Anda di halaman 1dari 25

SISTEM PERKEMIHAN

ASUHAN KEPERAWATAN Ca. PROSTAT

DI SUSUN OLEH :

1. Khairun Nisa 9. Rinda Farlina


2. Fitri Ratnawati 10. Riki Sulindra
3. Audina Safitri 11. Faleria Novianti
4. M. reza Ramadhan 12. Annisa Rosalita
5. Bagus Febry Hariandi 13. Arief Widodo
6. Cici Novarianti 14.
7. Tri Mutiara Dayani 15. Elsa Aurelia Suci Avilla
8. Ulfa Muzliyati 16. Tri Supartini

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan tentang “Asuhan
Keperawatan Ca Prostat”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan, yaitu matakuliah
Sistem Perkemihan Tahun Akademik 2016/2017 di Fakultas Kedokteran,
Universitas Tanjungpura. Dalam penyusunan makalah ini, penyusun banyak
mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-pihak luar sehingga makalah ini
terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :

1. Bapak Ns. Suhaimi Fauzan, M. Kep selaku dosen mata kuliah Sistem
Perkemihan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tanjungpura.
2. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan Angkatan 2014 Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura.
3. Pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan
makalah ini. Saran dan kritik sangatlah penyusun harapkan demi kesempurnan
makalah berikutnya. Penyusun harapkan semoga makalah ini dapat memberikan
suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan.

Pontianak, September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3

2.1 Definisi......................................................................................................3

2.2 Stadium......................................................................................................3

2.3 Etiologi......................................................................................................4

2.4 Patofisiologi...............................................................................................5

2.5 Manifestasi Klinis......................................................................................6

2.6 Komplikasi................................................................................................6

2.7 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................7

2.8 Penatalaksanaan.........................................................................................8

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..................................................................10

3.1 Pengkajian...............................................................................................10

3.1.1 Anamnesa.........................................................................................10

3.1.2 Pemeriksaan Fisik............................................................................10

3.2 Diagnosa..................................................................................................13

3.3 Intervensi Keperawatan...........................................................................14


3.4 Evaluasi...................................................................................................18

BAB IV PENUTUP...............................................................................................19

4.1 Kesimpulan..............................................................................................19

4.2 Saran........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker prostat adalah kanker kedua yang paling umum terjadi pada
laki-laki, setelah kanker kulit dengan perkiraan 165 kasus baru di Amerika
Serikatsetiap tahunnya. Telah ada peningkatan secara cukup berarti kasus
kanker prostat ini di Amerikat Serikat barangkali berkaitan dengan
peningkatan kemampuan untuk deteksi . Kejadian kasus meningkat setiap
dekade setelah lima puluh tahun, dan kasus kedua dari kanker yang
menyebabkan kematian pada pria. Laju bertahan hidup lima tahun untuk
kanker prostat terlokalisir adalah 91%. Dari semua pasien yang terdiagnosa,
58% mempunyai penyakit lokal. Laju bertahan hidup lima tahun untuk
semua tahap penyakit adalah 76% (Williams & Wilkins, 2011).

Di seluruh dunia, lebih dari 670.000 pria per tahun didiagnosis kanker
prostat. Diperkirakan 1 dari 6 pria Amerika Serikat (AS) terkena penyakit
ini selama masa hidupnya, sedangkan di banyak negara Asia dan sedang
berkembang kasus ini tidak banyak, meskipun insidensi tiap negara berbeda
tetapi tetap meningkat. Insidensi terendah di Asia (Shanghai) sebesar 1,9 per
100.000 penduduk dan tertinggi di Amerika Utara dan Skandinavia,
terutama keturunan Afro-Amerika sebesar 272 per 100.000 penduduk. Data
di AS menunjukkan bahwa lebih dari 90% Kanker prostat ditemukan pada
stadium dini dan regional, dengan angka kesintasan (Survival rate) 5 tahun
mendekati 100%. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan dengan 25 tahun
lalu, yang hanya mencapai 69%. Barnes pada tahun 1969 menemukan angka
kesintasan 10 tahun dan 15 tahun untuk Kanker prostat stadium dini hanya
sebesar 50% dan 30%. Rasio insidensi terhadap mortalitas sebesar 5.3 pada
tahun 2000. Angka mortalitas juga berbeda pada tiap negara, yang tertinggi
di Swedia (23 per 100.000 penduduk) dan terendah di Asia (<5 per 100.000
penduduk) (Kementrian Kesehatan Republik Indonesi, 2015).

