Anda di halaman 1dari 51

SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN Tn E DENGAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS SCHIZOPHRENIA
DI RUANG KENARI RS JIWA MENUR SURABAYA

Oleh:
Kelompok IV
1. Titin Hidayati
2. Umi Sa’adah
3. Dendy eka C.
4. Badrul Huda
5. M. Faqih Siddiqi
6. Resty Ardiana
7. Yusron Irfani

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2012
SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN

OLEH:

MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURABAYA

DISAHKAN OLEH:

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING KLINIK

( ) ( )

KEPALA BIDANG KEPERAWATAN

( )
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan
dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas
tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual
(merasa dirinya sangat berkuasa, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan
suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu
persen (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001)
menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita
skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira
2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam
Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk
Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5
juta orang (WHO, 2006).

Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan


memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat
dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal (Keliat dkk, 1999).
Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada pasien perilaku
kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap pertemuan pasien
memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi masalah kedalam jadwal
kegiatan. Diharapkan pasien akan berlatih sesuai jadwal kegiatan yang telah dibuat
dan akan dievaluasi oleh perawat pada pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi
yang dilakukan akan dinilai tingkat kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya
yaitu mandiri, bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika pasien
melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh; bantuan, jika pasien
sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan dengan bantuan pasien dapat
melaksanakan dengan baik; tergantung, jika pasien sama sekali belum melaksanakan
dan tergantung pada bimbingan perawat (Keliat, 2001).

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembahasan materi ini penulis berharap agar kita
semua, khususnya para pembaca dapat memahami tentang askep pada pasien
perilaku kekerasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi perilaku kekerasan
2. Menjelaskan pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan
3. Menjelaskan diagnose keperawatan
4. Menjelaskan intervensi keperawatan
5. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan

1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Pasien
Klien mendapatkan pelayanan asuhan keperawatan yang efektif sehingga
mempercepat proses kesembuhan pada pasien
1.3.2 Bagi Perawat
Dijadikan dalam asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan

1.3.3 Bagi Institusi

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan yang


berkaitan dalam pemberian pelayanan asuhan keperawatan jiwa dengan
masalah utama perilaku kekerasan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal
atau marah yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung
dan konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang
lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-
pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan
interpersonal. Sedangkan menurut Carpenito 2000, Perilaku kekerasan adalah
keadaan dimana individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada
dirinya sendiri ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 1998). Sedangkan menurut Keliat (1999), perilaku kekerasan
adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.
2. 2 Rentang Respon

Perasaan marah normal biasa terjadi pada setiap individu, namun perilaku yang
dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfungsi sepanjang rentang adaptif dan
mal adaptif

Respon adaptif respon mal adaptif

Asertif frustasi pasif agresif kekerasan


a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain dan tidak
menimbulkan masalah
b. Frustasi
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat dan individu
tidak menemukan alternatif lain
c. Pasif
Respon lanjut, dimana individu tidak mampu menhungkapkan perasaan
d. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan
ancaman, memberi kata – kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien
masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain
e. Kekerasan
Sering juga disebut gaduh – gaduh atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai
dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata – kata ancaman,
melukai disertai melukai pada tingkat ringan, dan yang berat adalah melukai/
merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
2. 3 Penyebab Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri
rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan gejala :
 Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
 Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
 Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
 Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.
2. 4 Tanda Dan Gejala Perilaku Kekerasan
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda atua orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan
2. 5 Akibat Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan


berbahaya bagi dirinya, orang lain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang
lain, memecahkan perabot, membakar rumah dll. Sehingga klien dengan perilaku
kekerasan beresiko untuk mencederai diri orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala :
Gejala klinis yang ditemukan pada klien dengan perilaku kekerasan didapatkan
melalui pengkajian meliputi :
a. Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda
marah yang diserasakan oleh klien.
b. Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi,
berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak: merampas
makanan, memukul jika tidak senang.
2. 6 Schizophrenia
Schizophrenia merupakan gangguan mental yang serius yang ditandai dengan
hilangnya kontak dengan realitas (psychosis), halusinasi, delusi (keyakinan palsu),
berpikir, bertingkah laku dan punya hubungan sosial yang kacau, walaupun penyebab
pasti schizophrenia belum dapat dipastikan, tetapi gangguannya nampak jelas secara
biologis. Banyak otoritas menerimanya sebagai “penderita stres yang rapuh”, di mana
schizophrenia dianggap kebanyakan muncul pada orang yang rapuh secara biologis.
Apa yang membuat seseorang mudah terkena schizophrenia belum diketahui dengan
pasti, tetapi kemungkinan termasuk di dalamnya kelemahan genetis; masalah yang
timbul sebelum, selama atau sesudah kelahiran; atau bisa juga disebabkan oleh
infeksi virus pada otak. Kesulitan dalam memproses informasi, ketidak mampuan
untuk memusatkan perhatian, ketidak mampuan bertingkah laku sesuai dengan yang
diterima masyarakat luas, dan ketidak mampuan mengatasi masalah secara umum
bisa merupakan pertanda kerapuhan itu. Dalam hal semacam ini, tekanan-tekanan
lingkungan sekitar, seperti kehidupan yang penuh ketegangan atau penuh masalah,
pelecehan mendasar, memicu serangan dan kambuhnya schizophrenia pada orang
yang rapuh itu.
1.7.1 Gejala Schizophrenia
1. Delusi : merupakan keyakinan palsu yang biasanya melibatkan salah pengertian
dalam pemahaman atau pengalaman. Delusi penyiksaan, yakin kalau dia akan
disiksa, dikuntit, ditipu, atau dimata-matai. Delusi ketersinggungan, yakin kalau
sebagian isi buku, surat kabar atau lirik lagu tertentu khusus ditujukan padanya.
Delusi penarikan pikiran atau penyisipan pikiran, keyakinan bahwa orang lain
dapat membaca pikirannya, dan bahwa pikiranya dapat mempengaruhi oleh lain,
atau bahwa pikiran-pikiran dan dorongan hati dapat dimasukkan kedalam
pikirannya oleh kekuatan dari luar.
2. Halusinasi : pendengaran, penglihatan, penciuman, pencecapan ataupun perabaan.
Halusinasi pendengaran adalah gejala yang paling umum. Seseorang bisa
“mendengar” suara-suara seolah-olah orang mempergunjingkan tingkah lakunya,
atau mengkritik dan melecehkannya.
3. Gangguan pikiran, berkaitan dengan pemikiran yang kacau, yang nampak jelas
dalam bicaranya yang melantur, berganti-ganti topik pembicaraan, dan tidak jelas
arahnya. Mungkin bicaranya hanya sedikit kacau atau bisa juga sangat
membingungkan dan tidak dapat dimengerti.
4. Bertingkah laku aneh, bisa seperti kebodohan yang kekanak-kanakan, bingung
atau berpenampilan acak-acakan, jorok dan tidak pada tempatnya: diam seperti
patung, merupakan perilaku aneh yang ekstrim, di mana seseorang terus berada
dalam sikap tubuh yang kaku dan menolak untuk digerakkan atau sebaliknya
melakukan gerakan yang tidak bermanfaat dan tanpa tujuan.
5. Gejala negatif , termasuk punya emosi yang datar, miskin kata-kata (merujuk pada
kurangnya daya pikir yang tercermin dalam banyaknya kata-kata yang diucapkan);
anhedonia (merujuk pada berkurangnya kemampuan menikmati kesenangan); dan
kurang pergaulan sosial (merujuk pada kurangnya minat bergaul dengan orang
lain). Gejala-gejala negatif ini seringkali dikaitkan dengan hilangnya motivasi
secara umum, tidak punya tujuan dan cita-cita.

2. 7 POHON MASALAH
Resiko menciderai diri, orla dan lingkungan (effect )

Perilaku kekerasan (core problem)

Gangguan konsep diri : HDR ( etiologi)


2. 8 MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

a. Masalah keperawatan:
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perilaku kekerasan / amuk
c. Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
d. Koping Individu Tidak Efektif
b. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan perilaku kekerasan
a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
c. Gangguan harga diri : harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri
hidup.

2. 9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA

Azis R dkk. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Keliat Budi A. Proses Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC


Tim Derektorat Keswa. Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Bandung
: RSJP. 2000

Townsend M. C. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri : pedoman untuk


pembuatan rencana keperawatan. Jakarta : EGC. 1998

Stuart. G.W Sundenn. Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta, EGC. 1995
http://wordpress.com/2010/04/25/askep.waham
http://pranaindonesia.wordpress.com/cara-penyembuhan/phqanda-schizophrenia/
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RS. JIWA DAERAH MENUR SURABAYA

RUANGAN RAWAT TANGGAL RAWAT

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. E Tanggal pengkajian : 21-02-2012
Umur : 42 tahun RM No. : 04.05.08
Informan : Pasien, rekam medis

II. ALASAN MASUK


Keluhan Utama : pasien curiga pada keluarganya ( ibu dan saudaranya) karena
ingin menyesatkannya ( menjadi para normal )
Alasan Masuk : Px mengancam akan memukul ibu dan saudaranya, tetapi tidak
jadi tapi sesaat kemudian px langsung memukul ibunya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Ya
2. Pengobatan sebelumnya? Tidak berhasil
3. Pengalaman Pelaku Usia Korban usia saksi usia
Aniaya fisik 42
Aniaya seksual tidak ada
Penolakan tidak ada
Kekerasan dalam 41
keluarga
Tindakan kriminal tidak ada
Jelaskan : Pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 1999 dan
mendapatkan pengobatan rawat jalan dr. Handoko Sp.Kj sampai
2011 dan sembuh, kemudian pada tanggal 07-01-2012 kambuh
lagi dan di bawa ke RS Jiwa Menur Surabaya dan KRS 03-02-
2012. Dan pada tanggal 15-02-2012 pasien masuk RS lagi
karena memukul ibu dan saudaranya dan pengobatan yang di
berikan pada pasien kurang berhasil ( control teratur tapi minum
obat tidak teratur dan obat sering tidak di minum )
Masalah Keperawatan :
- Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkngan
- Ketidakefektifan regimen terapeutik
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? Ada
Hkeluarga : Sepupu ayah pasien
Gejala : Sering melamun dan memukul pakaian yang sobek –
sobek
Riwayat pengobatan :Dirawat di RSJ Menur Surabaya pada 10 tahun yang
lalu ( tahun 1996)

Masalah Keperawatan : Koping Keluarga Inefektif

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Px pernah tidak naik kelas saat SD pada tahun 1979, dan juga saat masa kulia
pasien sering pindah – pindah kampus atau kulia ( Uniutomo tahun 1980
sampai semester 4 dan pindah ke kampus ke UM Malang tahun 1977 samapi
2 semester dan berhenti kulia karena di keluarkan kampus ) dan bekerja jadi
bartender selama 1 tahun dan berhenti.
Masalah Keperawatan : Respon pasca trauma
IV. FISIK
1. Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg N : 80 x/menit
S : 360C RR :18x/menit
2. Ukur : TB :164cm BB : 70 Kg
3. Keluhan fisik :
4. Jelaskan : Tidak ada keluhan fisik,TD,N,S,RR ( Normal )
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Jelaskan : Px anak ke-3 dari 5 bersaudara, pasien tinggal bersama orang tua
nya dan adik pasien dan pengambil keputusan ada pada ibu
pasien
Masalah Keperawatan : Koping keluarga inefektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien menyukai seluruh angota tubuhnya
b. Identitas : Belum menikah, bersia 42 tahun bangga terhadap
dirinya sebagai laki-laki
c. Peran : Pasien tidak bekerja tinggal bersama ortunya dan
tidak mengikuti kegiatan di masyrakat.
d. Ideal diri : Pasien pingin pulang dan menikah
e. Harga diri : Pasien merasa tidak berguna karena tak bekerja dan
selalu merepotkan orang tuanya
Masalah Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan Sosial :
a. Orang yang berarti : Ibu karena selalu merawatnya dan teman
curhatnya Budi teman kulia.
b. peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Pasien tidak
mengikuti kegiatan kelompok masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien merasa
malu, tidak dipercaya orang lain karena tidak sama dengan orang lain (
tidak bekerja)
Masalah Keperawatan : Kerusakan interaksi social : Menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dari keyakinan : Pasien mengatakan keaadaan sekarang ini
merupakan kutukan dari tuhan dan pasien beragama islam
b. Kegiatan ibadah :
Di rumah : Jarang shalat, shalat jika sempat saja
Di RS : Tidak pernah sholat
(sholat itu didalam hati dan tidak perlu menghadap kiblat Allah pasti tau)
Masalah Keperawatan : Distress spiritual

GENOGRAM

X X

X X X X X X
X

I X X S X

42
2
Ket:
= Laki-laki

= Perempuan
X = Meninggal
…… = Tinggal satu rumah
32 = Umur Pasien
= Pasien
= Sepupu dari ayah ( gangguan jiwa )

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan : Rapi
Jelaskan : Pakaian pasien rapi dan kebersihannya cukup bersih
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan : Lancar
Jelaskan : Pasien saat diajak bicara pembicaraanya lancar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Aktivitas Motorik : Normal
Jelaskan : Pasien sering berada di luar kamar dan jalan-jalan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Alam perasaan : Putus asa
Jelaskan : Pasien mengatakan semua aktivitas dan pekerjaannya salah di
hadapan keluarganya
Masalah Keperawatan : Ketidak berdayaan
5. Afek : Normal
Jelaskan : Ketika pasien diajak bercanda pasien tersenyum tapi tidak
merespon balik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Interaksi selama wawancara: Normal
Jelaskan : Saat diajak ngobrol pasien kooperatif dan menatap perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Persepsi (Halusinasi) : Normal
Jelaskan : Pasien mengatakan tidak ada bisikan dan bayangan serta bayangan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Proses pikir : Normal
Jelaskan : Pasien bekerja apa dulu, pasien menjawab jadi bartender dan
sekarang tidak bekerja
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi pikir :
Waham : Curiga
Jelaskan : Pasien mengatakan keluarganya ingin menyesatkannya, setiap
aktivitas atau pekerjaannya selalu keliru di hadapan keluarganya, pasien sering
di katakana bodoh, goblok oleh keluarganya dan di suruh jadi para normal oleh
keluarganya, pasien sering berada di luar kamar dan jalan – jalan,
mengungkapkan ketidakmapuannya menyelesaikan masalah.
Masalah Keperawatan : Perubahan proses pikir: Waham curiga
10. Tingkat kesadaran : Normal
Jelaskan : Pasien mampu menyebutkan tempat dimana berada ( RS Jiwa
Menur Surabaya ), nama sendiri dan perawat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori : Normal
Jelaskan : pasien dapat mengingat berapa kali masuk RS dan sudah berapahari
di rawat di sini ( RS ).
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Norma
Jelaskan : Pasien mampu menyebutkan uang 2000 rb dan mampu
berhitung dengan benar ( 9 x 9 - 11=70 )
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
13. Kemampuan penilaian : Normal
Jelaskan : Pasien dapat mengambil keputusan sendiri seperti sebelum
shalat wudlu terlebih dahulu.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
14. Daya tilik diri : -
Jelaskan : Pasien mengatakan dirinya sakit jiwa
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir
VII. KEBUTUHAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi atau menyediakan kebutuhan :
Jelaskan : Pemenuhan kebutuhan di cukupi oleh keluarga dan klien mampu
memenuhi pemenuhan kebutuhan seperti makan, minum, mandi, dang anti
pakaian.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah Keperawatan
2. Kegiatan hidup sehari-hari :
a. Perawatan diri :
Jelaskan : ADL pasien mandiri ( mandi, BAK/BAB, makan, dang anti
pakaian dilakukan mandiri )
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
b. Nutrisi
Jelaskan : Makan 3x sehari dan porsi dihabiskan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
c. Tidur
Jelaskan : Pasien kebutuhan tidurnya terpenuhi, lama 8 - 9 jam, dan
tidurnya pulas
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
3. Kemampuan klien dalam
- Mengantisipasi kebutuhan sendiri : ya
- Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri : ya
- Jelaskan : klien mampu mengatasi masalah
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Klien memiliki system pendukung
- Keluaraga : Ya
- Terapis : Tidak
- Teman sejawat : Ya
- Kelompok social : Tidak
Jelaskan : Pasien memilki dukungan dari keluarga
5. Apakah pasien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau
hobi
Jelaskan : Dulu pasien bekerja sebagai bartender, sekarang tdak bekerja dan
hobinya di rumah membaca, bantu keluaaga di rumah, dan olahraga
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
VIII. MEKANISME KOPING
- Adaptif : Bicara dengan orang lain dan olahraga
- Mal adaptif : Minum alcohol, NAPZA, bekerja berlebihan, menciderai diri
( memukul ibu saudaranya )
Masalah keperawatan : Koping indivdu inefektif
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
- Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik :
Keluarga sangat mendukung pasien
- Masalah yang berhubungan dengn lingkungan :
Pasien jarang berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak mengikuti kegiatan
di masyrakat.
- Masalah dengan pekerjaan, spesifik :
Pasien sekarang pengangguran dulu bekerja jadi batender
- Masalah dengan perumahan, spesifik :
Pasien tinggaldengan orang tuanya
- Masalah ekonomi, spesifik :
Pasien tergolong kelas menengah ke bawah
- Masalah dengan pelyanan kesehatan, spesifik :
Pasien belum mammpu melaksanakan pelayanan kesehatan
Masalah keperawatan :
- Kerusakan interaksi social : Menarik diri
- Perubahan pemeliharaan kesehatan
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
- Penyakit jiwa
- Koping
- Obat-obatan
Masalah keperawatan : Perilaku mencari bantuan kesehatan

XI. DATA LAIN – LAIN


Laboratorium tanggal 16-02-2011
 Faal Hati
- Billirubin direct : 0,39 ( ≤ 0,25 mg/dl )
- Billirubin total : 1,21 ( 0,2-1,0 mg/dl )
- Gamma GT : 41 ( L:11-50, P:7-32u/l )
- SGOT : 32 ( L: ≤ 37, P: ≤ 31 u/l )
- SGPT : 31 ( L: ≤ 40, P: ≤ 31 u/l )
 Faal Ginjal
- Bun : 10.8 ( L/P: 4,5-23 mg/dl )
- Kreatinin : 1,2 ( L/P: 0,6-1,1, 0,6-1,2 g/dl )
- Asam urat : 7,9 ( L/P: 3,4-7,0, 2,5-6,0 mg/dl )
 Gula Darah
- Gula puasa : 134 ( L/P: 75-115 mg/dl )
XII. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik : F.20.03,Skizifrenia : Paranoid Episodik Berulang
Terapi Medik :
- Chlorpromazin ( CPZ ) 100 mg
- Haloperidol 3x5 mg
XIII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN
 Perubahan proses pikir: Waham curiga
 Resiko menciderai diri, orang lain dan lingkugan
 Ketidakefektifan regimen terapeutik
 Distres Spiritual
 Respon pasca trauma
 Koping individu inefektif
 Koping keluarga inefektif
 Gangguan konsep diri : HDR
 Gangguan perawatan kesehatan
 Resiko perilaku kekerasan dan resiko terhadap cidera
 Gangguan pemeiharaan kesehatan
 Perilaku mencari bantuan kesehatan

XIV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


 Perubahan Proses Pikir : Waham curiga
ANALISA DATA SINTESA

NAMA : Tn. “ T ” NIRM : 04.05.85 RUANGAN : Glatik


Tanggal Data Etiologi Masalah T.T

DS : Perubahan proses pikir :


