawah pada manusia.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin
meningkatnya usia dan adanya factor risiko untuk terjadi kerusakan pada system
muskuloskeletal. Berdasarkan pravelansi yang ada gangguan sistem musculoskeletal
terkait keganasan adalah kasus osteosarcoma. Prevalensi OA diIndonesiacukuptinggi,
yaitumencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita (Soeroso, 2009).

5
BerdasarkanRisetKesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi penyakit sendi
berdasarkan diagnosis di Indonesiasebesar 11,9% sedangkan di Sumatera Barat
mencapai 12,7%.
Maka dari itu dibutuhkan tenaga kesehatan terutama peran perawat untuk dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan baik dan menghasilkan kebutuhan dasar pasien
yang mengalami gangguan system perkemihan dan system musculoskeletal terpenuhi.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dari penyakit tumor wilms?
2. Bagaimana konsep dari penyakit osteosarkoma?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengidap tumor wilms?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui konsep dari penyakit tumor wilms
2. Mengetahui konsep dari penyakit osteosarkoma
3. Memahami asuhan keperawatan pada klien yang mengidap tumor wilms

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan merupakan sistem yang penting untuk membuang sisa-
sisa metabolisma makanan yang dihasilkan oleh tubuh terutama senyawaan nitrogen seperti
urea dan kreatinin, bahan asing dan produk sisanya. Sampah metabolisma ini dikeluarkan
(disekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urin. Urin kemudian akan turun melewati ureter
menuju kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara periodik
akan dikeluarkan melalui uretra. Sistem perkemihan (Gb-1) terdiri atas: kedua ginjal (ren,
kidney), ureter, kandung kemih (vesika urinaria/urinary bladder/ nier) dan uretra.

2. 2 WILM TUMOR
2. 2.1 Definisi
Wilms’ tumor atau nefroblastoma merupakan keganasan ginjal tersering pada
anak. Insidensinya mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan pada anak. Gejala
klinis pada mayoritas kasus Wilms’ tumor berupa asimtompatik massa pada
abdomen, namun 20-30 persen dari kasus memberikan gejala nyeri abdomen,
malaise, atau hematuria mikroskopik ataupun makroskopik. Gambaran umum dari
Wilms’ tumor adalah adanya pseudocapsule yang mengelilingi tumor. Modalitas
terapi untuk Wilms’ tumor adalah pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi.
2. 2.2 Etiologi

Penyebabnya dari Tumor Wilms belum diketahui, tetapi diduga melibatkan


faktor genetik. Tumor wilms berhubungan dengan kelainan bawaan tertentu,
seperti:
a. Etiologi tumor ini pada dasarnya belum diketahui
b. Kelainan saluran kemih
c. Aniridia (tidak memiliki iris)
d. Hemihipertrofi ( pembesaran separuh bagian tubuh )

7
Tumor bisa tumbuh cukup besar, tetapi biasanya tetap berada dalam
kapsulnya. Tumor bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Tumor Wilms bersifat
kongenital. Satu persen dari tumor wilms ditemukan familial dan diturunkan secara
dominan autosomal. Onkogen tumor wilms telah berlokasi pada kromosom 11 p13.
Timbul dalam parenkim ginjal, mungkin dari sisa-sisa blastoma nefrogen dan
biasanya dari fokus tunggal, kadang-kadang lebih dari 1 area. Tumor Wilms dapat
muncul dalam 3 gambaran klinik. Gambaran klinik tersebut antara lain :
a. Sporadic
b. Berhubungan dengan sindrom genetic
c. Familial.
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat
tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan
tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis
untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu.
Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke
arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu
terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu. Sekitar 1,5% pasien mempunyai saudara
atau anggota keluarga lain yang juga menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus
unilateral tidak bersifat keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral.
Sekitar 7-10% kasus Tumor Wilms diturunkan secara autosomal dominan.
Mekanisme genetik yang berkaitan dengan penyakit ini, belum sepenuhnya
diketahui. Pada pasien sindrom WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi genital
dan retardasi mental) memperlihatkan adanya delesi sitogenetik pada kromosom 11.
Pada beberapa pasien, ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11,
daerah pl3. Gen WT1 secara spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai
faktor transkripsi yang diduga bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor
Wilms.

2. 2.3 Patofisiologi
Tumor Wilm’s ini terjadi pada parenchym renal. Tumor tersebut tumbuh
dengan cepat di lokasi yang dapat unilateral atau bilateral. Pertumbuhan tumor

8
tersebut akan meluas atau menyimpang ke luar renal. Mempunyai gambaran khas
berupa glomerulus dan tubulus yang primitif atau abortif dengan ruangan bowman
yang tidak nyata, dan tubulus abortif di kelilingi stroma sel kumparan.
Pertama-tama jaringan ginjal hanya mengalami distorsi,tetapi kemudian di
invasi oleh sel tumor. Tumor ini pada sayatan memperlihatkan warna yang putih
atau keabu-abuan homogen,lunak dan encepaloid (menyerupai jaringan
ikat ).Tumor tersebut akan menyebar atau meluas hingga ke abdomen dan di
katakan sebagai suatu massa abdomen. Akan teraba pada abdominal dengan di
lakukan palpasi.
Wilms Tumor seperti pada retinoblastoma disebabkan oleh 2 trauma mutasi
pada gen supresor tumor. Mutasi pertama adalah inaktivasi alel pertama dari gen
suppressor tumor yang menyangkut aspek prozigot dan postzigot. Mutasi kedua
adalah inaktivasi alel kedua dari gen tumor supresor spesifik.
Gen WT1 pada kromosom 11p13 adalah gen jaringan spesifik untuk sel
blastema ginjal dan epitel glomerolus dengan dugaan bahwa sel precursor kedua
ginjal merupakan lokasi asal terjadinya Wilms Tumor. Ekspresi WT1 meningkat
pada saat lahir dan menurun ketika ginjal telah makin matur. WT1 merupakan
onkogen yang dominan sehingga bila ada mutasi yang terjadi hanya pada 1 atau 2
alel telah dapat menimbulkan Wilms Tumor. Gen WT2 pada kromosom 11p15
tetap terisolasi tidak terganggu.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel, blastema
dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik
tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu tumor risiko rendah
(favourable), dan tumor risiko tinggi (unfavourable).
Munculnya tumor Wilm’s sejak dalam perkembangan embrio dan aka tumbuh
dengan cepat setelah lahir. Pertumbuhan tumor akan mengenai ginjal atau
pembuluh vena renal dan menyebar ke organ lain.

2. 2.4 Klasifikasi
a. Berdasarkan Gambaran Histologi

9
Tumor Wilms dapat dibedakan menjadi dua kelompok prognostik dengan dasar
histopatologinya, yaitu :
a) Histologi baik (favorable histology)
Pada jenis ini didapatkan tumor yang menyerupai perkembangan
ginjal normal dengan tiga tipe sel, yaitu blastemal, epitelial (tubulus), dan
stromal. Tidak semua tumor mengandung ketiga jenis sel secara
bersamaan, tetapi dapat pula ditemukan tumor yang hanya mengandung
satu jenis sel yang membuat diagnosis menjadi lebih sulit .
b) Histologi anaplastik (anaplastic histology)
Pada jenis ini didapatkan pleomorfisme dan atipia yang hebat pada
sel-sel tumor yang dapat bersifat fokal maupun difus. Anaplasia fokal
tidak selalu berhubungan dengan prognosis yang buruk, tetapi anaplasia
difus selalu mempunyai prognosis yang buruk (kecuali pada stadium I).
Anaplasia berhubungan pula dengan resistensi terhadap kemoterapi dan
masih dapat terdeteksi setelah kemoterapi preoperatif.
b. Berdasarkan Stadium
Stadium tumor Wilms ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan pencitraan,
terapi operatif dan pemeriksaan patologis yang didapatkan pada saat nefrektomi.
Tumor dengan histologi baik dan histologi anaplastik memiliki stadium penyakit
yang sama sehingga dalam mendiagnosis tumor Wilms, kedua kriteria klasifikasi
(misalnya: stadium II dengan histologi baik atau stadium II dengan histologi
anaplastik) harus disebutkan. Sistem klasifikasi berdasarkan stadium penyakit ini
dibuat oleh National Wilm’s’ Tumor Study Group yang ke-V (NWTSG-V),
sebagai berikut:
a) Stadium I (43% pasien)
Untuk tumor Wilms stadium I, harus didapatkan satu atau lebih
kriteria di bawah ini:
 Tumor terbatas pada ginjal dan telah dieksisi seluruhnya.
 Permukaan kapsula renalis intak.
 Tumor tidak ruptur atau telah dibiopsi (biopsy terbuka atau biopsi
jarum) sebelum pengangkatan.

10
 Tidak ada keterlibatan pembuluh darah sinus renalis.
 Tidak ada sisa tumor yang terlihat di belakang batas-batas eksisi.
b) Stadium II (23% pasien)
Untuk tumor Wilms stadium II, harus didapatkan satu atau lebih
kriteria di bawah ini:
 Tumor meluas ke luar dari ginjal tetapi telah dieksisi seluruhnya.
 Terdapat ekstensi regional tumor (misalnya penetrasi ke kapsula
renalis atau invasi ekstensif ke sinus renalis).
 Pembuluh darah sinus renalis dan/atau di luar parenkim ginjal
mengandung tumor.
 Tumor sudah pernah dibiopsi sebelum pengangkatan atau terdapat
bagian tumor yang pecah selama operasi yang mengalir ke
pinggang, tetapi tidak melibatkan peritoneum.
c) Stadium III (23% pasien)
Terdapat tumor residual non hematogen dan melibatkan abdomen
dengan satu atau lebih dari kriteria di bawah ini dapat ditemukan:
 Tumor primer tidak dapat direseksi karena adanya infiltrasi lokal
ke struktur-struktur vital.
 Metastasis ke kelenjar getah bening abdominal atau pelvis (hilus
renalis, paraaorta, atau di belakangnya).
 Tumor telah berpenetrasi ke permukaan peritoneum.
 Dapat ditemukan implan-implan tumor di permukaan peritoneum.
 Tetap ditemukan tumor baik secara makroskopis maupun
mikroskopis pasca operasi.
 Pecahnya tumor yang melibatkan permukaan peritoneum baik
sebelum atau saat operasi, atau trombus tumor yang transeksi.
d) Stadium IV (10% pasien)
Tumor Wilms stadium IV didefinisikan sebagai adanya metastasis
hematogen (paru-paru, hepar, tulang, atau otak), atau metastasis kelenjar
getah bening di luar regio abdominopelvis.
e) Stadium V (5% pasien)
11
Tumor Wilms stadium V didefinisikan sebagai ditemukannya
keterlibatan ginjal bilateral pada saat seseorang didiagnosis pertama
kalinya. Pada pasien dengan tumor Wilms bilateral, stadium untuk
masing-masing ginjal sesuai dengan criteria di atas (stadium I - III) harus
ditentukan berdasarkan luasnya penyakit sebelum dilakukan biopsi.
2. 2.5 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling sering didapatkan pada tumor Wilms adalah massa abdominal
yang asimtomatik, yang dilaporkan oleh orang tua pasien atau ditemukan saat
pemeriksaan fisik untuk penyakit lain.
a. Massa biasanya lunak, serta jarang melewati garis tengah.
b. Sekitar 50% pasien mengeluh nyeri abdomen dan muntah.
c. Pada 5 - 30% pasien, dapat ditemukan adanya hipertensi, gross hematuria, dan
demam.
d. Gejala hipotensi, anemia, dan febris dapat ditemukan pada sebagian kecil
pasien yang mengalami perdarahan.
e. Pasien dengan penyakit stadium lanjut dapat datang dengan gejala gangguan
saluran pernapasan, yang berhubungan dengan adanya metastasis ke paru.
f. Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa abdomen yang dapat dipalpasi.
Pemeriksaan terhadap massa abdomen harus dilakukan dengan hati-hati,
karena palpasi yang terlalu berlebihan dapat berakibat rupturnya tumor yang
besar ke kavum abdomen.
g. Temuan kelainan-kelainan yang terdapat pada sindroma WAGR dan sindroma
Denys-Drash yang dapat terjadi bersamaan dengan tumor Wilms, seperti
aniridia, malformasi genitourinarius, dan tanda-tanda pertumbuhan yang
berlebihan.

2. 2.6 Penatalaksanaan
Terdapat 2 modalitas utama yang dapat menjadi pilihan dalam tatalaksana Wilms’
tumor yakni nefrektomi dan kemoterapi. Pemilihan tatalaksana inisial sangat
bergantung dari pemilihan protokol yang dilakukan. Baik protokol inisial terapi
dengan kemoterapi pre operasi yang diajukan oleh SIOP ataupun nefrektomi tanpa

12
didahului oleh kemoterapi yang diajukan oleh COG, keduanya menunjukkan hasil
yang tidak berbeda secara bermakna. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah subtipe histologi dan stadium tumor. Kedua hal tersebut
mempengaruhi pemberian jenis dan jumlah kemoterapi, serta rencana tatalaksana
ajuvan pasca inisial terapi.
a. Pembedahan
Pembedahan merupakan tatalaksana terpenting dalam tatalaksana Wilms’
tumor disamping kemoterapi. Prosedur operasi yang dijalankan dengan
akurat dapat menentukan staging dari Wilms’ tumor dengan tepat serta
rencana tatalaksana selanjutnya. Insiden terjadinya Wilms’ tumor bilateral
diperkirakan hanya lima persen dari kasus Wilms’ tumor. Pada bilateral
Wilms’ tumor, pendekatan terbaru mulai bergeser dari radikal nefrektomi
menjadi operasi ginjal dengan preservasi ginjal yang sehat. Pemberian
kemoterapi preoperasi dapat meningkatkan keberhasilan operasi reservasi
ginjal.
b. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu modalitas yang berperan penting dalam
tatalaksana Wilms’ tumor. Terdapat beberapa obat-obatan antineoplastik yang
dapat dipilih dalam tatalaksana Wilms’ tumor antara lain dactino-mycin,
vincristine, doxorubicin, cyclophosphamide, etoposide dan carboplatin.
Pemberian dosis bergantung pada berat badan anak dan stadium dari
pasien.15 Penentuan pemberian obat kemoterapi pada kasus Wilms’ tumor
bergantung dari protokol yang digunakan. Ada dua protokol yang digunakan
secara luas, yaitu protokol SIOP dan COG. Pada Wilms’ tumor rekuren,
prognosis dan terapi bergantung pada terapi sebelumnya, histologi tumor,
serta tempat terjadinya rekurensi. Pada beberapa kondisi seperti histologi
favourable, inisial stadium I atau II, terapi inisial hanya dengan vincristine
dan actinomycin, tidak terdapat riwayat terapi radiasi sebelumnya,
memberikan prognosis yang lebih baik.4 Terapi umum pada kasus rekurensi
adalah operasi jika memungkinkan, dilanjutkan radiasi pada daerah yang
belum mendapatkan radiasi sebelumnya serta kemoterapi dengan regimen

13
yang berbeda. Pada kasus rekurensi, disarankan penggunaan kemoterapi yang
lebih agresif seperti regimen ICE (ifosfamide, carboplatin, etoposide) atau
kemoterapi jenis lain yang sedang berada dalam clinical trial. Pemberian
kemoterapi dosis tinggi yang diikuti dengan transplantasi stem cell (transplan
sumsum tulang belakang) dapat menjadi pilihan opsi pada kasus rekurensi
Wilms’ tumor.
c. Radioterapi
Peran radioterapi untuk Wilms’ tumor mulai meningkat pada era 1940.
Radioterapi dianggap sanggup meningkatkan angka kesembuhan mencapai
50% dari 15-30% pada penggunaan modalitas nefrektomi saja. Penambahan
kemoterapi regimen tunggal pada era 1950 meningkatkan survival dua
tahunan mencapai 60% - 80%.
Pemberian dosis standar radiasi mulai diperkenalkan oleh National Wilms’
Tumor Study Group pada tahun 1969. Dengan standar terapi nefrektomi,
radiasi diberikan pada tumor bed yaitu bagian flank sebanyak 18-40 Gy yang
diikuti dengan kemoterapi ajuvan dactinomycin atau vincristine.
Pada studi NWTSG selanjutnya, difokuskan untuk menekan toksisitas
lanjut dari radiasi. NWTSG-1 dan NWTSG-2 meneliti kemungkinan subtitusi
peran radiasi dengan menggunakan kemoterapi pada pasien Wilms’ tumor
histologi favourable yang telah dilakukan reseksi total. Dari hasil penelitian
NWTSG, didapatkan bahwa pasien dengan histologi favourable dapat
dilakukan subtitusi peran radiasi dengan kemoterapi dengan hasil yang tidak
berbeda secara bermakna.
Radiasi sendiri merupakan pilihan terapi yang dihindarkan pada Wilms’
tumor mengingat efek samping akut dan lanjut radiasi. NWTS sendiri
membagi efek samping akut dan lanjut pada radiasi. Efek samping akut
berupa diare, kelelahan serta rasa mual. Sedangkan efek samping lanjut pada
radiasi berupa perlengketan dari usus besar, infertilitas yang sering terjadi
pada wanita terutama pada radiasi whole abdomen dengan melibatkan
ovarium dan uterus, skoliosis atau pemendekkan korpus vertebra, hipertensi
karena terjadinya fibrosis arteri renalis kontralateral, gagal ginjal, gagal

14
jantung kongesif, gagal hepar,dan malignansi sekunder. Angka kejadian
malignansi sekunder sekitar 1.6 % sedangkan angka terjadinya gagal jantung
kongestif sekitar 4% pada Wilms’ tumor yang mendapat terapi adriamycin.
Angka kejadian gagal ginjal dapat ditekan apabila dilakukan radiasi dengan
lapangan flank.
Dosis radiasi yang diberikan sangat bergantung pada stadium, jenis
histologi, dan keterlibatan organ sekitarnya. Tabel 6 merupakan rangkuman
dosis yang direkomendasikan pada Wilms’ tumor oleh Viswa-nath.

2. 2.7 Pemeriksaan Penunjang


Tumor Wilms harus dicurigai pada setiap anak kecil dengan massa di abdomen.
Pada 10-25% kasus, hematuria mikroskopik atau makroskopik memberi kesan
tumor ginjal.
a. IVP
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan
bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini bergunauntuk
mengetahui fungsi ginjal.
b. Foto Thoraks
Merupakan pemeriksaan untuk mengevaluasi ada tidaknya metastasis ke
paru-paru. Arteriografi khusus hanya diindikasikan untuk pasien dengan
tumor Wilms bilateral atau termasuk horseshoe kidney.
c. Ultrasonografi
USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor
solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG,
tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. USG juga dapat
digunakan sebagai pemandu pada biopsi. Pada potongan sagital USG bagian
ginjal yang terdapat tumor akan tampak mengalami pembesaran, lebih
predominan digambarkan sebagai massa hiperechoic dan menampakkan
area yang echotekstur heterogenus.
d. CT-Scan

15
Memberi beberapa keuntungan dalam mengevaluasi tumor Wilms. Ini
meliputi konfirmasi mengenai asal tumor intrarenal yang biasanya
menyingkirkan neuroblastoma; deteksi massa multipel; penentuan perluasan
tumor, termasuk keterlibatan pembuluh darah besar dan evaluasi dari ginjal
yang lain. Pada gambar CT-Scan Tumor Wilms pada anak laki-laki usia 4
tahun dengan massa di abdomen.
 CT scan memperlihatkan massa heterogenus di ginjal kiri dan
metastasis hepar multiple.
 CT scan dengan level yang lebih tinggi lagi menunjukkan metastasis
hepar multipel dengan thrombus tumor di dalam vena porta.
e. Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan informasi penting untuk menentukan perluasan
tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah
intarkardial. Pada MRI tumor Wilms akan memperlihatkan hipointensitas
(low density intensity) dan hiperintensitas (high density intensity)
f. Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang untuk
tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl
mandelic acid (VMA) dalam batas normal. Urinalisis juga dapat
menunjukkan bukti hematuria, LED meningkat, dan anemia dapat juga
terjadi, terlebih pada pasien dengan perdarahan subkapsuler. Pasien dengan
metastasis di hepar dapat menunjukkan abnormalitas pada analisa serum.

2. 2.8 Komplikasi
a. Tumor Bilateral
b. Ekstensi Intracaval dan atrium
c. Tumor lokal yang lanjut
d. Obstruksi usus halus
e. Tumor maligna sekunder
f. Perkontinuitatum

16
Penyebaran langsung melalui jaringan lemak perirenal lalu ke peritoneum dan
organ-organ abdomen (ginjal kontralateral, hepar, dan lain-lain)
a. Hematogen
Terjadi setelah pertumbuhan tumor masuk ke dalam vasa renalis,
selanjutnya menyebar melalui aliran darah ke paru-paru (90%), otak, dan
tulang-tulang
b. Limfogen
Penyebaran limfogen terjadi pada kelenjar regional sekitar vasa para aortal
atau dalam mediastinum.

2. 2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis


a. Anamnesa
b. Menanyakan nama, jenis kelamin ,alamat, nomor telepon yang bisa dihubungi,
dll
c. Keluhan Utama
d. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian daging, bengkak sekitar
perut. Tidak nafsu makan, mual , muntah dan diare. Badan panas hanya
sutu hari pertama sakit.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengeluh kelainan pada ginjal sebelumnya, atau
gejala-gejala tumor wilms
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat keluarga klien pernah mengidap kanker atau tumor
sebelumnya
e. Pola Aktivitas
 Pola nutrisi dan metabolic
Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi
kelebihan beban sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema
pada sekitar mata dan seluruh tubuh. Klien mudah mengalami infeksi
karena adanya depresi sistem imun. Adanya mual , muntah dan anoreksia
menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB meningkat karena
adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
 Pola eliminasi

17
Eliminasi fekal tidak ada gangguan, sedangkan eliminasi urin : gangguan
pada glumerulus menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi
dan terjadi penyerapan kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak
mengalami gangguan yang menyebabkan oliguria sampai
anuria ,proteinuri, hematuria.
 Pola Aktifitas dan latihan
Pada klien dengan kelemahan, malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus karena adanya hiperkalemia. Dalam proses perawatan klien perlu
istirahat selama 2 minggu dan mobilisasi duduk dimulai bila tekanan darah
sudah normal selama 1 minggu.
 Pola tidur dan istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya
uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan
tonus.
 Persepsi diri
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah, edema, dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
 Hubungan peran
Lingkungan perawatann yang baru dan kondisi penyakit yang kritis
menyebabkan anak banyak diam.
f. Pada penderita tumor wilm pengkajian dilakukan dengan melihat adanya
 Massa tumor pada abdomen
 Kaji manifestasi tumor wilms
 Kaji hasil pemeriksaan laboratorium
g. Analisa Data

Data-data Masalah Keperawatan


Data subjektif : Nyeri akut
 Anak mengatakan nyeri di daerah
perutnya
Data objektif :
 Anak tampak memegang daerah
perutnya
 Frekuensi nadi meningkat

18
 Gelisah
 Sulit tidur
 Nafsu makan beruah
 Tekanan darah meningkat
Data subjektif :
 Anak mengatakan tidak mau
makan
 Kram/nyeri abdomen Defisit Nutrisi
Data objektif :
 Terjadi penurunan berat badan
 Makanan tidak di habiskan
Data subjektif :
 Anak mengatakan merasa lemah
Data objektif :
 Terbaring lemas di tempat tidur Intoleransi aktivitas
 Anak kurang bersemangat dalam
beraktivitas
 Malaise

h. Diagnosa keperawatan yang biasa muncul adalah :


a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (neoplasma) d.d mengeluh nyeri
(D.0077)
b. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolime d.d berat badan
menurun (D.0019)
c. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d merasa lemah (D.0056)

i. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tind Manajemen Nyeri (1.08238)
pencedera fisiologis akan keperawatan Observasi

19
(neoplasma) d.d selama … x 24 jam  Identifikasi lokasi nyeri,
mengeluh nyeri maka tingkat nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) menurun (L.08066) kualitas, intensitas nyeri
dengan kriteria hasil:  Identtifikasi skala nyeri
a. Keluhan Nyeri (5)  Identifikasi respon nyeri nn
b. Meringis (5) verbal
c. Gelisah (5)  Identifikasi pengaruh nyeri pada
d. Kesulitan tidur (5) kualitas hidup
e. Tekanan darah (5) Terapeutik
f. Nafsu makan (5)  Berikan teknik non
g. Pola tidur (5) farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kobalorasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan tind Manajemen Nutrisi (1.03119)


peningkatan akan keperawatan Observasi
kebutuhan metabolime selama … x 24 jam  Identifikasi status nutrisi
d.d berat badan maka status nutrisi  Identifikasi kebutuhan kalori dan
menurun (D.0019) membaik (L.03030) jenis nutrient
dengan kriteria hasil:  Monitor asupan makanan
a. Porsi makan  Monitor berat badan
dihabiskan (5) Terapeutik

20
b. Nyeri abdomen (5)  Sajikan makanan secara menarik
c. Berat badan (5) Edukasi
d. Indeks Massa  Anjurkan posisi duduk, jika
Tubuh (IMT) (5) mampu
e. Nafsu makan (5) Kolaborasi
 Kolabirasi pemberian medikasi
sebelum makan (pereda nyeri),
jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tind Manajemen Energi (1.05178)
b.d kelemahan d.d akan keperawatan Observasi
merasa lemah selama … x 24 jam  Identifikasi gangguan fungsi
(D.0056) maka toleransi tubuh yang mengakibatkan
aktifitas meningkat kelemahan
(L.05047)  Monitor pola dan jam tidur
a. Kemudahan  Monitor lokasi dan
melakukan ketidaknyamanan selama
aktivitas sehari- melakukan aktfitas
hari (5) Terapeutik
b. Keluhan lemah (5)  Fasilitasi duduk disisi tempat
c. Perasaan lemah (5) tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Kobalorasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan

21
asupan makanan

j. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dapat dilakukan dari asuhan keperawatan pada p
asien dengan Tumor Wilms di antaranya yaitu mengimplementasikan dari
intervensi yang sudah disusun.
k. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dapat diperoleh dari asuhan keperawatan pada pasien
dengan Tumor Wilms di antaranya yaitu:
 Keluhan nyeri menurun
 Kesulitan tidur menurun
 Nafsu makan meningkat
 Pola tidur membaik
 Nyeri abdomen menurun/ hilang
 Berat badan membaik
 Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
 Keluhan lemah menurun
 Perasaan lemah menurun/hilang

22
2. 3 SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Anatomi dan Fisiologi Muskuloskeletal
 Muskulo/otot

 Fungsi sistem muskulo


- Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tesebut
melekat dan bergerak dalam bagian organ internal tubuh.
- Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan
mempertahankan tubuh saaat berada dalam posisi berdiri atau saat duduk
terhadap gaya gravitasi.
- Produksi panas. Kontraksi otot-otot secara metabolis menghasilkan panas
untuk mempertahankan suhu tubuh normal.
- Menyimpan cadangan makanan.
- Memberi bentuk luar tubuh.

 Jenis-jenis otot dan penyusunnya


a) Otot rangka
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka.Serabut
otot sangat panjang, panjangnya sampai 30 cm berbentuk silindris dengan lebar
berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron.Setiap serabut memiliki banyak

23
inti yang tersusun di bagian perifer.Kontraksi otot rangka sangat cepat, kuat,
sebentar dan cepat lelah. Struktur mikroskopis otot rangka yakni:
 Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber/ serabut otot.
 Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai
banyak nukleus ditepinya
 Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan
bermacam-macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang
disebut dengan myofibril.
 Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya. Jenis yang kasar terdiri dari protein myosin sedangkan yang
halus terdiri dari protein aktin.

b) Otot polos
Merupakan otot tidak berlurik dan involunter.jenis otot ini dapat ditemukan
pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding
tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan
sistem sirkulasi darah. otot polos adalah serabut otot berbentuk spindel dengan
nukleus sentral, berukuran kecil berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh
darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil. kontraksi otot polos kuat dan
lambat.
 Otot polos unit ganda, ditemukan pada dindng pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
 Otot polos unit tunggal (viseral), ditemukan tersusun dalam lapisan
dinding organ berongga atau visera.

c) Otot jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot seran lintang
involunter.otot ini hanya terdapat pada jantung. otot jantung bekerja terus
menerus ssetiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa

24
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. inti otot jantung berada di tengah, serabut
ototnya bercabang dan bersatu dengan serabut disebelahnya, kontraksi otot
jantung otomatis dan ritmis.

 Skeletal / tulang

 Fungsi tulang
a) Penunjang (support)
- Tulang-tulang ekstremitas inferior, cingulum pelvicum, columna vertebralis.
- Mandibula pada gigi.
- Tulang lainnya yang menunjang organ dan jaringan
b) Perlindungan (protection)
- Cranium melindungi otak
- Costae dan sternum yang melindungi paru-paru dan jantung
- Vertebrae melindungi corda spinalis.

c) Pergerakan (movement)
d) Penyimpanan mineral dan jaringan lemak (adiposa)

25
- 99% kalsium tubuh
- 85% fosfor
- Jaringan adipose terdapat pada cavum medullare tulang-tulang tertentu.
e) Hematopoiesis
- Pembentukan sel-sel darah di cavum medullare

 Penyusun dan komposisi tulang


a) Air : 50%
b) Padatan : 50%
- Organik 31% (1/3) : terdiri dari serabut kolagen dan materi organik yang
lain yang disekresi oleh osteoblast, fleksibilitas terhadap stretching dan
twisting.
- Inorganik 69% (2/3) : terutama terdiri dari : kalsium fosfat dan kalsium
hidroksi, menghasilkan tulang yang keras dan tahan terhadap tekanan.

 Sendi

 Fungsi sendi

26
Berdasarkan fungsinya, persendian dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Sendi mati (sinatrosis)
Merupakan pertemuan atau persambungan antar tulang yang tidak dapat
digerakkan, contohnya tengkorak. Sendi ini umumnya dibungkus oleh
jaringan ikat fibrosa dan kartilago.
2) Sendi kaku (amfiartrosis)
Merupakan pertemuan atau persambungan antar tulang yang memiliki gerak
terbatas, contohnya tulang pergelangan tangan.
3) Sendi gerak (diartrosis/synovial)
Merupakan pertemuan atau persambungan antar tulang yang memungkinkan
tulang melakukan gerak secara bebas, contohnya sendi peluru, sendi engsel,
sendi putar, sendi geser, dan sendi pelana.

 Komponen penunjang sendi:


a) Ligamen : jaringan ikat yang menghubungkan tulang dengan tulang.
b) Tendon : jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang.
c) Cairan synovial : cairan pelumas pada ujung-ujung tulang yang terdapat pada
bagian kapsul sendi.
d) Tulang rawan hialin : jaringan tulang rawan yang menutupi kedua ujung tulang
yang membentuk persendian dan berfungsi untuk menjaga persendian dari
benturan keras.

2.4 OSTEOSARKOMA

2.4.1 Definisi
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada
anak-anak. Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling sering terserang
tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.(Prince 2012)
Osteosarkoma adalah kanker tulang dan dapat terjadi pada tulang apapun,
biasanya pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan metafise.

27
Tempat yang paling umum adalah femur (42% dan sebesar 75% di femur distal),
tibia (19% dan sebesar 80% di tibia proksimal), dan humerus (10% dan sebesar 90%
di humerus proksimal).

2.4.2 Etiologi Osteosarkoma


Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa faktor yang menjadi etiologi terjadinya
keganasan pada tulang manusia yaitu:
1) Bahan kimia.

Senyawa kimia : Senyawa antrasiklin dan senyawa pengalkil, beryllium dan


methylcholanthrene merupakan senyawa yang dapat menyebabkan perubahan
genetik

2) Trauma
Sekitar 30% kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma.
Walaupun sarkoma timbul pada jaringan sikatrik lama, luka bakar, dan riwayat
trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.
3) Radiasi, dihubungkan dengan sarcoma sekunder pada orang yang pernah
mendapatkan radiasi untuk terapi kanker.
4) Virus : Rous sarcoma virus yang mengandung gen V-Src yang merupakan
proto-onkogen, virus FBJ yang mengandung proto-onkogen c-Fos yang
menyebabkan kurang responsif terhadap kemoterapi.
5) Limfedemakronis.
Limfedemakronis akibat oprasi atau radiasi dapat menimbulkan
limfangisarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior
ditemukan pada klien karsinoma mamma yang dapat radio terapi pasca-
mastektomi.
6) Infeksi.
Keganasan pada jaringan lunak dan tulang juga dapat di sebabkan oleh tulang
infeksi parasit, yaitu filariasis.

28
2.4.3 Klasifikasi Klinis Osteosarkoma
Secara umum kanker tulang dibedakan menjadi 2 bagian besar yaitu:
1) Kanker tulang metastasik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi kankernya
bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru-paru yang menyebar ke
tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan
sel tulang.
2) Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasal dari tulang. Yang termasuk ke dalam kanker
tulang primer adalah myeloma multiple, osteosarcoma, fibrosarkoma dan
histiositoma fibrosa maligna, kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang
maligna.

Sedangkan klasifikasi osteosarkoma berdasarkan gradasi, lokasi, jumlah dari lesi


penyebabnya, maka osteosarkoma dibagi menjadi beberapa klasifikasi di antaranya
yaitu:

Jenis Keterangan dan


Gambar
osteosarkoma Prognosis
Osteosarkom  Tipe osteosarkoma yang
a klasik / paling sering dijumpai
High-Grade yaitu 80% kasus.
Intra-  Sering terdapat di daerah
medullary lutut pada anak-anak dan
Osteosarcoma dewasa muda.
 Pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan
peningkatan alkaline
phosphatase dan lactic
dehydrogenase, yang mana
ini dihubungkan dengan
kepastian diagnosis dan

29
prognosis dari
osteosarkoma tersebut.
Osteosarkom  Derajat keganasan sangat
a tinggi dan sangat agresif.
hemoragi/  Prognosis baik dengan
telangektasis pengobatan yang sama
seperti osteosarcoma klasik
dan sangat resposif terhadap
adjuvant chemotherapy.

Parosteal  Tumor dimulai dari daerah


osteosarkoma korteks tulang dengan dasar
yang lebar, yang makin
lama lesi ini bisa invasi
kedalam korteks dan masuk
ke endosteal.
 Prognosis membaik dengan
penatalaksanaan operasi,
melakukan eksisi dari tumor
dan survival ratenya bisa
mencapai 80 – 90%.
Periosteal  Osteosarkoma derajat
osteosarkoma sedang (moderate-grade)
yang merupakan lesi pada
permukaan tulang bersifat
kondroblastik.
 Prognosisnya ialah
memiliki derajat
metastasenya lebih rendah
dari osteosarkoma klasik
yaitu 20% – 35% terutama

30
ke paru-paru.
Osteosarkom  Terjadi dari lesi jinak pada
a sekunder tulang, yang mengalami
mutasi sekunder dan
biasanya terjadi pada umur
lebih tua, misalnya bisa
berasal dari paget’s
disease.
 Prognosis dari pagetic
osteosarcoma sangat buruk
dengan five
yearssurvivalrate rata-rata
hanya 8%
Osteosarkom  Tipe ini sangat jarang dan
a merupakan variasi
intrameduler osseofibrous derajat rendah
derajat rendah yang terletak intrameduler.
 Osteosarkoma tipe ini
mempunyai prognosis yang
baik dengan hanya
melakukan lokal eksisi saja
Osteosarkom  Dapat terjadisetelah
a akibat mendapatkan radiasi
radiasi melebihi dari 30Gy.
 Onsetnya biasanya sangat
lama berkisar antara 3 – 35
tahun, dan
derajatkeganasannya sangat
tinggi dengan prognosis
jelek dengan angka
metastasenya tinggi.

31
Multifokal  Variasi inisangat jarang Terdapat tumor ganas pada
osteosarkoma yaitu terdapatnya lesi tumor tulang femur distal, tibia
yang secara bersamaan pada proksimal, tulang pinggul,
lebih dari satu tempat. tulang ilium, dan tulang
 Prognosis baik dengan sacrum secara bersamaan.
kemoterapi karena pada tipe
ini tingkat keganasannya
lebih rendah.

Sedangkan terdapat 2 jenis klasifikasi stadium osteosarkoma berdasarkan


Musculoskeletal Tumor Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor berdasarkan derajat
dan ekstensi lokal serta stadium berdasarkan American Joint Committee on Cancer
(AJCC) edisi ke 7.

 Sistem klasifikasi sadium osteosarkoma MSTS (Enneking):


(1) IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis
(2) IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis
(3) IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis
derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen,
(4) IIB : tanpa metastasis
(5) III : ditemukan adanya metastasis

32
 Sistem klasifikasi sadium osteosarkoma AJCC edisi ke 7:
(1) IA derajat keganasan rendah, ukuran ≤ 8
(2) IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya diskontinuitas
(3) IIA derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8
(4) IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
(5) III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
(6) IVA metastasis paru.
(7) IVB metastasis lain

2.4.4 Histopatologi Osteosarkoma


Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus
(fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB
inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%. Penilaian skor
Huvos untuk secara histologis respons kemoterapi neoadjuvant. Pemeriksaan ini
membutuhkan minimal 20 coupe.
Penilaian dilakukan secara semi kuantitatif dengan membanding kan luasnya
area nekrosis terhadap sisa tumor yang riabel:
1. Grade 1: sedikit atau tidak ada nekrosis (0 - 50%)
2. Grade 2: nekrosis> 50 - <90%
3. Grade 3: nekrosis 90 99%
4. Grade 4: nekrosis 100% Penilaian batas yang diperoleh dari jaringan
intramedulari segmen tulang proksimal.
Pada gambaran histopatologi akan ditemukan stroma atau dengan high-grade
sarcomatous dengan sel osteoblast yang ganas, yang akan membentuk jaringan
osteoid dan tulang. Bagian tulang yang berpotensi mengalami gangguan :

No Letak Gambar

33
1. Lengan

2. Kaki

3. Panggul

2.4.5 Manifestasi Osteosarkoma


Menurut Smeltzer (2008), manifestasi klinis dari Osteosarkoma adalah :
a. Nyeri/pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadi semakin
parah pada malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
b. Pembengkakan pada tulang atas atau persendian serta pergerakan terbatas
c. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu tubuh kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena
d. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat
badan menurun dan malaise.

2.4.6 Prognosis

Penyakit ini dipengaruhi oleh ukuran tumor, derajat nekrosis, penyebaran


ke korteks dan penetrasi jaringan lunak serta penurunan berat badan > 10 pon.
Dengan pemakaian kemoterapi baru dan operasi, 5 dan 10 year survival year
meningkat. Penurunan osteoklastogenesis dan aktivasi presentasi antigen lebih
banyak ditemuka pada kasus kemoresisten.Penelitian Shipley JA dkk dari 30
kasus osteosarkoma yang diterapi, setelah 30 bulan 1/3 penderita bebas penyakit,
6 penderita dengan metastasis rata-rata hidup 16 bulan dan ½ penderita
meninggal. Adanya metastasis pada waktu diagnosis dan ukuran tumor > 10 cm
dikaitkan dengan prognosis jelek. Perlu diingatkan bila penderita usia belasan
dengan massa nyeri disekitar lutut perlu pemeriksaan lanjut.

34
Beberapa faktor yang menentukan prognosis pada pasien osteosarkoma

1. Tumor related:
• Lokasi tumor
• Ukuran tumor
• Histopatologi (high grade, low grade)
• Luasnya (infiltrati, kelenjar regional, penyebaran/metastasis lokal,/jauh)
• Respon terhadap pengobatan
 Respon histologi terhadap kemoterapi ( Huvos )
• Tipe dan margin operasi
• ALP dan LDH level : menggambarkan luasnya lesi
• D dimer (hiperkoagulasi)
2. Patient related
 Usia
 Status gizi (BMI)
 Performonce status
 Komorbiditas (mis. TB,Hepatitis, gagal ginjal, gagal jantung.)
3. Management related
 Delay diagnosis, dan terapi
 Pengalaman tenaga medis (operasi,kemoterapi , radiasi dan suprtif terapi)
 Fasilitas kurang (tenaga,dan alat)

Umumnya gejala tersebut terjadi beberapa minggu sampai bulan setelah


timbulnya penyakit ini. Gejala awal relatif tidak spesifik seperti nyeri dengan atau
tanpa teraba massa. Nyeri biasanya dilukiskan sebagai nyeri yang dalam dan
hebat, yang dapat dikelirukan sebagai peradangan.Pemeriksaan fisik mungkin
terbatas pada massa nyeri, keras, pergerakan terganggu, fungsi normal menurun,
edema, panas setempat, teleangiektasi, kulit diatas tumor hiperemi, hangat,
edema, dan pelebaran vena.Pembesaran tumor secara tiba-tiba umumnya akibat
sekunder dari perdarahan dalam lesi. Fraktur patologik terjadi pada 5-10% kasus.
Tumor ini dapat tumbuh pada tulang manapun, tetapi umumnya pada tulang

35
panjang terutama distal femur, diikuti proksimal tibia dan proksimal humerus
dimana growth plate paling proliferatif. Pada tulang panjang sering pada bagian
metafisis (90%) kemudian diafisis (9%), dan jarang pada epifisis.
Osteosarkoma bertumbuh cepat dengan ekspansi lokal, doubling time
sekitar 34 hari. Penyebaran hematogen paling sering terjadi pada awal penyakit
dan biasanya ke paru-paru dan tulang sedangkan metastasis ke kelenjar limfe
jarang. Penyebaran transartikuler juga jarang dan dapat terjadi pada sendi dengan
mobilitas rendah. Pada stadium lanjut, berat badan umumnya menurun dan
menjadi kaheksia.

2.4.7 Patofisiologi Osteosarkoma


Penyebab osteosarkoma tidak diketahui, namun berbagai agen dan status
penyakit dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini. Osteosarkoma dipercaya
berasal dari sel stem mesenkim atau sel osteoprogenitor yang mengalami gangguan
dalam jalur diferensiasi osteoblas. Beberapa studi membuktikan bahwa
osteosarkoma mempunyai cancer stem cells. Penyebab yang paling diketahui
berhubungan dengan penyakit ini ialah radiasi. Osteosarkoma setelah terapi radiasi
merupakan komplikasi yang jarang dan biasanya terjadi setelah 15 tahun kemudian
(antara 3-55 tahun).Sekitar 70% penyakit ini mempunyai abnormalitas genetik
seperti penyimpangan struktur kompleks dan jumlah kromosom. Studi molekuler
menunjukkan bahwa tumor ini biasanya mempunyai mutasi pada tumor suppressor
gen dan onkogen termasuk Rb, TP53, INK4a, MDM2 dan CDK4.
Selanjutanya hal tersebut menyebabkan adanya tumor ganas. Adanya tumor
pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor.Timbul reaksi dari
tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi
tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat lempat lesi terjadi sehingga terjadi
pertumbuhan tulang yang abortif. Kebanyakan osteosarkoma dijumpai pada
kelompok usia muda antara 10 – 25 tahun.Kemudian sering menyerang pada daerah
ujung metafisis tulang panjang seperti:

36
 Ujung distal tulang femur.
 Ujung proximal tibial
 Ujung proximal humerus.
 Ujung proximal femur.
 Untuk tulang pipih yang sering diserang adalah illium

Puncak dari osteosarkoma ialah terjadi pada dewasa dengan pertumbuhan yang
cepat, sering pada regio growth plate tulang (pertumbuhan tulang yang paling
cepat). Proliferasi yang meningkat pada sisi ini dapat merupakan predisposisi untuk
mutasi yang mengatur perkembangan osteosarcoma.

2.4.8 Pemeriksaan Penunjang Osteosarkoma

Hasil Pemeriksaan gambar A Pemeriksan radiologis menyatakan adanya


segitiga codman dan destruksi tulang. Gambar B ekstensi transfisis MRI →
keterlibatan jaringan lunak. Gambar C Makroskopik, → tumor meduler, ekstensi
jaringan lunak.
Menurut Saferi Wijaya (2013), pemeriksaan yang biasa dilakukan yaitu :
a. Pemeriksan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi
tulang.
b. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks
dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk
mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan

37
biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk
mengidentifikasi adanya
metastasis mikro pada paru dan organ thoraks. Biopsi terbuka menentukan
jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum
dan lesi-lesi yang dicurigai.
c. Scanning tulang untuk melihat penyebaran tumor.
d. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin
fosfatase.
e. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan
penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.
f. Skintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”.

2.4.9 Penatalaksanaan Osteosarkoma

Menurut Saferi Wijaya dan Mariza Putri (2013), Pengobatan seringkali


merupakan kombinasi dari:
1) Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin,
doksorubisin, ifosfamid, eposid).
Kemoterapi harapannya adalah kombinasi kemoterapi mempunyai efek yang
lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan
kemungkinan resistensi terhadap obat. Penatalaksanaan dalam bentuk
kemoterapi umumnya akan disarankan untuk klien dengan kondisi
osteosarkoma derajat keganasan tinggi tetapi tidak dapat dilakukan
pembedahan (unresectable). Kondisi yang dimaksud berada di tingkat II A
38
atau tumor tingkat tinggi - intra kompartemen. Hal ini bertujuan agar tumor
dapat dikontrol secara lokal (Seger, Rudyanto. 2014).
2) Terapi penyinaran tumor
Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan kemoterapi (preoperative,
pasca operative dan ajuran untuk mencegah mikrometastasis). Sasaran utama
dapat dilakukan dengan sksisi luas dengan teknik grafting restorative.
Ketahanan dan kualitas hidup merupakan pertimbangan penting pada prosedur
yang mengupayakan mempertahankan ekstermitas yang sakit. Tatalaksana
berupa penyinaran tumor umumnya diberikan pada klien dengan tingkat
osteosarkoma yang sama dengan tatalaksana kemoterapi, yaitu kondisi
osteosarkoma derajat keganasan tinggi tetapi tidak dapat dilakukan
pembedahan (unresectable) (Seger, Rudyanto. 2014).
3) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor
Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini
dapat dilakukan dengan bedah (berkisar dari eksisi local sampai amputasi dan
disartikulasi).
Terapi pembedahan akan dilakukan atau diberikan pada klien osteosarkoma
dengan derajat keganasan tinggi yang tidak memungkinkan pemberian
kemoterapi neoadjuvan (misalnya: adanya ulkus, peradarahan, tumor dengan
ukuran yang sangat besar) maka langsung dilakukan pembedahan terlebih
dahulu, selanjutnya diikuti dengan pemberian kemoterapi adjuvant. Umumnya
diberikan pada klien osteosarkoma tingkat II B atau tumor tingkat tinggi -
ekstra kompartemen (Seger, Rudyanto. 2014).
4) Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas
yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local
lesi primer. Prognosis tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
a. Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran
teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur
patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul

39
b. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan
obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.

2.4.10 Komplikasi Osteosarkoma


Menurut Brunner and Suddart (2008), komplikasi dari Osteosarkoma yaitu :
a. Akibat langsung : Patah tulang
b. Akibat tidak langsung : Penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh dan metastase paru.
c. Akibat pengobatan : Gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah,
perubahan jenis kulit dan kebotakan pada kemoterapi.
Akibat pengobatan yang dimaksud adalah pengobatan kemoterapi dalam
jangka panjang pada pasien osteosarkoma menimbulkan yang meinmbulkan
efek samping serta komplikasi tersebut

2.4.11 Asuhan Keperawatan Teoritis


 Pengkajian
1) Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal MRS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, dan
diagnosa medis.
2) Keluhan utama : nyeri pada tulang.
3) Riwayat penyakit sekarang : bengkak pada area sekitar persendian, lemah,
letih, dan malas beraktivitas.
4) Riwayat penyakit dahulu : riwayat pembedahan, hipertensi, diabetes,
jantung, serta alergi (obat, makanan, dll).
5) Riwayat penyakit keluarga : osteosarkoma termasuk penyakit keturunan
atau genetik.
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : merokok, alkohol, dan aktivitas
seperti olahraga.
7) Data penunjang :

40
 Data psikologis : keadaan psikologis klien setelah mengetahui
diagnosa media yang ditegakkan.
 Data sosial : teman tinggal klien saat di rumah.
 Data ekonomi : penghasilan klien.
8) Pemeriksaan fisik :
 TTV : suhu 37oC, nadi 90x/menit, tekanan darah 120/100 mmHg, dan
RR 24x/menit
 Sistem pernapasan : tidak ada suara napas tambahan dan tidak
menggunakan alat bantu napas, namun umumnya akan terjadi
perubahan pola napas
 Sistem kardiovaskuler : terjadi peningkatan nadi dan tekanan darah,
keadaan ini tergantung dari nyeri yang dirasakan
 Sistem persyarafan : kaji fungsi cerebral, kranial, dan sensori.
Umumnya akan terjadi nyeri superfisial, peningkatan dan/atau
penurunan sensasi suhu dan sensasi posisi
 Sistem perkemihan : kaji keluhan nyeri tekan saat berkemih
 Sistem pencernaan : kaji keadaan mulut, gigi, bibir, dan abdomen untuk
mengetahui peristaltik usus. Umumnya akan terjadi bising usus
hiperaktif
 Sistem pengelihatan : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
 Sistem pendengaran : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
 Sistem muskuloskeletal : kekuatan otot klien menurun dan muncul
nyeri saat klien melakukan pergerakan
 Sistem integumen : muncul luka dengan panjang tergantung dengan
luas luka, terdapat kemerahan pada area sekitar luka, dan memiliki
kemungkinan terjadi pembesaran pada area luka
 Sistem endokrin : tidak ada gangguan pada klien osteosarkoma
9) Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan darah lengkap, yang meliputi Hb,
Ht, leukosit, trombosit, PT, dan APTT.

41
 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d.agen pencedera (membesarnya massa di tulang)
d.d.mengeluh nyeri (D.0077).
2. Defisit Nutrisi b.d.faktor psikologis (enggan untuk makan)d.d. mual
muntah, nafsu makan menurun (D. 0019).
3. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d. penurunan hemoglobin d.d. anemia (D.
0009).
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d. destruksi tulang, fraktur tulang, dan
osteoporosis d.d. kelemahan otot dan gerakan terbatas (D. 0054).
5. Gangguan Integritas Kulit b.d. medikamentosa d.d. alergi, kerusakan kulit
dan/atau jaringan (D. 0083).
6. Risiko Infeksi b.d. leukopenia d.d. penurunan sistem imun (D. 0142).
 Rencana Intervensi

Tanggal / DIAGNOSA INTERVENSI


waktu KEPERAWATAN
(Tujuan, KriteriaHasil)

28 September Nyeri Akut (D. 0077) Manajemen Nyeri (I. 08238)


2020 / 09.00
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi lokasi dan skala nyeri
jam, diharapkan Tingkat
- Indentifikasi faktor yang
Nyeri (L. 08066) menurun
memperberat dan memperingan
dengan kriteria hasil :
nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada
dengan nilai 5 kualitas hidup
- Sikap protektif dengan
Terapeutik :
posisi menghindari nyeri
menurun dengan nilai 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi membaik

42
dengan nilai 80x/menit Edukasi :
- Tekanan darah membaik
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
dengan nilai 110/80
- Anjurkan monitor nyeri secara
mmHg
mandiri
- Pola napas membaik
- Ajarkan terapi untuk mengurangi
dengan nilai 18x/menit
rasa nyeri

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat


analgetik, jika perlu

28 September Defisit Nutrisi (D. 0019) Manajemen Nutrisi (I. 03119)


2020 / 10.00
WIB
Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24
- Identifikasi status nutrisi dan
jam, diharapkan Status
intoleransi makanan
Nutrisi (L. 03030)
- Monitor asupan makanan dan
membaik dengan kriteria
berat badan
hasil :
Terapeutik :
- Nyeri abdomen menurun
dengan nilai 5 - Sajikan makanan dengan menarik
- Nafsu makan membaik dan suhu sesuai
dengan pola makan - Berikan makanan tinggi kalori
3x/hari dan porsi habis dan protein
- Bising usus membaik
Edukasi :
dengan nilai 25x/menit
- Anjurkan makan dengan posisi
duduk, jika mampu

Kolaborasi :

43
- Kolaborasi pemberian obat
pereda nyeri sebelum makan, jika
perlu

28 September Perfusi Perifer Tidak Perawatan Sirkulasi (I. 02049)


2020 / 11.00 Efektif (D. 0009)
Observasi :
WIB
Setelah dilakukan tindakan
- Identifikasi dan periksa sirkulasi
keperawatan selama 1x24
perifer
jam, diharapkan Perfusi
Perifer (L. 02011) Terapeutik :
meningkat dengan kriteria - Hindari pengukuran tekanan
hasil : darah pada ekstrimitas dengan
- Hemoglobin keterbatasan perfusi
meningkat dengan
Edukasi :
15 g/dL
- Anjurkan mengkonsumsi obat
peningkat hemoglobin secara
rutin

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian obat


meningkatkan hemoglobin, jika
perlu

44
BAB 3

WEB OF CAUTION

3.1 WOC WILMS TUMOR


Kelainan Genetika

Poliferasi Patolgik Blastema

Tubuli dan glomerulus tidak


berdifusi dengan baik pada Tindakan operasi
kehamilan

Blastema renalis dijanin Pre operasi Post operasi

Tumor Wilms Kurang pengetahuan Infoinkontuinitas jaringan

Tumor berdiferensiasi
MK.Ansietas Laserasi

Tumor menembus kapsul


45
ginjal pariea, hilus, vena
renal
MK.Nyeri Akut
MK.Resiko Infeksi

Gangguan keseimbangan
Disfungsi ginjal Hematoma
asam dan basa

Gangguan glumerulus Asidosis metabolik Menyebar ke abdomen Menyebar ke paru-paru

Gangguan filtrasi Mual mutah Hemi hipertrofi Sesak nafas

Hematuria dan cairan Nutrisi tubuh berkurang


MK.Defisit nutrisi
keluar banyak

MK.Resiko Gangguan metabolisme


ketidakseimbangan cairan

kelelahan

MK.Intoleransi aktivitas

46
3.2 WOC OSTEOSARKOMA

Etiologi

Terpapar sinar radioaktif dan Trauma Virus onkogenik Herediter


bahan karsinogenik

Kerusakan gen

Proliferasi sel tulang secara abnormal

Osteosarkoma
Neoplasma

B1 B2

Pertumbuhan sel-sel
Proses hematopoitek terganggu
tulang abnormal
dan ganas
Leukopenia Trombopenia Anemia
Metastase ke paru-
paru melalui jalur
limfogen dan Imun Gangguan Hemoglobin
hematogen menurun koagulasi menurun
darah
Massa jaringan baru D. 0142 Suplai
di paru Risiko Infeksi oksigen
D. 0039
Risiko Syok menurun
Komplikasi panyakit paru
D. 0009
Pefusi Perifer
Tidak Efektif

Rangsang osteoklas meningkat

Osteolitik meningkat

Enzim proteolitik meningkat

Memecahkan matriks dan mensekresi asam


yang melarutkan mineral tulang47(dimeniralisasi)
Ca + P masuk ke aliran darah

Hiperkalasemia

B2 B3 B4 B5 B6

Disritmia Kejang Mual dan


Poliuria Kelemahan
jantung muntah
otot
Penurunan D. 0136 D. 0040
Nafsu
curah jantung Risiko Gangguan
makan
Cedera Eliminasi D. 0054
menurun
Urin Gangguan
sehingga
D. 0009 Mobilitas
nutrisi
Pefusi Perifer Fisik
tidak
Tidak Efektif adekuat

Anoreksia

D. 0019
Defisit
Nutrisi

Rangsang osteoklas meningkat Osteoblas meningkat

Osteolitik meningkat Osifikasi meningkat

Enzim proteolitik meningkat Sekresi alkali fosfat

Memecahkan matriks dan mensekresi asam Massa di tulang semakin


yang melarutkan mineral tulang (dimeniralisasi) membesar
Ca + P masuk ke aliran darah
Menekan Deformitas
Destruksi tulang reseptor nyeri pada tubuh

Fraktur patologis dan


terjadi osteoporosis 48D. 0077 D. 0083
Nyeri Akut Gangguan
Citra Tubuh
D. 0054
Gangguan Mobilitas Fisik

Penatalaksanaan medis

Pembedahan : Kemoterapi
eksisi, amputasi

Immunodepresan Efek samping


Pre Post
operatif operatif
D. 0142 Mual, muntah
D. 0083 Risiko
Gangguan Infeksi Intake nutrisi
Citra tidak adekuat
Tubuh
D. 0019
Defisit
D. 0019 D. 0019 Nutrisi
Ansietas Defisit
Pengetahuan

Radiasi Medikamentosa

Kerusakan kulit/ jaringan Pengurangan nyeri


sekitar dengan analgesik

D. 0083 Alergi
Gangguan
Integritas
D. 0083
Kulit/Jaringan
Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan
49
BAB 4
TINJAUAN KASUS

Kasus Wilm Tumor


Seorang anak laki-laki umur 2 tahun 2 bulan, datang berobat dengan keluhan pembengkakan
pada daerah perut sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya tidak diketahui oleh ibu tapi sejak 1
bulan yang lalu berat badan tidak bertambah, anak menjadi makin kurus, perut semakin besar
dan teraba massa didaerah abdomen dengan lokasi didaerah hipokondrium kanan. Sejak 14
hari yang lalu muncul demam diikuti buang air kecil berdarah, perut membesar dan distensi.
Anak tidak mau makan, lemah dan kesakitan. Hasil pemeriksaan TTV didaptkan data
kesadaran Compos Mentis lemah, suhu 36 C, nafas cepat dan dalam, nadi cepat, dan isi cukup
0

dan tekanan 110/70 mmHg.


Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Tanggal MRS : 30 oktober 2020 Jam Masuk : 06.50 WIB

Tanggal Pengkajian : 30 oktober 2020 No. RM :12XXX

Jam Pengkajian : 07.00 WIB Diagnosa Masuk : Nefroblastoma/ Wilms Tumor

Hari rawat ke :1

IDENTITAS
1. Nama Pasien : An. Y
2. Umur: 2 tahun2 bulan
3. Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan :-
6. Pekerjaan :-
7. Alamat : Surabaya
8. Sumber Biaya : Mandiri (ayah kandung)
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: Pembengkakan abdomen sejak 2 bulan yang lalu

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sebulan lalu ibu y memeriksakan Anaknya ke posyandu dan merasa bingung karena anaknya tidak kunjung
naik berat badannya, badan semakin kurus dan perut membengkak dari 2 bulan lalu dengan perut yang terus
membesar. 14 Hari sebelum diperiksa anak Y mengalami demam hilang timbul dan kencing berdarah. Saat
dilakukan pemeriksaan teraba masa di daerah hipokondrium kanan, terjadi distensi abdomen dan kesadaran
Compos Mentis lemah, suhu 39 C, nafas cepat dan dala, nadi cepat, dan isi cukup dan tekanan 110/70 mmHg
0

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak  kapan : tidak ada diagnosa : tidak ada
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis tidak ada
Riwayat kontrol : .tidak ada

Riwayat penggunaan obat : tidak ada

3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak  jenis tidak ada

50
Makanan ya tidak  jenis tidak ada

Lain-lain ya tidak  jenis tidak ada

4. Riwayat operasi: ya tidak 


- Kapan : belum pernah operasi
- Jenis operasi : tidak ada
5. Lain-lain:Tidak ada

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya  tidak

- Jenis : tidak ada


- Genogram :

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:

Alkohol ya tidak  keterangan : tidak ada

Merokok ya tidak  keterangan : tidak ada

Obat ya tidak  keterangan : Tidak ada

Olahraga ya tidak  keterangan tidak ada

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 39oC N :120x/menit T : 110/70mmHg RR : 24x/menit

Kesadaran Compos Mentis  Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR: 24x /menit
b. Keluhan:  sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk  produktif tidak produktif

51
Sekret: tidak ada Konsistensi :tidak ada

Warna: tidak ada Bau : tidak ada

c. Penggunaan otot bantu nafas: Pernapasan Cuping Hidung


d. PCH: ya tidak
e. Irama nafas  teratur tidak teratur
f. Friction rub:tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe  Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan : Pola
Napas Tidak Efektif
Ronki Wheezing

Crackles

i. Alat bantu napas ya  tidak

Jenis.tidak ada Flow 0 lpm

j. Penggunaan WSD: tidak menggunakan


- Jenis :tidak ada
- Jumlah cairan : tidak ada
- Undulasi : tidak ada
- Tekanan : tidak ada
k. Tracheostomy: ya tidak 
l. Lain-lain: tidak ada

3. Sistem Kardio vaskuler


a. TD: 90/60mmHg Masalah Keperawatan :
b. Suhu: 36o C
c. N: 120x/menit Tidak ada masalah
d. HR: 76 keperawatan
e. Keluhan nyeri dada: ya  tidak
P : tidak ada
Q : tidak ada
R : tidak ada
S : tidak ada
T : tidak ada
f. Irama jantung: reguler ireguler
g. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....

h. Ictus Cordis: normal


i. CRT : 2 detik
j. Akral: hangat kering merah basah pucat
 panas dingin
k. Sikulasi perifer: normal menurun
l. JVP :tidak ada dilatasi vena jugularis
m. CVP :normal
n. CTR : normal
o. ECG & Interpretasinya: tidak terkaji
p. Lain-lain : tidak ada
4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 15 (E4V5M6)
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps  normal

52
c. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya  tidak
P : tidak ada

Q : tidak ada Masalah Keperawatan:

R : tidak ada Tidak ada masalah keperawatan

S : tidak ada

T : tidak ada

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket.: mampu membedakan bau dengan baik
N2 : normal tidak Ket.:daya penglihatan dan lapang pandang baik
N3 : normal tidak Ket.: gerakan mata dan pupil normal
N4 : normal tidak Ket.: strabismus divergen, gerakan mata lateral baik
N5 : normal tidak Ket.: gerakan rahang, otot wajah dan reflek kornea normal
N6 : normal tidak Ket.: strabismus konvergen, dan tidak ada diplopia
N7 :  normal tidak Ket.: tidak ada gangguan pada nervus fasialis
N8 :  normal tidak Ket.: pendengaran baik
N9 : normal tidak Ket.: tidak ada kesulitan menelan
N10 : normal tidak Ket.: refleks muntah, menelan baik
N11 :  normal tidak Ket.: kemampuan otot bahu baik dan otot leher baik
N12 : normal tidak Ket.: otot lidah dan artikulasi baik

f. Pupil anisokor  isokor Diameter: ……/......


g. Sclera anikterus  ikterus
h. Konjunctiva  ananemis anemis
i. Isitrahat/Tidur :8 Jam/Hari Gangguan tidur : tidak ada
j. IVD :tidak ada
k. EVD :tidak ada
l. ICP :tidak ada
m. Lain-lain: tidak ada


5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan:
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
Tidak ada masalah
b. Sekret: Ada  Tidak
keperawatan
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra:  Bersih Kotor
e. Keluhan kencing:  Ada Tidak
f. Kemampuan berkemih:
 Spontan Alat bantu, sebutkan: tidak ada
Jenis : tidak ada
Ukuran :tidak ada
Hari ke :-
g. Produksi urine : ml/jam
Warna : kuning disertai kemerahan
Bau :bau khas amonia
h. Kandung kemih : Membesar ya  tidak
i. Nyeri tekan  ya tidak
j. Intake cairan oral : 500 cc/hari parenteral : 0 cc/hari
k. Balance cairan: seimbang
n. Lain-lain: adanya hematuria

53
6. Sistem pencernaan
a. TB : 84,5 cm BB : 9 Kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 12,6 Interpretasi : Gizi Kurang
c. LOLA : 16,25 1. Defsit Nutrisi
2. Nyeri akut
d. Mulut:  bersih kotor berbau
e. Membran mukosa: lembab  kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan  Tidak ada kelainan tenggorokan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen:  tegang kembung ascites Cekung/normal
h. Nyeri tekan: ya tidak
P: sakit bertambah saat posisi terlentang
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Pada perut
S: Skala 5
T: hilang timbul
i. Luka operasi: ada  tidak
Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan : tidak ada
Drain : ada  tidak
- Jumlah :.tidak ada
- Warna : tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi : tidak ada
j. Peristaltik: 5 x/menit
k. BAB: .1 x/hari Terakhir tanggal : 29 oktober 2020
l. Konsistensi: keras  lunak cair lendir/darah
m. Diet: lunak cair  Padat
n. Diet Khusus: tidak ada
o. Nafsu makan: baik  menurun Frekuensi: 2x/hari
p. Porsi makan: habis  tidak Keterangan: tidak ada
q. Lain-lain: tidak ada
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior:

OD OS
6/6 Visus 6/6

Hiperemis Palpebra Hiperemis


Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
Tidak anemis Conjunctiva Tidak anemis
keperawatan

Jernih Kornea Jernih

Jernih dan dalam BMD Jernih dan dalam

Reflek landung Pupil Reflek langsung

Hitam pekat Iris Hitam Pekat

Jernih, pandangan jelas Lensa Jernih, pandangan jelas

54
6 mmHg TIO 6 mmHg

b. Keluhan nyeri: ya  tidak


P : tidak ada
Q : tidak ada
R : tidak ada
S : tidak ada
c. Luka operasi: ada  tidak
Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan : tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lain: tidak ada
e. Lain-lain: tidak ada
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior:

OD OS
Bersih Aurcicula Bersih

Normal MAE Normal Masalah Keperawatan :


Tidak ada masalah
keabuan Membran keabuan keperawatan
Tymhani

+ Rinne +

Tidak ada lateralisasi Weber Tidak ada lateralisasi

Normal Swabach Normal


T

b. Tes Audiometri: tidak dilakukan tes audiometri


c. Keluhan nyeri: ya  tidak
P : tidak ada
Q : tidak ada
R : tidak ada
S : tidak ada
d. Luka operasi: ada  tidak
Tanggal operasi : tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan : tidak ada
e. Alat bantu Dengar: tidak ada
f. Lain-lain: tidak ada

9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi:  bebas terbatas
b. Kekuatan otot: 5 5

55
5 5

c. Kelainan ekstremitas: ya  tidak


Masalah Keperawatan :
d. Kelainan tulang belakang: ya  tidak
Frankel: tidak ada Intoleransi Aktifitas
e. Fraktur: ya  tidak
- Jenis :tidak ada
f. Traksi: ya  tidak
- Jenis : tidak ada
- Beban : tidak ada
- Lama pemasangan :tidak ada
g. Penggunaan spalk/gips: ya  tidak
h. Keluhan nyeri: ya  tidak
P : tidak ada
Q : tidak ada
R : tidak ada
S : tidak ada
T : tidak ada
i. Sirkulasi perifer: baik
j. Kompartemen syndrome ya  tidak
k. Kulit:  ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor  baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada  tidak
Tanggal operasi :tidak ada
Jenis operasi : tidak ada
Lokasi : tidak ada
Keadaan : tidak ada
Drain : ada  tidak
- Jumlah : tidak ada
- Warna : tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi : tidak ada
n. ROM : ROM aktif
o. POD : Normal
p. Cardinal Sign : normal
q. Lain-lain: klien nampak lesu, kelelahan dan tiraah baring

10. Sistem integumen


a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
NILAI
DINILAI 1 2 3 4
PERSEPSI TERBATAS KETERBATASAN TIDAK ADA
SANGAT TERBATAS 4
SENSORI SEPENUHNYA RINGAN GANGGUAN
TERUS MENERUS
KELEMBABAN SANGAT LEMBAB KADANG2 BASAH JARANG BASAH 4
BASAH
LEBIH SERING
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN 3
JALAN
IMMOBILE KETERBATASAN TIDAK ADA
MOBILISASI SANGAT TERBATAS 3
SEPENUHNYA RINGAN KETERBATASAN
KEMUNGKINAN
NUTRISI SANGAT BURUK ADEKUAT SANGAT BAIK 3
TIDAK ADEKUAT
TIDAK
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN 3
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI 20
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)

b. Warna: kuning langsat

56
c. Pitting edema: negatif grade:tidak ada
d. Ekskoriasis: ya  tidak
Masalah Keperawatan :
e. Psoriasis: ya  tidak
Tidak ada masalah
f. Pruritus: ya  tidak
g. Urtikaria: ya  tidak Keperawatan
h. Lain-lain: tidak ada

11. Sistem Endokrin


a. Pembesaran tyroid: ya  tidak Masalah Keperawatan :
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya  tidak Tidak ada Masalah
c. Hipoglikemia: ya  tidak Keperawatan
d. Hiperglikemia: ya  tidak
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya  tidak
Jenis tidak ada
- Lama luka : tidak ada
- Warna : tidak ada
- Luas luka : tidak ada
- Kedalaman : tidak ada
- Kulit kaki : tidak ada
- Kuku kaki : tidak ada
- Telapak kaki : tidak ada
- Jari kaki : tidak ada
- Infeksi : ya  tidak
- Riwayat luka sebelumnya : ya  tidak
Jika ya:
- Tahun : tidak ada
- Jenis Luka : tidak ada
- Lokasi : tidak ada
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya  tidak
Jika ya:

Jika ya:
- Tahun :tidak ada
- Lokasi :tidak ada
f. ABI: normal
g. Lain-lain: Perut Semakin Membesar

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Anak belum mengerti tentang penyakitnya karena faktor usia, Ibu klien merasa khawatir terutama dengan
keasaan perut anaknya yang semakin membesar
Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya keperawan
 Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi  kooperatif tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri: tidak ada
e. Lain-lain: tidak ada
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Kebersihan diri:
Penampilan klien bersih, pakaian rapih, rambut bersih, mulut bersih dan tidak berbau

b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:


Masalah Keperawatan :
57 tidak ada masalah
keperawatan
- Mandi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri
- Ganti pakaian:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri
- Keramas: di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri
- Sikat gigi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri
- Memotong kuku:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri
- Makan: di bantu seluruhnya dibantu sebagian  mandiri

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering  kadang- kadang tidak pernah tidak ada masalah
- Selama sakit  sering kadang- kadang tidak pernah keperawatan

b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah: tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Harga Normal Interpretasi


HEMATOLOGI
RUTIN
Hemoglobin 6.3 g/dL 10.8-12.8 Low
Hematokrit 18 % 35 – 43 Low
Leukosit 5.7 ribu/ul 5.5 – 17.0 Normal
Trombosit 80 ribu/ul 150 – 450 Low
Eritrosit 1.85 juta/ul 3.90-5.30 Low
INDEX ERITROSIT
MCV 97.2 /um 80.0 – 96.0 High
MCH 33.9 pg 28.0 – 33.0 High
MCHC 34.9 g/dl 33.0 – 36.0 Normal
RDW 19.9 % 11.6 – 14.6 High
HDW 4.0 g/dl 2.2 – 3.2 High
MPV 10.1 fl 7.2 – 11.1 Normal
PDW 62 % 25 – 65 Normal

HITUNG JENIS
Eosinofil 1.70 % 0.00 – 4.00 Normal
Basofil 0.00 % 0.00 – 1.00 Normal
Netrofil 79.20 % 29.00 – 72.00 High
Limfosit 10.30 % 36.00 – 52.00 Low
Monosit 7.30 % 0.00 – 5.00 High
LUC/AMC 1.50 % - -
KIMIA KLINIK
Creatinine 0.2 mg/dl 0,3 – 0,7 Low
Ureum 28 mg/dl <48 Normal

Biopsi USG

58
Klinis : Wilm’s Tumor
USG Guilding :
Flank area dextra :
Tampak massa tumor, solid, lobulated, dengan komponen jaringan nekrotik,
jarak dari subkutan +/-2 cm. Dilakukan guiding, jarum masuk di masa tumor
padat.
Kesimpulan : Tumor di flank area dextra
TERAPI

Surabaya, 30 Oktober 2020

TTD

(Ners)

ANALISIS DATA

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
30 oktober 2020 DS: kelainan Genetik Pola napas tidak
efektif (D. 0005)
- Klien mengatakan sesak
napas Poliferasi neurologik blastema

DO:

- RR 35x/menit Balstema Renalis di janin


- Pola Napas Cheynestokes
- Pernapasan Cuping hidung
Tumor Wilms

Tumor menembuh kapsul ginjal

Hematoma

Menyebar ke abdomen

Abdomen membesar dan


mendesak dada

Sesak napas dan pola napas


Cheynestokes

59
Pola napas tidak efektif

30 Oktober 2020 DS: kelainan Genetik Nyeri Akut

- Klien mengatakan perutnya (D. 0077)


sakit
- P: sakit bertambah saat Poliferasi neurologik blastema
posisi terlentan
- Q: Seperti ditusuk-tusuk
- T: hilang timbul Balstema Renalis di janin

DO:

- Distensi abdomen Tumor Wilms


- Nyeri tekan area
- R: Pada perut bagian
hipokondrium kanan Tumor menembuh kapsul ginjal
- S: Skala 5
- Nadi 135x/menit
Hematoma

Menyebar ke abdomen

Nyeri Akut

30 Oktober 2020 DS: kelainan Genetik Defisit Nutrisi

- Ibu pasien (D.0019)


mengatakan
anaknya tidak Poliferasi neurologik blastema
mengalami kenaikan
berat badan sejak
sebulan yang lalu
Balstema Renalis di janin
- Ibu pasien
mengatakan
anaknya susah
makan Tumor Wilms

DO

- BB 9 Kg Tumor menembuh kapsul ginjal


(underweight)
- 84,5TB
- IMT 12,6 (Gizi Disfungsi Ginjal
kurang)
- Porsi makanan tidak
habis
Gangguan keseimbangan asam
basa

Asidosis metabolik

Mual Muntah dan penuruanan


nafsu makan

60
Defisit Nutrisi

30 Oktober 2020 DS: kelainan Genetik Intoleransi Aktivvitas


(D.0054)
- Klien mengatakan lelah

DO: Poliferasi neurologik blastema


- Klien tampak lesu
- Wajah klien tampak kelelahan
Balstema Renalis di janin

Tumor Wilms

Tumor menembuh kapsul ginjal

Hematoma

Menyebar ke paru-paru

Suplai 02 kurang dari


kebutuhan

Kelelahan

Intoleransi Aktvitas

1) Diagnosa Keperawatan
1. Pola Napas tidak efektif b.d penurunan energi d.d sesak napas, RR 35x/menit,
pernapasan cuping hidung, pola napas Chynestokes
2. Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (neoplasma) d.d klien mnegeluh nyeri,
frekuansi nadi 120x/menit, gelisah
3. Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolism d.d Nafsu makan
menurun, berat badan underweight, IMT 12,6
4. Keletihan b.d Kondisi Fisiologis (Tumor Wilms) d.d lemas, mengelu lelah, klien
tampak lesu dan anak lemas walaupun sudah tidur.

61
INTERVENSI KEPERAWATAN
HARI/ DIAGNOSIS KEPERAWATAN
WAKTU INTERVENSI
TANGGAL (Tujuan, Kriteria Hasil)
30 Oktober 07.15 Pola Napas tidak efektif b.d penurunan energi d.d Manajemen Jalan Napas (I.01011)
2020 sesak napas, RR 35x/menit, pernapasan cuping
Observasi
hidung, pola napas Chynestokes
1. Monitor pola napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
2. Monitor RR
jam, diharapkan Pola Napas (L.01004) membaik
3. Monitor otot bantu napas
dengan kriteria hasil:
Terapeutik
1. Sesak napas menghilang
2. RR 25-30 4. Posisikan semifowler
3. Pola napas Eupneu 5. Berikan oksigen
4. Pernapasan cuping hidung menghilang 6. Berikan air hangat
Edukasi
7. Ajarkan keluraga untuk dapat memposisikan semi
fowler atau fowler
07.20 Nyeri Akut b.d Agen pencedera fisik (neoplasma) Mananjemen Nyeri (I.08238)
d.d klien mnegeluh nyeri, frekuansi nadi
30 Oktober Observasi
120x/menit, gelisah, skala nyeri 5
2020
1. Monitoir Skala Nyeri
Setelah dilakakukan asuhan keperawatan selama 8
2. Monitor respon nyeri non verbal (meringis)
jam maka Tingkat Nyeri (L.08066) menurun dengan
kriteria hasil: Terapeurik
1. Keluhan Nyeri Menurun 5. Berikan teknik nonfaramakologis (Terapi musik)
2. Skala Nyeri1-3 6. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Frekuensi nadi 60-100x/menit 7. Fasilitasi istirahat tidur

62
4. Gelisah hilang Edukasi
8. Ajarkan teknik non farmakologis (terpai musik)
kepada keluarga
9. Jelaskan startegi meredakan nyeri kepada kelarga
Kolaborasi
10. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian
analgetik
07.30 Defisit Nutrisi b.d peningkatan kebutuhan Manajemen Nutrisi (I.03120)
metabolism d.d Nafsu makan menurun, berat badan
30 Oktober Observasi
underweight, IMT 12,6
2020
1. Monitor Berat Badan
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
2. Monitor asuapan makanan
selama 3 x 24 jam diharapkan status nutrisi
3. Monitor IMT
membaik dengan kriteria hasil:
Terapeutik
1. Berat badan 10 -15 Kg
2. IMT 13,7 – 18,8 4. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
3. Nafsu makan membaik 5. Berikan suplemen makanan
Edukasi
6. Anjurkan posisi duduk
7. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan
9. Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk
penentuan jumlah kalori, jenis nutrient dan
pedoman diet yang dibutuhkan klien

63
30 Oktober 09.00 Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antar Manajemen Energi (I.05178)
2020 suplai dan kebutuhan oksigen d.d mengeluh lelah,
Observasi
lemah
1. Monitor kelelahan fisik dan emosional
Setelah dilakukam asuhan keperawatan selama 1 x
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
24 jam diharapkan, Toleransi Ativitas (L.05047)
melakukan aktivitas
meningkat dengan kriteria hasil
Terapeutik
5. Kelulahan lelah menurun
6. Perasaan lemah menurun 3. Sediakan lingkungan yang nyaman dan renidah
stimulus
4. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Edukasi
5. Anjurkan tirah baring
6. Anjurkan melakukan aktivitas selama bertahap
7. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
8. Kolabrasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan

64
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari, Tangal No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf

07.20 1. Memonitor pola napas Monitor √ 09.20 S: - √


Pola Napas WIB RR
tidak efektif 2. Memonitor otot bantu napas O: RR 30 x/menit,sesak
b.d penurunan 3. memosisikan semifowler
√ naas hiltrang, √
Jumat,
energi d.d 4. memberikan Oksigen nasal pernapasan eupneu
30 Oktober sesak napas, kanul 2 lpm/liter √ √
A: Masalah teratasi
2020 RR 35x/menit, 5. memberikan air hangat
pernapasan 6. Mengajarkan keluraga untuk √ P: Pertahankan posisi √
cuping hidung, dapat memposisikan semi fowler semifowler
pola napas atau fowler √
Chynestoke

Jumat, Nyeri Akut b.d 07.25 1. Monitoir Skala Nyeri 16.00 S :


2. Monitor respon nyeri non verbal
√ √
Agen WIB
30 Oktober pencedera fisik 3. mengidentifikasi faktor memperberat WIB O : - gelisah masih ada
2020 (neoplasma) dan mempringan nyeri √ - Skala nyeri 3 saat
d.d klien 4. Melakukan terapi musik
mnegeluh 5. Mengintrol lingkungan yang √ pemberian obat

nyeri, memperberat nyeri dan 4 setelah efek


frekuansi nadi 6. Fasilitasi istirahat tidur √ obat selesai, nadi √
7. Mengajarkan terapi musik kepada
135 x/menit,
keluarga 130x/menit
gelisah, skala
8. Memberikan obat analgesik
nyeri 5 A : Masalah teratasi
√ sebagian √
√ P : Lanjutkan

65
√ Intervensi Menejemen √
Nyeri No 1, 4, 7, 8

Jumat, Defisit Nutrisi 08.00 1. Monitor Berat Badan 13.00 S : Klien mengataka
Respon: Berat Badan Belum naik
√ √
30 Oktober b.d nafsu makannya
2. Monitor asuapan makanan
2020 peningkatan Respon: makanan habis dan nafasu √ membaik
kebutuhan makan klien membaik setelah √
diberikan obat sakit kepala O : Porsi makan Habis,
metabolism 3. Monitor IMT BB 9, IMT 18,3
d.d Nafsu Respon: IMT 12,6 √
4. Berikan makanan tinggi kalori tinggi √
makan protein √ A : Masalah teratasi
menurun, berat Respon: makanan habis
sebagian √
5. Berikan suplemen makanan
badan
Respon: Suplemen makanan masuk
underweight, P : Laanjutkan
dengan baik/ tidak dimuntahkan
atau dikeluarkan √ Intervensi menejemen
IMT 12,6
6. Memposisikan klien duduk
nutrisi no 1,2,3, 4,5,8
Respon: kooperatif √
7. mengajarkan diet yang
diprogramkan √
Respon: klien kooperatif
8. Memberikan obat sakit kepala/
obat nyeri sebelum klien makan
Respon: klien makan dengan lahap
dan porsi habis

9. Memberikan makanan sesuai
program diet yang telah dianjurkan
oleh ahli gizi

66
Respon: Klien menerima dan
kooperatif

Jumat, Intoleransi 10.00 1. Memonitor kelelahan fisik dan √ 13.00 S: - √
Aktivitas b.d emosional
30 Oktober ketidakseimba 2. Memonitor lokasi dan O: klien masih
2020 ngan antar ketidaknyamanan selama melakukan

mersakan lemah
suplai dan aktivitas
kebutuhan 3. Sediakan lingkungan yang nyaman √ namun lesu √
oksigen d.d dan rendah stimulus menurun
mengeluh 4. Berikan aktivitas distraksi yang √ √
lelah, lemah menyenangkan A: Masalah Teratasi
5. Anjurkan tirah baring √ sebagian

6. Anjurkan melakukan aktivitas
selama bertahap √ P: Lanjutkan intervensi
7. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan 3,4, 5,6,7
8. Kolabrasi dengan ahli gizi tentang

cara meningkatkan asupan makanan

67
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Wilms’ tumor atau nefroblastoma merupakan keganasan ginjal tersering pada anak.
Insidensinya mencapai 6% dari seluruh kasus keganasan pada anak. Gejala klinis pada
mayoritas kasus Wilms’ tumor berupa asimtompatik massa pada abdomen, namun 20-30
persen dari kasus memberikan gejala nyeri abdomen, malaise, atau hematuria mikroskopik
ataupun makroskopik. Penyebabnya dari Tumor Wilms belum diketahui, tetapi diduga
melibatkan faktor genetik.
Osteosarkoma adalah kanker tulang dan dapat terjadi pada tulang apapun, biasanya
pada ekstremitas tulang panjang dekat lempeng pertumbuhan metafise. Faktor risiko yang
dapat menyebabkan osteosarkoma yaitu pertumbuhan tulang yang cepat, faktor lingkungan,
dan predisposisi genetik.
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan ialah diharapkan perawat dapat melaksanakan
perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan pada kasus ganguan system perkemihan dan
system muscolosekeletal dengan sebaik baiknya sehingga tercapai tujuan masalah
keperawatannya teratasi dan kelompok sasaran dapat meningkatkan derajat kesehatannya.

68
DAFTAR PUSTAKA

Cahya, K. D. (2019). sistem perkemihan.

Gani. (2017). Tumor Ganas. Jurnal Poltekes Jogja, 6-25.

Hartanto, S., & Supriana, N. (2014). Tatalaksana Tumor Wilms. Radioterapi & Onkologi
Indonesia, 61-69
Loho, L. L. (2014). OSTEOSARKOMA. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 6(3).

Mangunkusumo, R.C. (2018). Panduan Praktik Klinis Kanker Osteosarkoma. Pelayanan


Onkologi Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta

Nurhikmayanti, A., & Winarti, Y. (2016). Asuhan Keperawatan pada Anak F yang Mengalami
Osteosarkoma di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie.

Nurrohmah, S. (2016). Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal : Osteosarkoma di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum
DaerahKabupaten Ciamis 17 Juni-21 Juni 2016.

Price, S. (2012). Patofisiologi edisi 6. Jakarta : EGC

Qin, L. F., Fang, H., Qin, L. H., Guo, X. N., & Peng, D. (2013). Synchronous multifocal
osteosarcoma with hypocalcemia. The Libyan Journal of Medicine, 8.
Rahmi, U., Kp, S., UR, M. K., & LA, L. A. R. OK307 ANATOMI FISIOLOGI.

RSU Dr. Cipto Mangunkusumo. 2018. Panduan Praktik Klinis Ostesarkoma. Jakarta : Pelayanan
Onkologi Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

Seger, R. W. (2014). Studi kasus Osteosarkoma Metastase. JURNAL WIDYA MEDIKA, 2(2), 73-
81.

Sutedja, T., & Supriana, N. (2017). Radioterapi pada Wilms’ Tumor. Radioterapi & Onkologi
IndonesiaI, 84-92.
Tim Pokja SDKI PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

69
Tim Pokja SIKI PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI PPNI.2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza.2013. Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta :
Nuha Medika

70

Anda mungkin juga menyukai