Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENYAKIT

”EFUSI PLEURA”

Nama Kelompok:

1.Cahyani Tri Fajarwati (151.0007)

2.Tyas Solit Naomiyah (151.0053)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
SURABAYA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah
yang berjudul “Efusi Pleura”, maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ns. Iis Fatimawati, S.Kep., M.Kes selaku Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah mata
kuliah Sistem Respirasi.
2. Ns. Iis Fatimawati, S.Kep., M.Kes , Ns. Nisha Damayanti M.Si selaku Dosen pembimbing
mata kuliah Sistem Respirasi.
3. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah belum sempurna. oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Surabaya, 14 September 2016

Penulis
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Umum dan Khusus ........................................................................................ 2
1.2.1 Tujuan Umum ................................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ...................................................................................................................... 3


2.2 Etiologi ...................................................................................................................... 3
2.3 Klasifikasi .................................................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ............................................................................................................... 8
2.6 Komplikasi................................................................................................................. 10
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ................................................................. 10
2.8 Tindakan dan Pncegahan ........................................................................................... 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 15
3.2 Saran .......................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Efusi pleura adalah penimbunan cairan di dalam rongga pleura akibat transudasi atau

eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura. Menurut WHO (2008), Efusi Pleura

merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya.

Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu tanda adanya

penyakit. Secara normal, ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5 – 20 ml)

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya

gesekan antara kedua pleura saat bernafas. Penyakit-penyakit yang dapat menimbulkan efusi

pleura adalah tubercolusis, infeksi paru nontubercolusis, sirosis hati, gagal jantung kongesif.

Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di

negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara industri,

diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika serikat melaporkan

1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan oleh gagal

jantung kongestif dan pneumonia bakteri. Sementara di Negara berkembang seperti

Indonesia, diakibatkan oleh infeksi tubercolusis.

Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk

memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian akibat Efusi Pleura masih sering

ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi

yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta
sarana dan prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan

kesehatan.

1.2. Tujuan Umum dan Khusus


1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien penderita penyakit Efusi
Pleura
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi efusi pleura.
b. Mampu menjelaskan penyebab efusi pleura.
c. Mampu menjelaskan manifestasi klinis efusi pleura.
d. Mampu menjelaskan patofisiologi dan pathway efusi pleura.
e. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang efusi pleura.
f. Mampu menjelaskan kompliksi efusi pleura.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Efusi Pleura berasal dari dua kata, yaitu efusion yang berarti ektravasasi cairan ke dalam
jaringan atau rongga tubuh, sedangkan pleura yang berarti membran tipis yang terdiri dari dua
lapisan, yaitu pleura viseralis dan pluera perietalis. Sehingga dapat disimpulkan Efusi Pleura
adalah ekstravasasi cairan yang terjadi di antara lapisan viseralis perietalis. (Sudoyo, 2006)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapatnya penumpukan cairan dalam rongga
pleura. (Imran Sumantri, 2008).[3]
Efusi pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer
jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan
jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan
penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah
kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural
bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura.
(Price C Sylvia, 1995).
2.2. Etiologi
Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada
dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan
sindroma vena kava superior.
Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus),
bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana
masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan
cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik,
kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
a. Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
b. Penurunan tekanan osmotic koloid darah
c. Peningkatan tekanan negative intrapleural
d. Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.3 Klasifikasi
Efusi Pleura diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
a. Eksudat
Ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas.Sebagai akibat inflamasi oleh produk
bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya TBC, trauma dada, infeksi
virus.Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal jantung kongestif.TBC,
pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma bronkogenik, serosis hepatis,
embolisme paru, infeksi parasitik.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
b. Transudat
Merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang utuh, terjadi
jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi cairan pleura
terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostaltik atau ankotik.Transudasi
menandakan kondisi seperti asites, perikarditis.Penyakit gagal jantung kongestik atau
gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.(Suzanue C Smeltezer dan Brenda G.
Bare, 2002)

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang menurut ( Tierney, 2002 dan Tucker 1998 ) adalah
1. Sesak nafas
2. Nyeri dada
3. Kesulitan bernafas
4. Peningkatan suhu tubuh jika terjadi infeksi
5. Keletihan
6. Batuk
Manifestasi klinis menurut Suzanne & Brenda, 2002 yang dapat ditemukan pada Efusi
Pleura adalah
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri dada pleuritis
d. Dispnea
e. Batuk Suara nafas ronchi
Manifestasi klinis menurut Irman Somantri, 2008 adalah Kebanyakan efusi pleura
bersifat asimpomatik, timbul gejala sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritik. Ketika efusi
sudah membesae dan menyebar kemungkinan timbul dispenea dan batuk. Efusi pleura
yang besar akan mengakibatkan nafas sesak. Tanda fisik meliputi deviasi trakea menjauhi
sisi yang terkena, dullness pada perkusi dan penurunan bunyi pernafasan pada sisi yang
terkena.

