PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 KLASIFIKASI
RHEUMATOID ARTHRITIS
Otot dan kekakuan sendi biasanya paling sering di pagi hari selama 1 jam
Kebiasaannya nyeri yang terasa berterusan. Kelelahan, kehilangan energi, kurangnya
nafsu makan, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.. Disamping itu juga manifestasi
klinis rheumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium
serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan
fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Gejala
sistemik dari rheumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat
badan menurun, anemia.
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Contoh deformitas adalah
Swan Neck, Boutonniere Deformities, dan Carpal Tunner Syndrom.
OSTEOARTHRITIS
Nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan atau
setelah lama tidakbergerak/tidak aktif. Ngilu pada engsel saat mengangkat beban
ringan. Kaku dan terasa nyeri pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama
tidak bergerak. Gejala lain adalah kehilangan fleksibilitas yang membuat kita sulit
menggerakkan engsel.Pada beberapa kasus terjadi pembengkakan.
a. pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih dari 10 sendi tulang tangan
tertentu (DIP II dan III ki&ka, CMC I ki &ka)
b. perbesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c. pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d. deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu.
Pada keadaan arthritis gout, pasien akan mengalami keluhan nyeri dan bengkak
pada ibu jari atau sendi metatarsalphalang I. Serangan pada sendi
metatarsalphalang I dan tarsal unilateral. Tetapi bisa saja sendi yang diserang
lutut, tumit, pergelangan tangan dan siku.. sakit sendi disertai demam, menggigil,
denyut jantung cepat, badan lemah dan jumlah sel darah putih meningkat
(leukositosis). Namun, begitu, keluhan khas dari gout adalah nyeri pada sendi
yang pada minggu pertamanya akan mengenai hanya satu sendi, dan akan
berakhir dalam beberapa hari. Tapi setelah itu, nyeri ini akan kambuh lagi dengan
menyerang pada beberapa sendi bersamaan. 83 % sendi yang kena serangan gout
adalah persendiaan anggota bawah, dan sering keluhan sendi kaki mula terasa
sewaktu bangun tidur pagi hari. Sendi yang biasanya terasa nyeri ini akan
berwarna kemerahan.
ARTRITIS SEPTIK
Gejala klasik artritis septik adalah demam yang mendadak, malaise, nyeri lokal
pada sendi yang terinfeksi, pembengkakan sendi, dan penurunan kemampuan
ruang lingkup gerak sendi. Sejumlah pasien hanya mengeluh demam ringan
saja.Demam dilaporkan 60-80% kasus, biasanya demam ringan, dan demam
tinggi terjadi pada 30-40% kasus sampai lebih dari 39 0C. Nyeri pada artritis
septik khasnya adalah nyeri berat dan terjadi saat istirahat maupun dengan
gerakan aktif maupun pasif.
Mulai dari nyeri pada banyak persendian yang hilang timbul sampai keluhan nyeri
sendi yang akut, merupakan keluhan awal pada 90% penderita SLE. Nyeri sendi
ini bisa terjadi pada jari- jari kedua tangan serta kaku pada pagi hari. Dalam
keadaan SLE berlangsung lama, terjadi erosi sendi tulang telapak kaki. Namun
demikian, kebanyakkan SLE yang menyerang banyak sendi tidak meperlihatkan
kerusakan sendi. Namun begitu, ade gejala yang khas pada penderita SLE ini,
yaitu gambaran kemerahan kulit pipi berbentuk kupu- kupu yang disebut butterfly
erthema. Selain itu, penderitan ini akan mengalami rambut rontok, demam dan
terasa lemah.
2.2 PEMERIKSAAN FISIK
Rheumatoid arthritis
- Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian
kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian,
lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan
temporomandibular.Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian
dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari
30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.7
- Status lokalis: proksimal interfalang I- V, dan metacarpal I- V tidak ada
pembengkakan, teraba hangat, terdapat nyeri gerak (+) dan nyeri tekan (+).
OSTEOARTHRITIS
- Pada pemeriksaan fisik, dilihat apakah ada hambatan gerak. Hambatan gerak
dapat konsentris (seluruh arah gerak) maupun eksentris (salah satu arah gerak
saja).
- Dilihat apakah ada kelainan pada gaya berjalan. Keadaan ini berhubungan dengan
nyeri karena menjadi tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut,
sendi paha dan OA tulang belakang dengan stenosis spinal.
- Diperhatikan juga apakah ada tanda- tanda peradangan (nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada
OA karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul
belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki dan sendi-sendi kecil
tangan dan kaki.
- Diperhatikan juga apakah ada perubahan bentuk yang deformitas (sendi yang
permanen). Perubahan ini timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang
dan permukaan sendi.
- Diperhatikan juga apakah ada bunyi krepitasi pada lutut. Gejala ini mungkin
timbul karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan
atau secara pasif dimanipulasi.
- Tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Cor, pulmo, abdomen tidak ada
kelainan.
- Status lokalis: Metatarsal proksimal 1 pedis sinistra, kemerahan (+), teraba panas
(+), nyeri tekan (+), bengkak (+).
SEPTIC ARTHRITIS
-
-
-
Gambar 5: SLE.diunduh dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/17105.htm
- Konjungtive anemis , sclera ikterik -/-. Leher: kelenjar getah bening tidak tampak
membesar. Cor, pulmo, abdomen dalam batas normal.
- Status lokalis: manus dextra: phalanx proksimal digiti II- IV, nyeri gerak (+),
nyeri tekan (+), oedema (-), kalor (-).
- Manus sinistra: phalanx proksimal digiti II- IV, nyeri gerak (+), nyeri tekan (+),
eodem (-), kalor (-).
Rheumatoid arthritis
1. Gambaran laboratorik
Osteoarthritis
1. Gambaran laboratorik
1. Gambaran laboratorik
a) Pemeriksaan serum asam urat
- Umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5- 7 mg/dl dan pada perempuan
2,6- 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia.
b) Pemeriksaan angka leukosit
- Angka leukosit meningkat sehingga 20.000/mm3 selama serangan akut.
Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu
5000- 10.000/mm3.
c) Pemeriksan urin specimen 24 jam.
- Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi
asam urat. Jumlah normal seseorang mengekskresikan 250- 750 mg/24 jam
asam urat di dalam urin. Kadar kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan
gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.
d) Analisis aspirasi cairan sendi.
- Cairan sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi dari sebuah
tofi menggunakan jarum Kristal urat yang tajam.
2. Gambaran radiologi
Artritis septik
1. Gambaran laboratorik
a) Pemeriksaan darah tepi
- Terjadi peningkatan lekosit dengan predominanneutrofil segmental,
peningkatan laju endap darah dan C-reactive Protein (CRP). Tes ini tidak
spesifik tapi sering digunakan sebagai petanda tambahan dalam diagnosis
khususnya pada kecurigaan artritis septik pada sendi. Kultur darah
memberikan hasil yang positif pada 50-70% kasus.
b) Pemeriksaan cairan sendi
- Aspirasi cairan sendi harus dilakukan segera bila kecurigaan terhadap artritis
septik, bila sulit dijangkau seperti pada sendi panggul dan bahu maka gunakan
alat pemandu radiologi. Cairan sendi tampak keruh, atau purulen, leukosit
cairan sendi lebih dari 50.000 sel/mm3 predominan PMN, sering mencapai
75%-80%. Pada penderita dengan malignansi, mendapatkan terapi
kortikosteroid, dan pemakai obat suntik sering dengan leukosit kurang dari
30.000 sel/mm3. Leukosit cairan sendi yang lebih dari 50.000 sel/mm3 juga
terjadi pada inflamasi akibat penumpukan kristal atau inflamasi lainnya
seperti artritis rheumatoid. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan cairan
sendi dengan menggunakan mikroskop cahaya terpolarisasi untuk mencari
adanya kristal. Ditemukannya kristal pada cairan sendi juga tidak
menyingkirkan adanya artritis
septik yang terjadi bersamaan.
2. Gambaran radiologi
Arthritis reumatoid
Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti. Akan tetapi
faktor genetik seperti produk kompleks histokompatibilitas utam kelas II (HLA-
DR) khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif, infeksi, faktor hormonal dan
heat shock protein ikut berperan dalam tumbuhnya penyakit dan pola mortalitas
penyakit ini.
Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab RA. Agen infeksius
yang diduga merupakan penyebab RA antara lain adalah bakteri, mikoplasma,
dan virus. Dugaan ini timbul karena umumnya onset penyakit ini mendadak dan
timbul disertai gambaran inflamasi yang mencolok.
2.5 PATHOGENESIS
2.6 PROGNOSIS
2.7 PENATALAKSANAAN
1) Proteksi sendi
2) Diet
3) Medikamentosa
4) Rehabilitasi
5) Pembedahan
6) Psikoterapi
1. Obat analgetik
Keluhan- keluhan ini sangat menepati keluhan pada seorang penderita rheumatoid
arthritis. Tetapi ada beberapa keluhan yang mirip dengan arthritis- arthritis yang
lain. sebagai contohnya adalah, kaku pada pagi hari. Kekakuan sebegini terdapat
juga pada penderita osteoarthritis. Di mana pasien mengalami kekakuan di
beberapa sendi yang nyeri. Namun begitu, kekakuan yang terasa hanya selama
tidak kurang dari 20 minit.
Selain itu, keluhan terasa nyeri pada sendi adalah keluhan yang umum bagi
penderita arthritis. Hal ini karena nyeri sebegini bisa ditemui pada penderita,
arthritis gout, arthritis septic dan juga pada sistemik lupus erythematosus. Namun
begitu, untuk membedakan antara jenis arthritis ini, keluhan sampingan atau
tambahan perlu didapatkan agar diagnose dapat ditegakkan. Selain itu, anamnesis
dalam menanyakan lokasi nyeri juga harus dilakukan agar diagnose yang tepat
dan benar dapat dibuat.
Bengkak pada sendi juga merupakan gejala umum pada semua jenis arthritis.
Namun, ianya dapat dibedakan dengan lokasi terjadinya pembengkakkan dan
apakah pembengkakkannya itu mengalami kemerahan dan terasa panas. Ini semua
harus diteliti dalam rencana untuk menegakkan diagnose. Sebagai contoh,
bengkak juga bisa ditemukan pada penderita arthritis gout. Namun begitu,
bengkaknya itu, sering kali terjadi pada ibu jari atau metatarsalphalang I dan ini
disertakan dengan terasa hangat dan kemerahan.
Sebagaimana halnya dengan penyakit reumatik pada umumnya, maka keluhan
penderita pada penyakit- penyakit artritis tersebut meliputi nyeri sendi, kaku
sendi, bengkak sendi dan gangguan fungsi. Pada OA nyeri biasanya dangkal
(dull-pain), penderita mengeluh linu dan pegal; sedangkan pada RA nyeri terasa
lebih tajam dan berat (sharp-pain).Penderita RA biasanya lebih cepat pergi ke
dokter karena nyerinya yang lebih hebat, sedangkan penderita OA biasanya
terlebih dahulu berusaha mengobati sendiri misalnya dengan jamu, diurut atau
makan obat bebas. Pada OA nyeri paling berat pada malam hari, pada pagi hari
masih nyeri tetapi lebih ringan dan membaik pada siang hari. Pada RA nyeri
paling dirasakan pada pagi hari disertai kaku sendi, membaik pada siang hari dan
sedikit lebih berat pada malam hari. Kaku sendi merupakan rasa seperti diikat,
lebih terasa pada pagi hari dan berkurang setelah digerak-gerakkan, kaku pagi
hari (morning stiffness) pada RA terasa lebih berat dan umumnya berlangsung
dalam waktu yang lama (lebih dari 1 jam), sedangkan pada OA berlangsung
ringan dan singkat, umumnya kurang dari 30 menit. Bengkak sendi dapat terjadi
pada kedua penyakit, tetapi pada RA biasanya lebih menonjol akibat
pembengkakan jaringan lunak (soft tissue swelling) dan sinovitis, sedangkan pada
OA terjadi bila ada inflamasi (akibat pelepasan serpihan rawan sendi ke rongga
sendi) atau akibat efusi sendi. Gangguan fungsi terjadi akibat inflamasi atau
akibat deformitas sendi yang dapat terjadi pada kedua penyakit. Keluhan sistemik
seperti demam, malas, kelelahan, kelemahan otot dan penurunan berat badan
hanya dijumpai pada penderita RA.
Diagnosis yang akurat didapatkan dari anamnesis detail yang mengarah pada
kelainan yang spesifik serta pemeriksaan fisis yang didukung dengan pemeriksaan
pendukung berupa analisis cairan sinovial, radiografi, atau kadang diperlukan
biopsi sinovial. Adanya serangan sebelumnya dapat menandakan artritis gout atau
kelainan sendi noninfektif lain. Pasien dengan artritis akibat kristal umumnya
akan mengeluh riwayat episode serangan yang rekuren dan dapat sembuh sendiri.
Perlu diingat bahwa gout jauh lebih sering terjadi dibanding pseudogout, serangan
pada gout dapat sembuh sendiri, serangan pada artritis infektif akan terus
memburuk jika tidak diberi terapi, dan osteoartritis dipengaruhi aktivitas fisik.
Artritis septic poliartikular, yang khasnya melibatkan dua atau tiga sendi terjadi
pada 10%-20% kasus dan sering dihubungkan dengan artritis reumatoid. Bila
terjadi demam dan flare pada artritis reumatoid maka perlu dipikirkan
kemungkinan artritis septik.
Selain status generalis, pemeriksaan fisis yang paling penting pada kelainan sendi
ialah status lokalis pada daerah yang terkena. Pendekatan mendasar pada
pemeriksaan fisis ialah membedakan artritis dari kondisi inflamasi lain di daerah
sekitar sendi, misalnya selulitis dan bursitis. Artritis yang sebenarnya ditandai
dengan adanya pembengkakan dan kemerahan di sekitar sendi, ROM yang
terbatas karena nyeri baik pada keadaan gerakan aktif maupun pasif. Keterbatasan
ROM akibat nyeri yang terjadi hanya pada gerakan aktif lebih menandakan
adanya kelainan jaringan lunak di sekitarnya, misalnya bursitis, daripada artritis.
Beberapa management nyeri yang dapat dilakukan dengan terapi fisik adalah,
splinting, aplikasi bungkusan dingin dan panas, paraffin wax dips, obat-obatan
anti peradangan, terapi pembedahan (Rifham, 2010).
Salah satu managemen nyeri yang dapat dilkaukan secara mandi adalah terapi
panas. Terapi panas ini dapat menggunakan kompres hangat. Kompres tersebut
dapat memberikan efek fisiologis dengan meningkatkan relaksasi otot pergerakan
sendi (Rifham, 2010). Kompres hangat bersuhu 40,5-43 C akan diberikan pada
daerah sendi yang mengalami nyeri selama 20 menit, menurut intervensi
keperawatan yang sering dilakukan selama 3 hari dan diberikan pada pukul 06.00-
07.00 pagi dan 17.00-18.00 sore (Rahayu, 2009).
Proses vasodilatasi yang terjadi pada saat pemberian kompres hangat dapat
melebarkan pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan aliran darah pada
badian yang nyeri. Komres hangat jyga dapat meningkatkan relaksasi otot serta
mengurangi nyeri akibat spasme dan kekakuan (Potter & Perry, 2005).
Pada saat dilakukan kompres hangat, intensitas nyeri sendi yang dirasakan akan
berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya impuls-impuls yang menekan rasa
nyeri, sehingga rasa nyeri dapat berkurang. Impuls tersebut adalah suhu hangat
yang diberikan serta mengenai bagian yang terasa nyeri. Respon local terhadap
panas terjadi melalui stimulasi ujung syaraf yang berada di dalam kulit. Stimulasi
tersebut akan mengirimkan impuls dari perifer ke hipotalamus. Jika perubahan
tersebut terjadi terus menerus melalui jalur sensai suhu maka penerimaan dan
persepsi terhadap stimulus akan dirubah (Potter & Perry, 2005)
BAB III