1
Di Indonesia belum ada data yang pasti, data Globocan tahun 2008
menunjukan Kanker prostat di Indonesia menempati urutan ke 5. Dari data
Indonesian Society of Urologic Oncology (ISUO) 2011 selama periode
2006-2010 terdapat 971 penderita Kanker prostat. Usia rerata 68.3 tahun,
terbanyak pada selang usia 70-79 tahun sebesar 37.6%. Modalitas
diagnostik yang digunakan terutama biopsi 563 kasus (57.9%). Stadium
terbanyak yang ditemukan adalah stadium 4 berjumlah 490 penderita
(50.5%), berturut-turut stadium 1; 83 (8.5%), 2; 271 (27.9%) dan 3; 28
(2.9%). Orkhidektomi masih merupakan terapi awal yang paling banyak
digunakan, yaitu sebanyak 307 kasus (31%), obat hormonal 182 (18%),
prostatektomi radikal 89 (9%), radioterapi 63 (6%), sisanya adalah
pemantauan aktif, kemoterapi dan kombinasi (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesi, 2015).

Berdasarkan angka kejadian yang ada dan kegawatan yang


dimunculkan oleh penyakit Kanker Prostat, perawat disini dituntut terutama
untuk dapat melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan,
penanggulangan maupun perawatan dalam proses penyembuhan penyakit
Kanker Prostat. Maka disusunlah makalah ini sebagai referensi dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Kanker Prostat,
sehingga perawat tahu dan mampu untuk menerapkannya dalam praktek
keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar Ca. Prostat?


2. Bagaimana asuhan keperawatan klien dengan Ca.Prostat?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar Ca. prostat.


2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Ca. prostat.

2
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Penyakit ini berhubunan dengan usia. Jarang terjadi pada pria di bawah
umur 40 tahun dan insidensnya terus meningkat hingga mencapai
puncaknya pada usia 80-an (Mansjoer, 2003). Kanker prostat adalah lesi
ganas pada kelenjar prostat (Grace & Borley, 2006).
Kanker prostat merupakan neoplasma terbanyak kedua yang ditemukan
pada pria berusia 50 tahun ke atas. Adenokarsinoma merupakan bentuk yang
paling umum, sedangkan karsoma jarang muncul. Kebanyakan kanker
prostat berasal dari kelenjar prostat posterior, sedangkan lainnya berasal dari
uretra. Tumor prostatik ganas jarang disebabkan oleh pembesaran
hiperplastik jinak yang umumnya berkembang di sekitar uretra prostatik di
pria lansia. Kanker prostatik jarang menimbulkan gejala sampai memasuki
stadium atas (Williams & Wilkins, 2011).
Karsinoma prostat merupakan keganasan terbanyak diantara keganasa
system arogenital pria. Tumor ini menyerang pasien yang berusia diatas 50
tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-80 tahun dan 75% pada
usia > 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang pria sebelum usai 40 tahun
(Corwin, 2009).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas kanker prostat merupakan
keganasan pada sistem arogenital pria. Kebanyakan kanker prostat berasal
dari kelenjar prostat posterior, sedangkan lainnya berasal dari uretra. Insiden
biasanya terjadi pada pria usia diatas 50 tahun dan mencapai puncaknya
pada usian 80an.

2.2 Etiologi

Beberapa factor yang diduga sebagai penyebab timbulnya


adenokarsinoma prostat adalah predisposisi genetic, pengaruh hormonal
(pertumbuhan kanker prostat dipercepat oleh testosteron dan dihambat oleh
estrogen atau anti androgen), pengaruh lingkungan, dan infeksi. Kanker

3
prostat ternyata lebih banyak diderita oleh bangsa Afro-Amerika yang
berkulit hitam daripada bangsa yang berkulit putih. Pada penelitian yang
lain didapatkan bahwa bangsa Asia (Cina dan Jepang) lebih sedikit
menderita penyakit ini. Namun mereka yang pindah ke Amerika
kemungkinan menderita penyakit lebih besar daripada mereka yang tinggal
dinegara asalnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan dan
kebiasaan hidup sehari-hari juga berperan dalam pathogenesis penyakit ini
(Corwin, 2009).
Kemungkinan untuk menderita kanker prostat menjadi dua kali jika
saudara laki-lakinya menderita penyakit ini. Kemungkinannya naik menjadi
jika ayah dan saudaranya juga menderita. Berdasarkan teori tersebut
menunjukkan adanya factor genetika yang melandasi terjadinya kanker
prostat (Corwin, 2009).
Diet yang banyak mengandung lemak, susu yang berasal dari bnatang,
daging merah dan hati diduga meningkatkan kejadian kanker prostat.
Beberapa nutrisi diduga dapat menurunkan insiden kanker prostat,
diantaranya adalah : vit A, beta karoten, isoflafos atau vitoestrogen yang
banyak terdapat pada kedelai, likofen (antiokidan karotonoid yang banyak
terdapat pada tomat), selenium (terdapat pada ikan laut, daging, biji-bijian),
dan vit E. Kebiasaan merokok dan paparan bahan kimia cadmium (Cd)
yang banyak terdapat pada alat listrik dan baterai berhubungan erat dengan
timbulnya kanker prostat (Corwin, 2009; Grace & Borley, 2006)

2.3 Patofisiologi

Kanker prostat disebabkan oleh faktor genetik, hormon, lingkungan,


infeksi, kebiasaan merokok, paparan bahan kimia cadmium (Cd) dan lain-
lain. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi secara
abnormal, terjadi perubahan jaringan sekitar yang kemudian menyebabkan
infiltrasi pada jaringan sekitar (limfe dan pembuluh darah), kemudian
bermetastase pada jaringan lain.

4
Terdapat beberapa stadium pada kanker prostat yang dapat dibagi
menjadi stadium A-D. Kanker stadium T1 atau A pembesaran kanker prostat
berdiferensiasi sedang/buruk tetapi terbatas dikelenjar prostat. Kanker
stadium A tidak dapat diraba dengan pemeriksaan jari. Kanker ini ditemukan
pada hasil pemeriksaan hispatologi setelah TURP pada BPH (.....). Kanker
stadium T2 atau B mencakup kanker nodus atau sekelompok nodus diskret
yang teraba pada pemeriksaan colok dubur dan terbatas diprostatik.
Penaganan pada stadium T1 dan T2 yaitu prostatektomi radikal yang berupa
pengangkatan kelenjar prostat bersama dengan vesika seminalis. Operasi ini
dapat menyebabkan perdarahan, disfungsi ereksi, dan inkontensia.
Kanker stadium T3 atau C adalah tumor besar yang menginvasi
keseluruhan kelenjar prostat dan T4 mungkin meluas melebihi batas
kelenjar yaitu mengenai leher buli-buli. Untuk dapat mengeluarkan
urine,buli-buli harus berkontraksi lebih kuat. Kontaraksi yang terus menerus
menyebabkan perubahan anatomi buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan
struktur pada buli-buli tersebut, menyebabkan keluhan pada saluran kemih
bagian bawah atau LUTS yang dahulu dikenal dengan gejala prostatismus
(Purnomo, 2012).
Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter
ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi
refluks vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke
dalam gagal ginjal (Purnomo, 2012). Obstruksi pada leher kandung kemih
mengakibatkan berkurangnya atau tidak adanya aliran kemih, dan ini
memerlukan intervensi untuk membuka jalan keluar urin. Metode yang
mungkin adalah prostatektomi parsial, Transurethral Resection of Prostate
(TURP) atau insisi prostatektomi terbuka, untuk mengangkat jaringan
periuretral hiperplasia insisi transuretral melalui serat otot leher kandung
kemih untuk memperbesar jalan keluar urin, dilatasi balon pada prostat

5
untuk memperbesar lumen uretra, dan terapi antiandrogen untuk membuat
atrofi kelenjar prostat (Price & Wilson, 2012).
Pada stadium D, telah terjadi kanker telah bermetastasis melalui
pembuluh darah sehinga sel kanker dapat ditemukan pad kelenjar limfe
regional panggul atau sering terdapat pada tulang (Corwin, 2009).

2.4 Manifestasi Klinis

Keluhan sesuai dengan gejala saluran kemih bagian bawah (lower


urinary tract symptoms = LUTS) yaitu adanya gejala iritatif dan obstruktif.
Bermula dari ditemukannya nodul pada pemeriksaan rectal. Nodul yang
ireguler dan keras harus di biopsi untuk mendapatkan jaringan yang ganas
pada pemeriksaan patologi dari jaringan prostat yang diambil karena gejala
BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) atau pembesaran prostat jinak. Kanker
prostat jarang menimbulkan gejala, kecuali kanker berlangsung lama
(Mansjoer, 2003).
Gejala yang timbul seperti hematuria, obstruksi aliran keluar kandung
kemih (pancaran lemah hesistensi, nokturia), sistitis (peradangan kandung
kemih), kesulitan memulai dan mengakhiri proses berkemih, nyeri terbakar
saat berkemih, gangguan saraf akibat penekanan atau fraktur patologis pada
tulang belakang, gejala dari penyakit lanjut (obstruksi ureter dan
hidronefrosis atau nyeri tulang dari metastasis yang dapat semakin buruk
pada malam hari), dan retensi urin (Gale, 2000; Mansjoer, 2003; Grace &
Borley, 2006; Williams & Wilkins, 2011).

2.5 Komplikasi

1. Kanker penis progresif yang tidak diterapi memiliki angka kematian


yang sangat tinggi (sekitar 90%)
2. Kanker testis dapat bermanifestasi ke paru, kelenjar limfe, atau susunan
saraf pusat
3. Angka bertahan hidup pada kanker prostat bergantung pada stadium
saat diagnosis. Sebagian besar pria yang didiagnosis berada pada
stadium D akan meninggal dalam waktu 3-5 tahun.

6
4. Semua kanker saluran reproduksi pria dapat menyebabkan impotansi
dan inkontinensia (Corwin, 2009).

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Ultrasonografi transrektal adalah alat yang efektif untuk menegakkan


diagnosis kanker prostat. Keuntungannya adalah lebih murah di bandingkan
CT Scan dan MRI serta tidak ada bahaya radiasi. Namun alat ini tidak dapat
mendeteksi kelenjar limfe pelvis. Ultrasonografi transrektal dan MRI
digunakan pada stadium local untuk mendefinisikan perluasan tumor.
Bone scaning atau bone survey adalah cara paling umum dan digunakan
untuk melihat adanya metastasis pada tulang. Penanda spesifik tumor yang
digunakan untuk kanker prostat adalah prostate specific antigen PSA
(Prostate-Specific Antigen). Nilai normal pada dewasa dan muda adalah 0,4
ng/ml.
Pada BPH terjadi peningkatan yang sesuai dengan besarnya zona
transisi, dan setiap peningkatan 1 gram akan meningkatkan PSA 0,3 ng/dl.
Produksi PSA pada kanker prostat berfariasi biasanya meningkat pada
kanker dengan diferensiasi yang baik dan menurun pada diferensiasi yang
buruk dengan ketepatan mencapai 50-60%. Manfaatnya adalah untuk
mengetahui frekuensi setelah prostatektomi radikal (Mansjoer, 2003).
Menurut Grace & Borley (2006) pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakuakn pada kanker prostat
 DPL (Darah Perifer Lengkap) didapatkan anemia
 Ureum + elektrolit, kreatinin : fungsi ginjal
 Biopsy jarum pada kelenjar prostat: diagnosis jaringan

Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang tambahan menurut Williams


& Wilkins (2011), yaitu:
 Pemeriksaan rektal digital yang memperlihatkan nodulus kecil dan
keras bisa membantu mendiagnosis kanker prostatik.
 Kenaikan kadar alkalin fosfatase dan scan tulang positif
mengindikasikan metastasis tulang

7
 Teknik pencitraan yang biasanya digunakan untuk menngevaluasi
pasien kanker prostat meliputi scan tulang untuk mendeteksi metastase
tulang, sinar X toraks untuk memeriksa lesi (Gale, 2000).

2.7 Penatalaksanaan

Terdapat berbagai pilihan penatalaksanaan yang didasarkan pada usia


pasien, kondisi pasien, stadium dan derajat tumor, serta fasilitas yang
tersedia.
Penatalaksanaan pasien dengan T1a adalah observasi. Pasien dengan
stadium yang rendah (T1b-T2) dianjurkan prostatektomi radikal atau terapi
radiasi. Prostatektomi dapat dilakukan retropubik atau parineal yang
pertama memudahkan mencapai prostat dan kelenjar limfe pelvis namun
dapat terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar. Untuk pasien dengan
obesitas, lebih dianjurkan secara parineal.
Perbandingan hasil antara operasi dan radiasi sulit dilakukan karena
pada pasien operasi dilakukan penentuan stadium dengan pemeriksaan
patologi sedangkan pada pemeriksaan radiasi dilakukan dengan berbagai
teknik pencitraan dan belum adanya uji klinis mengenai hal ini. Komplikasi
pada radiasi berhubungan dengan dosis total, volume terapi, distribusi dosis,
dan skema fraksinasi. Umumnya yang ditemui adalah gejala-gejala
intestinal (perdarahan rectum, tenesmus, diare dan lain-lain), urologi
(frekuensi, disuria, sistitis, striptur uretra, dan lain-lain), impotensi, dan
edema ekstremitas.
Bila sudah terdapat metastasis jauh pengobatannya menggunakan terapi
hormonal, kecuali bila ada nyeri tulang yang merupakan indikasi radiasi.
Tujuan pengobatan hormonal adalah untuk mengurangi atau meniadakan
pengaruh hormone androgen ke jaringan prostat. Cara pengobatan hormonal
adalah total androgen blockage dengan LHRH analog + antiandrogen atau
dengan kastrasi (orkidektomi lateral).

8
Tindak lanjut yang terpenting adalah pemeriksaan kadar PSA secara
berkala pada pasien pasca prostatektomi radikal untuk mengetahui adanya
kekambuhan pada pasien yang diobati secara hormonal (Mansjoer, 2003).

 T0 : Observasi, pemeriksaan RT atau ultrasonografi dan PSA


berulang.
 T1+2 : Prostatektomi radikal atau radioterapi radikal, atau radiasi
interstisial dengan 125I atau 198Au.
 T3+4 : Radiasi eksternal ± terapi hormonal
 Metastasis : Manipulasi hormonal, orkidektomi bilateral, stiboestrol,
agonis LH-RH, antiandrogen (siprosteron asetat), radioterapi dan
strontium untuk metastasis tulang (Grace & Borley, 2006).

9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa

1. Data demografi
Dapat meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status
pekerjaan, status perkawinan, pendidikan.
2. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan Ca. Prostat mengeluh kesulitan memulai
dan mengakhiri proses berkemih, nyeri saat berkemih, dan nyeri
tulang yang semakin buruk malam hari.
3. Riwayat penyakit dahulu

Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran


perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing) yang
berulang. Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang
pernah di jalani kecelakaan yang pernah dialami adanya
riwayat penyakit DM dan hipertensi.

4. Riwayat Kesehatan keluarga


Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga
yang menderita penyakit ca prostat Anggota keluarga yang
menderita DM, asma, atau hipertensi.
5. Riwayat kesehatan sekarang

Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah


frekuensi , nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa
tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan
waktu miksi memenjang dan akirnya menjadi retensio urine.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum (GCS)
• Ciri tubuh : Kulit, rambut, postur tubuh.

10
• Tanda vital : Nadi, suhu tubuh, tekanan darah
dan pernafasan.

2. Head to toe
A. Kepala
- Inspeksi : Penonjolan,
kesimetrisan kepala, trauma kepala.
- Palpasi : Nyeri tekan di
kepala.
B. Wajah
- Inspeksi :
Kesimetrisan bentuk wajah, edema, otot wajah.
- Palpasi :
Nyeri tekan di wajah.
C. Mata
- Inspeksi : alis mata, kelopak mata odema, konjungtiva,
sklera.
- Palpasi : Nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa
konjungtiva, warna mukosa sklera.
D. Hidung
- Inspeksi : Bentuk hidung, pernafasan cuping hidung,
sekret, polip.
- Palpasi : Nyeri tekan pada hidung.
E. Telinga
- Inspeksi : Bentuk telinga, serumen pada telinga,
sekret.
- Palpasi : Nyeri tekan pada telinga.
F. Mulut
- Inspeksi : Bentuk mulut,bentuk gigi,bentuk lidah, tremor
lidah, perdarahan gusi atau ulkus, pembesaran tonsil.
- Palpasi : Nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi.
G. Leher

11
- Inspeksi : Bentuk leher.
- Palpasi : Nyeri tekan pada leher.
H. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi
pernafasan.
- Palpasi : Pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi.
- Perkusi : Ada/tidak penumpukan sekret, batas jantung dan
paru.
- Auskultasi : Bunyi paru dan suara nafas.
I. Payudara dan ketiak
- Inspeksi : Bentuk, ada/tidak ada nyeri benjolan,
gynecomasti.
- Palpasi : Ada/tidak ada nyeri tekan, benjolan.
J. Adomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen, warna kulit abdomen,
penonjolan kandung kemih pada supra pubik.
- Auskultasi : Bising usus.
- Palpasi : Nyeri tekan, terdapat hernia atau hemoroid,
hepar, ginjal teraba/tidak, peristaltik usus menurun atau
meningkat.
- Perkusi : Ada/tidak ada distensi kandung kemih dan
saluran cerna.
K. Genitalia
- Inspeksi : Bentuk alat kelamin, hernia, pembesaran
prostat, bentuk scrotum, testis, hemoroid pada testis,
retensi urine.
- Palpasi : Pembesaran prostat dapat teraba pada saat
rectal touche.Nyeri tekan pada alat kelamin.
L. Integumen
- Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit.
- Palpasi : Nyeri tekan pada kulit.

12
M. Ekstremitas
a. Atas :
- Inspeksi : Warna kulit, pembengkakan sendi, jari-jari
tremor.
- Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot.
b. Bawah :
- Inspeksi : Warna kulit, bentuk kaki, pembengkakan.
- Palpasi : Nyeri tekan, kekuatan otot.
N. Tulang belakang
- Inspeksi : warna kulit.
- Palpasi : nyeri tekan.
O. Pemeriksaan Neurologis
- Status mental dan emosi : Kesadaran, perilaku, mood,
ekspresi wajah, bahasa, daya ingat jangka panjang, daya
ingat jangka pendek, persepsi, orientasi terhadap orang,
tempat, waktu, emosi.
- Pengkajian saraf kranial : saraf I sampai saraf XII.
- Koordinasi ekstremitas bawah.
- Koordinasi tubuh.

3.2 Diagnosa

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis.


2. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur inflasif.
5. Definisi Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

13
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut Tujuan: Pain Management
berhubungan
 Pain level  Lakukan pengkajian secara
dengan agen
 Pain control konferhensif termaksud
cedera bologis.  Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas dan

 Mampu mengontrol nyeri factor presipitasi.


 Observasi reaksi noverbal
(tahu penyebab nyeri,
dari ketidaknyamanan.
mampu menggunakan  Gunakan teknik komunikasi
teknik nonfarmokologi terapeutik untuk mengetahui
untuk megurangi nyeri, pengalaman nyeri pasien.
mencari bantuan.  Control lingkungan yang
 Melaporkan bahwa nyeri
dapat mempengaruhi nyeri
berkurang dengan seperti suhu ruangan,
menggunakan kepencahayaan dan
manajemennyeri. kebisingan.
 Mampu mengenali nyeri  Kurangi faktor presipitasi
(skala, intesitas, frekuensi nyeri.
dan tanda nyeri).  Pilih dan lakukan
 Menyatakan rasa nyaman
penanganan nyeri
setelah nyeri berkurang. (farmakologi, non
farmakologi dan
interpersonal).
 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi.
 Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi.
 Berikan analgetik

14
untukmengurangi nyeri.
 Evaluasi keefektifan control
nyeri.
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
2. Ansietas Tujuan: Anxiety Reduction (penurunan
berhubungan kecemasan)
 Anxiety self-control
dengan ancaman
 Anxiety level  Gunakan pendekatan yang
pada status  Coping
menenangkan.
kesehatan.
Kriteria Hasil:  Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku
 Klien mampu
pasien.
mengidentifikasi dan  Temani pasien untuk
mengungkapkan gejala memberikan keamanan dan
cemas. mengurangi takut.
 Mengidentifikasi,  Dengarkan dengan penuh
mengungkapkan dan perhatian.
menunjukkan tekhnik untuk  Identifikasi tingkat
mengontrol cemas. kecemasan.
 Vital sign dalam batas  Bantu pasien mengenal
normal. situasi yang menimbulkan
 Postur tubuh, ekspresi
kecemasan.
wajah, bahasa tubuh dan  Dorong pasien untuk
tingkat aktivitas mengungkapkan perasaan,
menunjukkan berkurangnya ketakutan, persepsi.
kecemasan.  Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi.
3. Gangguan Tujuan: Urinary Retention Care
eliminasi urin

15
berhubungan
 Urinary elimination  Lakukan penilaian kemih
dengan infeksi  Urinary Contiunence yang komprehensif
saluran kemih.
Kriteria Hasil: berfokus pada inkontensia
(misalnya, output urin, pola
 Tidak ada residu urine
berkemih, fungsi kognitif,
>100-200 cc.
 Intake cairan dalam rentang dan masalah kencing

normal. praeksisten).
 Bebas dari ISK.  Memantau penggunaan obat
 Balance cairan seimbang. dengan sifat antikolinergik
atau properti alpha agonis.
 Memonitor efek dari obat-
obatan yang diresepkan,
seperti kalsium chanel
blockers dan antikolinergik.
 Merangsang reflex kandung
kemih dengan menerapkan
dingin untuk perut,
membelai tinggi batin, atau
air.
 Memantau asupan dan
haluaran.
 Memantau tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi.
4. Resiko infeksi Tujuan: Infection Control (Kontrol
berhubungan Infeksi)
 Immune status
dengan prosedur
 Knowledge: Infection  Bersihkan lingkungan
inflasif.
Control setelah dipakai pasien lain.
 Risk Control  Cuci tangan setiap sebelum
Kriteria Hasil: dan sesudah tindakan
keperawatan.
 Klien bebas dari tanda dan  Pertahankan lingkungan

16
gejala infeksi. aseptic selama pemasangan
 Menunjukan kemampuan alat.
untuk mencegah timbulnya  Ganti letak IV perifer dan
infeksi. line central dan dressing
 Jumlah Leukosit dalam sesuai dengan petunjuk
batas normal. umum.
 Menunjukan perilaku hidup  Tingkatkan intake nutrisi
sehat.  Berikan terapi antibiotic
bila perlu Infection
Protection (Proteksi
terhadap infeksi).
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local.
 Monitor hitung granulosit,
WBC.
 Monitoring kerentanan
terhadap infeksi.
 Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah.
 Dorong istirahat.
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi.
 Laporkan kecurigaan
infeksi.
5. Definisi Tujuan: Teaching : Disease Process
pengetahuan
 Knowledge: disease process  Berikan penilaian tentang
berhubunga
 Knowledge: health behavior tingkat pengetahuan pasien
dengan kurang
Kriteria Hasil: tentang proses penyakit
terpajan
spesifik.
informasi.  Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan
menyatakan pemahaman gejala yang biasa muncul
tentang penyakit, kondisi, pada penyakit, dengan cara

17
prognosis dan program yang tepat.
pengobatan.  Gambarkan proses
 Pasien dan keluarga mampu penyakit, dengan cara yang
melaksanakan prosedur cepat.
yang di jelaskan secara  Sediakan informasi pada

benar. pasien tentang kondisi,


 Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat.
menjelaskan kembali apa  Diskusikan perubahan daya

yang dijelaskan perawat/tim hidup yang mungkin

kesehatan lainnya. diperlukan untuk mencegah


komplikasi dimasa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit.
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan.
 Intruksikan pasien
mengenai gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawat kesehatan, dengan
cara yang tepat.

3.4 Evaluasi

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan


keperawatan pada klien. Berikut ini evaluasi pada klien dengan Ca. Prostat :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera bologis.


 Klien mampu mengontrol nyeri dan mengenali nyeri.
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
 Klien mampu mengidentifikasi, mengontrol, dan mengungkapkan
gejala cemas.
 Vital sign dalam batas normal.

18
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
 Tidak ada residu urine >100-200 cc.
 Intake cairan dalam rentang normal dan balance cairan seimbang.
 Bebas dari ISK.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur inflasif.
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
 Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.
 Jumlah Leukosit dalam batas normal.
 Menunjukan perilaku hidup sehat.
5. Definisi pengetahuan berhubunga dengan kurang terpajan informasi.
 Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan.
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan
secara benar.
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam
tubuh yang berkembang pada prostat secara tidak terkendali sehingga
menyebabkan lesi. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kanker prostast, yaitu genetik, hormon, makanan dan lingkungan,
serta infeksi. Kanker prostat merupakan neoplasma terbanyak kedua yang
ditemukan pada pria berusia 50 tahun ke atas. Adenokarsinoma merupakan
bentuk yang paling umum, sedangkan karsoma jarang muncul. Kebanyakan
kanker prostat berasal dari kelenjar prostat posterior, sedangkan lainnya
berasal dari uretra. Penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan guna
meminimalkan komplikasi metastase yang lebih parah. Pemeriksaan baik itu
melalui pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya juga harus dilakukan
dengan maksimal agar penatalaksanaan yang cepat dan tepat dapat diberikan

19
kepada penderita. Penegakan diagnosa yang tepat pula dapat memperbaiki
taraf hidup penderita menjadi lebih baik lagi.

4.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat


kepada para pembaca khususnya mahasiswa mahasiswi ilmu keperawatan
dan perawat mengenai Ca. Prostat sehingga dapat digunakan sebagai acuan
dalam membuat asuhan keperawatan Ca. Prostat dan dapat diaplikasikan
dalam praktik bila menghadapi kasus Ca. Prostat ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. Jakarta : EGC

Gale, Danielle & Jane Charette. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.

Jakarta : EGC.

Grace, Prierce A & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.

Jakarta : Erlangga.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Panduan Nasional Penanganan

Kanker Kanker Prostat. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Skeleta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.

Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA NIC NOC. Jakarta : Mediaction.

Williams & Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit.

Jakarta : Jurnal Nursing.

21

Anda mungkin juga menyukai