2.5 Patofisiologi
Pada umumnya, efusi pleura terjadi karena pleura hampir mirip plasma (eksudat)
sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma (transudat). Efusi
dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan permeabilitas pleura
parientalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau keterlibatan neoplasma. Contoh bagi
efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongesif. Pasien dengan pleura yang
awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi payah atau gagal jantung
kongesif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya secara maksimal ke seluruh tubuh
terjadilah peningkatan tekanan hidrostastik pada kapiler yang selanjutnya menyebabkan
hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada dalam pembuluh darah pada area tersebut
selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke dalam pleura. Peningkatan pembentukan cairan dari
pleura parientalis karena hipertensi kapiler sistemik dan penurunan reabsorbsi menyebabkan
pengumpulan abnormal cairan pleura.
Adanya hipoalbuminemia juga akan mengakibatkan terjadinya peningkatan pembentukan cairan
pleura dan berkurangnya reabsorbsi, hal tersebut berdasarkan adanya penurunan pada tekanan
onkontik intravaskuler (tekanan osmotic yang dilakukan oleh protein)
Luas efusi pleura yang mengancam volume paru-paru, sebagian akan tergantung atas kekakuan
relative paru-paru dan dinding dada. Dalam batas pernafasan normal, dinding dada cenderung
untuk recoil ke dalam (paru-paru tidak dapat berkembang secara maksimal melainkan cenderung
untuk mengempis).

2.6 Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan
terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut
dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang
berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi)
perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh
penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah
yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu
proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang
berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan
jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian
atau semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan diagnostic
a. Rongent dada atau thoraxs
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari bagian medial. Bila
permukaannya horisontal dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga
tersebut yang dapat berasal dari luar dan dari dalam paru – paru itu sendiri.
b. Torakoskopi (Fiber – optik pleurascopy)
Dilakukan pada kasus – kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis pleura. Biasanya
dilakukan sedikit insisi pada dindidng dada (dengan resiko kecil terjadinya
pneumotoraks) cairan ditemukan penghisapan dan udara dimasukkan supaya dapat
melihat kedua pleura.
c. Biopsi pleura
Pemeriksaan histologi atau beberapa contoh jaringan pleura dapat menunjukkan 50% -
75% diagnosa kasus – kasus pluritistuberkulosa dan tumor paru.
d. Ultrasonografi
Untuk menentukan adannya cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat
membatu sebagai penentu waktu melakkukan aspirasi cairan tersebut, terutama pada
efusi yang terlokalisir.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah lengkap : Leukosit meningkat, Hemoglobin menurun, LED meningkat
b. Kimia darah : Albumin menurun, protein total menurun
c. Sputum : kultur, basil asam dan PH
d. Sitologi cairan pleura.
Penatalaksanaan medis
Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu.
Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia,
sirosis).
a. Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna
keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
b. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau
minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit,
dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan
selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau
pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
c. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang
pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
d. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
plerektomi, dan terapi diuretic

Penatalaksanaan keperawatan
a. Memberikan posisi nyaman pada pasien dengan bagian kepala agak ditinggikan.
b. Memberikan manajemen nyeri seperti mengajarkan teknik relaksasi.
c. Mengajarkan batuk efektif
d. Mengatur posisi semi fowler agar pasien nyaman

2.8 Tindakan Pencegahan


Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan
efusi pleura. Merujuk penderita ke Rumah Sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum
dapat ditegakkan.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Efusi Pleura adalah akumulasi cairan yang berlebihan pada rongga pleura,cairan tersebut
mengisi ruangan yang mengelilingi paru.
Cairan dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi
peregangan paru selama inhalasi.
Penyebab paling sering efusi pleura transudatif di USA adalah oleh karena penyakit gagal
jantung kiri,emboli paru, dan sirosis hepatis,sedangkan penyebab efusi pleura eksudatif
disebabkan oleh pneumonia bakteri,keganasan (ca paru, ca mammae, dan lymphoma merupakan
75 % penyebab efusi pleuraoleh karena kanker), infeksi virus.
Dalam keadaan normal,hanya ditemukan selapis cairan tipis yang memisahkan ke dua
lapisan pleura.
Efusi pleura terjadi karena tertimbunnya cairan pleura secara berlebihan sebagai akibat
transudasi (perubahan tekanan hidro-statik dan onkotik) dan eksudasi (perubahan permeabilitas
mem-brane) pada permukaan pleura seperti terjadi pada proses infeksi dan neoplasma.
3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami sangat berharap
untuk pembaca lebih mengembagkannya lagi. Untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan
untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA

somantri ,Irman.2008.asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan.


Jakarta:salemba medika

Rasyid, Ahmad.2012.”ANATOMI FISIOLOGI PLEURA DAN MEKANISME


EFUSI”,(Online),(http://edisampetondok.blogspot.no/2012/01/anatomi-fisiologi-pleura-dan-
mekanisme.html, diakses 15 Oktober 2012)

Mitchell, Kuman, Abbas & Fausto. Dasar Patologis Penyakit Edisi : 7. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai