Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

KANKER TULANG

Fasilitator :

Okky Rachmad Ngakili, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh : Kelompok 5

1. Aril Eki Kriswanti 1510004


2. Febriansyah Wahyu Iromi 1510015
3 Feby Arbityas Putri 1510017
4. Yurista Prahesti Ningrum 1510059
5. Ignatius Erino 1510023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH

SURABAYA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Makalah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal: Kanker Tulang ini tepat waktu.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada Mata
Kuliah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal di Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung, berupa saran, dorongan, dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima kasih
ditujukan kepada:
1. Bapak Okky Rachmad Ngakili, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku penanggung
jawab dan dosen Mata Kuliah Keperawatan Sistem Muskuloskeletal di STIKES
Hang Tuah Surabaya;
2. Rekan-rekan Angkatan 21 Prodi S1 Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya;
3. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi
yang membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Surabaya, 20 Oktober 2017

Penulis
DAFTAR ISI

COVER..........................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................3
BAB 1: PENDAHULUAN............................................................................4
1.1 Latar Belakang .............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................4
1.3 Tujuan ...........................................................................................4
1.4 Manfaat .........................................................................................5
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................6
2.1 Definisi Kanker Tulan.....
...6
2.2 Etiologi dari Kanker
Tulang...6
2.3 Klasifikasi dari Kanker Tulang
2.4 Patofisiologi Kanker Tulang
2.5 Manifestasi Klinis pada Kanker Tulang
2.6 Pemeriksaan penunjang pada Kanker Tulang
2.7 Proses Asuhan Keperawatan pada Kanker Tulang
2.8 Legal Etik Keperawatan Terkait Penanganan Kanker Tulang

2.9 Patient Safety Terkait Kanker Tulang

BAB 3: PENUTUP .......................................................................................10


3.1 Simpulan .......................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................11
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek., tetapi jika benjolan
itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai,
jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya kanker tulang.
Metastasis juga dapat terjadi melalui penyebaran langsung. Apabila sel
kanker melalui aliran limfe, maka sel-sel tersebut dapat terperangkap di dalam
kelenjar limfe, biasanya yang terdekat dengan lokasi primernya. Apabila sel
berjalan melalui peredaran darah, maka sel-sel tersebut dapat menyebar ke
seluruh tubuh, mulai tumbuh, dan membentuk tumor baru. Proses ini disebut
metastasis. Tulang adalah salah satu organ target yang paling sering menjadi
tempat metastasis.
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat
100 penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah
penduduk 220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per
tahun. Di Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa,
diperkirakan terdapat 650 anak yang menderita kanker per tahun.
Menurut Errol Untung Hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah
Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004)
tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas
(72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang
osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari
seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah
seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka
harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi
penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun
setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap
datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Kanker Tulang ?
2. Apa saja etiologi dari Kanker Tulang?
3. Apa saja klasifikasi dari Kanker Tulang?
4. Bagaimana patofisiologi Kanker Tulang?
5. Bagaimana manifestasi klinis pada Kanker Tulang?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Kanker Tulang?
7. Bagiamana penatalaksanaan pada Kanker Tulang?
8. Bagaiaman proses asuhan keperawatan teori pada pasien dengan
Kanker Tulang?
9. Bagaimana aspek legal etik keperawatan dalam penanganan Kanker
Tulang?
10. Bagaimana peran perawat dalam meningkatkan patient safety?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami arti dari Kanker Tulang.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari Kanker Tulang.
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari Kanker Tulang.
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari Kanker Tulang.
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis pada psaien dengan
Kanker Tulang.
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari Kanker
Tulang.
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada pasien dengan
Kanker Tulang.
8. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien
dengan Kanker Tulang.
9. Menjelaskan aspek legal etik keperawatan dalam penanganan Kanker
Tulang.
10. Menjelaskan peran perawat dalam meningkatkan patient safety.

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Teoritis
a Mamberikan wawasam tentang Kanker Tulang kepada masyarakat.
b Memberikan masukan kepada pengelola pendidikan keperawatan
untuk lebih mengenalkan askep Kanker Tulang kepada peserta didiknya.
c Sebagai wacana untuk penelitian selanjutnya dibidang keperawatan
khususnya yang berkaitan dengan masalah system musculoskeletal.
2. Bagi Praktisi
a. Sebagai wacana dalam menambah ilmu pengethauan
dalam masukan/ pertimbangan dalam membuat standar prosedur
dalam melaksanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Kanker
Tulang guna untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan
pengurangan derajat penderita Kanker Tulang di Indonesia.
b. Menumbuhkan motivasi bagi tenaga pelaksana untuk
menambah pengetahuan, keahlian dan peran
dalam masalah muskuloskeletal seperti Kanker Tulang.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Kanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang
menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh
dalam tubuh.(Wong, 2003).

Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus


secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari
dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang
berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang
terdapat pada sumsum tulang.

Walaupun nyeri sering dikeluhkan, studi yang dilakukan oleh Grimer &
Sneath (1990) menunjukkan bahwa, rata-rata, pasien yang mengalami
osteosarkoma menunggu 6 minggu sebelum mereka meminta advis dokter
umum. Selain itu, mereka juga merasakan nyeri selama 7 minggu kemudian
sebelum diagnosisi ditegakkan.

2.2 Etiologi
1. Translokasi material genetic yang khas dan kromosom 22 ke
kromosom 11 (pada sel sarcoma ewing).
2. Keabnormalan genetic (retinoblastoma, sindrom Rothmund Thomson)
atau paparan karsinogen (misalnya tercernanya radium di watch dial
painters).
3. Hereditas, trauma, dan terapi radiasi berlebihan (teoritis)

2.3 Klasifikasi
1. Berasal dari jaringan oseus
- Kondrosarkoma : berkembang dari kartiolago, tidak terasa
nyeri, paling sering muncul di pelvis, femur proksimal, tulang rusuk,
dan shoulder girdle (susunan tulang yang terdiri dari dua klavikel dan
dua scapula.
- Tumor sel raksasa ganas : muncul dari tumor sel raksasa jinak,
paling sering ditemukan di tulang panjang, terutama di area lutut.
- Sarcoma osteogenik : tumor yang ada di specimen, tumor
muncul dari osteoblas pembentuk tulang, paling sering muncul di
femur, merupakan kanker tulang yang paling umum.
- Sarcoma osteogenik parosteal : berkembang dipermukaan
tulang, bukan di interiornya berkembang dengan lambat.

2. Berasal dari jaringan non-oseus


- Kordoma : berasal dari sisa embrionik notokorda, berkembang
dengan lambat, biasanya ditemukan diujung kolom vertebra dan di
area sfenooksipital, sakrokoksigeal dan vertebral.
- Sarcoma ewing : berasal dari sumsum tulang dan menyebar ke
batang tulang panjang dan pipih, biasanya menyerang ekstremitas
bagian bawah, pasien mengalami gejala sistemik yang menunjukan
infeksi, nyeri semakin parah dan persisten .
- Fibrosarkoma : relative langkah, berasal dari jaringan fibrosa
pada tulang.

2.4 Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma)
dari jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap
selanjutnya sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan
ginjal. Akibat adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang
cepat pada tulang, sel-sel plasma yang belum matang / tidak matang akan
terus membelah. Akhirnya terjadi penambahan jumlah sel yang tidak
terkontrol lagi.

Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama


pada pasien yang menderita penyakit pagets. hal ini dimanifestasikan dengan
nyeri bengkak, terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala
nyeri pada punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan
karena adanya penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia
dapat terjadi akibat adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum
tulang hal ini menyebabkan terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan
hiperurisemia selama adanya kerusakan tulang. Sel-sel plasma ganas akan
membentuk sejumlah immunoglobulin / bence jones protein abnormal. Hal
ini dapat dideteksi dalam serum urin dengan teknik immunoelektrophoesis.
Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi immunoglobulin dalam
tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan asam urat, infiltrasi
ginjal oleh plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena ginjal.

Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan


dua alasan utama, yaitu :

a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan


megakaryosit, yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-
elemen dan turut serta dalam fungsi hemostatik.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Nyeri badan dan enggan berjalan, disertai pergerakan terbatas
( ditemukan pada anak-anak penderita tumor tulang)
2. Nyeri tulang : indikasi tumor tulang ganas primer yang paling umum;
biasanya lebih terasa saat malam hari dan tidak berkaitan dengan
mobilitas; terasa samar dan biasanya setempat, namun bisa berasal dari
pinggul atau tulang belakang, yang menyebabkan pelemahan atau
pincang.
3. Gumpalan atau tumor yang bisa terasa lunak dan membengkak;
biasanya palpable (bisa dirabah)
4. Fraktur patologis.
5. Stadium lanjutan : pasien bisa menjadi kurus, disertai demam dan
mobilitas terganggu.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Biopsi dengan insisi atau dengan aspirasi, memastikan tumor tulang
ganas primer.
2. Sinar-X tulang, scan tulang radioisotope dan computed tomography
scan (CT Scan), dan magnetic resonance imaging berguna dalam menilai
ukuran tumor.
3. Kadar fosfate alkalin serum biasanya naik pada penderita sarcoma.
4. CT Scan pada paru-paru penting untuk memeriksa penyakit
metastatic.

2.7 Penatalaksanaan
1. Eksisi tumor dengan marjin sepanjang 7,6cm merupakan pilihan
penanganan, dan bisa dikombinasikan dengan kemoterapi setelah operasi.
2. Beberapa pasien memerlukan pembedahan radikal (misalnya
hemipelvektomi atau amputasi interskapulotoraks). Akan tetapi,
pembedahan untuk reseksi tumor saja (umumnya dengan kemoterapi
sebelum dan sesudah operasi) sudah menyelamatkan anggota tubuh dari
amputasi.
3. Kemoterapi intensif meliputi pemberian doxorubicin, ifosfamide,
cisplatin, dan methotrexate dosis tinggi, sendiri atau dalam berbagai
kombinasi (untuk osteosarkoma). Selain itu, vincristine, etoposide, dan
dactinomycin bisa ditambahkan jika pasien mengalami sarcoma ewing.
Kemoterapi bisa diinfusikan secara intra-arterial ke dalam tulang panjang
dan kaki.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
A. Identitas pasien
Identitas klien : Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose
medis ). Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok
usia 15 25 tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang rendah
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya osteosarkoma ditinjau dari pola makan, kebersihan dan
perawatan. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan dan
minuman yang mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan
epidemiologi (tempat, waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu
terjadinya osteosarkoma adalah yang sering terkena radiasi seperti tenaga
kesehatan bagian O.K, tenaga kerja pengembangan senjata nuklir, tenaga IT.
Pendidikan berkisar antara SMP samapai Sarjana. Angka kejadian pada anak
laki-laki sama dengan anak perempuan.

B. Riwayat keperawatan:
a Keluhan utama : Adalah alasan utama yang menyebabkan dibawanya
klien ke rumah sakit (adanya benjolan dan nyeri).
b Riwayat penyakit sekarang : Ini bisa berupa kronologi terjadinya
penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi
dan bagian tubuh mana yang terkena. Didahului dengan manifestasi
klinis nyeri dan atau pembengkakan ekstremitas yang
terkena. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta
pergerakan yang terbatas. Peningkatan kadar kalsium dalam darah. Rata-
rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama
lutut. sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali
berobat.
c Riwayat penyakit dahulu : Perlu dikaji untuk mengetahui riwayat
penyakit yang pernah dialami sebelumnya yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam menentukan proses keperawatan. Kemungkinan pernah
terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis tinggi. Kemungkinan
sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak normal. Kemungkinan
sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
d Riwayat penyakit keluarga : Perlu dikaji untuk mengetahui apakah
penyakit yang dialami oleh klien saat ini ada hubungannya dengan
penyakit herediter. Kemungkinan ada keluarga yang menderita sarcoma.

C. Pemeriksaan fisik:
a.B1 (Breath)
Inspeksi : bentuk simetris. Kaji frekuensi, irama dan tingkat
kedalaman pernafasan, adakah penumpukan sekresi. dipsnea (-),
retraksi dada (-), takipnea (+)
Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan.
Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas
vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho
pnemonia atau infeksi lainnya.

b. B2 (Blood)
Inspeksi : pucat
Palpasi : peningkatan suhu kulit di atas massa serta
adanya pelebaran vena, nadi meningkat.
Perkusi : batas normal (batas kiri umumnya tidak lebih dari 4-
7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada ruang
interkostalis ke 4,5 dan 8.
Auskultasi : disritmia jantung

c.B3 (Brain)
Inspeksi : px lemas, yang diamati mulai pertama kali bertemu
dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang, ringan
atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis, apatis,
samnolen, delirium, stupor dan koma.
Palpasi : adakah parese, anesthesia.
Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis.
Kepala : kesemitiras muka, warna dan distibusi rambut serta
kondisi kulit kepala. Wajah tampak pucat.
Mata : Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah
icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis atau
midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-)
Hidung : dapat membedakan bau wangi,busuk.
Telinga : bisa mendengarkan suara dengan baik.

d. B4 (Bladder)
Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio
mayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-).
BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau
sesuai ketentuan.
Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau
femosis.

e.B5 (Bowel)
Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi
lebih dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah.
Kontur permukaan kulit menurun, retraksi dan kesemitrisan
abdomen. Ada konstipasi atau diare.
Auskultasi : Bising usus
Perkusi : mendengar adanya gas, cairan atau massa, hepar dan
lien tidak membesar suara tymphani.
Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah.

f. B6 (Bone)
Inspeksi : px tampak lemah, aktivitas menurun, rentang gerak
pada ekstremitas pasien menjadi terbatas karena adanya masa,
nyeri,pembengkakan ekstremitas yang terkenal.
Palpasi : teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di
atas massa serta adanya pelebaran vena, terjadi kelemahan otot pada
pasien.
Perkusi : nyeri dan atau mati rasa pada ekstremitas yang
terkena.

D. Pola Fungsi Kesehatan


a. Pola Nutrisi : Kebiasaan diet buruk (misalnya : rendah serat, tinggi
lemak, aditif, dan bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah. Intoleransi
makanan. Perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot. Perubahan pada kelembapan/turgor kulit,
edema.

b. Pola eliminasi : Perubahan pola defikasi, BAB dan BAK dilakukan


dengan bad rest.

c. Pola istirahat : Perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam
hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti : nyeri,
ansietas, dan berkeringat malam.

d. Pola aktivitas : Px nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan


sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kelemahan dan atau
keletihan. Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan. Pekerjaan atau
profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress tinggi.
3.2 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau
inflamasi.
b Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan, kerusakan muskuloskeletal, nyeri, atau amputasi.
c Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan
atau kerusakan jaringan lunak.

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri akut Setelah 1. Observasi lokasi dan Untuk mengetahui respon
berhubungan dilakukan intensitas nyeri (skala 0-10). dan sejauh mana tingkat
dengan obstruksi tindakan Selidiki perubahan nyeri pasien.
jaringan saraf keperawatan 3 x karakteristik nyeri.
atau inflamasi. 24 jam nyeri
dapat teratasi. 2. Berikan tindakan Mencegah pergeseran
Kriteria hasil : kenyamanan (contoh ubah tulang dan penekanan pada
1. Meningkatkan posisi sering, pijatan jaringan yang luka
kenyamanan. lembut).
2. Mengurangi
skala nyeri
3. Dapat 3. Berikan sokongan (support) Peningkatan vena return,
mengendalikan pada ektremitas yang luka. menurunkan edema, dan
nyeri mengurangi nyeri.
4. Dapat 4. Berikan lingkungan yang Agar pasien dapat
melaporkan tenang. beristirahat dan mencegah
karakteristik timbulnya stress
nyeri.
5. Kolaborasi dengan dokter Untuk mengurangi rasa
tentang pemberian sakit / nyeri.
analgetik, kaji efektifitas
dari tindakan penurunan rasa
nyeri.
Gangguan mobil Tujuan : 1. Observasi tingkat Pasien akan membatasi
itas fisik Setelah immobilisasi yang gerak karena salah
berhubungan dilakukan disebabkan oleh edema dan persepsi (persepsi tidak
dengan tindakan persepsi pasien tentang proporsional).
penurunan keperawatan immobilisasi tersebut.
kekuatan,kerusa selama 3 x 24
kan jam masalah
2. Berikan terapi latihan fisik : Meningkatkan sirkulasi
muskuloskeletal, kerusakan ambulasi, keseimbangan, darah muskuloskeletal,
nyeri, atau ampu mobillitas fisik mobilitas sendi. mempertahankan tonus
otot, mempertahakan gerak
sendi, mencegah
kontraktur/atrofi dan
mencegah reabsorbsi
kalsium karena
imobilisasi.Memenuhi
kebutuhan nutrisi
3. Anjurkan pasien untuk Meningkatkan aliran darah
melakukan latihan pasif dan ke otot dan tulang untuk
aktif pada yang cedera meningkatkan tonus otot,
maupun yang tidak. mempertahankan mobilitas
sendi, mencegah
kontraktur / atropi dan
reapsorbsi Ca yang tidak
digunakan.
teratasi.
tasi. Kiteria hasil :
1. pasien tampak
ikut serta dalam
program latihan /
menunjukan
keinginan
berpartisipasi
dalam aktivitas.
2. 4. Bantu
Pasien pasien dalam Meningkatkan kekuatan
menunjukan perawatan diri. dan sirkulasi otot,
teknik / perilaku meningkatkan pasien
yang dalam mengontrol situasi,
memampukan meningkatkan kemauan
tindakan pasien untuk sembuh.
5. Kolaborasi dengan bagian Untuk menentukan
fisioterapi. program latihan.
Resiko infeksi Tujuan : 1. Observasi keadaan luka Untuk mengetahui tanda-
berhubungan Setelah (kontinuitas dari kulit) tanda infeksi
dengantindakan dilakukan terhadap adanya: edema,
pembedahan tindakan rubor, kalor, dolor, fungsi
ataukerusakan keperawatan laesa.
jaringan lunak selama 3 x 24
jam masalah 2. Anjurkan pasien untuk tidak Meminimalkan terjadinya
resiko infeksi memegang bagian yang kontaminasi.
tidak terjadi. luka.
Kriteria hasil : 3. Rawat luka dengan Mencegah kontaminasi
1. Tidak ada menggunakan tehnik dan kemungkinan infeksi
tanda-tanda aseptik. silang.
Infeksi.
4. Mewaspadai adanya Merupakan indikasi
keluhan nyeri mendadak, adanya osteomilitis.
keterbatasan gerak,
edema lokal, eritema pada
2. Leukosit dalam daerah luka
batas normal. 5. Kolaborasi pemeriksaan Leukosit yang meningkat
3. Tanda-tanda darah : Leukosit artinya sudah terjadi
vital dalam batas proses infeksi

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup :
melakukan, membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas sehari - hari,
memberikan arahan keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada
klien dan mengevaluasi kinerja anggota staf dan mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan dengan perawat kesehatan berkelanjutan dari
klien. Selain itu juga implementasi bersifat berkesinambungan dan interaktif
dengan komponen lain dari proses keperawatan. Komponen implementasi dari
proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu : mengkaji ulang klien,
menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi
area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan
mengkomunikasikan intervensi perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan
menggunakan beberapa metode implementasi mencakup supervise, konseling,
dan evaluasi dari anggota tim perawat kesehatan lainnya.
Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskriptif
singkat dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon dari klien
terhadap asuhan keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan keperawatan
mungkin membutuhkan pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan dan
personal.