- Pasien mengatakan waham curiga

bahwa keluarganya ingin


menyesatkannya (
menjadi para normal )
- Pasien mengatakan
bahwa aktivitas atau
pekerjaan keliru di
hadapan keluarganya
- Pasien mengatakan
bahwa keluarganya
mengatakan pasien
bodoh dan goblok
- Pasien merasa dirinya
tdak berguna karena
selalu merepotkan
keluarganya.
-
DO :
- Pasien sering berada di
luar kamar dan jalan-
jalan
- Pasien mengungkapkan
ketidakmampuanya
menyelesaikan masalah
Perencanaan Rasional
No Tgl Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. Ganguan proses 1. Pasien dapat berorientasi Setelah dilakukan interaksi 3 SP 1
pikir : Waham kepada realitas secara kali tatap muka klien mampu : Membina hubungan 1. Agar px merasa
curiga bertahap 1. Klien percaya dengan saling percaya; nyaman saat
2. Pasien mampu berinteraksi perawat, terbuka untuk mengidentifikasi interaksi,
dengan orang lain dan ekspresi waham kebutuhan yang tidak mengetahui cara
lingkungan 2. Klien menyadari kaitan terpenuhi dan cara pemenuhan
3. Pasien menggunakan obat kebutuhan yang tidak memenuhi kebutuhan; kebutuhan yang
dengan prinsip 5 benar terpenuhi dengan mempraktekkan tidak terpenuhi
keyakinannya pemenuhan yang tidak serta cara
3. Klien dapat melakukan terpenuhi. memenuhi
upaya untuk mengontrol kebutuhannya
waham
4. Keluarga mendukung dan
bersikap terapeutik
terhadap kx
5. Pasien menggunakan obat
sesuai program

SP 2
Mengidentifikasi
kemampuan positif
pasien dan membantu
2. Mengetahui hal
mempraktekannya
positif yang
harus dialkukan
pasien, serta
SP 3
memprktekkan
Mengajarkan dan
melatih cara minum hal positif
obat yang benar. tersebut
3. Agar pasien
mengetahui
kegunaan dari
obat yang
dikonsumsi
POHON MASALAH

Resiko menciderai diri, orla dan lingkungan

Resiko tinggi kekambuhan Perubahan proses pikir : Waham Curiga

Penatalaksanaan regumin
terapi inefektif Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Koping keluarga inefektif Koping individu inefektif

p
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NIRM : 04.05.85

RUANGAN : Glatik

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi T.T


Keperawatan

Gangguan proses pikir SP 1: Subjektif :


: Waham curiga
Fase Orientasi: Pasien mengatakan senang
kehadiran perawat mau
Assalamu’alaikum bapak, perkenalkan saya berkomunikasi dan berinteraksi
mahasiswa dari Unmuh Surabaya, nama
dengan saya.
saya “K”, saya yang akan merawat Bapak
hari ini, nama bapak siapa, biasa dipanggil Objektif :
siapa? Bisa kita berbincang-bincang tentang
perasaan Bapak sekarang ?Dimana dan - pasien mau menjawab salam
berapa lama Bapak mau berbincang- - pasien mau berjabat tangan
- pasien mau menyebutkan identitas
bincang.?
: nama Tri Bakti, dipanggil Tri
Fase Kerja : - kontak mata menatap saya
- ADL dengan mandiri
Saya mengerti bahwa Bapak beranggapan
curiga pada keluarga Bapak yng akan Assisment :
menyesatkan Bapak tetapi sulit bagi saya
untuk mempercayainya Pak, karena setahu Masalah belum teratasi
saya bahwasanya tidak ada keluarga ( Ibu Planing :
dan saudara ) yang tidak sayang pada bapak
apalagi Ibu dan saudara bapak, karena apa Pertahankan SP 1 yang sudah
Bapak, apalagi Ibu Bapak yang telah terpenuhi, Lanjutkan SP 1 yang
melahirkan, membesarkan dan melindungi belum terpenuhi ( masih curiga )
Bapak dan saudara Bapak, yang selalu ada
saat bapak membutuhkananya, jadi
anggapan Bapak yang curiga pada keluarga,
ibu dan saudara Bapak menurut saya kurang
tepat, masa orang yang membesarkan ,
melahirkan dan melindungi bapak mau
menyesatkan Bapak, gak mungkin kan Pak,
nah saya disiani akan mencoba membantu
mencariakan jalan keluar tentang masalah
atau penyakit yang bapak alami tapi Bapak
tetap harus yakin bahwa yang bisa
menyembuhkan atau yang bisa memberi
jalan keluar tentang masalah bapak itu
hanya Allah SWT hanya saja melalui segala
perantara ya Pak, seperti sekarang
contohnya Bapak datang kesini dan
berobat, nah dengan usaha bapak dan
keluarga bapak datang kesini ( RS jiwa
Menur Surabaya ) italah salah satu
perantara untuk memperoleh kesembuhan
atau jalan keluar tentang masalah atau
penyakit Bapak. Sekarang Bapak berada
pada tempat yang aman dan ada perawat
serta saya yang akan menemani. Apa saja
harapan Bapak selama ini, bisa ceritakan
pada saya? Wah,..ternyata Bapak
mempunyai harapan cukup banyak ya?coba
kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut ya
Pak, jadi ibu pengin ada kegiatan disini.

Fase Terminasi:

Bagaimana perasaan Bapak setelah


berbincang - bincang dengan saya?Apa saja
tadi yang telah kita bicarakan?
Bagus”,Bagaimana kalau jadwal ini Bapak
lakukan, setuju Pak?Bagaimana kalau saya
datang kembali besok?Kita bercakap-cakap
tentang kemampuan yang pernah Bapak
miliki? Mau dimana Bapak bercakap-
cakap?Bagaimana kalau disini?jamnya
seperti hari ini ya pak?

SP 1 :

Fase Orientasi:

Assalamualaikum Bapak bagaimana


kabarnya? masih ingat dengan saya? sesuai
janji kita saya akan ketemu Bapak hari ini,
disini ya Pak?

Fase Kerja:

Baiklah,kegiatan yang kemarin apa sudah


dilakukan, ya bagus Pak,..bagaimana kalau
kita tambahkan kegiatan lain selain itu,
Bapak mungkin memiliki hobi dan bisa
dimasukkan jadwal selanjutnya, bagaimana
Pak? bagus kalau begitu Pak berarti ada
kegiatan tambahan yang bisa mengisi waktu
luang Bapak.

Fase Terminasi:

Bagaimana perasaan Bapak setelah


berbincang - bincang dengan saya hari
ini?besok kita ketemu lagi ya Pak,.dimana
dan jam berapa?

SP 2 :

Fase Orientasi:

Assalamu’alaikum Bapak, bagaimana


perasaannya saat ini? Bagus!,Apakah Bapak
sudah mengingat - ingat apa saja hobi atau
kegemaran Bapak?Bagaimana kalau kita Subjektif :
bicarakan hobi tersebut sekarang.? Dimana
enaknya kita berbincang – bincang.? Wa’alaikumsalam Mas, ya saya masih
Bagaimana kalau disini saja selama ± 20 ingat Mas, ya baiklah kita bicarakan
menit? tentang rencana kegiatan kita
kemarin saya mampu makan, mandi,
Fase Kerja: ganti pakaian, membereskan tempat
tidur.
Apa saja hobi Bapak? Saya catat ya Pak,.
terus apalagi?Wah senang baca buku ya Objektif :
Pak, buku bacaan apa yang Bapak sukai?
wah ternyata buku agama ya Pak, itu bagus. Kontak mata ada, pasien kooperatif,
Baik kita masukkan dalam jadwal kegiatan pasien tersenyum, klien mampu
ya Pak,Apakah ada kemampuan lain selain melakukan kegiatan yang pertama
membaca buku agama?
Assisment :
Fase Terminasi :
SP 1 teratasi
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita
bercakap-cakap tentang hobi dan Planing :
kemampuan Bapak? Setelah ini coba Bapak Lanjutkan SP 2
lakukan membaca sesuai jadwal yang telah
kita buat ya?besok kita ketemu lagi ya Pak?
Waktu dan tempat terserah bapak bisanya
jam berapa dan tempatnya dimana.? di
tempat ini lagi ya Pak..??

SP 2:

Fase Orientasi: Subjektif :


Assalamualaikum Pak, sesuai janji kita hari wa’alaikumsalam, ya Mas saya
ini kita ketemu untuk mengevaluasi kegiatan mempunyai hobi membaca buku
yang sudah Bapak lakukan? dimana disini agama, olahraga dan membantu ibu
saja bagaimana kalau ± 15 menit menit saja? di rumah.
Fase Kerja:

Wah bagus kegiatannya yang pertama sudah


dilakukan tapi kenapa tidak melakukan
kegiatan rutin senam selama disini Pak?Apa Objektif :
alasannya? Jadi Bapak harus melakukan
Pasien tersenyum, pasien sangat
semua kegiatan yang sudah kita jadwalkan
bersama ya Pak tujuannya uuntuk apa,
untuk mengisi waktu luang Bapak biar ada kooperatif, kontak mata ada.
kegiatan positif yang bisa dilakukan disini
yang nantinya bisa membantu kesembuhan Assisment :
Bapak juga disini ya pak, nah besok Masalah teratasi sebagian
dilakukan ya?
Planing :
Fase Terminasi:
Ulangi SP 2
Baiklah bagaimana perasaan Bapak setelah
kita berbincang - bincang tentang kegiatan
hari ini?Baiklah Pak kita besok ketemu lagi
untuk membahas jadwal kegiatan, watu dan
tempatnya seperti biasa hari ini, disini ya
Pak?

SP 2:

Fase Orientasi:

Assalamualaikum Bapak, sesuai janji kita


hari ini kita ketemu untuk mengevaluasi
kegiatan yang sudah Bapak lakukan? dimana
disini saja bagaimana kalau ±15 menit saja?

Fase Kerja:

Wah bagus semua kegiatan sudah dilakukan


ya Pak? Jadi Bapak harus melakukan semua
kegiatan yang sudah kita jadwalkan bersama
ya Bapak tujuannya untuk apa, untuk
mengisi waktu luang Bapak biar ada
kegiatan positif yang bisa dilakukan disini
yang nantinya bisa membantu kesembuhan
Bapak,

Fase Terminasi:

Baiklah bagaimana perasaan Bapak setelah Subjektif :


kita berbincang - bincang tentang kegiatan Wa’alaikumsalam Mas, ya mas saya
hari ini? Baiklah Pak kita besok ketemu lagi sudah melakukan kegiatan
untuk membahas manfaat minum obat membersihkan kamar, makan, mandi
teratur, untuk waktu dan tempat seprti dan membaca buku, tapi saya gak
biasanya ya pak.? mau senam ( olahraga ) ngantuk
soalnya Mas.

SP 3 Objektif :

Fase orientasi : Kontak mata menatap saya,

Assalamu’alaikum Bapak, bagaimana kooperatif, tiduran


perasaannya hari ini.? Bapak sudah Assisment :
mencoba olahraga senamnya ? bagus sekali
Bapak, sesuai dengan janji kita kemarin, Masalah teratasi sebagian
bagaimana kalau kita membicarakan
Planing :
tentang obat yang Bapak minum.? Di mana
kita enaknya,di sini aja ya bapak, dan Lanjutkan SP 2
bincang – bincang ± 15 menit aja ya
bapak..??

Fase kerja :

Bapak berapa macam obat yang di minum,


jam berapa saja obat di minum.?Bapak perlu
minum obat itu agar pikirannya jadi tenang,
dan tidurnya juga tenang, obatnya ada 2
macam bapak, yang warnanya orange itu
adalah CPZ gunanya agar tenang, dan merah
jambu namanya Haloperidol gunanya
pikiran jadi teratur dan, semuanya ini di
minum 3x sehari yaitu pagi, siang dan
malam, dan bila nanti bapak minum obat
mulut bapak kering bapak banyak minum itu
adalah efek samping obat bapak, sebelum
minum obat ini bapak mengecek dulu
apakah sudah benar nama obat yang bapak
minum dan aturan serta dosisnya.
oy bapak, obat – obat ini harus diminum
secara teratur dan kemungkinan besar di
minum dalam waktu yang lama agar
penyakit bapak tidak kambuh lagi dan bapak
jangan menhentikan obat ini sebelum bapak
konsultasi sama dokter.? Subjektif :

Fase terminasi : Waa’alaikumsalam Mas, ya Mas,


saya sudah melakukan kegiatan
Bagaimana perasaan bapak setelah kita
membersihkan kamar, mandi,
bercakap – cakap tadi tentang obat yang
makan,membaca buku,dan senam
bapak minum,senang ya ya pak, oy Bapak
pagi hari ( olahraga ).
apa saja nama obatnya dan jam berapa
harus di minum.? Baiklah bapak, nti bapak Objektif :
masukkan dalam jadwal harian Bapak,
baiklah Bapak sampai di sini dulu ya Bapak, Kontak mata menatap saya,
besok kita berbincang – bincang lagi waktu kooperatif, ekspresi wajah senang
dan tempatnya terserah bapak aja di mana dan tersenyum.
enaknya, di sini aja ya Bapak.? Sampai
jumpa besok ya Bapak, muga cepat Assisment :
sembuh… Masalah teratasi

Planing :
SP 1 Keluarga Lanjutkan SP 3
Fase orientasi :

Selamat pagi ibu.! Perkenalkan nama saya


Kamil mahasiswa Unmuh Surabaya, saya
dinas dipoli Glatik selama 4 minggu, saya
yang merawat Tn.T selama dinas di sini,
nama ibu siapa,Ibu senang dipanggil siapa,
apakah ibu ini ibu kandungnya pasien Tn,T,
ya bagaimana kalua kita berbincang –
bincang tentang masalah Tn,T dan cara
merawat Tn. T nantinya di rumah.?

Fase Kerja :

apa masalah ibu rasakan dalam merawat


anak Ibu ? apa yang Ibu lakukan selama di
rumah ? dalam menghadapi anak Ibu yang
selalu curigasama ibu dan sadaranya yang
ingin menyesatkannya dan marah serta
menyakiti ibu dan orang lain, halite
Subjektif :
merupakan gangguan proses piker, untuk itu
saya akan menjelaskan sikap dan cara Waa’alaikumsalam Mas, baik Mas,
mengatasinya setiap kali anak Ibu marah – setiap pagi saya lakukan Mas, obat
marah bahkan mengatakan Ibu dan saudara apa itu Mas, baik saya akan
pasien ingin menyesatkannya, caranya atau meminumnya sesuai dengan aturan.
Ibu bisa katakana : Objektif :

- Ibu mengerti kalau kamu berfikiran dan Kontak mata positif, kooperatif,
merasa Ibu dan adikmu ingin ekspresi wajah senang dan
menyesatkannya, tapi sulit bagi Ibu tersenyum.
untuk mempercayainya karena Ibu dan
adikmu sayang sama kamu. Assisment :
- Ibu harus sering memuji anak Ibu jika Masalah teratasi
anak Ibu melakukan yang kegiatan yang
baik dan seharusnya dilakukan oleh Planing :
seluruh keluarga yang berinteraksi
Pertahankan SP 3
dengan Tn.T
- Ibu dan keluarga dapat bercakap – cakap
dengan anak ibu tentang kebutuhan
yang diinginkannya.
- Tn.T sekarang Bapak perlu minum obat
agar pikirannya tenang dan juga tidurnya
tenang, obatnya ada 2 macam, orenga
pagi dan yang merah jambu diminum
malam hari dan jangan dihentikan
sebelum berkonsultasi sama dokter.

Fase Terminasi :

Bagaiman perasaan ibu dan keluarga setelah


bercakap – cakap tentang cara merawat
anak Ibu di rumah, setelah itu coba ibu dan
keluarga lakukan apa yang sudah saya
jelaskan tadi setiap berkunjung ke rumah
sakit.

SP 2 Keluarga

Fase Orientasi :

Berhubung sekarang kita masih ketemu dan


Ibu juga belum tentu waktu berjunjungnya
dan tidak tau kapan bias ketemu lagi dengan
saya,sekarang kita langsung praktekkan
bagaimana cara merawat anak
Ibu,bagaiman Ibu bias di lanjutkan.

Fase Kerja :

Sekarang anggap saya sebagai anak Ibu yang


sedang marah – marah pada keluarg, coba
ibu dan keluarga praktekkan cara bicara
yang benar bila anak Ibu dalam keadaan
seperti ini, bagus betul begitu caranya,
sekarang coba praktekkan cara memberi
pujian kepada anak Ibu yang memilki
kemampuan yng dimilki anak Ibu, bagus Ibu,
sekarang coba cara memutivasi anak Ibu
untuk minum obat dan melakukan kegiatan
positifnya sesuai jadwal ? bagus sekali
ternyanta Ibu dan keluarga sudah mengerti
cara merawat anak Ibu dan bagaimana kalau
kita langsung mencobanya ke anak Ibu.
Fase Terminasi :

Bagaimana perasan Ibu dan keluarga setelah


kita berlatih cara merawat Tn.T ? setelah ini
ibu dan keluarga lakukan apa yang sudah
dilatih tadi setiap kali Ibu dan keluarga
membesuk Tn.T

Subjektif :

Selamat pagi Pak, nama saya ibu A,


panggil saja ibu A benar Pak Saya Ibu
kandungnya, mari kita berbincang –
bincang tentang penyakit yang
SP 3 Keluarga diderita anak saya dan bagaimana
cara merawatnya, selama saya
Fase Orientasi merawat pak banyak kekndalanya,
Bagaimana Ibu kalu kita lanjutkan lagi anak saya sering marah dan curiga
pembicaraan kita dan sekalian membahas sama saya dan saudaranya karena
jadwal kegiatan Tn.T jika nanti sudah anak saya beranggapan kami
diperbolehkan pulang. keluarganya akan menyesatkannya
padahal kami tidak demikian apa
Fase Keja yang dipikirkan anak saya, sekarang
saya sudah mengerti dan paham pak
Ibu dan keluaragaini jadwal Tn.T selama di
setelah pak perawat jelaskan
rumah sakit, coba perhatiakan apa kira –
bagaimana cara merawat anak saya
kiradapat di laksanakan di rumah? Jangan
dan sya ucapkan banyak terima kasih
lupa memperhatikan Tn.T agar iya tetap
Pak, Pak saya belum tau kapan saya
menjalankannya di rumah, dan jangan lupa
memberi tanda (M) : Mandiri, (B) : Bantuan, bias kesini lagi.
(T) : Tidak Melaksanakan. Hal ini perlu Objektif :
diperhatikan lebih lanjut dan perilaku yang
oleh Tn.T selama di rumah kalau misalnya Keluarga pasien sangat kooperatif
Tn.T marah – marah dan curiga sama terhadap penjelasan yang diberikan
keluaraga dan tidakmemperlihatkan perawat dan sudah mengerti cara –
perbaikan, menolak minum obat atau cara merawat pasien apabila
perilaku membahayakan orang lain dan wahamnya dating.
dirinya sendiri, segera hubungi petugas Assiesment:
kesehatan terdekat dari rumah Ibu atau
dapat ibu langsung membawanya ke sini Masalah teratasi
lagi.
Planning :
Terminasi :
Lanjutkan SP 2 Keluarga
Dari pembicaraan kita panjang lebar tadi apa
ibu sudah jelas dan paham tentang
penjelasan dan bagaimana cara merawat
jika diperbolehkan pulang ke rumah. Kalau
ibu belum paham Ibu bias tanyakan ke saya,
baiklah karena ibu sudah paham dan tidak
ada pertanyaan saya anggap Ibu sudah
paham tentang penjelasan saya tadi
mengenai cara merawat Tn.T, baiklah Ibu
karena waktu pembcaraan kita sudah habis
maka saya akhiri dan saya ucapkan terima
kasih atas waktu yang diberikan.
Subjektif :

Iya pak bias kita lanjutkan sekarang,


dan kita mulai sekarang, jadi bapak
yang berpura – pura jadi Tn.T,
langsung saja ya Pak, jika seandainya
Tn.T datang wahamnya dan marah –
marah pada keluarga langsung
ucapkan gini, saya mengerti kalau
bapak berfikir dan merasa kalau
keluaga ingin menyesatkannya, tapi
sulit bagi saya untuk
mempercayainya karena setahu Ibu
dan adik kamu nak kami ini sayang
sama kamu nak, kamu harus percaya
semua ini nak. Sekarang sudah jam
berapa apakah hari ini Tn.T sudah
minum obat dengan benar dan rutin
serta tepat waktu, sekarang coba
Tn.T ambil dan minum sendiri obat
tersebut, biar Tn.T ingat terus kapan
waktunya minum obat dan Tn.T biar
cepat sembuh.
Objektif :

Keluarga sangat kooperatif terhadap


semua penjelasan dan bias
memperaktekkan semua yang
diajarkan perawat tanpa kendala
apapun.
Assiesment :

Masalah teratasi

Palning :

Lanjutkan SP 3 Keluarga
Subjektif :

Iya Pak kita lanjutkan lagi


pembicaraan kita, iya pak kalu
seperti ini jadwalnya saya rasa bias
pak kalau dilaksanakan di rumah,iya
Pak saya akan tetap memperhatikan
anak saya, siapa lagi pak kalu bukan
saya yang menjaga dan merawatnya,
baik Pak akan saya awasi terus
kegiatannta dank an member kode
jadwal kesikbukan anak saya, iya Pak
nanti jika ada kejadian di inginkan
saya segera memberitahukan ke
petugas kesehatan terdekat bahakan
kalau perlu tak bawa kesini lagi,
terima kasih ya Pak atas informasi
yang diberikan kepada kami, kami
semua sudah paham dan jelas apa
yang dijelaskan Bapak.

Objektif :

Keluarga pasien dapat menerima


dengan jelas dan paham semua yang
dijelaskan perawat, dan keluarga
kooperatif.

Assiesment

Masalah teratasi

Planning :

Dilanjutkan keluarga jika pasien


sudah pulang.
BAB 4
PEMBAHASAN

Tn.T berusia 41 tahun dengan diagnosa medis skizofrenia periodic episode


berulang dirawat di ruang glatik RSJ Menur Surabaya. Pengertian skizofrenia
menurut teori adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama
pada proses pikir serta disharmoni ( keretakan atau perpecahan ) antara proses
pikir, afek / emosi, kemauan dan psikomotor disertai distori kenyataan terutama
karena waham dan halusinasi, asosiasi berbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi,
afek dan emosi perilaku. Berdasarkan pengertian tersebut Tn.T mengalami
gengguan proses pikir berupa waham. Meneurut teori waham dibagi atas beberapa
jenis salah satunya yaitu: waham curiga, disini individu merasa selalu disindir
atau dibicarakan oleh orang-orang sekitarnya sehingga ia merasa curiga terhadap
sekitarnya. Hal-hal yang terkait dengan pasien yang ditemukan selama pengkajian
dan implementasi asuhan keperawatan jiwa pada Tn.T antara lain pada tanggal
21-02-2012, klien mengatakan bahwa dia tidak suka dengan orang yang
membicarakan dirinya terutama ibu dan saudaranya yaitu karena ingin
menyesatkan, kegiatan atau pekerjaan pasien dihadapan keluargaya selalu
dianggap kurang baik atau selalu salah.

Dari hasil pengkajian kami menyimpulkan bahwa gangguan proses pikir


yang terjadi pada Tn.T adalah waham curiga. Hal ini sesuai dengan pengertian
waham menurut teori yaitu keyakinan seseorang berdasarkan penilaian realitas
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya klien ( Budi Keliat, 2005 ). Jenis waham yang terjadi pada Tn.T
adalah waham curiga, waham curiga ini mampu menimbulkan masalah
keperawatan yaitu resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Sehingga diagnosa keperawatan yang diangkat adalah perubahan proses pikir :
waham curiga. Data yang diperoleh sehingga mengangkat resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan sebagai masalah keperawatan adalah karena
klien mengatakan sering marah, bahkan sampai memukul keluarganya ( ibu dan
saudaranya ) anamnesa dari keluarga klien pada tanggal 15-02-2012. Gejala klinis
yang muncul pada klien Tn.T selain gejala skizofrenia juga adanya gangguan
bipolar dikenal juga dengan gangguan manic depresi , yaitu gangguan pada
fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan
dan proses berpikir. Disebut bipolar karena penyakit ini didominasi fluktuasi
periodic dua kutub, yaitu kondisi manik (bergairah tinggi yang tidak terkendali)
dan depresi. Pada Tn.T gangguan bipolar ditunjukkan dengan perubahan mood
setiap harinya terkadang klien jengkel dan marah, sedih, dan ceria pada tanggal
15-02-2012.

Berdasarkan teori penyebab gangguan bipolar adalah multifactor, mencakup


aspek biopsikososial. Secara biologis dikaitkan dengan factor genetic dan
gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh
masa kanak-kanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan
berkepanjangan, dan banyak lagi factor lain. Pada Tn.T kami hanya bisa menggali
factor secara psikososial saja yaitu ditemukan data bahwa Tn.T mengalami
pengalaman tidak menyenangkan dalam hidup. Tn.T terjerumus dalam dunia
konsumsi Napza. Stress psikososial tersebut yang menyebabkan terjadinya
gangguan bipolar pada klien Tn.T sedangkan secara biologis ada riwayat
keturunan gangguan jiwa yaitu ayah sepupu. Gangguan bipolar harus diobati
secara kontiniu, tidak boleh putus obat, bila putus obat, fase normal akan
memendek sehingga kekambuhan semakin sering adanya pemendekan fase
normal pada gangguan bipolar sering mengakibatkan buruknya compliance untuk
berobat karena dikira sudah sembuh. Oleh karena itu edukasi sangat penting agar
penderita dapat ditangani lebih dini. Pada Tn.T terapi farmakologi yang
didapatkan anti psikosis yaitu haloperidol 3x5 mg, inj lodomer 1 amp IM, CPZ
100 mg sejak tanggal 15-02-2012.

Selama 13 hari perawtan telah dilakukan tindakan keperawatan antara lain


bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki klien,
mengidentifikasi kebutuhan / harapan yang belum terpenuhi, cara yang dilakukan
klien untuk memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi sesuai realita,
memberikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga klien mengenai
obat. Dalam membina hubungan saling percaya terdapat kendala , karena klien
orangnya suka pilih - pilih teman yang mau di ajak bicara , yaitu teman yang
bernama budi, jadi hanya dengan budi teman kuliahnya dulu Tn.T mau bercerita,
melalui pendekatan terus menerus akhirnya klien mau menerima perawat dan
tanpa ada rasa curiga. Pada hari ketiga dan keempat penyaji menggali perasaan
yang muncul berulang dalam pikiran klien . ketika penyaji bertanya tentang
pengalaman yang tidak menyenangkan klien terbuka menceritakan semua yang
dialaminya sampai di bawa ke RSJ menur. Sehingga penyaji dapat
mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya kejadian yang membuat klien
trauma dan menyedihkan yaitu terjerumus dalam dunia Napza dan k lien selalu
curiga pada keluarganya membicarakan kegagalannya dalam hidup, sehingga
klien marah - marah dan memukul keluarganya. Hari berikutnya penyaji
merencanakan untuk melaksanakan implementasi mengenai dukungan keluarga .
penyaji memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga klien tentang penyakit
klien dan keluarga bias mengerti dan berusaha mengantisipasi kekambuhan klien.
Selanjutnya penyaji melaksanakan implementasi mengenai obat . penyaji memulai
pembicaraan mengenai obat klien dosis, warna, efek samping dan kerugian putus
obat. Klien mengerti dan berjanji akan rutin minum obat biar tidak kambuh lagi.
Berdasarkan penjelasan di atas maka implementasi berhasil dilakukan sesuai
rencana tindakan keperawatan dan selanjutnya rencana tindakan akan
dipertahankan untuk mendapat dukungan keluarga dan penggunaan obat

BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan klien dengan waham curiga, hendaknya dilakukan
dengan melaksanakan tiga SP yaitu membina hubungan saling percaya,
mengidentifikasi harapan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi, menidentifikasi
kemampun yang dimiliki klien, dan memberikan pendidikan kesehatan pada klien
dan keluarga mengenai penyakit dan obat.

5.2 Saran

` Keluarga sebagai support system juga harus selalu memberikan dukungan


kepada klien, selain kebutuhan akan pengobatan psikofarmaka, keluarga juga di
harapkan ikut serta dalam penyembuhan penyakit klien dngan memberikan
stimulus eksternal misalnya: mengajak klien berkomunikasi, memberikan
pekerjaan yang dapat dilakukan klien dan memberikan pujian terhadap pekerjaan
yang telah dilakukan oleh klien sekecil apapun serta libatkan klien pada kegiatan
social di lingkungan sekitar rumah.

KATA PENGANTAR

Puji sukurkami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah Nya
kami dapat menyelesaikan makalah seminar keperawatan jiwa yang berjudul “
asuhan keperawatan jiwa pada Tn.T dengan masalah utama waham curiga di
ruang perawatan gelatik di RSJ Menur Surabaya” Bersama ini kami
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Yuli anggraini S.Kep,Ns selaku kepala ruangan dan pembimbing klinik di


R.Glatik RSJ Menur Surabaya.
2. Relliani S.Kep,Ns M.Kes selaku pembimbing pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
3. Mudzakir S. Kep, Ns. M.Kep selaku pembimbing pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surabaya.
4. Perawat dan staf Ruang Gelatik yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu
5. Pasien serta keluarga yang telah bersedia menjadi study kasus
6. Teman - teman kelompok empat yang saling membantu dalam pembuatan
makalah seminar ini
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian makalah seminar ini.
Kami sadari bahwa makalah seminar ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
mengharap masukan serta kritik yang membangun demi kesempurnaan ini.

Surabaya, 27 Februari 2012


Hormat kami

Penulis

LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

I. RESPON TERHADAP KUNJUNGAN:

Suami px mengatakan sangat senang dengan adanya kunjungan rumah bisa


sharing bersama dan banyak berdiskusi masalah yang dialami istrinya,dengan ini
semua permasalahan bisa diungkapkan dan berharap bisa membantu kesembuhan
sang istri.
II. KEADAAN RUMAH

UKURAN RUMAH : 10 x 12m²

STATUS RUMAH : HAK MILIK PRIBADI

SECARA FISIK : Rumah px ada 2 lantai,lantai satu ada 4 buah kamar,ruang


tamu dapur dan kamar mandi,lantai ke dua ruang santai
dan dua kamar.

III. DENAH RUANG TEMPAT TINGGAL

LANTAI 1

KM
Dapur

Kamar

12Kamar12m²

Kamar
Ruang

Tamu
Kamar

TERAS

10m²

LANTAI 2

Kamar
12m²

10m²

IV. KEADAAN SOSIAL EKONOMI

Keluarga pasien termasuk tipe keluarga menengah keatas.

V. KEGIATAN DALAM MASYARAKAT

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat seperti


PKK,Arisan Ibu Rumah Tangga,Pengajian.

VI. PENYEBAB SAKIT

Masalah keluarga

VII. OBAT-OBAT YANG DIPAKAI

Suami pasien membawa berobat ke kyai/ustad karena menurut suami sang istri
sepertinya kena guna-guna.

VIII. JARAK RUMAH DENGAN FASILITAS KESEHATAN

Suami pasien kurang tau tempat pelayanan sekitar rumahnya seperti


puskesmas karena keluarga juga tidak pernah berkunjung ke pelayanan kesehatan.

IX. EVALUASI PROSES DAN HASIL

Berdasarkan hasil kunjungan rumah yang didapatkan keluarga px “Ny N”


termasuk keluarga menengah keatas segala fasilitas lengkap ada di rumah, suami
selalu disibukkan dengan pekerjaan diluar rumah jam terbang tinggi bertemu
dengan anak dan istri terbatas pulangnya selalu malam,sang istri juga punya
kesibukan dirumah sebelum sakit yaitu buka toko baju,tas dan asesories. Suami
menyatakan sang istri apabila beli dagangan keluar kota selalu sendiri tanpa
ditemani suami karena suami bekerja. Sosialisasi keluarga dengan masyarakat
sekitar sangat kurang karena segala bentuk kegiatan yang ada di masyarakat
keduanya tidak pernah mengikuti. Tempat pelayanan sekitar rumah pun keluarga
tidak tau karena menurut suami keluarga jarang berkunjung ke sarana pelayanan
kesehatan dikarenakan anggota keluarga jarang sakit.

X. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN SAAT KUNJUNGAN


RUMAH
1. Koping Keluarga tidak efektif
2. Hambatan interaksi social
3. kurangnya pengetahuan tentang penyakit
4.

Anda mungkin juga menyukai