3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang mengukur respon klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.
Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan atau pemeliharaan
status yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan apakah langkah proses
keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan
membandingkannya dengan prilaku yang disebutkan dalam hasil yang
diharapkan. Selama evaluasi perawat secara kontinyu perawat mengarahkan
kembali asuhan keperawatan kearah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien.
3.6 PATIENT SAFETY
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan klien lebih aman, mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, meliputi pengenalan resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko klien
(pelaporan dan analisis insiden), kemampuan belajar dari insiden (tindak lanjut
dan implementasi solusi) untuk meminimalkan timbulnya resiko.
Dalam kasus gangguan aktivitas dan mobilisasi perlu diperhatikan soal
patient safety, diantaranya:
A. Pencegahan infeksi akibat pre/post op fraktur
B. Pencegahan dekubitus
C. Pengendalian resiko jatuh pada klien fraktur
D. Pencegahan infeksi nosokomial
E. Pengguanan alat steril

3.7 LEGAL DAN ETIK


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu
yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
b. Beneficience ( Berbuat Baik )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
d. Non-maleficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/ cedera fisik dan psikologis
pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip ini
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.
f. Fidellity (Metepati Janji)
Prinsip ini dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji
serta menyimpan rahasia pasien.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan
kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
i. Informed Consent
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu informed yang berarti
telah mendapat penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent
yang berarti persetujuan atau memberi izin. Jadi informed consent
mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan setelah
mendapat informasi. Dengan demikian informed consent dapat
didefinisikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien dan atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan terhadap dirinya serta resiko yang berkaitan dengannya.
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tumor tulang adalah istilah yang dapat digunakan untuk pertumbuhan tulang
yang tidak normal, tetapi umumnya lebih digunakan untuk tumor tulang utama,
sepertiosteosarkoma, chondrosarkoma, sarkoma Ewing dan sarkoma lainnya.
Kanker tulang disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : radiasi sinar
radio aktif dosis tinggi, keturunan. Selain itu juga kanker tulang disebabkan oleh
beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya, seperti : penyakit paget (akibat
pajanan radiasi ).
Manifestasi klinis yang muncul pada tumor tulang bisa bervariasi tergantung
pada jenis tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyeri. Akan tetapi
manifestasi lainnya juga yang sering muncul, yaitu : persendian yang bengkak dan
inflamasi, patah tulang yang disebabkan karena tulang yang rapuh.
Tumor tulang di bagi menjadi beberapa jenis, antara lain : Multipel myeloma,
Osteoma, Kondroblastoma, Enkondroma, Sarkoma Osteogenik (osteosarkoma),
Kondrosarkoma, Sarkoma Ewing.
Ada tiga bentuk standar pengobatan kanker tulang, yaitu : pembedahan, terapi
radiasi dan kemoterapi. Adakalanya dibutuhkan kombinasi terapi dari ketiganya.
Pengobatan sangat tergantung pada jenis kankernya, tingkat penyebaran atau
bermetastasis dan faktor kesehatan lainnya.
4.2 Saran
- Saran Bagi Mahasiswa Keperawatan
Seluruh mahasiswa keperawatan agar meningkatkan pemahamannya terhadap
penyakit Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) sehingga dapat dikembangkan
dalam tatanan layanan keperawatan.
- Saran Bagi Perawat
Diharapkan agar perawat bisa menindak lanjuti penyakit tersebut melalui
kegiatan riset sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing
Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam seluruh tatanan layanan kesehatan
- Saran Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan hendaknya menyediakan buku buku yang ada
kaitannya dengan penyakit Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma), sehingga
menambah refrensi bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogyakarta


: Diva Press.
Jurnal Nursing. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta. PT Indeks Permata Puri Media.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 1. Jakarta:
Salemba Medika.
Wahid, Abd. 2013. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Sagung Seto.
Wilkinson, Juditd. 2016. Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.
Mubarak, dll. 2015. Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam
Praktik Keperawatan

International, NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai